Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal
Berdasarkan kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian kebijakan fiskal
adalah kebijakan pemerintah dalam mengatur pengeluaran dan pendapatan negara sebagai
langkah untuk menciptakan kesempatan kerja yang luas tanpa inflasi.
Pemerintah yang menjalankan kebijakan fiskal adalah dengan maksud untuk mempengaruhi
jalannya perekonomian atau dengan perkataan lain, dengan kebijakan fiskal pemerintah
berusaha mengarahkan jalannya perekonomian menuju keadaan yang diinginkannya. Dengan
melalui kebijakan fiskal, antara lain pemerintah dapat mempengaruhi tingkat pendapatan
nasional, dapat mempengaruhi kesempatan kerja, dapat mempengaruhi tinggi rendahnya
investasi nasional, dan dapat mempengaruhi distribusi penghasilan nasional
Adapun tujuan-tujuan dari terjadinya dan berlangsungnya kebijakan fiskal antara lain
sebagai berikut..
Bank Indonesia sebagai bank sentral yang memiliki otoritas keuangan akan berusaha
mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat sampai terciptanya
keseimbangan dengan jumlah barang dan jasa yang tersedia.
Mengupayakan peningkatan produksi sehingga nantinya jumlah barang atau jasa di
masyarakat bertambah yang selanjutnya akan tercapai keseimbangan antara jumlah
barang/jasa dengan jumlah uang yang beredar
Kebijakan fiskal secara umum difungsikan sebagai alat atau instrumen untuk
mengoptimalkan pembangunan ekonomi bangsa, khususnya sebagai alat untuk:
Berikut ini adalah analisa kebijakan fiskal yang terjadi di Indonesia dari tahun ke tahun.
Dalam penyusunan anggaran APBN tahun 2002, pemerintah melakukan dua langkah
strategis, yaitu:
Secara umum kebijakan fiskal dapat dijalankan melalui empat jenis pembiayaan.
a. Anggaran belanja seimbang
Cara yang dilakukan ialah dengan menyesuaikan anggaran dengan keadaan. Tujuannya untuk
mencapai anggaran berimbang dalam jangka panjang.
Jika terjadi ketidakstabilan ekonomi maka digunakan anggaran defisit sedangkan dalam
masa inflasi digunakan anggaran surplus.
Keadaan seperti ini dapat menstabilkan perekonomian dan anggaran. Pemerintah kita
menerapkan anggaran berimbang pada masa Orde Baru.
Hal ini memang sudah direncanakan untuk defisit. Pemerintah kita menerapkan anggaran
defisit ini sejak tahun 2000. Ada empat cara untuk mengukur defisit anggaran, yaitu :
a. defisit konvensional, yaitu devisit yang dihitung berdasarkan selisih antara total belanja
dan total pendapatan, termasuk hibah;
b. defisit moneter, yaitu selisih antara total belanja pemerintah (di luar pembayaran
pokok/utang) dan total pendapatan (di luar penerimaan utang);
c. defisit operasional, yaitu defisit moneter yang diukur dalam nilai riil dan bukan nilai
nominal;
d. defisit primer, yaitu selisih antara belanja (di luar pembayaran pokok dan bunga utang)
dan total pendapatan.
Dengan stabilisasi anggaran otomatis, pengeluaran pemerintah lebih ditekankan pada asas
manfaat dan biaya relatif dari berbagai paket program.
Pajak ditetapkan sedemikian rupa sehingga terdapat anggaran belanja surplus dalam
keadaan kesempatan kerja penuh.
c. Pengelolaan anggaran
Tokoh yang mengemukakan pendekatan pengelolaan anggaran ini ialah Alvin Hansen. Dalam
rangka menciptakan stabilitas perekonomian nasional, penerimaan dan pengeluaran
pemerintah dari perpajakan dan pinjaman merupakan dua komponen yang tidak dapat
dipisahkan.
