Makalah Ileus

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Istilah gawat abdomen atau gawat perut menggambarkan keadaan klinis akibat
kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan
utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindakan
bedah, misalnya pada obstruksi, perforasi, atau perdarahan masif di rongga perut maupun
saluran cerna. Infeksi, obstruksi atau strangulasi saluran cerna dapat menyebabkan
perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga
terjadilah peritonitis.
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut
yang segera memerlukan pertolongan dokter. Di Indonesia ileus obstruksi paling sering
disebabkan oleh hernia inkarserata, sedangkan ileus paralitik sering disebabkan oleh
peritonitis. Keduanya membutuhkan tindakan operatif.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apayang dimaksud dengan ileus?
2. Setruktur sistem pencernaan?
3. Bagaimana fungsi sistem pencernaan?
4. Klasifikasi ileus?
5. Apa yang menyebabkan ileus?
6. Bagaimana patofisisologi ileus?
7. Bagaimana tanda dan gejala ileus?
8. Bagaimana manifestasi klinik ileus?
9. Bagaimana cara penatalaksanaan ileus?
10. Bagaimana cara pencegahan ileus?
C. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami pengertian ileus
2. Mahasiswa mampu memahami penyebab penyakit ileus
3. Mahasiswa mampu memahami pathofisiologi ileus
4. Mahasiswa mampu memahami tanda dan gejala penyakit ileus
5. Mahasiswa mampu memahami klinik penyakit ileus
6. Mahasiswa mampu memahami cara penatalaksanaan penyakit ileus
7. Mahasiswa mampu memahami cara pencegahan penyakit ileus
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Ileus adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan penyumbatan sebagian
atau seluruhnya pada usus, karena isi dari usus tidak dapat melewati usus. Ada banyak
hal yang dapat menyebabkan ileus, termasuk ketidakseimbangan elektrolit, gastroenteritis
(peradangan pada lambung atau usus), appendisitis, dan pankreatitis (peradangan pada
pankreas). Hal ini terjadi ketika otot-otot usus tidak aktif, memperlambat gerak peristaltik
dan karena itu, menyebabkan sumbatan fungsional pada usus. Peristaltik adalah proses
dimana terjadi kontraksi otot guna mendorong makanan supaya dapat melalui saluran
pencernaan. Ada 2 tipe ileus yang utama: pasca operasi dan paralitik. Ileus pasca operasi
adalah kelumpuhan sementara pada bagian dari usus terutama setelah pembedahan perut.
Kondisi ini biasanya sembuh setelah dua sampai tiga hari. Ileus paralitik adalah
kelumpuhan pada usus, menghambat pergerakan makanan yang melalui usus. Tipe ini
lebih berat dan berlangsung lebih dari tiga hari. Ini adalah suatu kondisi medis yang
serius yang memerlukan perawatan secepatnya

