Tugas Proyek 1 - Kelompok 2

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH LOGIKA MATEMATIKA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Proyek 1

Mata Kuliah Dasar-Dasar Matematika

Dosen Pengampu: Drs. Ponco Sujatmiko, M.Si.

Disusun oleh Tim 2 :

1. Anggi Juniarti Pertiwi K1321012


2. Asharrul Basid K1321018
3. Camelia Theana Rahmawati K1321026
4. Faishal ‘Arif Syarifudin K1321034
5. Iffah Khairina K1321046
6. Maretha Putri Axandra K1321052
7. Raras Barokah Nursalima K1321066
8. Sintia Kartika Nur Fajriani K1321076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Makalah Logika Matematika ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
Tugas Proyek 1 pada mata kuliah Dasar-Dasar Matematika tahun akademik
2021/2022. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan
menanamkan konsep yang benar tentang logika matematika bagi para pembaca
serta para penyusun.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Ponco Sujatmiko,


M.Si. selaku dosen mata kuliah Dasar-Dasar Matematika yang telah memberikan
tugas ini sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan pemahaman terkait
logika matematika. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu selama proses penyusunan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca agar kami dapat menjadi lebih baik ke depannya.

Surakarta, 13 Oktober 2021

Tim 2

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………….…………. i

KATA PENGANTAR………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB 2 : ISI ......................................................................................................... 3


A. Pengertian Nilai Kebenaran ..................................................................... 3
B. Pernyataan Nilai Kebenaran dan Kalimat Terbuka ................................... 3
C. Nilai Kebenaran Operasi Logika .............................................................. 4
D. Pembahasan Pernyataan-Pernyataan yang Terdapat pada Mata Kuliah
Semester 1 ...............................................................................................9

BAB 3 : PENUTUP .......................................................................................... 17


DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Logika adalah dasar dan alat berpikir yang logis dalam matematika dan
pelajaran-pelajaran lainnya, sehingga dapat membantu dan memberikan bekal
tambahan untuk menyampaikan pelajaran di sekolah. Dalam Logika dipelajari
metode-metode dan prinsip-prinsip yang dapat dipakai untuk membedakan cara
berpikir benar (correct) atau tidak benar (incorrect), sehingga dapat membantu
menyatakan ide-ide tepat dan tidak mempunyai arti ganda. Jadi, dalam ilmu
logika hanya mempelajari atau memperhatikan kebenaran dan kesalahan dari
penalaran, dan penarikan kesimpulan dari sebuah pernyataan atau lebih.
Logika matematika adalah cabang logika dan matematika yang
mengandung kajian matematis logika dan aplikasi kajian ini pada bidang-bidang
lain di luar matematika. Logika matematika berhubungan erat dengan ilmu
komputer dan logika filosofis. Tema utama dalam logika matematika antara lain
adalah kekuatan ekspresif dari logika formal dan kekuatan deduktif dari sistem
pembuktian formal. Logika matematika sering dibagi ke dalam cabang-cabang
dari teori himpunan, teori model, teori rekursi, teori pembuktian, serta matematika
konstruktif. Bidang-bidang ini memiliki hasil dasar logika yang serupa.
Melalui logika kita dapat mengetahui kebenaran suatu pernyataan dari
suatu kalimat dan mengetahui apakah pernyataan pertama sama maknanya dengan
pernyataan kedua. Misalkan, apakah pernyataan “Jika sekarang adalah hari
Minggu maka sekolah libur.” sama artinya dengan “Jika sekolah libur maka
sekarang adalah hari Minggu.”? Untuk menjawab pertanyaan ini tentu kita perlu
mengetahui aturan-aturan dalam logika.
Banyak hal yang perlu kita ketahui mengenai logika. Dengan logika, kita
juga dapat mengetahui apakah suatu pernyataan bernilai benar atau salah. Hal
terpenting yang akan didapatkan setelah mempelajari logika matematika adalah
kemampuan atau keahlian mengambil kesimpulan dengan benar atau sah. Logika
matematika memberikan dasar bagi sebuah pengambilan kesimpulan dan dapat
digunakan dalam banyak aspek kehidupan.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
1. Apa yang dimaksud logika Matematika, pernyataan, dan kalimat terbuka?
2. Operasi-operasi apa saja yang terdapat dalam logika matematika?
3. Bagaimana konversi, invers, dan kontraposisi dari suatu implikasi?
4. Apa yang dimaksud tautologi dan kontradiksi?
5. Apa yang dimaksud pernyataan berkuantor?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui nilai
kebenaran dari suatu pernyataan, operasi-operasi yang terdapat dalam logika
matematika, mengetahui konvers, invers dan kontraposisi dari suatu implikasi,
mengetahui mengenai tautologi dan kontradiksi, pernyataan berkuantor serta cara
pengambilan kesimpulan dalam logika matematika.

