Case Study Matra Laut
Case Study Matra Laut
Case Study Matra Laut
DIABETIKUM
DISUSUN OLEH:
NERS ANGKATAN X
TANJUNGPINANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
beban biaya pelayanan medis tertinggi setelah penyakit jantung dan stroke
kronik DM, ulkus kaki diabetik (UKD) merupakan komplikasi menahun yang
paling ditakuti bagi penderita DM, baik ditinjau dari lama perawatan maupun
juta jiwa, tahun 2013 meningkat menjadi 382 juta jiwa dan diperkirakan pada
tahun 2035 DM akan meningkat menjadi 592 juta jiwa (Triyanisya, 2013). Di
sebesar 7,6 juta jiwa sedangkan angka kejadian penderita UKD sebesar 15%
dari penderita DM. Bahkan angka kematian dan amputasi masih tinggi yaitu
tahun 1930. Saat itu angkatan laut Amerika Serikat (US Navy) memulai
dan emboli udara pada arteri yang dialami oleh para penyelam militer.
tekanan udara saat menyelam, sehingga fasilitas terapi tersebut sebagian besar
hanya dimiliki oleh beberapa Rumah Sakit TNI AL dan Rumah Sakit yang
murni (100%) pada tekanan udara lebih besar daripada udara atmosfir
normal, yaitu sebesar 1 ATA (Atmosfir Absolut) sama dengan 760 mmHg.
atau RUBT (Ruang Udara Bertekanan Tinggi) (Lakesla, 2009 dalam T Nuh
Huda, 2010).
Konsentrasi O2 yang digunkan dalam terapi oksigen hiperbarik berbeda
dengan O2 yang digunakan dalam tabung oksigen yang biasa karena pada
pemberian O2 di hiperbarik disertai tekanan tinggi yaitu 2,4 atm yang akan
membantu distribusi O2 dengan cepat dan terpenuhi dengan baik pada organ
pada cedera otot pada tikus putih dan hasilnya hiperbarik oksigen
pada penyembuhan cedera otot fleksor pada tikus putih. Pada tahun yang
perubahan menjadi lebih baik pada luka tetapi tidak signifikan. Mayor
mana terapi HBO pada 2,4 atmofir absolut menimbulkan penurunan kadar gula
Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah yang ditetapkan adalah
C. TUJUAN
D. MANFAAT
1. Teoritis
ulkus diabetikum
2. Praktis
diabetikum
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
4. Sel Pankreatik
efek gula darah pada sel beta. Kadar gula darah akan
2015).
1. Insulin
a. Fisiologi
C. Klasifikasi
penjelasannya:
tahun dan lebih umum diantara dewasa tua, dewasa obesitas, dan
etnik serta populasi ras tertentu (Black dan Hawks, 2014). DM tipe
D. Etiologi
Klasifikasi Etiologi
ketoasidosis
merupakan menurunnya
glukosa.
perlahan-lahan sehingga
terjadi komplikasi.
lain
5. Latrogenik
6. Infeksi virus
7. Penyakit autoimun
8. Kelaonan genetik
2&3)
2. Meningkatnya komplikasi
perinatal
E. Manifestasi Klinis
langsung dari kadar gula darah yang tinggi. Jika kadar gula lebih tinggi
dari normal, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan
yang luar biasa sehingga banyak makan atau polifagi (Kisnatuti et al.,
2014).
bulan atau beberapa tahun mengidap DM. gejala ini disebut gejala
kronik atau menahun. Gejala kronik ini yang paling sering membawa
terasa panas, terasa tebal di kulit sehingga bila berjalan seperti di atas
bantal atau kasur, kram, mudah mengantuk, mata kabur, gatal disekitar
kemaluan terutama wanita, seta gigi mudah goyah dan mudah lepas
(Tjokroprawiro, 2011).
