Tipe Pelayan Geriatri

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 38

rEuERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

RUMAH SAKIT UMUM DAsnnH Dr. MoswaRDI


Jalan Ilolone I Su tarto No. 132 Surakarta Kode Pos 57 126 Telp. {027 lJ 634 634,
Faximile (0271) 637 412, Email : £Smoewardi jatengprov. go.id
Website : rsmoewardi.jatengprov.go.id

IIEPUTU SAN DIREKTUR RU MAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWAR DI


Nomor : 188.4/ 1 / 20 19

TENTANG

TIPE PELAYANAN GERIATRI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. M OEWARDI

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI


Menirnbang a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pasien
dengan geriatri, perlu ditetapkan Tipe Pelayanan Geriatri
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi;
b. bahwa Pelayanan Geriatri Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Moewardi ditetapkan untuk meningkatkan kualitas hidup,
kualitas pelayanan dan keselamatan pasien Geriatri;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan butir (a) dan (b) di atas perlu
ditetapkan Tipe Pelayanan Geriatri Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Moewardi dengan Keputusan Direktur.

Mengingat l . Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok


Kepegawaian;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;
6. Peraturan Menteri kesehatan Re publik Indonesia Nomor 79
Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri;
6. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah;
7. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2008
tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum
Daerah Dan Rumah Sakit Jiwa Daerah;
8. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor : 82 l .2/ 857/ 2017
tanggal 04 September 2017 tentang Penunjukan Pejabat
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Moewardi Provinsi Jawa Tengah menunjuk dr. Suharto
Wijanarko, Sp.BU NIP. 190 104071988121001 Wakil Direktur
Umum Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi sebe gai
Pejabat Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Moewardi Provinsi Jawa Tengah.

" /!': iJ( i - ‘i


MEMUTUS KAN

Menetapkan

KESATU TIPE PELAYANAN GERIATRI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


Dr. MOEWARDI
KEDUA Tipe Pelayanan Divisi Geriatri KSM Penyakit Dalam Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Moewardi sebagai pelayanan geriatri tipe
sempurna.
KETI GA
Tipe Pelayanan Geriatri Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Moewardi digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan
kegiatan sehari-hari

KEEMPAT
Kepu tusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Surakarta
Tanggal 05 Agustus 2019

Plt. DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


Dr. MOEWARDI PROVI N AWA TENCAH
Wakil Dire

SUHARTO WIJANARK O
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI
JI. Koi. Sutarto No. 132 Surakarta Kodepos 57126 Telepon (0271) 634634
Faksimile . (0271) 637412, Email

Nomor : 239/IPD/ VII/ 2019 Surakarta/'duli 2019


Sifat : Penting
Lampiran :1 Kepada Yth :
Bendel Direktur
Perihal : Permohonan SK RSUD Dr. Moewardi
Tipe Di
Pelayanan Geriatri
Surakarta
Dengan hormat,
Dalam rangka meningkatkan Pelayanan kesehatan di RSUD Dr. Moewardi
pada umumnya dan Divisi Geriatri KSM Penyakit Dalam pada khususnya. Dalam
rangka mewujudkan pelayanan Geriatri terpadu di RSUD Dr. Moewardi. Bersama ini
kami mengajukan usulan kepada Direktur RSUD Dr. Moewardi untuk menerbitkan
SK tipe pelayanan Divisi Geriatri KSM Penyakit Dalam di RSUD Dr. Moewardi
menjadi tipe sempurna sesuai dengan Permenkes No. 79 Tahun 2014 tentang
penyelenggaraan pelayanan Geriatri di RSUD Dr. Moewardi.

Demikian permohonan kami, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan


terima kasih.

KA. KSM PENYAKIT DALAM RSUD DR. MOEWARDI


ROVINSI JAWA TENGAH

dr.Tatar Sumandiar, Sp.PD.,K-PTI.,FINASIM


NIP. 19560814 198403 1 001

Tembusan

1. Ka.Bag. Humas
2. Arsip
MENTERI KESEHAT/\ N
RCPUBL IK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 79 TAHUN 2014

TENTANG

PENYELENGGARAAN PELAYANAN GERIATRI DI RUMAH SAKIT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa terjadi peningkatan populasi lanjut usia di


Indonesia yang dapat menimbulkan permasalahan
terkait aspek medis, psikologis, ekonomi, dan sosial
sehingga diperlukan peningkatan pelayanan
kesehatan terhadap warga lanjut usia;
b. bahwa dengan kondisi multi penyakit, berbagai
pentirunan fungsi organ, gangguan psikologis, dan
sosial ekonomi serta lingkungan pada warga lanjut
usia, pelayanan terhadap warga lanjut usia di rumah
sakit dilakukan melalui pelayanan geriatri terpadu
yang paripurna dengan pendekatan multidisiplin
yang bekerja secara interdisiplin;
c. bahwa untuk mewujudkan pelayanan geriatri terpadu
di rumah sakit diperlukan suatu pedoman dalam
penyelenggaraan pelayanan geriatri di rumah sakit;
d. bahwa berdasaritan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit;

Mengingat
1. Undang-Uridang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Xesejahteraan Lanjut Usia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 190,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3796);
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahim 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

3.UndangUndang...
MENTERI KEgE HATA N
REPUBLIK INDONESIA
-2 -
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang
Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan
Lanjut Usia (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 445 1);
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
129/Menkes / SK/11/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
229/Menkes/SK/VII/2012 tentang Pedoman
Pelayanan Psikogeriatri;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014
tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1221);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG


PENYELENGGARAAN PELAYANAN GERIATRI DI RUMAH
SAK1T.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:


1. Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam
puluh) tahun ke atas.

2. Geriatri .
MENTE R I KESEHATAN
RE PUBLIK If•IDONESIA

2. Geriatri adalah cabang disiplin ilmu kedokteran yang mempelajari


aspek kesehatan dan kedoktcran pada warga Lanjut Usia termasuk
pelayanan kesehatan kepada Lanjut Usia dengan mengkaji semua
aspek kesehatan berupa promosi, pencegahan, diagnosis, pengobatan,
dan rehabilitasi.
3. Psikogeriatri adalah cabang dari ilmu kedokteran jiwa yang
mempelajari masalah kesehatan jiwa yang menyangkut aspek
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif serta masalah psikososial
yang menyertai lanjut Usia.
4. Pasien Geriatri adalah pasien Lanjut Usia dengan mull penyakit
dan / atau gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial,
ekonomi dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan
secara terpadu dengan pendekatan Multidisiplin yang bekerja secara
Interdisiplin.
5. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripiirna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat.
6. Hendaya (HandicapJ adalah lcondisi Remunduran seseorang akibat
adanya ketunaan/kelainan dan/atau ketidakmampuan yang
membatasinya dalam memenuhi peran sosialnya yang normal
menurut umur, jenis kelamin serta faktor sosial, ekonomi dan budaya.
7. Rehabilitasi medik adalah pelayanan kesehatan terhadap gangguan
fisik dan fungsi yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi sakit,
penyakit ataupun cedera melalui paduan intervensi medik, keterapian
fisik, rehabilitatif, bio-psiko sosial dan edukasional untuk mencapai
kemampuan fungsional yang optimal.
8. Status Fungsional adalah kemampuan untuk mempertahankan
kemandirian dan untuk melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-
hari.
9. Multidisiplin adalah berbagai disiplin atau bidang ilmu yang secara
bersama-sama menangani penderita dengan berorientasi pada
ilmunya masing-masing.
10. Interdisiplin adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
berbagai disiplin/bidang ilmu yang saling terkait dan bekerja sama
dalam penanganan pasien yang berorientasi pada kepentingan pasien.