B. ANATOMI SISTEM PENCERNAAN


1. Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian yaitu:
a. Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu diruang antara gusi, bibir dan
pipi.
b. Rongga mulut/bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh
tulang maksilaris, palatum dan mandi bilaris disebelah belakang
bersambung dengan faring.
2. Faring.
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan, merupakan persimpangan jalan nafas dan jalan makanan,
letaknya dibelakang rongga mulut dan didepan ruas tulang belakang
3. Esofagus (kerongkongan)
Panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak dibawah
lambung. Esofagus terletak dibelakang trakea dan didepan tulang punggung
setelah melalui thorak menembus diafragma masuk kedalam abdomen ke
lambung.
4. Gaster (lambung)
Merupakan bagian dari saluran pencernaan yang dapat mengembang paling
banyak terutama didaerah epigaster. Bagian-bagian lambung antara lain:
a. Fundus ventrikularis, bagian yang menonjol keatas terletak disebelah kiri
osteum kardium biasanya berisi gas.
b. Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian
bawah notura minor.
c. Antrum pilorus, berbentuk tebing mempunyai otot tebal membentuk
spinkter pilorus.
d. Kurtura minor, terletak disebelah kanan lambung, terdiri dari osteum
kordi samapi pilorus.
e. Kurtura mayor, lebih panjang dari kurtura minor terbentang dari sisi kiri
osteum kardium melalui fundus kontrikuli menuju kekanan sampai ke
pilorus anterior.
5. Fungsi lambung
a. Menampung makanan.
b. Getah cerna lambung yang dihasilkan pepsin, asam garam, renin dan
lipaak.
6. Usus halus
Usus halus merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal
pada pilorus dan berakhir pada sekum panjangnya ± 6cm, merupakan saluran
paling panjang tempat proses pencernaan dan obstruksi hasil pencernaan
makanan.
a. Duodenum
Disebut juga usus 12 jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu kuda
melengkung kekiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian
kanan duodenum terdapat selaput lendir yang nambulir disebut papila
vateri.
b. Yeyunum dan ileum
Panjangnya sekitar ± 6 meter. Dua perlima bagian atas adalah yeyunum
dengan ± 2-3 meter dan ileum dengan panjang ± 4-5 meter. Lekukan
yeyunum dan ileum melekat pada dinding abdomen fasterior dengan
perantara lipatan peritoneum yang berbentuk kipas disebut mesentrium.
7. Mukosa usus halus
Permukaan epitel yang sangat halus melalui lipatan mukosa dan makro villi
memudahkan penernaan dan absorpasi
Fungsi usus halus:
a. Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui
kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfe.
b. Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
c. Karbohirat diserap dalam bentuk monosakarida didalam usus halus.
8. Usus besar/interdinum mayor
Panjangnya ± 1 meter, lebar 5-6 cm, fungsinya menyerap air dari makanan,
tempat tinggal bakteri koli, tempat feces. Usus besar terdiri atas 7 bagian:
a. Sekum.
b. Kolon asenden.
Terletak di abdomen sebelah kanan, membujur ke atas dari ileum sampai
ke hati, panjangnya ± 13 cm.
9. Appendiks (usus buntu)
Sering disebut umbai cacing dengan panjang ± 6 cm.
10. Kolon transversum.
Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden dengan panjang ± 28 cm
11. Kolon desenden.
Terletak dirongga abdomen disebelah kiri membujur dari anus ke bawah dengan
panjangnya ± 25 cm.
12. Kolon sigmoid
Terletak dalam rongga pelvis sebelah kiri yan
C. FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN
Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorbsi bahan –
bahan nutrisi, air, elektrolit dan mineral. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan
lambung oleh kerja ptialin, asam klorida dan pepsin terhadap makanan yang masuk.
Proses dilanjutkan di dalam duodenum terutama oleh kerja enzim – enzim pankreas yang
menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat – zat yang lebih sederhana.
Adanya bikarbonat dalam sekret pankreas membantu menetralkan asam dan memberikan
pH optimal untuk kerja enzim – enzim. Sekresi empedu dari hati membantu proses
pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan yang lebih
luas bagi kerja lipase pankreas.
Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus
enterikus). Banyak di antara enzim – enzim ini terdapat pada brush border vili dan
mencernakan zat – zat makanan sambil diabsorbsi. Pergerakan segmental usus halus akan
mencampur zat –zat yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar dan sekresi usus
dan pergerakan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lainnya dengan
kecepatan yang sesuai untuk absorbsi optimal dan suplai kontinu isi lambung. Absorbsi
adalah pemindahan hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak dan protein melalui
dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel – sel tubuh. Selain itu,
air, elektrolit dan vitamin juga diabsorbsi.
Pergerakan usus halus berfungsi agar proses digesti dan absorbsi bahan – bahan
makanan dapat berlangsung secara maksimal. Pergerakan usus halus terdiri dari :
1. Pergerakan mencampur (mixing) atau pergerakan segmentasi yang mencampur
makanan dengan enzim – enzim pencernaan agar mudah untuk dicerna dan
diabsorbsi
2. Pergerakan propulsif atau gerakan peristaltik yang mendorong makanan ke arah
usus besar.
Kontraksi usus halus disebabkan oleh aktifitas otot polos usus halus yang
terdiri dari 2 lapis yaitu lapisan otot longitudinal dan lapisan otot sirkuler. Otot
yang terutama berperan pada kontraksi segmentasi untuk mencampur makanan
adalah otot longitudinal. Bila bagian mengalami distensi oleh makanan, dinding
usus halus akan berkontraksi secara lokal. Tiap kontraksi ini melibatkan segmen
usus halus sekitar 1 – 4 cm. Pada saat satu segmen usus halus yang berkontraksi
mengalami relaksasi, segmen lainnya segera akan memulai kontraksi, demikian
seterusnya. Bila usus halus berelaksasi, makanan akan kembali ke posisinya
semula. Gerakan ini berulang terus sehingga makanan akan bercampur dengan
enzim pencernaan dan mengadakan hubungan dengan mukosa usus halus dan
selanjutnya terjadi absorbsi.
Kontraksi segmentasi berlangsung oleh karena adanya gelombang lambat
yang merupakan basic electric rhytm (BER) dari otot polos saluran cerna. Proses
kontraksi segmentasi berlangsung 8 sampai 12 kali/menit pada duodenum dan
sekitar 7 kali/menit pada ileum. Gerakan peristaltik pada usus halus mendorong
makanan menuju ke arah kolon dengan kecepatan 0,5 sampai 2 cm/detik, dimana
pada bagian proksimal lebih cepat daripada bagian distal. Gerakan peristaltik ini
sangat lemah dan biasanya menghilang setelah berlangsung sekitar 3 sampai 5 cm
Pengaturan frekuensi dan kekuatan gerakan segmentasi terutama diatur
oleh adanya gelombang lambat yang menghasilkan potensial aksi yang
disebabkan oleh adanya sel – sel pace maker yang terdapat pada dinding usus
halus, dimana aktifitas dari sel – sel ini dipengaruhi oleh sistem saraf dan
hormonal.
Aktifitas gerakan peristaltik akan meningkat setelah makan. Hal ini
sebagian besar disebabkan oleh masuknya makanan ke duodenum sehingga
menimbulkan refleks peristaltik yang akan menyebar ke dinding usus halus.
Selain itu, hormon gastrin, CCK, serotonin, dan insulin juga meningkatkan
pergerakan usus halus. Sebaliknya sekretin dan glukagon menghambat pergerakan
usus halus.
Setelah mencapai katup ileocaecal, makanan kadang – kadang terhambat
selama beberapa jam sampai seseorang makan lagi. Pada saat tersebut, refleks
gastrileal meningkatkan aktifitas peristaltik dan mendorong makanan melewati
katup ileocaecal menuju ke kolon. Makanan yang menetap untuk beberapa lama
pada daerah ileum oleh adanya sfingter ileocaecal berfungsi agar makanan dapat
diabsorbsi pada daerah ini. Katup ileocaecal berfungsi untuk mencegah makanan
kembali dari caecum masuk ke ileum.
Fungsi sfingter ileocaecal diatur oleh mekanisme umpan balik. Bila
tekanan di dalam caecum meningkat sehingga terjadi dilatasi, maka kontraksi
sfingter ileocaecal akan meningkat dan gerakan peristaltik ileum akan berkurang
sehingga memperlambat pengosongan ileum. Bila terjadi peradangan pada
caecum atau pada appendiks maka sfingter ileocaecal akan mengalami spasme,
dan ileum akan mengalami paralisis sehingga pengosonga ileum sangat
terhambat.

