Askep BBL

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA BAYI BARU LAHIR

OLEH

NAMA NIM
ENOSIUS YOSEPH 225202000439
MATHEUS L. LARO 225202000486

YAYASAN ST. LUKAS KEUSKUPAN MAUMERE

AKADEMI KEPERAWATAN ST. ELISABETH LELA

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyusun laporan pendahuluan keperawatan
medikal bedah ini.
Penulis menyadari semua kekurangan dan keterbatasan yang ada, sehingga
dalam mengerjakan makalah ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, serta
dukungan dari berbagai pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan laporan
pendahuluan ini.
Oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan
ucapan terimakasih yang berlimpah kepada :
1. Ibu Maria Kornelia Ringgi Kuwa, S. ST., M. Kes selaku Direktur Akademi
Keperawatan Santa Elisabeth yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menimbah ilmu di civitas akademika ini.
2. Ibu Elfirida Nona Ferni, S.ST, M. Kes selaku dosen pengampuh mata kuliah
keperawatan maternitas dan sebagai pembimbing penyusunan laporan
pendahuluan asuhan keperawatan maternitas pada bayi baru lahir.
3. Orang tua, kakak, adik, yang selalu memberi dukungan dan motivasi kepada
penulis.
4. Teman-teman seperjuangan yang selalu memberi dukungan dan membantu
penulis dalam menyelesaikan laporan pendahuluan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu segala kritikan dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan dari pembaca demi kesempurnaan laporan pendahuluan ini. Semoga
laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Maumere, Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................2
KATA PENGANTAR......................................................................................3
DAFTAR ISI....................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................5
B. Tujuan Penulisan.......................................................................................6

BAB II KONSEP TEORI


A. Konsep Bayi Baru Lahir............................................................................7
B. Konsep Asuhan Keperawatan Bayi Baru Lahir.........................................17

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................28
B. Saran..........................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan, perkembangan dan
peningkatan kualitas hidup anak merupakan upaya penting untuk masa depan.
Upaya kelangsungan hidup, perkembangan dan peningkatan kualitas anak
berperan penting sejak masa dini kehidupan, yaitu dalam kandungan, bayi dan
anak balita. Kelangsungan hidup anak sendiri dapat diartikan bahwa anak tidak
meninggal pada awal – awal kehidupannya, yaitu tidak mencapai satu tahun
atau usia di bawah lima tahun (Anik, 2010).
Kelangsungan hidup anak ditujukkan dengan Angka Kematian Bayi
( AKB). Kematian bayi adalah kematian yang terjadi setelah bayi lahir sampai
bayi belum berusia 1 tahun. Menurut World Health Organization (WHO)
Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup untuk
tahun 2012. Pada tahun 1990 silam, AKB secara global sebesar 63 per 1.000
kelahiran hidup. Menurut laporan WHO pada tahun 2000, Angka Kematian
Bayi ( AKB ) di dunia 54 per 1.000 kelahiran hidup kemudian tahun 2006
menjadi 49 per 1.000 kelahiran hidup ( Wijaya, 2010 ).
Menurut survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001, Angka
kematian bayi baru lahir (umur 0 – 28 hari) adalah 20 per 1000 kelahiran
hidup. Angka kematian bayi dan balita adalah tertinggi di negara ASEAN
(Anik, 2010). Sedangkan menurut survei demografi kesehatan Indonesia
( SDKI ) pada tahun 2003 adalah 20 per 1.000 kelahiran hidup dan pada tahun
2012 adalah 19 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2017 adalah
15 per 1.000 kelahiran hidup.
Menurut SDKI di NTT pada tahun 2011 angka kematian bayi baru lahir
sebesar 12,8 per 1.000 kelahiran hidup, pada tahun 2012 terjadi peningkatan
angka kematian bayi sebesar 15,1 per 1.000 kelahiran hidup dan pada tahun
2013 sebesar 13,5 per 1.000 kelahiran hidup.
SDGs bertujuan untuk mengakhiri kemiskinan, menjamin kehidupan
sehat, mempromosikan pendidikan dan memerangi perubahan iklim. Salah satu
tujuan SDGs adalah mengakhiri kematian yang dapat dicegah pada bayi baru
lahir dan balita di tahun 2030. Dalam menerjemahkan tujuan SDGs
kementerian kesehatan menargetkan penurunan angka kematian neonatal
setidaknya hingga 12 per 1.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis akan melakukan asuhan
keperawatan maternitas pada bayi baru lahir.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan maternitas pada bayi
baru lahir.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mengetahui:
a. Konsep Dasar Teori Keperawatan Maternitas Pada Bayi Baru Lahir
b. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Bayi Baru Lahir
c. Pengkajian, Analisa Data, Perumusan Diagnosa Keperawatan, Intervensi,
Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Bayi
Baru Lahir.
BAB II

