(Kepala Bernomor) Kurikulum 2013 Di Kelas

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

“MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEMA 2 SISWA MELALUI


MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER
(KEPALA BERNOMOR) KURIKULUM 2013 DI KELAS
VI SDN 171/IX KOTA JAMBI”

DISUSUN OLEH
NAMA : Dra. NOVIANTI
NIP : 19691111 201212 2 001

SEKOLAH DASAR NEGERI 171/IX KOTA JAMBI


KECAMATAN DANAU SIPIN KOTA JAMBI
TAHUN 2019
BABI

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kurikulum 2013 merupakan suatu kurikulum yang dibentuk untuk

mempersiapkan lahirnya generasi emas bangsa Indonesia, aspek - aspek yang

ingin dicapai dalam kurikulum 2013 meliputi aspek karakter, kompetensi dan

literasi kurikulum sebelumnya dirasa sudah tidak relevan dengan tuntutan zaman

yang lebih mengedepankan kemampuan calistung yakni membaca, menulis dan

berhitung.

Pada kurikulum 2013 penilaian terhadap hasil belajar sswa lebih dititik

beratkan pada tiga komponen yang meliputi akhlak atau karakter yang terbagi dua

yaitu karakter moral dan karakter kinerja. Karakter moral berupa sikap beriman,

bertakwa, jujur, rendah hati dan sebagainya. Karakter kinerja berupa siokap kerja

keras, tanggung jawab, ulet, tidak mudah menyerah, tuntas -dan sebagainya.

Aspek yang kedua adalah penilaian kompetensi yakni berpikir kritis,

kreatif, komunikatif dan kolaborasi. Aspek yang ketiga adalah · literasi yang

merupakan keterbukaan wawasan berpikir melalui literasi yakni literasi membaca,

literasi budaya, literasi teknologi dan sebagainya. Ini merupakan proyeksi masa

depan anak bangsa.

Untuk dapat mewujudkan a.pa yang ingin dicapai dalam komponen 2

penilaian K 13 maka dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas dirasakan

penting untuk mengkondisikan kelas menjadi lebih optimal sehingga perlu adanya
strategi belajar untuk menignkatkan minat belajar dengan lebih memberdayakan

siswa, mendorong siswa untuk memahami konsep-konsep, dapat

mendeskripsikan, membuat laporan serta dapat mempresentasikan hasil belajar,

ide dan pemikirannya melalui pembelajaran dalam bentuk tematik.

Dalam dua tahun terakhir hasil belajar tema 2 pembahasanya tentang

proklamasi kemerdekaan dirasa kurang memuaskan. Hal ini karena materi

pelajaran yang begitu luas dengan mencerita peristiwa-peristiwa penting

menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia dikaji dengan begitu mendetail

sehingga anak sulit untuk memahaminya, murumuskannya dan mendeskripsikan

kembali yang pada akhimya berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah tidak

sesuai dengan KKM yang sudah· ditetapkan oleh sekolah yaitu 70.

Atas dasar itu perlu ditekankan penggunaan model pembelajaran

Numbered Heads Togethers (kepala bemomor) atau disingkat NHT. Model ini

dijadikan sebagai salah satu altematif variasi model pembelajaran yang

diharapkan nantinya dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar

siswa tema 2 melalui model pembelajaran Numbered Heads Togethers (kepala

bemomor). Dengan demikian hasil belajar siswa dapat mencapai nilai diatasKKM.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian yang tepat berjudul

Meningkatkan Hasil Belajar Terna 2 Siswa Melalui Model Pembelajaran

Numbered Heads Together (Kepala Bemomor) Kurikulum 2013 di Kelas VI SD

Negeri 171/IX Kota Jambi"


1.2. RumusanMasalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peningkatan

hasil belajar siswa kelas VI SDN 171/IX pada Pelajaran tema 2 rnelalui metode

Numbered Heads Together (kepala bemomor)?

Untuk tidak meluasnya masalah dalam penelitian ini maka penelitian

ditekankan pada peningkatan hasil belajar siswa tema II Persatuan dalam

perbedaan di Pembelajaran I KD. 34 dan KD 44 Materi Pembelajaran Proklamasi

Kemerdekaan.

1.3. TujuanPenelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka peneliti dapat merumuskan

tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas

VI SDN 171/IV pada pembelajaran tematik melalui metode Numbered Heads

Together (kepala bemomor)

1.4. Manfaat Hasil Penelitian

a. Bagi siswa :

Siswa termotivasi, senang belajar tematik, hasil belajar lebih meningkat

b. Bagi Guru

Dapat menambah wawasan tentang strategi pembelajaran

c. Bagi Sekolah

Dapat dijadikan bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan

hasil belajar siswa


d. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman praktiks, realisasi dari teori-teori yang diperoleh.


BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Belajar dan Faktor-FaktorYang Mempengaruhi Belajar

Menurut Ismawati (2012,34) Belajar adalah suatu proses perubahan

kegiatan, reaksi terhadap lingk:ungan, perubahan tersebut tidak dapat disebut

belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang

seperti kelelahan atau disebabkan obat-obatan.

Menurut Suryabrata (2011,232) Belajar itu membawa perubahan (dalam

arti actual maupun potensial), (2) perubahan itu pada pokoknya adalah

didapatkannya kecakapan baru, (3) perubahan itu terjadi karena usaha (dengan

sengaja).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses

perubahan. Perubahan yang bersifat positif, dan karena usaha yang kemudian

didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan.

Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu

siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk

dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti

menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan tertentu mempengaruhi dirinya,

melayani tujuan- tujuanya, memuaskan kebutuhan-kebutuhannya.

Dalam dunia pendidikan, belajar dapat dimaknai sebagai suatu poses yang

menunjukan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhimya
akan didapat keterampilan, kecakapan, dan pengetahuan baru yang didapat dari

akumulasi pengalaman dan pembelajaran.

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik

dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:

a. Factor Internal (factor dari dalam peserta didik), yakni keadaan/ kondisi

jasmani dan rohani peserta didik.

b. Factor ekstemal (factor dari luar peserta didik), yakni kondisi lingkunan di

sekitar peserta didik.

c. Factor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar

peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik

untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran.

Faktor-faktor diatas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan

mempengaruhi satu sama lain. Dalam hal ini, seorang guru yang kompeten dan

professional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan - kemungkinan

munculnya kelompok peserta didik yang menunjukan gejala kegagalan dengan

berusaha mengetahui dan mengatasi factor yang menghambat proses belajar

mereka.

a. Factor internal peserta didik

Factor yang berasal dari dalam diri peserta didik sendiri meliputi dua

aspek, yakni:

1) Aspek fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat

kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat

dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

2) Aspek psikologis

Banyak factor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi

kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran peserta didik. Namun, diantara

factor-faktor rohaniah peserta didik yang pada umumnya dipandang lebih esensial

itu adalah sebagai berikut:

a) Tingkat kecerdasan/inteligensi peserta didik

b) Sikap peserta didik

c) Bakat peserta didik

d) Minat peserta didik

e) Motivasi peserta didik

b. Factor ekstemal peserta didik

Seperti factor internal peserta didik, factor ekstemal peserta didik juga

terdiri atas dua macam, yakni:

1) Lingkungan social

Yang termasuk lingkungan social peserta didik adalah masyarakat dan

tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar perkampungan peserta didik

tersebut. Lingkungan social yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar

ialah orang tua dan keluarga peserta didik itu sendiri.

