Strategi, Pendekatan, Metode, Model, Teknik Dan Taktik
Strategi, Pendekatan, Metode, Model, Teknik Dan Taktik
Strategi, Pendekatan, Metode, Model, Teknik Dan Taktik
Pendekatan
Strategi
PENDEKATAN
Metode
Teknik
MODEL PEMBELAJARAN
A. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan adalah sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran. Pendekatan ini masih bersifat umum, strategi dan metode yang digunakan
dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Contoh pendekatan yang
berpusat pada guru (teacher centre), pendekatan ini menurunkan strategi pembelajaran
langsung, strategi pembelajaran deduktif atau strategi pembelajaran ekspositori.
Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran juga merupakan aktivitas
guru di dalam memilih kegiatan pembelajaran, apakah guru akan menjelaskan suatu materi
pembelajaran yang sudah tersusun dalam urutan tertentu, ataukah dengan menggunakan
materi yang terkait satu dengan lainnya dalam tingkat kedalaman yang berbeda, atau
bahkan merupakan materi yang terintegrasi dalam suatu kesatuan multi disiplin ilmu.
Syaiful Sagala (2003:71-94) membagi pendekatan atas delapan kelompok, yaitu
pendekatan konsep, pendekatan proses, pendekatan deduktif, pendekatan induktif,
pendekatan ekspositori, pendekatan heuristik, pendekatan kecerdasan, dan pendekatan
konstektual.
1. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung
menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati
bagaimana konsep itu diperoleh. Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau
sekelompok orang yang dinyatakan dalam defenisi sehingga menjadi produk pengetahuan
yang meliputi prinsip-prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa,
pengalaman melalui generalisasi, dan berpikir abstrak. Konsep dapat mengalami
perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan
konsep adalah menjelaskan dan meramalkan.
Pendekatan pembelajaran ini oleh para ahli pendidikan didasarkan pada pola
pengorganisasian bahan pengajaran, yang meliputi pengajaran linier dan pengajaran
komulatif. Pengajaran linier materi bidang studi terbagi atas urutan linier dengan
kedalaman yang sama, pendekatan linier ini seringkali membuat murid cepat bosan dan
sukar mengingat fakta atau konsep yang diajarkan. Pada pendekatan komulatif konsep
tersebut diorganisasikan menurut urutan tertentu dengan jenjang kesulitan yang
berbeda, yaitu meningkat. Jumlah unit yang diajarkan tidak sebanyak pendekatan linier,
bahan ajar yang berupa konsep dan fakta menjadi banyak berkurang dibandingkan pada
pendekatan dengan pengajaran linier. Pada pendekatan komulatif, pemahaman konsep
atau fakta lebih ditekankan sebagai suatu pengertian konsep mendalam dan menyeluruh.
2. Pendekatan Proses
Pendekatan proses adalah suatu pendekatan pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyususunan
suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses. Pembelajaran dengan menekankan
kepada belajar proses dilatarbelakangi oleh konsep-konsep belajar “Naturalisme-
Romantis” dan teori “Kognitif Gestalt”. Natualisme-Romantis menekankan kepada
aktivitas siswa, sedangkan Kognitif Gestalt menekankan pemahaman dan kesatupaduan
yang menyeluruh. Pendekatan proses di dalam pembelajaran dikenal pula sebagai
keterampilan proses, guru menciptakan bentuk kegiatan pengajaran bervariasi, agar siswa
terlibat dalam berbagai pengalaman. Siswa diminta untuk merencanakan, melaksanakan,
dan menilai sendiri suatu kegiatan. Siswa melakukan kegiatan percobaan, pengamatan,
pengukuran, perhitungan, dan membuat kesimpulan sendiri.
Dalam pendekatan proses ini, siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari
sesama temannya, dan dari manusia-manusia sumber di luar sekolah. Kegiatan-kegiatan
yang dapat dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan
proses adalah: (1) mengamati gejala yang timbul, (2) mengklasifikasikan sifat-sifat yang
sama, (3) mengukur besaran-besaran yang bersangkutan, (4) mencari hubungan antar
konsep-konsep yang ada, (5) mengenal adanya suatu masalah, merumuskan masalah, (6)
memperkirakan penyebab suatu gejala, merumuskan hipotesa, (7) meramalkan gejala
yang mungkin akan terjadi, (8) berlatih menggunakan alat-alat ukur, (9) melakukan
percobaan, (10) mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data, (11) berkomunikasi,
dan (12) mengenal adanya variabel, mengendalikan suatu variabel.
