Konsep Keperawatan Anak Sehat Rev1
Konsep Keperawatan Anak Sehat Rev1
Konsep Keperawatan Anak Sehat Rev1
SEHAT
KODE : KEPKL3093
SEMESTER : Tiga
Ciri-Ciri Pertumbuhan
a. Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan dewasa.
Sumber: http://docplayer.info/310916-Departemen-rehabilitasi-medik-2013-5-30-
2014pembahasan-1-definisi-tumbuh-kembang-2-tanda-tanda-tumbuh-kembang-3-
determinantumbuh-kembang.html
b. Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini ditandai
dengan tanggalnya gigi susu dan timbulnya gigi permanen, hilangnya refleks
primitif pada masa bayi, timbulnya tanda seks sekunder dan perubahan
lainnya.
c. Kecepatan pertumbuhan tidak teratur. Hal ini ditandai dengan adanya masa-
masa tertentu dimana pertumbuhan berlangsung cepat yang terjadi pada masa
prenatal, bayi dan remaja (adolesen). Pertumbuhan berlangsung lambat pada
masa pra sekolah dan masa sekolah.
Ciri-Ciri Perkembangan
Kualitas tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang
berasal dari dalam (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal) (Depkes,
2006).
Sedangkan faktor eksternal terdiri dari 3 (tiga) hal yaitu faktor prenatal, faktor
persalinan dan faktor pasca persalinan.
a. Faktor prenatal
1) Gizi.
Nutrisi yang dikonsumsi ibu selama hamil akan mempengaruhi
pertumbuhan janin yang dikandungnya. Oleh karena itu asupan nutrisi
pada saat hamil harus sangat diperhatikan. Pemenuhan zat gizi menurut
kaidah gizi seimbang patut dijalankan. Dalam setiap kali makan, usahakan
ibu hamil mendapat cukup asupan karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan
mineral.
2) Mekanis.
Trauma dan posisi fetus yang abnormal dapat menyebabkan kelainan
kongenital seperti club foot, dislokasi panggul, falsi fasialis, dan
sebagainya.
3) Toksin/zat kimia .
Beberapa obat-obatan seperti aminopterin, thalidomid dapat menyebabkan
kelainan kongenital palatoskisis.
4) Endokrin.
Diabetes mellitus pada ibu hamil dapat menyebabkan makrosomia,
kardiomegali, hyperplasia adrenal.
5) Radiasi.
Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada
janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas
anggota gerak, kelainan kongenital mata, kelainan jantung.
6) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (toksoplasma,
rubella, cytomegalo virus, herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan
pada janin, seperti katarak, bisu tuli, mikrosepali, retardasi mental dan
kelainan jantung kongenital.
7) Kelainan imunologi.
Eritoblastosis fetalis timbul karena perbedaan golongan darah antara ibu
dan janin sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel darah merah
janin, kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin
dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan
hiperbilirubinemia dan kern ikterus yang akan menyebabkan kerusakan
jaringan otak.
8) Anoksia embrio.
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan janin terganggu.
9) Psikologis ibu.
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada
ibu selama hamil serta gangguan psikologis lainnya dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin.
b. Faktor persalinan
Komplikasi yang terjadi pada saat proses persalinan seperti trauma kepala,
asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak bayi.
Berdasarkan beberapa teori, maka proses tumbuh kembang anak dibagi menjadi
beberapa tahap (Depkes, 2006), yaitu:
a. Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan).
Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu:
1) Masa zigot/mudigah, yaitu sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2
minggu.
2) Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu. Sel
telur/ovum yang telah dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu organism,
terjadi diferensiasi yang berlangsung dengan cepat, terbentuk sistem organ
dalam tubuh.
3) Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir
kehamilan.
Masa janin ini terdiri dari 2 periode yaitu:
a) Masa fetus dini, yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai
trimester ke 2 kehidupan intra uterin. Pada masa ini terjadi percepatan
pertumbuhan, alat tubuh telah terbentuk dan mulai berfungsi.
b) Masa fetus lanjut, yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini
pertumbuhan berlangsung pesat disertai perkembangan fungsi organ.
Terjadi transfer imunoglobin G (Ig G) dari darah ibu melalui plasenta.
