Tipe Pelayan Geriatri
Tipe Pelayan Geriatri
Tipe Pelayan Geriatri
TENTANG
Menetapkan
KEEMPAT
Kepu tusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Surakarta
Tanggal 05 Agustus 2019
SUHARTO WIJANARK O
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI
JI. Koi. Sutarto No. 132 Surakarta Kodepos 57126 Telepon (0271) 634634
Faksimile . (0271) 637412, Email
Tembusan
1. Ka.Bag. Humas
2. Arsip
MENTERI KESEHAT/\ N
RCPUBL IK INDONESIA
TENTANG
Mengingat
1. Undang-Uridang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Xesejahteraan Lanjut Usia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 190,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3796);
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahim 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
3.UndangUndang...
MENTERI KEgE HATA N
REPUBLIK INDONESIA
-2 -
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang
Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan
Lanjut Usia (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 445 1);
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
129/Menkes / SK/11/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
229/Menkes/SK/VII/2012 tentang Pedoman
Pelayanan Psikogeriatri;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014
tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1221);
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
2. Geriatri .
MENTE R I KESEHATAN
RE PUBLIK If•IDONESIA
11.KlinUc..
MENTER I K ESEMTA N
REPUDt IK INDONESIA
11. Klinik Asuhan Siang (day care) adalah klinik rawat jalan yang
memberikan pelayanan rehabilitasi, kuratif, dan asuhan psikososial.
12. Hospice adalah pelayanan kepada pasien dengan penyakit terminal
dalam bentuk meringankan penderitaan pasien akibat penyakit
(paliatif), pendampingan psikis dan spiritual sehingga pasien dapat
meninggal dengan tenang dan terhormat.
13. Tim Terpadu Geriatri adalah suatu tim Multidisiplin yang bekerja
secara Interdisiplin untuk menangarii masalah kesehatan Lanjut Usia
dengan prinsip tata kelola pelayanan terpadu dan paripurna dengan
mendekatRan pelayanan kepada pasien Lanjut Usia.
Pasal 2
BAB II
TINGKATAN PELAYANAN GERIATRI
(1) Berdasarkan . .
MEr•TERI KESCf•tATAN
AEPUgL IK INDONESIA
- 5-
Pasal 4
(1) Berdasarkan kemampuan pelayanan, pelayanan Geriatri di Rumah
isakit dibagi menjadi:
a. tingkat sederhana;
b. tingkat lengkap;
c. tingkat sempurna; dan
d. tingkat paripurna.
(2) Tingkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
berdasarkan:
a. jenis pelayanan;
b. sarana dan prasarana;
c. peralatan; dan
d. ketenagaan.
BABHA
JEMGPEIAYAN
#
(1) Jenis pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas
rawat jalan dan kunjungan rumah (home carej.
(2) Jenis pelayanan Geriatri tingkat lengkap paling sedikit terdiri atas
rawat jalan, rawat inap akut, dan kunjungan rumah (home cared.
(4) Jenis pelayanan Geriatri tingkat paripiirna terdiri atas rawat jalan,
Klinils Asuhan Siang, rawat inap akut, rawat inap kronik, rawat inap
Psikogeriatri, penitipan Pasien Geriatri (respite cared , kunjungan
rumah (home care ), dan Hospice.
Pasal 6
Selain menyelenggarakan pelayanan Geriatri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5, Rumah Sakit dengan pelayanan Geriatri tingkat sempurna
dan tingkat paripurna, melaksanakan pendidikan, pelatihan, dan
penelitian serta kerjasama lintas program dan lintas sektor dalam rangka
pengembangan pelayanan Geriatri dan pemberdayaart masyarakat.
BABIV...
- 6-
BAB1V
PERSYARATAN
Bagian Kesatu
Lokasi
Pasal 7
(1) Pelayanan Geriatñ dilakukan secara rnandiri, terpisah dengan
pelayanan lainnya dl Rumah Sakit.
