Bab 2
Bab 2
Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
dengan teknik intravena anestesi dan general anestesi dengan inhalasi yaitu
dengan face mask (sungkup muka) dan dengan teknik intubasi yaitu
(misalnya: sevofluran).
7
8
pembedahan.
yang memerlukan ketenangan pasien dan waktu pengerjaan bedah yang lebih
bedah rekonstruksi tulang dan lain-lain. Selain itu, anestesi umum biasanya
1. Anestesi inhalasi
secara difusi di alveoli. Jenis gas atau cairan yang digunakan saat
larut, waktu induksiya lebih pendek dan pulih sadar segera terjadi
11
tinggi.
2. Anestesi Parenteral
SSP yang sangat dalam dengan hilang pernapasan dan stimulus pusat
vasomotor, yang pada kondisi itu dapat terjadi kematian secara cepat.
dengan kelumpuhan nafas sehingga perlu bantuan alat bantu nafas dan
sirkulasi.
Ada beberapa efek samping yang bisa saja ditimbulkan oleh general
1. Pernapasan
dan peredaran darah. Maka dirasa penting dan harus dengan segera
untuk melakukan pertolongan resusitasi jika hal ini terjadi pada waktu
jalan napas.
13
2. Kardiovaskuler
3. Gastrointestinal
Pada hal ini, regurgitasi dapat terjadi. Regurgitasi yaitu suatu keadaan
4. Ginjal
5. Perdarahan
operasi dan efek obat anestesi yang masih tersisa menyebabkan fungsi tubuh
belum kembali ke fisiologi tubuh yang sempurna. Pada ruang pemulihan atau
Setelah pasien berada di ruang pemulihan ada beberapa hal yang perlu
perawat perhatikan menurut Potter & Perry (2006) hal yang perlu di
tingkat kesadaran, kondisi balutan dan drain, status infus cairan, tingkat rasa
nyaman, dan integritas kulit klien termasuk juga waktu pulih sadarnya. Klien
penurunan fungsi tubuh, adanya insisi luka bedah, ruang operasi dan ruang
1) Pernapasan
adalah sisa anestesi (penderita tidak sadar kembali) dan sisa pelemas
2) Sirkulasi
tidak cukup diganti. Sebab lain adalah sisa anestesi yang masih
akhir pembedahan.
aspirasi.
4) Hipotermi
metabolisme pada pasien, selain itu juga karena efek obat-obatan yang
daerah pusat dan juga respons eferen, selain itu dapat juga
berkeringat.
16
seseorang yang dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan
kuadrat tinggi badan dalam ukuran meter (Arisman, 2007). Menurut Nyoman
(2001), Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat
atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya
yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Untuk memantau
indeks indeks masa tubuh orang dewasa digunakan timbangan berat badan dan
pengukur berat badan. Cara ini digunakan untuk mengetahui status gizi orang
dewasa berusia 18 tahun keatas. Indeks Massa Tubuh memliliki kelebihan, yaitu:
2. Tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan
olahragawan.
3. Tidak dapat digunakan untuk menentukan status gizi bagi orang yang
berikut:
Kategori IMT
Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 - 18,4
Normal 18,5 - 25,0
Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 - 27,0
Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Sumber: Depkes RI, 2009. Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi
Orang Dewasa, Jakarta. hlm. 4.
berdasarkan waktu, jenis anestesi dan resiko yang dialami, meliputi operasi
pasien dalam keadaan teranestesi, dalam hal ini general anestesi. Lama
tindakan anestesi dimulai sejak dilakukan induksi anestesi dengan obat atau
agen anestesi yang umumnya menggunakan obat atau agen anestesi intravena
anestesi semakin lama. Hal ini akan menimbulkan efek akumulasi obat dan
penggunaan obat atau agen anestesi tersebut dimana obat dieksresikan lebih
19
2.4.1 Pengertian
Pulih sadar merupakan bangun dari efek obat anestesi setelah proses
termasuk durasi dan jenis pembedahan, teknik anestesi, jenis obat dan dosis
berada dalam ruang pemulihan dan itu pun memenuhi kriteria pengeluaran.
Pasca operasi, pulih dari anestesi general secara rutin pasien dikelola di
recovery room atau disebut juga Post Anesthesia Care Unit (PACU),
idealnya adalah bangun dari anestesi secara bertahap, tanpa keluhan dan
mulus dengan perhatian khusus dan pengelolaan secara intens sampai dengan
recovery room, selanjutnya dinilai dan dicatat setiap 5 menit pada 30 menit
pertama dan seterusnya atau sampai tercapai nilai minimal 8. Pasien bisa
10. Lama tinggal di ruang pemulihan ditentukan oleh pilihan teknik anestesi
ruangan adalah:
harus mulus dan juga bertahap dalam keadaan yang terkontrol hingga
(Simanjuntak, 2013).
Waktu pasien akan kembali sadar penuh dalam waktu 15 menit dan
(Mecca, 2013).
3) Anestesi Imbang/Kombinasi
fentanyl) baik absolut maupun relative dan juga potensasi dari obat
(5-10 menit), distribusi yang luas dan eliminasi yang cepat. Sifat
durasi atau waktu lama anestesi dapat dimulai pada saat pasien
komplikasi.
3) Usia
yang memanjang pada orang tua dan pengawasan fungsi faal yang
(Depkes RI, 2009). Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah cara untuk
5) Jenis Operasi
pembedahan.
(a) ASA 1, seorang pasien normal dan sehat atau tidak ada
penyakit organ.
