Jacks Sempro Perbaikan 3

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

IDENTIFIKASI JENIS BELALANG (Caelifera) DAN TINGKAT

SERANGAN PADA EKOSISTEM TANAMAN JAGUNG


(YANG DI TANAM PADA BERBAGAI VARIETAS)

USULAN PENELITIAN

RAHMATULLAH A. LAMBOKA

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


JURUSAN HAMA AN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2022

i
IDENTIFIKASI JENIS BELALANG (Caelifera) DAN TINGKAT
SERANGAN PADA EKOSISTEM TANAMAN JAGUNG
(YANG DI TANAM PADA BERBAGAI VARIETAS)

“Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Tadulako”

RAHMATULLAH A. LAMBOKA
E281 19 051

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2022

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan

proposal penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di

Fakultas Pertanian Universitas Tadulako.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr.Ir.Alam

Anshary, M.Si. sebagai dosen pembimbing utama dan kepada Bapak Prof. Dr. Ir.

Moh. Yunus, M.P sebagai dosen pembimbing anggota yag telah memberikan

arahan, bimbingan, saran, dan dorongan sehingga penyusunan proposal ini dapat

terselesaikan dengan baik dan benar.

Akhir kata, penyusun mengucapkan terima kasih. Semoga Tuhan Yang

Mahas Esa memberikan imbalan yang setimpal atas kebaikan dan jasa-jasa beliau,

serta tulisan ini mendapat ridho-Nya dan bermanfaat bagi semua pihak.

Palu, Oktober 2022

Penyusun

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Identifikasi Jenis Belalang (Caelifera) dan Tingkatan


Serangan Pada Ekosistem Tanaman Jagung (Yang
ditanam Pada Berbagai Varietas)
Nama : Rahmatullah A.Lamboka

Stambuk : E 281 19 051

Program Studi : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian

Universitas : Tadulako

Palu, Oktober 2022

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Prof. Dr. Ir. Alam Anshary, M.Si. Prof. Dr. Ir. Mohammad Yunus, M.P
NIP. 19581201 198603 1 003 NIP. 195 70217 198511 1 001

Ketua Progam Studi


Agroteknologi

Dr. Irwan Lakani, S.P., M.Si.


NIP. 19620809 198701 1 001

iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL LUAR ............................................................. i


HALAMAN SAMPUL DALAM.......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................... iii
KATA PENGANTAR........................................................................... iv
DAFTAR ISI.......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian.................................................................... 3
1.3 Manfaat Penelitian.................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 4
2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................... 4
2.2 Landasan Teori ........................................................................ 6
2.2.1 Klasifikasi Dan Botani................................................. 6
2.2.2 Fase Vegetative............................................................ 8
2.2.3 Fase Generative........................................................... 9
2.2.4 Hama Belalang ............................................................ 10
2.3 Hipotesis . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . ....................................... 11
BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................... 12
3.1 Tempat dan Waktu ................................................................... 12
3.2 Alat dan Bahan .......................................................................... 12
3.3 Metode Penelitian....................................................................... 12
3.4 Prosedur Penelitian..................................................................... 13
3.4.1 Persiapan Areal.............................................................. 13
3.4.2 Persiapan Pot Penelitian.................................................. 13
3.4.3 Penanaman Benih ........................................................... 13
3.4.4 Pemeliharaan Tanaman................................................... 13
3.4.5 Penyiangan ..................................................................... 14
3.4.6 Pemupukan...................................................................... 14
3.4.7 Pembubunan.................................................................... 14
3.5 Parameter Pengamatan.................................................................. 15
3.5.1 Intensitas Serangan........................................................... 15
3.5.2 Identifikasi Belalang......................................................... 16
3.6 Analisis Data........................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

v
DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Denah Lahan Pengamatan ......................................................................... 20

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman jagung secara spesifik merupakan tanaman pangan yang sangat

bermanfaat bagi kehidupan manusia ataupun hewan. Jagung merupakan makanan

pokok kedua setelah padi di Indonesia. Sedangkan, berdasarkan urutan bahan

makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan ketiga setelah gandum dan

padi. Tanaman jagung hingga kini di manfaatkan oleh masyarakat dalam berbagai

bentuk penyajian seperti : tepung jagung (maizena), minyak jagung bahan pangan,

serta sebagai pakan ternak dan lain-lainnya (Derna, 2007).