(2) Lokasi pelayanan Geriatri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
herd elcatan d en gan ru ang perawatan dan ruarg Reha bilitasi M edil‹
serta berdekatan dengan akses masuk Rumah Sakit.
Bagian Kedtia
Bangunan
Pasal 8
(1) Bangunan pelayanan Geriatri tingkat sedeThana paling sedikit terdiri
atas.
a. ruang pendaftaran /administrasi;
b. ruang tunggu;
c. ruang periksa, dam
d. ruang Tim Terpadu Geriatri.
(2) Ruang pendaftaran / administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a d apat berga bu ng ci enga n man g penda fts ran / adm jnistrasi lain
di Rumah Sakit.
Pasal 9
(1)
Bangunan pelayanan Geriatri tingkat lengkap paling sedikit terdiri
atas:
a. ruang pendaftaran /administrasi;
b. ruang tunggu;
c. ruang periksa;
d. ruang baiigsal Geriatri akut; dan
e. ruang Tim Terpadu Geriatri.
(2)
Ruang bangsal Geriatri akut sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1)
hturuf d terdiri atas ruang rawat inap dan ruang fisioterapi.
Pasal 10 .
— 7 -
Pasal 10
(1) Bangunan pelayanan Geriatri tingkat sempurna dan Geriatri tingkat
paripurna paling sedikit terdiri atas:
a. ruang pendaftaran /administrasi;
b. ruang tunggu;
c. ruang periksa;
d. ruang bangsal Geriatri akut;
e. ruang Klinik Asuhan Siang;
f. ruang bangsal Geriatri kronis;
g. ruang penitipan Pasien Geriatri (res pite caTej ,-
h. ru eng How pice care; dan
i. ruang Tim Terpadu Geriatri.
Ruang bangsal Geriatri akut sebagaimana dima ksud pada ayat (l)
huruf d terdiri atas ruang rawat inap dan ruang fisioterapi.
Pasal 1 I
(1) Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dim aksud dalam Pasal 7
sampai dengan Pasal I O, banguri an pelayanan Geriatri juga harus
memenuhi konstruksi bangunan yang sesuai dengan standar
keamanan, keselamatan, dan kesehatan Pasier Geriatri.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai bangunan pada pelayanan Geriatri
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkaia
dark Peraturan Menteri ini.
Bagian Ketiga
Peralatan
Pasal 12
(1) Peralatan pada pelayanan Geriatri meliputi peralatan untuk
pemeriksaan, terapi, dan latihan.
(2) Denis peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) disusun sesuai
tingkat an pelayanan Geriatri.
(3) Jumlah peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan
a. kebutuhan pelayanan;
b. rata-rata jumlah kunju ngan setiap hari;
c. angka . .
MW NTERI KES EHATAN
RTPUEL iK INDONESIA
-8-
c. angka rata-rata pemakaian tempat tidur/ Bed Occupanciy Rate
(BOR) bagi pelayanan rawat inap; dan
d. evaluasi kemampuan alat dan efisierisi penggunaan alat.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis peralatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Bagian Keempat
Ketenagaan
Pasal 13
(1) Ketenagaan dalam pelayanan Geriatri di Rumah Sakit terdiri atas
tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan yang bekerja bersama-
sama sebagai Tim Terpadu Geriatri.
(2) Tim Terpadu Geriatri sebagaimana dimaksud pada ayat (1] terdiri
atas ketua dan Coordinator pelayanan yang merangkap sebagai
anggota, dan anggota.
(3) Tim Terpadu Geriatri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk
oleh Kepala/ Direktur Rumah Sakit.
(4) Ketua Tim Terpadu Geriatri sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terdiri atas:
a. dokter spesialis penyakit dalam konsultan Geriatri, untuk
pelayanan Geriatri tingkat paripurna; atau
b. dokter spesialis penyakit dalam untuk pelayanan Geriatri tingkat
sederhana, lengkap, dan sempurna.