Pelaksanaan proses dimulai dari yang sederhana, selanjutnya diikuti proses yang lebih
kompleks. Keunggulan pendekatan proses adalah:
a. Memberi bekal cara memperoleh pengetahuan, hal yang sangat penting
untuk pengembangan pengetahuan dan masa depan.
b. Pendahuluan proses bersifat kreatif, siswa aktif, dapat meningkatkan
keterampilan berpikir dan cara memperoleh pengetahuan.
Sedangkan kelemahannya adalah :
a. Memerlukan banyak waktu sehingga sulit untuk dapat menyelesaikan bahan
pengajaran yang ditetapkan dalam kurikulum.
b. Memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidak semua
sekolah dapat menyediakannya.
c. Merumuskan masalah, menyusun hipotesis, merancang suatu percobaan
untuk memperoleh data yang relevan adalah pekerjaan yang sulit, tidak
setiap siswa mampu melaksanakannya.
Pendekatan proses pada hakekatnya adalah memproses informasi, yaitu
informasi pembelajaran. Menurut para ahli psikologi pemprosesan informasi
menguraikan peristiwa-peristiwa psikologi sebagai stranformasi-stranformasi
informasi dari input ke ouput. Di samping itu juga pendekatan proses ini
menggambarkan bahwa kegiatan pembelajaran yang berlangsung di sekolah
bersifat formal. Proses pembelajaran disengaja dan direncanakan dengan
bimbingan guru dan pendidik lainnya agar siswa mencapai tujuan dan menguasai
bahan pelajaran yang diberikan guru sesuai kurikulum yang ada.
3. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadaan
umum ke keadaan khusus, sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan
menyajikan aturan, prinsip umum diikuti contoh-contoh khusus atau penerapan
aturan prinsip umum ke dalam keadaan khusus. Langkah-langkah yang dapat
digunakan dalam pendekatan deduktif pada pembelajaran adalah: (1) memilih
konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan deduktif, (2)
menyajikan aturan, prinsip yang bersifat umum lengkap dengan defenisi dan
buktinya, (3) disajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun
hubungan antara keadaan khusus itu dengan aturan prinsip umum, dan (4)
disajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan
khusus itu merupakan gambaran dari keadaan umum.
Sedangkan berpikir deduktif disebut juga berpikir dengan menggunakan
silogisme terdiri dari tiga preposisi statement yang terdiri dari “premise” yaitu
dasar penarikan kesimpulan sebagai pernyataan akhir yang mengandung suatu
kebenaran. Berpikir deduktif prosesnya berlangsung dari yang umum menuju ke
yang khusus. Dalam berpikir deduktif ini orang bertolak dari suatu teori, prinsip,
ataupun kesimpulan yang dianggap benar dan sudah bersifat umum. Dari situ
diterapkan kepada fenomena-fenomena yang khusus, dan mengambil
kesimpulan khusus yang berlaku bagi fenomena tersebut.
4. Pendekatan Induktif
Berpikir induktif ialah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari
khusus menuju ke yang umum. Orang mencari ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu
dari berbagai fenomena, kemudian menarik kesimpulan bahwa ciri-ciri atau sifat-
sifat itu terdapat pada semua jenis fenomena. Dalam konteks pembelajaran
pendekatan induktif adalah pendekatan pengajaran yang bermula dengan
menyajikan sejumlah keadaan khusus kemudian dapat disimpulkan menjadi
suatu fakta, prinsip atau aturan.
Langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pendekatan induktif
adalah: (1) memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan
pendekatan induktif, (2) menyajikan contoh-contoh khusus konsep, prinsip, atau
aturan yang memungkinkan siswa memperkirakan (hipotesis) sifat umum yang
terkandung dalam contoh-contoh itu, (3) disajikan bukti-bukti yang berupa
contoh tambahan untuk menunjang atau menyangkal perkiraan itu, dan (4)
disusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan
langkah-langkah yang terdahulu.