Menurut Biba (2015), produktivitas jagung di tingkat petani tidak stabil atau

tidak seimbang antara satu tempat dengan tempat lain disebabkan oleh berbagai hal,

diantaranya penggunaan jarak tanam dan varietas yang kurang sesuai dengan

agroklimat setempat. Agar penggunaan jarak tanam dan varietas sesuai dengan

agroklimat diperlukan sosialisasi teknologi budidaya untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan petani agar dapat terjadi perubahan sikap dalam

mengadopsi inovasi pertanian yang dapat diterapkan dalam mengelola usaha

taninya menjadi lebih baik.

Berdasarkan data kementrian pertanian Republik Indonesia pada tahun

2014-2018 untuk Provinsi Sulawesi Tengah, produksi jagung pada tahun 2014

sebanyak 170.203 ton pipilan kering (PK) serta produktivitas 40,8 ku/ha. Pada

tahun 2015 produksi jagung sebanyak 131.123 ton pipilan kering (PK) serta

produktivitas 40,34 ku/ha. Di tahun 2016 produksi jagung sebanyak 313.717 ton

1
pipilan kering (PK) serta produktivitas 51,10 ku/ha, dan ditahun 2017 produksi

jagung sebanyak 374.323 ton pipilan kering (PK) serta produktivitas 47.39 ku/ha.

Kemudian di tahun 2018 produksi jagung mencapai sebanyak 380.650 ton serta

produktifitas 46.76 ku/ha. Produksi jagung lima tahun terakhir mengalami fluktuasi,

pada tahun 2015 produksi dan produktifitas mengalami penurunan. Produksi jagung

di tahun 2018 meningkat dibandingkan 2016 dan 2017. Namun produktifitas di

tahun 2018 menurun dibandingkan produktifitas di tahun 2016 dan 2017.

Ada beberapa jenis hama yang menyerang pada tanaman jagung dengan

berbagai macam bentuk serangan yang ditimbulkan, salah satu jenis hama yang

menyerang tanaman jagung adalah hama belalang. Belalang sering kali ditemukan

di areal pertanaman jagung sedang memakan daun jagung. Belalang merupakan

hama yang menyerang daun jagung pada kondisi tertentu pada fase vegetatif.

Serangga ini memakan tulang daun dan batang sehingga kerusakan dapat mencapai

90% (Prakoso, 2017)

Belalang memiliki peranan sebagai herbivora, predator, dekomposer, dan

hama sehingga berpotensi dijadikan sebagai indikator kualitas lahan pertanian.

Belalang sering dianggap sebagai serangga penganggu, padahal memiliki peranan

yang vital di ekosistem (Prakoso, 2017).

2
1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis hama belalang

(Caelifera) dan tingkat serangannya pada berbagai varietas tanaman jagung

(Zea mays L) di Desa Lolu, Kecamatan Sigi-Biromaru, Kabupaten Sigi,

Provinsi Sulawesi Tengah..

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat seperti, untuk peneliti

yaitu menambah pengalaman dan wawasan dalam penelitian identifikasi jenis

hama belalang pada berbagai varietas tanaman jagung. Dan bagi pembaca/

perkembangan penelitian yaitu diharapkan dapat menjadi bahan untuk menambah

referensi bahan informasi mengenai jenis hama belalang (Caelifera) pada tanaman

jagung (Zea mays L).

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitan Terdahulu

Nurnaisah et al, (2021). Mengenai Identifikasi jenis serangga hama pada

tanaman jagung (Zea Mays L) di kota tarakan. Menunjukkan bahwa jenis serangga

yang di temukan pada tanaman jagung terdapat 12 spesies yaitu Locusta migratoria

Papilio demoleus, Acraea violae, Macrodiplax cora, cochliomyia macellaria,

musca domestica, Atherigona soccata, Tachinidae sp, Braconidae sp,

Ichneumonidae sp, Apidae sp dan Coccinella arcuate. Peranan dari jenis serangga

tersebut yaitu sebagai herbivor, predator, parasitoid dan penyerbuk. Belalang

kembara (Locusta migratoria) merupakan serangga yang aktif pada siang hari, pada

pagi hari belalang terbang dan berputar-putar untuk mencari lokasi dan pada senja

