INVENTARISASI ANGGREK TERESTRIAL DI TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU BLOK Ireng

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

INVENTARISASI ANGGREK DI TAMAN NASIONAL

TENGGER SEMERU BOLOK IRENG-IRENG KECAMATAN


SENDURO KABUPATEN LUMAJANG

Hasil Penelitian :
Arkadyah Dina Figianti dan Lita Soetopo
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
Jalan Veteran, Malang 65145 Jawa Timur

Disusun Kembali Oleh :


MUHAMMAD RAMDANI ALHAFIDZ
4122.1.18.11.0030

SEMINAR AKADEMIK

UNIVERSITAS WINAYA MUKTI


FAKULTAS PERTANIAN
SUMEDANG
2021
JUDUL :Inventarisasi Anggrek Di Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru Blok Ireng-Ireng Kecamatan
Senduro Kabupaten Lumajang
NAMA : MUHAMMAD RAMDANI ALHAFIDZ
NPM : 4122.15.11.0030

PROGRAM STUDI : AGROTEKNOLOGI

JENJANG PENDIDIKAN : S-1

__________________________________________________________________
Tanjungsari, Januari 2021
Menyetujui,
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. R. Wahyono Widodo, MP. Dr. Ir. Rohana Abdullah, MS.
Pembimbing 1 Pembimbing 2

Mengesahkan,
Ketua Program Studi Agroteknologi

Lia Sugiarti, SP., MP.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kita panjatkan kepada Allah SWT, yang telah

memberi rahmat dan nikmat yang tidak terhingga, Rahmat serta salam semoga

tetap dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi panutan umat-

Nya sepanjang masa.

Penulisan Seminar Akademik ini berjudul “Inventarisasi Anggrek Di

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Blok Ireng-Ireng Kecamatan Senduro

Kabupaten Lumajang”. Ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana pertanian pada program studi Agroteknologi S1 Fakultas Pertanian

Universitas Winaya Mukti.

Dalam penyusunan tulisan seminar akademik ini penulis banyak mendapat

bantuan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelasaikan seminar akademik

ini.

Semoga amal kebaikan yang telah diberikan mendapat ganjaran yang

setimpal dari Allah SWT. Aamiin.

Akhirnya penulis berharap semoga seminar akademik ini dapat bermanfaat

bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Sumedang, Januari 2022

i
Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................2
1.4 Kegunaan Penelitian..................................................................................2
BAB II......................................................................................................................4
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS.................4
2.1 Kajian Pustaka...........................................................................................4
2.1.1 Anggrek..............................................................................................4
2.1.2 Anggrek Terestrial.............................................................................5
2.1.3 Eksplorasi...........................................................................................5
2.2 Kerangka Pemikiran..................................................................................5
2.3 Hipotesis....................................................................................................6
BAB III....................................................................................................................7
METODE PENELITIAN.........................................................................................7
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................7
3.2 Alat dan Bahan Percobaan........................................................................7
3.3 Metode Penelitian......................................................................................7
3.3.1 Metoda Analisa Data..........................................................................9
BAB IV..................................................................................................................10
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.....................................................10
4.1. Pengamatan Utama..................................................................................10
4.2. Vegetasi Lantai Hutan.............................................................................11
4.3. Parameter Vegetasi..................................................................................13
4.4. Pembahasan.............................................................................................14
iv

BAB V....................................................................................................................17
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Komposisi anggrek taah dan vegetasi lantai berdasarkan ketinggian14


DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Jalur Pendakian Utama Gunung Andong8

2. Desain Sampling Pengambilan Data9

3. Jenis-jenis anggrek tanah yang ditemukan di Gunung Andong, Magelang,

Jawa Tengah5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman hayati yang

tinggi. Bukan hanya mengenai tanaman pangan dan industri, akan tetapi tanaman

hias seperti anggrek juga turut menyumbang angka dalam keanekaragaman hayati

di Indonesia. Namun permasalahan saat ini yaitu terjadinya ancaman bagi

tumbuhan anggrek akibat perusakan habitat (Destri, 2015).