KONSEP TEORI

A. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir


1. Pengertian

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang
sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus
dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan
ekstrauterin.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 –
42 minggu dengan berat badannya 2.500 – 4.000 gram ( Ibrahim, 1984 ).
Bayi baru lahir adalah bayi 0 bulan sampai usia 4 minggu, biasanya
dengan usia gestasi 38 – 42 minggu (Wong, 1996 ). Sedangkan menurut
Arkanda neonatus adalah :
a. Bayi yang lahir pada kehamilan 38 – 42 minggu,
b. Panjang 47 – 50 cm dengan berat badan lebih dari 2,5 kg,
c. Warna merah, segera setelah lahir tangisnya kuat, adanya gerak
gerakan bayi, tonus ototnya kenyal dan kekar.
Jadi bayi baru lahir adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran
dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri ke kehidupan ekstra
uteri.

2. Ciri – ciri Bayi Lahir Normal


a. Lahir aterm antara 37 – 42 minggu.
b. Berat badan 2.500 – 4.000 gram.
c. Panjang badan 48 – 52 cm.
d. Lingkar dada 30 – 38 cm.
e. Lingkar kepala 33 – 35 cm.
f. Lingkar lengan 11 – 12 cm.
g. Frekuensi denyut jantung 120 – 160 x/menit.
h. Pernapasan ± 40 – 60 x/menit.
i. Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan subkutan yang
cukup.
j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna.
k. Kuku agak panjang dan lemas.
l. Nilai APGAR > 7.
m. Refleks rooting ( mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada
pipi dan daerah mulut ) sudah terbentuk dengan baik.
n. Refleks sucking ( isap dan menelan ) sudah terbentuk dengan baik.
o. Refleks morro ( gerakan memeluk bila dikagetkan ) sudah terbentuk
dengan baik.
p. Refleks gasping (menggenggam) sudah baik.
q. Genitalia
1. Pada laki – laki ditandai dengan testis yang berada pada skrotum
dan penis yang berlubang.
2. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra
yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora.
r. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24
jam pertama setelah kelahiran dan berwarna hitam kecokelatan.

Tanda Nilai : 0 Nilai : 1 Nilai : 2

Appearance Pucat / biru Tubuh merah, Seluruh tubuh


(warna kulit ) Seluruh tubuh. ekstermitas kemerahan.
biru

Pulse ( denyut Tidak ada < 100 ˃ 100


Jantung )

Grimace ( tonus Tidak ada Ekstermitas Gerakan aktif


sedikit fleksi
Otot )

Activity Tidak ada Sedikit gerak Langsung


( aktifitas ) menangis

Respiration Tidak ada Lemah / tidak Menangis


( pernapasan ) teratur.

