Kebijakan Fiskal

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

Kebijakan fiskal 

merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan


ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah.
Kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter, yang bertujuan men-stabilkan
perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar.
Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak.

Berdasarkan kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian kebijakan fiskal
adalah kebijakan pemerintah dalam mengatur pengeluaran dan pendapatan negara sebagai
langkah untuk menciptakan kesempatan kerja yang luas tanpa inflasi.

Pemerintah yang menjalankan kebijakan fiskal adalah dengan maksud untuk mempengaruhi
jalannya perekonomian atau dengan perkataan lain, dengan kebijakan fiskal pemerintah
berusaha mengarahkan jalannya perekonomian menuju keadaan yang diinginkannya. Dengan
melalui kebijakan fiskal, antara lain pemerintah dapat mempengaruhi tingkat pendapatan
nasional, dapat mempengaruhi kesempatan kerja, dapat mempengaruhi tinggi rendahnya
investasi nasional, dan dapat mempengaruhi distribusi penghasilan nasional

Adapun tujuan-tujuan dari terjadinya dan berlangsungnya kebijakan fiskal antara lain
sebagai berikut..

 Mencapai stabilitas perekonomian


 Memacu dan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi
 Memperluas dan menciptakan lapangan kerja
 Menciptakan terwujudnya keadilan sosial bagi masyarakat
 Mewujudkan pendistribusian dan pemerataan pendapatan. 
 Mencegah pengangguran dan menstabilkan harga

Cara Alternatif Dalam menganggulangi Inflasi melalui Kebijakan Fiskal

 Bank Indonesia sebagai bank sentral yang memiliki otoritas keuangan akan berusaha
mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat sampai terciptanya
keseimbangan dengan jumlah barang dan jasa yang tersedia. 
 Mengupayakan peningkatan produksi sehingga nantinya jumlah barang atau jasa di
masyarakat bertambah yang selanjutnya akan tercapai keseimbangan antara jumlah
barang/jasa dengan jumlah uang yang beredar

Jenis-jenis kebijakan fiskal


1. Kebijakan Fiskal Berdasarkan Sigi Teorinya

 Kebijakan Pembiayaan Fungsional (Functional Finance) : Pembiayaan fungsional


adalah kebijakan yang mengatur dan mempertimbangkan pengeluaran pemerintah
dari berbagai akibat tak langsung pada pendapatan nasional dan bertujuan dalam
peningkatan kesempatan kerja. 
 Kebijakan Pengelolaan Anggaran (The Managed Budget Approach) : Pengelolaan
anggaran adalah mengatur pengeluaran pemerintah, hutang dan perpajakan dalam
mencapai ekonomi yang stabil. 
 Kebijakan Stabilisasi Anggaran Otomatis (The Stabilizing budget) : Stabilisasi
anggaran adalah kebijakan yang mengatur segala pengeluaran pemerintah dengan
pertimbangan manfaat dan besarnya biaya dari berbagai pengeluaran dan program-
program pemerintah. tujuannya adalah penghematan anggaran pemerintah.

2. Kebijakan Fiskal Bedasarkan Jumlah Penerimaan dan Pengeluaran

 Kebijakan Anggaran Seimbang : kebijakan anggaran seimbang adalah kebijakan


yang menyusun jumlah penerimaan dan pengeluaran sama besar, jadi penerimaan yang
diterima pemerintah harus sama dengan pengelurannya dan begitupun sebaliknya.
Keuntungan kebijakan ini adalah tidak perlu adanya lagi pinjaman baik dari dalam
negeri dan luar negeri, sedangkan kerugiannya adalah jika perekonomian negara
dalam keadaan kurang baik akan mengakibatkan ekonomi semakin memburuk
 Kebijakan Anggaran Surplus : kebijakan anggaran surplus adalah kebijakan yang
disusun dengan pendapatan/penerimaan harus lebih besar dari pada pengeluaran
atau pengeluaran dengan sedikit tetapi pendapatan/penerimaan banyak. ini digunakan
untuk mencegah inflasi. 
 Kebijakan Anggaran Defisit : kebijakan anggaran defisit adalah kebijakan yang
disusun dengan cara pengeluaran lebih besar dari pada penerimaan/pendapatan. Ini
berupakan kebalikan dari kebijakan anggaran surplus. Kebijakan anggaran defisit
dilakukan untuk mengurangi depresi dan kelesungan dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi tetapi menyebabkan kekurangan anggaran. 
 Kebijakan Anggaran Dinamis : kebijakan anggaran dinamis adalah kebijakan yang
disusun dengan cara  jumlah pengeluaran dan penerimaan sama besar dan lama
kelamaan jumlahnya makin bertambah. kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi
kebutuhan yang terus bertambah sehingga dibutuhkan jumlah yang besar.

