Strategi, Pendekatan, Metode, Model, Teknik Dan Taktik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 43

PENDEKATAN, STRATEGI, METODE PEMBELAJARAN, MODEL, TEKNIK, DAN TAKTIK

DIAGRAM VENN PEMBELAJARAN

Pendekatan

Strategi

PENDEKATAN
Metode

Teknik

MODEL PEMBELAJARAN

A. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan adalah sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran. Pendekatan ini masih bersifat umum, strategi dan metode yang digunakan
dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Contoh pendekatan yang
berpusat pada guru (teacher centre), pendekatan ini menurunkan strategi pembelajaran
langsung, strategi pembelajaran deduktif atau strategi pembelajaran ekspositori.
Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran juga merupakan aktivitas
guru di dalam memilih kegiatan pembelajaran, apakah guru akan menjelaskan suatu materi
pembelajaran yang sudah tersusun dalam urutan tertentu, ataukah dengan menggunakan
materi yang terkait satu dengan lainnya dalam tingkat kedalaman yang berbeda, atau
bahkan merupakan materi yang terintegrasi dalam suatu kesatuan multi disiplin ilmu.
Syaiful Sagala (2003:71-94) membagi pendekatan atas delapan kelompok, yaitu
pendekatan konsep, pendekatan proses, pendekatan deduktif, pendekatan induktif,
pendekatan ekspositori, pendekatan heuristik, pendekatan kecerdasan, dan pendekatan
konstektual.
1. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung
menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati
bagaimana konsep itu diperoleh. Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau
sekelompok orang yang dinyatakan dalam defenisi sehingga menjadi produk pengetahuan
yang meliputi prinsip-prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa,
pengalaman melalui generalisasi, dan berpikir abstrak. Konsep dapat mengalami
perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan
konsep adalah menjelaskan dan meramalkan.
Pendekatan pembelajaran ini oleh para ahli pendidikan didasarkan pada pola
pengorganisasian bahan pengajaran, yang meliputi pengajaran linier dan pengajaran
komulatif. Pengajaran linier materi bidang studi terbagi atas urutan linier dengan
kedalaman yang sama, pendekatan linier ini seringkali membuat murid cepat bosan dan
sukar mengingat fakta atau konsep yang diajarkan. Pada pendekatan komulatif konsep
tersebut diorganisasikan menurut urutan tertentu dengan jenjang kesulitan yang
berbeda, yaitu meningkat. Jumlah unit yang diajarkan tidak sebanyak pendekatan linier,
bahan ajar yang berupa konsep dan fakta menjadi banyak berkurang dibandingkan pada
pendekatan dengan pengajaran linier. Pada pendekatan komulatif, pemahaman konsep
atau fakta lebih ditekankan sebagai suatu pengertian konsep mendalam dan menyeluruh.
2. Pendekatan Proses
Pendekatan proses adalah suatu pendekatan pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyususunan
suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses. Pembelajaran dengan menekankan
kepada belajar proses dilatarbelakangi oleh konsep-konsep belajar “Naturalisme-
Romantis” dan teori “Kognitif Gestalt”. Natualisme-Romantis menekankan kepada
aktivitas siswa, sedangkan Kognitif Gestalt menekankan pemahaman dan kesatupaduan
yang menyeluruh. Pendekatan proses di dalam pembelajaran dikenal pula sebagai
keterampilan proses, guru menciptakan bentuk kegiatan pengajaran bervariasi, agar siswa
terlibat dalam berbagai pengalaman. Siswa diminta untuk merencanakan, melaksanakan,
dan menilai sendiri suatu kegiatan. Siswa melakukan kegiatan percobaan, pengamatan,
pengukuran, perhitungan, dan membuat kesimpulan sendiri.
Dalam pendekatan proses ini, siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari
sesama temannya, dan dari manusia-manusia sumber di luar sekolah. Kegiatan-kegiatan
yang dapat dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan
proses adalah: (1) mengamati gejala yang timbul, (2) mengklasifikasikan sifat-sifat yang
sama, (3) mengukur besaran-besaran yang bersangkutan, (4) mencari hubungan antar
konsep-konsep yang ada, (5) mengenal adanya suatu masalah, merumuskan masalah, (6)
memperkirakan penyebab suatu gejala, merumuskan hipotesa, (7) meramalkan gejala
yang mungkin akan terjadi, (8) berlatih menggunakan alat-alat ukur, (9) melakukan
percobaan, (10) mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data, (11) berkomunikasi,
dan (12) mengenal adanya variabel, mengendalikan suatu variabel.
