Kelompok 5 Fiskal

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

KEBIJAKAN FISKAL

Disusun Guna Memenuhi Tugas UKD 3 pada


Mata Kuliah Teori Ekonomi
Dosen Pengampu: Leny Noviani, S.Pd., M.Si

Disusun oleh:

Anggun Parwati (K7414004)


Benita Annisa U (K7414010)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
A. Bentuk-bentuk Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :


1. Penstabil otomatik, yaitu bentuk-bentuk sistem fiskal yang sedang berlaku
yang secara otomatik cenderung untuk menimbulkan kestabilan dalam
kegiatan ekonomi. Macam-macam penstabil otomatik, yaitu :
a. Pajak progresif dan pajak proporsional.
Sistem pajak progresif biasanya digunakan dalam memungut pajak
pendapatan individu dan dipraktekkan hampir di semua negara. Pada
pendapatan seseorang tidak perlu membayar pajak. Akan tetapi semakin
tinggi pendapatan, semakin besar pajak yang dikenakan ke atas tambahan
pendapatan yang diperoleh.
Sistem pajak proporsional biasanya digunakan untuk memungut
pajak ke atas keuntungan perusahaan-perusahaan korporat, yaitu pajak
yang harus dibayar adalah proporsional dengan keuntungan yang
diperoleh. Ini berarti suatu presentasi dari keuntungan selalu merupakan
pajak yang akan dibayar kepada pemerintah.
b. Kebijakan harga minimum
Kebijakan harga minimum merupakan suatu sitem pengendalian
hatga yang bertujuan menstabilkan pendapatan para petani dan pada waktu
yang sama menjaga agar pendapatannya cukup tinggi. Permintaan dan
penawaran barang pertanian sifatnya tidak elastis. Sebagai akibatnya
fluktuasi dalam penawaran akan menimbulkan fluktuasi harga yang sangat
besar dan mempengaruhi kestabilan pendapatan petani. Ketika produksi
dan penawaran sangat merosot, harga pertanian sangat melonjak dan
meningkatkan pendapatn petani, begitu juga sebaliknya. Ketidakstabilan
ini mendorong pelaksanaan kebijakan harga minimum. Walaupun
menstabilkan harga dan pendapatan merupakan tujuan utama kebijakan
tersebut, pada akhirnya hal tersebut membantu mengurangi fluktuasi
kegiatan keseluruhan ekonomi.
c. Asuransi Pengangguran
Sistem asuransi pengagguran adalah suatu bentuk jaminan sosial
yang dipraktekkan di kebanyakan negara-negara maju. Sistem ini pada
dasarnya mengharuskan tenaga kerja yang sedang bekerja untuk
membayar asuransi sebagai jaminan pendapatan sekiranya pada suatu
ketika terpaksa menganggur dan menerima sejumlah pendapatan yang
ditentukan ketika menganggur. Dengan adanya sistem asuransi
pengangguran, para penganggur akan menerima pendapatan yang
diperoleh dari dana asuransi pengangguran. Kebijakan ini mengurangi
kemerosotan perbelanjaan agregat dan pertambahan pengangguran pada
ketika resesi.

2. Kebijakan fiskal diskresioner adalah langkah-langkah dalam bidang


pengeluaran pemerintah dan dan perpajakan yang secara khusus membuat
perubahan ke atas sistem yang ada yang bertujuan untuk mengatasi masalah-
masalah ekonomi yang dihadapi. Bentuk kebijakan fiskal diskresioner :
a. Kebijakan fiskal mengembang, yang dilakukan ketika perekonomian
menghadapi masalah pengangguran.
b. Kebijakan fiskal mengerucut, yang dilakukan ketika masalah inflasi
sedang dihadapi dan perekonomian mencapai kesempatan kerja penuh dan
tingkat pengangguran sangat rendah.
Cara-cara yang dilakukan dalam kebijakan fiskal diskresioner :
1) Menambah pengeluaran pemerintah
2) Menurunkan pajak perseorangan dan perusahaan
3) Perubahan perbelanjaan dan pajak