2
BAB II
ISI

A. Pengertian Nilai Kebenaran


Dalam ilmu logika (logika matematika), salah satu yang dibahas adalah
terkait dengan kalimat. Kalimat yang dimaksud, dibagi lagi menjadi dua bagian,
yaitu kalimat terbuka dan kalimat tertutup. Kalimat terbuka merupakan kalimat
yang nilai kebenarannya belum bisa dipastikan. Biasanya menggunakan kalimat
tanya. Sedangkan, kalimat tertutup merupakan sebaliknya, yaitu kalimat yang
nilai kebenarannya sudah pasti. Nilai kebenaran yang dimaksud, adalah benar atau
salah (bukan sekaligus kedua-duanya). Misalnya, 2+11=13. Ini sudah jelas, bahwa
nilai kebenarannya adalah benar Nilai kebenaran dalam suatu kalimat (dalam
konteks logika matematika) sudah pasti melalui pembuktian tertentu. Seperti pada
contoh di atas, 2+11=13, nilai kebenarannya adalah benar. Di sini sudah melewati
proses pembuktian, sehingga nilai kebenarannya dikatakan benar.
Apakah informasi/berita itu benar atau salah (bukan kedua-duanya). Tanpa
kita mengetahui nilai kebenaran dari suatu informasi atau berita yang dimaksud,
maka bisa jadi kita salah sangka dan gagal paham. Barangkali, informasi atau
berita yang benar kita anggap salah. Sebaliknya, informasi atau berita yang salah
kita anggap benar.
Ini juga yang menjadi salah satu penyebab maraknya berita hoax yang
beredar di dunia maya, oleh karena tidak adanya proses pengecekan nilai
kebenaran dari para warganet. Sehingga, informasi atau berita tersebut tidak jelas
kebenarannya. Makanya, perlu dilakukan pengecekan dan kroscek, demi
keabsahan dan keshahihan sebuah kabar yang dimaksud, sehingga nilai
kebenarannya jelas (benar atau salah). Dengan demikian, kita bisa mengetahui
bahwa kabar yang dimaksud benar atau salah adanya.

B. Pernyataan Nilai Kebenaran dan Kalimat Terbuka


Pernyataan adalah kalimat yang mempunyai nilai benar saja atau salah
saja, tetapi tidak sekaligus benar dan salah. Kebenaran atau kesalahan sebuah
pernyataan dinamakan nilai kebenaran dari pernyataan tersebut. Suatu pernyataan
biasanya dilambangkan dengan huruf kecil, misalnya p, q, r, dan seterusnya.

3
Setiap pernyataan adalah kalimat, tetapi tidak semua kalimat merupakan
pernyataan.

Contoh :
a. Jakarta adalah ibu kota Negara Republik Indonesia.
b. 5 adalah bilangan genap.
c. Kemana anda pergi?
Kalimat (a) merupakan pernyataan yang bernilai benar, kalimat (b)
merupakan pernyataan yang bernilai salah dan kalimat (c) bukan merupakan
pernyataan, karena tidak bernilai benar atau salah.
Kalimat terbuka adalah kalimat yang masih memuat perubahan (variabel),
sehingga belum dapat ditentukan nilai benar atau salahnya. Variabel adalah
simbol untuk menunjukkan suatu anggota yang belum spesifik dalam semesta
pembicaraan.