F. Patofisiologi
(Agoes, 2013).
menjai faktor pemicu kerusakan sel β pancreas. Tipe ini disebut tipe
sinyal oleh reseptor, atau perubahan dalam salah satu tahap kerja
2010).
G. Komplikasi
Hiperglikemia yang terjadi dari waktu ke waktu dapat
pada DM tipe 1 dan terjadi paling sering pada remaja dan lansia,
H. Pemeriksaan Penunjang
level glukosa darah (Hannon et al., 2010). Tes glukosa darah tersebut
GDP 126 mg/dl atau lebih, yang diambil minimal 18 jam puasa.
ditegakkan apabila nilai GDS 200 mg/dl atau lebih dengan gejala
diabetes.
(OGTT)
dan prediabetes.
4. Glycohemoglobin test
Glycohemoglobin disebut juga sebagai glycosylated
I. Penatalaksanaan
1. Edukasi
3. Latihan jasmani
4. Intervensi farmakologis
A. Definisi UKD
diabetes pada area kaki dengan kondisi luka mulai dari luka
superficial, nekrosis kulit, sampai luka dengan ketebalan penuh (full
berbagai faktor diantaranya kadar glukosa darah yang tinggi dan tidak
paling serius dari diabetes melitus, 10% sampai 25% dari pasien
B. Klasifikasi
ahli. Sumpio et al., (2005) dan Sigh et al., (2013) mengatakan bahwa
Grade Deskripsi
an, dan telah menjadi sistem penilaian yang paling banyak diterima
secara universal dan digunakan untuk ulkus kaki diabetik (Mark and
Warren, 2007).
ulserasi menembus
jaringan atau ke
melibatkan tulang
tulang
a mia a
Klasifikasi University of Texas merupakan kemajuan dalam
iskemia (Stage C), atau keduanya (Stage D). Sistem ini telah
luka dan memprediksi hasil dari luka yang bisa cepat sembuh atau
Adapun faktor risiko tersebut antara lain laki-laki, klien dengan kontrol
(Darmowidjojo, 2009).
diabetik antara lain gaya gesekan dan gaya tekanan. Gaya gesekan
terjadi akibat adanya sentuhan kulit dengan permukaan benda seperti
berat badan, semakin tinggi berat badan maka tekanan yang dihasilkan
oleh kaki maka semakin tinggi pula. Hal ini ditambah dengan
kalus, bentuk kaki yang menonjol, tulang jari kaki atau kaki yang
melepuh, lecet, dsb). Jika hal ini tidak disadari oleh klien maka luka
1. Fase Hemostasis
2. Fase Inflamasi
3. Fase Proliferasi
diantaranya: kadar glukosa darah yang tinggi, infeksi pada luka dan
dalam luka kronis lebih tinggi dari pada luka akut (Syabariyah, 2015).
yang tinggi juga berpengaruh pada fungsi enzim aldose reduktase yang
2015).
menjadi fase awal dan diikuti makrofag yang terus memasok faktor
dasar luka, granulasi akan mengisi celah yang kosong dan epitelisasi
akan menjadi bagian terakhir pada fase ini. Hal ini juga disebabkan
luka
menghilangkan
penyembuhan luka.
menyebabkan vasokontriksi.
antiseptik
(iodine,
peroksida,
alkohol, dsb)
luka akan
menyebabkan sepsis.
penyembuhan luka.
baru terbentuk.
luka.
pembentukan kapilaria.
kedalam jaringan.
yang mempengaruhi
regenerasi.
infeksi.
bekuan darah.
jaringan.
1. Vaskularisasi perifer
mengurangi suplai nutrisi dan oksigen pada area luka serta dapat
brakialis.