Pelaksanaan proses dimulai dari yang sederhana, selanjutnya diikuti proses yang lebih
kompleks. Keunggulan pendekatan proses adalah:
a. Memberi bekal cara memperoleh pengetahuan, hal yang sangat penting
untuk pengembangan pengetahuan dan masa depan.
b. Pendahuluan proses bersifat kreatif, siswa aktif, dapat meningkatkan
keterampilan berpikir dan cara memperoleh pengetahuan.
Sedangkan kelemahannya adalah :
a. Memerlukan banyak waktu sehingga sulit untuk dapat menyelesaikan bahan
pengajaran yang ditetapkan dalam kurikulum.
b. Memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidak semua
sekolah dapat menyediakannya.
c. Merumuskan masalah, menyusun hipotesis, merancang suatu percobaan
untuk memperoleh data yang relevan adalah pekerjaan yang sulit, tidak
setiap siswa mampu melaksanakannya.
Pendekatan proses pada hakekatnya adalah memproses informasi, yaitu
informasi pembelajaran. Menurut para ahli psikologi pemprosesan informasi
menguraikan peristiwa-peristiwa psikologi sebagai stranformasi-stranformasi
informasi dari input ke ouput. Di samping itu juga pendekatan proses ini
menggambarkan bahwa kegiatan pembelajaran yang berlangsung di sekolah
bersifat formal. Proses pembelajaran disengaja dan direncanakan dengan
bimbingan guru dan pendidik lainnya agar siswa mencapai tujuan dan menguasai
bahan pelajaran yang diberikan guru sesuai kurikulum yang ada.
3. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadaan
umum ke keadaan khusus, sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan
menyajikan aturan, prinsip umum diikuti contoh-contoh khusus atau penerapan
aturan prinsip umum ke dalam keadaan khusus. Langkah-langkah yang dapat
digunakan dalam pendekatan deduktif pada pembelajaran adalah: (1) memilih
konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan deduktif, (2)
menyajikan aturan, prinsip yang bersifat umum lengkap dengan defenisi dan
buktinya, (3) disajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun
hubungan antara keadaan khusus itu dengan aturan prinsip umum, dan (4)
disajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan
khusus itu merupakan gambaran dari keadaan umum.
Sedangkan berpikir deduktif disebut juga berpikir dengan menggunakan
silogisme terdiri dari tiga preposisi statement yang terdiri dari “premise” yaitu
dasar penarikan kesimpulan sebagai pernyataan akhir yang mengandung suatu
kebenaran. Berpikir deduktif prosesnya berlangsung dari yang umum menuju ke
yang khusus. Dalam berpikir deduktif ini orang bertolak dari suatu teori, prinsip,
ataupun kesimpulan yang dianggap benar dan sudah bersifat umum. Dari situ
diterapkan kepada fenomena-fenomena yang khusus, dan mengambil
kesimpulan khusus yang berlaku bagi fenomena tersebut.
4. Pendekatan Induktif
Berpikir induktif ialah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari
khusus menuju ke yang umum. Orang mencari ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu
dari berbagai fenomena, kemudian menarik kesimpulan bahwa ciri-ciri atau sifat-
sifat itu terdapat pada semua jenis fenomena. Dalam konteks pembelajaran
pendekatan induktif adalah pendekatan pengajaran yang bermula dengan
menyajikan sejumlah keadaan khusus kemudian dapat disimpulkan menjadi
suatu fakta, prinsip atau aturan.
Langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pendekatan induktif
adalah: (1) memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan
pendekatan induktif, (2) menyajikan contoh-contoh khusus konsep, prinsip, atau
aturan yang memungkinkan siswa memperkirakan (hipotesis) sifat umum yang
terkandung dalam contoh-contoh itu, (3) disajikan bukti-bukti yang berupa
contoh tambahan untuk menunjang atau menyangkal perkiraan itu, dan (4)
disusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan
langkah-langkah yang terdahulu.
5. Pendekatan Ekspositori
Pendekatan ini berdasarkan pada pandangan bahwa tingkah laku kelas
dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru. Hakekat
mengajar menurut pendekatan ini adalah menyampaikan ilmu pengetahuan
kepada siswa. Siswa dipandang sebagai objek yang menerima apa yang diberikan
oleh guru. Biasanya guru menyampaikan informasi mengenai bahan pengajaran
dalam bentuk penjelasan dan penuturan secara lisan, yang dikenal dengan istilah
kuliah atau ceramah. Dalam pendekatan ini siswa diharapkan dapat menangkap
dan mengingat informasi yang telah diberikan guru, serta mengungkapkan
kembali apa yang dimilikinya melalui respon yang ia berikan pada saat diberikan
pertanyaan oleh guru.