C. Nilai Kebenaran Operasi Logika


Dalam logika matematika dikenal sebanyak 5 penghubung, yaitu:
1. Negasi (Negation)
2. Konjungsi (Conjunction)
3. Disjungsi (Disjunction)
4. Implikasi (Implication)
5. Biimplikasi

Misalkan p dan q adalah proposisi.


1. Negasi:
Negasi (ingkaran) adalah suatu pernyataan baru yang dapat dibentuk dari
pernyataan semula sehingga bernilai benar jika pernyataan semula salah dan
bernilai salah Maka pernyataan semula benar.
Jika pada suatu pernyataan p, diberikan pernyataan lain yang disebut
negasi p, dilambangkan oleh ~p, maka dapat dibentuk dengan menuliskan “Tidak
benar…” di depan pernyataan p atau jika mungkin, dengan menyisipkan kata
“tidak” atau “bukan”di dalam pernyataan p.

4
Nilai kebenaran negasi suatu pernyataan memenuhi sifat berikut ini: Jika p
benar, maka ~p salah; jika p salah maka ~p benar. Jadi, nilai kebenaran negasi
suatu pernyataaan selalu berlawanan dengan nilai kebenaran pernyataan semula.

2. Konjungsi:
Konjungsi adalah pernyataan gabungan dari dua pernyataan dengan
menggunakan kata hubung “dan”. Konjungsi dari pernyataan p dan q dinotasikan
oleh “p  q”.
Nilai kebenaran konjungsi p  q memenuhi sifat berikut ini: jika p benar
dan q benar, maka p  q benar; sebaliknya, jika salah satu p atau q salah serta p
salah dan q salah, maka p  q salah. Dengan perkataan lain, konjungsi dua
pernyataan akan bernilai benar hanya bila setiap pernyataan bagiannya bernilai
benar. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.

3. Disjungsi:
Disjungsi adalah pernyataan gabungan dari dua pernyataan dengan
menggunakan kata hubung “atau”. Disjungsi dari pernyataan p dan q dinotasikan
oleh “p v q”. Nilai kebenaran disjungsi p v q memenuhi sifat berikut ini: jika p
benar dan q benar serta salah satu diantara p dan q benar, maka p v q benar. Jika p
dan q dua-duanya salah maka p v q salah.

4. Implikasi (proposisi bersyarat):


Implikasi (pernyataan bersyarat/kondisional) adalah pernyataan majemuk
yang disusun dari dua buah pernyataan dengan menggunakan kata hubung logika
“jika . . . maka . . .”. Disjungsi dari pernyataan p dan q dinotasikan oleh “p → q”,
dapat dibaca “jika p maka q”.
Nilai kebenaran implikasi p → q memenuhi sifat berikut: jika p benar dan
q salah, maka p → q dinyatakan salah. Dalam kemungkinan yang lainnya p → q
dinyatakan benar.
Dari suatu implikasi p → q dapat dibentuk implikasi lain, yaitu:
1. q → p, yang disebut konvers dari p→ q.
2. ~p → ~q, yang disebut invers dari p → q.

5
3. ~q → ~p, yang disebut kontraposisi dari p → q

Tabel kebenaran hubungan antara implikasi-implikasi tersebut adalah:


P Q ~p ~q p→q q→p ~p → ~q →
~q ~p
B B S S B B B B
B S S B S B B S
S B B S B S S B
S S B B B B B B

5. Ekuivalensi/Biimplikasi:
Jika dua pernyataan p dan q dirangkai dengan menggunakan dengan kata
hubung “… jika dan hanya jika …”, maka diperoleh pernyataan baru yang
berbentuk “p jika dan hanya jika q” yang disebut biimplikasi. Biimplikasi dari
pernyataan p dan q dinotasikan oleh “p  q”. Nilai kebenaran biimplikasi p  q
memenuhi sifat berikut: p  q dinyatakan benar jika p dan q mempunyai nilai
kebenaran yang sama. p  q dinyatakan salah jika mempunyai nilai kebenaran
yang tidak sama.
TABEL KEBENARAN

p q ~p ~q pq pvq p→q ~(pq) ~p v ~q ~(pvq) ~p~q ~(p→q) p~q pq


B B S S B B B S S S S S S B
B S S B S B S B B S S B B S
S B B S S B B B B S S S S S
S S B B S S B B B B B S S B

 KUANTOR
Kuantor adalah suatu istilah yang menyatakan “berapa banyak” dari suatu objek
dalam suatu sistem. Suatu kesimpulan dalam logika sering digambarkan
menggunakan kuantor-kuantor sebagai berikut