E. Penatalaksanaan
1. Debridemen
Penyembuhan luka lebih cepat terjadi jika kondisi luka terbas
penyembuhan
2. Balutan/dressing
Prinsip perawatan luka diabetes saat ini menekankan pada
rentan terjadi luka akibat beban dan gesekan yang terjadi pada
satu hal yang sangat penting dalam perawatan kaki diabetik adalah
istirahat (bed rest), kursi roda, alas kaki, removable cast walker,
skin graft (Attinger et al., 2012 dalam Singh et al., 2013). Skin
kulit yang biasa digunakan untuk skin graft adalah kulit bagian
b. Revascularization surgery
c. Amputasi
amputasi meliputi:
revaskularisasi.
pasien.
Tidak terdapat definisi yang pasti akan tekanan dan durasi yang
terapi tergantung pada kondisi pasien dengan rentang satu sesi untuk
keracunan ringan karbon monoksida hingga enam puluh sesi atau lebih
Tiap 30 menit, pasien diberikan waktu istirahat selama 5 menit. Hal ini
2009).
Samsudin, 2003). RUBT merupakan satu tabung yang terbuat dari plat
baja yang dibuat sedemikian rupa sehingga mampu diisi udara tekan
B. Fisiologoi HBO
sebagai berikut:
1. Fase respirasi
2. Fase ventilasi
(Pennefather, 2002).
3. Fase transportasi
4. Fase utilisasi
5. Fase difusi
Fase ini adalah fase pembatas fisik antara ketiga fase tersebut
b. Hemoglobin
2009).
2005).
1) Utilisasi O2
2010).
2) Efek kardiovaskuler
C. Prosedur Penatalaksanaan
a. Anamnesis
b. Indikasi HBO
d. X-foto thorak PA
1) EKG
4) Laboratorium darah
tinggi.
HBO
c) Untuk kasus penyelaman, observasi sesuai keluhan,
respon, akan terjadi peningkatan nitrit oksida (NO) hingga 4-5 kali
infeksi. Di bagian edema ini terdapat radikal bebas dalam jumlah yang
A. Pengkajian
Identitas Penanggung :
Nama : Ny. FR
Umur : 47 tahun
Pekerjaan : PNS
a. Keluhan utama :
Mengeluh kebas dan nyeri pada kaki, luka di pergelangan kaki kiri
salah satu lab di Denpasar didapatkan hasil gula darah sewaktu 290
mg/dL. Pasien kemudian konsultasi ke dokter internis, dapat terapi
metpormin 1x500 mg, setelah itu pasien rutin berobat , gula darah
terasa kaku pada kepala belakang. Awal bulan Maret 2021 pasien
beragam. Ibu pasien menderita diabetes melitus, nenek dari pihak ibu
Metpormin 1 x 500 mg
Gabapentin 1 x 500 mg
Citicoline 2 x 500 mg
terdiri dari nasi, lauk sayur dan buah. Pasien tidak mempunyai
rutin setiap pagi, bak 5-6 kali sehari, rata-rata 1.200 -1.600 cc
Biasanya tidur lewat jam 23.00 bangun jam 05.00 wita. Pasien
Keterangan genogram :
jauh dari kebisingan, tidak ada bahaya maupun polusi di sekitar tempat
tinggalnya.
6. Aspek Psikologis
b.Persepsi diri
kondisi sehat.
c. Suasana hati
d.Hubungan komunikasi
lain.
e. Kebiasaan seksual
f. Pertahanan koping
dalam keluarga. Saat masih muda life style masih hura-hura dan
makan sesuka hati, sekarang pasien ingin hidup lebih sehat. Pada
g.Sistem nilai-kepercayaan
ajaran agamanya.
7. Pemeriksaan fisik :
a. Vital sign :
Nadi : 84 x/menit
Pernafasan 18 x/menit
Suhu 36
karena berlubang
8) Thorax :
jalan nafas
11) Kulit : turgor kulit elastis, tidak tampak adanya laserasi, tampak
12) Ektremitas :
kedua kaki, akral agak dingin, capilary refil <3detik, tida ada
edema
8. Pemeriksaan penunjang
a. Thorax foto AP ( Asimetris )
kelainan
b. Program terapi :
Parestesia ↓
DO :
Hiperglikemia
Hipoksia perifer
↓
Tabel 4 MMasalah Keperawatan/ Analisa Data Pasien Tn. JS dengan Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif pada DM Tipe 2
1. Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan dengan faktor risiko hiperglikemia.