Tabel 1.1 Tanda APGAR


3. Tahapan Bayi Baru Lahir
a. Tahap I terjadi segera setelah lahir, selama menit – menit pertama
kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem sistem scoring APGAR.
b. Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap ini
dilakukan pengkajian selama 24 jam terhadap adanya perubahan
perilaku.
c. Tahap III disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam
pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh.
4. Adaptasi Fisiologis
Bayi baru lahir akan mengalami perubahan fungsi organ yang meliputi:
a. Sistem pernapasan
Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran
melalui plasenta, setelah bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru-
paru (setelah tali pusat dipotong). Rangsangan gerakan pernapasan
pertama terjadi karena beberapa hal berikut :
1) Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir
( stimulasi mekanik ).
2) Penurunan PaO₂ merangsang kemoreseptor yang terletak di
sinus karotikus ( stimulasi kimiawi ).
3) Rangsangan dingin di dareah muka dan perubahan suhu di
dalam uterus ( stimulsdi sensorik ).
4) Refleks deflasi Hering Breur.
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30
menit pertama serelah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk
mempertahankan tekanan alveoli, selain karena adanya surfaktan, juga
karena adanya tarikan napas dan pengeluaran napas dengan merintih
sehingga udara bisa tertahan di dalam. Cara neonatus bernapas dengan
cara bernapas diafragmatik dan abdominal, sedangkan untuk frekuensi
dan dalamnya bernapas belum teratus.
b. Peredaran Darah
Di dalam rahim darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi berasal
dari plasenta masuk ke dalam tubuh janin melalui vena umbilikus.
Ketika janin dilahirkan bayi menghirup udara dan menangis kuat.
Dengan demikian paru – paru akan berkembang, tekanan paru – paru
mengecil dan darah mengalir ke paru – paru, dengan demikian duktus
botali tidak berfungsi lagi, foramen ovale akan tertutup. Penutupan
foramen ovale terjadi karena adanya pemotongan dan pengikatan tali
pusat dengan proses sebagai berikut:
1) Sirkulasi plasenta terhenti, aliran darah ke atrium kanan
menurun, sehingga tekanan jantung menurun, tekanan rendah di
aorta hilang sehingga tekanan jantung kiri meningkat.
2) Resistensi pada paru – paru dan aliran darah ke paru – paru
meningkat, hal ini menyebabkan tekanan ventrikel kiri
meningkat ( Jumiarni, 1995 ).
Aliran darah pada hari pertama kehidupan adalah 4 – 5 liter per
menit/ m² ( Gessner, 1965 ). Aliran darah sistolik pada hari pertama
rendah yaitu 1,96 liter/menit/m² dan bertambah pada hari kedua dan
ketiga ( 3,54 liter/m² ) karena penutupan duktus arteriosus. Tekanan
darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh jumlah darah yang melalui
transfusi plasenta yang pada jam – jam pertama sedikit menurun, dan
naik lagi menjadi konstan kira – kira 85/40 mmHg ( Vivian, 2010 ).
c. Suhu
Empat mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru lahir
kehilangan panas tubuhnya.
1) Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang
kontak langsung dengan tubuh bayi ( pemindahan panas dari
tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung). Sebagai
contoh, konduksi bisa terjadi ketika menimbang bayi tanpa alas
timbangan, dan memegang bayi saat tangan dingin.
2) Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya (jumlah
panas yang hilang bergantung pada kecepatan dan suhu udara).
Sebagai contoh, konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atau
menempatkan BBL dekat jendela atau membiarkan BBL di
ruangan yang terpasang kipas angin.
3) Radiasi
Panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya ke lingkungan
yang lebih dingin (pemindahan panas antara 2 objek yang
mempunyai suhu berbeda). Sebagai contoh, membiarkan BBL
dalam ruangan AC tanpa diberikan pemanas, membiarkan BBL
dalam keadaan telanjang, atau menidurkan BBL berdekatan
dengan ruangan yang dingin ( dekat tembok ).
4) Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan yang bergantung pada
kecepatan dan kelembapan udara dan aliran udara yang
melewati.
Kehilangan panas pada bayi, dapat di cegah dengan cara :
1) Keringkan bayi secara seksama.
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih yang kering dan
hangat.
3) Tutup bagian kepala bayi.
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayi.
5) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat (Vivian , 2010).
d. Metabolisme
Pada jam-jam pertama kehidupan, energi didapat dari perubahan
karbohidrat. Pada hari kedua, energi berasal dari pembakaran lemak.
Setelah mendapat ASI, sekitar hari keenam energi diperoleh dari
lemak dan karbohidrat.
e. Keseimbangan Air dan Ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar
natrium relatif lebih besar daripada kalium. Fungsi ginjal belum
sempurna karena:
1) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa,
2) Ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume
tubulus proksimal,
3) Renal blood flow relatif kurang.
f. Imunoglobin
Pada sistem imunologi Ig gamma A telah dapat dibentuk pada
kehamilan 2 bulan dan baru banyak ditemukan segera sesudah bayi
dilahirkan. Khususnya pada traktus respiratoris kelenjar liur sesuai
dengan bakteri dapat alat pencernaan, imunoglobolin G dibentuk
banyak dalam bulan kedua setelah bayi dilahirkan. Ig A, Ig D dan Ig E
diproduksi secara lebih bertahap dan kadar maksimum tidak dicapai
sampai pada masa kanak-kanak dini. Bayi yang menyusui mendapat
kekebalan pasif dari kolostrum dan ASI.

g. Sistem Integumen
Kulit bayi baru lahir sangat sensitif dan mudah mengelupas, semua
struktur kulit ada pada saat lahir tetapi tidak matur.Epidermis dan
dermis tidak terikat dengan erat dan sangat tipis, vernik keseosa juga
bersatu dengan epidermis dan bertindak sebagai tutup pelindung dan
warna kulit bayi berwarna merah muda (RI DepKes, 2005 ).
h. Hati
Segera setelah bayi lahir, hati menunjukan perubahan kimia dan
morfologis yang berupa kenaikan kadar protein dan penurunan kadar
lemak serta glikogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang, walaupun
dalam waktu yang agak lama. Enzim hati belum aktif pada waktu bayi
baru lahir, daya detoksifikasi hati pada neonatus juga belum
sempurna.

5. Penanganan Bayi Baru Lahir


Penanganan bayi baru lahir dimulai saat kala II proses persalinan,
diantaranya :
a. Penilaian apgar score (menangis kuat dan bayi bergerak aktif) pada
menit pertama dan menit kelima setelah bayi dilahirkan.
b. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya.
c. Mengganti handuk basah dengan handuk kering.
d. Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas perut Ibu (Utami, 2019).
e. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi.
Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada Ibu. Luruskan bahu
bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada – perut
Ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara Ibu dengan
posisi lebih rendah dari puting payudara Ibu.
f. Selimuti Ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala
bayi. Selanjutnya NaKes melakukan penanganan aktif kala III
g. Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit Ibu – Bayi (selama ±
1 jam). Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi
menyusui dini (IMD) dalam waktu 30 – 60 menit. Menyusu pertama
biasanya berlangsung sekitar 10 – 15 menit. Biarkan bayi tetap berada
di dada Ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
h. Lakukan penimbangan / pengukuran bayi, beri tetes mata antibotik
profilaksis, dan vitamin K1 1 mg IM di paha kiri anterolateral setelah
1 jam kontak kulit Ibu – Bayi.
i. Berikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah 1 jam pemberian
vitamin K1) di paha kanan anterolateral (Yusnah, 2018)