(4) Koordinator pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibentuk
sesuai dengan masing-masing pelayanan pada pelayanan Geriatri
tingkat sederhana, lengkap, sempurna, dan paripurna.
Pasal 14
Tim Terpadu Geriatri pada pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling
sedikit terdiri atas:
a. dokter spesialis penyakit dalam;
b. dokter spesialis lainnya sesuai dengan jenis penyalñt Pasien Geriatri;
c. dokter;
d. perawat yang telah mengikuti pelatihan keperawatan gerontik atau
pelatihan keterampilan inteligensia;
e. apoteker ...
- 9-
e. apoteker;
f. tenaga gizi;
g. fisioterapis ; dan
h. okupasi terapis .
Pasal 15
Tim Terpadu Geriatri pada pelayanan Geriatri tingkat lengkap paling
sedikit terdiri atas:
a. dokter spesialis periyakit dalam;
b. dokter spesialis kedoRteran fisik dan rehabilitasi;
c. dokter spesialis kedokteran jiwa/psikiater ;
d. dokter spesialis lainnya sesuai dengan jenis penyalcit Pasien Geriatiñ;
e. dokter,
f. perawat yang telah mengikuti pelatihan lceperawatan gerontik atau
pelatihan keterampilan intiligensia;
g. apoteker;
h. tenaga gizi;
i. fisioterapis ;
j. okupasi terapis
k. psikolog; dan
1. pekerja sosial.
Pasal 16
Tim Ter}aadu Geriatri pada pelayanan Geriatri tingkat sempurna paling
sedikit terdiri atas:
a. doliter spesialls penyakit dalam;
b. dokter spesialis lredokteran fisik dan rehabilitasi;
c. dokter spesialis kedokteran jiwa/ psikiater,
d. dokter spesialis lainnya sesuai dengan jenis penyakit Pasien Geriatri;
e. dokter,
f. peraivat yang telah mengikuti pelatihan keperawatan gerontik atau
pelatihan keterampilan inteligensia;
g. apoteker;
h. tenaga gizi;
i. fisiotcrapis;
j. oku pasi terapis;
It. terapis \vicara;
1. perekarn medis ;
m. psikolog; dan
n. pekerja sosial.
Pasal 17 . . .
Pasal 17
Tim Terpadu Geriatri pada pelayanan pelayanan Geriatri paripurna paling
sedikit terdiri atas.
a. dokter spesialis penyakit dalam konsoltan Geriatri ;
b. dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi ;
c. dokter spesialis kcdokteran jiwa / psikiater;
d. dokter spesialis lainnya sesuai dengan jenis penyakit Pasien Geriatri ;
e. dokter;
f. perawat yang telah mengikuti pelatihan keperawatan gerontik atau
pelatihan keterampilan intcligensia;
g. apoteker;
h. t.cnaga gizi;
i. fisioterapis;
j. okupasi terapis;
k. terapis wicara;
1. perekam rnedis;
m. psikolog; dan
n. pekerja sosial,
o. psikolog.
Pasal l8
Dalam melaksanakan pelayanan, Tim Terpadu Geriatri mengacu pada
uraiaii tugas sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
BAB V
ALUR PELAYANAN DAN SISTEM RUJUKAN
Pasal 19
(l) Pelayanan Geriatri diberilian sesuai dengan alur pelayanan Geriatri.
(2) Alur pelayanan Geriatri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidali terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 20
(1) Dalam hat Pasien Geriatri membutuhkan pelayanan Geriatri di luar
kemampuan tingkatan pelayanannya, Tim Terpadu Gerlatari
melakukan sistem rujukan.