Secara garis besar prosedurnya ialah: (1) persiapan, yaitu guru
menyiapkan bahan selengkapnya secara sistematik dan rapi, (2) pertautan
(aperception) bahan terdahulu, yaitu guru bertanya atau memberikan uraian
singkat untuk mengarahkan perhatian siswa kepada materi yang telah diajarkan,
(3) penyajian terhadap bahan yang baru, yaitu guru menyajikan dengan cara
memberi ceramah atau menyuruh siswa membaca bahan yang telah
dipersiapkan diambil dari buku, teks tertentu yang ditulis oleh guru, dan (4)
evaluasi, yaitu guru bertanya dan siswa menjawab sesuai dengan bahan yang
dipelajari, atau siswa yang disuruh menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri
pokok-pokok yang telah dipelajari secara liasan atau tulisan.
Pendekatan ekspositori digunakan guru untuk menyajikan bahan
pelajaran secara utuh atau menyeluruh, lengkap, dan sistematis dengan
penyampaian secara verbal. Dengan demikian pendekatan ekspositori ini
merupakan proses belajar yang berorientasi pada prinsip belajar tuntas (mastery
learning).
6. Pendekatan Heuristik
Kata heuristik berasal dari bahasa Yunani, yaitu “heuriskein” yang berarti
“saya menemukan”. Metode heuristik ini dipromosikan oleh Amstrong abad ke
19, menurut metode ini peserta didik sendiri yang harus menemukan fakta ilmu
pengetahuan. Pendekatan heuristik adalah pendekatan pengajaran yang yang
menyajikan sejumlah data dan siswa diminta untuk membuat kesimpulan
menggunakan data tersebut, implementasinya dalam pengajaran menggunakan
metode penemuan dan metode inkuiri. Metode penemuan didasarkan pada
anggapan bahwa materi suatu bidang studi tidak saling lepas, tetapi ada kaitan
antara materi-materi tersebut.
Prinsip pendekatan heuristik adalah: (1) aktivitas siswa menjadi fokus
perhatian utama dalam belajar, (2) berpikir logis adalah cara yang paling utama
dalam menemukan sesuatu, (3) proses mengetahui dari sesuatu yang sudah
diketahui menuju kepada yang belum diketahui adalah jalan pelajaran yang
paling rasional dalam pelajaran di sekolah, (4) pengalaman yang penuh tujuan
adalah tonggak dari usaha pembelajaran siswa ke arah belajar berbuat, bekerja,
dan berusaha, dan (5) perkembangan mental seseorang berlangsung selama ia
berpikir dan belajar mandiri. Dengan prinsip ini menunjukkan bahwa pendekatan
heuristik dapat mendorong siswa bersikap berani untuk berpikir ilmiah dan
mengembangkan berpikir mandiri.
Pendekatan heuristik ini mempunyai kelemahan antara lain adalah : (1)
tidak semua siswa cocok dengan pendekatan ini, kadang-kadang siswa lebih
senang diberi pelajaran oleh gurunya melalui ceramah dan tanya jawab, (2) guru
kurang biasa menggunakan pendekatan ini di dalam pembelajaran disekolah
karena faktor kemampuan, (3) pendekatan ini kurang cocok bagi siswa yang
lamban, dan (4) pendekatan ini menuntut perlengkapan yang memadai,
terutama bagi pekerjaan di laboratorium.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan di atas, maka prosedur heuristik
untuk menemukan jawaban dilakukan dengan cara tidak ketat, misalnya
menganjurkan siswa-siswa menemukan jawaban atas masalah pelik dengan
memikirkan masalah yang ada persamaannya yang lebih sederhana atau berpikir
secara analogi, berdasarkan simetri, atau dengan melukiskannya atau membuat
diagram. Siswa dibimbing oleh guru agar menemukan sendiri konsep yang dicari,
tetapi konsep itu belum tentu telah diketahui oleh guru sebelumnya.
7. Pendekatan Kecerdasan
Munzert, A.W. (1994) mengartikan kecerdasan sebagai sikap intelektual
mencakup kecepatan memberikan jawaban, penyelesaian, dan kemampuan
memecahkan masalah. Kemudian David Weschler memberi rumusan tentang
kecerdasan sebagai suatu kapasitas umum dari individu untuk bertindak,
berpikir rasional, dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif. Sedangkan
Howard Gardner yang terkenal dengan kecerdasan gandanya, menganggap
kecerdasan sebagai kemampuan memecahkan masalah atau menciptakan
produk dan kecerdasan tersebut dapat dikembangkan serta tidak bersifat tetap.
Gardner sebagai pencetus Theory of Multiple Intelligences menyatakan
bahwa kecerdasan adalah bahasa-bahasa yang dibicarakan oleh semua orang
dan sebagian dipengaruhi oleh kebudayaan tempat seseorang dilahirkan.
Kecerdasan merupakan alat untuk belajar, menyelesaikan masalah, dan
menciptakan semua hal yang bisa digunakan manusia. Gardner (dalam Hamzah,
2009:11) mendeskripsikan delapan kecerdasan manusia, yaitu: (1) kecerdasan
linguistik (linguistic intelligences), (2) kecerdasan logika-matematis (logical-