11.KlinUc..
MENTER I K ESEMTA N
REPUDt IK INDONESIA

11. Klinik Asuhan Siang (day care) adalah klinik rawat jalan yang
memberikan pelayanan rehabilitasi, kuratif, dan asuhan psikososial.
12. Hospice adalah pelayanan kepada pasien dengan penyakit terminal
dalam bentuk meringankan penderitaan pasien akibat penyakit
(paliatif), pendampingan psikis dan spiritual sehingga pasien dapat
meninggal dengan tenang dan terhormat.
13. Tim Terpadu Geriatri adalah suatu tim Multidisiplin yang bekerja
secara Interdisiplin untuk menangarii masalah kesehatan Lanjut Usia
dengan prinsip tata kelola pelayanan terpadu dan paripurna dengan
mendekatRan pelayanan kepada pasien Lanjut Usia.

Pasal 2

Pengaturan Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit


bertujuan untuk:
a. meningkatkan kualitas hidup, kualitas pelayanan, dan keselamatan
Pasien Geriatri di Rumah Sakit; dan
b. memberikan acuan dalam penyelenggaraan dan pengembangan
pelayanan Geriatri di Rumah Sakit.

BAB II
TINGKATAN PELAYANAN GERIATRI

(1) Pelayanan Geriatri diberikan kepada pasien Lanjut Usia dengan


Criteria:
a. memiliki lebih dari 1 (satu) penyakit fisik dan / atau psikis; atau
b. memiliki 1 {satu) penyakit dan mengalami gangguan akibat
penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan
lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
(2) Selain pasien Lanjut Usia sebagaimana dimaksud pada ayat (1},
pelayanan Geriatri juga diberikan kepada pasien dengan usia 70
(tujuh puluh) tahun ke atas yang memiliki 1 (satu) penyakit fisik
dan/ atau psikis.
(3} Pelayanan Geriatri sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dan ayat (2)
dilaksanakan secara terpadu dengan pendekatan Multidisiplin yang
bekerja secara Interdisiplin.

(1) Berdasarkan . .
MEr•TERI KESCf•tATAN
AEPUgL IK INDONESIA
- 5-

Pasal 4
(1) Berdasarkan kemampuan pelayanan, pelayanan Geriatri di Rumah
isakit dibagi menjadi:
a. tingkat sederhana;
b. tingkat lengkap;
c. tingkat sempurna; dan
d. tingkat paripurna.
(2) Tingkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
berdasarkan:
a. jenis pelayanan;
b. sarana dan prasarana;
c. peralatan; dan
d. ketenagaan.

BABHA
JEMGPEIAYAN
#

(1) Jenis pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas
rawat jalan dan kunjungan rumah (home carej.
(2) Jenis pelayanan Geriatri tingkat lengkap paling sedikit terdiri atas
rawat jalan, rawat inap akut, dan kunjungan rumah (home cared.

(4) Jenis pelayanan Geriatri tingkat paripiirna terdiri atas rawat jalan,
Klinils Asuhan Siang, rawat inap akut, rawat inap kronik, rawat inap
Psikogeriatri, penitipan Pasien Geriatri (respite cared , kunjungan
rumah (home care ), dan Hospice.

Pasal 6
Selain menyelenggarakan pelayanan Geriatri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5, Rumah Sakit dengan pelayanan Geriatri tingkat sempurna
dan tingkat paripurna, melaksanakan pendidikan, pelatihan, dan
penelitian serta kerjasama lintas program dan lintas sektor dalam rangka
pengembangan pelayanan Geriatri dan pemberdayaart masyarakat.

BABIV...
- 6-

BAB1V
PERSYARATAN

Bagian Kesatu
Lokasi

Pasal 7
(1) Pelayanan Geriatñ dilakukan secara rnandiri, terpisah dengan
pelayanan lainnya dl Rumah Sakit.
(2) Lokasi pelayanan Geriatri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
herd elcatan d en gan ru ang perawatan dan ruarg Reha bilitasi M edil‹
serta berdekatan dengan akses masuk Rumah Sakit.

Bagian Kedtia
Bangunan

Pasal 8
(1) Bangunan pelayanan Geriatri tingkat sedeThana paling sedikit terdiri
atas.
a. ruang pendaftaran /administrasi;
b. ruang tunggu;
c. ruang periksa, dam
d. ruang Tim Terpadu Geriatri.
(2) Ruang pendaftaran / administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a d apat berga bu ng ci enga n man g penda fts ran / adm jnistrasi lain
di Rumah Sakit.

Pasal 9
(1)
Bangunan pelayanan Geriatri tingkat lengkap paling sedikit terdiri
atas:
a. ruang pendaftaran /administrasi;
b. ruang tunggu;
c. ruang periksa;
d. ruang baiigsal Geriatri akut; dan
e. ruang Tim Terpadu Geriatri.
(2)
Ruang bangsal Geriatri akut sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1)
hturuf d terdiri atas ruang rawat inap dan ruang fisioterapi.

Pasal 10 .
— 7 -

Pasal 10
(1) Bangunan pelayanan Geriatri tingkat sempurna dan Geriatri tingkat
paripurna paling sedikit terdiri atas:
a. ruang pendaftaran /administrasi;
b. ruang tunggu;
c. ruang periksa;
d. ruang bangsal Geriatri akut;
e. ruang Klinik Asuhan Siang;
f. ruang bangsal Geriatri kronis;
g. ruang penitipan Pasien Geriatri (res pite caTej ,-
h. ru eng How pice care; dan
i. ruang Tim Terpadu Geriatri.
Ruang bangsal Geriatri akut sebagaimana dima ksud pada ayat (l)
huruf d terdiri atas ruang rawat inap dan ruang fisioterapi.

Pasal 1 I
(1) Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dim aksud dalam Pasal 7
sampai dengan Pasal I O, banguri an pelayanan Geriatri juga harus
memenuhi konstruksi bangunan yang sesuai dengan standar
keamanan, keselamatan, dan kesehatan Pasier Geriatri.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai bangunan pada pelayanan Geriatri
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkaia
dark Peraturan Menteri ini.

Bagian Ketiga
Peralatan

Pasal 12
(1) Peralatan pada pelayanan Geriatri meliputi peralatan untuk
pemeriksaan, terapi, dan latihan.
(2) Denis peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) disusun sesuai
tingkat an pelayanan Geriatri.
(3) Jumlah peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan

a. kebutuhan pelayanan;
b. rata-rata jumlah kunju ngan setiap hari;

c. angka . .
MW NTERI KES EHATAN
RTPUEL iK INDONESIA
-8-
c. angka rata-rata pemakaian tempat tidur/ Bed Occupanciy Rate
(BOR) bagi pelayanan rawat inap; dan
d. evaluasi kemampuan alat dan efisierisi penggunaan alat.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis peralatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Bagian Keempat
Ketenagaan

Pasal 13
(1) Ketenagaan dalam pelayanan Geriatri di Rumah Sakit terdiri atas
tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan yang bekerja bersama-
sama sebagai Tim Terpadu Geriatri.
(2) Tim Terpadu Geriatri sebagaimana dimaksud pada ayat (1] terdiri
atas ketua dan Coordinator pelayanan yang merangkap sebagai
anggota, dan anggota.
(3) Tim Terpadu Geriatri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk
oleh Kepala/ Direktur Rumah Sakit.
(4) Ketua Tim Terpadu Geriatri sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terdiri atas:
a. dokter spesialis penyakit dalam konsultan Geriatri, untuk
pelayanan Geriatri tingkat paripurna; atau
b. dokter spesialis penyakit dalam untuk pelayanan Geriatri tingkat
sederhana, lengkap, dan sempurna.
(4) Koordinator pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibentuk
sesuai dengan masing-masing pelayanan pada pelayanan Geriatri
tingkat sederhana, lengkap, sempurna, dan paripurna.