2) Lingkungan nonsosial
Factor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah

dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga peserta didik dan letaknya, alat-alat

belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan peserta didik. Factor-

faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar peserta didik.

c. Factor pendekatan belajar

Disamping factor-faktor internal dan eksternal peserta didik sebagaimana

yang telah dipaparkan dimuka, factor pendekatan belajar juga berpengaruh

terhadap taraf keberhasilan proses belajar peserta didik tersebut.

2.2. Model Numbered Heads Togethers (NHT)

Menurut Sudjana (2005: 76) metode merupakan perencanaan secara

menyeluruh untuk menyajikan materi pembelajaran bahasa secara teratur, tidak

ada satu bagian yang bertentangan, dan semuanya berdasarkan pada suatu

pendekatan tertentu.

Menurut Sangidu (2004: 14) metode adalah cara kerja yang bersistem

untuk memulai pelaksanaan suatu kegiatan penilaian guna mencapai tujuan yang

telah ditentukan.

Menurut Salamun (dalam Sudrajat, 2009:7) menyatakan bahwa metode

pembelajaran ialah sebuah cara- cara yang berbeda untuk mencapai hasil

pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi yang berbeda. Hal itu berarti

pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi pembelajaran

dan hasil pembelajaran yang ingin dicapai.


Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode

pembelajaran merupakan sebuah perencanaan yang utuh dan bersistem dalam

menyajikan materi pelajaran. Metode pembelajaran dilakukan secara teratur dan

bertahap dengan cara yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan tertentu dibawah

kondisi yang berbeda.

Menurut Imas Kurniasih (2015, 29) Model Pembelajaran Numbered Heads

Togethers (singkatan dari Numbered Heads Together atau Kepala Bernomor

Struktur. Model ini dapat dijadikan alternative variasi model pembelajaran dengan

membentuk kelompok heterogen, setiap kelompok beranggotakan 3-5 siswa,

setiap anggota memiliki satu nomor.

Menurut Agus Suprijono (2015, 111) pembelajaran dengan menggunakan

metode Numbered Heads Together diawali dengan Numbering. Guru membagi

kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Pada kesempatan ini tiap-tiap kelompok

menyatukan kepalanya "Heads Together" berdiskusi memikirkanjawaban atas

pertanyaan dari guru.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode NHT ini merupakan

pembagian kelompok dan berdiskusi, setiap anggota memiliki nomor masing-

masing. Dan peserta didik berpikir bersama.

NHT singkatan dari Numbered Heads Together atau Kepala Bemomor

Struktur. Model ini dapat dijadikan alternative variasi model pembelajaran dengan

membentuk kelompok heterogen, setiap kelompok beranggotakan 3-5 siswa,

setiap anggota memiliki satu nomor

Adapun langkah-langkah metode pembelajaran


a. Persiapan

Dalam tahap ini guru memperasiapkan rancangan pelajaran dengan

membuat scenario pembelajaran, lembar kerja yang sesuai dengan model

pembelajaran kooperatiftipe NHT.

b. Pembentukan kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang

beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru member nomor kepada setiap siswa dalam

kelompok dan nama kelompok yang berbeda.

d. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan

Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket

atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau

masalah yang diberikan oleh guru.

d. Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada siswa sebagai

bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama

untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban

clan pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan

oleh guru.

e. Memanggil nomor anggota atau pemberianjawaban


Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap

kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban

kepada siswa di kelas.

f. Memberi kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan

yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

Kelebihan dan Kelemahan Metode Numbered Heads Togethers (Kepala

Bemomor)

a. Kelebihan Metode NHT

1) Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

2) Mampu memperdalam pemahaman siswa

3) Mengembangkan rasa ingin tahu siswa

4) Mengembangkan rasa saling memiliki dan kerjasama

b. Kekurangan Metode NHT

Apabila pada satu nomor kurang maximal mengerjakan tugasnya, tentu

saja mempengaruhi pekerjaan pemilik tugas yang lain pada nomor selanjutnya.

Model pembelajaran yang digunakan guru merupakan salah satu factor

dalam meningkatkan minat belajar peserta didik. Penggunaan model pembelajaran

secara kreatif akan memungkinkan peserta didik untuk lebih baik dan dapat

meningkatkan hasil belajar mereka.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa menggunakan metode NHT ni

terdapat kelebihan dan kelemahan. Dengan guru yang kreatif menggunakan

metode ini minat peserta didik dalam belajar dapat meningkat.


Adapun tujuan Pembelajaran Numbered Head Together

1. Hasil belajar akademik struktural

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik

2. Pengakuan adanya keragaman

Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai

berbagai latar belakang

3. Pengembangan keterampilan sosial

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa, aktif bertugas,

menghargai pendapat orang lain, berbagi tugas, mau menjelakaskan ide/

pendapat, bekerja dalam kelompok.

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen

dalam Ibrahim (2000;29) dengan tiga langkah yaitu:

1. pembentukan kelompok

2. diskusi masalah

3. tukar jawaban antar kelompok

2.3. Hakikat Pembelajaran IPS

Istilah "Ilmu Pengetahuan Sosial", disingkat JPS, merupakan nama mata

pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di

perguruan tinggi identik dengan istilah "social studies" Sapriya (2009: 19).

Istilah JPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri

sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora,

sains bahkan berbagai isu'dan masalah sosial kehidupan Sapriya (2009: 20).
Materi JPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena

lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik

kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat holistik Sapriya (2009: 20).

JPS adalah suatu bahan kajian terpadu yang merupakan penyederhanaan,

adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan dari konsep-konsep ketrampilan-

ketrampilan Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan Ekonomi (Puskur,

2001: 9).

Fakih Samlawi & Bunyamin Maftuh (1999: 1) menyatakan bahwa IPS

merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai

ilmu sosial disusun melalui pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan

kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya.

Adanya mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar para siswa diharapkan dapat

memiliki pengetahuan dan wawasan tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial dan

humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di

lingkungannya, serta memiliki ketrampilan mengkaji dan memecahkan masalah-

masalah sosial tersebut.

Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran

IPS sebagai proses belajar yang mengintegrasikan konsep• konsep terpilih dari

berbagai ilmu-ilmu sosial dan humaniora siswa agar berlangsung secara optimal.

Mata pelajaran IPS menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006 bertujuan

agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungannya
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam

masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Sedangkan menurut Sapriya, dkk. (2007: 13), tujuan IPS adalah

mengembangkan siswa untuk menjadi warga negara yang inemiliki pengetahuan,

sikap, dan keterampilan yang memadai untuk berperan serta dalam kehidupan

demokrasi dimana konten mata pelajarannya digali dan diseleksi berdasarkan

sejarah dan ilmu sosial, serta banyak hal termasuk humaniora dan sains.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa

tujuan pembelajaran JPS adalah menjadikan siswa memiliki pengetahuan, sikap,

dan keterampilan yang memadai sebagai bekal kehidupan di masyarakat dan

memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis.