Menurut Prawirohardjo, (2002) tujuan utama perawatan bayi segera


sesudah lahir, adalah:
a. Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila
bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan
nafas dengan cara sebagai berikut :
1) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan
hangat.
2) Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.
3) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari
tangan yang dibungkus kassa steril.
4) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit
bayi dengan kain.
b. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu
badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya
tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat.
c. Memotong dan Merawat Tali Pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak
begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada
bayi kurang bulan. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi
dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Apabila masih
terjadi perdarahan dapat dibuat ikatan baru. Luka tali pusat
dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70% atau povidon iodin 10%
serta dibalut kasa steril. Pembalut tersebut diganti setiap hari dan atau
setiap tali basah / kotor. Sebelum memotong tali pusat, pastikan
bahwa tali pusat telah diklem dengan baik, untuk mencegah terjadinya
perdarahan.
d. Memberi Vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi baru lahir
normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari
selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K
parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg I.M
e. Memberi Obat Tetes / Salep Mata
Setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi
lahir. Pemberian obat mata eritromisin 0,5 % atau tetrasiklin 1%
dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia
( penyakit menular seksual ).
f. Memberikan HB 0
HB 0 perlu diberikan pada bayi baru lahir sesudah 12 jam bayi lahir.
Pemberian vaksin HB 0 bertujuan untuk memberikan kekebalan pada
bayi, mencegah infeksi hepatitis B (alodokter, 2018).
g. Identifikasi Bayi
1) Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat
penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi.
2) Alat yang digunakan hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus
tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas.
3) Pada alat atau gelang identifikasi harus tercantum : nama (bayi,
nyonya) tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama
lengkap ibu.
4) Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan
nama, tanggal lahir, nomor identifikasi.
h. Pemantauan Bayi Baru Lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui
aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan
bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong
persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan. Pemantauan 2 jam
pertama sesudah lahir meliputi :
1) Kemampuan menghisap kuat atau lemah
2) Bayi tampak aktif atau lunglai
3) Bayi kemerahan atau biru

6. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir


Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan
pada bayi. Resiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama
kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan
untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
Waktu pemeriksaan bayi baru lahir yaitu:
a. Baru lahir sebelum usia 6 jam
b. Usia 6-48 jam
c. Usia 3-7 hari
d. Minggu ke-2 pasca lahir
Langkah-langkah pemeriksaan:
a. Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak menangis)
b. Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernafasan dan
tarikan dinding dada bawah, denyut jantung serta perut
c. Selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelum dan
sesudah memegang bayi

Pemeriksaan Fisik yang Keadaan Normal


Dilakukan
Lihat postur, tonus dan aktivitas a. Posisi tungkai dengan lengan
fleksi
b. Bayi sehat dan bergerak aktif
Lihat kulit Wajah, bibir dan selaput lendir,
dada harus berwarna merah muda,
tanpa adanya kemerahan atau bisul
Hitung pernapasan dan lihat a. Frekuensi normal 40-60x/menit.
tarikan dinding dada bawah ketika b. Tidak ada tarikan dinding dada
bayi sedang tidak menangis bawah yang dalam.

Hitung denyut jantung dengan Frekuensi denyut jantung normal


meletakkan stetoskop di dada kiri 120-160x/menit.
setinggi apeks kordis.
Lakukan pengukuran suhu ketiak Suhu normal 36,5 °C - 37,5°C
dengan termometer
Lihat dan raba bagian kepala a. Bentuk kepala terkadang
asimetris penyesuaian pada saat
proses persalinan,
umumnya hilang dalam 48 jam.
b. Ubun-ubun besar rata atau tidak
menonjol, dapat sedikit
menonjol saat bayi menangis.
Lihat mata Tidak ada kotoran/secret

Lihat bagian dalam mulut a. Bibir, gusi, langit-langit utuh


masukkan satu jari yang dan tidak ada bagian terbelah.
menggunakan sarung tangan steril b. Nilai kekuatan isap bayi.
ke dalam mulut, raba langit-langit. Bayi akan mengisap kuat
jari pemeriksa.
Lihat dan raba perut Perut bayi datar, teraba lemas