Pasal 14
Tim Terpadu Geriatri pada pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling
sedikit terdiri atas:
a. dokter spesialis penyakit dalam;
b. dokter spesialis lainnya sesuai dengan jenis penyalñt Pasien Geriatri;
c. dokter;
d. perawat yang telah mengikuti pelatihan keperawatan gerontik atau
pelatihan keterampilan inteligensia;

e. apoteker ...
- 9-

e. apoteker;
f. tenaga gizi;
g. fisioterapis ; dan
h. okupasi terapis .

Pasal 15
Tim Terpadu Geriatri pada pelayanan Geriatri tingkat lengkap paling
sedikit terdiri atas:
a. dokter spesialis periyakit dalam;
b. dokter spesialis kedoRteran fisik dan rehabilitasi;
c. dokter spesialis kedokteran jiwa/psikiater ;
d. dokter spesialis lainnya sesuai dengan jenis penyalcit Pasien Geriatiñ;
e. dokter,
f. perawat yang telah mengikuti pelatihan lceperawatan gerontik atau
pelatihan keterampilan intiligensia;
g. apoteker;
h. tenaga gizi;
i. fisioterapis ;
j. okupasi terapis
k. psikolog; dan
1. pekerja sosial.

Pasal 16
Tim Ter}aadu Geriatri pada pelayanan Geriatri tingkat sempurna paling
sedikit terdiri atas:
a. doliter spesialls penyakit dalam;
b. dokter spesialis lredokteran fisik dan rehabilitasi;
c. dokter spesialis kedokteran jiwa/ psikiater,
d. dokter spesialis lainnya sesuai dengan jenis penyakit Pasien Geriatri;
e. dokter,
f. peraivat yang telah mengikuti pelatihan keperawatan gerontik atau
pelatihan keterampilan inteligensia;
g. apoteker;
h. tenaga gizi;
i. fisiotcrapis;
j. oku pasi terapis;
It. terapis \vicara;
1. perekarn medis ;
m. psikolog; dan
n. pekerja sosial.

Pasal 17 . . .
Pasal 17
Tim Terpadu Geriatri pada pelayanan pelayanan Geriatri paripurna paling
sedikit terdiri atas.
a. dokter spesialis penyakit dalam konsoltan Geriatri ;
b. dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi ;
c. dokter spesialis kcdokteran jiwa / psikiater;
d. dokter spesialis lainnya sesuai dengan jenis penyakit Pasien Geriatri ;
e. dokter;
f. perawat yang telah mengikuti pelatihan keperawatan gerontik atau
pelatihan keterampilan intcligensia;
g. apoteker;
h. t.cnaga gizi;
i. fisioterapis;
j. okupasi terapis;
k. terapis wicara;
1. perekam rnedis;
m. psikolog; dan
n. pekerja sosial,
o. psikolog.

Pasal l8
Dalam melaksanakan pelayanan, Tim Terpadu Geriatri mengacu pada
uraiaii tugas sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

BAB V
ALUR PELAYANAN DAN SISTEM RUJUKAN

Pasal 19
(l) Pelayanan Geriatri diberilian sesuai dengan alur pelayanan Geriatri.
(2) Alur pelayanan Geriatri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidali terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 20
(1) Dalam hat Pasien Geriatri membutuhkan pelayanan Geriatri di luar
kemampuan tingkatan pelayanannya, Tim Terpadu Gerlatari
melakukan sistem rujukan.

(2) Sistem
- 11

(2) Sistem rujukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. rujukan internal adalah rujukan di dalam Rumah Sakit; atau
b. rujukan eksternal adalah rujukan antar fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

BAB VI
PRMANTAUAN DAN EVALUASI MUTU

Pasal 21
Tim Terpadu Geriatri wajib melakukan pemantauan dan evaluasi
mutu pelayanan Geriatri secara berkesinambungan untuk
mewujudkan keberhasilan pelayanan Geriatri bagi Pasien Geriatri.
(2) Pemantauan dan evaluasi mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dalam bentuk kegiatan pencatatan dan pelaporan.

Pasal 22
Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (0) paling sedikit
memuat:
a. lama Io ۥrawatan;
b. Status Fungsional,
c. kualitas hidup;
d. rawat iiiap ulang (rehospitulisasi), dan
e. kepuasan pasien.
(2) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditandatangani oleh
Ketua Tim Terpadu Geriatri.
(3) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat {3) dilaporkan secara
berkala paling lambat 1 (satu) tahun sekali kepada Kepala/ Dire lrtur
Rumah Sakit.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pencatatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak tcrpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

BAB VII ..
MENTE I I KES EMT/\ N
nc ueur iuoo^iEsi
— 12 -

BAB VII
PENGEMBANGAN PELAYANAN GERIATRI

Pasal 23
(1) Tim Terpadu Geriatri dapat melakukan upaya pengembangan
pelayanan Geriatri untuk mengantisipasi kompleksitas kasus penyakit
dari permasalahan kesehatan Pasien Geriatri serta kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan Geriatri yang aman, terjangkau, dan
bermutu.
(2) Upaya pengembangan pelayanan Geriatri sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan secara berkesinambungan dengan mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang Geriatri.
(3) Ruang lingkup pengembangan pelayanan Geriatri meliputi:
a. pengembangan sumber daya manusia;
b. pengembangan jenis pelayanan; dan/atau
c. pengembangan sarana, prasarana, dan peralatan.

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 24
(1} Menteri, Gubernur, Bupati /Walikota melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Menteri ini sesuai
dengan fungsi dan tugas, dan masing-masing.
(2) Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota dalam melakukan pembinaan
dan pengawasan sebagaimana dimkasud pada ayat (1) dapat
melibatkan organisasi profesi terkait.
(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1J
bertujuan untuk:
a. peningkatan mutu pelayanan Geriatri;
b. keselamatan Pasien Geriatri;
c. pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh
masyarakat;
d. pengembangan jangkauan pelayanan; dan
e. peningkatan kemampuan kemandirian Rumah Sakit.
(4) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui:
a. advokasi, sosialisasi, dan bimbingan teknis;

b. pelatihan . .
L. pelatihan dan peningkatan kapasitas keteiiagaan; dan / atau
c. pemantauaii dan evaluasi.
(5) Pengawasan terhadap pelaksanaan pelayanan Geriatri sesuai dengan
ketentuan Peraturan Menteri ini dan ketentuan peraturan perundang-
uiidangan terkait dilaksanakan oleh instansi dan/ atau petugas yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 25
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangk.an.