5. Pendekatan Ekspositori
Pendekatan ini berdasarkan pada pandangan bahwa tingkah laku kelas
dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru. Hakekat
mengajar menurut pendekatan ini adalah menyampaikan ilmu pengetahuan
kepada siswa. Siswa dipandang sebagai objek yang menerima apa yang diberikan
oleh guru. Biasanya guru menyampaikan informasi mengenai bahan pengajaran
dalam bentuk penjelasan dan penuturan secara lisan, yang dikenal dengan istilah
kuliah atau ceramah. Dalam pendekatan ini siswa diharapkan dapat menangkap
dan mengingat informasi yang telah diberikan guru, serta mengungkapkan
kembali apa yang dimilikinya melalui respon yang ia berikan pada saat diberikan
pertanyaan oleh guru.
Secara garis besar prosedurnya ialah: (1) persiapan, yaitu guru
menyiapkan bahan selengkapnya secara sistematik dan rapi, (2) pertautan
(aperception) bahan terdahulu, yaitu guru bertanya atau memberikan uraian
singkat untuk mengarahkan perhatian siswa kepada materi yang telah diajarkan,
(3) penyajian terhadap bahan yang baru, yaitu guru menyajikan dengan cara
memberi ceramah atau menyuruh siswa membaca bahan yang telah
dipersiapkan diambil dari buku, teks tertentu yang ditulis oleh guru, dan (4)
evaluasi, yaitu guru bertanya dan siswa menjawab sesuai dengan bahan yang
dipelajari, atau siswa yang disuruh menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri
pokok-pokok yang telah dipelajari secara liasan atau tulisan.
Pendekatan ekspositori digunakan guru untuk menyajikan bahan
pelajaran secara utuh atau menyeluruh, lengkap, dan sistematis dengan
penyampaian secara verbal. Dengan demikian pendekatan ekspositori ini
merupakan proses belajar yang berorientasi pada prinsip belajar tuntas (mastery
learning).
6. Pendekatan Heuristik
Kata heuristik berasal dari bahasa Yunani, yaitu “heuriskein” yang berarti
“saya menemukan”. Metode heuristik ini dipromosikan oleh Amstrong abad ke
19, menurut metode ini peserta didik sendiri yang harus menemukan fakta ilmu
pengetahuan. Pendekatan heuristik adalah pendekatan pengajaran yang yang
menyajikan sejumlah data dan siswa diminta untuk membuat kesimpulan
menggunakan data tersebut, implementasinya dalam pengajaran menggunakan
metode penemuan dan metode inkuiri. Metode penemuan didasarkan pada
anggapan bahwa materi suatu bidang studi tidak saling lepas, tetapi ada kaitan
antara materi-materi tersebut.
Prinsip pendekatan heuristik adalah: (1) aktivitas siswa menjadi fokus
perhatian utama dalam belajar, (2) berpikir logis adalah cara yang paling utama
dalam menemukan sesuatu, (3) proses mengetahui dari sesuatu yang sudah
diketahui menuju kepada yang belum diketahui adalah jalan pelajaran yang
paling rasional dalam pelajaran di sekolah, (4) pengalaman yang penuh tujuan
adalah tonggak dari usaha pembelajaran siswa ke arah belajar berbuat, bekerja,
dan berusaha, dan (5) perkembangan mental seseorang berlangsung selama ia
berpikir dan belajar mandiri. Dengan prinsip ini menunjukkan bahwa pendekatan
heuristik dapat mendorong siswa bersikap berani untuk berpikir ilmiah dan
mengembangkan berpikir mandiri.
Pendekatan heuristik ini mempunyai kelemahan antara lain adalah : (1)
tidak semua siswa cocok dengan pendekatan ini, kadang-kadang siswa lebih
senang diberi pelajaran oleh gurunya melalui ceramah dan tanya jawab, (2) guru
kurang biasa menggunakan pendekatan ini di dalam pembelajaran disekolah
karena faktor kemampuan, (3) pendekatan ini kurang cocok bagi siswa yang
lamban, dan (4) pendekatan ini menuntut perlengkapan yang memadai,
terutama bagi pekerjaan di laboratorium.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan di atas, maka prosedur heuristik
untuk menemukan jawaban dilakukan dengan cara tidak ketat, misalnya
menganjurkan siswa-siswa menemukan jawaban atas masalah pelik dengan
memikirkan masalah yang ada persamaannya yang lebih sederhana atau berpikir
secara analogi, berdasarkan simetri, atau dengan melukiskannya atau membuat
diagram. Siswa dibimbing oleh guru agar menemukan sendiri konsep yang dicari,
tetapi konsep itu belum tentu telah diketahui oleh guru sebelumnya.