Lihat tali pusat Tidak ada perdarahan,


pembengkakan, nanah, bau yang
tidak enak pada tali pusat,
atau kemerahan sekitar tali pusat
Lihat punggung dan raba Kulit terlihat utuh, tidak
tulang belakang terdapat lubang dan benjolan pada
tulang belakang
Pemeriksaan ekstremitas atas Tidak sindaktili, polidaktili,
dan bawah siemenline, dan kelainan kaki
(pes equino varus da vagus)
Lihat lubang anus. a. Terlihat lubang anus dan periksa
Hindari memasukkan alat atau jari apakah mekonium sudah keluar.
dalam memeriksa anus. b. Biasanya mekonium keluar
Tanyakan pada ibu apakah bayi dalam 24 jam setelah lahir.
sudah BAB

Lihat dan raba alat kelamin luar a. Bayi perempuan kadang terlihat
cairan vagina berwarna putih
Tanyakan kepada ibu apakah bayi
atau kemerahan.
sudah BAK
b. Bayi laki-laki terdapat lubang
uretra pada ujung penis. Teraba
testis di skrotum.
c. Pastikan bayi sudah BAK dalam
24 jam setelah lahir.
d. Yakinkan tidak ada kelainan alat
kelamin,misalnya hipospadia,
Rudimenter, kelamin ganda.
Timbang bayi. a. Berat lahir 2,5-4 kg
Timbang bayi dengan b. Dalam minggu I, BB mungkin
menggunakan selimut, hasil c. minggu pertama, BB
penimbangan dikurang berat (tidak melebihi 10% dalam
selimut. waktu 3-7 hari) kemudian naik
kembali.
Mengukur panjang dan lingkar a. Panjang lahir normal 48-52 cm
kepala bayi b. Lingkar kepala normal 33-37
cm
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
A. Pengumpulan data
1) Biodata Bayi
Nama :

TTL :

Usia : 0 – 28 hari

Jenis Kelamin : Perempuan / Laki - laki

2) Biodata Orangtua Bayi


Nama Ibu :

TTL :
Umur :
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan :
Pekerjaan :
Agama :
Status perkawinan :
Alamat :
Tanggal MRS :
Nama Ayah :
Umur :
Jenis kelamin : Laki - laki
Hubungan dengan pasien : Suami pasien
3) Riwayat Persalinan
 Riwayat kehamilan :
 Berat Badan Ibu :
 Tinggi Badan Bayi :
 Usia gestasi : 38 – 42 minggu ( Wong, 1996 )
 Tempat Persalinan : Fasilitas Kesehatan.

4) Keadaan Bayi Saat Lahir


a. Tanggal Lahir :
b. Jam Lahir :
c. Jenis Kelamin : Perempuan / Laki - laki
d. Kelahiran :
5) Nilai APGAR : 7 - 10

Tanda Nilai : 0 Nilai : 1 Nilai : 2

Appearance Pucat / biru Tubuh Seluruh


(warna kulit) Seluruh merah, tubuh
tubuh. ekstermitas kemerahan.
biru

Pulse ( denyut Tidak ada < 100 ˃ 100


Jantung )

Grimace Tidak ada Ekstermitas Gerakan


( tonus Otot ) sedikit aktif
fleksi

Activity Tidak ada Sedikit Langsung


( aktifitas ) gerak menangis

Respiration Tidak ada Lemah / Menangis


( pernapasan ) tidak
teratur.

6) Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Pernapasan : ± 40 - 60 x / menit.
Suhu : 36,5 – 37 °C
Berat Badan Lahir : 2.500 – 4.000 gram
Panjang Badan : 48 - 52 cm
Denyut Jantung : 120 – 160 x / menit.

7) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
 Kulit kepala: rambut keperakan, helai rambut satu-satu,
jumlah bervariasi. Kadang terdapat kaput suksedaneum:
bisa memperlihatkan adanya ekimosis.
 Bentuk dan ukuran: ukuran kepala bayi baru lahir
seperempat panjang tubuh, kadang sedikit tidak simetris
akibat posisi dalam rahim.
 Fontanel: fontanel anterior bentuk berlian, 2-5 sampai 4,0
cm. Fontanel posterior bentuk segitiga 0,5 sampai 1 cm.
Fontanel harus datar, lunak dan padat.
 Sutura: teraba dan tidak menyatu