6
1. Kuantor Universal (Kuantor Umum)
Pernyataan “Semua manusia adalah fana” dapat dinyatakan dengan “Untuk setiap
obyek, obyek itu fana”. Kata “obyek itu” adalah sebagai ganti “obyek”
sebelumnya. Kata ini dinamakan variabel individual, yang dapat kita ganti dengan
lambang “x”, sehingga kita peroleh :
“Untuk setiap x, x adalah fana”.
Lebih singkat lagi, sesuai dengan cara pemberian symbol pada pernyataan
tunggal, kita peroleh :
“Untuk setiap x, Mx”.

Ungkapan “Untuk setiap (semua) x” disebut Kuantor Universal atau Kuantor


Umum (Universal Quintifier), dan diberi simbol dengan “(∀)”. Dengan symbol
batu ini kita dapat melengkapi simbolasi (pemberian symbol) pernyataan umum
pertama tadi dengan notasi (∀x) Mx.
Tanda ∀ dibaca “untuk setiap” atau “untuk semua”. Notasi lain daripada ∀
adalah A. bahkan ada pula para ahli yang tidak mencantumkan kedua simbol
ini dalam menyatakan Kuantor Umum, sehingga notasinya cukup dengan
: (∀x) Mx.

Notasi (∀x) Mx, seperti diatas, dibaca “untuk setiap x, x mempunyai sifat “M”,
atau “untuk setiap x, berlaku Mx”. Akibat adanya kuantor ∀x, maka Mx menjadi
kalimat tertutup (pernyataan).

Contoh :
1) Misalkan Mx : x + 2 > 0. Maka M (-1/2) = -1/2 + 2 > 0 ada lah pernyataan
yang B (benar).
2) Misalkan x adalah bilangan real, maka (∀x) [𝑥 2 + 2 > 0] mempunyai nilai
kebenaran B (benar).
3) Misalkan x adalah bilangan real, maka(∀x) [𝑥 2 + 1 = 0] nilai kebenarannya
S (salah).

7
2. Kuantor Eksistensial (Kuantor Khusus)
Seperti halnya dalam menyusun ungkapan pernyataan umum pada Kuantor
Umum di atas, kita pun dapat melakukan hal yang serupa untuk pernyataan
“Sesuatu adalah fana”, dengan:
Ada paling sedikit satu yang fana.
Ada sekuran-kurangnya satu yang fana.
Ada paling sedikit satu obyek, sedemikian rupa sehingga obyek itu adalah fana.
Ada paling sedikit satu x, sedemikian rupa sehingga x adalah fana.

Lebih singkat lagi dapat kita tulis :


Ada paling sedikit satu x, sedemikian rupa sehingga Mx.

Pernyataan “Ada paling sedikit satu x, sedemikian rupa sehingga”, atau “Ada
sekurang-kurangnya satu x, sedemikian rupa sehingga” dinamakan “Kuantor
Khusus” atau “Kuantor Eksistensial” (Exitential Quantifier), dan diberi simbol
“(Ǝx)”. Dengan menggunakan symbol baru ini, kita dapat melengkapi
penyimbolan terhadap pernyataan umum kedua di atas dengan : (Ǝx) Mx.

Pernyataan (Ǝx) Mx dibaca : Ada paling sedikit satu x, sedemikian rupa sehingga
Mx, atau beberapa x, sehingga berlaku Mx.
Contoh :
1) (Ǝx) [x2 + 1 = 0], dibaca “ada paling sedikit satu x, sehingga x2 + 1 = 0”.
Nilai kebenaran pernyataan ini adalah salah (S).
2) (Ǝx) [2x + 5 ≠ 2 + 2x], dibaca “ ada paling sedikt satu x, sehingga 2x + 5 ≠ 2
+ 2x”. nilai kebenarannya adalah benar (B).