Agar setiap orang mengetaliuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 17 Oktober 2014

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

NAFSIAH MBOI

Diundangkaia di Jakarta
pada tanggal 29 Oktober 2014

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


Ls’E PURLIK I NOON ESIA,

ttd

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN HO 14 NOMOR 1752


MENTERI BE BEMTAM
RE PUDLIK INDONESIA
- 14

LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR 79 TAHUN 2014
TENTANG
PENYELENGGARAAN PELAYANAN
GERIATRI DI RUMAH SAKIT

PENYELENGGARAAN PELAYANAN GERIATRI DI RUMAH SAKIT

I. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,


kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan
perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata,
serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada
penduduk rentan antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia dan keluarga
miskin. Dampak keberhasilan pembangunan kesehatan ditandai
dengan meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya tingkat
kematian bayi dan ibu melahirkan. Berdasarkan data Biro Pusat
Statistik tahun 2014, umur Harapan Hidup (UHH) di Indonesia untuk
wanita adalah 73 tahun dan untuk pria adalah 69 tahun. Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional memproyeksikan umur harapan
hidup di Indonesia pada tahun 2025 dapat mencapai 73,6 tahun.
Upaya peningkatan kesejahteraan pada lanjut usia diarahkan untuk
memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif agar terwujud
kemandirian dan kesejahteraan. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah peningkatan pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit.
Dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit
yang berkualitas, merata dan terjarigkau maka pelayanan geriatri
harus dilakukan secara terpadu melalui pendekatan yang bersifat
interdisiplin oleh berbagai tenaga profesional yang bekerja dalam tim
terpadu geriatri. Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan
pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit dan untuk
mengakomodasi berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang pelayanan geriatri, perlu disusun penyelenggaraan pelayanan
geriatri di rumah sakit.
MENTEP I KESEHATA N
REPUBLIK INDONESTA
- 15 -

II. PRINSIP PELAYANAN GERIATRI

Mengingat berbagai kekhususan perjalanan dari penampilan penyakit


pada warga lanjut usia, maka terdapat dna prinsip utama yang harus
dipenuhi guna melaksanakan pelayanan kesehatan pada warga lanjut
usia yaitu pendekatan holistik serta tatakeria dan tatalaksana secara

A. PRINSIP HOLISTIK
Prinsip holistik pada pelayanan kesehatan lanjut usia meoyangkut
berbagai aspek, yaitu:
1. Seorang warga lanjut usia harus dipandang sebagai manusia
seutuhnya, meliputi juga lingkungan kejiwaan (psikologis) dan
sosial ekonomi. Aspek diagnosis penyakit pada pasien lanjut
usia menggunakan asesmen geriatri, meliputi seluruh organ,
sistem, kejiwaan dan lingkungan sosial ekonomi.
2. Sifat holistik mengandung arti secara vertikal man pun
horizontal. Secara vertikal berarti pemberian pelayanan harus
dimulai dari masyarakat sampai ke pelayanan rujukan tertinggi
(rumah sakit yang mempunyai pelayanan subspesialis geriatri}.
Secara horisontal berarti pelayanan kesehatan hams
merupakan bagian dari pelayanan kesejahteraan warga lanjut
usia secara menyeluruh. Oleh karenanya harus bekerja secara
lintas sektoral dengan dinas/lembaga terkait di bidang
kesejahteraan, misalnya agama, pendidikan dan kebudayaan
serta dinas sosial.
Untuk mengupayakan prinsip pelayanan holistik yang
berkesinambungan dan secara berjenjang (vertikal) mulai dari
masyarakat, puskesmas dan rumah sakit, kontinuitas
pelayanan kesehatan geriatri secara garis besar dapat dibagi
menjadi:
a. Pelayanan Kesehatan Warga Lanjut usia di Masyarakat
(Community Based Cie riatric Seruicej
Pada pelayanan ini, masyarakat harus diupayakan berperan
serta dalam menangani kesehatan para warga lanjut usia,
setelah diberikan pelatihan dan penambahan pengetahuan
secukupnya dengan berbagai cara antara Iain ceramah,
simposium, lokakarya dan penyuluhan-penytiluhan.
MENTEOI KESEN/\T/''N
REPUBLIK 1NDONESIA
- 16 -

Semua upaya kesehatan yang dilaksanakan yaitu pelayanan


dari masyarakat, oleh dan untuk masyarakat.
Puskesmas dan dokter praktek mandiri merupakan tulang
punggung layanan di tingkat ini. Masyarakat memantau
kondisi kesehatan warga lanjut usia di lingkungannya dan
menyampaikan permasalahan yang ada pada Puskesmas
setempat.

b. Pelayanan Kesehatan Warga Lanjut usia di Masyarakat


Berbasis Rumah Sakit (Hospital Based Community Geriatric
Seruke)
Pada pelayanan ini, rumah sakit yang telah melakukan
layanan geriatri bertugas membina warga lanjut usia yang
berada di wilayahnya, baik secara langsung atau tidak
langsung melalui pembinaan pada Puskesmas yang berada
di wilayah kerjanya. “Transfer of knowledge° berupa
lokakarya, simposium, ceramah-ceramah baik kepada
tenaga kesehatan ataupun kepada awam perlu
dilaksanakan. Di lain pihak, rumah sakit harus selalu
bersedia bertindak sebagai rujukan dari layanan kesehatan
yang nda di masyarakat.
Pelayanan kesehatan geriatri oleh puskesmas (puskesmas
based geriatric semiies), yaitu pelayanan kesehatan warga
lanjut usia yang diselenggarakan oleh puskesmas setempat.
Puskesmas merupakan unit terdepan dalam memberikan
pelayanan kepada masyai-akat dan bertindak sebagai
konsultan terhadap pelayanan kesehatan warga lanjut usia
di masyarakat, sehingga pasien lanjut usia yang sebelumnya
dirawat atau mendapat pelayanan di rumah sakit, setelah
kembali ke masyarakat menjadi tanggung jawab puskesmas.
Kegiatan di puskesmas meliputi upaya promotif, preventif,
dan kuratif sederhana sesuai dengan Pedoman Puskesmas
Santun Lanjut usia Bagi Petugas Kesehatan. Puskesmas
adalah perpanjangan tangan rumah sakit sehingga
diharapkan terdapat pembinaan dari institusi yang lebih
tinggi terhadap institusi yang lebih rendah di wilayah
kerjanya dalam bentuk kegiatan rujukan timbal balik.
MENTEP I KE SEMTA N
REPUBLIK INDONESIA
- 17 -

Kegiatan pelayanan kesehatan pada warga lanjut usia


diberikan di dalam gedung puskesmas maupun di luar
gedung.
Bentuk kegiatan pelayanan kesehatan di luar gedung
sebagai bentuk pelayanan yang proaktif dilaksanakan
melalui:
a. pelayanan kesehatan kelompok lanjut usia (Posyandu /
Posbindu Lanjut usia);
b. program perawatan warga lanjut usia di rumah (home
care) -,
c. pelayanan kesehatan di panti sosial tresna wredha.

c. Pelayanan Kesehatan Warga Lanjut usia Berbasis Rumah


Sakit (Hospital Based Geriatric Bernice)
Pada layanan ini, pelayanan kesehatan geriatri yang
dilaksanakan di rumah sakit dilakukan secara terpadu.
Rumah sakit menyediakan berbagai layanan bagi para
lanjut usia, mulai dari layanan sederhana berupa poliklinik
lanjut usia, sampai pada layanan yang lebih maju, misalnya
bangsal akut, klinik siang terpadu (dag hospit‹zl}, bangsal
kronis dan / atau panti rawat wredha (nursing home).
Disamping itu, rumah sakit jiwa juga menyediakan layanan
kesehatan jiwa bagi pasien lanjut usia dengan pola yang
sama. Pada tinglcat ini, sebaiknya dilaksanakan suatu
layanan terkait (con-yoint cure} antara unit geriatri rumah
sakit umum dengan unit psikogeriatri suatu rumah sakit
jiwa, terutama untuk menangani penderita gangguan fisik
dengan komponen gangguan psikis berat atau sebaliknya.
3. Pelayanan holistik harus mencakup aspek promotif, pencegahan
(preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif).