(2) Sistem
- 11
(2) Sistem rujukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. rujukan internal adalah rujukan di dalam Rumah Sakit; atau
b. rujukan eksternal adalah rujukan antar fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
BAB VI
PRMANTAUAN DAN EVALUASI MUTU
Pasal 21
Tim Terpadu Geriatri wajib melakukan pemantauan dan evaluasi
mutu pelayanan Geriatri secara berkesinambungan untuk
mewujudkan keberhasilan pelayanan Geriatri bagi Pasien Geriatri.
(2) Pemantauan dan evaluasi mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dalam bentuk kegiatan pencatatan dan pelaporan.
Pasal 22
Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (0) paling sedikit
memuat:
a. lama Io ۥrawatan;
b. Status Fungsional,
c. kualitas hidup;
d. rawat iiiap ulang (rehospitulisasi), dan
e. kepuasan pasien.
(2) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditandatangani oleh
Ketua Tim Terpadu Geriatri.
(3) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat {3) dilaporkan secara
berkala paling lambat 1 (satu) tahun sekali kepada Kepala/ Dire lrtur
Rumah Sakit.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pencatatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak tcrpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
BAB VII ..
MENTE I I KES EMT/\ N
nc ueur iuoo^iEsi
— 12 -
BAB VII
PENGEMBANGAN PELAYANAN GERIATRI
Pasal 23
(1) Tim Terpadu Geriatri dapat melakukan upaya pengembangan
pelayanan Geriatri untuk mengantisipasi kompleksitas kasus penyakit
dari permasalahan kesehatan Pasien Geriatri serta kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan Geriatri yang aman, terjangkau, dan
bermutu.
(2) Upaya pengembangan pelayanan Geriatri sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan secara berkesinambungan dengan mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang Geriatri.
(3) Ruang lingkup pengembangan pelayanan Geriatri meliputi:
a. pengembangan sumber daya manusia;
b. pengembangan jenis pelayanan; dan/atau
c. pengembangan sarana, prasarana, dan peralatan.
Pasal 24
(1} Menteri, Gubernur, Bupati /Walikota melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Menteri ini sesuai
dengan fungsi dan tugas, dan masing-masing.
(2) Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota dalam melakukan pembinaan
dan pengawasan sebagaimana dimkasud pada ayat (1) dapat
melibatkan organisasi profesi terkait.
(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1J
bertujuan untuk:
a. peningkatan mutu pelayanan Geriatri;
b. keselamatan Pasien Geriatri;
c. pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh
masyarakat;
d. pengembangan jangkauan pelayanan; dan
e. peningkatan kemampuan kemandirian Rumah Sakit.
(4) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui:
a. advokasi, sosialisasi, dan bimbingan teknis;
b. pelatihan . .
L. pelatihan dan peningkatan kapasitas keteiiagaan; dan / atau
c. pemantauaii dan evaluasi.
(5) Pengawasan terhadap pelaksanaan pelayanan Geriatri sesuai dengan
ketentuan Peraturan Menteri ini dan ketentuan peraturan perundang-
uiidangan terkait dilaksanakan oleh instansi dan/ atau petugas yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangk.an.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 17 Oktober 2014
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
NAFSIAH MBOI
Diundangkaia di Jakarta
pada tanggal 29 Oktober 2014
ttd
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR 79 TAHUN 2014
TENTANG
PENYELENGGARAAN PELAYANAN
GERIATRI DI RUMAH SAKIT
I. LATAR BELAKANG
A. PRINSIP HOLISTIK
Prinsip holistik pada pelayanan kesehatan lanjut usia meoyangkut
berbagai aspek, yaitu:
1. Seorang warga lanjut usia harus dipandang sebagai manusia
seutuhnya, meliputi juga lingkungan kejiwaan (psikologis) dan
sosial ekonomi. Aspek diagnosis penyakit pada pasien lanjut
usia menggunakan asesmen geriatri, meliputi seluruh organ,
sistem, kejiwaan dan lingkungan sosial ekonomi.