7. Pendekatan Kecerdasan
Munzert, A.W. (1994) mengartikan kecerdasan sebagai sikap intelektual
mencakup kecepatan memberikan jawaban, penyelesaian, dan kemampuan
memecahkan masalah. Kemudian David Weschler memberi rumusan tentang
kecerdasan sebagai suatu kapasitas umum dari individu untuk bertindak,
berpikir rasional, dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif. Sedangkan
Howard Gardner yang terkenal dengan kecerdasan gandanya, menganggap
kecerdasan sebagai kemampuan memecahkan masalah atau menciptakan
produk dan kecerdasan tersebut dapat dikembangkan serta tidak bersifat tetap.
Gardner sebagai pencetus Theory of Multiple Intelligences menyatakan
bahwa kecerdasan adalah bahasa-bahasa yang dibicarakan oleh semua orang
dan sebagian dipengaruhi oleh kebudayaan tempat seseorang dilahirkan.
Kecerdasan merupakan alat untuk belajar, menyelesaikan masalah, dan
menciptakan semua hal yang bisa digunakan manusia. Gardner (dalam Hamzah,
2009:11) mendeskripsikan delapan kecerdasan manusia, yaitu: (1) kecerdasan
linguistik (linguistic intelligences), (2) kecerdasan logika-matematis (logical-
mathematical intelegences), (3) kecerdasan spasial (spatial intelligences), (4)
kecerdasan badani-kinestetik (body-kinesthetic intelligences), (5) kecerdasan
musikal (musical intelligences), (6) kecerdasan interpersonal (interpersonal
intelligences), (7) kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligences) dan (8)
kecerdasan naturalis (naturalist intelegences).
Selanjutnya Daniel Goleman mengemukan kecerdasan dengan
kecerdasan emosi (Emotional Quotient) yang disingkat EQ. Menurut
pendapatnya kecerdasan emosi adalah kemampuan individu dalam
menggunakan atau mengelola emosinya secara efektif untuk mencapai tujuan,
membangun hubungan yang produktif dengan orang lain dan meraih
keberhasilan (ditempat kerja). Selanjutnya menurut Daniel Goleman bahwa IQ
akan dapat bekerja secara efektif apabila seseorang mampu memfungsikan
kecerdasan emosinya. Intelegence Ouotien (IQ) hanyalah merupakan satu unsur
pendukung keberhasilan seseorang, keberhasilan itu akan tercapai tergantung
kepada kemampuan seseorang itu menggabungkan antara IQ dan EQ.
Kecerdasan emosi mencakup semua sikap atau kemampuan pribadi
(Personal Competence) seperti: (1) Mengenali emosi diri/kesadaran diri (Self
Awarenes), (2) Mengelola emosi/Pengaturan Diri (Self Regulation), (3) Motivasi
diri (Self Motivation), (4) Mengenal emosi orang lain/Empati (Social Awarenes),
dan (5) Membina hubungan sosial (Social Skill).
Kecerdasan spiritual (spiritual intelegence) menurut Danah Zohar dan Ian
Marshall (2000) berkenaan dengan kecakapan internal, bawaan dari otak dan
psikis manusia, menggambarkan sumber yang paling dalam dari hati semesta itu
sendiri. Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan rohaniah, yang menuntun
diri kita menjadi manusia yang utuh , berada pada bagian yang paling dalam dari
diri kita, terkait dengan kebijaksanaan yang berada di atas ego. Kecerdasan
spritual adalah kecerdasan yang bukan saja mengetahui nilai-nilai yang ada,
tetapi juga secara kreatif menemukan nilai-nilai baru.
Kecerdasan spiritual (SQ) merupakan landasan yang diperlukan untuk
memfungsikan IQ dan EQ secara efektif, yaitu memfasilitasi suatu dialog antara
akal dan emosi. Kecerdasan emosi (EQ) tidak bisa menjembatani kesenjangan
antara emosi-emosi. Demikianlah bahwa Tuhan menciptakan manusia dilengkapi
dengan tiga potensi dasar IQ, EQ, dan SQ tinggal bagaimana kita mengelolanya.