B. PRINSIP TATAKERJA DAN TATALAKSANA TIM


Tim Terpadu Geriatri merupakan bentuk kerjasama multidisiplin
yang bekerja secara interdisiplin dalam mencapai tujuan pelayanan
geriatri. Pada tim multidisiplin kerjasama terutama bersifat pada
pembuatan dan penyerasian konsep, sedangkan pada tim
interdisiplin kerjasama meliputi pembuatan dan penyerasian
konsep serta penyerasian tindakan.
MENTE FI I KESEMTAM
REPUDL IK
INDONESTA
-18-

III. PELAKSANAAN PELAYANAN GERIATRI DI RUMAH SAKIT

A. PERSYARATAN BANGUNAN
1. Konstruksi bangunan
a. Jalan
Jalan menuju ke pelayarian geriatri harus cukup kuat, rata,
tidak licin serta disediakan jalur khusus untuk
pasien/pengunjung dengan kursi roda.
b.
Rntu harus cukup lebar untuk memudahkan
pasien/pengunjung lewat dengan kursi roda atau tempat
tidur. Lebar pintu sebaiknya 120 cm terdiri dari pintu 90 cm
dan pintu 30 cm.
Listrik
Daya listrik hams cukup dengan cadangan daya bila suatu
saat memerlukan tambahan penerangan sehingga diperlukan
stabilisator untuk menjamin stabilitas tegangan, dilengkapi
dengan generator listrik.
d. Penerangan
Penerangan lorong dan ruang harus terang namun tidak
menyilaukan. Setiap lampu penerangan di atas tempat tidur
harus diberi penutup, agar tidak menyiJaukan.
e. Lantai
Lantai harus rata, mudah dibersihkan tetapi tidak licin, bila
ada undakan atau tangga harus jelas terlihat dengan warna
ubin yang berbeda untuk mencegah jatuh.
f. Langit-langit
Langit-langit harus kuat dan mudah dibersihkan.
g. Dinding
Dinding harus permanen dan kuat dan sebaiknya di cat
bersama terang. Khusus untuk dinding ruang latihan,
sebaiknya dipilih warna yang bersifat memberi semangat dan
di sepanjang dinding, terdapat pegangan yang kuat
sebaiknya terbuat dari kayu (hnnd ruin.
MENTERI KE BEHnT/\N
nrPuarix IHooursia
- 19 -
h. Ventilasi
Semua ruangan harus diberi cukup ventilasi. Ruangan yang
menggunakan peodingin/ air condifion harus dilengkapi
cadangan ventilasi untuk mengantisipasi apabila sewaktu-
waktu terjadi kematian arus listrik.
i. Kamar mandi dan WC
Kamar mandi menggunakan kloset duduk dengan pegangan
di sebelah kanan dan kirinya. Showr dilengkapi dengan
tempat duduk dan pegangan. Gagang sñou›er harus
diletakkan di tempat yang mudah dijangkau oleh pasien
dalam posisi duduk. Demikian pula tempat sabun harus
diletakkan sedemikian agar mudah dijangkau pasien.
Tersedia bel untuk meminta bantuan dan pintu membuka
keluar.

Penyediaan air untuk kamar mandi, WC, cuci tangan harus


cukup dan memenuhi persyaratan. Semua fasilitas gedung
dan lingkungan harus mengacu kepada pedoman Pekerjaan
Umum tentang standar teknis eksesibilitas gedung dan
lingkungan.
k. Pada dinding-dinding tertentu harus diberi pengaman dan
kayu atau alumunium (leuning) yang berfungsi sebagai
pegangan bagi pasien pada saat berjalan serta untuk
melindungi dinding dari benturan kursi roda.
l. Agar dihindari sudut-sudut yang tajam pada dinding atau
bagian tertentu untuk menghindari kemungkinan terjadinya
bahaya/trauma.
m. Disediakan wastafel pada setiap ruangan pemeriksaan,
pengobatan dan ruangan yang lain.

2. Kebutuhan Ruangan
a. Ruang pendaftaran administrasi
Ruangan ini harus cukup mas untuk penempatan meja tulis,
lemari arsip untuk penyimpanan dokumen medik pasien.
Letaknya dekat dengan ruang tunggu, sehingga mudah
dilihat oleh pasien yang baru datang.
MENTE9I KE gEHATA M
Rr uDux INOONESIA
-20-

b. Ruang tunggu
Harus bersih dan cukup mas, aman dan nyaman, baik untuk
pasien dari luar ataupun dari bangsal yang menggunakan
kursi roda atau tempat tidur.
c. Ruang periksa
Ruangan ini dekat dengan ruang pendaftaran serta
dilengkapi dengan fasilitas dan alat-alat pemeriksaan.
Ruangan terdiri dari:
1) ruang periksa perawat geriatri dan sosial medik untuk
melakukan anamnesis;
2) ruang periksa dokter/tim geriatri;
3} WC dan kamar mandi; dan
4) ruangan diskusi tim geriatri atau pertemuan dengan
keluarga pasien (/o/ni?¿/ meeting).
d. Ruang bangsal geriatri akut
Ruang ini harus cukup luas dan setidaknya harus
mempunyai fasilitas:
1) bangsal perawatan terbagi atas laki-laki dan perempuan
dengan bet terpasang disetiap dinding tempat tidur;
2) ruang semi intensif dengan minimal 1 (satu) tempat tidur,
terbngi atas laki-laki dan perempuan {disesuaikan dengan
kemampuan dan perkembangan);
3) ruang dokter;
4) ruang rehabilitasi akut;
5) ruang perawat, dengan lokasi yang memungkinkan untuk
perawat melihat semua pasien yang sedang dalam
perawatan;
6) kamar mandi dan WC yang jumlahnya sesuai dan
dilengkapi dengan fasilitas dan persyaratan untuk pasien
lanjut usia;
7) knmar mandi /WC khusus untuk perawat dan
pengunjung;
8) ruang rapat kecil; dan
9) gudang.
e. Ruang asuhan siang (day cared
Ruang irli harus luas serta dilengkapi dengan pembagian
ruangan, masing-masing untuk:
1) ruang istirahat dengan tempat tidur dan kursi
bersandaran tinggi dilengkapi penyangga kaki;
MENTERI KESEFtATA N

- 21

2) ruang tindakan /periksa bila dibutuhkan;


3) ruaiig untuk latihan/gimnasium/olahraga ringan;
4) ruang simulasi aktivitas sehari-hari (dapur kecil dengan
perlengkapannya, kamar kecil dan lain-lain) ;
5) ruang untuk rekreasi/hobi, merangkap ruang makan
bersama;
6) WC/kamar mandi yang jumlahnya disesuaikan dengan
jumlah pengunjung dan staf;
7) ruangan assessment dan sosialisasi;
8) ruang terapi okupasi; dan
9) ruang tamu, mebel dan pantry set.
f. Ruang bangsal geriatri kronis
Ruang ini harus cukup luas dan pada dasarnya perlu
dilengkapi dengan fasilitas dan perlengkapan seperti pada
bangsal akut. Ukuran/kapasitas ruang lebih besar dari
bangsal akut, masing-masing untuk laki-laki dan
perempuan.
Perlengkapan sarana dan prasarana rehabilitasi medis sesuai
dengan perlengkapan untuk day care. Sebaiknya ruang ini
mempunyai taman yang cukup luas dengan area tempat
berjemur pasien serta dilengkapi kolam dengan air mengalir.
g. Ruang tempat penitipan pasien geriatri (respite cared
Ruang ini mirip dengan ruang rawat kronis namun terdiri
atas kamar/kamar mirip paviliun yang bertujuan untuk
memberikan priuacg bagi pasien lanjut usia dengan fasilitas
seperti perpustakaan, ruang bersosialisasi dan taman untuk
latihan berjalan (taman mobilisasi). Sebaiknya juga terdapat
ruang untuk pertemuan dengan keluarga pasien yang
bergabung dengan ruang assessment/ruang rapat.
h Ruang Hospice care
Hospice cure merupakan ruang perawatan bagi pasien paliatif
di rumah sakit. Perlengkapan sarana dan prasarana
rehabilitasi medis hospice care sesuai dengan perlengkapan
untuk day care. Sebaiknya ruang ini mempunyai taman yang
cukup luas dengan area tempat berjemur pasien serta
dilengkapi kolam dengan air mengalir.
- 22 -
i. Ruang tenaga staf dan ruang pertemuan, terdiri dari:
1) ruang lietua tim;
2) ruang anggota;
3) 1 {satu) ruang pertemuan untuk tim;
4] ruang istirabat karyawan dan pantry; dan
5) kamar kecil untuk karyawan.