Akumulasi asam lemak esensial omega 3 (docosa hexanic acid) dan
omega 6 (arachidonic acid) pada otak dan retina. Trimester pertama
kehamilan merupakan periode terpenting bagi berlangsungnya
kehidupan janin. Pada masa ini pertumbuhan otak janin sangat peka
terhadap lingkungan sekitarnya. Gizi kurang pada ibu hamil, infeksi,
merokok dan asap rokok, minuman beralkohol, obat-obatan, bahan-
bahan toksik, pola asuh, depresi berat, faktor psikologis seperti
kekerasan terhadap ibu hamil dapat menimbulkan pengaruh buruk bagi
pertumbuhan janin dan kehamilan.
Agar janin dalam kandungan tumbuh dan berkembang menjadi anak sehat, maka
selama hamil ibu dianjurkan untuk:
Pada remaja akhir, mereka sudah matang secara fisik dan struktur dan
pertumbuhan organ reproduksi sudah hampir komplit. Pada usia ini identitas
diri sangat penting termasuk didalamnya citra diri dan citra tubuh. Pada usia
ini anak sangat berfokus pada diri sendiri, narsisme (kecintaan pada diri
sendiri) meningkat. Mampu memandang masalah secara komprehensif.
Mereka mulai menjalin hubungan dengan lawan jenis dan status emosi
biasanya lebih stabil terutama pada usia remaja lanjut.
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh dan berkembang secara umum digolongkan
menjadi 3 (Soetjiningsih, 2005), yaitu:
B. Konsep Bermain
1. Pengertian Bermain
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial
dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan
bermain anak akan berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan dan mengenal waktu, jarak,
serta suara (Wong, 2004).
Bermain juga merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktekkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran,
menjadi kreatif, serta mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku
dewasa (Hidayat, 2005). Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa,
dan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu
cara yang paling efektif untuk menurunkan stres pada anak dan penting untuk
kesejahteraan mental dan emosional anak (Nursalam, 2005).
2. Fungsi Bermain
d. Lingkungan
Terselanggaranya aktifitas bermain yang baik untuk perkembangan anak
salah satunya dipengaruhi oleh nilai moral, budaya, dan lingkungan fisik
rumah. Fasilitas bermain tidak selalu harus yang dibeli di toko atau mainan
jadi, tetapi lebih diutamakan yang dapat menstimulus imajinasi dan
kreatifitas anak, bahkan sering kali mainan tradisonal yang dibuat sendiri
dari atau berasal dari benda-benda di sekitar kehidupan anak lebih
merangsang anak untuk kreatifitas.
e. Alat dan jenis permainan
Orang tua harus bijaksana dalam memberikan alat permainan untuk anak.
Pilih yang sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. Label yang
tertera pada mainan harus dibaca terlebih dahulu sebelum membelinya,
apakah mainan tersebut sesuai dengan usia anak. Orang tua dan anak dapat
memilih mainan bersama-sama, tetapi harus diingat bahwa alat permainan
harus aman bagi anak. Oleh karena itu, orang tua harus membantu anak
memilihkan mainan yang aman.
a. Ekstra energi
Untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil
kemungkinan untuk melakukan permainan.
b. Waktu
Anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus
yang diberikan dapat optimal.
c. Alat permainan
Untuk bermain, alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap
perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.
d. Ruang untuk bermain
Bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman, bahkan di
tempat tidur.
e. Pengetahuan cara bermain
Dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah dan
pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam menggunakan alat
permainan tersebut.
f. Teman bermain
Teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan
membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan
bersama dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan anak menjadi lebih
akrab.
Untuk mengetahui alat permainan edukatif, di bawah ini beberapa contoh alat
permainan yang bersifat edukatif seperti:
a. Permainan sepeda roda tiga atau dua, bola, mainan yang ditarik dan
didorong. Jenis ini mempunyai fungsi pendidikan dalam pertumbuhan fisik
atau motorik kasar.
b. Untuk mengembangkan motorik halus alat-alat permainan dapat berupa
gunting, pensil, bola, balok, lilin dan sebagainya.
c. Buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio dan lain-
lain dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan kognitif atau
kecerdasan anak.
d. Alat permainan seperti buku gambar, buku cerita, majalah, radio, tape dan
televisi dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan bahasa,
e. Alat permainan seperti gelas plastik, sendok, baju, sepatu, kaos kaki dapat
digunakan dalam mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri
f. Alat permainan seperti kotak, bola dan tali, dapat digunakan untuk
mengembangkan tingkah laku sosial.