mathematical intelegences), (3) kecerdasan spasial (spatial intelligences), (4)
kecerdasan badani-kinestetik (body-kinesthetic intelligences), (5) kecerdasan
musikal (musical intelligences), (6) kecerdasan interpersonal (interpersonal
intelligences), (7) kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligences) dan (8)
kecerdasan naturalis (naturalist intelegences).
Selanjutnya Daniel Goleman mengemukan kecerdasan dengan
kecerdasan emosi (Emotional Quotient) yang disingkat EQ. Menurut
pendapatnya kecerdasan emosi adalah kemampuan individu dalam
menggunakan atau mengelola emosinya secara efektif untuk mencapai tujuan,
membangun hubungan yang produktif dengan orang lain dan meraih
keberhasilan (ditempat kerja). Selanjutnya menurut Daniel Goleman bahwa IQ
akan dapat bekerja secara efektif apabila seseorang mampu memfungsikan
kecerdasan emosinya. Intelegence Ouotien (IQ) hanyalah merupakan satu unsur
pendukung keberhasilan seseorang, keberhasilan itu akan tercapai tergantung
kepada kemampuan seseorang itu menggabungkan antara IQ dan EQ.
Kecerdasan emosi mencakup semua sikap atau kemampuan pribadi
(Personal Competence) seperti: (1) Mengenali emosi diri/kesadaran diri (Self
Awarenes), (2) Mengelola emosi/Pengaturan Diri (Self Regulation), (3) Motivasi
diri (Self Motivation), (4) Mengenal emosi orang lain/Empati (Social Awarenes),
dan (5) Membina hubungan sosial (Social Skill).
Kecerdasan spiritual (spiritual intelegence) menurut Danah Zohar dan Ian
Marshall (2000) berkenaan dengan kecakapan internal, bawaan dari otak dan
psikis manusia, menggambarkan sumber yang paling dalam dari hati semesta itu
sendiri. Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan rohaniah, yang menuntun
diri kita menjadi manusia yang utuh , berada pada bagian yang paling dalam dari
diri kita, terkait dengan kebijaksanaan yang berada di atas ego. Kecerdasan
spritual adalah kecerdasan yang bukan saja mengetahui nilai-nilai yang ada,
tetapi juga secara kreatif menemukan nilai-nilai baru.
Kecerdasan spiritual (SQ) merupakan landasan yang diperlukan untuk
memfungsikan IQ dan EQ secara efektif, yaitu memfasilitasi suatu dialog antara
akal dan emosi. Kecerdasan emosi (EQ) tidak bisa menjembatani kesenjangan
antara emosi-emosi. Demikianlah bahwa Tuhan menciptakan manusia dilengkapi
dengan tiga potensi dasar IQ, EQ, dan SQ tinggal bagaimana kita mengelolanya.
Menilik beragamnya kecerdasan manusia, menjadi peran guru dan
konselor amat penting untuk memberikan arahan pada apa yang cocok dan
sesuai bagi siswanya. Oleh karena itu pelayanan belajar di sekolah yang
difasilitasi oleh pemerintah merupakan bagian dari jaminan kualitas. Karena
jaminan kualitas ini yang akan memberi arah kepada para siswanya untuk
mampu bertahan dan juga mampu berkembang sesuai potensi kecerdasannya.
8. Pendekatan Konstektual
Pendekatan konstektual (Contextual Teaching and Learning) disingkat CTL
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Sedangkan
pembelajaran konstektual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi duna nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Menurut Depdiknas (2008, 6-7) pembelajaran kontekstual dengan
pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang
memenuhi prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan lima strategi
pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), yaitu relating,
experiencing, applying, cooperating, dan transferrini diharapkan peserta didik
mampu mencapai kompetensi secara maksimal.
Tujuh konsep utama pembelajaran kontekstual, yaitu:
a. Konstruktivisme (Constructivisme)
 Belajar adalah proses aktif mengonstruksi pengetahuan dari abstraksi
pengalaman alami maupun manusiawi, yang dilakukan secara pribadi dan
sosial untuk mencari makna dengan memproses informasi sehingga
dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimiliki
 Belajar berarti menyediakan kondisi agar memungkinkan peserta didik
membangun sendiri pengetahuannya
 Kegiatan belajar dikemas menjadi proses mengonstruksi pengetahu-an,
bukan menerima pengetahuan sehingga belajar dimulai dari apa yang
diketahui peserta didik. Peserta didik menemukan ide dan pengetahuan
(konsep, prinsip) baru, menerapkan ide-ide, kemudian peserta didik
mencari strategi belajar yang efektif agar mencapai kompetensi dan
memberikan kepuasan atas penemuannya itu.
b. Menemukan (Inquiry)
 Siklus inkuiri: observasi dimulai dengan bertanya, mengajukan hipotesis,