B. PERSYARATAN PERALATAN

Tingkatan Pelayanan
No Jenis Alat
Sederhana Lengkap Sempurna Paripurna
Ruang periirsa
1 Tempat tidur pasien
set alat
2
pemeriksaan fisilc
3 EKG
4 I.ight box
5
Bioelectnca
impedance
Timbangan berat
6 badan dan pengukur
tinggi badan
Ins trumen penilaian
7 Kognitif, Psiltologi,
Psikiatri
Ruang rawat inap
8 Tempat tidur pasien
9 Oksi8•"
10 Suction
1I Komod
12 Light box
1 3 PKG
1 4 Rfue bag
1 5 Chain scale
Timbangan rumah
16
tangga
Ruang Fisioterapi
17 Paralel bar
18 Walker
19 Stick
20 Tripot
2 I Quadripot
Tingkat an Pet ayanan
No Jenis Alat
Sederhana Lcng1:ap Sempurna Paripurna
22 Kursi roda \9\
23 Tilting table
24 lvleja fisioterapi
25 Paralel bar
26 Matcbatenni
27 TINS
Ruang Asuhan Biang
28 Paralel bar
29 Sepedastabs
30 TENS
31 EKG
32 Tongkat ketiak
33 Tongkat lengan
$q Tripod, walker, kursi
roda
Grip exercisei‘,
bantal pasir
Wax, parafiri batah,
36
rnatras
Intermitten
pneumatic compres
38 Oxigen silinder
portable, infus set

Standar infus, alat


39
inhalasi
Tliera band, Gimnic
40
arte 75
Softgym over, body
41
ball 75
Padded U sling with
42
head support
Nyion Mesh Bath
sling
Convertible exercise
training stand
Endorphin pedal
45
cycle
Hugger exercise
46
weight 48
Vinnyl Durable Set
MEN 7 E II I KE S E NAT/\ N
R* UOP iK INDONESIA
- 24 -

Tingkatan Pelayanan
No Jenis Alat
Sederhana Lengkap Sempurna Paripurna
Multipurpose
48
combination rack
49 Walbar
50 Pulley exercise
Shoulderwheel
51
exercise
52 Quadriceps exercise
53 Tempat tidur
Kursi bersandaran
tinggi
Ruang bangsal geriatri krools
55 Tempat tidur pasien
Kursi roda, walker, -
56 tripod, quadriceps
exercise
57 Komod
Light box, senter,
58
hammer reflex
RusngPeoiGpsoPaeeo(resp;Oecor@
59 Tempat tidur pasien
Kursi roda, walker,
60 tripod, quadriceps
exercise
61 Komod
Light box, senter,
62
hammer reflex
Ruang hospice care
63 Tempat tidur pasien
Kursi roda, walker,
64 tripod, quadriceps
exercise
65 Komod
Light box, senter,
66
hammer reflex
MENTE III KESEHATA N
REPUBLIK Ir'IDONESIA
- 25 -
C. TUGAS TIM TERPADU GERIATRI

1 . Ketua Tim Terpadu Geriatri


Tugas Pokok:
1} Melaksanakan koordinasi penyelenggaraan upaya
pelayanan geriatri sesuai dengan tingkatan pelayanan.
2) Melaksanakan koordinasi pelaksanaan kerjasama lintas
program dan lintas sektoral dengan berbagai disiplin.
Uraian Tugas:
1} Merencanakan /membuat rencana kerja kebutuhan tim
geriatri setiap tahunnya.
2} Menyelenggarakan pelayanan geriatri berdasarkan rencana
kebutuhan ketenagaan, sesuai kebijaksanaan yang telah
ditetapkan oleh direktur rumah sakit.
3} Menyelenggarakan rujukan, baik di dalam maupun ke dari
dari luar rumah sakit.
4} Menyelenggarakan keriasama dengan tim/departeman/
bagian / KSMF (Kelompok Staf Medik Fungsional) lain di
rumah sakit, serta hubungan lintas program dan lintas
sektoral melalui direktur rumah sakit.
5} Memberikan laporan berkala tim terpadu geriatri kepada
Direktur Rumah Sakit.

2. Koordinator rawat jalan


Tugas Pokok:
Menyelenggarakan upaya pelayanan geriatri di ruang lingkup
poliklinik, meliputi asesmen geriatri, tugas konsultatif kuratif
(sederhana) serta melaksanakan rujukan ke dan dari
tim/departemen/KSMF Iain bila perlu
Uraian Tugas:
1) Merencanakan/membuat rencana kerja serta rencana
kebutuhan poliklinik geriatri setiap tahunnya.
2) Menyediakan kelengkapan pelayanan geriatri di poliklinik
berdasarkan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh
ketua tim geriatri.
3) Menyediakan kelengkapan tugas pendidikan, latihan dan
penelitian serta pengembangan sesuai lcebijakan tim
geriatri.
MENTER I
KESEMTAN
REPUBLIK INDONESIA
-26-

4) Menyelenggarakan kerja sama dengan SMF di rumah sakit.


5) Bertanggung jawab kepada ketua tim geriatri atas
penyelenggaraan pelayanan geriatri di poliklinik.

3. Koordinator rawat inap akut


Tugas Pokok:
Menyelenggarakan upaya pelayanan geriatri di ruang lingkup
rawat inap akut, meliputi pengkajian, tindakan kuratif,
rehabilitasi dan konsultasi, serta melaksanakan rujukan ke
SMF Iain bila perlu.
Uraian Tugas:
1} Merencanakan/membuat rencana kerja serta rencana
kebutuhan bangsal geriatri akut setiap tahunnya.
2J Menyelenggarakan upaya pelayanan geriatri di rawat inap
akut berdasarkan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh
ketua tim geriatri.
8) Menyelenggarakan tugas pendidikan, latihan, penelitian
serta pengembangan sesuai kebijakan tim geriatri.
4) Menyelenggarakan kerjasama dan rujukan dengan SMF lain
di Rumah Sakit.
5) Bertanggung jawab kepada ketua tim geriatri atas laporan
berkala dan penyelenggaraan pelayanan geriatri di rawat
inap geriatri akut.