B. Macam-Macam Kebijakan Fiskal


1. Macam-macam Kebijakan Fiskal Berdasarkan Sigi Teorinya
a. Pembiayaan Fungsional (Functional Finance): Pembiayaan fungsional
adalah kebijakan yang mengatur dan mempertimbangkan pengeluaran
pemerintah dari berbagai akibat tak langsung pada pendapatan nasional
dan bertujuan dalam peningkatan kesempatan kerja. 
b. Pengelolaan Anggaran (The Managed Budget Approach) : Pengelolaan
anggaran adalah mengatur pengeluaran pemerintah, hutang dan
perpajakan dalam mencapai ekonomi yang stabil. 
c. Stabilisasi Anggaran Otomatis (The Stabilizing Budget) : Stabilisasi
anggaran adalah kebijakan yang mengatur segala pengeluaran pemerintah
dengan pertimbangan manfaat dan besarnya biaya dari berbagai
pengeluaran dan program-program pemerintah. Tujuannya adalah
penghematan anggaran pemerintah. 
2. Macam-macam Kebijakan Fiskal Bedasarkan Jumlah Penerimaan dan
Pengeluaran
a. Kebijakan Anggaran Seimbang: kebijakan anggaran seimbang adalah
kebijakan yang menyusun jumlah penerimaan dan pengeluaran sama
besar, jadi penerimaan yang diterima pemerintah harus sama dengan
pengelurannya dan begitupun sebaliknya. Keuntungan kebijakan ini
adalah tidak perlu adanya lagi pinjaman baik dari dalam negeri dan luar
negeri, sedangkan kerugiannya adalah jika perekonomian negara dalam
keadaan kurang baik akan mengakibatkan ekonomi semakin memburuk
b. Kebijakan Anggaran Surplus: kebijakan anggaran surplus adalah
kebijakan yang disusun dengan pendapatan/penerimaan harus lebih besar
dari pada pengeluaran atau pengeluaran dengan sedikit tetapi
pendapatan/penerimaan banyak. ini digunakan untuk mencegah inflasi. 
c. Kebijakan Anggaran Defisit: kebijakan anggaran defisit adalah kebijakan
yang disusun dengan cara pengeluaran lebih besar dari pada
penerimaan/pendapatan. Ini berupakan kebalikan dari kebijakan anggaran
surplus. Kebijakan anggaran defisit dilakukan untuk mengurangi depresi
dan kelesungan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi tetapi
menyebabkan kekurangan anggaran. 
d. Kebijakan Anggaran Dinamis: kebijakan anggaran dinamis adalah
kebijakan yang disusun dengan cara  jumlah pengeluaran dan penerimaan
sama besar dan lama kelamaan jumlahnya makin bertambah. kebijakan ini
dilakukan untuk mengatasi kebutuhan yang terus bertambah sehingga
dibutuhkan jumlah yang besar. 

C. Instrumen Kebijakan Fiskal

Instrumen kebijakan fiskal adalah beberapa faktor yang menjadi perhatian


utama dalam proses pelaksanaan kebijakan fiskal. Faktor-faktor tersebutlah yang
akan diberikan stimulus ataupun tindak lanjut dalam bentuk tambahan ataupun
perubahan. Dan akhirnya dengan perubahan instrumen tersebut maka tujuan dari
kebijakan fiskal dapat tercapai dengan baik. Instrumen dari kebijakan fiskal pada
dasarnya adalah segala hal yang berkenaan dengan pengeluaraan negara dan juga
pendapatan negara yang dalam hal ini adalah pajak negara.