Kesadaran akan pentingnya keanekaragaman hayati haruslah ditingkatkan

melalui upaya konservasi baik in situ atau eks situ. Salah satu kawasan konservasi

in situ yang ada di Jawa Timur yaitu Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Berdasarkan penelitian Nugroho dan Darwiati (2007), diketahui bahwa pada

Kecamatan Senduro (SKW II) terdapat 8 desa yang dikaji dengan hasil 6 desa

termasuk ke dalam kategori riskan dan 2 desa termasuk rawan dimana kedua

kategori tersebut dapat menimbulkan gangguan kawasan. Gangguan kawasan

yang terjadi di Kecamatan Senduro meliputi pencurian kayu, pengambilan

hijauan, dan perburuan liar. Pada Blok Ireng-Ireng merupakan salah satu lokasi

dengan intensitas pencurian kayu tertinggi.

Anggrek terestrial merupakan salah satu jenis anggrek yang tumbuh dan

berkembang di tanah. Keberadaan anggrek terestrial di alam sangat bergantung

pada komponen hutan sebagai habitatnya. Apabila komponen tersebut terganggu,

maka dapat mengancam kelestarian dari tanaman anggrek terestrial. Penyelamatan

tanaman anggrek terestrial dapat dilakukan melalui eksplorasi dan inventarisasi.

1
2

Eksplorasi dilakukan dengan mencari, mengumpulkan,dan mengidentifikasi jenis

plasma nutfah anggrek terestrial, sedangkan inventarisasi dilakukan dengan

mendata keanekaragaman anggrek terestrial.

Eksplorasi dan inventarisasi diperlukan untuk menyelamatkan kelestarian

anggrek terestrial serta menyusun informasi mengenai kondisi tanaman anggrek

terestrial dikarenakan informasi mengenai anggrek terestrial masih minim. Tujuan

dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui keanekaragaman jenis anggrek terestrial

di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Blok Ireng-Ireng, Kecamatan

Senduro, Kabupaten Lumajang.

1.2 Rumusan Masalah

Dari persoalan-persoalan yang teridentifikasi tersebut cukup penting dan

menarik untuk diteliti. Berdasarkan hal tersebut, rumusan permasalahan penelitian

ini adalah:

1. Jenis-jenis anggrek tanah apa saja yang ditemukan di jalur pendakian utama

Gunung Andong, Magelang, Jawa Tengah.

2. Bagaimanakah komposisi vegetasi lantai di habitat anggrek tanah di jalur

pendakian utama Gunung Andong, Magelang, Jawa Tengah.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data komposisi jenis anggrek

terrestrial apa saja dan vegetasi lantai hutan apa yang ada di Kawasan Gunung

Andong, Magelang, Jawa Tengah.

1.4 Kegunaan Penelitian


3

Adapun kegunaan dari penelitian ini yaitu sebagai bahan referensi dan studi

bagi pihak-pihak yang membutuhkan bahan masukan dan bahan pertimbangan

bagi pengembangan anggrek terrestrial.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Anggrek

Keluarga anggrek terdiri atas lebih dari 600 jenis (genera), dan sekitar

25.000 spesies asli ditemukan dari belantara hutan di muka bumi ini. Sementara,

sekitar 7.000 spesies berada di alam Indonesia (Nies Sumarti Kartohadiprodjo

dkk, 2009).

Kedudukan tanaman anggrek dalam susunan taksonominya sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Orchidales
Famii : Orchidaceae
Subfamili : Apostasioideae, Cypripedioideae, Epidendroideae,
Orchidoideae, dan Vanilloideae.
Genus : Spathoglottis, Arundina, Geodorum, Malaxis,
Paphiopedilum, Appendicula, Calanthe, Caladenia,
Habenaria, Herminium, Microtis, Thelymitra, Cheirostylis,
Zeuxine, Cymbidium, Macodes, Nephelaphyllum,
Cystorchis, Ludisia, Anoectochilus, Phaius.
Spesies : Spathoglottis sp, Arundina sp, Geodorum sp, Malaxis sp,

Paphiopedilum sp, Appendicula sp, Calanthe sp, Caladenia

sp, Habenaria sp, Herminium sp, Microtis sp, Thelymitra

4
5

sp, Cheirostylis sp, Zeuxine sp, Cymbidium sp, Macodes sp,

Nephelaphyllum sp, Cystorchis sp, Ludisia sp,

Anoectochilus sp, Phaius sp.

2.1.2 Anggrek Terestrial

Anggrek tanah merupakan tumbuhan herba dengan ciri khas salah satu

mahkotanya termodifikasi menjadi bibir (labellum), sukulen (memiliki jaringan

penyimpan air), batang dengan atau tanpa umbi semu (pseudobulb), dan hidup di

tanah (Darmono, 2008; Sumartono, 1981).