4. Koordinator rawat inap kronik


Tugas Pokok:
Menyelenggarakan upaya pelayanan geriatri di ruang lingkup
rawat inap geriatri kronis, meliputi pengkajian, kuratif,
konsultatif dan rehabilitatif, serta mengadakan rujukan ke SMF
lain bila perlu.
Uraian Tugas:
1} Merencanakan /membuat rencana kerja serta rencana
kebutuhan rawat inap geriatri kronis setiap tahunnya.
2) Menyelenggarakan upaya pelayanan geriatri di ruang
lingkup rawat inap geriatri kronis sesuai kebijaksanaan
yang telah ditetapkan oleh katua tim geriatri.
8) Menyelenggarakan tugas pendidikan, latihan, penelitian
dan pengembangan sesuai kebijakan tim geriatri.
MENTEA I KESEMT/\N
erPuoux INDONESIA

4) Menyelenggarakan kerjasama dan rujukan kepada SMF lain


di rumah sakit.
5} Bertanggung jawab atas laporan berkala rawat inap geriatri
kronis.
6) Bertanggung jawab kepada ketua tim geriatri atas
penyelenggaraan geriatri di rawat inap geriatri kronis.

5. Koordinator klinik asuhan siang


Tugas Pokok:
Menyelenggarakan upaya pelayanan geriatri diruang lingkup
klinik asuhan siang, meliputi asesmen, kuratif, rekreatif dan
rehabilitatif serta mengadakan rujukan ke KMF lain bila perlu.
Uraian Tugas:
1) Merencanakan / membuat rencana kerja serta rencana
kebutuhan klinik asuhan siang setiap tahunnya.
2) Menyelenggarakan upaya pelayanan geriatri di ruang
lingkup klinik asuhan siang berdasarkan kebijaksanaan
yang telah ditetapkan oleh ketua tim geriatri.
3) Menyelenggarakan tugas pendidikan, latihan, penelitian
dan pengembangan sesuai kebijakan tim geriatri.
4} Menyelenggarakan kerjasama dan rujukan dengan SMF lain
dt rumah sa1cit.
5} Bertanggung jawab atas laporan berkala dan
penyelenggaraan geriatri di klinik asuhan siang.

D. ALUR PELAYANAN

Semua pasien lanjut usia yang datang ke poliklinik/UGD akan


dilakukan triase apakah tergolong ke dalam pasien geriatri. Untuk
pasien lanjut usia biasa akan diteruskan ke dokter spesialis yang
sesuai dengan penyakitnya. Apabila tergolong pasien geriatri
(misalnya memiliki: penurunan status fungsional, ada sindrom
geriatri, gangguan kognitif- demensia, jatuh—osteoporosis dan
inkontinensia) akan dilakukan asesmen geriatri komprehensif oleh
Tim Terpadu Geriatri.
MENTE H I KE S EHATA
i' R? PUE I iK I NDOFJ
ESIA

- 28 -
Perencanaan tatalaksana pasien geriatri disesuaikan dengan jenis
pelayanan yang ada di rumah sakit menurut tingkatan pelayanan
geriatri di rumah sakit. Terdapat 4 (empat) model alur pelayanan
pasien geriatri mulai dari pelayanan tingkat sederhana, lengkap,
sempurna dan paripurna yang memiliki perbedaan dalam jenis
pelayanan yang diberikan.

Model 1.
Alur Pelayanan di Rumah Sakit dengan Pelayanan Geriatri
Tingkat Sederhana

Pasien lanju t usia


Rawat dalan (PoliklinikJ
— Asesmen
Triase di setiap PohlciLnik dan
Departemen / UGD konsultasi
— Kuratif
Asesmen geriatri komprehensit — Intervensi psikososial
oleh tim terpadu poli geriatri — Rehabilitasi

Masai ah Geriatri:
— Kondisi medis umum
— Status fungsional Rencana TataJaksana Komprehensif oleh tim terpadu poli geriatri
Home Care / Asuhan
— Psikiatri: Status Rumah
mental, fungsi kognitif
— Sosial dan lingkungan

Rumah sakit dengan pelayanan geriatri sederhana boleh melakukan


perawatan inap namun karena belum terdapat ruang rawat khusus yakni
ruang rawat akut geriatri maka dapat dirawat di ruang rawat biasa.
Model 2.
/\for Pelayanan di Rumah Sakit dengan Pelayanan Geriatri
Tingkat Lengkap

Pasien latajut usia Rawat Jalan (Poliklinik)


— Asesm en dan kor su1tas
— Kurt tif
— Irr terve nsi psikososia1
Triiise d1 set :ap poli l‹1 li ia ik — Re habilitasi
dc partemen / U G D
Ran at I nap Akut
— Asesmen den kr›nsuItas
Asesmen gcriat ri — Kuratit'
kompreHcnsit' oleh tim — liaterv ensi psikososial:
terpadu geriatri tempi kelompok
— Psikoedu ko si keluarga
— Rehabilitasi
M as nlala G en at ri:
umum Tcttalaksana Kom arch eijsif oleh tim terpa du geriatri /tome care/
— fort disi med is Renccuia
— Status fu ngsion al asuhan rumalJ
1
— Psikia tri: Stotus
ii i en tel, fur igsi kogiiit if
— Sosial dan li n gRungan
MENTERI KESEMTAN
REPUDMK INDONESA
-30-

Model 3.
Alur Pelayanan di Rumah Sakit dengan Pelayanan Geriatri
Tingkat Sempurna

Rawat Jalan (Potdclwtk)


— Asesmen dan konsultasi
- Kuratif
Pasien lanjut usia
— Intervenoi psikososial
— Rehabilitasi

Tnase ‹li se1 ap Polikilinik Rawat Inap Akut


Departernen / UGD — Asesmen dan konsultasi
— Kuratif
— Intervensi psikososial:
Asesmen geriam terapi kelompok
komprelaensif dalam UPT - Psikoedukasi keluarga
geriatri

Masalah Geriatri: Kliriik Asuhan Siang


Kondisi medis umum —Terapi terpadu (preventif,
Rencana Tatalaksana K Omprchensif dalam
kuratif, rehabilitatif
Status fungsional
—Rekreasi
Psikiatri: Status UPT geriatri
- Cognitive remediation
mental, fungsi kognitir
- Soeial dan lirigkung - Reminiscence

- Terapi aktivitas

home care asuhan rumah


- 31

Model 4.
Alur Pelayanan di Rumah Sakit dengan Pelayanan Geriatri Tingkat
Paripurna

' Rawat bulan (PoLklmilcl


— Asesmen dari
konsultasi
— Kuratif
Pasien lanjut usia - I rate even si psi kososial
— Rehabilitasi

Rawat Inap Akut /IRonis


- Asesnendan
Triase di setiap Polikilinik konsultasi
Departemen / UGD — Kuratif
Intervensi psikososial:
terapi kelompok
Ascsmen geriatri Psikoedukasi keluarga
komprehensif oleh Tim Rehabilitasi
Geriatri

rawat inap
Psikogeriatri

Klinik Asu hari Sian g


— Terapi terpadu
{preventif, iruratif,
rehabilitatifj
Masalah Geriatri: — Hekreasi
— Kondisi medis umum — Cognitive remediation
— Status fungsional Rencana Tatalaks ana - Reminiscence
— Psikiatri: Status Komprehensif dalam — L/e ry yiew
mental, fungsi kognitil pelayanan geriatri — Terapi aktivitas
— Sosial dan linglrungan
Respite care/Tempat
Penitipan Lanjut usia