Ruang lingkup mata pelajaran IPS menurut Permendiknas No 22 Tahun

2006 meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan

2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan

3. Sistem Sosial dan Budaya

4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.

Adapun ruang lingkup mata pelajaran JPS pada jenjang pendidikan dasar

dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada
geografi dan sejarah terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari- hari

yang ada di lingkungan sekitar peserta didik di SD. Menurut Permendiknas No. 22

Tahun 2006, ruang lingkup mata pelajaran IPS di SD meliputi aspek sebagai

berikut:

1. Manusia, tempat, dan lingkungan

2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan

3. Sistem sosial dan budaya

4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

Dari uraian pembelajaran IPS di atas peneliti mendeskripsikan bahwa JPS

di sekolah dasar yang meliputi materi sejarah, geografi, sosiologi, dan ekonomi

tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan semata, tetapi juga pengembangan

keterampilan berpikir kritis, sikap yang yang berguna dalam kehidupan sehari-

hari untuk menjadi warga negara yang baik.

2.4. Penelitian Yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah :

Penelitian yang dilakukan oleh Irma Nurmala pada tahun 2009 tentang "Pengaruh

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Tohether

(NHT) dengan Pendekatan Berbasis masalah Terhadap Kemampuan Siswa Dalam

Pemecahan Masalah Matematika". Hasil penelitian diperoleh bahwa kemampuan

pemecahan masalah matematika antara kelompok yang diberi pembelajaran

koope~atif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan pendekatan berbasis


masalah lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran secara konvensional.

Hal tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran kooperatif

tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan pendekatan berbasis masalah

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika.

Penelitian yang dilakukan oleh Herta Delima Sitorus, Enjang Ali Nurdin,

dan Parsaoran Siahaan pada tahun 2010 .tentang "Efektifitas Model Pembelajaran

Numbered Heads Together (NHT) Pada mata Pelajaran Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) Terhadap Hasil Belajar Siswa". Dari hasil pengoalahan data,

didapat bahwa hasil belajar siswa sebelum menggunakan model pembelajaran tipe

Numbered Heads Together (NHT) masih rendah. Efektifitas pembelajaran dapat

dilihat dari nilai gain temormalisasi pada pembelajaran. Berdasarkan nilai rata-

rata gain normal yaitu 0, 78 yang berkategori tinggi, menunjukkan bahwa model

pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) efektif untuk digunakan.

Respon siswa dalam model pembelajaran ini juga sangat baik, diperoleh dari

jawaban siswa berdasarkan angket yang diberikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Ferry Pieterz dan Horasdia Saragih pada

tahun 2010 tentang "Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Pemcapaian Matematika Siswa di

SMP Negeri 1 Cisarua". Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemebalajaran

kooperatiftipe Numbered Heads Together (NHT) memmiliki pengaruh yang

signifikasn terhadap peningkatan pencapaian matematika siswa pada pokok

bahasan persamaan garis lurus. Mengacu dari data yang penelitian yang telah

dihasilkan, didapat juga bahwa rata-rata gain kelas eksperimen adalah 6,97 yang
jauh lebih baik dibandingkan dengan rata-rata gain kelas kontrol yaitu 5,87.

Indeks gain yang mengalami peningkatan tertinggi terdapat di kelas eksperimen.

Jelas terlihat bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT) mampu meningkatkan pencapaian siswa, hal ini disebabkan

karena adanya interaksi multi arah yang terjadi sehingga siswa tidak terkesan pasif

di kelas.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research)

dengan penerapan metode Numbered Heads Together, yang dapat dijadikan cara

untuk melakukan pembelajaran. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan

bentuk kolaborasi, yang mana guru merupakan mitra kerja peneliti. Masing-

masing memusatkan perhatiannya pada aspek-aspek penelitian tindakan kelas

yang sesuai dengan keahliannya, guru sebagai praktisi pembelajaran, peneliti

sebagai perancang dan pengamat yang kritis.

Dalam pelaksnaannya, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan

model Kemmis dan Taggart, yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri

dari empat langkah pokok yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) aksi atau

tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (reflekting) atau

evaluasi. Secara keseluruhan, empat tahapan dalam PTK tersebut membentuk

suatu siklus PTK yang menggambarkan dalam bentuk spiral. Seperti pada gambar

di bawah ini.
Gambar 3.1. Siklus PTK
Gambar 3.1 di atas dapat dijelaskan bahwa rancangan/ rencana awal,

merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum mengadakan penelitian. Peneliti

menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk di

dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran. Kemudian

pelaksanaan kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh

peneliti sebagai upaya meningkatan hasil belajar siswa dnegan diterapkannya

model pembelajaran kooepratif tipe Numbered Heads Together (kepala

bemomor). Selanjutnya refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan

mempertimbangkan hasil atau dampak dari tidakan yang telah dilakukan. Hasil

dari refleksi tersebut disusun rencana selanjutnya. Rancangan/ rencana yang

direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang

direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

3.2. Setting Penelitian dan Subjek Penelitian

1. Setting Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Negeri 171/IV Danau Sipin Kota Jambi.

Tempat yang strategis yang mudah dijangkau untuk dilakukan penelitian

dan pencarian data.

b. Waktu dan Lama Penelitian

Setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan/ tatap muka dan setiap

pertemuan berlangsung 2 x 35 menit sesuai jadwal pelajaran di SD Negeri


171/IV Kecamatan Danau Sipin. Penelitian dilakukan . pada bulan Januari

akhir sampai dengan bulan Maret semester genap tahun ajaran 2018/2019.

Adapun jadwal penelitian pelaksanaan setiap siklus adalah sebagai

berikut :

1) Tanggal 14 Januari 2019 mata pelajaran tema 2 Proklamasi

Kemerdekaan kelas VI siklus I 2) Tanggal 19 Februari 2019 mata pelajaran

tema 2 Proklamasi Kemerdekaan kelas VI siklus II

c. Siklus PTK

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan melalui 2 siklus, untuk

melihat penerapan metode Numbered Heads Together terhadap materi

tentang Proklmasi Kemerdekaan kelas VI dalam mengikuti pelajaran IPS.

Setiap siklus dilaksanakan meliputi prosedur perencanaan (planning),

tindakan (action), observasi (observation), refleksi (rejlektion) atau evaluasi

2. Subjek PTK

Subjek Penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri 171/IV Kee.

