Tugas Proyek 2 - Kelompok 4....

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH LOGIKA MATEMATIKA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Proyek 2 Mata Kuliah Dasar-Dasar Matematika

Dosen Pengampu: H. Iswadi, Spd, MM

Disusun oleh kelompok 4:

1. Yuyun Rahayu
2. Nur Shadrina
3. Fitriya

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH TINGGI ISLAM TARBIYAH

AL-KHAIRIYAH

2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Makalah Logika
Matematika ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas Proyek 2
pada mata kuliah Dasar-Dasar Matematika tahun akademik 2023/2024. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan dan menanamkan konsep yang benar tentang logika
matematika bagi para pembaca serta para penyusun.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak H. Iswadi M.Pd. selaku dosen mata
kuliah Dasar-Dasar Matematika yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman terkait logika matematika. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu selama proses penyusunan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharap kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar kami
dapat menjadi lebih baik ke depannya.

Cilegon, 09 September 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………….………...................i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..............ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………….............……..iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………................1

A. Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................................2

BAB 2 : ISI......................................................................................................................3
A. Pengertian Nilai Kebenaran.............................................................................................3
B. Pernyataan Nilai Kebenaran dan Kalimat Terbuka.........................................................3
C. Nilai Kebenaran Operasi Logika.....................................................................................4
D. Pembahasan Pernyataan-Pernyataan yang Terdapat pada Mata Kuliah Semester 1.......9

BAB 3 : PENUTUP........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Logika adalah dasar dan alat berpikir yang logis dalam matematika dan pelajaran-
pelajaran lainnya, sehingga dapat membantu dan memberikan bekal tambahan untuk
menyampaikan pelajaran di sekolah. Dalam Logika dipelajari metode-metode dan prinsip-prinsip
yang dapat dipakai untuk membedakan cara berpikir benar (correct) atau tidak benar (incorrect),
sehingga dapat membantu menyatakan ide-ide tepat dan tidak mempunyai arti ganda. Jadi,
dalam ilmu logika hanya mempelajari atau memperhatikan kebenaran dan kesalahan dari
penalaran, dan penarikan kesimpulan dari sebuah pernyataan atau lebih.
Logika matematika adalah cabang logika dan matematika yang mengandung kajian
matematis logika dan aplikasi kajian ini pada bidang-bidang lain di luar matematika. Logika
matematika berhubungan erat dengan ilmu komputer dan logika filosofis. Tema utama dalam
logika matematika antara lain adalah kekuatan ekspresif dari logika formal dan kekuatan
deduktif dari sistem pembuktian formal. Logika matematika sering dibagi ke dalam cabang-
cabang dari teori himpunan, teori model, teori rekursi, teori pembuktian, serta matematika
konstruktif. Bidang-bidang ini memiliki hasil dasar logika yang serupa.
Melalui logika kita dapat mengetahui kebenaran suatu pernyataan dari suatu kalimat dan
mengetahui apakah pernyataan pertama sama maknanya dengan pernyataan kedua. Misalkan,
apakah pernyataan “Jika sekarang adalah hari Minggu maka sekolah libur.” sama artinya dengan
“Jika sekolah libur maka sekarang adalah hari Minggu.”? Untuk menjawab pertanyaan ini tentu
kita perlu mengetahui aturan-aturan dalam logika.
Banyak hal yang perlu kita ketahui mengenai logika. Dengan logika, kita juga dapat
mengetahui apakah suatu pernyataan bernilai benar atau salah. Hal terpenting yang akan
didapatkan setelah mempelajari logika matematika adalah kemampuan atau keahlian mengambil
kesimpulan dengan benar atau sah. Logika matematika memberikan dasar bagi sebuah
pengambilan kesimpulan dan dapat digunakan dalam banyak aspek kehidupan.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
i. Apa yang dimaksud logika Matematika, pernyataan, dan kalimat terbuka?
ii. Operasi-operasi apa saja yang terdapat dalam logika matematika
iii. Bagaimana konversi, invers, dan kontraposisi dari suatu implikasi?
iv. Apa yang dimaksud tautologi dan kontradiksi?
v. Apa yang dimaksud pernyataan berkuantor?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui nilai kebenaran dari suatu
pernyataan, operasi-operasi yang terdapat dalam logika matematika, mengetahui konvers, invers
dan kontraposisi dari suatu implikasi, mengetahui mengenai tautologi dan kontradiksi, pernyataan
berkuantor serta cara pengambilan kesimpulan dalam logika matematika.