mengumpulkan data, dan menarik simpulan.


 Langkah-langkah inkuiri dengan merumuskan masalah, melakukan
observasi, analisis data, kemudian mengomunikasikan hasilnya
c. Bertanya (Questioning)
 Berguna bagi guru untuk: mendorong, membimbing dan menilai peserta
didik; menggali informasi tentang pemahaman, perhatian, dan
pengetahuan peserta didik.
 Berguna bagi peserta didik sebagai salah satu teknik dan strategi belajar.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)


 Dilakukan melalui pembelajaran kolaboratif
 Belajar dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil sehingga kemampuan
sosial dan komunikasi berkembang
e. Pemodelan (Modelling)
 Berguna sebagai contoh yang baik yang dapat ditiru oleh peserta didik

seperti cara menggali informasi, demonstrasi, dan lain-lain.


 Pemodelan dilakukan oleh guru (sebagai teladan), peserta didik, dan tokoh

lain.
f. Refleksi (Reflection)
 Tentang cara berpikir apa yang baru dipelajari
 Respon terhadap kejadian, aktivitas/pengetahuan yang baru

 Hasil konstruksi pengetahuan yang baru


 Bentuknya dapat berupa kesan, catatan atau hasil karya

g. Penilaian Sebenarnya (Autentic Assesment)


 Menilai sikap, pengetahuan, dan ketrampilan

 Berlangsung selama proses secara terintegrasi


 Dilakukan melalui berbagai cara (test dan non-test)

 Alternative bentuk: kinerja, observasi, portofolio, dan/atau jurnal


Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan konstektual, jika
menerapkan konsep utama pembelajaran konstektual ini di dalam
pembelajarannya. Penerapan pendekatan konstektual secara garis besar
langkah-langkahnya adalah; (1) kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar
lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
menkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya, (2) laksanakan
sejauh mungkin kegiatan inkuiri (menemukan) untuk semua pokok bahasan, (3)
mengembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya, (4) menciptakan
masyarakat belajar, (5) menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, (6)
melakukan refleksi di akhir pertemuan, dan (7) melakukan penilaian yang
sebenarnya dengan berbagai cara.
Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi
siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa
bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa, proses
pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil, dimana siswa belajar
mengkostruksi sendiri. Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna
belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana
mencapainya. Para siswa menyadari bahwa yang mereka pelajari akan berguna
dan sebagai bekal hidupnya kemudian hari. Para siswa mempelajari apa yang
bermanfaat bagi dirinya ddan berupaya menanggapinya, itulah sebabnya para
siswa tersebut memerlukan tenaga pengajar yang profesional sebagai pengarah
dan pembimbing mereka dalam belajar.

B. Strategi Pembelajaran
Menurut J. R. David (1976), strategi pembelajaran dapat berarti sebagai
perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan menurut Kemp (1995), pengertian tentang
strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan
guru dan siswa. Selain dua pengertian di tersebut, strategi pembelajaran dapat juga
diartikan sebagai suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan
secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.
Strategi pembelajaran merupakan suatu seni dan ilmu untuk membawa
pembelajaran sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai
secara efesien dan efektif (T. Raka Joni, 1992). Cara-cara yang dipilih dalam
menyusun strategi pembelajaran meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang
dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik (Gerlach and Ely).
Strategi belajar mengajar tidak hanya terbatas pada prosedur dan kegiatan,
melainkan juga termasuk di dalamnya materi pengajaran atau paket pengajarannya
(Dick and Carey).

Yatim Riyanto (2009:135) mengemukakan untuk memilih suatu strategi


pembelajaran ada beberapa hal yang perlu dijadikan pertimbangan, antara lain:
1. Kesesuaian dengan tujuan instruksional yang hendak dicapai.
2. Kesesuaian dengan bahan bidang studi yang terdiri dari aspek-aspek
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai.
3. Strategi pembelajaran itu mengandung seperangkat kegiatan pembelajaran
yang mungkin mencakup penggunaan beberapa metode pengajaran yang
relevan dengan tujuan dan materi pelajaran.
4. Kesesuaian dengan kemampuan profesional guru bersangkutan terutama
dalam rangka pelaksanaan pembelajaran.
5. Cukup waktu yang tersedia, karena erat kaitannya dengan waktu belajar dan
banyaknya bahan yang harus disampaikan.
6. Kesediaan unsur penunjang, khususnya media instruksional yang relevan dan
peralatan yang memadai.
7. Suasana lingkungan dalam kelas dan lembaga pendidikan secara keseluruhan.
8. Jenis-jenis kegiatan yang serasi dengan kebutuhan dan minat siswa, karena erat
kaitannya dengan tingkat motivasi belajar untuk mencapai tujuan instruksional.
Kemudian selanjutnya Aqib (2002), mengelompokkan strategi pembelajaran
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, yaitu:
1. Berdasarkan proses pengelolaan pesan
a. Strategi deduktif.
Materi atau bahan pelajaran diolah mulai dari yang umum ke yang bersifat
khusus atau bagian-bagian. Bagian-bagian itu dapat berupa sifat, atribut,
atau ciri-ciri.
b. Strategi induktif.
Dengan strategi induktif, materi atau bahan pelajaran diolah mulai dari
khusus ke yang generalisasi atau umum.
2. Berdasarkan pihak pengelola pesan
a. Strategi ekspositorik.
Dengan strategi ekspositorik, guru yang mencari dan mengolah bahan
pelajaran yang kemudian menyampaikannya kepada siswa. Strategi ini
dapat digunakan dalam mengajarkan berbagai materi pelajaran, kecuali
yang sifatnya pemecahan masalah.
b. Strategi heuristik
Dengan strategi heuristik, bahan atau materi pelajaran dilolah oleh siswa.
Siswa yang aktif mencari dan mengolah bahan atau materi pelajaran. Guru
sebagai fasilitator untuk memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan.
3. Berdasarkan pertimbangan pengaturan guru
a. Strategi seorang guru. Seorang guru mengajar kepada sejumlah siswa.
b. Strategi pengajaran beregu (Team Teaching). Dengan pengajaran beregu
dua orang atau lebih guru mengajar sejumlah siswa.
Pengajaran beregu dapat digunakan dalam mengajarkan salah satu mata
pelajaran atau sejumlah mata pelajaran yang berpusat kepada suatu topik
tertentu.
4. Berdasarkan jumlah siswa
a. Strategi klasikal
b. Strategi kelompok kecil
c. Strategi individu
5. Berdasarkan interaksi guru dengan siswa
a. Strategi tatap muka
b. Strategi pengajaran melalui media. Guru tidak kontak langsung dengan
siswa, tetapi melalui media. Siswa berinteraksi dengan media.

