Proposal PKL
Proposal PKL
Proposal PKL
NPM : 19230620085
FAKULTAS PERTANIAN
2022
MANAJEMEN PAKAN SAPI POTONG
NPM : 19230620085
FAKULTAS PERTANIAN
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
NPM : 19230620085
Fakultas/Prodi : Pertanian/Peternakan
Menyetujui
Tanggal Persetujuan :
KATA PENGANTAR
khususnya kepada :
1. Bapak Ir. Edy Soenyoto, MMA selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
2. Bapak Amiril Mukmin S.Pt., M.P., M.Sc selaku Ketua Program Studi
Penulis menyadari bahwa proposal yang di susun ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan
dimasa mendatang dan semoga proposal ini dapat dijadikan sebagai syarat dalam
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iv
BAB I..............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3 Tujuan PKL..........................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................4
2.1. Sapi Potong........................................................................................................4
2.2. Manajeman Pakan..............................................................................................7
2.3. Konversi Pakan...................................................................................................9
2.4. PBBH.................................................................................................................10
BAB III..........................................................................................................................12
METODOLOGI..............................................................................................................12
3.1 Waktu Dan Lokasi............................................................................................12
3.2 Materi PKL.......................................................................................................12
3.3 Alat...................................................................................................................12
3.4 Metode............................................................................................................13
3.4.1 Pengamatan.............................................................................................13
3.4.2 Metode Wawancara.................................................................................13
3.4.3 Kegiatan PKL.............................................................................................13
3.5 Variable Yang Diamati.....................................................................................13
3.6 Analisa Data.....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
usaha yang cukup memadai bagi peternak. Usaha penggemukan sapi dapat
Tiga hal pokok yang perlu diperhatikan agar dapat menjadi peternak
sukses sehingga kelangsungan usaha ternak tersebut dapat berjalan. Ketiga hal
(manajemen), yang saling terkait sama lain dan saling melengkapi. Usaha untuk
dipekerjakan tetapi hanya diberi pakan dengan nutrien yang optimal untuk
Pakan yang diberikan kepada sapi potong harus memiliki syarat sebagai
pakan yang baik. Pakan yang baik yaitu pakan yang mengandung zat makanan
yang memadai kualitas dan kuantitasnya, seperti energi, protein, lemak, mineral,
dan vitamin, yang semuanya dibutuhkan dalam jumlah yang tepat dan seimbang
1
sehingga bisa menghasilkan produk daging yang berkualitas dan berkuantitas
Pakan yang diberikan kepada sapi potong pada umumnya terdiri atas
hijauan dan konsentrat. Hijauan merupakan pakan yang berasal dari tumbuhan
yang diberikan pada sapi potong dalam bentuk segar, sedangkan konsentrat
merupakan pakan penguat yang disusun dari biji-bijian dan limbah hasil proses
industri bahan pangan yang berfungsi meningkatkan nilai nutrisi yang rendah agar
memenuhi kebutuhan normal ternak untuk tumbuh dan berkembang secara sehat
(Akoso, 2009).
peluang terpenuhinya nutrien dan biayanya relatif murah, bisa juga terdiri atas
hijauan ataupun konsentrat saja. Apabila pakan terdiri atas hijauan saja maka
biayanya relatif murah dan lebih ekonomis, tetapi produksi yang tinggi sulit
tercapai, sedangkan pemberian pakan yang hanya terdiri atas konsentrat saja akan
Manajemen pakan yang baik yaitu yang memperhatikan jenis pakan yang
diberikan, jumlah pakan yang diberikan sesuai kebutuhan, imbangan hijauan dan
konsentrat, serta frekuensi dan cara pemberian pakan yang tepat. Berdasarkan hal
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Sentosa.
bahan pakan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga
kerja, dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging di
dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari Famili
Eropa, Afrika dan ke seluruh wilayah Asia. Menjelang akhir abad ke-19, sapi
Ongole dari India dimasukkan ke Pulau Sumba dan sejak saat itu pulau tersebut
merupakan salah satu genus dari Bovidae. Ada beberapa sapi jenis primitif yang
diternakan ialah sapi potong. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak
(Hartati, 2009). Sapi potong berasal dari daerah tropis memiliki kelebihan daya
rendah, dan mempunyai daya reproduksi yang baik dibanding kan dengan sapi
4
Produktivitas sapi potong dipengaruhi oleh genetik, pakan yang
bangsa sapi modern seperti tipe potong-perah, tipe potong-kerja, tipe perah
Beberapa jenis sapi potong yaitu seperti sapi Limousin, Madura, Angus,
dan jenis sapi Pegon atau sapi campuran dari Limousin dengan Angus. Sapi
Limousin merupakan salah satu jenis sapi potong yang sedang dikembangkan di
Indonesia. Sapi Limousin berasal dari benua Eropa yang banyak ditemukan di
(PO), Brahman, Hereford dan jenis sapi lainnya (Syamsul dan Ruhyadi, 2012).