2. Sifat holistik mengandung arti secara vertikal man pun
horizontal. Secara vertikal berarti pemberian pelayanan harus
dimulai dari masyarakat sampai ke pelayanan rujukan tertinggi
(rumah sakit yang mempunyai pelayanan subspesialis geriatri}.
Secara horisontal berarti pelayanan kesehatan hams
merupakan bagian dari pelayanan kesejahteraan warga lanjut
usia secara menyeluruh. Oleh karenanya harus bekerja secara
lintas sektoral dengan dinas/lembaga terkait di bidang
kesejahteraan, misalnya agama, pendidikan dan kebudayaan
serta dinas sosial.
Untuk mengupayakan prinsip pelayanan holistik yang
berkesinambungan dan secara berjenjang (vertikal) mulai dari
masyarakat, puskesmas dan rumah sakit, kontinuitas
pelayanan kesehatan geriatri secara garis besar dapat dibagi
menjadi:
a. Pelayanan Kesehatan Warga Lanjut usia di Masyarakat
(Community Based Cie riatric Seruicej
Pada pelayanan ini, masyarakat harus diupayakan berperan
serta dalam menangani kesehatan para warga lanjut usia,
setelah diberikan pelatihan dan penambahan pengetahuan
secukupnya dengan berbagai cara antara Iain ceramah,
simposium, lokakarya dan penyuluhan-penytiluhan.
MENTEOI KESEN/\T/''N
REPUBLIK 1NDONESIA
- 16 -
A. PERSYARATAN BANGUNAN
1. Konstruksi bangunan
a. Jalan
Jalan menuju ke pelayarian geriatri harus cukup kuat, rata,
tidak licin serta disediakan jalur khusus untuk
pasien/pengunjung dengan kursi roda.
b.
Rntu harus cukup lebar untuk memudahkan
pasien/pengunjung lewat dengan kursi roda atau tempat
tidur. Lebar pintu sebaiknya 120 cm terdiri dari pintu 90 cm
dan pintu 30 cm.
Listrik
Daya listrik hams cukup dengan cadangan daya bila suatu
saat memerlukan tambahan penerangan sehingga diperlukan
stabilisator untuk menjamin stabilitas tegangan, dilengkapi
dengan generator listrik.
d. Penerangan
Penerangan lorong dan ruang harus terang namun tidak
menyilaukan. Setiap lampu penerangan di atas tempat tidur
harus diberi penutup, agar tidak menyiJaukan.
e. Lantai
Lantai harus rata, mudah dibersihkan tetapi tidak licin, bila
ada undakan atau tangga harus jelas terlihat dengan warna
ubin yang berbeda untuk mencegah jatuh.
f. Langit-langit
Langit-langit harus kuat dan mudah dibersihkan.
g. Dinding
Dinding harus permanen dan kuat dan sebaiknya di cat
bersama terang. Khusus untuk dinding ruang latihan,
sebaiknya dipilih warna yang bersifat memberi semangat dan
di sepanjang dinding, terdapat pegangan yang kuat
sebaiknya terbuat dari kayu (hnnd ruin.
MENTERI KE BEHnT/\N
nrPuarix IHooursia
- 19 -
h. Ventilasi
Semua ruangan harus diberi cukup ventilasi. Ruangan yang
menggunakan peodingin/ air condifion harus dilengkapi
cadangan ventilasi untuk mengantisipasi apabila sewaktu-
waktu terjadi kematian arus listrik.
i. Kamar mandi dan WC
Kamar mandi menggunakan kloset duduk dengan pegangan
di sebelah kanan dan kirinya. Showr dilengkapi dengan
tempat duduk dan pegangan. Gagang sñou›er harus
diletakkan di tempat yang mudah dijangkau oleh pasien
dalam posisi duduk. Demikian pula tempat sabun harus
diletakkan sedemikian agar mudah dijangkau pasien.
Tersedia bel untuk meminta bantuan dan pintu membuka
keluar.