Danau Sipin Kota Jambi. Yang berjumlah 26 siswa, yang terdiri dari 14

perempuan dan 12 laki-laki,

3.3. Rencana Tindakan

Adapun rencana tindakan pada setiap siklus diuraikan sebagai berikut:

1. Siklus I

a Tahap Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini, peneliti telah mempersiapkan rencana

tindakan yang dilakukan yaitu

1) Membuat rencana pembelajaran dengan metode pembelajaran

kooperatif Numbered Heads Together (kepala bemomor)

2) Membuat instrumen pembelajaran (RPP, lembar kerja siswa pre test

dan post test).

b. Tahap Pelak:sanaan

Pada tahap pelak:sanaan ini, peneliti telah menyusun langkah•

langkah kegiatan pembelajaran yaitu sebagai berikut:

1) Skenario pembelajaran, LKS berisi tentang proklamasi kemerdekaan

2) Guru membagi siswa menjadi beberapa dengan latar belak:ang berbeda

sosial, ras suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar.

3) Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok & nama

kelompok yang berbeda

4) Setiap kelompok satu mempunyai buku pak:et atau buku pandungan

untuk memudahkan siswa menyelesaikan masalah yang diberikan oleh

guru

5) Siswa mendiskripsikan masalah melalui kerja kelompok, setiap siswa

berpikir bersama untuk menggambarkan dan menyatak:an bahwa tiap

siswa mengetahui jabawan dari pertanyaan yang diberikan.

6) Guru menyebutkan satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok

dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan

jawaban kepada siswa di kelas


7) Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua

pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

c. Tahap Pengamatan

Dalam tahap pengamatan ini, peneliti akan mengamati kegiatan

pembelajaran yang sudah tersusun yaitu :

1) Situasi kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode

pembelajaran kooperatiftipe Numbered Head Together

2) Aktifitas siswa selama proses pembelajaran

3) Kemampuan siswa dalam menyampaikan ide, pendapat atau

jawaban.

4) Kemampuan siswa dalam berkomunikasi (berpendapat) dengan

bahasa yang baik dan benar.

d. Tahap Refleksi

Dalam tahap refleksi ini, adapun yang perlu dilakukan oleh peneliti adalah

1) Merefleksi proses pembelajaran yang telah terlaksana

2) Mencatat kendala-kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran.

2. Siklus II

Apabila dalam siklus I hasil pembelajaran yang diberikan belum tercapai,

makadilakukan pengkolaborasian dengan guru untuk menindaklanjuti


pembelajaran siklus II dan menutup kekurangan pada siklus I dengan

menerangkan langkah - langkah sebagai berikut:

1) Tahap Perencanaan

Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil belajar

refleksi pada siklus pertama. Yang mana pada siklus pertama belum bisa

teratasi dan pada siklus kedua guru dengan peneliti melakukan pemecahan

permasalahan yang belum bisa teratasi pada siklus pertama. Misalnya dalam

hal pembuatan RPP, menyiapkan bahan ajar, pengembangan program

tindakan (action) siklus II.

2) Tahap Pelaksanaan

Guru atau peneliti melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (kepala bemomor) berdasarkan rencana

pembelajaran hasil refleksi pada siklus pertama

3) Tahap Pengamatan

Peneliti melakukan pengamatan terhadap aktifitas pembelajaran

metode kooperatif tipe numbered head together pada siklus pertama.

4) Tahap Refleksi

Peneliti dan guru melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus

kedua seperti pada siklus p~rtama, serta menganalisis untuk membuat

kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan hasil


belajar siswa pada pembelajaran tema 2 proklamasi kemederkaan RI kelas

VI SD Negeri l 71NI Kee. Danau Sipin.

3.4. Data dan Cara Pengumpulan

Data adalah suatu hal yang diperoleh di lapangan ketika melakukan

penelitian dan belum diolah. Data menurut jenisnya dibagi menjadi dua yaitu data

kualitatif dan data kuantitatif.

a. Data Kualitatif

Data yang disajikan dalam bentuk ferbal, bukan dalam bentuk angka. Dalam

penelitian ini data kualitatif termasuk pelengkap, dikarenakan penelitian ini

termasuk penelitian k:uantitatif. Yang termasuk data kualitatif adalah

1) Gambaran umum SD Negeri 171/IV Kee. Danau Sipin

2) Pelaksanaan pembelajaran Numbered Heads Together di SD Negeri

171/IV Kee. Danau Sipin

b. Data Kuantitatif

Data yang terbentuk angka statistik. DAta inilah yang menjadi data utama

dalam penelitian ini. Yang termasuk data kuantitatif adalah:

1) Administrasi pembelajaran kooperatif tipe numbered head together di SD

Negeri 171/ IV Kee. Danau Sipin

2) Hasil belajar siswa di SD Negeri 171/ IV Kec. Danau Sipin


3.5. TeknikPengumpualan Data

Pada pengumpulan data yang dilakuk:anoleh peneliti dengan bantuan guru

kelas sebagai kolaborasi dijadikan landasan untuk: mengetahui tingkat

keberhasilan dan prestasi hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran melalui

metode Numbered Head Together yang terkait dengan materi ajar proklamasi

kemerdekaan mata pelajaran tema 2 proklamasi kemederkaan RI kelas VI SD

Negeri 171/IV Kee. Dana.l!. Sipin. Adapun teknik pengumpulan data yang

dilakuk:an oleh peneliti adalah sebagai berikut : Oberservasi dan Wawancara, tes

dan dokumentasi.

a. Observasi

Observasi dilakuk:anuntuk:mengamati kondisi, situasi, proses dan perilaku

pada saat proses pembelajaran berlangsung, yaitu dari tahap awal sampai tahap

akhir. Dalam hal observasi dipergunakan untuk: mengetahui data tentang aktivitas

siswa yang dilaksanakan oleh peneliti melalui lembar pengamatan aktifitas siswa.

Observasi juga dilakuk:anpeneliti dalam hal ini mahasiswa untuk:

mengamati guru mata pelajaran selama pembelajaran berlangsung melalui lembar

pengamatan guru.

b. Wawancara

Metode ini digunakan untuk: memperoleh data tentang hasil belajar dalam

pembelajaran IPS selama ini, serta menemukan kesulitan apa saja yang dihadapi

guru selama. proses pembelajaran .

c. Tes
Pemberian tes dilakukan untuk memperoleh data hasil belajar siswa. tes

hasil belajar ini digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.

Peneliti membuat tes berupa tes tulis dalam bentuk objektif pilihan ganda pada

siklus I dan siklus II yang diberikan kepada siswa setiap akhir siklus.

d. Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa

dalam pembelajaran -1y1. Dan juga sebagai data penunjang seperti halnya

dokumentasi tentang profil SD Negeri 171/IV Danau Teluk visi dan misi sekolah,

sejarah sekolah, struktur organisasi sekolah.

3.6. TeknikAnalisis Data

Analisis data merupakan suatu proses mengolah dan menginterpretasi data

dengan tujuan untuk mendudukan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya

sehingga memiliki makna dan arti yangjelas sesuai dengan tujuan penelitian.

Menurut Sudjana, bahwa untuk menghitung presentase menggunakan rumus

sebagai berikut :

F
P= × 100 %
N

Keterangan :

P = Prosentase yang akan dicari

f = Jumlah seluruh skor jawaban yang diperoleh

N = Jumlah item pengamatan dikalikan skor yang diperoleh siswa.