Selain penggunaan alat permainan secara edukatif, peran orang tua atau
pembimbing dalam bermain sangat penting. Orang tua harus memahami dan
memiliki kemampuan tentang jenis alat permainan dan kegunaannya, sabar dalam
bermain, tidak memaksakan, mampu mengkaji kebutuhan bermain seperti kapan
harus berhenti dan kapan harus dimulai serta memberikan kesempatan untuk
mandiri.
a. Memotivasi
Dengan memberikan motivasi, anak akan semakin percaya diri dan yakin
akan kemampuan yang ia miliki.
b. Mengawasi
Pengawasan dalam bermain juga mutlak diperlukan apapun jenis
permainannya, hal ini dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan seperti jatuh saat bermain.
c. Mitra
Peran orang tua sebagai mitra bermain akan memunculkan rasa kekompakan
dan melatih anak untuk bisa bekerja sama saat bermain.
a. Anak tidak banyak menggunakan energi, waktu bermain lebih singkat untuk
menghindari kelelahan. Alat permainan yang digunakan bersifat sederhana.
Contoh permainannya: menyusun balok, membuat kerajinan tangan dan
menonton televisi.
b. Relatif aman dan terhindar dari infeksi silang.
c. Sesuai dengan kelompok usia. Untuk rumah sakit yang mempunyai tempat
bermain, hendaknya waktu bermain perlu dijadwalkan dan dikelompokkan
sesuai dengan usia karena kebutuhan bermain berbeda antara masing-masing
tahap usia.
d. Tidak bertentangan dengan terapi.
e. Apabila program terapi mengharuskan anak untuk untuk beristirahat, maka
aktivitas bermain hendaknya dilakukan di tempat tidur. Anak tidak
diperbolehkan turun dari tempat tidur, meskipun ia kelihatannya mampu.
2. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah
diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang
disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang
dapat diekspresikan melalui tulisan maupun gambar.
3. Memfasilitasi
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi
anak atau respon anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam memfasilitasi,
kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi
anak harus diberikan respons terhadap pesan yang disampaikan melalui
mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan merefleksikan ungkapan
negatif yang menunjukan kesan yang jelek pada anak.
4. Biblioterapi
Melalui pemberin buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan
perasaan, dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan
pesan yang akan disampaikan kepada anak.
7. Penggunaan skala
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan
perasaan sakit pada anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dll,
dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.
8. Menulis
Melalui cara ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya, baik pada keadaan
sedih, marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang
jengkel, marah, dan diam. Cara ini dapat dilakukan apabila anak sudah
memiliki kemampuan untuk menulis.
9. Menggambar
Menggambar dapat digunakan untuk mengungkapkan ekspresi, perasaan
jengkel, marah yang biasanya dapat diungkapkan melalui gambar dan anak
akan mengungkapkan perasaannya apabila perawat menanyakan maksud dari
gambar yang ditulisnya.
10. Bermain
Dapat menyampaikan pesan- pesan dengan bermain.
2) 6 bulan kedua
a) Siapkan orang tua akan respons stranger anxiety (takut pada orang
asing) dari anak.
b) Bimbing orang tua mengenai disiplin karena peningkatan
mobilitas bayi.
c) Ajarkan pencegahan cedera karena peningkatan keterampilan
motorik anak dan rasa keingintahuannya.
c. Usia Prasekolah
Bimbingan terhadap orang tua selama usia prasekolah di antaranya
adalah:
1) Usia 3 tahun
a) Menganjurkan orang tua untuk meningkatkan minat anak dalam
hubungan yang luas.
b) Menekankan pentingnya batas-batas/peraturan-peraturan.
c) Mengantisipasi perubahan perilaku yang agresif (menurunkan
ketegangan/ tension).
d) Menganjurkan orang tua untuk menawarkan kepada anaknya
alternatifalternatif pilihan pada saat anak bimbang.
e) Perlunya perhatian ekstra.