Kebijakan fiskal secara umum difungsikan sebagai alat atau instrumen untuk
mengoptimalkan pembangunan ekonomi bangsa, khususnya sebagai alat untuk:

a. Mengoptimalkan penyerapan sumber daya

b. Memperbesar penanaman modal dan investor

Berikut ini adalah analisa kebijakan fiskal yang terjadi di Indonesia dari tahun ke tahun.

A. KEBIJAKAN FISKAL TAHUN ANGGARAN 1999/2000 DIARAHKAN PADA EMPAT


SASARAN, DIANTARANYA ADALAH

1.) Menciptakan stimulus fiskal

2.) Memperkuat basis penerimaan

3.) Mendukung program rekapitalisasi perbankan

4.) Mempertahankan prinsip pembiayaan defisit


B. KEBIJAKAN FISKAL TAHUN ANGGARAN 2002 DIARAHKAN PADA UPAYA
MEWUJUDKAN KETAHANAN FISKAL YANG BERKELANJUTAN.

Dalam penyusunan anggaran APBN tahun 2002, pemerintah melakukan dua langkah
strategis, yaitu:

1.) Mengupayakan volume dan rasio anggaran terhadap PBD

2.) Rasio utang pemerintah diturunkan.

Instrumen Kebijakan Fiskal

Secara umum kebijakan fiskal dapat dijalankan melalui empat jenis pembiayaan.
a. Anggaran belanja seimbang

Cara yang dilakukan ialah dengan menyesuaikan anggaran dengan keadaan. Tujuannya untuk
mencapai anggaran berimbang dalam jangka panjang.
Jika terjadi ketidakstabilan ekonomi maka digunakan anggaran defisit sedangkan dalam
masa inflasi digunakan anggaran surplus.

Kita mengenal ada empat macam anggaran.

1. Anggaran berimbang adalah suatu bentuk anggaran dengan jumlah realisasi pendapatan


negara sama dengan jumlah realisasi pengeluaran negara.

Keadaan seperti ini dapat menstabilkan perekonomian dan anggaran. Pemerintah kita
menerapkan anggaran berimbang pada masa Orde Baru.

2. Anggaran defisit adalah suatu bentuk anggaran dengan jumlah realisasi pendapatan


negara lebih kecil daripada jumlah realisasi pengeluaran negara.

Hal ini memang sudah direncanakan untuk defisit. Pemerintah kita menerapkan anggaran
defisit ini sejak tahun 2000. Ada empat cara untuk mengukur defisit anggaran, yaitu :

a. defisit konvensional, yaitu devisit yang dihitung berdasarkan selisih antara total belanja
dan total pendapatan, termasuk hibah;
b. defisit moneter, yaitu selisih antara total belanja pemerintah (di luar pembayaran
pokok/utang) dan total pendapatan (di luar penerimaan utang);
c. defisit operasional, yaitu defisit moneter yang diukur dalam nilai riil dan bukan nilai
nominal;
d. defisit primer, yaitu selisih antara belanja (di luar pembayaran pokok dan bunga utang)
dan total pendapatan.

3. Anggaran surplus adalah suatu bentuk anggaran dengan jumlah realisasi pendapatan


negara lebih besar daripada jumlah realisasi pengeluaran negara.
4. Anggaran dinamis adalah suatu bentuk anggaran dengan pada sisi penerimaan dari tahun
ke tahun ditingkatkan dan terbuka pula kemungkinan sisi pengeluaran yang meningkat
sehingga anggaran pendapatan dan belanja negara selalu kembali dalam keadaan seimbang.

b. Stabilisasi anggaran otomatis

Dengan stabilisasi anggaran otomatis, pengeluaran pemerintah lebih ditekankan pada asas
manfaat dan biaya relatif dari berbagai paket program.
Pajak ditetapkan sedemikian rupa sehingga terdapat anggaran belanja surplus dalam
keadaan kesempatan kerja penuh.

c. Pengelolaan anggaran

Tokoh yang mengemukakan pendekatan pengelolaan anggaran ini ialah Alvin Hansen. Dalam
rangka menciptakan stabilitas perekonomian nasional, penerimaan dan pengeluaran
pemerintah dari perpajakan dan pinjaman merupakan dua komponen yang tidak dapat
dipisahkan.