Kuantifikasi Eksistensial dalam fungsi proposisi adalah benar jika dan hanya jika
sekurang-kurangnya satu substitution instansenya benar. Demikian pula, jika
Kuantifikasi Universal sebuah proposisi benar, maka Kuantifikasi Eksistensialnya
tentu benar pula. Ini berarti, jika (∀x) Mx benar, maka (Ǝx) Mx benar pula.

8
d. Pembahasan Pernyataan-Pernyataan yang Terdapat pada Mata Kuliah
Semester 1

1. Jika a habis dibagi oleh d dan b habis dibagi oleh d maka (pa+qb) habis dibagi
oleh d

∀a,b,q,p∈ℤ, Ǝk,m∈ℤ, d|a ∧ d|b  d|(pa+qb)


Negasi = Ǝa,b,q,p∈ℤ, ∀k,m∈ℤ, (d|a ∧ d|b) ∧ d¦(pa+qb)

Bukti
d|a artinya Ǝk∈ ℤ  a=dk
d|b artinya Ǝm∈ ℤ  b=dm

(pa+qb)=(p(dk)+q(dm))
= d (pk+qm)

Telah kita ketahui bahwa ∀p,q∈ ℤ Ǝk,m∈ ℤ sehingga (pk+qm)∈ ℤ sehingga


terbukti jika d membagi habis (pa+qb)

2. Misal a,b,c,d bilangan bulat. Jika a>b dan c<d maka a+d>b+c

∀a,b,c,d∈ ℤ Ǝk,l∈ ℤ, (a>b ∧ c<d)  (a+d > b+c)


Negasi: Ǝa,b,c,d∈ ℤ ∀k,l∈ ℤ, (a<b ˅c>d) ∧ (a+d<b+c)
Bukti
a>b≅b<a

b<a artinya Ǝk∈ ℤ,  a=b+k


c<d artinya Ǝl∈ ℤ,  d= c+l

a+d= (b+k)+(c+l)
= b+(k+c)+l

9
= b+(c+k)+l
= (b+c)+(k+l)

Dimana Ǝk,l∈ ℤ maka (k+l)∈ ℤ, sehingga terbukti jika a+d>b+c

3. Jika dua segitiga kongruen, maka memiliki luas yang sama


p: dua segitiga kongruen
q: memiliki luas yang sama
Simbol : pq

Negasi : dua segitiga kongruen dan memiliki luas yang tidak sama
Simbol : p∧~q

Konvers : Jika memiliki luas yang sama, maka dua segitiga kongruen
Simbol : q p

Kontraposisi : Jika memiliki luas yang tidak sama, maka dua segitiga tidak kongruen.
Simbol : ~q~p

Invers : Jika dua segitiga tidak kongruen, maka memiliki luas yang tidak sama.
Simbol : ~p~q

4. Jika x dan y bilangan real dengan x < y, maka akan terdapat bilangan
rasional r sehingga x < r < y

∀x∈ℝ, ∀y∈ℝ, Ǝr∈ℚ, x<y → x < r < y

Negasi : Ǝx∉ℝ Ǝy∉ℝ, ∀r∉ℚ, x > y → x > r > y

5. Jika n bilangan bulat, maka n + (-n) = 0


∀n, n∈ℤ → n + (-n) = 0

Negasi:Jika n bukan bilangan bulat, maka n + (-n) ≠ 0


Ǝn, n∉ ℤ → n + (-n)≠0

6. Jika a, b dan c bilangan bulat dengan b≠0, a : b = c jika dan hanya jika
a = bc

∀a, a∈ ℤ ∀b, b∈ ℤ ∀c, c∈ ℤ, b≠0  a:b = c  a = bc

10
Negasinya
Jika a, b, dan c bukan bilangan bulat dengan b≠0, a : b = c d a n a ≠bc atau
a=bc dan a:bc

Ǝa, a∉ℤ Ǝb, b∉ ℤ Ǝc, c∉ ℤ, b≠0  (a : b = c ∧ a ≠bc) ˅ (a=bc ∧ a:bc)