2) Usia 4 tahun
a) Perilaku lebih agresif termasuk aktivitas motorik dan bahasa.
b) Menyiapkan meningkatnya rasa ingin tahu tentang seksual.
c) Menekankan pentingnya batas-batas yang realistik dari tingkah
lakunya.
3) Usia 5 tahun
a) Menyiapkan anak memasuki lingkungan sekolah.
b) Meyakinkan bahwa usia tersebut merupakan periode tenang pada
anak.
d. Usia Sekolah
Bimbingan yang dapat dilakukan pada orang tua untuk anak usia sekolah
di antaranya adalah:
1) Usia 6 tahun
a) Bantu orang tua untuk memahami kebutuhan sosialisasi dengan
cara mendorong anak berinteraksi dengan temannya.
b) Ajarkan pencegahan kecelakaan dan keamanan terutama naik
sepeda.
c) Siapkan orang tua akan peningkatan ketertarikan anak keluar
rumah.
d) Dorong orang tua untuk menghargai kebutuhan anak akan privacy
dan menyiapkan kamar tidur yang berbeda.
2) Usia 7-10 tahun
a) Menekankan untuk mendorong kebutuhan akan kemandirian.
b) Tertarik untuk beraktivitas di luar rumah.
c) Siapkan orang tua untuk menghadapi anak terutama anak
perempuan memasuki prapubertas.
3) Usia 11-12 tahun
a) Bantu orang tua untuk menyiapkan anak tentang perubahan tubuh
saat pubertas.
b) Anak wanita mengalami pertumbuhan cepat.
c) Pendidikan seks (Sex education) yang adekuat dan informasi yang
akurat.
e. Usia Remaja
1) Terima remaja sebagai manusia biasa
2) Hargai ide-idenya, kesukaan dan ketidaksukaan serta harapannya.
3) Biarkan remaja mempelajari dan melakukan hal-hal yang disukainya
walaupun metdenya berbeda dengan orang dewasa.
4) Berikn batasan yang jelas dan masuk akal.
5) Hargai privacy remaja
6) Berikan kasih sayang tanpa menuntut.
7) Gunakan pertemuan keluarga untuk merundingkan masalah dan
menentukan aturan-aturan.
8) Orangtua juga harus menyadari bahwa: mereka ingin mandiri, sensitif
terhadap perasaan dan perilaku yang mempengaruhinya, teman-
temannya merupakan hal yang sangat penting dan memandang segala
sesuatu sebagai hitam atau putih, baik atau buruk.
c. Pra Sekolah
Kecelakaan terjadi biasanya karena anak kurang menyadari potensi
bahaya seperti: obyek panas, benda tajam, akibat naik sepeda misalnya
main di jalan, lari mengambil bola/layangan, menyeberang jalan.
Pencegahannya ada 2 cara:
1) Mengontrol lingkungan.
2) Mendidik anak terhadap keamanan dan potensial bahaya.
a) Jauhkan korek api dari jangkauan.
b) Mengamankan tempat-tempat yang secara potensial dapat
membahayakan anak.
c) Mendidik anak cara menyeberang jalan, arti rambu-rambu lalu
lintas.
d. Usia Sekolah
1) Anak biasanya sudah berpikir sebelum bertindak.
2) Aktif dalam kegiatan: mengendarai sepeda, mendaki gunung,
berenang.
3) Berikan pendidikan tentang Aturan lalu-lintas pada anak.
4) Apabila anak suka berenang, ajakan aturan yang aman dalam
berenang.
5) Awasi anak saat menggunakan alat berbahaya seperti gergaji, alat
listrik.
6) Ajarkan anak untuk tidak menggunakan alat yang bisa
meledak/terbakar.
e. Remaja
1) Jenis kecelakaan yang sering terjadi pada usia ini adalah:
a) Kecelakaan lalu lintas terutama kendaraan bermotor yang dapat
mengakibatkan fraktur, cedera kepala.
b) Kecelakaan karena olah raga.