2.1.3 Eksplorasi

Eksplorasi adalah pelacakan atau dalam plasma nutfah tanaman

dimaksudkan sebagai kegiatan mencari, mengumpulkan, dan meneliti jenis

plasma nutfah tertentu untuk mengamankan dari kepunahan. Eksplorasi

dilengkapi dengan denah penjelajahan yang menggambarkan tepat tujuan

eksplorasi.

Metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui komposisi anggrek

tanah dan vegetasi lantai hutan di jalur pendakian utama Gunung Andong,

Magelang, Jawa Tengah yaitu dengan metode eksplorasi, dengan penempatan

jalur menggunakan garis bantu transek berupa jalur pendakian utama Gunung

Andong. Metode ini diharapkan dapat mewakili jenis anggrek terrestrial yang

akan diteliti.

2.2 Kerangka Pemikiran


6

Anggrek merupakan tanaman yang memiliki nilai estetika yang tinggi,

anggrek spesies yang berada di hutan sering di ambil untuk diperjual belikan,

walaupun anggrek hanya berpotensi sebagai tanaman hias dan bukan tergolong

tanaman pokok dalam kebutuhan manusia, namun tingkat kepunahan terhadap

anggrek ini cukup tinggi dikarenakan kerusakan hutan yang disebabkan oleh

kebakaran hutan, konversi hutan dan penebangan pohon hutan secara sengaja.

Data dari World Conservation Monitoring Center (1995), menunjukkan

bahwa jika dibandingkan dengan jenis tumbuhan asli Indonesia yang berstatus

terancam lainnya, anggrek merupakan tumbuhan yang menerima ancaman

kepunahan tertinggi yaitu sebanyak 203 jenis (39%). Bahkan tidak menutup

kemungkinan bila sudah banyak anggrek yang punah sebelum sempat dideskripsi

atau didokumentasikan.

Mengingat betapa terancamnya kepunahan anggrek ini, perlu adanya usaha

untuk melestarikan tanaman anggrek dengan upaya pelestarian dan konservasi

untuk menghindari kehilangan dan kelangkaan jenis anggrek, usaha penyelamatan

plasma nutfah anggrek terestrial dapat dilakukan dengan kegiatan eksplorasi

sebagai upaya pemantauan dan penyelamatan.

2.3 Hipotesis

Terdapat berbagai macam komposisi anggrek dan vegetasi lantai hutan di

jalur pendakian utama Gunung Andong, Magelang, Jawa Tengah..


BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat eksploratif yang dilakukan dengan menggunakan

garis bantu transek berupa jalur pendakian utama Gunung Andong, Magelang,

Jawa Tengah.

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 26 Juli hingga 29 September 2013 di

kawasan jalur pendakian utama Gunung Andong, Magelang, Jawa Tengah.

3.2 Alat dan Bahan Percobaan

Alat-alat yang digunakan adalah :

- Peta lokasi

- Kompas

- GPS (Global Positioning System)

- Kamera digital

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

- Tumbuhan Anggrek Terestrial

- Vegetasi Lantai Hutan

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan garis bantu transek berupa jalur

pendakian utama Gunung Andong. Purpossive Sampling digunakan untuk

menentukan peletakan plot vegetasi lantai berdasarkan keberadaan anggrek tanah.

Pada tiap plot, posisi anggrek tanah berada tepat di tengah plot. Plot vegetasi

7
8

lantai di sekitar anggrek tanah yang diamati yaitu berukuran 1m x 1 m (Oosting,

1958).

Gambar 1. Jalur Pendakian Utama Gunung Andong.

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengamati habitat dan penentuan

sebaran anggrek tanah di sekitar jalur pendakian Gunung Andong. Jenis-jenis

anggrek tanah yang ditemukan dicatat posisi koordinat dan ketinggiannya

menggunakan GPS kemudian ditabulasikan.

Anggrek tanah yang ditemukan di kawasan jalur pendakian Gunung Andong

ada 47 titik. Masing-masing titik tersebut dijadikan plot pengamatan dan

dilakukan perhitungan vegetasi lantai dengan luas plot 1m x 1m dengan posisi

anggrek tanah tepat berada di tengah plot (gambar 2).


9

Gambar 2. Desain Sampling Pengambilan Data.

Faktor abiotik seperti pH tanah, kelembaban tanah, temperatur tanah,

temperatur udara, dan intensitas cahaya diukur dan diamati pada masing-masing

plot pengamatan tersebut. Kemudian jenisjenis vegetasi lantai yang ditemukan di

sekitar anggrek tanah masing-masing difoto menggunakan kamera digital

kemudian diambil sampelnya untuk dikoleksi sebagai herbarium dan

diidentifikasi.