Menilik beragamnya kecerdasan manusia, menjadi peran guru dan
konselor amat penting untuk memberikan arahan pada apa yang cocok dan
sesuai bagi siswanya. Oleh karena itu pelayanan belajar di sekolah yang
difasilitasi oleh pemerintah merupakan bagian dari jaminan kualitas. Karena
jaminan kualitas ini yang akan memberi arah kepada para siswanya untuk
mampu bertahan dan juga mampu berkembang sesuai potensi kecerdasannya.
8. Pendekatan Konstektual
Pendekatan konstektual (Contextual Teaching and Learning) disingkat CTL
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Sedangkan
pembelajaran konstektual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi duna nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Menurut Depdiknas (2008, 6-7) pembelajaran kontekstual dengan
pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang
memenuhi prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan lima strategi
pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), yaitu relating,
experiencing, applying, cooperating, dan transferrini diharapkan peserta didik
mampu mencapai kompetensi secara maksimal.
Tujuh konsep utama pembelajaran kontekstual, yaitu:
a. Konstruktivisme (Constructivisme)
Belajar adalah proses aktif mengonstruksi pengetahuan dari abstraksi
pengalaman alami maupun manusiawi, yang dilakukan secara pribadi dan
sosial untuk mencari makna dengan memproses informasi sehingga
dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimiliki
Belajar berarti menyediakan kondisi agar memungkinkan peserta didik
membangun sendiri pengetahuannya
Kegiatan belajar dikemas menjadi proses mengonstruksi pengetahu-an,
bukan menerima pengetahuan sehingga belajar dimulai dari apa yang
diketahui peserta didik. Peserta didik menemukan ide dan pengetahuan
(konsep, prinsip) baru, menerapkan ide-ide, kemudian peserta didik
mencari strategi belajar yang efektif agar mencapai kompetensi dan
memberikan kepuasan atas penemuannya itu.
b. Menemukan (Inquiry)
Siklus inkuiri: observasi dimulai dengan bertanya, mengajukan hipotesis,
lain.
f. Refleksi (Reflection)
Tentang cara berpikir apa yang baru dipelajari
Respon terhadap kejadian, aktivitas/pengetahuan yang baru
B. Strategi Pembelajaran
Menurut J. R. David (1976), strategi pembelajaran dapat berarti sebagai
perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan menurut Kemp (1995), pengertian tentang
strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan
guru dan siswa. Selain dua pengertian di tersebut, strategi pembelajaran dapat juga
diartikan sebagai suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan
secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.
Strategi pembelajaran merupakan suatu seni dan ilmu untuk membawa
pembelajaran sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai
secara efesien dan efektif (T. Raka Joni, 1992). Cara-cara yang dipilih dalam
menyusun strategi pembelajaran meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang
dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik (Gerlach and Ely).
Strategi belajar mengajar tidak hanya terbatas pada prosedur dan kegiatan,
melainkan juga termasuk di dalamnya materi pengajaran atau paket pengajarannya
(Dick and Carey).
C. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran mempunyai beberapa pengertian, antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
2. Sesuatu yang dugunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.
3. Cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi
latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam satu strategi pembelajaran dapat menggunakan beberapa metode.
Contoh Metode Pembelajaran adalah metode ceramah, metode diskusi, metode
tanya jawab, dan lain-lain. Penjabaran dari metode disebut teknik dan taktik.
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis/mensintesis/
Studi
6 mengeval-uasi/melakukan sesuatu hal yang bersifat kognitif
Mandiri
maupun psikomotor
Kegiatan
Pembelajar-
7 Menjelaskan konsep/prinsip/prosedur
an
Terprogram
Latihan
8 Bersama Melakukan sesuatu keterampilan
Teman
Pemecahan Menjelaskan/menerapkan/mengenalisis/konsep/prosedur/
10
Masalah prinsip tertentu
Bermain
15 Menerapkan suatu konsep/prinsip/prosedur
Peran
18 Tutorial Menjelaskan/menerapkan/menganalisis
konsep/prosedur/prinsip
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis
19 Deduksi
konsep/prosedur/prinsip
Computer
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis/mensintesis/
21 Assisted
mengevaluasi sesuatu
Learning
a. Metode diskusi
1. Diskusi Panel
Yaitu suatu pertemuan dimana diundang pembicara yang memiliki
keahlian tertentu untuk mendiskusikan pendapatnya di depan peserta
sidang. Pembicara / panelis biasanya 3 - 5 orang , dengan organisasi : Ketua,
Sekretaris, Panelis dan peserta.