hari belalang hinggap suatu lokasi untuk kawin. Kerusakan tanaman dipengaruhi

oleh kemampuan makan yang sangat bergantung pada jenis tanaman yang paling

disukai hama belalang kembara adalah kelompok tanaman graminae dan salah

satunya ialah tanaman jagung

Ismiranti nontvi (2017). Mengenai identifikasi hama utama pada tanaman

jagung (Zea mays L). Menunjukkan bahwa penelitian ini melakukan pengamatan

selama 4 minggu pada hama belalang di mulai pada 51 hst – 72 hst dengan 3 lokasi

yang berbeda ialah Sabulira toba, Kajulangko, Uentanaga atas. Pada 51 hst

serangan hama belalang pada tanaman jagung sudah mulai berdampak sebagian

dari hasil pertanaman dan pada 58 hst bertambahnya tanaman yang terserang hama

belalang dan begitu seterusnya sampai 72 hst. Persentase serangan hama belalang

4
diperoleh lokasi tertinggi adalah Kelurahan Uentanaga atas 1,16%, Sabulira toba

1,5%, dan terendah Kajulangko 0,85%. Faktor lain yang mempengaruhi tingkat

serangan hama belalang yaitu terdapat pada jenis varietas jagung yang ditanam, dan

juga pada iklim.

Dewi et al, (2020). Mengenai intensitas serangan hama belalang pada

tanaman jagung hitam. Hasil pengamatan yang telah di lakukan selama 10 minggu

dengan intensitas pengamatan 2 minggu sekali di lahan, hama belalang menyerang

tanaman jagung pada umur jagung 20 hari setelah tanam. Belalang memakan daun

tanaman dari bagian tepi daun hingga tengah daun, sehingga mengurangi luas

permukaan daun yang mengakibatkan daun menjadi berlubang. Serangan belalang

pada jagung menyebar pada setiap pengamatan, pada pengamatan ke-3 serangan

hama menyebar hingga banyak daun yang habis, dan mengalami gejala hampir 70%

pada saat umur jagung 45 hst (hari setelah tanam) persentase penularan belalang

dipengaruhi oleh lama periode kering dan intensitas curah hujan.

5
2.2 Landasan Teori

2.2.1 Klasifikasi Dan Botani

Tanaman jagung mempunyai Nama botani Zea mays L. Tanaman ini, jika

di klasifikasikan termasuk keluarga rumput rumputan. Klasifikasi dari tanaman

jagung ialah seperti, Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisio :

Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)

Classis : Monocotyledone (berkeping satu) Ordo : Graminae (rumput-rumputan)

Famili : Graminaceae Genus : Zea Spesies : Zea mays L. Prahasta, (2009).

Menurut Suprapto (2008), jagung (Zea mays L), termasuk tanaman

semusim, yang memiliki lima bagian tanaman yaitu akar, batang, daun, bunga dan

biji. Sistem perakaran tanaman jagung merupakan akar serabut dengan 3 macam

akar yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar udara. Pertumbuhan akar ini

melambat setelah plumula muncul kepermukaan tanah.

Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu,

namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak

tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas

terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh

namun tidak banyak mengandung lignin (Subekti et al, 2007)

Daun jagung memanjang dan keluar dari buku-buku batang. Jumlah daun

terdiri daun, lidah daun, dan helaian daun. Kelopak daun umumnya membungkus

batang Antara kelopak dan helaian daun. terdapat lidah daun atau disebut dengan

ligul permukaan daun tanaman jagung pada umumnya berbulu dan pada bagian

bawah permukaan daun tidak berbulu (Purwono dan Hartono, 2005)

6
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah dalam satu

tanaman. Bunga jantan tumbuh di bagian pucuk tanaman, berupa karangan bunga.

Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam

tongkol. di antara batang dan pelepah daun (Rukmana, 2006)

Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol

produktif meskipun memiliki jumlah bunga betina, beberapa varietas unggul dapat

menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif. Bunga jantan jagung cenderung

siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betina (Rukmana,

2006).

Buah jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung

mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi tergantung

pada jenisnya. Pada umumnya biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat

secara lurus dan berjumlah antara 8-20 baris (Rukmana, 2006).

Biji jagung terdiri dari tiga bagian utama, yaitu pericarp yang merupakan

lapisan tipis terluar pada biji endosperm (82%) sebagai cadangan makanan, dan

embrio (11,6%) (Rukmana, 2006)

(Subekti et al, 2007) mengatakan bahwa pertumbuhan jagung dapat

dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu : 1) Fase perkecambahan, saat proses

imbibisi air yang ditandai dengan pembengkakan biji sampai dengan sebelum

munculnya daun pertama. 2) fase pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai

munculnya daun pertama yang terbuka sempurna sampai tasseling dan sebelum

keluarnya bunga betina (silking), fase ini diidentifikasi dengan jumlah daun yang

terbentuk. 3) fase reproduktif, yaitu fase pertumbuhan setelah silking sampai

masak fisiologis. Perkecambahan benih jagung terjadi ketika radikula muncul dari

7
kulit.