3.3.1 Metoda Analisa Data

Proses identifikasi dilakukan dengan cara mencocokkan foto anggrek

tanah dan sampel vegetasi lantai yang ditemukan dengan menggunakan buku

panduan Flora Pegunungan Jawa (Steenis, 2010), Orchid of Java (Comber, 1990),

dan Atlas of 220 Weeds of Sugar-Cane Fields in Java (Backer,1973).


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengamatan Utama

Anggrek tanah berdasarkan ketinggian dibagi menjadi tiga kategori, yaitu

kategori A (1500 – 1600 mdpl), kategori B (1600 – 1700 mdpl), dan kategori C

(1700 – 1800 mdpl). Jenis anggrek tanah yang ditemukan pada kategori A ada 5

jenis yaitu Arundina graminifolia, Caladenia carnea, Herminium lanceum,

Microtis unifolia, dan Thelymitra javanica. Pada kategori B ditemukan 11 jenis

yaitu Appendicula alba, Arundina graminifolia, Caladenia carnea, Calanthe

ceciliae, Habenaria multipartita, Herminium lanceum, Microtis unifolia,

Paphiopedilum javanicum, Spathoglottis plicata, dan Thelymitra javanica.

Sedangkan pada kategori C ditemukan 10 jenis, di antaranya adalah Arundina

graminifolia, Caladenia carnea, Cheirostylis javanica, Paphiopedilum javanicum.

Cheirostylis javanica ditemukan pada ketinggian 1732 mdpl dan jenis ini juga

termasuk jenis Habenaria loerzingii, Habenaria multipartita, Herminium

lanceum, Microtis unifolia, Spathoglottis plicata, Thelymitra javanica, dan

Zeuxine strateumatica.

Keanekaragaman jenis anggrek tanah tertinggi terdapat pada kategori B

(1600 – 1700 mdpl) yaitu 11 jenis. Hal ini dikarenakan pada ketinggian tersebut

memiliki fisiognomi vegetasi yang cukup beragam. Pada ketinggian tersebut

terdapat tumbuhan tingkat pohon, semak, perdu, dan vegetasi lantai. Kondisi pada

ketinggian tersebut juga memiliki daerah yang ternaungi tajuk dan daerah terbuka,

10
11

sehingga jenis anggrek tanah yang menyukai daerah terbuka maupun jenis

anggrek tanah yang membutuhkan habitat teduh ternaungi tajuk dan menyukai

habitat lembab dapat tumbuh baik di kawasan tersebut. Jenis anggrek tanah yang

menyukai daerah terbuka di antaranya Arundina graminifolia, Caladenia carnea,

Habenaria loerzingii, Habenaria multipartita, Herminium lanceum, Spathoglottis

plicata, Thelymitra javanica, dan Zeuxine strateumatica. Sedangkan jenis anggrek

tanah yang menyukai habitat lembab dan sedikit ternaungi bertajuk yaitu

Appendicula alba dan Malaxis sp. Keanekaragaman anggrek yang paling rendah

yaitu pada kategori A (1500 – 1600 mdpl) yaitu hanya ditemukan 5 jenis. Hal ini

dimungkinkan karena pada ketinggian kategori A, cukup banyak memiliki pohon

dan daerah terbuka pada kawasan tersebut minim, sehingga anggrek tanah yang

dapat ditemukan pada kawasan tersebut hanya jenis yang mampu beradaptasi dan

memiliki daya toleran tinggi terhadap lingkungan. Jenis anggrek tanah yang

tumbuh di kawasan tersebut Arundina graminifolia, Caladenia carnea,

Habenaria multipartita, Herminium lanceum, dan Thelymitra javanica.

4.2. Vegetasi Lantai Hutan

Vegetasi lantai di sekitar anggrek tanah tercatat ada 52 jenis dari 24 famili.

Vegetasi lantai yang ditemukan terdiri dari 4 growth form yaitu semak, herba,

rumput, dan paku-pakuan. Pada growth form semak ditemukan ada 7 jenis

vegetasi lantai, growth form herba ditemukan 17 jenis, growth form rumput

ditemukan 11 jenis, dan growth form paku-pakuan 17 jenis. Keanekaragaman

tertinggi vegetasi lantai di sekitar anggrek tanah berdasarkan growth form-nya

adalah herba dan pakupakuan yaitu masing-masing ditemukan 17 jenis.