Untuk itu diperlukan anggaran berimbang dengan resep jika masa depresi ditempuh
anggaran defisit, sedangkan jika masa inflasi, digunakan anggaran surplus.
d. Pembiayaan fungsional
Tokoh yang mengemukakan pendekatan pembiayaan fungsional ini ialah A.P. Liner. Tujuan
utamanya untuk meningkatkan kesempatan kerja.
Cara yang ditempuh ialah pembiayaan pengeluaran pemerintah ditentukan sedemikian rupa
sehingga tidak berpengaruh secara langsung terhadap pendapatan nasional. Pada
pendekatan ini sektor pajak dan pengeluaran pemerintah menjadi hal yang terpisah.
Kebijakan fiskal diskresioner dan stabilisator otomatis adalah alat fiskal utama yang
digunakan untuk meningkatkan kondisi ekonomi secara keseluruhan.
Hal ini merupakan perubahan dalam pengeluaran pemerintah, transfer dan perpajakan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi makro dengan cepat, mengalahkan inflasi, dan
meningkatkan lapangan kerja secara keseluruhan.
- Stabilisator Otomatis
Dalam rangka menurunkan tingkat inflasi, pemerintah bisa mengambil peran kebijakan fiskal
dengan cara memperkecil pengeluaran pemerintah. Cara tersebut dilakukan dengan
mengurangi atau menunda atau bahkan membatalkan proyek-proyek pemerintah untuk
sementara waktu. Dengan begitu, peredaran uang kepada masyarakat akan berkurang,
sehingga tingkat inflasi bisa menurun. Selain dari cara tersebut, pemerintah juga bisa
mengurangi transfer pemerintah. Transfer pemerintah merupakan pengeluaran pemerintah
tanpa balas jasa langsung, seperti pemberian bantuan kepada masyarakat miskin, bantuan
bencana alam, beasiswa pendidikan, atau subsidi.
2. Menanggulangi Inflasi
Dalam menanggulangi inflasi, kebijakan fiskal membantu dalam penerapan pajak langsung
progresif yang dilengkapi dengan pajak komoditi. Hal ini dilakukan karena pajak tersebut
menyedot sebagian besar pendapatan dari uang yang dihasilkan pajak inflasi. Peran
kebijakan fiskal dalam pengelolaan pajak tersebut untuk meningkatkan perekonomian
pemerintah dan penanggulangan inflasi
Dalam peran meningkatkan produk domestik bruto, kebijakan fiskal bisa dijalankan dengan
cara memperbesar pengeluaran pemerintah. Pemerintah dapat menjalankan proyek
pembangunan yang didanai oleh APBN. Dengan cara tersebut, nantinya akan ada permintaan
barang dana jasa, hal itu akan mendorong produksi masyarakat atas barang dan jasa. Cara
lain yang dilakukan ialah dengan meningkatkan transfer pemerintah, yaitu pemberian
bantuan kepada masyarakat miskin, bantuan bencana alam, beasiswa pelajar, atau subsidi.
Melalui cara tersebut, dapat mendorong masyarakat untuk menjalankan produksi atau
perdagangan. Peran kebijakan fiskal dalam meningkatkan produk domestik bruto bisa
dikatakan bahwa sebaliknya dari peran pada poin pertama di atas.
Peran kebijakan fiskal untuk mengurangi tingkat pengangguran ialah dengan cara
memperbesar pengeluaran dan transfer pemerintah. Memperbesar pengeluaran maksudnya,
pemerintah menjalankan proyek-proyek pembangunan sebagai langkah membuka lapangan
pekerjaan. Dalam menjalankan proyek, pemerintah pasti membutuhkan tenaga kerja,
sehingga pengangguran dapat teratasi. Untuk memperbesar transfer pemerintah, perlu
adanya subsidi atau mengurangi pungutan pajak dari masyarakat.
Peran kebijakan fiskal untuk meningkatkan pendapatan masyarakat ialah dari memperbesar
pengeluaran pemerintah, seperti pengadaan proyek pembangunan jalan, jembatan, gedung
pemerintah, atau membelian peralatan militer, rumah sakit, perkantoran. Cara tersebut
akan bisa memberikan keuntungan kepada masyarakat dan dapat melibatkan tenaga kerja.