(e) ASA 5, seorang pasien yang hampir mati tidak ada harapan
(Setiawan, 2010).
pernafasan.
efek residual dari obat anestesi, sedatif, serta analgesik. Keterlambatan pulih
sadar dapat terjadi sebagai akibat overdosis obat absolut atau relatif atau
juga sirkulasi serta mencari kemungkinan penyebab. Sekitar 90% pasien akan
kembali sadar penuh dalam waktu 15 menit. Tidak sadar yang berlangsung di
atas 15 menit dianggap prolonged, bahkan pasien yang sangat rentan harus
terutama setelah prosedur operasi yang lama, pasien obesitas, atau ketika
(Dinata, 2015).
2.5 Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Jenis Operasi Dengan Waktu Pulih
Sadar
oleh ukuran tubuh yaitu tinggi badan dan berat badan yang dinilai berdasarkan
metabolisme (Guyton, 2008). Pada orang yang gemuk memiliki cadangan lemak
energi dari dalam, artinya jarang membakar kalori (Indriati, 2010). Agen anestesi
diretribusi dari darah dan otak ke dalam otot dan lemak, tubuh yang semakin besar
Jenis operasi dilihat dari waktu atau durasi lama anestesi dimana pada
pasien dengan general anestesi, pembedahan yang lama secara langsung juga akan
28
menyebabkan durasi anestesi semakin lama. Hal ini akan menimbulkan efek
akumulasi obat dan agen anestesi di dalam tubuh semakin banyak hasil
atau keadaan depresi umum dari berbagai pusat di sistem saraf pusat yang bersifat
pelemasan otot (relaksasi). Anestesi umum yang kini tersedia tidak memenuhi
tujuan ini secara keseluruhan, maka pada anestesi untuk pembedahan umumnya
2013).
pengaruh protein sistem saraf pusat (SSP) yang dapat membentuk hidrat dengan
air yang bersifat stabil. Hidrat gas ini yang kemudian dapat merintangi transmisi
akan bekerja bila dimasukkan ke dalam akson saraf dan melakukan penetrasi ke
dalam akson dalam bentuk basa larut lemak. Hal ini juga ditentukan oleh
konsentrasi otak yang efektif (kecepatan induksi anestesi) sangat bergantung pada
29
anestetik.
dosis. Keadaan ini nyata terhadap obat yang massa kerjanya singkat atau
menengah seperti lidokain, ambilan obat oleh saraf diduga diperkuat oleh kadar
obat yang tinggi, dan efek dari toksik sistemik obat yang akan berkurang karena
kadar obat yang masuk dalam darah hanya sepertiganya saja. Distribusi anestesi
disebar luas dalam tubuh setelah pemberian dan dapat menunjukkan bahwa
Metabolisme dan eksresi anestesi diubah dalam hati dan plasma menjadi
metabolit yang mudah larut dalam air dan kemudian dieksresikan ke dalam urin.
Karena anestesi yang bentuknya tak bermuatan dapat mudah berdifusi melalui
lipid, maka sedikit atau tidak sama sekali bentuk netralnya yang dieksresikan
karena bentuk ini tidak mudah diserap kembali oleh tubulus ginjal.
Farmakokinetik ditentukan oleh 3 hal, yaitu lipid atau water solubility ratio dan
kation dan basa. Kecepatan onset anestesi ditentukan oleh salah satunya kecepatan
metabolisme.
Kerja obat anestesi yaitu apabila obat anestesi inhalasi, dihirup bersama-
sama udara inspirasi lalu masuk ke dalam saluran pernafasan, di dalam alveoli
paru akan berdifusi masuk ke dalam sirkulasi darah. Demikian juga yang
sirkulasi darah. Setelah masuk ke dalam sirkulasi darah obat tersebut akan
menyebar ke dalam jaringan. Secara otomatis jaringan yang kaya pembuluh darah
30
seperti otak atau organ vital akan menerima obat lebih banyak dibandingkan
jaringan yang pembuluh darahnya sedikit seperti tulang atau jaringan lemak.
Kerja obat anestesi juga tergantung jenis obatnya, dimana di dalam jaringan
sebagian akan mengalami metabolisme, ada yang terjadi di hepar, ginjal, atau
jaringan lain. Ekskresi bisa melalui ginjal, hepar, kulit, atau paru-paru. Ekskresi
bisa dalam bentuk asli atau hasil metabolismenya. (Bunga dkk, 2017). Pada pasien
yang gemuk, proses absorbsi dan eksresi juga dapat menghambat apabila pada
pasien post operasi mengalami gangguan metabolik maka pasien dapat mengalami
kerangka teori dari penelitian ini yaitu hubungan indeks massa tubuh (IMT) dan
jenis operasi dengan waktu pulih sadar pada pasien post operasi dengan anestesi
Pembedahan
Keterangan :
= Diteliti
= Tidak diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dan Jenis
Operasi Dengan Waktu Pulih Sadar Pada Pasien Post Operasi
Dengan General Anestesia.
32
menghilangkan rasa sakit dan hilangnya kesadaran secara sentral. Teknik general
cara ini dapat disimpan dalam lemak, otot, dan cairan dan kemudian dieksresikan.
mempengaruhi waktu pulih sadar. Faktor yang mempengaruhi salah satunya ialah
indeks massa tubuh dan jenis operasi pasien. Untuk menentukan dosis anestesi
yang sesuai juga mempertimbangkan indeks massa tubuh dan jenis operasi
berdasarkan durasi lama anestesi. Pada pasien yang gemuk terjadi penumpukan
lemak yang tersimpan dalam sel sehingga dapat mempengaruhi proses eliminasi
sisa obat anestesinya. Sebaliknya dengan pasien yang kurus terjadi kekurangan
H1 : Ada hubungan indeks massa tubuh (IMT) dan jenis operasi dengan waktu
pulih sadar pada pasien post operasi dengan general anestesi di Recovery