2
BAB II
ISI

A. Pengertian Nilai Kebenaran (logika kalimat)


Dalam ilmu logika (logika matematika), salah satu yang dibahas adalah terkait dengan kalimat.
Kalimat yang dimaksud, dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu kalimat terbuka dan kalimat tertutup.
Kalimat terbuka merupakan kalimat yang nilai kebenarannya belum bisa dipastikan. Biasanya
menggunakan kalimat tanya. Sedangkan, kalimat tertutup merupakan sebaliknya, yaitu kalimat yang
nilai kebenarannya sudah pasti. Nilai kebenaran yang dimaksud, adalah benar atau salah (bukan
sekaligus kedua-duanya). Misalnya, 2+11=13. Ini sudah jelas, bahwa nilai kebenarannya adalah benar
Nilai kebenaran dalam suatu kalimat (dalam konteks logika matematika) sudah pasti melalui
pembuktian tertentu. Seperti pada contoh di atas, 2+11=13, nilai kebenarannya adalah benar. Di sini
sudah melewati proses pembuktian, sehingga nilai kebenarannya dikatakan benar.

Setiap pernyataan adalah kalimat, tetapi tidak semua kalimat merupakan pernyataan.

Contoh :
a. Jakarta adalah ibu kota Negara Republik Indonesia.
b. 5 adalah bilangan genap.
c. Kemana anda pergi?
Kalimat (a) merupakan pernyataan yang bernilai benar, kalimat (b) merupakan pernyataan yang
bernilai salah dan kalimat (c) bukan merupakan pernyataan, karena tidak bernilai benar atau salah.
Kalimat terbuka adalah kalimat yang masih memuat perubahan (variabel), sehingga belum
dapat ditentukan nilai benar atau salahnya. Variabel adalah simbol untuk menunjukkan suatu anggota
yang belum spesifik dalam semesta pembicaraan.
B. Nilai Kebenaran Operasi Logika
Dalam logika matematika dikenal sebanyak 5 penghubung, yaitu:
1. Negasi (Negation)
2. Konjungsi (Conjunction)
3. Disjungsi (Disjunction)
4. Implikasi (Implication)
5. Biimplikasi

Misalkan p dan q adalah proposisi.


1. Negasi:

3
Negasi (ingkaran) adalah suatu pernyataan baru yang dapat dibentuk dari pernyataan semula
sehingga bernilai benar jika pernyataan semula salah dan bernilai salah Maka pernyataan semula benar.
Jika pada suatu pernyataan p, diberikan pernyataan lain yang disebut negasi p, dilambangkan
oleh ~p, maka dapat dibentuk dengan menuliskan “Tidak benar…” di depan pernyataan p atau jika
mungkin, dengan menyisipkan kata “tidak” atau “bukan”di dalam pernyataan p.

4
Nilai kebenaran negasi suatu pernyataan memenuhi sifat berikut ini: Jika p benar, maka ~p salah; jika
p salah maka ~p benar. Jadi, nilai kebenaran negasi suatu pernyataaan selalu berlawanan dengan nilai
kebenaran pernyataan semula.

2. Konjungsi:
Konjungsi adalah pernyataan gabungan dari dua pernyataan dengan menggunakan kata
hubung “dan”. Konjungsi dari pernyataan p dan q dinotasikan oleh “p  q”.
Nilai kebenaran konjungsi p  q memenuhi sifat berikut ini: jika p benar dan q benar, maka p
 q benar; sebaliknya, jika salah satu p atau q salah serta p salah dan q salah, maka p  q salah.
Dengan perkataan lain, konjungsi dua pernyataan akan bernilai benar hanya bila setiap pernyataan
bagiannya bernilai benar. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.

3. Disjungsi:
Disjungsi adalah pernyataan gabungan dari dua pernyataan dengan menggunakan kata
hubung “atau”. Disjungsi dari pernyataan p dan q dinotasikan oleh “p v q”. Nilai kebenaran disjungsi
p v q memenuhi sifat berikut ini: jika p benar dan q benar serta salah satu diantara p dan q benar,
maka p v q benar. Jika p dan q dua-duanya salah maka p v q salah.