Contohnya, penyedia atau supplier alat militer, alat-alat rumah sakit, alat-alat perkantoran
akan mendapatkan keuntungan dari penjualan tersebut. Dari proyek pembangunan,
pemerintah juga membutuhkan tenaga kerja, sehingga mampu meningkatkan pendapatan
masyarakat.
Investasi merupakan proses perekonomian yang mampu menolong keuangan negara dan
masyarakat. Kebijakan fiskal juga memiliki peran dalam meningkatkan laju investasi.
Kebijakan fiskal mendorong dan memacu atau menghambat investasi di sektor swasta
ataupun sektor negara. Selain itu, kebijakan fiskal juga dapat berperan dalam mengatur
bentuk investasi tertentu. Dengan begitu pemerintah dapat mengatur bentuk investasi
berencana public.
Kebijakan fiskal memiliki peran dalam mendorong dalam investasi optimal secara sosial. Hal
ini karena investasi sosial membutuhkan dana besar dan cepat yang menjadi tanggungan
Negara untuk memajukan pembentukan modal. Dengan menggunakan kebijakan fiskal,
pemerintah dapat mengatur penggunaan dana tersebut dengan cara mendorong investasi
optimal secara sosial.
Kebijakan fiskal memiliki peranan kunci dalam menjaga kestabilan internal ataupun ekternal.
Untuk mengurangi dampak internasional fluktuasi siklis, kebijakan fiskal mengatur
pengelolaan eksport dan import. Dengan begitu dapat perekonomian negara tetap stabil
meski perekonomian internasional masih tidak stabil. Kebijakan fiskal mampu mengontrol
perekonomian dalam negeri agar tidak terpengaruh dengan ketidakstabilan internasional.
Kebijakan fiskal juga berperan dalam pendistribusian pendapatan nasional. Cara yang
dilakukan pemerintah ialah dengan meningkatkan pendapatan nyata masyarakat dan
mengurangi tingkat pendapatan yang lebih tinggi. Upaya tersebut dapat tercipta dengan
adanya investasi dari pemerintah berupa program pembangunan regional, sehingga dapat
mengimbangi perekonomian pemerintah.
Di dalam kebijakan fiskal memang ditentukan oleh keterlibatan pemerintah dan peran yang
paling utam ialah Negara. Pemerintah tentu saja membutuhkan kebijakan fiskal untuk
membuat rakyat sejahtera. Dalam menyejahterakan masyarakat, pemerintah mengatur
perekonomian berupa pengeluaran, pajak, perbelanjaan dan hutang agar lebih stabil. Dari
dana APBN dapat mengatur pertumbuhan ekonomi seperti mengatasi inflansi. Hal itu
merupakan tujuan perekonomian yang diambil berdasarkan kebijakan fiskal, khususnya
tujuan dalam menyejaterakan masyarakat. Di sinilah, peran kebijakan fiskal sangat penting
bagi masyarakat ataupun pemerintah sendiri
Pembelian pemerintah atau belanja negara merupakan unsur di dalam pendapatan nasional
yang dilambangkan dengan huruf “G”.Pembelian atas barang dan jasa pemerintah ini
mencakup pemerintah daerah, dan pusat.Belanja pemerintah ini meliputi pembangunan untuk
jalan raya, jalan tol, bangunan sekolah, gedung pemerintahan, peralatan kemiliteran, dan
gaji guru sekolah.
Pajak merupakan pendapatan yang paling besar di samping pendapatan yang berasal dari
migas.Baik perusahaan maupun rumah tangga mempunyai kewajiban melakukan pembayaran
pajak atas beberapa bahkan seluruh kegiatan yang dilakukan.Pajak yang dibayarkan
digunakan semata-mata untuk pembangunan negara tersebut.Kebijakan pemerintah atas
perpajakan mengalami pembaharuan dari waktu ke waktu, hal ini disebut tax reform
(pembaharuan pajak).Tax reform yang dilakukan pemerintah mengikuti adanya perubahan di
dalam masyarakat, seperti meningkatnya pendapatan, meningkatnya.