7. Semua bilangan prima tidak habis dibagi 2 (P untuk simbol himpunan


bil.prima)
∀x, x ∈ ℙ, 2¦x
Negasi : Ada bilangan prima yang habis dibagi 2

Ǝx, x ∈ ℙ, 2|x

8. Untuk sebarang x bilangan genap berlaku jika x habis dibagi 4 maka x adalah
kelipatan 8 (4N untuk simbol kelipatan 8)
∀x∈2ℤ  4|x → x∈4ℕ

Negasi : Terdapat x bilangan genap sehingga berlaku x habis dibagi 4 dan


x bukan kelipatan 8
Ǝx∈2ℤ  4|x ∧ x∉ 4ℕ

9. Untuk semua bilangan bulat x terdapat bilangan bulat y, sehingga x


memenuhi 2y
∀x, x∈ ℤ , Ǝy, y∈ ℤ ∋ x=2y

Negasi : Ada bilangan bulat x dimana semua bilangan bulat y sedemikian


sehingga x tidak memenuhi 2y
Ǝx, x∈ ℤ, ∀y, y∈ ℤ ∋ x≠2y

10. Untuk semua bilangan real apabila x,y merupakan bilangan real, maka x,y
tidak ada x² yang sama dengan y²
∀x,y∈ℝ  x≠y → x²≠y²

NEGASI : Terdapat bilangan real x,y dan x² sama dengan y²

Ǝx,y ∈ℝ  x≠y ∧ x² = y²

11
11. Terdapat sebuah bilangan rasional diantara dua bilangan rasional lainnya
∀y,z∈ℚ, y≠z, Ǝx∈ℚ, (y<x<z) V (y>x>z)
Negasi : Terdapatlah dua bilangan rasional yang diantara dua bilangan
tersebut tidak terdapat bilangan rasional lainnya
Ǝy,z∈ℚ, y≠z, ∀x∈ℚ  (x≤y V x≥y) ∧ (x≤z V x≥y)

12. Jika a dan b bilangan bulat dan c bilangan bulat positif serta a<b maka a.c<b.c

∀a,b∈ℤ , Ǝc∈ ℤ+  a<b  a.c<b.c

Negasinya
Ǝa,b∈ ℤ, ∀c∈ℤ+  a<b ∧ a.c≥b.c

13. Pernyataan : Jika garis saling tegak lurus maka terbentuk sudut siku-siku.
Negasi : Garis saling tegak lurus dan tidak terbentuk sudut siku-siku.
Bukti kebenaran pernyataan :
Misalkan diberikan garis PQ dan akan dilukiskan garis yang tegak lurus terhadap garis
PQ melalui titik R
1. Membuat lingkaran dengan pusat titik R dan jari-jari RS sehingga memotong garis
PQ di titik lainnya, misalkan titik T.
2. Membuat lingkaran dengan pusat titik S dan jari-jari ST.
3. Membuat lingkaran dengan pusat titik T dan jari-jari TS.

12
14. Pernyataan : Ada bilangan bulat k tunggal, sedemikian sehingga
bilangan bulat a membagi bilangan bulat b.
Ǝk∈ℤ, ∀a,b∈ ℤ  a|b  b=k.a
Negasi : Setiap bilangan bulat k tidak tunggal, sedemikian sehingga
bilangan bulat a membagi bilangan bulat b.
∀k∈ℤ, Ǝ a,b∈ ℤ  a|b ∧ bk.a

Bukti kebenaran pernyataan :

Misalkan k tidak tunggal, sehingga terdapat bilangan bulat selain k yaitu m,


maka dapat dituliskan :

b = k.a dan b = m.a


Diperoleh
k.a = m.a
k=m
Sehingga dapat disimpulkan bahwa k merupakan bilangan bulat tunggal, karena
tidak ada nilai selain sama dengan k.