2.2.2 Fase Vegetative

Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian

(serelia) dari keluarga rumput-rumputan (Nelly, 2022). Budidaya tanaman jagung

dapat dilakukan di daratan rendah maupun dataran tinggi pada lahan sawah dan

tegalan. Suhu optimal antara 21-34ºC dengan pH tanah antara 5,6-7,5 serta

ketinggian optimum antara 50-600 mdpl. Tanaman jagung membutuhkan air sekitar

100-140 mm/bulan, maka saat penanaman perlu diperhatikan curah hujan dan

penyebarannya. Untuk mengetahuinya perlu dilakukan pengamatan curah hujan dan

pola distribusinya selama 10 tahun ke belakang agar waktu tanam dapat ditentukan

dengan tepat. Curah hujan juga mempengaruhi perkembangan hama dan musuh

alami pada suatu ekosistem (Roesmarkam et al. 2002).

Jagung adalah tanaman semusim, dalam satu siklus hidupya terjadi selama

80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif

dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Menurut (Nelly, 2022). Akar

tanaman jagung merupakan akar serabut yang tumbuh di bagian pangkal batang

dan menyebar luas sebagai akar lateral. Kemudian akar seminal yang tumbuh ke

bawah dari lembaga biji jagung. Batang tanaman jagung bulat silindris dan

beruas-ruas, dan pada bagian pangkal batang beruas cukup pendek dengan jumlah

sekitar 8-20 ruas. Rata-rata tinggi tanaman jagung antara satu sampai tiga meter di

atas permukaan tanah. Sedangkan daun tanaman jagung berbentuk pita atau garis

dan jumla daunnya sekitar 8-38 helai tiap batangnya, tergantung pada jenis atau

varietas yang ditanam. Panjang daun 30cm - 45cm dan lebarnya antara 5cm –

15cm

8
2.2.3 Fase Generative

Agronomis tanaman jagung ketika akan memasuki masa generative,

biasanya terdapat bunga jantan dan bunga betina yang letaknya terpisah. Bunga

jantan terdapat pada malai bunga di ujung tanaman, sedangkan bunga betina

terdapat pada tongkol jagung. Bunga jantan yang terdapat di ujung tanaman masak

lebih dahulu dari pada bunga betina. Persarian yag terbaik terjadi di pagi hari,

jumlah serbuk sari yang ada perkirakan sekitar dua sampai lima juta pertanaman.

Pada waktu terjadi proses penempelan serbuk sari pada rambut terbentuk selama 7-

15 hari, persarian jagung umumnya dibantu angin (Subekti et al, 2007).

Buah tanaman jagung terdiri atas tongkol, biji, dan daun pembungkus. Biji

jagung mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi

tergantung pada jenisnya, pada umumnya jagung memiliki barisan biji yang melilit

secara lurus atau berkelok-kelok pada tongkol dan berjumlah antara 8-20 baris biji.

Biji terdiri atas tiga bagian utama yaitu kulit biji, endosmperm dan embrio (Subekti

et al, 2007).

Dapat dilihat bahwa fase pertumbuhan jagung 15-25 hari setelah tanam

dikatakan sebagai fase pertumbuhan awal. Fase umur 15-20 hari setelah tanam

adalah fase vegetative, selanjutnya 15-20 hari setelah vegetative adalah fase

pembungaan, pengisian biji sampai panen. Untuk pengamatan keberadaan hama,

umur tanaman jagung sering dibedakan hanya 2 fase yaitu vegetative dan

generative. Fase awal tanam sampai pembungaan, sering dinamakan fase

vegetative. Fase pembungaan sampai panen dikategorikan generative. Jenis dan

populasi hama pada setiap fase pertumbuhan jagung ini hampir selalu berbeda.

9
2.2.4 Hama Belalang (Caelifera)

Belalang merupakan salah satu anggota dari kelompok serangga, yang

mempunyai peran penting dalam me\njaga keseimbangan ekosistem hutan,

ekosistem merupakan lingkungan biologi yang berisi organisme hidup, biotik dan

non-biotik serta komponen fisik yang saling berinteraksi (Erniwati,2003)

Hama belalang pada tanaman jagung merupaka hama imigran dimana

tingkat kerusakannya tergantung pada jumlah populasinya dan tipe tanaman yang di

serang (Sumartini, 2002). Hama belalang menyerang terutama pada bagian daun.