Untuk itu diperlukan anggaran berimbang dengan resep jika masa depresi ditempuh
anggaran defisit, sedangkan jika masa inflasi, digunakan anggaran surplus.

d. Pembiayaan fungsional

Tokoh yang mengemukakan pendekatan pembiayaan fungsional ini ialah A.P. Liner. Tujuan
utamanya untuk meningkatkan kesempatan kerja.

Cara yang ditempuh ialah pembiayaan pengeluaran pemerintah ditentukan sedemikian rupa
sehingga tidak berpengaruh secara langsung terhadap pendapatan nasional. Pada
pendekatan ini sektor pajak dan pengeluaran pemerintah menjadi hal yang terpisah.

Alat Dasar Fiskal

Kebijakan fiskal diskresioner dan stabilisator otomatis adalah alat fiskal utama yang
digunakan untuk meningkatkan kondisi ekonomi secara keseluruhan.

- Kebijakan Fiskal Diskresioner

Hal ini merupakan perubahan dalam pengeluaran pemerintah, transfer dan perpajakan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi makro dengan cepat, mengalahkan inflasi, dan
meningkatkan lapangan kerja secara keseluruhan.

- Stabilisator Otomatis

Stabilisator otomatis adalah fitur-fitur belanja atau pengeluaran pemerintah yang


bertujuan untuk meminimalkan perubahan pendapatan. Stabilisator ini diatur oleh
perubahan dalam kebijakan pembelian pemerintah
Manfaat Kebijakan Fiskal

Manfaat dari kebijakan fiskal yaitu:

1. Untuk meningkatkan produksi nasional (PDB) dan pertumbuhan ekonomi.

2. Untuk memperluas lapangan kerja dan mengurangi pengangguran.

3. Untuk menstabilkan harga-harga barang, khususnya mengatasi inflasi.

Peran Kebijakan Fiskal


Pada dasarnya, peran kebijakan fiskal berkesinambungan dengan tujuan di atas. Berikut
peran kebijakan fiskal:

1. Menurunkan Tingkat Inflasi

Dalam rangka menurunkan tingkat inflasi, pemerintah bisa mengambil peran kebijakan fiskal
dengan cara memperkecil pengeluaran pemerintah. Cara tersebut dilakukan dengan
mengurangi atau menunda atau bahkan membatalkan proyek-proyek pemerintah untuk
sementara waktu. Dengan begitu, peredaran uang kepada masyarakat akan berkurang,
sehingga tingkat inflasi bisa menurun. Selain dari cara tersebut, pemerintah juga bisa
mengurangi transfer pemerintah. Transfer pemerintah merupakan pengeluaran pemerintah
tanpa balas jasa langsung, seperti pemberian bantuan kepada masyarakat miskin, bantuan
bencana alam, beasiswa pendidikan, atau subsidi.

2. Menanggulangi Inflasi

Dalam menanggulangi inflasi, kebijakan fiskal membantu dalam penerapan pajak langsung
progresif yang dilengkapi dengan pajak komoditi. Hal ini dilakukan karena pajak tersebut
menyedot sebagian besar pendapatan dari uang yang dihasilkan pajak inflasi. Peran
kebijakan fiskal dalam pengelolaan pajak tersebut untuk meningkatkan perekonomian
pemerintah dan penanggulangan inflasi

3. Meningkatkan Produk Domestik Bruto

Dalam peran meningkatkan produk domestik bruto, kebijakan fiskal bisa dijalankan dengan
cara memperbesar pengeluaran pemerintah. Pemerintah dapat menjalankan proyek
pembangunan yang didanai oleh APBN. Dengan cara tersebut, nantinya akan ada permintaan
barang dana jasa, hal itu akan mendorong produksi masyarakat atas barang dan jasa. Cara
lain yang dilakukan ialah dengan meningkatkan transfer pemerintah, yaitu pemberian
bantuan kepada masyarakat miskin, bantuan bencana alam, beasiswa pelajar, atau subsidi.
Melalui cara tersebut, dapat mendorong masyarakat untuk menjalankan produksi atau
perdagangan. Peran kebijakan fiskal dalam meningkatkan produk domestik bruto bisa
dikatakan bahwa sebaliknya dari peran pada poin pertama di atas.

4. Mengurangi Tingkat Pengangguran

Peran kebijakan fiskal untuk mengurangi tingkat pengangguran ialah dengan cara
memperbesar pengeluaran dan transfer pemerintah. Memperbesar pengeluaran maksudnya,
pemerintah menjalankan proyek-proyek pembangunan sebagai langkah membuka lapangan
pekerjaan. Dalam menjalankan proyek, pemerintah pasti membutuhkan tenaga kerja,
sehingga pengangguran dapat teratasi. Untuk memperbesar transfer pemerintah, perlu
adanya subsidi atau mengurangi pungutan pajak dari masyarakat.

5. Meningkatkan Pendapatan Masyarakat

Peran kebijakan fiskal untuk meningkatkan pendapatan masyarakat ialah dari memperbesar
pengeluaran pemerintah, seperti pengadaan proyek pembangunan jalan, jembatan, gedung
pemerintah, atau membelian peralatan militer, rumah sakit, perkantoran. Cara tersebut
akan bisa memberikan keuntungan kepada masyarakat dan dapat melibatkan tenaga kerja.
Contohnya, penyedia atau supplier alat militer, alat-alat rumah sakit, alat-alat perkantoran
akan mendapatkan keuntungan dari penjualan tersebut. Dari proyek pembangunan,
pemerintah juga membutuhkan tenaga kerja, sehingga mampu meningkatkan pendapatan
masyarakat.

6. Meningkatkan Laju Investasi

Investasi merupakan proses perekonomian yang mampu menolong keuangan negara dan
masyarakat. Kebijakan fiskal juga memiliki peran dalam meningkatkan laju investasi.
Kebijakan fiskal mendorong dan memacu atau menghambat investasi di sektor swasta
ataupun sektor negara. Selain itu, kebijakan fiskal juga dapat berperan dalam mengatur
bentuk investasi tertentu. Dengan begitu pemerintah dapat mengatur bentuk investasi
berencana public.

7. Mendorong Investasi Optimal Secara Sosial

Kebijakan fiskal memiliki peran dalam mendorong dalam investasi optimal secara sosial. Hal
ini karena investasi sosial membutuhkan dana besar dan cepat yang menjadi tanggungan
Negara untuk memajukan pembentukan modal. Dengan menggunakan kebijakan fiskal,
pemerintah dapat mengatur penggunaan dana tersebut dengan cara mendorong investasi
optimal secara sosial.

8. Meningkatkan stabilitas perekonomian di tengah ketidakstabilan internasional

Kebijakan fiskal memiliki peranan kunci dalam menjaga kestabilan internal ataupun ekternal.
Untuk mengurangi dampak internasional fluktuasi siklis, kebijakan fiskal mengatur
pengelolaan eksport dan import. Dengan begitu dapat perekonomian negara tetap stabil
meski perekonomian internasional masih tidak stabil. Kebijakan fiskal mampu mengontrol
perekonomian dalam negeri agar tidak terpengaruh dengan ketidakstabilan internasional.

9. Meningkatkan dan Mendistribusikan Pendapatan Nasional

Kebijakan fiskal juga berperan dalam pendistribusian pendapatan nasional. Cara yang
dilakukan pemerintah ialah dengan meningkatkan pendapatan nyata masyarakat dan
mengurangi tingkat pendapatan yang lebih tinggi. Upaya tersebut dapat tercipta dengan
adanya investasi dari pemerintah berupa program pembangunan regional, sehingga dapat
mengimbangi perekonomian pemerintah.

10. Menyejahterakan Masyarakat

Di dalam kebijakan fiskal memang ditentukan oleh keterlibatan pemerintah dan peran yang
paling utam ialah Negara. Pemerintah tentu saja membutuhkan kebijakan fiskal untuk
membuat rakyat sejahtera. Dalam menyejahterakan masyarakat, pemerintah mengatur
perekonomian berupa pengeluaran, pajak, perbelanjaan dan hutang agar lebih stabil. Dari
dana APBN dapat mengatur pertumbuhan ekonomi seperti mengatasi inflansi. Hal itu
merupakan tujuan perekonomian yang diambil berdasarkan kebijakan fiskal, khususnya
tujuan dalam menyejaterakan masyarakat. Di sinilah, peran kebijakan fiskal sangat penting
bagi masyarakat ataupun pemerintah sendiri

Contoh kebijakan fiskal

- Menaikkan jumlah pajak dan jenis pajak

- Mewajibkan kepemilikan NPWP (nomor pokok wajib pajak)

- Melakukan penghematan pengeluaran negara

- Melakukan pinjaman negara, misalnya dengan mengeluarkan obligasi pemerintah

Bentuk – Bentuk Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal umumnya dibagi atas tiga kategori, yaitu:

1. Kebijakan yang Menyangkut Pembelian Pemerintah atas Barang dan Jasa

Pembelian pemerintah atau belanja negara merupakan unsur di dalam pendapatan nasional
yang dilambangkan dengan huruf “G”.Pembelian atas barang dan jasa pemerintah ini
mencakup pemerintah daerah, dan pusat.Belanja pemerintah ini meliputi pembangunan untuk
jalan raya, jalan tol, bangunan sekolah, gedung pemerintahan, peralatan kemiliteran, dan
gaji guru sekolah.

2. Kebijakan yang Menyangkut Perpajakan

Pajak merupakan pendapatan yang paling besar di samping pendapatan yang berasal dari
migas.Baik perusahaan maupun rumah tangga mempunyai kewajiban melakukan pembayaran
pajak atas beberapa bahkan seluruh kegiatan yang dilakukan.Pajak yang dibayarkan
digunakan semata-mata untuk pembangunan negara tersebut.Kebijakan pemerintah atas
perpajakan mengalami pembaharuan dari waktu ke waktu, hal ini disebut tax reform
(pembaharuan pajak).Tax reform yang dilakukan pemerintah mengikuti adanya perubahan di
dalam masyarakat, seperti meningkatnya pendapatan, meningkatnya.

3. Kebijakan yang Menyangkut Pembayaran Transfer

Pembayaran transfer meliputi kompensasi pengangguran, tunjangan keamanan sosial, dan


tunjangan pensiun. Jika dilihat pembayaran transfer merupakan bagian belanja pemerintah
tetapi sebenarnya pembayaran tansfer tidak masuk dalam komponen “G” di dalam
perhitungan pendapatan nasional. Alasannya yaitu karena transfer bukan merupakan
pembelian sesuatu barang yang baru diproduksi dan pembayaran tersebut bukan karena jual
beli barang dan jasa. Pembayaran transfer mempengaruhi pendapatan rumah tangga, namun
tidak mencerminkan produksi perekonomian. Karena PDB dimaksudkan untuk mengukur
pendapatan dari produksi barang dan jasa serta pengeluaran atas produksi barang dan jasa,
pembayaran transfer tidak dihitung sebagai bagian dari belanja pemerintah.
Fungsi Utama Kebijakan Fiskal

1. Fungsi Alokasi, yaitu untuk mengalokasikan faktor-faktor produksi yang tersedia dalam
masyarakat sedemikian rupa sehingga kebutuhan masyarakat berupa Public goods seperti
jalan, jembatan, pendidikan dan tempat ibadah dapat terpenuhi secara layak dan dapat
dinikmati oleh seluruhn masyarakat.

2. Fungsi Distribusi, yaitu fungsi yang mempunyai tujuan agar pembagian pendapatan
nasional dapat lebih merata untuk semua kalangan dan tingkat kehidupan.

3. Fungsi Stabilisasi, agar terpeliharanya keseimbangan ekonomi terutama berupa


kesempatan kerja yang tinggi, tingkat harga-harga umum yang relatif stabil dan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang memadai. ( Soediyono,R,1992,h.89 )

    Instrumen kebijakan fiskal

Instrumen Kebijakan Fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang


berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang
berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli
masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan
sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output
industri secara umum.

Perubahan dalam tingkat dan komposisi pajak dan pengeluaran pemerintah dapat berdampak
pada variabel-variabel berikut dalam perekonomian:

1.             Aggregate demand and the level of economic activity ( Permintaan agregat dan
tingkat kegiatan ekonomi )

2.             The pattern of resource allocation (Pola alokasi sumber daya)

3.             The distribution of income (Distribusi pendapatan)

Kebijakan fiskal mengacu pada efek keseluruhan hasil anggaran pada kegiatan ekonomi.
Sikap yang tiga kemungkinan kebijakan fiskal yang netral, ekspansif, dan kontraktif:

1.             Sikap netral menyiratkan kebijakan fiskal anggaran berimbang di mana G = T


(Pemerintah pengeluaran = Pajak pendapatan). Pengeluaran pemerintah sepenuhnya didanai
oleh penerimaan pajak dan hasil keseluruhan anggaran memiliki efek netral pada tingkat
kegiatan ekonomi.

2.             Sikap ekspansif kebijakan fiskal bersih melibatkan peningkatan pengeluaran


pemerintah (G>t) melalui pengeluaran pemerintah meningkat, penurunan pendapatan pajak,
atau kombinasi dari keduanya. Hal ini akan mengakibatkan defisit anggaran yang lebih besar
atau lebih kecil daripada surplus anggaran pemerintah sebelumnya, atau defisit jika
sebelumnya pemerintah memiliki anggaran berimbang. . Ekspansioner kebijakan fiskal
biasanya berhubungan dengan defisit anggaran.

3.             Sebuah kontraktif kebijakan fiskal (G<T) terjadi ketika bersih dikurangi


pengeluaran pemerintah baik melalui pendapatan pajak yang lebih tinggi, mengurangi
pengeluaran pemerintah, atau kombinasi keduanya. Hal ini akan mengakibatkan defisit
anggaran yang lebih rendah atau surplus yang lebih besar dari pada pemerintah sebelumnya,
atau surplus sebelumnya pemerintah memiliki anggaran berimbang. Kontraktif kebijakan
fiskal biasanya berhubungan dengan surplus.

Studi kasusnya

Kasus Freeport Momen Reformasi Fiskal

Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Yustinus Prastowo
mengatakan, kasus Freeport menjadi momen untuk meletakkan dasar-dasar reformasi
fiskal, sehingga menjamin kesinambungan fiskal dan investasi.

Yustinus mengemukakan investasi menuntut integrasi kebijakan untuk menciptakan 3C


(certainty, clarity, consistency) di bidang fiskal. Karena keputusan investasi bergantung
pada kebijakan pro-bisnis, lingkungan bisnis yang kompetitif, stabilitas politik dan regulasi,
kejelasan dan kepastian hukum, serta kebijakan fiskal yang menjadi faktor penentu besaran
investasi dan tingkat imbal hasil.

Namun faktanya, terdapat beberapa disinsentif fiskal yang dirasakan industri hulu migas
dan tambang. Salah satu masalah utama ketiadaan ketentuan assume and discharge yang
menciptakan ketidakstabilan dan ketidakpastian hukum.

“Kasus yang menarik perhatian publik saat ini adalah dinamika PT Freeport Indonesia yang
berawal pada diterbitkannya PP No 1 Tahun 2017. Pada prinsipnya, investor membutuhkan
jaminan kepastian akan iklim bisnis dan investasi di masa mendatang karena akan
berinvestasi dalam jumlah yang sangat besar dan jangka waktu yang panjang,” ujar Yustinus
dalam keterangan resmi, Kamis (23/3/2017). 

Klausul ini berarti kebijakan fiskal berperan sebagai instrumen yang mampu memberikan
kepastian hukum, mendukung iklim investasi, mendorong pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan produktivitas, konsisten dan stabil, melalui administrasi yang sederhana, mudah
dilaksanakan dan murah, atau cost of compliance yang efisien. 

Pertimbangannya adalah sektor ini membutuhkan investasi yang sangat besar dan jangka
waktu yang panjang sehingga memiliki potensi risiko yang tinggi. Salah satu poin penting
yang menjadi perbedaan pendapat antara Pemerintah dan Freeport adalah klausul nail down
vs prevailing.

Pemerintah berpegang pada mandat UU Minerba, bahwa seluruh klausul perpajakan di rezim
perizinan (IUP/IUPK) adalah prevailing, yaitu dinamis, mengikuti perubahan ketentuan yang
berlaku. 

Sedangkan Freeport tetap meminta sistem nail down, yaitu peraturan yang berlaku adalah
peraturan saat kontrak ditandatangani atau perizinan diberikan (statis). Dalam konteks
Fiscal Stabilization Clause, tuntutan PTFI dapat dipahami sebagai hal yang wajar. 

Menurut Yustinus, sistem nail down juga tidak tepat jika dipahami semata-mata sebagai
keuntungan perusahaan karena tarif yang rendah. Pasalnya dalam konteks Kontrak Karya,
perusahaan justru membayar PPh 35%, jauh di atas tarif yang berlaku yaitu 25%. Terhadap
jenis pungutan negara lainnya, bahkan pada 2014 tercapai kesepakatan untuk menaikkan
tarif royalti dan membayar bea keluar.

Lebih lanjut Yustinus memaparkan, di sisi lain, Pemerintah perlu mendapat jaminan bahwa
proyek yang dijalankan menguntungkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Di titik
inilah, Pemerintah dan Freeport memiliki ruang negosiasi yang terbuka lebar dan saling
menguntungkan.

Anda mungkin juga menyukai