b) Mata
 Letak: pada wajah dengan jarak antar mata masing-masing
1/3 jarak dari bagian luar kantus ke bagian luar kantus yang
lain.
 Bentuk dan ukuran: ukuran dan bentuk simetris, kedua bola
mata ukuran sama, refleks kornea sebagai respons terhadap
sentuhan, refleks pupil sebagai respon terhadap cahaya,
reflek berkedip sebagai respon terhadap cahaya atau
sentuhan.
 Gerakan bola mata acak, dapat fokus sebentar, dan dapat
melihat kearah garis tengah.
c) Hidung
Berada di garis tengah wajah, tampak tidak ada tulang hidung,
datar, lebar, terdapat sedikit mucus tetapi tidak ada lender yang
keluar.
d) Telinga
Terletak pada garis sepanjang kantus luar, terdiri dari tulang
rawan padat, merespon terhadap suara.
e) Mulut
Gerakan bibir simetris , gusi berwarna merah muda, palatum
lunak dan palatum keras utuh, uvula digaris tengah, terdapat
reflek menghisap, rooting dan ekstrusi.
f) Leher
Leher pendek, dikelilingi lipatan kulit dan tidak terdapat
selaput. Kepala terdapat digaris tengah. Muskulus
strenokleidomastoideus sama kuat dan tidak teraba massa,
bebas bergerak dari satu sisi ke sisi lain, terdapat reflek leher
tonik, reflek neck-righting dan
reflek orolith-ligthing.
g) Dada
Bentuk hampir bulat (sperti tong), gerakan dada simetris,
gerakan dada dan perut sinkron dengan pernapasan. Putting
susu menonjol dan simetris, nodul payudara sekitar 6 mm pada
bayi cukup bulan.
h) Abdomen
Bentuk abdomen bulat, menonjol, hati teraba 1-2 cm di bawah
batas iga kanan. Tidak teraba massa, tidak distensi. Bising usus
terdengar 1-2 jam setelah lahir.
i) Tali Pusat
Tali pusat kering, tidak ada perdarahan dan tidak ada
kemerahan di sekitar umbilikus.
j) Genetalia
1) Wanita: labia dan klitoris biasanya edema, labia minora
lebih besar dari labia mayora, meatus uretral di belakang
klitoris, vernika kaseosa di antara labia, berkemih dalam
24 jam.
2) Laki-laki: lubang uretra pada puncak glen penis, testis
dapat diraba di dalam setiap skrotum, skrotum biasanya
besar, edema, pendulus, dan tertutup dengan rugae,
biasanya pigmentasi lebih gelap pada kulit kelompok etnik
tertentu. Berkemih dalam 24 jam.
3) Periksa anus ada atau tidak menggunakan termometer
anus
k) Ekstremitas
Mempertahankan posisi seperti dalam rahim. Sepuluh jari
tangan dan jari kaki, punggung kuku merah muda, dengan
sianosis sementara segera stelah lahir. Fleksi ekstremitas atas
dan bawah. Telapak biasanya datar, ekstermitas simetris, nadi
brakialis bilateral sama.
l) Data Penunjang lainnya
Bayi menangis , bayi menangis, bayi sudah mulai disusui
setelah 2 jam kelahiran dan reflek menghisap bayi baik.
2. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang biasa dialami oleh neonatus :
a. Ketidakefektifan pola nafas
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif
c. Risiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan kontrol suhu
yang imatur ( Lilis, 2020 ).
d. Risiko infeksi pada tali pusat ( Jumiarni, 1995 )
e. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
refleks hisap yang tidak adekuat.
3. Intervensi

No. Dx. Tujuan dan Intervensi Rasional


Kep. Kriteria Hasil

a. Ketidakefektifan Tujuan : 1)Observasi adanya pucat 1)Sianosis menunjukkan


pola nafas Setelah dilakukan dan sianosis, adanya gangguan
tindakan 2)Pantau kecepatan, irama, pernafasan pada BBL,
keperawatan kedalaman dan usaha 2)Mengetahui
selama .... / menit respirasi, perkembangan keadaan
diharapkan pola 3) Auskultasi bunyi nafas, BBL,
nafas neonatus perhatikan area 3)Mengetahui adanya
kembali efektif. Penurunan / tidak kelainan dalam
Dengan kriteria adanya ventilasi dan pernafasan BBL,
hasil : adanya bunyi nafas 4)Untuk membersihkan
1)Kemudahan tambahan secret. Secret yang
bernafas dan 4)Lakukan pengisapan menumpuk dapat
kedalaman secret sesuai dengan mengakibatkan
inspirasi, kebutuhan. ketidakefektifan pola
5)Kolaborasi: Berikan
2)Ekspansi dada Non re-breathing mask nafas ,
Simetris, dengan oksigen ( K/P ). 5)Memenuhi kebutuhan
3)Tidak ada oksigen BBL.
penggunaan otot
bantu pernafasan,
4)Tidak ada bunyi
nafas tambahan,
5)Nafas pendek
tidak ada.

b. Bersihan jalan Tujuan : 1) Kaji keefektifan 1) Untuk mengetahui


nafas tidak efektif Setelah dilakukan pemberian oksigen. perkembangan kondisi
intervensi 2) Auskultasi bagian dada bayi dan untuk menentukan
keperawatan selama anterior dan posterior intervensi selanjutnya.
3 x 24 jam BBL 3) Pantau status oksigen 2)Untuk mengetahui
menunjukkan BBL jika SaO < 80 % adanya ventilasi dan
keefektifan jalan 4)Jelaskan pada orangtua adanya bunyi nafas
nafas dengan dan tentang penggunaan tambahan.
peralatan : O₂, suction,
kriteria hasil ; inhalasi. 3)Jika SaO < 80 %
1)BBL mudah untuk menandakan terjadinya
bernafas. hipoksia.
2)Kegelisahan, 4)Mengindikasikan adanya
sianosis, dan ketidakefektifan jalan
dispnea tidak ada . nafas.
3)RR dalam batas 5) Agar keluarga bayi lebih
batas normal. tenang dan tidak bertanya –
tanya.