home core/
asuhan rumah
-
Dalam penyelenggaraan pelayanan, peran Tim Terpadu Geriatri adalah
memberikan pelayanan kesehatan secara paripuma/ komprehensif terhadap
pasien geriatri, berupa penegakkan diagnosis medik dan fungsional (melalui
suatu asesmen/pengkajian paripurna pasien geriatri), pelayanan non-
medikamentoea dan medikamentosa serta rehabilitasi, termasuk pelayanan
psikoterapi dan pelayanan sosial medik. Pelayanan medikamentosa pada
pasien geriatri bersifat menyeluruh, dengan memerhatikan aspek fisiologi
dan nutrisi pasien.
Saat pasien masih dirawat, selain diberikan pendekatan kuratif dan
rehabilitatif, upaya promotif dan preventif yang eesuai tetap
diberikan. Setelah upaya pelayanan terapi medikamentosa dan
rehabilitasi di ruang rawat inap dilaksanakan, pelayanan dilanjutkan
dengan upaya pelayanan di klinik asuhan siang dan/atau poliklinik
rawat jalan.
Pada pemulangan pasien, dibuatkan perencanaan pemulangan yang
berisi kegiatan yang dapat dilakukan di rumah seperti terlibat
dalam Formulir. Perencanaan pulang dievaluasi dan akhirnya
pasien dapat dipulangkan eepenuhnya ke masyarakat dan
mendapatkan pelayanan geriatri oleh masyarakat melalui pelayanan

E. PEMANTAUAN DAN EVALUASI


Pemantaua n dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan
guna mewujudkan keberhasilan program pelayanan keeehatan bagi
pasien geriatri. Pemantauan dan evaluasi harus ditindaklanjuti
untuk menentukan faktor-faktor yang potensial berpengaruh agar
dapat diupayakan penyelesaian yang efektif. Pemantauan dan
evaluasi mutu dilakukan dalam bentuk kegiatan pencatatan dan
pelaporan. Diperlukan sejumlah indikator dalam pencatatan,
diantaranya sebagai berikut:
1. Lama rawat
Lama rawat pasien geriatri di ruang rawat inap akut tergautung
dari kemampuan TTCi serta dukungan sarana dan prasarana.
Makin terampil dan lengkap, lama rawat akan semakin singkat.
Rata-rata lama rawat pasien geriatri yang masuk karena
mengalami geriatric qinnts dan dirawat inap dengan
menerapkan pengkajian paripurna pasien geriatri adalah 12
hari.
-
2. Status fungsional
Status fungsional pasien diukur sejak pasien masuk rumah
sakit sampai saat pemulangan. Diukur rata-rata kenaikan skor
status fungsional pasien geriatri dengan karakteristik seperti di
atas adalah 4/20 jika menggunakan instrumen ADL Barthel.
3. Kualitas hidup
Penilaian kualitas hidup harus menggunakan instrumen yang
mampu menilai kualitas hidup terkait kesehatan (health related
quality of life -- HRQoL). Salah satu instrumen yang sering
digunakan adalah EQ5D (Euro-Qtin1lQ o/ e ffi›e £limension}
yang mengukur lima dimensi atau aspek yang memengaruhi
kesehatan. Standar nilai EQ5D z 0,71 dengan EQ5D-VAS
minimal 79%.
4. Rawat inap ulang (rehospitalisasi)
Rehospitalisasi adalah perawatan kembali setelah pulang ke
rumah dari rumah sakit. Perawatan yang terjadi kembali dalam
30 hari pertama pascarawat menggambarkan adanya
permasalahan kesehatan yang sesungguhnya belum optimal
ditatalaksana di rumah sakit. Persentase maksimal
rehospitalisasi pasien geriatri pascarawat inap akut adalah
15%. Rehospitalisasi ini dapat dipengaruhi oleh kesiapan tim
terpadu geriatri serta dukungan yang ada di rumah sakit.
Rehospitalisasi juga tak terlepas dari pengaruh kemampuan
puskeszaas dan community based geriatric sert›ice.
5. Kepuasan pasien
Kepuaean pasien diukur saat pasien pulang dengan instrumen
yang secara sahih dapat mengukur kepuasan pasien. Salah
satu inetrumen yang sering digunakan adalah Paâeni:s’u
Satisfaction Questionair (PSQ) yang telab diuji kesahlhan
(Spearman correlation coefficient: 0,383 — 0,607 ; p < 0,01) dan
keandalannya (Cronbach’s alpha: 0,684). Inetrumen ini
memiliki nilai standar minimal 190.

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd
NAFSIAH MBOI
FORMULIR

CONTOH
RENCANA MGIATAN (DZSCf£ARG£ PLAN2VIiVGj

I. PASIEN MANDIRI

WAKTU AKTIVITAS OBAT MAKANAN MINUMAN


05.00 - 08.00 Bangun, membasuh A Makan regal Minum susu
ivajah B d engan teh
c M akan telur
D
06.00 - 09.00 Berkebun
Senam ringan sambil
berjemur 15-30 menit
09.00 - 10.00 Smack Makanan cair
150 cc
10.OO - 10.30 Mandi
10.30 - Berkebun
12.00 Membaca
M enonton TV
12.00 - 14.00 A jadwal makan
E sJaiJg

14.00 - 17.00 Berkebuia


Bermain dengan

16.00 - 16 30 Senam ringan 30


menit
16.30 - 17.00 Snack sore
i 7 00 - 7.30 Mandi
l 7.30 - 19.00 Duduk-duduk /
menontori TV
Menerima tarnu
19.00 - 20.00 A Makan malam
B
D
21.00 Makanan cair
200cc
20.00 — 24. 00 Menonton TV,
bermain dengan
cucu.
(kadang-kadang
menerima tamu)
R. PASRNKRTERGANTUROANBERAT

WAKTU AKTMTTAB OBAT MAKANAR MINUNAR


05.00 - Cek pembalut, kasur,
05.30 alas tempat tidur, kulit
genitalia, adakah urin,
feses
05.30 Senam ringan (latihan
06.30 lingkup gerak sendi
pasif) 15-30 menit
06.30 - Dimandikan,
07.30 dibersihkan, ganñ
pakaian
07.30 - Memposisiltan (elevasi A Sarapan Bilas 50 cc
08.30 kepala dan bahu 3 B Makanan cair air putih
derajat); Meyakink c 200cc
posisi NGT yang benar
08.30- Berjemur
10.00 Menonton TV
Berbaring di ruang
keluarga (interaksi dgn
keluarga)
10.00 - Memposisikan {elevasi Snack, atau Air putih
10.3O kepala dan bahu 30 susu, atau atau susu
derajat); Meyakinkan suplemen 100 cc
posisi NGT yang benar
10.30 - lstirahat
1230 Bermaindengancucu

12.30 - Memposisikan (elevasi Obat A Makan siang, Air putih


13.30 kepala dan bahu 30 B blender 200 cc
derajat); Meyakink c
posisi NGT yang benar
13.30 - Istirahat siang
16.00
16.00 - Senam ringan (latihan
16.30 lingkup gerak sendi
pasif) 30 menit
16.30 - Dimandikan
17.00
17.00 - Memposisikan (elevasi Snack sore Bilas 50 cc
17.30 kepala dan bahu 30 air putih
derajat); Meyakinkan
posisi NGT yang benar
17.30 Duduk-duduk/
- menontonTV
19.00 Menerima tamu

19.00 - Memposisikan (elevasi B Makan Bdas50cc


20.00 kepala dan bahu 30 c mrputNi
derajat); Meyakinkan D
posisi NGT yang benar

21.00 Memposisikan (elevasi Susu '200cc


kepala dan bahu 30
derajat); Meyakinkan
posisi NGT yang benar
20.00 -24.00 Menonton TV, bermain
dengan cucu; sampai
tidur

Anda mungkin juga menyukai