2. Kebutuhan Ruangan
a. Ruang pendaftaran administrasi
Ruangan ini harus cukup mas untuk penempatan meja tulis,
lemari arsip untuk penyimpanan dokumen medik pasien.
Letaknya dekat dengan ruang tunggu, sehingga mudah
dilihat oleh pasien yang baru datang.
MENTE9I KE gEHATA M
Rr uDux INOONESIA
-20-
b. Ruang tunggu
Harus bersih dan cukup mas, aman dan nyaman, baik untuk
pasien dari luar ataupun dari bangsal yang menggunakan
kursi roda atau tempat tidur.
c. Ruang periksa
Ruangan ini dekat dengan ruang pendaftaran serta
dilengkapi dengan fasilitas dan alat-alat pemeriksaan.
Ruangan terdiri dari:
1) ruang periksa perawat geriatri dan sosial medik untuk
melakukan anamnesis;
2) ruang periksa dokter/tim geriatri;
3} WC dan kamar mandi; dan
4) ruangan diskusi tim geriatri atau pertemuan dengan
keluarga pasien (/o/ni?¿/ meeting).
d. Ruang bangsal geriatri akut
Ruang ini harus cukup luas dan setidaknya harus
mempunyai fasilitas:
1) bangsal perawatan terbagi atas laki-laki dan perempuan
dengan bet terpasang disetiap dinding tempat tidur;
2) ruang semi intensif dengan minimal 1 (satu) tempat tidur,
terbngi atas laki-laki dan perempuan {disesuaikan dengan
kemampuan dan perkembangan);
3) ruang dokter;
4) ruang rehabilitasi akut;
5) ruang perawat, dengan lokasi yang memungkinkan untuk
perawat melihat semua pasien yang sedang dalam
perawatan;
6) kamar mandi dan WC yang jumlahnya sesuai dan
dilengkapi dengan fasilitas dan persyaratan untuk pasien
lanjut usia;
7) knmar mandi /WC khusus untuk perawat dan
pengunjung;
8) ruang rapat kecil; dan
9) gudang.
e. Ruang asuhan siang (day cared
Ruang irli harus luas serta dilengkapi dengan pembagian
ruangan, masing-masing untuk:
1) ruang istirahat dengan tempat tidur dan kursi
bersandaran tinggi dilengkapi penyangga kaki;
MENTERI KESEFtATA N
- 21
B. PERSYARATAN PERALATAN
Tingkatan Pelayanan
No Jenis Alat
Sederhana Lengkap Sempurna Paripurna
Ruang periirsa
1 Tempat tidur pasien
set alat
2
pemeriksaan fisilc
3 EKG
4 I.ight box
5
Bioelectnca
impedance
Timbangan berat
6 badan dan pengukur
tinggi badan
Ins trumen penilaian
7 Kognitif, Psiltologi,
Psikiatri
Ruang rawat inap
8 Tempat tidur pasien
9 Oksi8•"
10 Suction
1I Komod
12 Light box
1 3 PKG
1 4 Rfue bag
1 5 Chain scale
Timbangan rumah
16
tangga
Ruang Fisioterapi
17 Paralel bar
18 Walker
19 Stick
20 Tripot
2 I Quadripot
Tingkat an Pet ayanan
No Jenis Alat
Sederhana Lcng1:ap Sempurna Paripurna
22 Kursi roda \9\
23 Tilting table
24 lvleja fisioterapi
25 Paralel bar
26 Matcbatenni
27 TINS
Ruang Asuhan Biang
28 Paralel bar
29 Sepedastabs
30 TENS
31 EKG
32 Tongkat ketiak
33 Tongkat lengan
$q Tripod, walker, kursi
roda
Grip exercisei‘,
bantal pasir
Wax, parafiri batah,
36
rnatras
Intermitten
pneumatic compres
38 Oxigen silinder
portable, infus set
Tingkatan Pelayanan
No Jenis Alat
Sederhana Lengkap Sempurna Paripurna
Multipurpose
48