2. Diskusi Buzz group
Yaitu diskusi yang bertujuan memperoleh hasil pembahasan yang cepat
suatu topik / masalah dengan memandangnya dari beberapa sudut
pandangan.
3. Workshop , bengkel kerja atau lokakarya
Dalam kegiatan ini topik dibagi-bagi dalam sub-sub topik dimana
masing-masing sub topik dibicarakan/didiskusikan oleh tiap-tiap
kelompok, setelah semua siap / selesai membahas masalahnya
kemudian diajukan ke sidang pleno/diskusi umum. Sidang dipimpin oleh
Ketua Umum dibantu seorang atau lebih sekretaris.
Dalam proses belajar mengajar ada juga yang membagi diskusi dalam :
1). Diskusi terpimpin, guru yang memegang pimpinan diskusi
2). Diskusi tanpa pimpinan guru, jadi pimpinan diskusi dapat ketua
kelompok atau salah satu peserta yang ditunjuk.
Tugas Pimpinan/Ketua Diskusi :
1. Mengatur giliran bicara pemrasaran (bila diskusi panel)
2. Menyebutkan nama peserta yang akan bertanya, menyanggah atau
memberi saran lalu memberi kesempatan kepada yang bersangkutan
3. Merangkum, menyimpulkan, merumuskanpendapat yan telah diuraikan
Tugas Sekretaris :
1. Mencatat uraian pembicara, pertanyaan/pembicaraan peserta
2. Mencatat nama yang akan menanggapi dan menyerahkan ke ketua
3. Membuat ringkasan/pokok-pokok hasil pembicaraan.
Hal-hal yang harus dilakukan guru sebelum melaksanakan metoda diskusi
adalah :
1. Menentukan jenis diskusi dan tujuannya
2. Memberi tugas untuk pemanasan, misalnya membaca buku, membuat
makalah
3. Menata fasilitas fisik misalnya mengatur susunan meja kursi.
Selama diskusi berlangsung:
1. Jika yang dilakukan diskusi kelompok, hendaknya guru berpindah-pindah
dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain
2. Memberi semangat agar siswa berpartisipasi, melontarkan
kembalipertanyaan dengan pertanyaan yang meminta penalaran,
misalnya : mengapa? bagaimana?
3. Jangan sering menjawab ”benar” atau ”salah” dalam merespon. Tetapi
hendaknya menghidupkan jawaban yang memerlukan penalaran lebih
lanjut serta memberi bantuan siswa dengan bertanya, memberi sugesti,
pujian, menjelaskan kembali bila ada hal yang belum jelas, mengarahkan
diskusi agar mencapai tujuan, akhirnya kalau perlu membantu membuat
keputusan
4. Mengevaluasi proses dan hasilnya.
Pengumpulan data
1. Sebelum pelaksanaan
e. Metode Tugas
Tradisional Modern
Jenis tugas dan batas waktu Jenis tugas dan waktu penyelesaian
dibicarakan bersama-sama, tugas dapat
penyelesaian ditentukan oleh guru
berbeda-beda antara siswa yang satu
dengan yang lain
Apa yang dilakukan, bagaimana cara Tujuan dan rencana penyelesaian tugas
didiskusikan sehingga siswa
siswa menyelesaikan tugas, siswa
mengetahui denga jelas
menger- ti atau tidak, bukan masalah
guru, pokok- nya tugas selesai
dikerjakan
Guru tidak menjelaskan dan Pemberian tugas selalu didukung fasilitas
bertanggung jawab atas tersedianya
yang diperlukan dalam penyelesaian
buku sumber, alat peraga, bahan dsb.
tugas.
Teknik Pembelajaran
A. Pengertian
Menurut Moris dalalam Sujana (2001:13) teknik adalah “ The systemic procedure by which a
complex or scientific task is accomplished, or the degree of skill or commmand of fundamentals
exhibited in any performance”. Batasan tersebut mengmukakan bahwa teknik adalah prosedur
yang sistematik sebagai petunjuk untuk melaksanakan tugas pekerjaan yang kompleks atau
ilmiah, merupakan tingkat keterampilan atau perintah untuk melakukan patokan-patokan dasar
suatu keterampilan. Kamus besar Bahasa Indonesia, memberi batasan bahwa teknik adalah “ cara
(kepandaian, dsb) membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni.
Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa teknik merupakan
keterampilan dan seni (kiat) untuk melaksanakan langkah-langkah yang sistematik dalam
melakukan sesuatu keg iatan ilmiah yang lebih luas atau metode.