15. Jika terdapat dua garis lurus berpotongan, maka terbentuk


sudut saling bertolak belakang yang besarnya sama.

p ; terdapat dua garis lurus berpotongan


q : terbentuk sudut saling bertolak belakang yang besarnya
sama. Bentuk logika : p→q
Negasi : terdapat dua garis lurus berpotongan dan tidak terbentuk sudut
saling bertolak belakang yg besarnya tidak sama.
Bentuk negasi : p~q
Kontraposisi : jika tidak terbentuk sudut saling bertolak belakang yang
besarnya sama, maka tidak terdapat dua garis lurus berpotongan
Bentuk kontraposisi : ~q → ~p

13
16. Jika dua sisi pada sebuah segitiga kongruen, maka sudut-sudut yang
berhadapan dengan sisi-sisi tersebut kongruen.
p : dua sisi pada sebuah segitiga kongruen
q : sudut-sudut yang berhadapan dengan sisi-sisi tersebut kongruen
Simbol : pq
Negasi : dua sisi pada sebuah segitiga kongruen dan sudut-sudut yang
berhadapandengan sisi-sisi tersebut tidak kongruen
Simbol : p∧ ~q
Invers : jika dua sisi pada sebuah segitiga tidak kongruen maka sudut-sudut
yang berhadapan dengan sisi-sisi tersebut tidak kongruen
Simbol : ~p ~q
Konvers : jika sudut-sudut yang berhadapan dengan sisi-sisi tersebut
kongruen maka dua sisi pada sebuah segitiga kongruen.
Simbol : q  p
Kontraposisi : jika sudut-sudut yang berhadapan dengan sisi-sisi tersebut
tidak kongruen maka dua sisi pada sebuah segitiga t i d a k kongruen.
Simbol : ~q ~p

17. Jika ketiga sisi pada sebuah segitiga memiliki panjang yang sama dengan
ketiga sisi pada sebuah segitiga lain, maka kedua segitiga tersebut kongruen.
p : ketiga sisi pada sebuah segitiga memiliki panjang yang sama dengan
ketiga sisi pada sebuah segitiga lain
q : kedua segitiga tersebut kongruen
Simbol : p  q
Negasi : ketiga sisi pada sebuah segitiga memiliki panjang yang sama
denganketiga sisi pada sebuah segitiga lain dan kedua segitiga tersebut tidak
kongruen
Simbol : p ∧ ~q
Konvers : jika kedua segitiga tersebut kongruen maka ketiga sisi pada sebuah
segitiga memiliki panjang yang sama denganketiga sisi pada sebuah segitiga
lain
Simbol : q  p

Invers : Jika ketiga sisi pada sebuah segitiga memiliki panjang yang tidak
sama dengan ketiga sisi pada sebuah segitiga lain, maka kedua segitiga
tersebut tidak kongruen.
Simbol : ~p~q
Kontraposisi : jika kedua segitiga tersebut tidak kongruen maka ketiga sisi
pada sebuah segitiga memiliki panjang yang t i d a k sama denganketiga
sisi pada sebuah segitiga lain
Simbol : ~q  ~p

14
18. Jika A=0 dan B ≠ 0 maka tidak ada yang memenuhi K
Negasinya
Jika A ≠0 atau B =0 maka K= ∞

19. Nilai kemampuan mahasiswa A dan mahasiswa B sama sama memiliki


kemampuan yang baik
Negasinya
Nilai kemampuan mahasiswa A atau mahasiswa B tidak memiliki
kemampuanyang baik

20. Induksi matematik adalah salah satu metode pembuktian yang absah dalam
matematika dan induksi matematik digunakan untuk membuktikan kebenaran
Teorema yang berlaku untuk bilangan asli
Negasi nya
Induksi matematik adalah salah satu metode pembuktian yang absah dalam
matematika maka induksi matematik bukan untuk digunakan membuktikan
kebenaran teorema yang berlaku untuk bilangan asli

21. Jika a,b,c merupakan bilangan bulat , c habis dibagi a , c habis dibagi b dengan (a,b)=1
maka c habis dibagi ab
∀a,b,c , a,b,c ∈ℤ , (a,b)=1 ab|c  c=ab