4. Implikasi (proposisi bersyarat):


Implikasi (pernyataan bersyarat/kondisional) adalah pernyataan majemuk yang disusun dari
dua buah pernyataan dengan menggunakan kata hubung logika “jika . . . maka . . .”. Disjungsi dari
pernyataan p dan q dinotasikan oleh “p → q”, dapat dibaca “jika p maka q”.
Nilai kebenaran implikasi p → q memenuhi sifat berikut: jika p benar dan q salah, maka p →
q dinyatakan salah. Dalam kemungkinan yang lainnya p → q dinyatakan benar.
Dari suatu implikasi p → q dapat dibentuk implikasi lain, yaitu:
1. q → p, yang disebut konvers dari p→ q.
2. ~p → ~q, yang disebut invers dari p → q.

5
3. ~q → ~p, yang disebut kontraposisi dari p → q

Tabel kebenaran hubungan antara implikasi-implikasi tersebut adalah:


P Q ~p ~q p→q q→p ~p → ~q →
~q ~p
B B S S B B B B
B S S B S B B S
S B B S B S S B
S S B B B B B B

5. Ekuivalensi/Biimplikasi:
Jika dua pernyataan p dan q dirangkai dengan menggunakan dengan kata hubung “… jika
dan hanya jika …”, maka diperoleh pernyataan baru yang berbentuk “p jika dan hanya jika q” yang
disebut biimplikasi. Biimplikasi dari pernyataan p dan q dinotasikan oleh “p  q”. Nilai kebenaran
biimplikasi p  q memenuhi sifat berikut: p  q dinyatakan benar jika p dan q mempunyai nilai
kebenaran yang sama. p  q dinyatakan salah jika mempunyai nilai kebenaran yang tidak sama.
TABEL KEBENARAN

p q ~p ~q pq Pvq p→q ~(pq) ~p v ~q ~(pvq) ~p~q ~(p→q) p~q p  q


B B S S B B B S S S S S S B
B S S B S B S B B S S B B S
S B B S S B B B B S S S S S
S S B B S S B B B B B S S B

 KUANTOR
Kuantor adalah suatu istilah yang menyatakan “berapa banyak” dari suatu objek dalam suatu sistem.
Suatu kesimpulan dalam logika sering digambarkan menggunakan kuantor-kuantor sebagai berikut

6
1. Kuantor Universal (Kuantor Umum)
Pernyataan “Semua manusia adalah fana” dapat dinyatakan dengan “Untuk setiap obyek, obyek itu
fana”. Kata “obyek itu” adalah sebagai ganti “obyek” sebelumnya. Kata ini dinamakan variabel
individual, yang dapat kita ganti dengan lambang “x”, sehingga kita peroleh :
“Untuk setiap x, x adalah fana”.
Lebih singkat lagi, sesuai dengan cara pemberian symbol pada pernyataan tunggal, kita peroleh :
“Untuk setiap x, Mx”.

Ungkapan “Untuk setiap (semua) x” disebut Kuantor Universal atau Kuantor Umum (Universal
Quintifier), dan diberi simbol dengan “(∀)”. Dengan symbol batu ini kita dapat melengkapi
simbolasi (pemberian symbol) pernyataan umum pertama tadi dengan notasi (∀x) Mx.
Tanda ∀ dibaca “untuk setiap” atau “untuk semua”. Notasi lain daripada ∀ adalah A. bahkan ada
pula para ahli yang tidak mencantumkan kedua simbol ini dalam menyatakan Kuantor Umum,
sehingga notasinya cukup dengan
: (∀x) Mx.

Notasi (∀x) Mx, seperti diatas, dibaca “untuk setiap x, x mempunyai sifat “M”, atau “untuk setiap
x, berlaku Mx”. Akibat adanya kuantor ∀x, maka Mx menjadi kalimat tertutup (pernyataan).

Contoh :
1. Misalkan Mx : x + 2 > 0. Maka M (-1/2) = -1/2 + 2 > 0 ada lah pernyataan yang B (benar).
2. Misalkan x adalah bilangan real, maka (∀x) [𝑥2 + 2 > 0] mempunyai nilai kebenaran B (benar).
3. Misalkan x adalah bilangan real, maka(∀x) [𝑥2 + 1 = 0] nilai kebenarannya S (salah).

7
2. Kuantor Eksistensial (Kuantor Khusus)
Seperti halnya dalam menyusun ungkapan pernyataan umum pada Kuantor Umum di atas, kita pun
dapat melakukan hal yang serupa untuk pernyataan “Sesuatu adalah fana”, dengan:
Ada paling sedikit satu yang fana.
Ada sekuran-kurangnya satu yang fana.
Ada paling sedikit satu obyek, sedemikian rupa sehingga obyek itu adalah fana. Ada paling sedikit
satu x, sedemikian rupa sehingga x adalah fana.