12

Komunitas tumbuhan dari segi kehadirannya dipengaruhi oleh berbagai

faktor lingkungan, salah satunya adalah faktor ketinggian tempat dari permukaan

air laut. Peningkatan ketinggian berhubungan dengan peningkatan kecepatan

angin, kelembaban udara, dan penurunan suhu sehingga mengakibatkan suatu

komunitas yang tumbuh semakin sedikit dan semakin homogen (Van Steenis,

2010).

Dalam penelitian ini, pengamatan vegetasi lantai di sekitar anggrek tanah

berdasarkan ketinggiannya dibagi menjadi 3 kategori, yaitu kategori A (1500 -

1600 mdp); B (1600 – 1700 dpl); dan C (1700 – 1800 mdpl). Berdasarkan data

yang diperoleh, vegetasi lantai yang tumbuh di sekitar anggrek tanah pada

ketinggian 1500 – 1600 mdpl yaitu ada 23 jenis, ketinggian 1600 – 1700 mdpl 31

jenis, dan ketinggian 1700 – 1800 mdpl terdapat 32 jenis. Berbeda dengan teori

yang disebutkan sebelumnya, pada ketinggian lebih rendah yaitu 1500 – 1600

mdpl di jalur pendakian Gunung Andong memiliki keanekaragaman vegetasi

lantai lebih sedikit. Vegetasi lantai tumbuh kurang baik pada ketinggian tersebut

dimungkinkan karena masih terdapat pohon dan tajuk yang cukup rimbun

sehingga penetrasi cahaya kurang baik. Selain itu kompetisi untuk memperoleh

nutrisi bagi pertumbuhan vegetasi lantai di ketinggian ini cukup tinggi dan

didominasi oleh vegetasi pohon di sekitarnya. Sedangkan pada ketinggian 1600 –

1700 mdpl dan 1700 – 1800 mdpl memiliki vegetasi lantai yang cukup beragam.

Hal ini dikarenakan karena pada kawasan tersebut cukup terbuka dan dapat

langsung tersinari oleh matahari, sehingga penetrasi cahaya matahari tersebut


13

sangat cukup. Menurut Ewusie (1990), vegetasi lantai akan lebih subur di tempat

hutan terbuka atau di tempat lain yang tanahnya lebih banyak mendapat cahaya.

4.3. Parameter Vegetasi

Vegetasi lantai di sekitar anggrek tanah yang memiliki densitas relatif

tertinggi yaitu Imperata cylindrica (20,895%), Ageratina riparia (19,969%), dan

Pogonatherum crinitum (14,353%). Vegetasi lantai di sekitar anggrek tanah yang

memiliki frekuensi relatif (FR) tertinggi yaitu Ageratina riparia dengan nilai FR

10,714%. Hal tersebut menggambarkan bahwa A. riparia memiliki kemampuan

reproduksi dan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya. Selain itu,

berdasarkan nilai derajat konstansinya jenis tumbuhan memiliki distribusi yang

sangat luas karena jenis ini ditemukan hampir di setiap plot pengamatan yaitu

93,61% dari seluruh plot pengamatan. Berdasarkan hasil penjumlahan nilai DR

dengan FR, vegetasi lantai di sekitar anggrek tanah yang memiliki INP tertinggi

berturut-turut yaitu Ageratina riparia (30,684%), Imperata cylindrica (29,704%),

Pogonatherum crinitum (23,877%), Gonostegia hirta (16,913%), dan Digitaria

sanguinalis (11,980%). Indeks Nilai Penting (INP) merupakan indeks yang

menggambarkan pentingnya peranan suatu jenis vegetasi dalam ekosistemnya,

apabila INP suatu jenis vegetasi bernilai tinggi maka jenis vegetasi itu sangat

mempengaruhi kestabilan ekosistem tersebut (Fachrul, 2007). Sedangkan menurut

Indriyanto (2006), indeks nilai penting merupakan parameter kuantitatif untuk

menyatakan dominansi (tingkat penguasaan) jenis-jenis di dalam suatu komunitas

tumbuhan. Jenis-jenis yang dominan dalam suatu komunitas tumbuhan akan

memiliki nilai INP yang tinggi dibandingkan dengan yang lainnya.