2) Oleh karena itu perlu diberikan pemahaman kepada remaja tentang:
a) Petunjuk dalam penggunaan kendaraan bermotor
b) Ada negosiasi antara orang tua dengan remaja.
c) Penggunaan alat pengaman yang sesuai seperti helm sesuai
standar, penggunaan sabuk keselamatan.
d) Melakukan latihan fisik yang sesuai sebelum melakukan olah raga
E. Imunisasi
1. Pengertian Imunisasi
Kekebalan aktif dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen secara
alamiah atau melalui imunisasi. Imunisasi yang diberikan untuk memperoleh
kekebalan aktif disebut imunisasi aktif dengan memberikan zat bioaktif yang
disebut vaksin dan tindakannya disebut vaksinasi. Kekebalan yang diperoleh
dengan vaksinasi berlangsung lebih lama dari kekebalan pasif karena adanya
memori imunologis walaupun tidak sebaik kekebalan aktif yang terjadi karena
infeksi alamiah.
Secara khusus, antigen merupakan bagian protein kuman atau racun yang jika
masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh harus memiliki zat
anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh manusia disebut antibody.
Zat anti terhadap racun kuman disebut antitoksin. Dalam keadaan tersebut, jika
tubuh terinfeksi maka tubuh akan membentuk antibody untuk melawan bibit
penyakit yang menyebabkan terinfeksi. Tetapi antibody tersebut bersifat spesifik
yang hanya bekerja untuk bibit penyakit tertentu yang masuk ke dalam tubuh dan
tidak terhadap bibit penyakit lainnya (Satgas IDAI, 2011).
2. Sasaran Program Imunisasi
Sasaran program imunisasi mencakup:
a. Bayi usia 0-1 tahun untuk mendapatkan vaksinasi BCG, DPT, polio,
campak dan hepatitis-B.
b. Ibu hamil dan wanita usia subur dan calon pengantin (Catin) untuk
mendapatkan imunisasi TT.
c. Anak sekolah dasar (SD) kelas 1, untuk mendapatkan imunisasi DPT.
d. Anak sekolah dasar (SD) kelas II s/d kelas VI untuk mendapatkan
imunisasi TT (dimulai tahun 2001 s/d tahun 2003), anak-anak SD kelas II
dan kelas III mendapatkan vaksinasi TT (Depkes RI, 2005).
3. Manfaat Imunisasi
Manfaat yang didapat dari pemberian imunisasi di antaranya adalah sebagai
berikut:
a. Untuk anak, bermanfaat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh
penyakit menular yang sering berjangkit.
b. Untuk keluarga, bermanfaat menghilangkan kecemasan serta biaya
pengobatan jika anak sakit.
c. Untuk negara, bermanfaat memperbaiki derajat kesehatan, menciptakan
bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara
(Depkes RI, 2005).
4. Jenis Imunisasi
a. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah proses mendapatkan kekebalan dimana tubuh anak
sendiri membuat zat anti yang akan bertahan selama bertahun-tahun.
Vaksin dibuat “hidup dan mati”. Vaksin hidup mengandung bakteri atau
virus (germ) yang tidak berbahaya, tetapi dapat menginfeksi tubuh dan
merangsang pembentukan antibodi. Vaksin yang mati dibuat dari bakteri
atau virus, atau dari bahan toksit yang dihasilkannya yang dibuat tidak
berbahaya dan disebut toxoid.
Imunisasi dasar yang dapat diberikan kepada anak adalah:
1) BCG, untuk mencegah penyakit TBC.
2) DPT, untuk mencegah penyakit-penyakit difteri, pertusis dan tetanus.
3) Polio, untuk mencegah penyakit poliomilitis.
4) Campak, untuk mencegah penyakit campak (measles).
5) Hepatitis B, untuk mencegah penyakit hepatitis.
b. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif adalah pemberian antibody kepada resipien, dimaksudkan
untuk memberikan imunitas secara langsung tanpa harus memproduksi
sendiri zat aktif tersebut untuk kekebalan tubuhnya. Antibody yang
diberikan ditujukan untuk upaya pencegahan atau pengobatan terhadap
infeksi, baik untuk infeksi bakteri maupun virus (Satgas IDAI, 2008).