Daun terlihat rusak karena serangan dari belalang tersebut. Jika populasinya banyak

dan belalang sedang dalam keadaan kelaparan hama ini bisa menghabiskan

sekaligus dengan tulang-tulang daunnya (Sumartini, 2002).

Jenis-jenis belalang yang dikenal di Indonesia adalah belalang kayu

(Valanga nigricornis), belalang sembah (Hierodula vitrea), belalang ranting

(Phobaeticus chani), belalang daun (Phyllium fulchrifolium) (Netty et al, 2010).

belalang memiliki tabiat suka berpindah-pindah untuk mencari makanan yang

berada disekitar lokasi yang dilaluinya dan cenderung memilih jenis makanan yang

menjadi favorit yaitu jenis tanaman yang termasuk dalam family Graminae atau

suku rumput-rumputan (jagung, padi, sorghum) sehingga dengan sangat mudah

dapat menyebar pada areal yang luas (Nik et al, 2017)

Belalang kembara (Locusta sp), Salah satu hama penting pada tanaman

jagung adalah hama belalang kembara yang diketahui dapat menyerang pada

seluruh fase pertumbuhan tanaman jagung baik fase generatif maupun vegetatif

(Adnan, 2009).

10
Belalang hijau (Oxya chinensis), hama jenis ini menyerang tanaman

jagung saat masih muda, dengan cara memakan tunas jagung muda (baru tumbuh)

hama belalang pada tanaman jagung merupakan hama imigran, dimana

tingkat kerusakannya tergantung dari jumlah populasi serta tipe tanaman yang

diserang.

Belalang Kayu (Valanga nigricornis), merupakan salah satu hama daun

yang penting karena mempunyai kisaran inang yang luas meliputi rumput, padi,

jagung, kelapa, palem. Hama ini menyerang tanaman muda dan tua dengan

merusak tanaman pada bagian daun dan pucuk. Kadang-kadang pada musim kering

dapat menyebabkan kerusakan parah. Daun yang dimakan menjadi berlubang-

lubang, tulang daun dan urat-urat daun tidak dimakan. Gejalanya kadang-kadang

sulit dibedakan dengan gejala lubang-lubang kerusakan daun oleh serangan ulat

daun. Menurut Soegito (2003), belalang menyerang jenis tanaman seperti jagung,

sorgum, tebu, dan lain-lain. Hama ini menyerang tanaman mulai dari daun muda

sampai daun tua dan pada tingkat serangan yang berat produksi tanaman dapat

berkurang bahkan bisa sampai mati.

2.3 Hipotesis

Terdapat beberapa spesies hama belalang (Caelifera) pada beberapa

varietas Tanaman Jagung (Zea Mays) di lahan pertanian di Desa Lolu, Kecamatan

Sigi Biromaru Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah

11
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini akan di mulai pada bulan September – Desember 2022.

Lokasi penelitian di Desa Lolu, Kecamatan Sigi-Biromaru, Kabupaten Sigi

Provinsi Sulawesi Tengah

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu Meteran,

kertas label, lup/kaca pembesar, mikroskop, pinset, botol koleksi, perangkap jaring

(Sweep net), handphone, cangkul, sekop, parang, tali rafia, kultifator, bambu.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lima varietas benih

tanaman jagung, Air, Detergen dan Alkohol 70%.

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Survey Lokasi

atau tempat lahan penelitian di Desa Lolu Kabupaten Sigi. Selanjutnya penelitian

ini disusun menggunakan eksperimental desain dengan menggunakan Rancangan

Acak Kelompok (RAK) menggunakan perlakuan perbedaan varietas, 5 varietas

jagung Varietas Bisi 99 (V1), Arumba (V2), NK7328 Sumo (V3), Bonansa (V4),

dan Bisi 2 (V5) yang diulang sebanyak 3 kali. Petak yang digunakan sebagai

tempat pengamatan terdiri 15 petak, luas setiap petak 2x3 (dua kali tiga) dengan

jarak tanam 60cm x 20cm, dengan populasi tanaman dalam 1 petak 56 tanaman.

Waktu mulai pengamatan mulai dari 2 minggu setelah tanam (MST)

sampai 15 minggu setelah tanam (MST). Dengan interval waktu seminggu sekali,
12
untuk mengidentifikasi hama diperlukan megambil sampel menggunakan jaring

ayun (sweep net) atau bisa juga dengan Tangan kosong (Bare Hand).