D. KLASIFIKASI ILEUS
1. Ileus Obstruktif : ileus yang disebabkan adanya sumbatan saluran pencernaan.Ileus
obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya
daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga
menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut
menyebabkan pasase lumen usus terganggu (Ullah et al., 2009).
Obstruksi intestinal secara umum didefinisikan sebagai kegagalan
isiintestinal untuk melanjutkan perjalanannya menuju ke anus. Obstruksi
Intestinalini merujuk pada adanya sumbatan mekanik atau nonmekanik parsial atau
totaldari usus besar dan usus halus (Thompson, 2005).
2. Ileus Paralitik : Ileus (Ileus Paralitik, Ileus Adinamik) adalah suatu keadaan dimana
pergerakan kontraksi normal (peristaltik) dinding usus untuk sementara waktu
berhenti. Seperti halnya penyumbatan mekanis, ileus juga menghalangi jalannya isi
usus, tetapi ileus jarang menyebabkan perforasi.

E. ETIOLOGI
1. Suatu infeksi atau bekuan darah di dalam perut
2. Atherosclerosis yang menyebabkan berkurangnya aliran darah ke usus
3. Cendera pada pembulu darah usus
4. Kelenjar tiroid yg kurang aktif
5. Obat obatan tertentu
6. Kelainan di luar usus seperti gagal ginjal atau kadar elektrolit darah yang abnormal
(rendah kalium tinggi kalsium)
F. PATOFISIOLOGI
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa
memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau
fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari
permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat kemudian
intermiten akhirnya hilang. Limen usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh
cairan dan gas. Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus sebelah proksimal dari
letak obstruksi mengakibatkan distensi dan kehilangan H2O dan elektrolit dengan
peningkatan distensi maka tekanan intralumen meningkat, menyebabkan penurunan
tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia dinding usus dan kehilangan
cairan menuju ruang peritonium akibatnya terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus,
bakteri yang berlangsung cepat menimbulkan peritonitis septik ketika terjadi kehilangan
cairan yang akut maka kemungkinan terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam
melakukan pembedahan atau jika terjadi stranggulasi akan menyebabkan kematian.