D. Perencanaan
dan Tujuan
menin
gkat
2. Sensasi
meningkat
3. Nyeri
ekstremi
tas
menuru
4. Parastesia
menurun
5. Kram otot
menurun
Terapeutik : Terapeutik :
ekstremitas
keterbatasan perfusi
paekstremitas
Edukasi :
1. Ajurkan Menggunakan
obat
secara leratur
3. Anjurkan melakukan
tetap terkontrol,
lancar, dan
mengurangi
terjadinya endapan
lemak pada
4. Informasikan tanda dan 4. Informasikan
hilangnya rasa).
Kolaborasi Kolaborasi
5. Terapioksigen 5. Untuk
hiperbarik meningkatkan
sirkulasi oksigen ke
jaringan perifer
(I.06195) Observasi
sensasi tumpul
sensasi tajam
atau tumpul
3. Monitor
terjadinya
parestesia, jika
perlu.
Terapeutik Terapeutik
dingin)
Edukasi
Edukasi
Anjurkan memakai
ja
DO :skala nyeri 3
10.15 3. Hindari pengukuran tekanan darah
lamanya terapi.
khusus dari RS
eletronik) di loker
air/permen
DO : pasien menanyakan
harus dilakukan
pada
Medis
berkurang
DO : -
hilangnya rasa) DO : -
diberikan
khusus dari RS
Pasien sudah membawa
2.Menganjurkan pasien ke toilet
air/permen
sebelum masuk chamber
air/permen
DS : Pasien mengatakan
Evaluasi setelah terapi masih kesemutan
1.Tanyakan perasaan pasien
2.Ganti baju
rekam medis
hiperbarik
2.Ganti baju
kesemutan berkurang
rekam medis
x/menit
dari RS
3.Menganjurkan pasien
Pasien sudah membawa air
membawa air minum/permen
minum
1.Mengganti pakaian
2.Menganjurkan pasien ke
3.Menganjurkan pasien
6.Ganti baju
minum
F. Evaluasi
jam
kiri kering
sudah kering
memberat.
PEMBAHASAN
Tipe 2 di ruang Hiperbarik RSUP Sangalah Denpasar pada tanggal 06 April 2021.
Pada pembahasan ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan teori dan
kenyataan yang diperoleh sebagai hasil pelaksanaan studi kasus. Dengan diagnosa
medis Diabetes Mellitus Tipe 2 kami dapat mengerti konsep dasar diagnosa
tersebut mulai dari definisi sampai komplikasi. Di mana resiko terburuk dari
Pada kasus pasien ini melalui pengkajian didapatkan bahwa faktor penyebab
sakit. Pasien mengatakan menderita diabetes melitus ketahuan sejak 2 tahun yang
lalu, pasien mulai menyadari dirinya menderita diabetes melitus karena mengeluh
terasa panas di kaki, kesemutan dan kalau luka lama sembuhnya. Kemudian
Setelah cek laboratorium di salah satu lab di Denpasar didapatkan hasil gula darah
sewaktu 290 mg/dL. Pasien kemudian konsultasi ke dokter internis, dapat terapi
metformin 1x500 mg, setelah itu pasien rutin berobat , gula darah terkontrol
antara 150-180 mg/dL. Pada saat ketahuan menderita diabetes melitus, tekanan
darah masih dalam batas normal. Mulai awal bulan Januari 2021,pasien sering
mengeluh pusing , nyeri dan terasa kaku pada kepala belakang. Awal bulan Maret
2021 pasien merasa lemas pada sebagian tubuh, kemudian pasien berobat ke
Hiperglikemia (D.0015)
sirkulasi pada level darah kapiler yang dapat mengganggu metabolisme tubuh
perifer merupakan msalah utama yang muncul pada pasien diabetes mellitus.