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Persiapan Areal

Persiapan areal untuk penelitian dengan cara menghancurkan gumpalan-

gumpalan tanah yang besar menggunakan traktor, agar diperoleh tanah yang

gembur, waktu yang dibutuhkan untuk pengolahan tanah yaitu satu minggu

(Syofia et al, 2015). Setelah di gemburkan menggunakan traktor, selanjutnya

menggunakan alat pacul dan sekop untuk membuat bentuk lahan penelitian yang

dibutuhkan.

3.4.2 Persiapan Plot Penelitian

Jarak tanam yang digunakan yaitu 60 x 20 cm dengan jumlah biji tiap

lubang tanam yaitu 1 biji (Kartika,2018). Jarak antar plot 60cm dengan ukuran

Lokasi penelitian memiliki panjang 13 meter dan lebar 11 meter, dan ukuran

masing-masing plot 2 x 3 dengan jumlah 15 plot.

3.4.3 Penanaman Benih

Benih di tanam dengan cara di tugal dengan menggunakan jarak tanam

60x20 cm. Dan jumlah biji perlubang tanam adalah 1 biji. Penanaman dilakukan

dengan kedalaman yang kurang lebih 5 cm (Kartika, 2018).

3.4.4 Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan dilakukan sekitar daerah perakaran tanaman, di lakukan

setiap pagi dan sore hari. Pada saat tanaman muda penyiraman dilakukan secara

hati-hati agar tanaman tidak mudah rusak. Penyiraman sering dilakukan setiap

harinya. Menyula dilakukan setelah bibit berumur satu minggu setelah tanam

13
(MST) dan 2 MST, karena ada yang mati sehingga dilakukan penyulaman.

Tanaman sulam berasal dari jenis bibit dengan umur yang sama untuk di plot

tersebut (Syofia et al, 2015)

3.4.5 Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan cara manual dan mekanis. Penyiangan

manual dilakukan dengan cara mencabut langsung gulma-gulma yang tumbuh di

dalam plot penelitian. Sedangkan gulma-gulma yang tumbuh di areal sekitar plot

disiangi atau dibersihkan dengan menggunakan alat sube, pacul, maupun Tangan

(Syofia et al, 2015)

3.4.6 Pemupukan

Pemupukan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu yang pertama pada 1MST -

2MST setelah tanam dan pemupukan kedua dilakukan pada saat usia tanaman

mencapai 5MST – 6MST. Pupuk yang digunakan adalah pupuk Urea dan Ponska

dengan cara di tugal kembali, dengan sedalam 5 cm dan berjarak 7-10 cm dari

batang tanaman dengan dosis pemupukan 250 kg/ha pupuk Urea dan 250 kg/ha

pupuk Ponska (Susilowati et al, 2019). Jika dikonversikan ke 15 petak dengan

luas petakan 2x3 maka 150 gram/petak tanaman dan jika dibagi 56 tanaman yang

ada didalam satu petak makan pertanaman mendapatkan 2,68 gram/tanaman

3.4.7 Pembubunan

Pembubunan dilakukan pada tanaman berumur 4MST. dengan tinggi

pembubunan 3-5 cm. Pembubunan dilakukan agar tanaman jagung tegak dan

kokoh sehingga mengurangi kerebahan yang memungkinkan disebabkann oleh

angin dan pembumbunan dilakukan secara hati-hati (Susilowati et al, 2019)

14
3.5 Parameter Pengamatan

Parameter pengataman penelitian ini yaitu, mengamati tentang tingkat

serangan belalang (Caelifera) pada beberapa varietas Tanaman Jagung (Zea mays)

dan mengidentifikasi jenis belalang yang terdapat di lahan penelitian tersebut.

3.5.1 Intensitas Serangan (Direktorat Bina Perlindungan Tanaman 1992)

Pengambilan data intensitas serangan hama utama pada pertanaman jagung

dilakukan dengan mengamati gejala serangan hama pada tanaman sampel, adapun

rumus yang di gunakan untuk menghitung intensitas serangan adalah

a
I= x 100%
b

a = Jumlah tanaman yang terserang

b = Jumlah tanaman yang diamati

I = Intensitas serangan

Perhitungan intensitas serangan hama dilakukan untuk mengetahui tingkat

serangan hama belalang yang ada di lokasi Penelitian. Dengan menggunakan rumus

dimana a adalah jumlah tanaman yang terserang dan b jumlah tanaman yang di

amati kemudian dikali 100%.