Lebih dalam lagi, yang pertama, adalah mengenai pengeluaran negara. Secara
umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu pembiayaan fungsional dan pengeluaran
anggaran. Pengeluaran negara dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap
pertumbuhan ekonomi negara. Dan disini peran pemerintah dalam menentukan
pengelolaan instrumen kebijakan fiscal sangat penting. Bagaimana pemerintah
dapat mengatur jumlah pengeluaran baik pembiayaan fungsional maupun
pengeluaran anggaran secara baik dan seimbang. Karena pada dasarnya jumlah
pengeluaran yang dibutuhkan oleh negara harus berbanding lurus dengan
kemampuan pendapatan negara. Jika tidak maka bisa terjadi defisit keuangan
yang nantikan akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi secara umum.

Instrumen dari kebijakan fiskal yang kedua adalah mengenai pajak. Pajak
akan memberikan dampak langsung yang sangat terasa pada roda perekonomian.
Penerapan pajak yang salah akan menyebabkan kemunduran perekonomian yang
sangat besar. Gambaran pengaruh pajak dalam kebijakan fiskal ini adalah jika
pajak diturunkan maka daya beli masyarakat akan menguat, dengan begitu sektor
perekonomian lain seperti industripun juga akan terpengaruh naik. Namun
resikonya adalah pendapatan negara akan turun karena pajak juga diturunkan.
Disisi lain jika pajak dinaikan juga akan berpengaruh langsung dengan makin
mahalnya harga di pasar. Dan disinilah kebijakan fiskal diterapkan untuk
mendapatkan langkah terbaik mengatasi keadaan ekonomi yang ada saat itu.

D. Kebijakan Fiskal dalam Mempengaruhi Permintaan Agregat

Perubahan-perubahan dalam Pembelanjaan Pemerintah

Ketika pembuat kebijakan mengubah jumlah uang yang beredar atau tingkat
pajak, kurva permintaan agregat bergeser karena perubahan tersebut
memengaruhi keputusan pembelanjaan perusahaan dan rumah tangga. Sebaliknya,
ketika pemerintah mengubah tingkat pembelanjaan berbagai barang dan jasa,
kurva permintaan agregat langsung bergeser karenanya.

Misalnya Departemen Pertahanan AS melakukan pemesanan senilai $20


miliar untuk membeli pesawat-pesawat tempur baru dari Boeing, perusahaan
pembuat pesawat terbesar. Pemesanan tersebut akan meningkatkan permintaan
barang permintaan barang yang diproduksi oleh Boeing, sehingga mendorong
perusahaan untuk mempekerjakan lebih banyak pekerja dan meningkatkan
produksi. Karena Boeing merupakan bagian dari perekonomian, maka kenaikan
permintaaan pesawat buatan Boeing muncul sebagai peningkatan agregat barang
dan jasa secara keseluruhan pada setiap tingkatan harga. Akibatnya kurva
permintaan agregat pun bergeser ke kanan.

Seberapa besar pengaruhnya $20 miliar dari pemerintah ini dalam menggeser
kurva permintaan permintaan agregat ? Kita mungkin langsung menduga bahwa
kurva permintaan agregat bergeser ke kanan tepat sebesar $20 miliar. Hal tersebut
tidaklah benar. Ada dua dampak ekonomi makro yang yang membuat ukuran
pergeseran kurva permintaan agregat berbeda dari perubahan pembelanjaan
pemerintah. Yang pertama adalah efek penggandaan, yaitu pergeseran kurva
permintaan mungkin dapat lebih besar daripada $20 miliar. Yang kedua yaitu
efek pembatasan paksa, menyatakan bahwa pergeseran permintaan agregat
mungkin dapat lebih kecil daripada $20 miliar.

Efek Penggandaan

Efek penggandaan yaitu pergeseran tambahan pada permintaan agregat yang


terjadi ketika kebijakan fiskal yang ekspansif menyebabkan pendapatan naik yang
menyebabkan pembelanjaan konsumen juga naik.

Ketika pemerintah membeli barang senilai $20 miliar dari Boeing, pembelian
tersebut disertai konsekuensinya. Dampak langsung dari meningkatnya
permintaan pemerintah adalah naiknya jumlah pekerja dan keuntungan yang
diterima Boeing. Lalu, ketika para pekerja pabrik Boeing mengetahui bahwa
pendapatan mereka naik dan pemilik pabrik mengetahui bahwa keuntungan
mereka akan naik, mereka kemudian menanggapi kenaikan pendapatan tersebut
dengan menaikkan pembelanjaan mereka untuk barang-barang konsumsi.
Akibatnya, pembelanjaan pemerintah dari Boeing secara tidak langsung juga
menaikkan permintaan produk dari perusahaan-perusahaan lain dalam
perekonomian. Karena setiap dolar yang dibelanjakan oleh pemerintah dapat
menaikkan permintaan agregat barang dan jasa sebanyak lebih dari satu dolar,
pembelanjaan pemerintah tersebut dikatakan mempunyai efek penggandaan
(multiplier effect) terhadap permintaan agregat.

Efek penggandaan ini berlanjut bahkan setelah “putaran pertama” tersebut.


Ketika pengeluaran konsumen naik, perusahaan yang memproduksi barang-
barang konsumen juga akan mempekerjakan lebih banyak orang dan memperoleh
lebih banyak keuntungan. Penghasilan dan keuntungan yang lebih besar ini akan
merangsang konsumen untuk berbelanja lebih banyak, dan demikian seterusnya.
Jadi, ada umpan balik yang positif saat meningkatnya permintaan menimbulkan
kenaikan pendapatan, yang kemudian akan lebih meningkatkan permintaan.
Ketika seluruh efek ini diperhitungkan sekaligus, efek total terhadap jumlah
permintaan barang dan jasa dapat menjadi jauh lebih besar daripada rangsangan
awalnya, yaitu pembelanjaan pemerintah yang lebih besar.

2…
pe
Tingkat m
Harga pe

$20 miliar

AD

Agregat Demand

1…kenaikan belanja pemerintah seb


miliar pad awalnya meningkatkan
permintaan agregat senilai $20 milia

Gambar di atas menggambarkan efek penggandaan dalam grafik. Kenaikan


pembelanjaan pemerintah sebesar $20 miliar pada awalnya akan menggeser kurva
permintaan agregat ke kanan dari AD1 ke AD2 tepat sebesar $20 miliar. Namun,
ketika konsumen menanggapinya dengan menambah pembelanjaan mereka, kurva
permintaan agregat akan bergeser lebih jauh lagi ke AD3.

Efek penggandaan yang muncul sebagai respons atas pengeluaran konsumen


ini dapat diperkuat lagi dengan adanya respons dari investasi terhadap
meningkatnya permintaan. Misalnya, Boeing mungkin akan menanggapi naiknya
permintaan pesawat dengan memutuskan untuk membeli lebih banyak peralatan
atau membangun pabrik baru. Pada kasus ini, permintaan yang lebih besar dari
pemerintah menyebabkan barang-barang investasi menjadi lebih banyak. Umpan
balik positif dari permintaan investasi ini terkadang disebut akselator investasi.

Efek Pembatasan Paksa

Efek penggandaan kelihatannya menunjukkan bahwa ketika pemerintah


membeli pesawat seharga $20 miliar dari Boeing, permintaan agregat yang
disebabkannya bisa bernilai lebih besar dari $20 miliar. Namun, di sisi lain
terdapat efek lain yang arah kerjanya berlawanan. Ketika peningkatan
pembelanjaan pemerintah memicu naiknya permintaan agregat berbagai barang
dan jasa, pada waktu yang bersamaan hal tersebut juga meningkatkan suku bunga,
sehingga pembelanjaan untuk investasi dan permintaan agregat berkurang.
Penurunan permintaan agregat yang terjadi akibat ekspansi fiskal meningkatkan
suku bunga disebut efek pembatasan paksa (crowding out effect).

Kenaikan permintaan pesawat terbang dari Boeing akan meningkatkan


pendapatan para pekerja dan pemilik perusahaan (dan, berkat adanya efek
penggandaan, perusahaan lain juga akan turut menikmati kenaikan pendapatan).
Begitu pendapatan meningkat, rumah tangga segera menyusun rencana untuk
membeli lebih banyak barang dan jasa sehingga mereka akan memilih untuk
menyimpan lebih banyak kekayaannya dalam bentuk yang lebih likuid. Karena
itu, kenaikan pendapatan yang bersumber dari ekspansi fiskal juga meningkatkan
permintaan uang.
Suku Bunga a. Pasar Uang Tingkat Harga

Jumlah uang beredar


$20

2…kenaikkan
pembelanjaanmeningka
tkan permintaan uang …
f2

f1
MD
2
Permintaan
uang , MD
0 Kuantitas uang yang Kuantitas uang 1… ketika kenaikkan
3… yang ditetapkan Fed pemerintah mening
meningkatkan suku permintaan agregat
bunga ekuilibrium

Dampak dari naiknya permintaan uang diperlihatkan pada gambar a. Karena


Fed tidak mengubah jumlah uang yang beredar, maka kurva penawaran tetap
berbentuk vertikal. Ketika kenaikan pendapatan menggeser kurva permintaan
uang ke kanan dari MD1 ke MD2, suku bunga harus meningkat dari r 1 ke r2 untuk
menjaga keseimbangan penawaran dan permintaan.

Kenaikan suku bunga tersebut kemudian akan mengurangi jumlah permintaan


barang dan jasa. Khususnya, karena melakukan peminjaman menjadi lebih mahal,
permintaan rumah baru dan barang-barang investasi untuk keperluan bisnis akan
turun. Jadi, ketika kenaikan pembelanjaan pemerintah meningkatkan permintaan
berbagai barang dan jasa, dalam waktu yang bersamaan hal tersebut juga dapat
membatasi investasi secara paksa. Efek pembatasan paksa mengimpaskan, paling
tidak sebagian dampak dari pembelanjaan pemerintah terhadap permintaan
agregat, sebagaimana ditunjukkan pada gambar b. Dampak awal dari kenaikan
pembelanjaan pemerintah adalah pergeseran kurva permintaan agregat dari AD1
ke AD2, tetapi begitu efek pembatasan paksa muncul, kurva permintaan agregat
tersebut terdorong kembali ke AD3.

Secara lebih ringkas, ketika pemerintah menambah pembelanjaannya sebesar


$20 miliar, permintaan agregat barang dan jasa bisa bertambah seilai lebih dari
$20 miliar, atau kurang dari itu, bergantung pada efek mana yang lebih besar,
penggandaan atau pembatasan paksa.

Rumus Penggandaan Pembelanjaan

Bagian penting dari rumus ini adalah kecenderungan konsumsi marginal


(marginal propensity to consume - MPC), bagian dari pendapatan berlebih yang
cenderung dibelanjakan alih-alih ditabung oeh rumah tangga.

Untuk memperkirakan dampak perubahan pembelanjaan pemerintah terhadap


permintaan agregat, kita telusuri dampak-dampaknya selangkah demi selangkah.
Prosesnya dimulai ketika pemerintah membelanjakan $20 miliar, yang berarti
pendapatan nasional juga naik sebesar angka tersebut. Kenaikan pendapatan
tersebut kemudian akan meningkatkan pembelanjaan konsumen sebesar MPC x
$20 miliar, yang selanjutnya akan menaikkan pendapatan para pekerja dan
pemilik perusahaan yang menghasilkan barang-barang konsumsi. Kenaikan dalam
pendapatan yang kedua kalinya ini juga semakin meningkatnya pembelanjaan
konsumen, yang kali ini sebesar MPCx(MPC x $20 miliar. Dampak umpan balik
ini berlangsung terus-menerus.

Faktor Penggandaan = 1(1 - MPC)

Rumus untuk faktor penggandaan ini menunjukkan suatu kesimpulan penting,


yaitu MPC yang lebih besar akan menghasilkan faktor penggandaan yang lebih
besar. Untu melihat kebenarannya, ingat bahwa faktor penggandaan muncul
karena pendapatan yang lebih tinggi mendorong pengeluaran konsumsi yang lebih
besar. Semakin besar MPC berarti semakin besar pengaruhnya terhadap
konsumsi, sehingga faktor penggandanya pun semakin besar

Perubahan-perubahan dalam Perpajakan

Perangkat kebijakan fiskal lainnya yang penting selain tingkat pembelanjaan


pemerintah yaitu tingkat pajak. Ketika pemerintah menurunkan pajak pendapatan
perseorangan, misalnya pendapatan bersih rumah tangga (setelah dipotong pajak)
akan langsung meningkat. Rumah tangga akan menabung sebagian dari tambahan
pendapatan tersebut, tetapi mereka juga akan membelanjakan sebagian lagi untuk
barang-barang konsumen. Karena pengurangan pajak ternyata turut menaikkan
pembelanjaan konsumen, maka pengurangan pajak dapat menggeser kurva
permintaan agregat ke sebelah kanan. Demikian sebaliknya, peningkatan tarif
pajak akan menekan pembelanjaan konsumen dan menggeser kurva permintaan
agregat ke kiri.

Besarnya pergeseran kurva permintaan agregat akibat perubahan pajak


tersebut dipengaruhi oleh efek penggandaan atau pembatasan paksa. Jika
pemerintah memotong pajak dan mendorong pembelanjaan konsumen,
penghasilan rumah tangga dan keuntungan perusahaan meningkat, yang
selanjutnya ikut mendorong belanja konsumen. Inilah efek penggandanya. Dalam
waktu yang sama, kenaikan pendapatan juga memperbesar permintaan uang, yang
kemudian cenderung meningkatkan suku bunga. Suku bunga yang lebih tinggi
membuat biaya peminjaman semakin tinggi, yang akan mengurangi pembelanjaan
untuk investasi. Inilah efek pembatasan paksanya. Pergeseran permintaan agregat
lebih besar atau lebih kecil daripada perubahan pajak itu sendiri, bergantung pada
efek mana yang lebih kuat.

Selain efek penggandaan dan pembatasan paksa, masih ada faktor penentu
penting linnya dari ukuran pergeseran permintaan agregat yang dipicu oleh
perubahn pajak, yaitu persepsi rumah tangga atas apakah perubahan pajak bersifat
permanen atau hanya sementara. Sebagai contoh, andaikan bahwa pemerintah
mengumumkan pemotongan pajak sebesar $1.000 per keluarga. Dalam
memutuskan berapa banyak dari pendapatan tambahan sebesar $1.000 yang akan
dibelanjakan, rumah tangga akan memikirkan berapa lama mereka bisa terus
memeperoleh pendapatan tambahan tersebut. Jika rumah tangga percaya bahwa
pemotongan pajak tersebut bersifat permanen, maka mereka akan menganggap
pendapatan tambahan itu sebagai arus pemasukan baru yang bisa dimanfaatkan
secara bebas untuk meningkatkan pembelanjaan mereka. Pada kasus ini,
pemotongan paja menimbulkan dampak yang lebih besar terhadap permintaan
agregat. Namun, jika rumah tangga percaya bahwa pemotongan pajak tersebut
sifatnya hanya sementara, mereka akan menganggap pendapatan tambahan itu
sebagai sedikit tambahan pada sumber keuangan mereka dan, akibatnya sedikit
saja yang mereka pakai untuk menambah pembelanjaan. Pada kasus ini,
pemotongan pajak menimbulkan dampak lebih kecil terhadap permintaan agregat.

Anda mungkin juga menyukai