G. TANDA DAN GEJALA


1. Mekanika sederhana , usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu
awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada
interval singkat), nyeri tekan difus minimal.
2. Mekanika sederhana , usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah , sedikit atau tidak
ada ± kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi ‘hush´ meningkat,
nyeri tekandifus minimal.
3. Mekanika sederhana , kolon Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang
muncul terakhir, kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus,
nyeri tekan difus minimal
4. Obstruksi mekanik parsialDapat terjadi bersama granulomatosa usus pada
penyakit Crohn. Gejalanya kramnyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
5. Strangulasi Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan
terlokalisir; distensisedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn
nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau
berdarah atau mengandungdarah samar

H. MANIFESTASI KLINIK
1. Obstruksi sederhana
Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak,
yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri
abdomen bervariasi dan sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian
atas.
Obstruksi bagian tengah atau distal menyebabkan kejang di daerah periumbilikal
atau nyeri yang sulit dijelaskan lokasinya. Kejang hilang timbul dengan adanya fase
bebas keluhan. Muntah akan timbul kemudian, waktunya bervariasi tergantung letak
sumbatan. Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakain
fekulen. Obstipasi selalu terjadi terutama pada obstruksi komplit.
Pada pemeriksaan radiologist, dengan posisi tegak dan telentang dan lateral
dekubitus menunjukkan gambaran anaka tangga dari usus kecil yang mengalami
dilatasi dengan air-fluis level. Pemberian kontras akan menunjukkan adanya
obstruksi mekanis dan letaknya.
2. Obstruksi disertai proses strangulasi
Kira-kira sepertiga obstruksi dengan strangulasi tidak diperkirakan sebelum
dilakukan operasi. Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan
disertai dengan nyeri hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas
operasi atau hernia. Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi maka diperlukan tindakan
operasi segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.
I. PENATALAKSANAAN
1. Dekompresi dengan pipa lambung
2. Pemasangan infus untuk koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit. Juga
keseimbangan asam-basa.
3. Koreksi bedah. Tindakan bedah yang dilakukan sesuai dengan kelainan
patologinya.
4. Antibiotika profilaksis atau terapeutik tergantung proses patologi penyebabnya.
J. KOMPLIKASI
1. Peritonitis septicemia
Inflamasi rongga peritoneal dapat berupa primer atau sekunder, akut atau
kronis dan diakibatkan oleh kontaminasi kapasitas peritoneal oleg bakteri atau
kimia. Peritonitis primer tidak berhubungan dengan gangguan usus dasar (contoh
sirosis dengan asites, sistem urinarius). Sumber inflamasi dari gangguan GI,
ovarium/uterus. Cesera traumatik atau kontaminasi bedah. Interfensi bedah kuratif
pada lokasi peritonotis contoh apendicitis, plikasi ulkus, dan reseksi usus. Bila
peritonitis menyebar, perlu penatalaksanaan medik sebelum atau pada tindakan
bedah.
2. Syok hipofolemia
Syok hipovolemik adalah kondisi darurat di mana perdarahan parah dan
hilangnya cairan membuat jantung tidak mampu memompa cukup darah ke tubuh.
Jenis syok ini dapat menyebabkan banyak organ berhenti bekerja.
3. Syok Sepsis
Sepsis adalah suatu sindroma klinik yang terjadi oleh karena adanya
respon tubuh yang berlebihan terhadap rangsangan produk mikroorganisme.
Ditandai dengan panas, takikardia,takipnea, hipotensi dan disfungsi organ
berhubungan dengan gangguan sirkulasi darah