Untuk cara pengamatan serangan hama belalang (Caelifera) di lokasi

penelitian dilakukan setiap interval waktu 7 hari, pada setiap tiga (pengulangan)

varietas tanaman jagung (Zea mays L)

15
3.5.2 Identifikasi Belalang

Pengamatan ini dilakukan dengan cara menangkap hama belalang terlebih

dahulu yang ada di lahan penelitian, dan dilihat ada beberapa spesies yang berasal

dari ordo Orthoptera. Jenis jenis belalang yang telah diambil dari lahan penelitian

kemudian dilakukan identifikasi nya.

3.6 Analisis Data

Data hasil penelitian dianilisis sidik ragam (ANOVA) apabila sidik ragam

berpengaruh nyata atau sangat nyata maka akan di uji lanjut BNJ dengan taraf 5%

untuk melihat perbedaan dari tiap perlakuan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, A. M. (2016). Pengelolaan Hama Prapanen Jagung. Balai Penelitian


Tanaman Serelia : Maros.

Anggriawan, Febi. (2015). Observasi Pertumbuhan, Hasil dan Intensitas


Serangan Hama Tanaman Jagung (Zea Mays L) Setelah Aplikasi Seed
Treatment yang Berbeda. Diss. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JEMBER.

Biba, M. A. (2015). Pengaruh jarak tanam dan varietas jagung hibrida


terhadap pendapatan petani.

Derna, H. (2007). Jagung Manis. http://www.scribd.com/do/3815872 di akses


2022-10-01.

Erniwati., (2003). Belalang (Orthoptera) dan kekerabatannya. Di dalam:


Amir M, Kahono S (ed.). Serangga Taman Nasional Gunung Halimun
Jawa Barat. Biodiversity Conservation Project. Hal. 63-76.

Fuji Hutami Ningsih, Zainal Arifin, dan Riyanto, (2018). Daya Konsumsi
Belalang Kembara (Locusta migratoria manilensis Meyen) Terhadap
Tanaman Jagung (Zea mays L). 5 (1)

John A. Patty (2012). Kajian Populasi Dan Intensitas Kerusakan Hama


Utama Tanaman Jagung Di Desa Waeheru, Kecamatan Baguala Kota
Ambon. 8(1) ISSN 1858-4322.

Kartika, T. (2018). Pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan dan


produksi jagung (Zea Mays L) non hibrida di lahan balai Agro Teknologi
Terpadu (ATP). Sainmatika: Jurnal Ilmiah Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, 15(2), 129-139.

Khasanah, N. (2008). Pengendalian Hama Penggerek Tongkol Jagung


Helicoverpa armigera hubner. (Lepidoptera : noctuidae) dengan
Beauveria bassiana Strain Lokal Pada Pertanaman Jagung Manis di
Kabupaten Donggala. Jurnal Agroland. 15(2):106-111.

Koswara, J, (1986). Jurnal Sirajuddin. M dan S. A. Lasmini Budidaya


Tanaman Jagung Manis. Departemen Agronomi. IPB, Bogor. 17 (3) 184
– 191.

Lisma Waliha., Tunjung Pamekas, & Mujib Takrib (2021). Keanekaragaman


Serangga Hama yang Menyerang Tanaman Jagung di Musi Rawas Utara
Sumatera Selatan.

Liu, K dan Wiatrak, P. (2011). Corn Production and Plant Characteristics


Response to N Fertilization Management in Dry-Land Conventional

17
Tillage System. International Journal of Plant Production. 5(4):405- 416.

Nelly, N. (2022). Hama Utama Pada Tanaman Jagung dan Eksplorasi


Beberapa Teknik Pengendalian. Nas Media Pustaka.

Nety, V. E. Sih Kahono., (2010). Keanekaragaman dan Kelimpahan Belalang


dan Kerabatnya (Orthoptera) pada Dua Ekosistem Pegunungan di
Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Bogor : FMIPA IPB. 7(2).

Nik, N, A Rusae, dan B Atini. (2017). Identifikasi hama dan aplikasi


bioinsektisida pada belalang kembara (Locusta migratoria, L) sebagai
model pengendalian hama terpadu pada tanaman sorgum. Savana
Cendana Jurnal Pertanian Konservasi Lahan Kering. 2(3): 46–47.