Sapi Peranakan Limousin juga memiliki ukuran tubuh yang besar, dengan
berat badan yang berbeda antara jantan dan betina. Sapi jantan dewasa memiliki
bobot badan 1.100 kg dan sapi betina 575 kg serta pertambahan bobot badan
yang optimal dan menghasilkan bobot karkas yang tinggi. Bobot hidup akan
mempengaruhi bobot karkas, bobot karkas berhubungan dengan luas urat daging
mata rusuk, luas urat daging mata rusuk bukanlah satu-satunya indikator yang
mempengaruhi bobot karkas. menurut Soeparno (2009), bobot karkas dapat juga
5
Sapi Madura merupakan salah satu ternak lokal Indonesia yang
mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan. Tubuh dan tanduknya relatif
lebih kecil dibandingkan dengan sapi Bali. Warna bulu pada sapi jantan dan betina
cokelat muda, sedangkan pada bagian bawah lutut berwarna putih atau hampir
putih dan bobot badan sapi jantan mampu mencapai 249 kg, sedangkan betina 204
pada manajemen pemberian pakan, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas pakan.
Umumnya pemberian pakan yang dilakukan oleh peternak, baik secara kuantitas
nutrien pada ternak perlu dilakukan agar produk ternak yang dihasilkan lebih
optimal dan bisa menghasilkan daging yang lebih banyak (Abidin, 2008).
Jenis sapi potong dengan kualitas terbaik juga bisa didapatkan dari sapi
Angus. Jenis sapi Angus berasal dari Skotlandia yang mempunyai ciri khas kulit
hitam dengan bobot besar (Adinata, 2017). Tidak kalah dengan jenis sapi lainnya,
sapi Angus juga memiliki kualitas daging unggul bernutrisi tinggi. Daging sapi
Angus ini dipercaya mempunyai kandungan rendah lemak, serta serat yang padat.
Seperti halnya sapi Brahma, sapi Angus memiliki daya tahan tubuh yang tinggi
6
2.2. Manajeman Pakan
Ransum merupakan satu atau beberapa jenis pakan yang di berikan untuk
seekor ternak selama sehari. Pemberian ransum makanan pada sapi potong
pada umumnya terdiri atas hijauan dan konsentrat. Hijauan ada dua macam yaitu
hijauan segar dan hijauan kering. Hijauan segar adalah makanan hijauan yang
Makanan dalam hal ini diantaranya rumput segar, batang jagung muda,
kacang-kacangan dan rumput gajah. Hijauan kering adalah makanan yang berasal
dari hijauan yang dikeringkan, misalnya jerami padi. Konsentrat yaitu bahan
makanan yang konsentrasi gizinya tinggi tetapi kandungan serat kasarnya relatif
rendah dan mudah dicerna. Pakan konsentrat antara lain adalah dedak padi
(Anonim, 2013).
Pertumbuhan sapi akan cepat jika diberi makanan dengan jumlah yang
seimbang. Sapi dara yang kekurangan pakan dalam jangka waktu lama dapat
siklus birahi yang tidak normal dan anestrus (Hardjopranjoto, 1995). Pengaruh
7
kompleks, menyangkut sistem endokrin yang mempengaruhi fisiologi reproduksi
sesuai dengan jenis, umur, bobot badan, keadaan lingkungan dan kondisi
fisiologis ternak. Pakan harus mengandung semua nutrient yang dibutuhkan oleh
tubuh ternak, namun tetap dalam jumlah yang seimbang. Nutrien yang dibutuhkan
oleh ternak antara lain karbohidrat, lemak, protein, vitamin, air dan unsur
pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan pakan dan
2018).
kebuntingan maupun saat menyusui bagi induknya. Konsentrat ada dua macam
yaitu konsentrat sebagai sumber energi dan konsentrat sumber protein. Konsentrat
protein kasar kurang dari 20%, sedangkan dikatakan konsentrat sebagai sumber
protein karena mempunyai kadar protein lebih dari 20% (Prayitno et al, 2018).