K. MASALAH/DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam dan
ataudiforesis.
2. Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan.
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen dan
ataukekakuan.
4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan
L. RENCANA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam dan atau
diforesis.
Tujuan: kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
Tanda-tanda vital normal
Masukan dan haluaran seimbang
Intervensi :
 Pantau tanda vital dan observasi tingkat kesadaran dan gejala syok 
 Pantau cairan parentral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamine.
 Pantau selang nasointestinal dan alat penghisap rendah dan intermitten.
 Ukur haluaran drainase setiap 8 jam, observasi isi terhadap warna dan
konsistensif.
 Posisikan pasien pada miring kanan; kemudian miring kiri untuk
memudahkan pasasse ke dalam usus; jangan memplester selang ke hidung
sampai selang pada posisi yang benar 
 Pantau selang terhadap masuknya cairan setiap jamh.
 Ukur lingkar abdomen setiap 4 jam 
 Pantau elektrolit, Hb dan Htk.
 Siapkan untuk pembedahan sesuai indikasil.
 Bila pembedahan tidak dilakukan, kolaborasikan pemberian cairan per
oral juga dengan mengklem selang usus selama 1 jam dan
memberikanjumlah air yang telahdiukur atau memberikan cairan setelah
selang usus diangkat

2. Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan


Tujuan :
Rasa nyeri teratasi atau terkontrol
Kriteria hasil : pasien mengungkapkan penurunan ketidaknyamanan; menyatakan
nyeri pada tingkat dapat ditoleransi, menunjukkan relaks.
Intervensi :
 Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman; jangan menyangga
lutut. 
 Kaji lokasi, berat dan tipe nyeric.
 Kaji keefektifan dan pantau terhadap efek samping anlgesik; hindari
morfin.
 Berikan periode istirahat terencana.
 Kaji dan anjurkan melakukan lathan rentang gerak aktif atau pasif setiap 4
jam.
 Ubah posisi dengan sering dan berikan gosokan punggung dan perawatan
kulit.
 Auskultasi bising usus; perhatikan peningkatan kekauan atau nyeri;
berikan enema perlahan bila dipesankan.
 Berikan dan anjurkan tindakan alternatif penghilang nyeri.
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen dan kekakuan.
Tujuan :
Pola nafas menjadi efektif.
Kriteria hasil :
Pasien menunjukkan kemampuan melakukan latihan pernafasan, pernafasan yang
dalam dan perlahan.
Intervensi :
 Kaji status pernafasan; observasi terhadap menelan, ³pernafasan cepat´ 
 Tinggikan kepala tempat tidur 40-60 derajat.
 Pantau terapi oksigen atau spirometer insentif 
 Kaji dan ajarkan pasien untuk membalik dan batuk setiap 4 jam dan napas
dalamsetiap jam
 Auskultasi dada terhadap bunyi nafas setiap 4 jam
4. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan fungsi abdomen
Tujuan : konstipasi teratasi
Kriteria hasil : pasien BAB dalam batas normal dlam bentuk feses lunak.
Intervensi :
 Indentifikasi factor-faktor yang menyebabkan konstipasi 
 Monitor tanda-tanda rupture bowel/peritonitis
 Jelaskan dan rasionalisasi tindakan pada pasien
 Konsultasikan dengan dokter tentang peningkatan dan penurunan bising
ususe
 Kolaborasi jika ada tanda dan gejala konstipasi yang menetap
 Jelaskan pada keluarga pasien tentang manfaat diet terhadap eliminasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi diet tinggi serat dan cairan
5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan
Tujuan : ansietas teratasi
Kriteria hasil : pasien mengungkapkan pemahaman tentang penyakit saat ini dan
mendemonstrasikan keterampilan kooping positif dalam menghadapi ansietas.
Intervensi :
 Kaji perilaku koping baru dan anjurkan penggunaan ketrampilan yang
berhasil pada waktu lalu. 
 Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan rasa
takut; berikan penenangan.
 Jelaskan prosedur dan tindakan dan beri penguatan penjelasan mengenai
penyakit,tindakan dan prognosis.
 Pertahankan lingkungan yang tenang dan tanpa stres.
 Dorong dukungan keluarga dan orang terdekat
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak
bisa disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang disebabkan
kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan
vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.
Obstruksi usus halus dapat disebabkan oleh adhesi, hernia inkarserata, neoplasma,
intususepsi, volvulus, benda asing, kumpulan cacing askaris, sedangkan obstruksi usus
besar penyebabnya adalah karsinoma, volvulus, divertikulum Meckel, penyakit
Hirschsprung, inflamasi, tumor jinak, impaksi fekal. Gejala penyumbatan usus meliputi
nyeri kram pada perut, disertai kembung. Bising usus yang meningkat dan “metallic
sound” dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.
Gejala umum berupa syok, oliguri dan gangguan elektrolit. Kolik dapat terlihat
pada inspeksi perut sebagai gerakan usus atau kejang usus dan pada auskultasi sewaktu
serangan kolik, hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi nada tinggi. Tujuan utama
penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi untuk mencegah
perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai