Kelompok 5 (Analisis Break Even Point)
Kelompok 5 (Analisis Break Even Point)
Kelompok 5 (Analisis Break Even Point)
OLEH KELOMPOK 5 :
JURUSAN AKUNTANSI
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa
kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun
merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
2.1 Pengertian Break Even Point (BEP) 2
2.2 Komponen Biaya Dalam Perhitungan BEP 3
2.3 Penentuan BEP Secara Matematis dan Grafik 5
BAB III PENUTUP 13
3.1 Kesimpulan 13
DAFTAR PUSTAKA 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Break Even Point adalah titik dimana company/business dalam keadaan belum
memperoleh keuntungan, tetapi juga sudah tidak merugi. Dengan kata lain, pada
keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi
bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan
hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan
hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka
perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh memperoleh
keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus di
keluarkan.
Break Even point atau BEP dapat diartikan suatu analisis untuk menentukan
dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada
harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan
keuntungan/profit.
Break even point atau titik impas dapat pula diartikan sebagai suatu keadaan
dimana dalam operasi perusahaan, perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak
menderita rugi (penghasilan = total biaya). (Munawir, 1986). Menurut Rosyandi
(1985) break even pointmerupakan titik produksi dimana hasil penjualan akan
tepat sama dengan total biaya produksi.
Munawir (1986) menyatakan bahwa analisa break even point merupakan suatu
analisa yang ditujukan untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh
suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian
(keuntungan=0). Melalui analisa BEP dapat dibuat perencanaan penjualan,
sekaligus perencanaan tingkat produksi, agar perusahaan secara minimal tidak
mengalami kerugian. Selanjutnya karena harus untung berarti perusahaan harus
berproduksi di atas BEP atau titik impas. (Rosyandi, 1985). Dalam rangka
memproduksi atau menghasilkan suatu produk, baik barang maupun jasa,
perusahaan terkadang perlu terlebih dulu merencanakan berapa besar laba yang
ingin diperoleh. Artinya dalam hal ini besar laba merupakan prioritas yang harus
2
dicapai perusahaan, disamping hal-hal lainnya. Agar perolehan lebih mudah
ditentukan, salah satu caranya adalah perusahaan harus mengetahui terlebih dulu
berapa titik impasnya. Artinya perusahaan beroperasi pada jumlah produksi atau
penjualan tertentu sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian ataupun
keuntungan.
Analisis titik impas atau analisis pulang pokok atau dikenal dengan nama
analisis Break Even Point (BEP) merupakan salah satu analisis keuangan yang
sangat penting dalam perencanaan keuangan perusahaan. Analisis titik impas sering
disebut analisis perencanaan laba (profit planning). Analisis ini biasanya lebih
sering digunakan apabila perusahaan ingin mengeluarkan suatu produk baru.
Artinya dalam memproduksi produk baru tentu berkaitan dengan maslah biaya yang
harus dikeluarkan, kemudian penentuan harga jual serta jumlah barang atau jasa
yang akan diproduksi atau dijual kekonsumen.
Analisis BEP digunakan untuk mengetahui pada titik berapa hasil penjualan
sama dengan jumlah biaya. Atau perusahaan beroperasi dalam kondisi tidak laba
dan tidak rugi, atau laba sama dengan nol. Melalui titik BEP, kita akan dapat
mengetahui bagaimana hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan
dan volume kegiatan (penjualan atau produksi). Oleh karena itu, analisis ini juga
sering disebut dengan nama cost profit volume analysis.
Analisis BEP juga memberikan pedoman tentang berapa jumlah produk minimal,
yang harus diproduksi atau dijual. Tujuannya adalah agar perusahaan mampu
memperoleh keuntungan yang maksimal. Artinya dengan memproduksi sejumlah
barang dengan kapasitas produksi yang dimilikinya, perusahaan akan tahu batas
minimal yang harus dijual dan keuntungan maksimal yang diperoleh apabila
diproduksi secara penuh.
3
persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan
penjualan dalam unit.
2. Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh
volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time)
sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya
sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap
dikeluarkan.
3. Semi Varibel Cost
Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian
tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong
jenis ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi
salesman ini tetap unutk range atau volume tertentu, dan naik pada level yang
lebih tinggi
Apabila perusahaan mempunyai biaya variabel saja, maka tidak akan muncul
masalah break even point dalam perusahaan tersebut. Masalah break even point
baru akan muncul apabila suatu perusahaan disamping mempunyai biaya variabel
juga mempunyai biaya tetap. Besarnya biaya variabel secara totalitas akan berubah-
ubah sesuai dengan volume produksi perusahaan, sedangkan besarnya biaya tetap
sacara totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada perubahan volume
produksi. Karena adanya unsur biaya variabel disuatu sisi dan unsur biaya tetap
disisi lain maka suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu menderita
kerugian karena penjualan hanya menutupi biaya tetap. Ini berarti bahwa bagian
dari hasil penghasilan penjualan yang tersedia hanya cukup untuk menutupi biaya
tetap tetapi tidak cukup menutupi biaya variabelnya. Volume penjualan dimana
penghasilan total sama besarnya dengan biaya totalnya, sehingga perusahaan tidak
mencapai laba atau keuntungan dan tidak menderita kerugian disebut Break Even
Point.
Analisa break even point memberikan penerapan yang luas untuk menguji
tindakan-tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan alternatif-alternatif
atau tujuan pengambilan keputusan yang lain. Analisa break even point tidak hanya
semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja, akan
4
tetapi analisa break even point mampu memeberikan informasi kepada pimpinan
perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungan dengan
kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
5
b. Break even point dalam unit produk
Pada keadaaan titik impas laba operasinya sama dengan nol, sehingga akan
menghasilkan jumlah produk ( dalam satuan unit maupun satuan uang penjualan )
yang dijual mencapai titik impas ditambah biaya tetap.
3. Metode Grafis
Manajer dapat menggambarkan titik impas melalui grafis. Grafis titik impas
akan menunjukkan volume penjualan pada sumbu x atau garis horizontal dan
6
biaya akan terletak pada sumbu y atau garis vertikal. Sedangkan titik impas akan
terletak pada perpotongan antara garis pendapatan dan garis biaya. Garis sebelah
kiri garis impas menunjukkan sisi kerugian, sebaliknya sisi kanan menunjukkan
sisi laba usaha. Dengan menggunakan metode grafis manajer dapat menghindari
metode matematis pada waktu tingkat penjualan yang berbeda tengah
dipertimbangkan. Metode grafis akan membantu manajer dalam mengevaluasi
akibat perubahan volume tahun lalu dan dapat memproyeksikan volume penjualan
pada tahun yang akan datang.
Menurut Simamora grafis titik impas mempunyai beberapa hal penting yaitu
selama harga jual melebihi biaya variabel ( margin kontribusinnya positif),
maka penjualan yang lebih banyak akan menguntungkan perusahaan, baik
dengan meningkatkan laba ataupun mengurangi kerugian. Oleh karena itu,
perusahaan lebih baik tetap beroperasi karena kerugian mereka akan lebih besar
lagi jika perusahaan menghentikan atau menutup kegiatan usahanya, hal ini pada
umumnya sering terjadi pada bisnis musiman.
Contoh Perhitungan Break Even Point(BEP) :
PT. Laksamana Raja di Laut memiliki data biaya dan rencana produksi
seperti berikut ini :
1. Biaya Tetap sebulan adalah sebesar Rp. 140.000.000,00 yaitu terdiri dari :
a. Biaya Gaji Pegawai + Pemilik = Rp. 75.000.000,00
b. Biaya Penyusutan Mobil Kijang = Rp. 1.500.000,00
c. Biaya Asuransi Kesehatan = Rp. 15.000.000,00
d. Biaya Sewa Gedung Kantor = Rp. 18.500.000,00
e. Biaya Sewa Pabrik = Rp. 30.000.000,00
2. Biaya Variabel per Unit Rp. 75,000.00 yaitu terdiri dari :
a. Biaya Bahan Baku = Rp. 35.000,00
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung = Rp. 25.000,00
c. Biaya Lain = Rp. 15.000,00
3. Harga Jual per Unit Rp95.000,00
4. Kapasitas produksi penuh 15.000 unit
Dari data PT. Laksamana Raja di Laut tersebut dapat dihitung (break Even
Point (BEP) sebagai berikut:
7
1. Metode Persamaan
Di mana:
BEP (Rupiah) = Break Even Point dalam Rupiah
a = Biaya Tetap
bx = Biaya Variabel per Unit x Kapasitas produksi Penuh
px = Harga Jual per Unit x Kapasistas Produksi Penuh
8
Di mana:
BEP (Rupiah) = Break Even Point dalam
Rupiah a = Biaya Tetap
b = Biaya Variabel per Unit
p = Harga Jual per Unit
9
3. Metode Grafik
Dalam menentukan titik Break Even Point (BEP) menggunakan metode grafis
dapat dilakukan dengan beberapa langkah yaitu:
a. Tentukan sumbu x (harga) dan sumbu y (produksi).
b. Gambarkan garis biaya tetap
c. Gambarkan garis biaya variable yang diawali pada posisi biaya tetap
d. Gambarkan garis penjualan yang dimulai dari tiitk nol
e. Perpotongan antara garis biaya variable dengan garis penjualan adalah titik
BEP.
Dalam kasus ini terdapat data-data sebagai berikut:
Biaya tetap : Rp. 140.000.000,00
Biaya variabel/unit : Rp. 75.000,00
Harga jual per unit : Rp. 95.000,00
Kapasitas Penuh : 15.000 unit
Maka dapat digambarkan Break Even Point (BEP) dalam bentuk grafis sebagai
berikut:
10
Keterangan:
FC : Biaya Tetap dalam produksi penuh
VC : Biaya Variabel dalam produksi
penuh S : Penjualan dalam produksi penuh
Jumlah yang tertera dalam grafik, baik itu harga maupun jumlah produksi
diasumsikan dalam ribuan rupiah.
Dalam menghitung Break Even Point (BEP) kita dapat menggunakan metode
persamaan, metode kontribusi unit, maupun metode grafis. Apapun metode yang
kita gunakan hasilnyasama. Contoh kasus di atas telah membuktikan ketiga
metode yang digunakan menghasilkan Break Even Point (BEP) rupiah sebesar Rp
665.000.000,00 dan unit sebesar 7.000 unit.
Dari hasil hitungan Break Even Point (BEP) PT. Laksamana Raja di Laut
tersebut menunjukkan bahwa apabila perusahaan mau mendapat keuntungan,
maka harus memproduksi atau menjual barang dalam jumlah di atas 7.000 unit
sampai batas kapasitas penuh yaitu 15.000 unit. Apabila perusahaan memproduksi
11
atau menjual produk di bawah jumlah 7.000 unit dipastikan perusahaan menderita
kerugian. Misalnya apabila perusahaan memproduksi sebanyak 8.000 unit maka
dapat dihitung sebagai berikut:
12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Break Even Point (BEP) merupakan suatu kondisi di mana suatu perusahaan
tidak mendapatkan keuantungan dan juga tidak mendapat kerugian. Analisa Break
Even Point (BEP) merupakan sebuah analisa untuk menentukan pada produksi
atau tingkat penjualan berapa sehingga suatu perusahaan berada pada posisi tidak
untung dan tidak rugi, atau dengan kata lain berada pada titik impas. Titik impas
atau titik Break Even Point (BEP) ini berguna bagi manajemen dalam membuat
keputusan bisnis, yaitu harus memproduksi atau menjual pada jumlah berapa
sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian. Sehingga manajemen tahu,
apabila ingin jumlah keuntungan tertentu maka harus memproduksi atau dapat
menjual suatu jumlah yang dihitung berdasarkan titik impas tersebut. Dalam
menetukan titik impas tidak lepas dari penggunaan asumsi-asumsi dasar yang
harus dipenuhi. Paling tidak ada empat hal yang harus dipenuhi agar dapat
menghitung titik impas, yaitu biaya tetap, biaya variable, harga jual per unit, dan
produksi/penjualan maksimum.
Analisis Break Even Point (BEP) mempunyai manfaat sebagai dasar
perencanaan produksi dan penjualan bagi manajemen.Akan tetapi di balik
kegunaannya, analisa ini juga menyimpan kekurangan-kekurangan berkaitan
dengan linierity, klasifikasi biaya, dan jangka waktu penggunaan. Metode
menghitung Break Even Point (BEP) ada beberapa cara, yaitu metode persamaan,
metode kontribusi unit, dan metode grafis. Ketiga metode apabila diterapkan akan
menghasilkan angka yang sama.
13
DAFTAR PUSTAKA
Maruta, Heru. (2018). Analisis Break Even Point (BEP) Sebagai Dasar
Perencanaan Laba Bagi Manajemen . Ejournal Stiesyariahbengkalis
https://media.neliti.com/media/publications/284443-analisis-break-even-
point-bep-sebagai-da-6781bf10.pdf, diakses pada 17 April 2022 pukul 10.03.
Admin. (2021). Break Even Point (BEP): Pengertian dan Cara Hitungnya. Rusdiono
Consulting. https://www.rusdionoconsulting.com/break-even-point/, diakses
pada 17 April 2022 pukul 11.11.
14