Sedangkan rata - rata kelas dihitung dengan menggunakan rumus :


x=
∑x
N

Keterangan :

X = Rata- rata (mean)

∑ x = Jumlah seluruh skor


N = Banyaknya subjek

Hasil penelitian yang telah diperoleh tersebut diklasifikasikan dalam bentuk

penyekoran nilai siswa dengan menggunakan Kriteria Standar Penilaian SD

Negeri 171/IV Danau Sipin sebagai berikut:

90- 100 : Sangat baik

70-89 : Baik

50-69 : Cukup

0-49 : Tidak baik

3.7. Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah suatu kriteria yang digunakan untuk melatih tingkat

keberhasilan dari kegiatan PTK dalam meningkatkan atau memperbaiki mutu

PMB di kelas.

Dalam hal ini yang digunakan untuk menentukan keberhasilan pelaksanaan

metode pembelajaran yaitu hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran

dengan metode pembelajaran yang dikembangkan.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

1. Pra Siklus

a. Hasil Belajar

Hasil belajar siswa di SDN 171/IV Kota Iambi didasarkan oleh Kriteria

Ketuntasan Minimum( KKM). Ada pun Kriteria Ketuntasan Minimum( KKM)

yang ada di SDN 171 /IV Kota Iambi adalah 70

Kondisi awal hasil belajar Kelas VI D SDN 171/IV Kota Jambi pada mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari

tabel dibawah ini :

Tabel 4.1 Hasil Pra Siklus

Nilai Pra Ketuntasan


No Nama Siswa
Siklus T TT
1 ALA 55 -  
2 ALK 65 -  
3 DPP 70 v  
4 DPS 70 v  
5 DEL 70 v  
6 EYS 70 v  
7 FIF 80 v  
8 FER 65   v
9 GAD 60   v
10 HS 70 v  
11 HA 70 v  
12 JRS 70 v  
13 LAP 75 v  
14 MRI 85 v  
15 MPP 55   v
16 PA 65   v
17 PUA 60   v
18 RA 80 v  
19 RS 70 v  
20 SNA 60   v
21 RAP 80 v  
22 VR 70 v  
23 YS 80 v  
24 ZZP 55   v
25 SI 70 v  
26 ZS 55   v
  Jumlah 1775    
Nilai Rata-
  Rata 68,27  

Tabel 4.2 Rekap Hasil Pra Siklus

Kriteria Jumlah Siswa Persentase

Tuntas 15 siswa 57,70 %

Tidak Tuntas 11 siswa 42,30 %

Agar lebih jelas maka digunakan grafik sebagai berikut


100%

90%

80%

70%

60% 57.70%

50%
42.30%
40%

30%

20%

10%

0%
15 siswa 11 siswa
Tuntas Tidak Tuntas

Dari tabel diatas dapat dijelaskan nilai tertinggi yang dicapai siswa sebelum

melakukan pembelajaran dengan metode NHT adalah nilai tertinggi 85 (1 siswa),

terendah adalah 55 (4 siswa) dengan rata-rata kelas adalah 68,27,dengan batas

ketuntasan minimal 70.

b. Refleksi Pra Siklus

Berdasarkan hasil belajar yang dicapai siswa sebelum melakukan penelitian

dapat diketahui bahwa nilai ulangan kelas VI pada tema II materi tentang

proklemasi kemerdekaan masih rendah. Dari siswa yang beerjumlah 26 siswa

hanya 15 siswa yang mencapai nilai sesuai KKM sedangkan 11 siswa nilainya di

bawah KKM.. Oleh sebab itu perlu dilakukan pendekatan belajar melalui metode

NHT untuk meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan nilai standar KKM
2. Siklus I

a. Perencanaan

Perubahan kurik:ulum pendiidkan di sekolah dasar dari KTSP menjadi K 13

merupakan ha] yang sangat mempengaruhi proses kegiatan belajar di kelas. Dari

cara perencanaan sampai kepada cara mengajar guru yang sangat jauh berbeda

dengan cara lama. Hal ini disebabkan perbedaan yang mendasar adalah guru

sebagai fasilitator. Tuntutan kurikulum tidak lagi mengutamakan aspek kognitif,

afektif dan psikomotorik tapi lebih dari itu mengutamakan aspek karakter, sikap

dan perilaku anak.

Sehingga perlu adanya perubahan cara mengajar guru yang lebih signitfikan

dengan menggunakan berbagai macam pendekatan belajar atau penggunaan

metode yang lebih variatif.

Dalam hat ini penulis akan mencoba salah satu metode belajar

yangdirasakan dapat mewujudkan ketercapaian tujuan belajar yang maksimal

dengan menggunakan metode NHT pada pembelajaran tema materi proklamasi

kemerdekaan.

Pada kegiatan perencanaan ini guru telah menyiapkan RPP, dengan

langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang mengacu kepada penerapan metode

NHT. Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada tema II tentang

proklamasi kemerdekaan, mempersiapkan media pembelajaran breupa cuplikan

tentang perjuangan merebut kemerdekaan yang diakhiri dengan pembacaan teks

proklamasi oleh Soekamo.


Kemudian menyusun soal sebagai penilaian hasil belajar siswa. Soal yang

diberikan berupa soal isian yang terdiri dari 10 soal yai:ig harus dijawab siswa

diakhir kegiatan belajar yang hasilnya untuk mengetahui hasil belajar siswa.

b. Pelaksanaan (Tindakan)

Setelah mengembangkan perencanaan dengan langkah-Iangkah kegiatan

belajar yang sistematis dari mempersiapkan RPP sampai kepada penyusunan soal

dalam bentuk uraian yang akan dijadikan alat ukur keberhasilan siswa dalam

mengikuti pelajaran, maka siap untuk melaksanakan penelitian.

Adapun pelaksanaan tindakan yang dilakukan disesuai dengna perencanaan

pada RPP tema II proklamasi kemerdekaan yang dilaksanakan pada hari

senin, tanggal 02 Februari 2018.

1 ). Pendahuluan

a) Di kegiatan pendahuluan diawali dengan berdoa, menyanyikan lagu

Indonesia Raya

b) menanyakan kehadiran siswa

c) menanyakan apa kabarnya hari ini

d) menjelaskan tujuan yang akan dicapai pada pelajaran tema II tentang

proklamasi kemerdekaan.

2) Inti

a) Didalam kegiatan inti guru menginformasikan singkat kepada siswa

tentang materi yang diajarkan yakni proklamasi kemderkaan

b) Siswa menyaksikan cuplikan film tentang proklamasi kemerdekaan.


c) Pembentukan kelompok, dalam pembentukan kelompok disesuaikan

dengan model pmebaljaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi siswa

menjadi beberapa klompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru

memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama

kelompok yang berbeda.

d) Tiap kelompok hams memiliki buku dan buku panduan agar

memudakan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang

diberikan oleh guru

e) Diskusi masalah. dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada

siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap

siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa

tiap orang mengetahui jawaban dan pertanyaan yang telah ada dalam

LKS atua pertanyaan yang telah diberikan oleh guru.

f) Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban. Dalam tahap ini,

guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan

nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban ke~a,da

siswa dikelas.

g) Memberi kesimpulan. guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir

dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

Hasil Belajar.
Untuk melihat seberapa besar hasil belajar dan pemahaman siswa terhadap

materi yang telah di ajarkan pada siklus pertama ini di laksanakan tes. Berikut ini

adalah hasil belajar yang di peroleh siswa pada siklus

Tabel 4.3 Hasil belajar siswa siklus 1

Nilai Pra Ketuntasan


No Nama Siswa
Siklus T TT
1 ALA 55 -  
2 ALK 65 -  
3 DPP 70 v  
4 DPS 70 v  
5 DEL 70 v  
6 EYS 70 v  
7 FIF 80 v  
8 FER 65   v
9 GAD 65   v
10 HS 70 v  
11 HA 75 v  
12 JRS 75 v  
13 LAP 85 v  
14 MRI 65 v  
15 MPP 60   v
16 PA 65   v
17 PUA 85   v
18 RA 75 v  
19 RS 70 v  
20 SNA 80   v
21 RAP 80 v  
22 VR 65 v  
23 YS 75 v  
24 ZZP 70   v
25 SI 70 v  
26 ZS 70   v
  Jumlah 1845    
Nilai Rata-
  Rata 70,96  
Tabel 4.4 Rekap Hasil Siklus 1

Kriteria Jumlah Siswa Persentase

Tuntas 18 siswa 69,70 %

Tidak Tuntas 8 siswa 30,79 %

Agar lebih jelas maka digunakan grafik di bawah sebagai berikut :

100%
90%
80%
69.70%
70%
60%
50%
40%
30.79%
30%
20%
10%
0%
18 suswa 8 siswa
Tuntas Tidak Tuntas

Dari tabel diatas dapat dijelaskan nilai tertinggi yang dicapai siswa setelah

melakukan pembelajaran dengan metode NHT adalah nilai tertinggi 85 (2 siswa),

terendah adalah 60 (1 siswa) dengan rata-rata kelas adalah 70. 96 dengan batas

ketuntasan minimal 70.


Refleksi Siklus I

Berdasarkan penelitian siklus I dapat diketahui bahwa nilai siswa masih

belum mencapai nilai KKM, hal ini dikarenakan siswa belum bisa sepenuhnya

menguasai materi yang diberikan. Siswa terbiasa menerimai pelajaran dengan

teknik lama yaitu metode ceramah dan pengerjaan soal pilihan ganda serta hafalan

tanggal bulan tahun yang sifatnya teks book sehingga hasil belajar masih dirasa

belum maksimal.

Dalam penyampaian materi guru hanya memberikan informasi singkat,

siswa diajak untuk menyaksikan cuplikan film tentang proklamasi kemerdekaan.

Siswa mengamatinya, lalu siswa diberikan soal dalam bentuk: uraian

menjawabnya sesuai dengan apa yang dilihatnya dalam film tersebut dan

ditambah dengan materi yang telah dibaca pada tema II karena merupakan hal

yang baru bagi siswa jadi sulit untuk: mendapatkan nilai tuntas.

Dalam menjawab soal memerlukan pemahaman yang mendalam, dengan

mengembangkan daya nalar siswa sehingga menghasilkan jawaban yang

sempuma. Cara berpikir ilmiah belum terbiasa bagi siswa. Siswa diharapkan

mampu menjawab pertanyaan dalam bentuk tereksplanasi yakni uraian singkat

yang sifatnya konkrit. Juga penerapakan metode NHT ini.~baru pertama

dilaksanakan sehingga siswa agak kesulitan dalam mengikuti langkah kegiatan

belajar. Maka pada siklus I siswa masih belum mencapai ketuntatasan sesuai
dengan yang diharapkan. Nilai ketuntasan adalah 70, sementara nilai siswa

sebagian masih belum tuntas.

3. Siklus II (Kedua)

a. Perencanaan

Perubahan kurikulum pendiidkan di sekolah dasar dari KTSP menjadi K

13 merupakan hal yang sangat mempengaruhi proses kegiatan belajar di kelas.

Dari cara perencanaan sampai kepada cara mengajar guru yang sangat jauh

berbeda dengan cara lama. Hal ini disebabkan perbedaan yang mendasar adalah

guru sebagai fasilitator. Tuntutan kurikulum tidak lagi mengutamakan aspek

kognitif, afektif dan psikomotorik tapi lebih dari itu mengutamakan aspek

karakter, sikap dan perilaku anak.

Sehingga perlu adanya perubahan cara mengajar guru yang lebih

signitfikan dengan menggunakan berbagai macam pendekatan belajar atau

penggunaan metode yang lebih variatif.

Dalam hal ini penulis akan mencoba salah satu metode belajar

yangdirasakan dapat mewujndkan ketercapaian tujuan belajar yang maksimal

dengan menggunakan metode NHT pada pembelajaran tema materi proklamasi

kemerdekaan.

Pada kegiatan perencanaan ini guru telah menyiapkan RPP, dengan

langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang mengacu kepada penerapan metode

NHT. Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada tema II tentang

proklamasi kemerdekaan, mempersiapkan media pembelajaran breupa cuplikan


tentang perjuangan merebut kemerdekaan yang diakhiri dengan pembacaan teks

proklamasi oleh Soekarno.

Kemudian menyusun soal sebagai penilaian hasil belajar siswa. Soal yang

diberikan berupa soal isian yang terdiri dari 10 soal yang harus dijawab siswa

diakhir kegiatan belajar yang hasilnya untuk mengetahui hasil belajar siswa.

b. Pelaksanaan (Tindakan)

Setelah mengembangkan perencanaan dengan langkah-langkah kegiatan

belajar yang sistematis dari mempersiapkan RPP sampai kepada penyusunan soal

dalam bentuk uraian yang akan dijadikan alat ukur keberhasilan siswa dalam

mengikuti pelajaran, maka siap untuk melaksanakan penelitian.

Adapun pelaksanaan tindakan yang dilakukan disesuai dengna

perencanaan pada RPP tema II proklamasi kemerdekaan yang dilaksanakan pada

hari senin, tanggal 02 Maret 2018.

1). Pendahuluan

a) Di kegiatan pendahuluan diawali dengan berdoa, menyanyikan lagu

Indonesia Raya

b) menanyakan kehadiran siswa

c) menanyakan apa kabarnya hari ini

d) menjelaskan tujuan yang akan dicapai pada pelajaran tema II tentang

proklamasi kemerdekaan.

2) Inti
a) Didalam kegiatan inti guru menginformasikan singkat kepada siswa

tentang materi yang diajarkan yakni proklamasi kemderkaan

b) Siswa menyaksikan cuplikan film tentang proklamasi kemerdekaan.

c) Pembentukan kelompok, dalam pembentukan kelompok disesuaikan

dengan model pmebaljaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi siswa

menjadi beberapa klompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru

memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok

yang berbeda.

d) Tiap kelompok hams memiliki buku dan buku panduan agar memudakan

siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru

e) Diskusi masalah. dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada

siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok,

setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan

meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dan pertanyaan yang

telah ada dalam LKS atua pertanyaan yang telah diberikan oleh guru.

f) Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban. Dalam tahap ini,

guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan

nomor yang sama mengangkat tangan. dan menyiapkanjawaban kepada

siswa dikelas.

g) Memberi kesimpulan. guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir

dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

Hasil Belajar.
Untuk melihat seberapa besar hasil belajar dan pemahaman siswa terhadap

materi yang telah di ajarkan pada siklus II (dua) ini di laksanakan tes. Berikut ini

adalah hasil belajar yang di peroleh siswa pada siklus II (dua)

Tabel 4.6 Hasil Belajar Siswa Siklus 2

Nilai Pra Ketuntasan


No Nama Siswa
Siklus T TT
1 ALA 70 v  
2 ALK 70 v  
3 DPP 75 v  
4 DPS 75 v  
5 DEL 75 v  
6 EYS 80 v  
7 FIF 80 v  
8 FER 75 v  
9 GAD 75 v  
10 HS 80 v  
11 HA 80 v  
12 JRS 80 v  
13 LAP 90 v  
14 MRI 75 v  
15 MPP 75 v  
16 PA 75 v  
17 PUA 90 v  
18 RA 75 v  
19 RS 75 v  
20 SNA 85 v  
21 RAP 85 v  
22 VR 70 v  
23 YS 70 v  
24 ZZP 70 v  
25 SI 75 v  
26 ZS 75 v  
  Jumlah 2000    
Nilai Rata-
  Rata 76,92  
Tabel 4.7 Rekap Hasil Siklus II

Kriteria Jumlah Siswa Persentase

Tuntas 26 siswa 100 %

Tidak Tuntas 0 siswa 0%

Agar lebih jelas maka digunakan grafik sebagai berikut :

Gambar 4.3 Hasil Nilai Belajar Siklus 2


1000.00%
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0.00%
0%
26 siswa 0 siswa
Tuntas Tidak Tuntas

Dari tabel diatas dapat dijelaskan nilai tertinggi yang dicapai siswa setelah

melakukan pembelajaran dengan metode NHT adalah nilai tertinggi 90 (2 siswa),

terendah. adalah 70 (5 siswa) dengan rata-rata kelas adalah 76.9 dengan batas

ketuntasan minimal 70.


c. Refleksi Siklus II

Berdasarkan hasil evaluasi yang di adakan melalui ulangan siklus II, hasil

belajar yang di peroleh siswa telah mengalami peningkatan sesuai yang

diharapkan. Berdasarkan analisa terhadap nilainilai ulangan dan data observasi

pada siklus II dapat di ketahui bahwa tindakan yang di lakukan pada sikllus ini

telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Ha] ini terbukti dengan hasil

belajar yang di peroleh siswa yang telah memenuhi kriteria keberhasilan yang

telah di tetapkan.

Berikut ini rincian mengenai peningkatan hasil belajar siswa yang di

peroleh dalam pembelajaran menggu.nakan metode NHT.

Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Be/ajar Siswa Pada Setiap Siklus

Jumlah atau presentase


No Variabel yang diamati
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
1 Nilai rata-rata 68,27 70,96 78,33
2 Banyak siswa yang 16 18 26
telah berhasil dalam
pembelajaran
3 Banyak siswa yang 10 8 0
belum berhasil dalam
pembelajaran
4 Persentase siswa yang 61,5 % 69,23 % 100 %
telah berhasil dalam
pembelajaran
5 Persentase siswa yang 38,46 % 37,76 % 0%
belum berhasil dalam
pembelajaran

Agar lebih jelas maka digunakan grafik sebagai berikut:


Garnbar 4.4

Grafik Persentasi SiswaYang Berhasil Dalam Pembelajaran


100.00%
100%
90%
80%
69.23%
70%
61.50%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

Dari analisa diatas hasil belajar dengan menggunakan metode NHT terlihat

hasil pembelajaran yang dicapai siswa meningkat. Hal itu menunjukan bahwa

penyampaian pengajaran dengan menggunakan metode NHT dapat memotivasi

siswa dalam belajar. Selain itu materi, penjelasan yang di berikan guru juga

tampak kongkrit, mudah di pahami serta pembelajaran juga menjadi lebih

bermakna.

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat perubahan nilai rata-rata dari siklus I

sampai ke siklus II, hal ini di sebabkan karena perubahan tindakan pada masing-

masing siklus berbeda. Tindakan siklus II merupakan perbaikan dari siklus-siklus

sebelumnya.
Dari data di atas dapat dilihat hasil belajar setiap siklusnya meningkat.

Pada siklus I nilai rata-rata siswa 62,91, dan pada siklus II nilai rata-rata 78,33.

Begitu juga pada presentase siswa yang berhasil dalam pembelajaran setiap

siklusnya juga meningkat.

4.2. Pembabasan

4.2.1. Pra Siklus

Hasil belajar siswa kelas VI SDN 171/IV pada pelajaran tema 2 tentang

proklamasi kemerdekaan masih rendah di bawah standar KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimal). Dari jumlah siswa 26 siswa yang mendapat nilai tuntas 15

siswa dengan presentase 57, 70% sedangkan siswa yang belum mendapatkan nilai

tuntas 15 siswa dengan persentase 57,70 % sedangkan siswa yang belum

mendapatkan nilai tuntas sebanyak 11 siswa dnegan presentase 42,30 %.

Jadi nilai tertinggi yang dicpaai siswa sebelum melakukan pelajaran

dengan metode NHT adalah 85 ( 1 siswa), sedangkan nilai terendah adalah 55 (4

siswa).

Untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal penulis mencoba

menerapkan pendekatan belajar melalui metode NHT agar terjadi peningkatan

hasil belajar yang sesuai dengan nilai standar KKM.

4.2.2. Siklus I

Setelah melakukan pendekatan belajar dengan menggunakan metode NHT,

hasil belajar kelas IV SDN 171/IV pada pelajaran tema 2, tentang proklamasi
kemerdekaan belum terlaksana dengan baik dan belum mencapai hasil yang

memuaskan. Nilai siswa belum mencapai standar KKM.

Ini dikarenakan siswa belum bisa sepenuhnya menguasai materi, siswa

belum terbiasa dengan teknik mengajar dengan menerapkan metode NHT dimana

siswa diajak untuk berpikir kritis dan dalam menjawab soal yang diberikan guru

lebih menggunakan daya nalar dengan pemahaman yang mendetail pada suatu

materi yang disusun dalam bentuk teks eksplanasi yaitu uraian atas suatu kejadian

atau peristiwa yang nyata (konkrit) dalam kehidupan nyata.

Pada siklus I (satu) ini . presentasi hasil belajar nilai yang tuntas 69,23 %

sedangkan yang belum mencapai ketuntasan 30,73%. Nilai tertinggi 85 (2 siswa),

terendah adalah 60 (1 siswa) dengan rata-rata kelas 70,96 dengan batas ketuntasan

minimal 70.

4.2.3. Siklus II

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan setelah melaksanakan proses

pembelajaran para siklus II, hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang

signifikan, dengan nilai tuntas untuk seluruh siswa yang berjumlah 26 orang

dengan nilai rata-rata 87,76. Pada siklus II ini penerapan metode NHT dirasa

sudah maksimal dimana anak mulai termotivasi dan mulai terbiasa me.nerima

materi yang disampaikan lebih konkrit sehingga pembelajaranjadi lebih bermakna.

4.3.Pembahasan AntarSiklus

Berdasarkan hasil penelitian terdapat perubahan nilai rata-rata dari siklus I

sampai ke siklus II, hal ini disebabkan karena perubahan tindakan pada masing-

masing siklus berbeda. Tindakan siklus II merupakan perbaikan dari siklus


sebelumnya. Dari data diatas dapat dilihat hasil belajar setiap siklusnya

meningkat. Pada siklus I nilai rata-rata siswa 70,96, pada siklus II nilai rata-rata

sisaw 78,33. Begitu juga pada presentasi siswa yang berhasil dalam pembelajaran

pada setiap siklusnya juga meningkat.

Menurut Sujana (2005: 76) metode merupakan perencanaan secara

menyeluruh untuk menyajikan materi pembelajaran bahasa secara teratur, tidak

ada satu bagian yang bertentangan dan semuanya berdasarkan pada suatu

pendekatan tertentu.

Oleh karena itu peningkatan hasil belajar dalam penelitian menunjukkan

bahwa metode yang digunakan telah sesuai dengan situasi kondisi kelas VI SDN

171/IV Kota Jambi.

Peningkatan hasil belajar dalam penelitian mi menunjukkan bahwa metode

NHT dijelaskan oleh Supriyono (2015: 111) "Pembelajaran dengan menggunakan

metode NHT (Numbered Heads Together) diawali dengan numbering, guru

mjembagi kelompok kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Pada kesempatan

ini tiap-tiap kelompok menyatukan kepadanya heads together berdiskusi

memikirkan jawaban atas tantangan dari guru.

Peningkatan hasil belajar dalam penelitian ini yaitu penggunaan metode

NHT sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Harta Peluina Sitorus, Enjang

Ali Nuridn dan Parsaoran Siahaan pada tahun 2010 tenmtang "Efektifitas model

pembelajaran NHT pada mata pelajaran TIK terhadap hasil belajar siswa". Dari

hasil pengolahan data, didapat bahwa hasil belajar siswa sebelum menggunakan
model pembelajaran NHT masih rendah. Efektivitas pembelajaran dapat dilihat

dari nilai gain temormalisasi pada pembelajaran.

Berdasarkan nilai rata-rata gain normal yaitu 0,78 yang berkategori tinggi

menunjukkan bahwa model NHT efektif untuk digunakan respon siswa dalam

model pembelajaran ini juga sangat baik, diperoleh dari jawaban siswa

berdasarkan angket yang diberikan.

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Merujuk pada penjelasan diatas maka diakhir peneliti ini dapat disimpulkan

bahwa terjadi peningkatan hasil belajar tema 2 siswa melalui model pembelajaran

Numbered Heads Together (kepala bernomor) kurikulum 2013 di kelas vi SDN

171/IX Kota Jambi, hal ini diketahui dari perubahan nilai rata-rata dari siklus I

sampai ke siklus II, Pada siklus I nilai rata-rata siswa 70,96, pada siklus II nilai

rata-rata siswa 78,33 dengan tingkat keluusan 100 %.

5.2. Saran

Tentunya dalam pene model pembelajaran Numbered Heads Together

(kepala bernomor) kurikulum 2013 yang peneliti lakukan masih banyak


kekurangan dan ketidak sempurnaan, oleh karena itu penulis memberikan saran

kepada beberapa pihak yang terkait sebagai berikut:

1. Guru, dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan model

pembelajaran yang dapat mengaktifkan seluruh siswa dalam diskusi maupun

kegiatan lain yang berkaitan dengan materi, memberikan bimbingan dan

kebebasan kepada siswa untuk menemukan sendiri jawaban atas

pertanyaan atau permasalahan yang diberikan kepada mereka dalam upaya

peningkatan kemampuan yang dimiliki siswa.

2. Agar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, para guru diharapkan dapat

menggunakan pembelajaran kooperatif dengan teknik Numbered Heads

Together sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat

digunakan dikelas.

3. Pihak sekolah hendaknya menganjurkan penggunaan model pembelajaran

kooperatif dengan teknik Numbered Heads Together dapat diaplikasikan tidak

hanya pada mata pelajaran akuntansi saja namun juga di mata pelajaran lain.

4. Dinas pendidikan sebagai pihak pengambil kebijakan hendaknya

melakukan uji coba yang lebih luas mengenai penerapan model

pembelajaran kooperatif dengan teknik Numbered Heads Together

sehingga diperoleh informasi tentang kelebihan dan keterandalannya.

Selain itu dinas pendidikan sebagai pengembang model pembelajaran

kooperatif dengan teknik Numbered Heads Together hendaknya melakukan

penyempurnaan dalam menggunakan atau menerapkan model pembelajaran

di sekolah sehingga lebih mudah untuk diimplementasikan di sekolah.


5. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menambah ilmu mengenai

model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

pada kompetensi dasar yang lain pada mata pelajaran akuntansi

6. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menambah ilmu mengenai

model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dalam

meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan pemahaman siswa

sehingga pada penelitian selanjutnnya dapat dikembangkan secara lebih

mendalam.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono. (2015). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar


Ferry Pieterz dan Horasdia Saragih pada tahun 2010 tentang "Pengaruh
Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
(NHT) Terhadap Pemcapaian Matematika Siswa di SMP Negeri 1 Cisarua"
Herta Delima Sitorus, Enjang Ali Nurdin, dan Parsaoran Siahaan pada tahun 2010
.tentang "Efektifitas Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Pada mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Terhadap
Hasil Belajar Siswa
Ibrahim, M. dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.;
Imas Kurniasih & Berlin Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran
untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Jogjakarta: Kata Pena
Irma Nurmala pada tahun 2009 tentang "Pengaruh Penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Tohether (NHT) dengan
Pendekatan Berbasis masalah Terhadap Kemampuan Siswa Dalam
Pemecahan Masalah Matematika".
Ismawati, Esti. (2012). Telaah Kurikulum dan Pengembangan Bahan
Ajar.Yogyakarta: Penerbit Ombak
Nana Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT.
Remaja Rosdikarya.:
Puskur. (2001:9). Kurikulum Berbasis Komperensi, Mata Pelajaran Sains
Sekolah. Dasar. Jakarta. Kompas.:
Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk. Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta. Badan Standar NasionalI
Samlawi, Fakih dan Maftuh, Bunyamin. (1998). Konsep Dasar IPS. Bandung:
Depdikbud.
Sangidu. (2004). Metode Penelitian Sastra, Pendekatan Teori, Metode dan
Kiat.Yogyakarta: UGM
Sapriya. (2009) Pendidikan IPS. Bandung: Rosda Karya
Sudrajat (2009). Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: CV. Pustaka Setia:
Suryabrata, Sumadi, (2011). Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada

Anda mungkin juga menyukai