Imunisasi pasif dapat terjadi secara alami saat ibu hamil memberikan
antibody tertentu ke janinnya melalui plasenta, terjadi di akhir trimester
pertama kehamilan dan jenis antibodi yang ditransfer melalui plasenta
adalah immunoglobulin G (LgG). Transfer imunitas alami dapat terjadi
dari ibu ke bayi melalui kolostrum (ASI), jenis yang ditransfer adalah
immunoglobulin A (LgA). Sedangkan transfer imunitas pasif secara
didapat terjadi saat seseorang menerima plasma atau serum yang
mengandung antibody tertentu untuk menunjang kekebalan tubuhnya.
b. Difteri
Difteri adalah suatu penyakit akut yang bersifat toxin-mediated desease dan
disebabkan oleh kuman corynebacterium diphteriae. Seorang anak dapat
terinfeksi difteria pada nasofaringnya dan kuman tersebut kemudian akan
memproduksi toksin yang menghambat sintesis protein selular dan
menyebabkan destruksi jaringan setempat dan terjadilah suatu
selaput/membran yang dapat menyumbat jalan nafas. Gejala awal penyakit
ini adalah radang tenggorokan, hilang nafsu makan dan demam ringan.
Dalam 2-3 hari
c. Tetanus
Tetanus merupakan penyakit akut, bersifat fatal yang disebabkan oleh
eksotoksin yang diproduksi bakteri clostridium tetani yang umumnya
terjadi pada anak-anak. Perawatan luka, kesehatan gigi dan telinga
merupakan pencegahan utama terjadinya tetanus disamping imunisasi
terhadap tetanus baik aktif maupun pasif. Gejala awal penyakit adalah
kaku otot pada rahang disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku
otot perut, berkeringat dan demam. Pada bayi sering disertai gejala berhenti
menetek antara 3 sampai dengan 28 hari setelah lahir. Gejala berikutnya
adalah kejang hebat dan tubuh menjadi kaku. Komplikasi tetanus adalah
patah tulang akibat kejang, pneumonia dan infeksi lain yang dapat
menimbulkan kematian.
Sumber: http://doktermeta.blog.inharmonyclinic.com/imunisasi-anak/dpt-difteri-pertusis-
tetanuscombo/berbagai-jenis-imunisasi-dpt/
Gambar: Tanda dan gejala penyakit Difteri, Tetanus dan Pertusis
e. Campak (measles)
Campak yaitu penyakit akut yang disebabkan oleh virus campak yang
sangat menular pada anak-anak, ditandai dengan gejala panas, batuk, pilek,
konjungtivitis, bercak kemerahan diikuti dengan erupsi makulopapular
yang menyeluruh. Komplikasi campak adalah diarrhea hebat, peradangan
pada telinga dan infeksi saluran nafas (pneumonia).
Sumber: http://www.bumn.go.id/biofarma/publikasi/berita/campak-bisa-dicegah-dengan-
imunisasi/
GambarTanda dan gejala penyakit Campak
f. Poliomielitis
Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus poliomyelitis pada
medula spinalis yang secara klasik dapat menimbulkan kelumpuhan,
kesulitan bernafas dan dapat menyebabkan kematian. Gejalanya ditandai
dengan menyerupai influenza, seperti demam, pusing, diare, muntah, batuk,
sakit menelan, leher dan tulang belakang terasa kaku. Penyebaran penyakit
melalui kotoran manusia (feses) yang terkontaminasi. Kematian dapat
terjadi jika otot-otot pernafasan terinfeksi dan tidak segera ditangani.
g. Hepatitis-B
Hepatitis B merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
hepatitis-B (VHB) yang dapat menyebabkan kematian. Biasanya tanpa
gejala, namun jika infeksi terjadi sejak dalam kandungan akan menjadi
kronis, seperti pembengkakan hati, sirosis dan kanker hati. Jika terinfeksi
berat dapat menyebabkan kematian. Gejala yang terlihat biasanya anak
terlihat lemah, gangguan perut dan gejala lain seperti flu. Urine menjadi
kuning, kotoran menjadi pucat. Warna kuning bisa terlihat pula pada mata
(sclera) dan kulit.
World Health Organization (2019). Buku Saku Manajemen Masalah bayi Baru
Lahir: Panduan untuk Dokter, Perawat & Bidan. Alih Bahasa, Nike Bushi
Subekti; editor edisi bahasa Indonesia, Pamilih Eko Karyuni, Eny
Meilya.Jakarta: EGC