Lebih singkat lagi dapat kita tulis :


Ada paling sedikit satu x, sedemikian rupa sehingga Mx.

Pernyataan “Ada paling sedikit satu x, sedemikian rupa sehingga”, atau “Ada sekurang-kurangnya
satu x, sedemikian rupa sehingga” dinamakan “Kuantor Khusus” atau “Kuantor Eksistensial”
(Exitential Quantifier), dan diberi simbol “(Ǝx)”. Dengan menggunakan symbol baru ini, kita dapat
melengkapi penyimbolan terhadap pernyataan umum kedua di atas dengan : (Ǝx) Mx.

Pernyataan (Ǝx) Mx dibaca : Ada paling sedikit satu x, sedemikian rupa sehingga Mx, atau beberapa
x, sehingga berlaku Mx.
Contoh :
1) (Ǝx) [x2 + 1 = 0], dibaca “ada paling sedikit satu x, sehingga x2 + 1 = 0”. Nilai
kebenaran pernyataan ini adalah salah (S).
2) (Ǝx) [2x + 5 ≠ 2 + 2x], dibaca “ ada paling sedikt satu x, sehingga 2x + 5 ≠ 2
+ 2x”. nilai kebenarannya adalah benar (B).

Kuantifikasi Eksistensial dalam fungsi proposisi adalah benar jika dan hanya jika sekurang-
kurangnya satu substitution instansenya benar. Demikian pula, jika Kuantifikasi Universal sebuah
proposisi benar, maka Kuantifikasi Eksistensialnya tentu benar pula. Ini berarti, jika (∀x) Mx benar,
maka (Ǝx) Mx benar pula.

8
D. Pembahasan Pernyataan-Pernyataan yang Terdapat pada Mata Kuliah Semester 1

1. Jika a habis dibagi oleh d dan b habis dibagi oleh d maka (pa+qb) habis dibagi oleh d

∀a,b,q,p∈ℤ, Ǝk,m∈ℤ, d|a 𝖠 d|b  d|(pa+qb)


Negasi = Ǝa,b,q,p∈ℤ, ∀k,m∈ℤ, (d|a 𝖠 d|b) 𝖠 d¦(pa+qb)

Bukti
d|a artinya Ǝk∈ ℤ  a=dk d|b artinya Ǝm∈ ℤ  b=dm

(pa+qb)=(p(dk)+q(dm))
= d (pk+qm)

Telah kita ketahui bahwa ∀p,q∈ ℤ Ǝk,m∈ ℤ sehingga (pk+qm)∈ ℤ sehingga terbukti jika d membagi
habis (pa+qb)

2. Misal a,b,c,d bilangan bulat. Jika a>b dan c<d maka a+d>b+c

∀a,b,c,d∈ ℤ Ǝk,l∈ ℤ, (a>b 𝖠 c<d)  (a+d > b+c)


Negasi: Ǝa,b,c,d∈ ℤ ∀k,l∈ ℤ, (a<b ˅c>d) 𝖠 (a+d<b+c)
Bukti a>b≅b<a

b<a artinya Ǝk∈ ℤ,  a=b+k c<d artinya Ǝl∈ ℤ,  d= c+l

a+d= (b+k)+(c+l)
= b+(k+c)+l

9
= b+(c+k)+l
= (b+c)+(k+l)

Dimana Ǝk,l∈ ℤ maka (k+l)∈ ℤ, sehingga terbukti jika a+d>b+c

3. Jika dua segitiga kongruen, maka memiliki luas yang sama p: dua segitiga kongruen
q: memiliki luas yang sama Simbol : pq

Negasi : dua segitiga kongruen dan memiliki luas yang tidak sama Simbol : p𝖠~q

Konvers : Jika memiliki luas yang sama, maka dua segitiga kongruen Simbol : q p

Kontraposisi : Jika memiliki luas yang tidak sama, maka dua segitiga tidak kongruen. Simbol : ~q~p

Invers : Jika dua segitiga tidak kongruen, maka memiliki luas yang tidak sama. Simbol : ~p~q