14

Berdasarkan habitusnya, kelima jenis vegetasi lantai dengan INP tertinggi

tersebut termasuk ke dalam kelompok herba. Kehadiran herba yang hidup di

sekitar anggrek tanah berperan sangat penting terutama dalam siklus hara tahunan

(Anwar dkk, 1994). Serasah herba yang dikembalikan pada tanah mengandung

unsur-unsur hara yang cukup tinggi. Selain itu herba berfungsi sebagai penutup

tanah yang sangat berperan dalam mencegah erosi dan rintikan air hujan dengan

tekanan keras yang langsung jatuh ke permukaan tanah, sehinggga akan mencegah

hilangnya humus oleh air (Soeriaadmadja, 1997). Oleh karena itu kelima jenis

tumbuhan tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dan dapat menjadi

kontrol untuk menjaga kestabilan ekosistem di sekitar anggrek tanah di kawasan

Gunung Andong.

4.4. Pembahasan

Jenis-jenis anggrek tanah dan vegetasi lantai yang ditemukan di sepanjang jalur

pendakian utama Gunung Andong, Magelang, Jawa Tengah dapat diperhatikan

pada Tabel 1.
15

Tabel 1. Komposisi anggrek tanah dan vegetasi lantai berdasarkan ketinggian

Berdasarkan hasil penelitian di kawasan jalur pendakian Utama Gunung

Andong ditemukan 14 jenis anggrek tanah dari 4 subfamili yaitu subfamili

Orchidoideae, Epidendroideae, Cypripedioideae, dan Spiranthoideae. Anggrek

tanah yang paling banyak dan sering ditemui adalah Arundina graminifolia, atau

biasa disebut anggrek bambu. Arundina graminifolia mulai dapat ditemukan


16

setelah batas vegetasi pinus dengan ketinggian 1500 mdpl hingga kawasan

puncak, hidup merumpun, labellum berwarna putih pink dan pada dasarnya

berwarna kuning-coklat. Umumnya jenis anggrek tanah tersebut tumbuh di

lerenglereng gunung pada daerah terbuka yang terkena cahaya matahari langsung.

Gambar 3. Jenis-jenis anggrek tanah yang ditemukan di Gunung Andong, Magelang, Jawa Tengah.

Jenis anggrek tanah yang paling sedikit ditemukan yaitu Cheirostylis

javanica, Appendicula alba, dananggrek tanah endemik (lokal) di Jawa yang

ditemukan di gunung Andong. Warna labellum jenis ini putih dengan tepi

bergerigi, daun berwarna hijau gelap kecoklatan, berukuran kecil, dan batang

tegak berwarna coklat kemerahan.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1 Komposisi anggrek tanah yang ditemukan di jalur pendakian utama Gunung

Andong, Magelang, Jawa Tengah sebanyak 14 spesies yang termasuk ke

dalam 4 subfamili. Subfamili Orchidoideae mempunyai anggota terbanyak

yaitu 6 spesies.

2 Anggrek tanah terbanyak ditemukan di ketinggian 1600 – 1700 m dpl sebanyak

11 spesies.

3 Jenis vegetasi lantai hutan yang ditemukan sebanyak 52 spesies dari 24 famili.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, J., S. J. Damanik., N. Hisyam & A. J. Whitten. (1994). Ekologi Ekosistem

Sumatera. Yogyakarta: UGM Press.

Backer, C.A. (1973). Weed Flora of Javanese Sugar-cane Fields. Deventer: Ysel

Press.

Comber, J.B. (1990). Orchids of Java. London: Benthammoxon Trust. The Royal

Botanic Gardens, Kew.

Ewusie, J.Y. (1990). Ekologi Tropika. Bandung: Penerbit ITB.

Fachrul, M. F. (2007). Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Penerbit Bumi

Aksara.

Indriyanto. (2006). Ekologi Hutan. Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara.

Irwan, Z. D. (2010). Prinsip-prinsip Ekologi Ekosistem, Lingkungan &

Pelestariannya. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Oosting, H.J. (1958). The Study of Plant Communities. D.J. Chivers (Ed.). New

York: Plenum Press.

Soerianegara, I & A.Indrawan. (2008). Ekologi Hutan Indonesia. Bogor:

Departemen Managemen Hutan. Fakultas Kehutanan.

Steenis van, C.G.G.J. (2010). Flora Pegunungan Jawa. Bogor: LIPI Press.

World Conservation Monitoring Centre. (1995). Indonesian Threatened Plants.

Eksplorasi 2 (3): 89

18

Anda mungkin juga menyukai