Menurut Depdiknas (2008), berdasarkan pendekatan yang digunakan, secara


umum ada dua strategi pembelajaran yaitu strategi yang berpusat pada guru
(teacher centre oriented) dan strategi yang berpusat pada peserta didik (student
centre oriented). Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru menggunakan
strategi ekspositori, sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik menggunakan strategi diskoveri inkuiri (discovery inquiry).

Pemilihan strategi ekspositori atau diskoveri inkuiri dilakukan atas


pertimbangan karakteristik kompetensi yang menjadi tujuan yang terdiri dari sikap,
pengetahuan dan keterampilan, serta karakteristik peserta didik dan sumber daya
yang dimiliki. Oleh karena itu tidak ada strategi yang tepat untuk semua kondisi dan
karakteristik yang dihadapi. Guru diharapkan mampu memilah dan memilih dengan
tepat strategi yang digunakan agar hasil pembelajaran efektif dan
maksimal.Pemilihan strategi ekspositori dilakukan atas pertimbangan:

a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian belum memadai;


b. sumber referensi terbatas;
c. jumlah pesera didik dalam kelas banyak;
d. alokasi waktu terbatas; dan
e. jumlah materi (tuntutan kompetensi dalam aspek pengetahuan) atau bahan
banyak.
Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi ekspositori adalah sebagai berikut.

a. Preparasi, guru menyiapkan bahan/materi pembelajaran


b. Apersepsi diperlukan untuk penyegaran
c. Presentasi (penyajian) materi pembelajaran
d. Resitasi, pengulangan pada bagian yang menjadi kata kunci kompetensi atau
materi pembelajaran.
Pemilihan strategi diskoveri inkuiri dilakukan atas pertimbangan:
a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian cukup memadai;
b. sumber referensi, alat, media, dan bahan cukup;
c. jumlah peserta didik dalam kelas tidak terlalu banyak;
d. materi pembelajaran tidak terlalu luas; dan
e. alokasi waktu cukup tersedia.
Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi diskoveri inkuiri adalah sebagai
berikut.

a. Guru atau peserta didik mengajukan dan merumuskan masalah


b. Merumuskan logika berpikir untuk mengajukan hipotesis atau jawaban
sementara
c. Merumuskan langkah kerja untuk memperoleh data
d. Menganalisis data dan melakukan verifikasi
e. Melakukan generalisasi
Strategi ekspositori lebih mudah bagi guru namun kurang melibatkan aktivitas
peserta didik. Kegiatan pembelajaran berupa instruksional langsung (direct
instructional) yang dipimpin oleh guru. Metode yang digunakan adalah ceramah
atau presentasi, diskusi kelas, dan tanya jawab. Namun demikian ceramah atau
presentasi yang dilakukan secara interaktif dan menarik dapat meningkatkan
keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran.

Strategi diskoveri inkuiri memerlukan persiapan yang sungguh-sungguh, oleh


karena itu dibutuhkan kreatifitas dan inovasi guru agar pengaturan kelas maupun
waktu lebih efektif. Kegiatan pembelajaran berbentuk Problem Based Learning yang
difasilitasi oleh guru. Strategi ini melibatkan aktivitas peseserta didik yang tinggi.
Metode yang digunakan adalah observasi, diskusi kelompok, eksperimen, ekplorasi,
simulasi, dan sebagainya.

Selanjutnya strategi pembelajaran dapat juga dibagi seperti berikut ini:


1. Strategi Pembelajaran Langsung (direct instruction)
 Strategi pembelajaran langsung merupakan strategi yang kadar berpusat pada
gurunya paling tinggi, dan paling sering digunakan. Pada strategi ini termasuk
di dalamnya metode-metode ceramah, pertanyaan didaktik, pengajaran
eksplisit, praktek dan latihan, serta demonstrasi.
 Strategi pembelajaran langsung efektif digunakan untuk memperluas
informasi atau mengembangkan keterampilan langkah demi langkah
2. Strategi Pembelajaran Tidak Langsung (indirect instruction)
 Pembelajaran tidak langsung memperlihatkan bentuk keterlibatan tinggi siswa
dalam melakukan observasi, penyelidikan, penggambaran inferensi
berdasarkan data, atau pembentukan hipotesis.
 Dalam pembelajaran tidak langsung, peran guru beralih dari penceramah
menjadi fasilitator, pendukung, dan sumber personal (resource person).
Guru merancang lingkungan belajar, memberikan kesempatan siswa untuk
terlibat, dan jika memungkinkan memberikan umpan balik kepada siswa
ketika mereka melakukan inkuiri.
 Strategi pembelajaran tidak langsung mensyaratkan digunakannya bahan-
bahan cetak, non-cetak, dan sumber-sumber manusia.
3. Strategi Pembelajaran Interaktif (interactive instruction)
 Strategi pembelajaran interaktif merujuk kepada bentuk diskusi dan saling
berbagi di antara peserta didik.
 Seaman dan Fellenz (1989) mengemukakan bahwa diskusi dan saling berbagi
akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan reaksi
terhadap gagasan, pengalaman, pandangan, dan pengetahuan guru atau
kelompok, serta mencoba mencari alternatif dalam berpikir.
 Strategi pembelajaran interaktif dikembangkan dalam rentang
pengelompokkan dan metode-metode interaktif.
 Di dalamnya terdapat bentuk-bentuk diskusi kelas, diskusi kelompok kecil atau
pengerjaan tugas berkelompok, dan kerjasama siswa secara berpasangan.
4. Strategi Belajar Melalui Pengalaman (experiential learning)
 Strategi belajar melalui pengalaman menggunakan bentuk sekuens induktif,
berpusat pada siswa, dan berorientasi pada aktivitas.
 Penekanan dalam strategi belajar melalui pengalaman adalah pada proses
belajar, dan bukan hasil belajar.
 Guru dapat menggunakan strategi ini baik di dalam kelas maupun di luar
kelas. Sebagai contoh, di dalam kelas dapat digunakan metode simulasi,
sedangkan di luar kelas dapat dikembangkan metode observasi untuk
memperoleh gambaran pendapat umum.
5. Strategi Belajar Mandiri (independent study)
 Strategi belajar mandiri merujuk kepada penggunaan metode-metode
pembelajaran yang tujuannya adalah mempercepat pengembangan inisiatif
individu siswa, percaya diri, dan perbaikan diri. Fokus strategi belajar mandiri
ini adalah merencanakan belajar mandiri siswa di bawah bimbingan atau
supervisi guru.
 Belajar mandiri menuntut siswa untuk bertanggungjawab dalam
merencanakan dan menentukan kecepatan belajarnya.

C. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran mempunyai beberapa pengertian, antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
2. Sesuatu yang dugunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.
3. Cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi
latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam satu strategi pembelajaran dapat menggunakan beberapa metode.
Contoh Metode Pembelajaran adalah metode ceramah, metode diskusi, metode
tanya jawab, dan lain-lain. Penjabaran dari metode disebut teknik dan taktik.

Berikut ini akan digambarkan sinkronisasi antara berbagai metode


pembelajaran yang memungkinkan diterapkan di dalam kelas dengan kemampuan
yang akan dicapai berdasarkan indikator yang telah dirancang atau disepakati oleh
guru atau guru bersama-sama siswa. Setiap metode memiliki keunggulan dan
kelemahan, dengan mempertimbangkan jumlah siswa, karakteristik siswa, alat,
fasilitas, biaya dan waktu yang tersedia.

KEMAMPUAN YANG AKAN DICAPAI BERDASARKAN


NO METODE
INDIKATOR

1 Ceramah Menjelaskan konsep/prinsip/prosedur


Menjelaskan suatu keterampilan berdasarkan prosedur
2 Demonstrasi
tertentu

3 Tanya Jawab Mendapatkan umpan balik/partisipasi/menganalisis

4 Penampilan Melakukan suatu keterampilan

5 Diskusi Menganalis/memecahkan masalah

Menjelaskan/menerapkan/menganalisis/mensintesis/
Studi
6 mengeval-uasi/melakukan sesuatu hal yang bersifat kognitif
Mandiri
maupun psikomotor

Kegiatan
Pembelajar-
7 Menjelaskan konsep/prinsip/prosedur
an
Terprogram

Latihan
8 Bersama Melakukan sesuatu keterampilan
Teman

Menjelaskan/menerapkan/menganalisis suatu konsep dan


9 Simulasi
prinsip

Pemecahan Menjelaskan/menerapkan/mengenalisis/konsep/prosedur/
10
Masalah prinsip tertentu

11 Studi Kasus Menganalisis dan memecahkan masalah

12 Insiden Menganalisi dan memecahkan masalah

13 Praktikum Melakukan suatu keterampilan

14 Proyek Melakukan sesuatu/menyusun laporan suatu kegiatan

Bermain
15 Menerapkan suatu konsep/prinsip/prosedur
Peran

16 Seminar Menganalisis/memecahkan masalah

17 Simposium Menganalisis masalah

18 Tutorial Menjelaskan/menerapkan/menganalisis
konsep/prosedur/prinsip

Menjelaskan/menerapkan/menganalisis
19 Deduksi
konsep/prosedur/prinsip

20 Induksi Mensintesis suatu konsep/prinsip atau perilaku

Computer
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis/mensintesis/
21 Assisted
mengevaluasi sesuatu
Learning