4. Jika x dan y bilangan real dengan x < y, maka akan terdapat bilangan rasional r
sehingga x < r < y

∀x∈ℝ, ∀y∈ℝ, Ǝr∈ℚ, x<y → x < r < y

Negasi : Ǝx∉ℝ Ǝy∉ℝ, ∀r∉ℚ, x > y → x > r > y

5. Jika n bilangan bulat, maka n + (-n) = 0


∀n, n∈ℤ → n + (-n) = 0

Negasi:Jika n bukan bilangan bulat, maka n + (-n) ≠ 0 Ǝn, n∉ ℤ → n + (-n)≠0

6. Jika a, b dan c bilangan bulat dengan b≠0, a : b = c jika dan hanya jika a = bc

∀a, a∈ ℤ ∀b, b∈ ℤ ∀c, c∈ ℤ, b≠0  a:b = c  a = bc

10
Negasinya
Jika a, b, dan c bukan bilangan bulat dengan b≠0, a : b= c d a n a ≠bc atau
a=bc dan a:bc

Ǝa, a∉ℤ Ǝb, b∉ ℤ Ǝc, c∉ ℤ, b≠0  (a : b= c 𝖠 a ≠bc) ˅ (a=bc 𝖠 a:bc)

7. Semua bilangan prima tidak habis dibagi 2 (P untuk simbol himpunan bil.prima)
∀x, x ∈ ℙ, 2¦x
Negasi : Ada bilangan prima yang habis dibagi 2 Ǝx, x ∈ ℙ, 2|x

8. Untuk sebarang x bilangan genap berlaku jika x habis dibagi 4 maka x adalah kelipatan 8 (4N untuk
simbol kelipatan 8)
∀x∈2ℤ  4|x → x∈4ℕ

Negasi : Terdapat x bilangan genap sehingga berlaku x habis dibagi 4 dan x bukan kelipatan 8
Ǝx∈2ℤ  4|x 𝖠 x∉ 4ℕ

9. Untuk semua bilangan bulat x terdapat bilangan bulat y, sehingga x memenuhi 2y


∀x, x∈ ℤ , Ǝy, y∈ ℤ ∋ x=2y

Negasi : Ada bilangan bulat x dimana semua bilangan bulat y sedemikian sehingga x tidak memenuhi
2y
Ǝx, x∈ ℤ, ∀y, y∈ ℤ ∋ x≠2y

10. Untuk semua bilangan real apabila x,y merupakan bilangan real, maka x,y tidak ada x² yang sama
dengan y²
∀x,y∈ℝ  x≠y → x²≠y²

NEGASI : Terdapat bilangan real x,y dan x² sama dengan y²

Ǝx,y ∈ℝ  x≠y 𝖠 x² = y²

11
11. Terdapat sebuah bilangan rasional diantara dua bilangan rasional lainnya
∀y,z∈ℚ, y≠z, Ǝx∈ℚ, (y<x<z) V (y>x>z)
Negasi : Terdapatlah dua bilangan rasional yang diantara dua bilangan tersebut tidak terdapat
bilangan rasional lainnya
Ǝy,z∈ℚ, y≠z, ∀x∈ℚ  (x≤y V x≥y) 𝖠 (x≤z V x≥y)

12. Jika a dan b bilangan bulat dan c bilangan bulat positif serta a<b maka a.c<b.c

∀a,b∈ℤ , Ǝc∈ ℤ+  a<b  a.c<b.c

Negasinya
Ǝa,b∈ ℤ, ∀c∈ℤ+ a<b 𝖠 a.c≥b.c

13. Pernyataan : Jika garis saling tegak lurus maka terbentuk sudut siku-siku. Negasi : Garis saling tegak
lurus dan tidak terbentuk sudut siku-siku.
Bukti kebenaran pernyataan :
Misalkan diberikan garis PQ dan akan dilukiskan garis yang tegak lurus terhadap garis PQ melalui titik
R
1. Membuat lingkaran dengan pusat titik R dan jari-jari RS sehingga memotong garis PQ di titik lainnya,
misalkan titik T.
2. Membuat lingkaran dengan pusat titik S dan jari-jari ST.
3. Membuat lingkaran dengan pusat titik T dan jari-jari TS.