Okporie E.O. (2008). Characterization of Maize (Zea mays L.) Germplasm


with Principal Component Analysis. Journal of Tropical Agriculture,
Food, Environment and Extension. 7(1):66-71.

Permana, S. R. (2015). Keanekaragaman Serangga Tanah di Cagar Alam


Manggis Gadungan dan Perkebunan Kopi Mangli Kecamatan Puncu
Kabupaten Kediri.

Prakoso, B. (2017). Biodiversitas Belalang (Acrididae: Ordo Orthoptera)


pada Agroekosistem (Zea mays l.) dan Ekosistem Hutan Tanaman di
Kebun Raya Baturaden, Banyumas. Biosfera, 34 ( 2): 80-88.

Purwono dan R. Hartono. (2005). Bertanam Jagung Unggul. Penerbar


Swadaya Jakarta

Prahasta A., 2009. Agribisnis Jagung. Bandung. Pustaka grafika

Roesmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit


Kanisius. Yogyakarta.

Rukmana, R. 2006. Budidaya Jagung. Penebar Swadaya, 4(2). ISSN : 2089-


8592. Jakarta.

Salberd Ferdinan Rondo., I Made Sudarma., & Gede Wijana. (2016).


Dinamika Populasi Hama dan Penyakit Utama Tanaman Jagung Manis
(Zea mays saccharata Sturt) pada Lahan Basah dengan Sistem Budidaya
Konvensional. Agrotrop, 6 (2): 128 – 136.

Sirajudin, M dan Lasmini, Sri Anjar. (2010). Respon pertumbuhan dan hasil
jagung manis (Zea mays saccharata) pada berbagai waktu pemberian
pupuk nitrogen dan ketebalan mulsa jerami. J. Agroland 17 (13) :184-
191.

Sitompul, S. M. dan B.guritno. (1995). Analisis Pertumbuhan Tanaman.


Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
18
Soegito, (2003). Teknik Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Jagung,
Penerbit Kanisius. Yogyakarta.84 hlm.

Subekti, N. A., Syafruddin, R. E., & Sunarti, S. (2007). Morfologi tanaman


dan fase pertumbuhan jagung. Di dalam: Jagung, Teknik Produksi dan
Pengembangan. Jakarta (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan.

Sumardi., M Zainal Arifin. (2015). Bioekologi, Serangan dan pengendalian


Hama Pemakan Daun jagung. Dalam Risalah lokakarya PHT Tanaman
jagung.

Sumartini, (2002). Penyakit-Penyakit Jagung dan Pengendaliannya. Dalam


Pengenalan Hama dan Penyakit Tanaman Jagung serta Pengendaliannya.
Monograf Balittan Malang.

Susilowati, L. E., & Kusumo, B. H. (2019). Sosialisasi Pemupukan


Berimbang Spesifik Lokasi Untuk Tanaman Jagung Di Kabupaten
Dompu. Jurnal Gema Ngabdi, 1(3), 103-108.

Sutoro, Y. ,Soeleman dan Iskandar. 1997. Budidaya Tanaman Jagung. Dalam


Subandi, M. Syam, dan A.Widjono (penyunting) : Jagung. Badan Litbang
Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman. Bogor. hal 49-
66.

Syofia, I., Munar, A., & Sofyan, M. (2015).Pengaruh Pupuk Organik Cair
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Tanaman Jagung Manis
(Zea Mays Saccharatasturt). Agrium: Jurnal Ilmu Pertanian.

19
Denah Penelitian

penelitian ini disusun menggunakan eksperimental desain dengan

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Yang dimana menggunakan

perlakuan perbedaan varietas yaitu, varietas Bisi 99 (V1), Arumba (V2), NK7328

Sumo (V3), Bonansa (V4), dan Bisi 2 (V5). Yang di ulang sebanyak 3 kali (U1, U2,

U3). Petak yang digunakan sebagai tempat pengamatan terdiri 15 petak, luas setiap

petak 2x3 (dua kali tiga) dengan jarak tanam 60cm x 20cm dan memiliki populasi

tanaman dalam 1 petak 56 tanaman.

U1V2 U3V4 U1V3 U2V1 U1V5

U1V1 U2V5 U2V4 U3V2 U2V3

U3V3 U1V4 U3V1 U3V5 U2V2


Gambar 1. Denah penelian

Keterangan :

U = Pengulangan

V1 = Bisi 99

V2 =Arumba/Pulut

V3 = NK7328 Sumo

V4 = Bonansa/Manis

V5 = Bisi 2

20

Anda mungkin juga menyukai