c. Risiko tinggi Tujuan : 1)Pantau suhu paling sedikit 1)Pemantauan secara berkala
perubahan suhu tubuh Dalam waktu 1x24 setiap 2 jam, sesuai dapat membantu NaKes
berhubungan dengan jam setelah kebutuhan Suhu tubuh untuk mengetahui
kontrol suhu yang dilakukan intervensi bayi baru lahir mudah perubahan suhu yang
imatur. keperawatan tidak mengalami penurunan terjadi
terjadi perubahan dan kenaikan suhu, 2)Peningkatan suhu dapat
suhu tubuh dengan 2)Monitor tekanan darah, peningkatan TD, Nadi, dan
kriteria hasil ; nadi dan RR RR.
1)Suhu tubuh dalam 3)Monitor intake dan output 3)untuk mencegah dehidrasi
rentang normal 4)Selimuti pasien dan
2)Nadi dan RR 5)Jika BBL demam 4)untuk mencegah terjadinya
dalam rentang kompres dengan air hipotermi.
normal. hangat. 5)Kompres hangat dapat
3)Tidak ada 6)Tingkatkan sirkulasi membantu menurunkan
perubahan warna Udara. kenaikan tubuh.
kulit dan tidak ada
pusing, merasa
nyaman.

d. Risiko terjadinya Tujuan : 1)Pantau tanda – tanda 1) Mengetahui tanda infeksi


infeksi pada tali pusat Setelah dilakukan Infeksi, misalnya demam, secara dini
Intervensi penampilan luka. memungkinkan
keperawatan selama 2)Kaji faktor yang pencegahan terhadap
3 x 24 jam resiko meningkatkan serangan infeksi dan mengurangi
infeksi tidak menjadi infeksi (imun rendah, dan keparahan infeksi yang
aktual dengan malnutrisi). sudah terjadi.
kriteria hasil : 3)Pantau hasil laboratorium 2) Faktor pemberat dapat
(DPL, hitung granulosit mengakibatkan infeksi
1)BBL bebas dari absolut, hasil-hasil yg berkembang lebih cepat.
tanda dan gejala berbeda, protein serum, 3) Perubahan hasil
infeksi dan albumin). laboratorium
2)Jumlah leukosit 4)Ajarkan keluarga BBL mengidentifikasikan
dalam batas teknik mencuci tangan yg adanya infeksi .
normal. benar. 4) Cuci tangan dengan benar
5)Ajarkan kepada keluarga dapat mencegah transmisi
BBL tanda/gejala infeksi organisme.
dan kapan harus ke
pusat kesehatan.
6)Berikan terapi antibiotic
bila diperlukan.

e. Risiko nutrisi Tujuan : 1)Timbang BB setiap hari. 1) Agar NaKes dapat


kurang dari kebutuhan nutrisi 2)Anjurkan ibu untuk mengetahui BB bayi, dan
kebutuhan tubuh terpenuhi, dengan Menyusui setiap 2 – 3 jam untuk melakukan
berhubungan dengan kriteria hasil: dengan waktu menyusu intervensi jika BB bayi
refleks hisap yang 1) Penurunan BB 15 – 20 menit. mengalami penurunan >
tidak adekuat. tidak lebih dari 3)Observasi bayi terhadap 10 %.
10 % berat lahir. adanya masalah dalam 2) Menciptakan ikatan
2) Intake dan output pemberian ASI emosional antara Ibu dan
Nutrisi seimbang. (tersedak, daya hisap Bayi, agar nutrisi bayi
3) Tidak ada tanda- yang tidak adekuat ). terpenuhi.
tanda hipoglikemi. 3) Mengetahui penyebab
dari pemberian ASI
yang tidak adekuat.

4. Implementasi

No Implementasi

1 1) Mengobservasi adanya pucat dan sianosis,


2) Memantau kecepatan, irama, kedalaman dan usaha respirasi,
3) Melakukan auskultasi bunyi nafas,
4) Melakukan pengisapan secret sesuai dengan kebutuhan.

2 1) Mengkaji keefektifan pemberian oksigen.


2) Melakukan auskultasi bagian dada anterior dan posterior
3) Memantau status oksigen BBL jika SaO < 80 %
4) Menjelaskan pada orangtua dan tentang penggunaan peralatan : O₂, suction, inhalasi.