12
14. Pernyataan : Ada bilangan bulat k tunggal, sedemikian sehingga bilangan bulat a
membagi bilangan bulat b.
Ǝk∈ℤ, ∀a,b∈ ℤ  a|b  b=k.a
Negasi : Setiap bilangan bulat k tidak tunggal, sedemikian sehingga bilangan bulat a membagi bilangan
bulat b.
∀k∈ℤ, Ǝ a,b∈ ℤ  a|b 𝖠 bk.a Bukti kebenaran pernyataan :

Misalkan k tidak tunggal, sehingga terdapat bilangan bulat selain k yaitum, maka dapat dituliskan :

b = k.a dan b = m.a Diperoleh


k.a = m.a k = m
Sehingga dapat disimpulkan bahwa k merupakan bilangan bulat tunggal, karena tidak ada nilai selain
sama dengan k.

15. Jika terdapat dua garis lurus berpotongan, maka terbentuk sudut salingbertolak
belakang yang besarnya sama.

p ; terdapat dua garis lurus berpotongan


q : terbentuk sudut saling bertolak belakang yang besarnya sama.Bentuk logika : p→q
Negasi : terdapat dua garis lurus berpotongan dan tidak terbentuk sudut salingbertolak belakang yg
besarnya tidak sama.
Bentuk negasi : p~q
Kontraposisi : jika tidak terbentuk sudut saling bertolak belakang yang besarnyasama, maka tidak
terdapat dua garis lurus berpotongan
Bentuk kontraposisi : ~q → ~p

13
16. Jika dua sisi pada sebuah segitiga kongruen, maka sudut-sudut yang berhadapan dengan sisi-sisi
tersebut kongruen.
p : dua sisi pada sebuah segitiga kongruen
q : sudut-sudut yangberhadapan dengan sisi-sisi tersebut kongruen Simbol : pq
Negasi : dua sisi pada sebuah segitiga kongruen dan sudut-sudut yang berhadapandengan sisi-sisi
tersebut tidak kongruen
Simbol : p𝖠 ~q
Invers : jika dua sisi pada sebuah segitiga tidak kongruen maka sudut-sudut yang berhadapan dengan
sisi-sisi tersebut tidak kongruen
Simbol : ~p ~q
Konvers : jika sudut-sudut yang berhadapan dengan sisi-sisi tersebut kongruen maka dua sisi pada
sebuah segitiga kongruen.
Simbol : q  p
Kontraposisi : jika sudut-sudut yang berhadapan dengan sisi-sisi tersebut tidak kongruen maka dua sisi
pada sebuah segitiga t i d a k kongruen. Simbol : ~q ~p

17. Jika ketiga sisi pada sebuah segitiga memiliki panjang yang sama dengan ketiga sisi
pada sebuah segitiga lain, maka kedua segitiga tersebut kongruen.
p : ketiga sisi pada sebuah segitiga memiliki panjang yang sama dengan ketiga sisi pada sebuah
segitiga lain
q : kedua segitiga tersebut kongruen Simbol : p  q
Negasi : ketiga sisi pada sebuah segitiga memiliki panjang yang sama denganketiga sisi pada sebuah
segitiga lain dan kedua segitiga tersebut tidak kongruen
Simbol : p 𝖠 ~q
Konvers : jika kedua segitiga tersebut kongruen maka ketiga sisi pada sebuah segitiga memiliki panjang
yang sama denganketiga sisi pada sebuah segitiga lain
Simbol : q  p

Invers : Jika ketiga sisi pada sebuah segitiga memiliki panjang yang tidak sama dengan ketiga sisi
pada sebuah segitiga lain, maka kedua segitiga tersebut tidak kongruen.
Simbol : ~p~q
Kontraposisi : jika kedua segitiga tersebut tidak kongruen maka ketiga sisi pada sebuah segitiga
memiliki panjang yang t i d a k sama denganketiga sisi pada sebuah segitiga lain
Simbol : ~q  ~p

14
18. Jika A=0 dan B ≠ 0 maka tidak ada yang memenuhi K Negasinya
Jika A ≠0 atau B =0 maka K= ∞

19. Nilai kemampuan mahasiswa A dan mahasiswa B sama sama memiliki kemampuan
yang baik
Negasinya
Nilai kemampuan mahasiswa A atau mahasiswa B tidak memiliki kemampuanyang baik

20. Induksi matematik adalah salah satu metode pembuktian yang absah dalam matematika dan induksi
matematik digunakan untuk membuktikan kebenaran Teorema yang berlaku untuk bilangan asli
Negasi nya
Induksi matematik adalah salah satu metode pembuktian yang absah dalam matematika maka induksi
matematik bukan untuk digunakan membuktikan kebenaran teorema yang berlaku untuk bilangan asli