8
Pemberian pakan dan minum biasanya 2 sampai 3 kali sehari, dengan
pemberian pakan konsentrat terlebih dahulu baru diberi hijauan. Pakan pokok
(basal) dapat berupa rumput, legum, perdu, pohon-pohonan serta tanaman sisa
panen, sedangkan pakan konsentrat antara lain berupa biji-bijian, bungkil, dan
bekatul (Umiyasih dan Anggraeny, 2007). Air minum diberikan secara adlibitum
dan harus diganti setiap hari, sehingga selalu mendapatkan air minum yang bersih
bahan kering pakan, baik dalam bentuk hijauan maupun konsentrat, presentase
kemampuan konsumsi bahan kering bagi ruminansia adalah 2-3% dari berat badan
kondisi ternak, daya cerna ternak, jenis kelamin, bangsa, kualitas dan kuantitas
9
Peningkatan nilai kecernaan dan efisiensi pemnafaatan nutrient dalam
proses metabolism di dalam jaringan tubuh ternak dipengaruhi oleh semakin oleh
semakin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak, hal ini di ikuti dengan
pertambahan bobot badan yang tinggi maka nilai konversi semakin rendah dan
2.4. PBBH
zat nutrisi yang terdapat dalam pakan menjadi daging. Pertambahan bobot badan
merupakan salah satu peubah yang dapat digunakan untuk menilai kualitas bahan
pakan yang diberikan, lingkungan, jenis kelamin, dan kepadatan ternak (Sandford
and Woodgate, 1979). Hasil ini sesuai dengan Hughes (1998) yang melaporkan
PBBH = W2 – W1
t2 – t1
cerna serat dan peningkatan laju alir mikroba penyerap protein. Hasil ini sesuai
10
dengan Gomez, Dudas dan Huber (1990), yang melaporkan bahwa probiotik dapat
pencernaan ternak berakibat meningkatnya daya cerna bahan pakan dan menjaga
kesehatan ternak.
2.5.
11
BAB III
METODOLOGI
2022 s/d 14 Mei 2022. Kegiatan PKL ini berlokasi di perusahaan PT. Sedana
Kabupaten Jombang.
(PKL) ini adalah sistem pengolahan/produksi pakan per hari dan juga komposisi
ransumnya, menghitung sisa pakan per hari, jumlah sapi potong yang akan
bobot badan sapi berdasarkan acuan perusahaan di PT. Sedana Peternak Sentosa
3.3 Alat
lainnya, wear pack, sepatu boods, alat tulis menulis, HP/ponsel untuk mengambil
gambar sebagai dokumentasi serta alat lainnya yang sifatnya kondisional untuk
12
3.4 Metode
3.4.1 Pengamatan
kegiatan perusahaan.
kegiatan.
13
menghitung bobot badan sapi secara rutin menurut prosedur dan ketentuan di
informasi yang diperoleh melalui wawancara, dokumentasi, diskusi, dan dari studi
14
DAFTAR PUSTAKA
Blakely, J. dan D. H. Bade. 1994. Ilmu Peternakan Cetakan ke-4. Gadjah Mada
University Press,Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh B.Srigandono).
http://bbibsingosari.com/variant/.
Darmono, 1993. Tata Laksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius Yogyakarta.
Haryanti, N.W. 2009. Ilmu nutrisi Dan Makanan Ternak Ruminansia. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Hughes, J. 1998. The Effect Of A High Strength Yeast Culture In The Diet Of
Early Weaned Calves. Anim. Prod. 46, 526.
Peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/wartazoa/wazol162-4.pdf.
Mc Cullough, K.G. 1973. The african elephants deficient in essential fatty acids.
Nature. 242: 267-268.
15
foranimal production food safety. Animal Production Food Safety
Working Group. World Organization for Animal Health (OIE), Paris.
Parker, R. B., 1974. Probiotics The Other Half of Antibiotic Story. Animal
Nutrition Health. 29:4-8.
Pond, W.G., D.C. Church, and K.R. Pond. 1995. Probiotics in clinical practice: a
critical review of the evidence. Nutrien. Research 21 (2001) 343-353.
Sanford, P.C. dan F.G. Woodgate. 1979. The Domestic Rabbit. 3nd Edition.
Granada Publishing Inc. London.
Susilawati, T. 2017. Sapi Lokal Indonesia. Jawa Timur dan Bali. Universitas
Brawijaya Press.
Sutardi, T. 1990. Landasan Ilmu Nutrien Departemen Ilmu Makanan Ternak. IPB,
Bogor.
16
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S.
Lebdosukojo, 1996. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-4. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
17