combination rack
49 Walbar
50 Pulley exercise
Shoulderwheel
51
exercise
52 Quadriceps exercise
53 Tempat tidur
Kursi bersandaran
tinggi
Ruang bangsal geriatri krools
55 Tempat tidur pasien
Kursi roda, walker, -
56 tripod, quadriceps
exercise
57 Komod
Light box, senter,
58
hammer reflex
RusngPeoiGpsoPaeeo(resp;Oecor@
59 Tempat tidur pasien
Kursi roda, walker,
60 tripod, quadriceps
exercise
61 Komod
Light box, senter,
62
hammer reflex
Ruang hospice care
63 Tempat tidur pasien
Kursi roda, walker,
64 tripod, quadriceps
exercise
65 Komod
Light box, senter,
66
hammer reflex
MENTE III KESEHATA N
REPUBLIK Ir'IDONESIA
- 25 -
C. TUGAS TIM TERPADU GERIATRI
D. ALUR PELAYANAN
- 28 -
Perencanaan tatalaksana pasien geriatri disesuaikan dengan jenis
pelayanan yang ada di rumah sakit menurut tingkatan pelayanan
geriatri di rumah sakit. Terdapat 4 (empat) model alur pelayanan
pasien geriatri mulai dari pelayanan tingkat sederhana, lengkap,
sempurna dan paripurna yang memiliki perbedaan dalam jenis
pelayanan yang diberikan.
Model 1.
Alur Pelayanan di Rumah Sakit dengan Pelayanan Geriatri
Tingkat Sederhana
Masai ah Geriatri:
— Kondisi medis umum
— Status fungsional Rencana TataJaksana Komprehensif oleh tim terpadu poli geriatri
Home Care / Asuhan
— Psikiatri: Status Rumah
mental, fungsi kognitif
— Sosial dan lingkungan
Model 3.
Alur Pelayanan di Rumah Sakit dengan Pelayanan Geriatri
Tingkat Sempurna
- Terapi aktivitas
Model 4.
Alur Pelayanan di Rumah Sakit dengan Pelayanan Geriatri Tingkat
Paripurna
rawat inap
Psikogeriatri
home core/
asuhan rumah
-
Dalam penyelenggaraan pelayanan, peran Tim Terpadu Geriatri adalah
memberikan pelayanan kesehatan secara paripuma/ komprehensif terhadap
pasien geriatri, berupa penegakkan diagnosis medik dan fungsional (melalui
suatu asesmen/pengkajian paripurna pasien geriatri), pelayanan non-
medikamentoea dan medikamentosa serta rehabilitasi, termasuk pelayanan
psikoterapi dan pelayanan sosial medik. Pelayanan medikamentosa pada
pasien geriatri bersifat menyeluruh, dengan memerhatikan aspek fisiologi
dan nutrisi pasien.
Saat pasien masih dirawat, selain diberikan pendekatan kuratif dan
rehabilitatif, upaya promotif dan preventif yang eesuai tetap
diberikan. Setelah upaya pelayanan terapi medikamentosa dan
rehabilitasi di ruang rawat inap dilaksanakan, pelayanan dilanjutkan
dengan upaya pelayanan di klinik asuhan siang dan/atau poliklinik
rawat jalan.
Pada pemulangan pasien, dibuatkan perencanaan pemulangan yang
berisi kegiatan yang dapat dilakukan di rumah seperti terlibat
dalam Formulir. Perencanaan pulang dievaluasi dan akhirnya
pasien dapat dipulangkan eepenuhnya ke masyarakat dan
mendapatkan pelayanan geriatri oleh masyarakat melalui pelayanan
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
NAFSIAH MBOI
FORMULIR
CONTOH
RENCANA MGIATAN (DZSCf£ARG£ PLAN2VIiVGj
I. PASIEN MANDIRI