3 1) Memantau suhu paling sedikit setiap 2 jam, sesuai kebutuhan Suhu tubuh bayi.
2) Memakaikan pakaian yang kering dan bersih, menutupi kepala bayi dengan penutup kepala atau topi.
3) Mengganti popok tiap kali basah.
4) Memandikan bayi setelah 6 jam pertama kehidupan atau setelah tubuh bayi stabil.
5) Mempertahankan kehangatan tubuh bayi dengan metode kontak langsung ( kangaroo mother care ).
6) Melakukan monitor tekanan darah, nadi dan RR
7) Melakukan monitor intake dan output
8) Menyelimuti pasien dengan selimut hangat yang kering dan bersih.
9) Mempertahankan suhu ruangan agar tetap hangat.

4 1) Memantau tanda – tanda infeksi, misalnya demam, penampilan luka.


2) Mengkaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi (imun rendah, kurang menjaga kebersihan diri dan
malnutrisi).
3) Memantau hasil laboratorium (DPL, hitung granulosit absolut, hasil-hasil yg berbeda, protein serum, dan
albumin).
4) Mengajarkan keluarga BBL teknik mencuci tangan yg benar.
5) Mengajarkan kepada keluarga BBL tanda/gejala infeksi dan kapan harus ke pusat kesehatan.

5 1) Menimbang BB bayi setiap hari.


2) Mendorong Ibu untuk memberikan ASI secara dini dan eksklusif.
3) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayi sesuai kebutuhan, baik siang maupun malam hari ( 8 kali atau lebih
dalam 24 jam )
4) Mengobservasi bayi terhadap adanya masalah dalam pemberian ASI (tersedak, daya hisap yang tidak
adekuat ).
5) Menjelaskan kepada Ibu cara mendorong bayinya menyusui;
 Menyentuh bibir bayi dengan putingnya
 Menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar
 Memindahkan bayi dengan cepat ke arah payudaranya sehingga bibir bayi tepat di bawah puting.

5. Evaluasi
Evaluasi sumatif masing-masing diagnosa keperawatan secara teori adalah :
a. Pola nafas efektif
b. Bersihan jalan nafas efektif
c. Perubahan suhu ( Hipertermi atau hipotermi tidak terjadi )
d. Infeksi tidak terjadi
e. Nutrisi seimbang
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Asuhan keperawatan bayi baru lahir merupakan asuhan yang diberikan pada periode
neonatal ( 0 – 28 hari ). Bayi baru lahir adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran
dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri ke kehidupan ekstra uteri. Dalam
proses penyesuaian dirinya, BBL butuh penanganan yang tepat dan cepat. Penanganan BBL
diantaranya :
1. Membersihkan jalan nafas
2. Mempertahankan suhu tubuh bayi.
3. Memotong dan Merawat Tali Pusat
4. Memberi Vitamin K
5. Memberi Obat Tetes / Salep Mata
6. Identifikasi Bayi
7. Pemantauan Bayi Baru Lahir
Pemantauan 2 jam pertama sesudah lahir meliputi :
a) Kemampuan menghisap kuat atau lemah
b) Bayi tampak aktif atau lunglai
c) Bayi kemerahan atau biru.

B. SARAN
1. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Sebagai mahasiswa diharapkan senantiasa meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang lebih profesional
terkhususnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada bayi baru lahir. Mampu
menjalin komunikasi dan komunikasi yang baik antara sesama mahasiswa dan petugas
kesehatan lain (dokter, perawat, dan bidan ) agar proses pemberian asuhan keperawatan
dapat berjalan lancar.
Sebagai mahasiswa keperawatan diharapkan agar mampu memberikan motivasi dan
pendidikan kesehatan terkait penanganan bayi baru lahir kepada orangtua bayi serta
mampu mempertanggungjawabkan setiap tindakan keperawatan yang dilakukan dalam
catatan keperawatan.
2. Bagi Orangtua Bayi
Kepada orangtua bayi diharapkan agar senantiasa menjaga kehangatan suhu tubuh
bayi, memberikan ASI secara eksklusif, merawat tali pusat, mengganti popok atau celana
jika lembab atau basah.
DAFTAR PUSTAKA

Alomedika, 2018

Badan Litbangkes kementarian kesehatan. Riset Kesehatan Dasar 2007

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Nonatus Bayi dan Anak Balita. Jkaarta : Salemba
Medika

Fatmawati, Lilis. 2020. Diktat Keperawatan Maternitas Bayi Baru Lahir. Gresik

Kesehatan Dalam Kerangka Sustaiable Development Goals ( SDGs ), Kemenkes 2015

Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta : CV. Trans Info
Media.

NANDA edisi 11, Buku Kedokteran EGC.

Sri Mulyati, Jumiart Ilyas. 1994. Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta : EGC

Profil Kesehatan NTT 2013. DINKES NTT

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019, Kemenkes 2020

Yusnah, 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal ( APN ), 2008

Anda mungkin juga menyukai