21. Jika a,b,c merupakan bilangan bulat , c habis dibagi a , c habis dibagi b dengan (a,b)=1 maka c habis
dibagi ab
∀a,b,c , a,b,c ∈ℤ , (a,b)=1 ab|c  c=ab

Bukti:
(a,b)=1, menurut teorema 2.10
 x,y∈ℤ  ax+by=1

kedua ruas kalikan dengan c acx+bcy=c...(*)

karena a|c dan b|c -> Ǝr,t∈Z Sehingga c=ar dan c=bt Subtitusikan

a(ar)x+b(bt)y=c ab(tx+ry)=c
jadi ab|c (Terbukti)

Negasinya:
a,b,c bukan bilangan bulat c tidak habis dibagi a , c tidak habis dibagi b dengan (a,b)≠1 maka c tidak
habis dibagi ab
Ǝa,b,c a,b,c∉ℤ (a,b)≠1  c≠a

15
22. Jika a dan b bilangan bulat,c bilangan bulat positif yang merupakan factor bersama
dari a dan b,dan a>b maka a:c>b:c
∀a,b a,b∈Z ∈c ℤ+ C=(a,b) 𝖠 a>b a:c > b:c

Negasinya:
Ada a dan b bilangan bulat,c bilangan bulat positif yang bukan merupakan factor bersama dari a dan
b,dan a>b maka a:c>b:c
Ǝa,ba,b∈ Z ∈c Z+ C≠(a,b) 𝖠 a>b a:c < b:c

Bukti:
C(a)Ǝm, m ∈ Z sehingga a:c=m berarti a=c.m C(b),Ǝn, n∈ Z sehingga b:c=n berarti b=c.n

Karena a+c.m, b+c.n 𝖠 a>b c.m>c.n


∈c Z+ c.m>c.n  m>n sehingga m+a:c 𝖠 n=b:c a:c >b:c (terbukti)

23. Jikaa,b,c adalah bilangan bulat maka (-ac):(-bc) = a:b


∀a,b,ca,b,c ∈ Z Ǝ(-ac): (-bc)=a:b

Negasinya:
Ada a,b,c adalah bilangan bulat maka(-ac) : (-bc) ≠ a:b Ǝa,b,ca,b,c ∈ Z Ǝ (-ac) : (-bc) ≠ a:b
Bukti:
(-ac) : (-bc) = a:b
(-ac) : (-bc) = a:b
(-c) (a) : (-c) (b) =a:b
Sehingga (a) : (b) = a:b (terbukti)

24. Jika a habisdibagi b atau a habisdibagi c maka a2+bc


∀a,b,c∈Z, Ǝk,l,m ∈Z, (a|b ˅ a|c)a2+bc

Negasinya:
Ǝa,b,c∈Z, ∀k,l,m∈Z, (a|b ˅ a|c) 𝖠 a2+bc

Bukti:
a|bartinya b=a.k ,k ∈ Z a|cartinya c=a.l ,l ∈ Z a2+bc=b.c=a2.m, m ∈ Z
(a.k) (a.l)= a2m a2(k.l)=a2m
karena k,l,m ∈ Z  a2|bc terbukti benar

16
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, kami dapat menyimpulkan bahwa ilmu logika matematika bisa
diterapkan untuk membantu cabang ilmu matematika lain dalam menyusun kalimat matematika,
lalu membuktikan pernyataan- pernyataan di dalamnya sehingga pernyataan menjadi bersifat
universal dan dapat dipahami oleh matematikawan serta pembelajar matematika di seluruh
penjuru dunia.

Selain itu, cabang ilmu logika matematika juga turut membantu umat manusia dalam
mengasah alur berpikir yang benar serta membentuk suatu pemikiran yang sistematis dan logis.
Oleh karena itu, ketika dihadapkan dengan sebuah masalah, umat manusia diharapkan dapat
mengaplikasikan teori logika matematika ini sehingga masalah yang dihadapi bisa terselesaikan
secara rasional.

B. Saran
Demikian makalah yang kami susun ini, semoga memberi manfaat bagi para pembaca.
Apabila ada kritik dan saran yang ingin disampaikan terkait isi makalah ini, kami mempersilakan
untuk menghubungi salah satu anggota kelompok kami. Kami memohon maaf jika terdapat
kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Soehardjo.1996. Dasar Matematika. Surakarta: UNS Press


2. https://spada.uns.ac.id

18

Anda mungkin juga menyukai