Bukti:
(a,b)=1, menurut teorema 2.10
 x,y∈ℤ  ax+by=1

kedua ruas kalikan dengan c


acx+bcy=c...(*)

karena a|c dan b|c -> Ǝr,t∈Z


Sehingga c=ar dan c=bt
Subtitusikan

a(ar)x+b(bt)y=c
ab(tx+ry)=c
jadi ab|c (Terbukti)

Negasinya:
a,b,c bukan bilangan bulat c tidak habis dibagi a , c tidak habis dibagi b dengan (a,b)≠1
maka c tidak habis dibagi ab

Ǝa,b,c a,b,c∉ℤ (a,b)≠1  c≠a


15
22. Jika a dan b bilangan bulat,c bilangan bulat positif yang merupakan factor bersama
dari a dan b,dan a>b maka a:c>b:c
∀a,b a,b∈Z ∈c ℤ+ C=(a,b) ∧ a>b a:c > b:c

Negasinya:
Ada a dan b bilangan bulat,c bilangan bulat positif yang bukan merupakan factor
bersama dari a dan b,dan a>b maka a:c>b:c
Ǝa,ba,b∈ Z ∈c Z+ C≠(a,b) ∧ a>b a:c < b:c

Bukti:
C(a)Ǝm, m ∈ Z sehingga a:c=m berarti a=c.m
C(b),Ǝn, n∈ Z sehingga b:c=n berarti b=c.n

Karena a+c.m, b+c.n ∧ a>b c.m>c.n


∈c Z+ c.m>c.n  m>n sehingga m+a:c ∧ n=b:c a:c >b:c (terbukti)

23. Jikaa,b,c adalah bilangan bulat maka (-ac):(-bc) = a:b


∀a,b,ca,b,c ∈ Z Ǝ(-ac): (-bc)=a:b

Negasinya:
Ada a,b,c adalah bilangan bulat maka(-ac) : (-bc) ≠ a:b
Ǝa,b,ca,b,c ∈ Z Ǝ (-ac) : (-bc) ≠ a:b
Bukti:
(-ac) : (-bc) = a:b
(-ac) : (-bc) = a:b
(-c) (a) : (-c) (b) =a:b
Sehingga (a) : (b) = a:b (terbukti)

24. Jika a habisdibagi b atau a habisdibagi c maka a2+bc


∀a,b,c∈Z, Ǝk,l,m ∈Z, (a|b ˅ a|c)a2+bc

Negasinya:
Ǝa,b,c∈Z, ∀k,l,m∈Z, (a|b ˅ a|c) ∧ a2+bc

Bukti:
a|bartinya b=a.k ,k ∈ Z
a|cartinya c=a.l ,l ∈ Z
a2+bc=b.c=a2.m, m ∈ Z
(a.k) (a.l)= a2 m
a2(k.l)=a2m
karena k,l,m ∈ Z  a2|bc terbukti benar

16
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, kami dapat menyimpulkan bahwa ilmu logika
matematika bisa diterapkan untuk membantu cabang ilmu matematika lain
dalam menyusun kalimat matematika, lalu membuktikan pernyataan-
pernyataan di dalamnya sehingga pernyataan menjadi bersifat universal dan
dapat dipahami oleh matematikawan serta pembelajar matematika di seluruh
penjuru dunia.
Selain itu, cabang ilmu logika matematika juga turut membantu umat
manusia dalam mengasah alur berpikir yang benar serta membentuk suatu
pemikiran yang sistematis dan logis. Oleh karena itu, ketika dihadapkan
dengan sebuah masalah, umat manusia diharapkan dapat mengaplikasikan
teori logika matematika ini sehingga masalah yang dihadapi bisa terselesaikan
secara rasional.

B. Saran
Demikian makalah yang kami susun ini, semoga memberi manfaat bagi
para pembaca. Apabila ada kritik dan saran yang ingin disampaikan terkait isi
makalah ini, kami mempersilakan untuk menghubungi salah satu anggota
kelompok kami. Kami memohon maaf jika terdapat kesalahan dan kekurangan
dalam penyusunan makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Soehardjo.1996. Dasar Matematika. Surakarta: UNS Press

18

Anda mungkin juga menyukai