Teknik-teknik pembelajaran digongkan oleh Knowles ke dalam tujuh jenis.
1. Teknik penyajian (presentasi)
Yang termasuk dalam jenis ini adalah ceramah, debat, dialog, tanya jawab, simposium,
panel, wawancara kelompok, demonstrasi, percakapan, drama, rekaman, pementasan,
kunjungan, dan telaah bacaan.
2. Teknik pembinaan partisipasi peserta didik dalam kelompok besar
Yang termasuk di dalam jenis ini adalah tanya jawa, forum kelompok pendengar, panel
bereaksi, kelompok buzz, bermain peran, dan panel berangkai.
3. Teknik untuk diskusi
Yang termasuk di dalam jenis ini adalah diskusi terbimbing, diskusi buku, diskusi sokratik,
diskusi pemecahan masalah, dan diskusi kasus.
4. Teknik-teknik simulasi
Yang termasuk di dalam jenis ini adalah bermain peran, pemecahan masalah kritis, studi
kasus dan pelatihan keranjang.
5. Teknik-teknik pelatihan kelompok T (Sensitivity Training)
6. Teknik-teknik pelatihan tanpa bicara
7. Teknik-teknik pelatihan keterampilan praktis dan pelatihan.
B. Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Penggunaan Teknik Pembelajaran
1. Faktor Peserta didik
Peserta didik memiliki karakteristik tersendiri, yaitu karakteristik internal dan eksternal.
Kaarakteristik peserta didik ini perlu dipahami oleh guru. Kemp (1985) mengemukakan
bahwa karekteristik siswa mencakup karakteristik akademik, pribadi, dan sosial. Karakteristik
lain yang perlu diperhatikan adalah motivasi belajar dan kebiasaan belajar. Pemahaman guru
terhadap karakteristik siswa akan membantu dalam menentukan teknik pembelajaran yang
cocok.
2. Faktor Tujuan Belajar
Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan dan penggunaan teknik pembelajaran adalah
tujuan belajar. Apabila dikaitkan dengan belajar sebagai proses dan sebagai hasil, maka
tujuan belajar erat hubungannya dengan penggunaan tipe-tipe kegiatan belajar. Tipe-tipe
kegiatan belajar itu terdiri atas tipe kegiatan belajar keterampilan, tipe belajar
pengetahuan, tipe kegitan belajar sikap, dan tipe kegiatan belajar pemecahan masalah.
3. Faktor Bahan Belajar
Bahan belajar atau materi pelajaran akan mempengaruhi pertimbangan guru dalam
memilih dan menetapkan teknik pembelajaran yang akan digunakan. Teknik
pembelajaran yang digunakan untuk mempelajari bahan yang khusus atau terbatas akan
berbeda dengan teknik pembelajaran yang digunakan untuk mempelajari bahan belajar
yang bersifat umum.
4. Faktor Waktu dan Fasilitas Belajar
Penggunaan teknik pembelajaran akan dipengaruhi pula oleh waktu dan fasilitas
pembelajaran. Waktu berkaitan dengan lamanya kegiatan pembelajaran dan kapan
kegiatan itu dilangsungkan. Dalam kegiatan pembelajaran yang dilangsungkan dalam
waktu singkat tidak mungkin dapat digunakan teknik pembelajaran yang membutuhkan
waktu yang relaif lama. Misalnya apabila kegiatan pembelajaran itu dirancang selama
lima belas menit maka hampir tidak realistis bagi guru untuk menggunakan teknik studi
kasus atau teknik simulasi yang memerlukan waktu satu jam atau lebih. Singkatnya teknik
pembelajaran itu dipilih dan ditetapkan sesuai dengan waktu yang tersedia tau yang
dapat disediakan untuk kegiatan pembelajaran.
5. Faktor Sarana Belajar
Sarana belajar yang tersedia mempengaruhi pula upaya pemilihan dan penggunaan
teknik pembelajaran. Kemudahan untuk mendapatkan sarana belajar perlu diperhatikan
dalam penentuan teknik pembelajaran. Sarana belajar itu dapat berupa alat-alat bantu
yang dapat membantu kelancaran proses pembelajaran. Alat-alat bantu terdiri atas in
focus atau LCD, tape, pesawat televisi, komputer, papan tulis, internet dan sebagainya.