pda klien 1 dan klien 2 terdapat perbedaan dengan pemberian terapi klien 1
mendapatkan reguler insulin 6x6 unit dan klien 2 mendapatkan reguler insulin
3x8 unit serta mendapatkan viccilin 350 mg 3x1. Dari evaluais keperawatan
selama 3 hari pada 2 klien, menunjukkan bahwa klien satu belum dikatakan
kering, turgor kulit >2 detik dan kadar glukosa darah kurang dari normal.
Berbeda dengan klien 2 masih di dapatkan kadar glukosa dalam batas normal,
keadaan umum cukup, turgor kulit membaik. Menurut peneliti pada catatan
140/ 90 mmHg, nadi 84x/ menit dan gula darah terkontrol dengan normal.
orang tua, hipertensi dan kadar kolestrol tinggi), memonitor panas kemerahan,
terapi.
Adapun hasil tindakan yang dilakukan pada Tn. Js 19 April 2021 pasien
mengatakan parastesia nyeri pada kaki berkurang, luka dipergelakan kaki kiri
kering dan skala nyeri 1. Resiko perifer tidak efektif dibuktikan dengan
A. Kesimpulan
derajat luka dan berkurangnya rasa sakit menyebabkan penderita ulkus kaki
hidupnya.
kualitas hidup sebelum dan setelah dilakukan HBO dari keempat domain.
B. Saran
hidup.
Benjamin, AL, & Anthony, RB 2010, ‘Hyperbaric Oxygen Therapy For Diabetic
Centers for Disease Control and Prevention, National Diabetes Statistics Report.
2014, National Center for Clinic Disease Prevention and Health Promotion ,
Chuan, F, Tang, K, & Jiang, P 2015, ‘Reliability and Validity of the Perfusion,
Score in Patients with Diabetic Foot Ulcer’, PLoS ONE 10(4): e0124739.
2018,<http://proquest.umi.com/>
Darmowidjojo, B 2009, Hidup sehat dengan diabetes: panduan bagi penyandang
Indonesia, Jakarta.
Diabetikum Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rsud Prof. Dr. Margono
Kesehatan, Purwokerto.
di RSUD dr. Zainal Abidin dan RSUD Meuraxa Banda Aceh. Diakses pada
karakteristik-ulkus-diabetikum-pada-pend.pdf>
Fryberg, R, G, Zgonis, T, & Armstrong, D, G 2006, ‘Diabetic foot Disorders: A
Clinical Practice Guideline (2006 Revision)’, The Journal of Foot and Ankle
<http://www.hbotofaz.org/research/hbot.htm.>
Orthopadeic Association.
Life In People On Intensive Insulin Treatment’, Biomed Pap Med Fac Univ
Philadelphia.
Huda, N 2010, Pengaruh Hiperbarik Oksigen (HBO) Terhadap Perfusi Perifer
6862.
Missouri.
<https://www.med.or.jp/english/journal/pdf/2010_01/041_046.pdf>
<http://www.depkes.go.id/resource/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
diabetes.pdf.>
Khardori, R 2016, Type 2 Diabetes Mellitus. Practice Essentials, Diakses pada 21
Kapasitas Paru Tenaga Kerja di PT Eastern Pearl Flour Mills Kota Makassar.
Kesehatan
Mariyani, L 2014, Hubungan Stadium Ulkus Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien
ulkus-dengan-kualitas-h.pdf>
Maryunani, A 2013, Perawatan Luka Modern (Modern Wound Care) Terkini dan
Jakarta.
<http://www.ncbi.nml.nih.gov/pubmed>.
terhadap Kualitas Hidup Individu dengan Diabetes Mellitus dari Tipe 2’,
Commision.