1. Fungsi Alokasi, yaitu untuk mengalokasikan faktor-faktor produksi yang tersedia dalam
masyarakat sedemikian rupa sehingga kebutuhan masyarakat berupa Public goods seperti
jalan, jembatan, pendidikan dan tempat ibadah dapat terpenuhi secara layak dan dapat
dinikmati oleh seluruhn masyarakat.
2. Fungsi Distribusi, yaitu fungsi yang mempunyai tujuan agar pembagian pendapatan
nasional dapat lebih merata untuk semua kalangan dan tingkat kehidupan.
Perubahan dalam tingkat dan komposisi pajak dan pengeluaran pemerintah dapat berdampak
pada variabel-variabel berikut dalam perekonomian:
1. Aggregate demand and the level of economic activity ( Permintaan agregat dan
tingkat kegiatan ekonomi )
Kebijakan fiskal mengacu pada efek keseluruhan hasil anggaran pada kegiatan ekonomi.
Sikap yang tiga kemungkinan kebijakan fiskal yang netral, ekspansif, dan kontraktif:
Studi kasusnya
Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Yustinus Prastowo
mengatakan, kasus Freeport menjadi momen untuk meletakkan dasar-dasar reformasi
fiskal, sehingga menjamin kesinambungan fiskal dan investasi.
Namun faktanya, terdapat beberapa disinsentif fiskal yang dirasakan industri hulu migas
dan tambang. Salah satu masalah utama ketiadaan ketentuan assume and discharge yang
menciptakan ketidakstabilan dan ketidakpastian hukum.
“Kasus yang menarik perhatian publik saat ini adalah dinamika PT Freeport Indonesia yang
berawal pada diterbitkannya PP No 1 Tahun 2017. Pada prinsipnya, investor membutuhkan
jaminan kepastian akan iklim bisnis dan investasi di masa mendatang karena akan
berinvestasi dalam jumlah yang sangat besar dan jangka waktu yang panjang,” ujar Yustinus
dalam keterangan resmi, Kamis (23/3/2017).
Klausul ini berarti kebijakan fiskal berperan sebagai instrumen yang mampu memberikan
kepastian hukum, mendukung iklim investasi, mendorong pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan produktivitas, konsisten dan stabil, melalui administrasi yang sederhana, mudah
dilaksanakan dan murah, atau cost of compliance yang efisien.
Pertimbangannya adalah sektor ini membutuhkan investasi yang sangat besar dan jangka
waktu yang panjang sehingga memiliki potensi risiko yang tinggi. Salah satu poin penting
yang menjadi perbedaan pendapat antara Pemerintah dan Freeport adalah klausul nail down
vs prevailing.
Pemerintah berpegang pada mandat UU Minerba, bahwa seluruh klausul perpajakan di rezim
perizinan (IUP/IUPK) adalah prevailing, yaitu dinamis, mengikuti perubahan ketentuan yang
berlaku.
Sedangkan Freeport tetap meminta sistem nail down, yaitu peraturan yang berlaku adalah
peraturan saat kontrak ditandatangani atau perizinan diberikan (statis). Dalam konteks
Fiscal Stabilization Clause, tuntutan PTFI dapat dipahami sebagai hal yang wajar.
Menurut Yustinus, sistem nail down juga tidak tepat jika dipahami semata-mata sebagai
keuntungan perusahaan karena tarif yang rendah. Pasalnya dalam konteks Kontrak Karya,
perusahaan justru membayar PPh 35%, jauh di atas tarif yang berlaku yaitu 25%. Terhadap
jenis pungutan negara lainnya, bahkan pada 2014 tercapai kesepakatan untuk menaikkan
tarif royalti dan membayar bea keluar.
Lebih lanjut Yustinus memaparkan, di sisi lain, Pemerintah perlu mendapat jaminan bahwa
proyek yang dijalankan menguntungkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Di titik
inilah, Pemerintah dan Freeport memiliki ruang negosiasi yang terbuka lebar dan saling
menguntungkan.