Sumber: Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan, Martinis


Yamin,2007

Beberapa metode pembelajaran yang mendukung penggunaan dan


pengembangan ketrampilan proses antara lain metode diskusi, kegiatan
laboratorium, pemecahan masalah, penyelidikan dan penemuan
berkelompok, tugas. Berikut ini akan diingatkan kembali mengenai metode-
metode tersebut.

a. Metode diskusi

Diskusi adalah aktivitas dari sekelompok siswa, berbicara, saling tukar


informasi/pendapat tentang sebuah topik/masalah, guna mencari
jawaban/penyelesaian masalah dari segala segi. Ada berjenis-jenis diskusi,
misalnya :

1. Diskusi Panel
Yaitu suatu pertemuan dimana diundang pembicara yang memiliki
keahlian tertentu untuk mendiskusikan pendapatnya di depan peserta
sidang. Pembicara / panelis biasanya 3 - 5 orang , dengan organisasi : Ketua,
Sekretaris, Panelis dan peserta.
2. Diskusi Buzz group
Yaitu diskusi yang bertujuan memperoleh hasil pembahasan yang cepat
suatu topik / masalah dengan memandangnya dari beberapa sudut
pandangan.
3. Workshop , bengkel kerja atau lokakarya
Dalam kegiatan ini topik dibagi-bagi dalam sub-sub topik dimana
masing-masing sub topik dibicarakan/didiskusikan oleh tiap-tiap
kelompok, setelah semua siap / selesai membahas masalahnya
kemudian diajukan ke sidang pleno/diskusi umum. Sidang dipimpin oleh
Ketua Umum dibantu seorang atau lebih sekretaris.

Dalam proses belajar mengajar ada juga yang membagi diskusi dalam :
1). Diskusi terpimpin, guru yang memegang pimpinan diskusi
2). Diskusi tanpa pimpinan guru, jadi pimpinan diskusi dapat ketua
kelompok atau salah satu peserta yang ditunjuk.
Tugas Pimpinan/Ketua Diskusi :
1. Mengatur giliran bicara pemrasaran (bila diskusi panel)
2. Menyebutkan nama peserta yang akan bertanya, menyanggah atau
memberi saran lalu memberi kesempatan kepada yang bersangkutan
3. Merangkum, menyimpulkan, merumuskanpendapat yan telah diuraikan
Tugas Sekretaris :
1. Mencatat uraian pembicara, pertanyaan/pembicaraan peserta
2. Mencatat nama yang akan menanggapi dan menyerahkan ke ketua
3. Membuat ringkasan/pokok-pokok hasil pembicaraan.
Hal-hal yang harus dilakukan guru sebelum melaksanakan metoda diskusi
adalah :
1. Menentukan jenis diskusi dan tujuannya
2. Memberi tugas untuk pemanasan, misalnya membaca buku, membuat
makalah
3. Menata fasilitas fisik misalnya mengatur susunan meja kursi.
Selama diskusi berlangsung:
1. Jika yang dilakukan diskusi kelompok, hendaknya guru berpindah-pindah
dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain
2. Memberi semangat agar siswa berpartisipasi, melontarkan
kembalipertanyaan dengan pertanyaan yang meminta penalaran,
misalnya : mengapa? bagaimana?
3. Jangan sering menjawab ”benar” atau ”salah” dalam merespon. Tetapi
hendaknya menghidupkan jawaban yang memerlukan penalaran lebih
lanjut serta memberi bantuan siswa dengan bertanya, memberi sugesti,
pujian, menjelaskan kembali bila ada hal yang belum jelas, mengarahkan
diskusi agar mencapai tujuan, akhirnya kalau perlu membantu membuat
keputusan
4. Mengevaluasi proses dan hasilnya.

Beberapa kelebihan dengan menggunkan metode diskusi di dalam pembelajaran


adalah sebagai berikut :
1. Melibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran dengan
berbagai peran /tugas
2. Memberi kemungkinan yang luas kepada semua siswa untuk
berpartisipasi , ini akan meningkatkan rasa percaya diri.
3. Dengan mengumpulkan informasi maka setiap anggota kelompok akan
mendapatkan pandangan baru dari kelompoknya dan hasil pemecahan
kelompok akan lebih baik dari hasil individu.
4. Siswa dapat mempelajari dan mempraktikkan pengorganisasian fakta,
menyusun pertanyaan, berpikir dan menanggapi ide peserta lain, sadar
tentang waktu
5. Mengembangkan pribadi siswa sebagai anggota masyarakat yang
demokratis , kebebasan intelektual, siswa tidak hanya selalu menerima
semua yang diberikan guru, serta memberi kesempatan pada guru dan
siswa untuk berhubungan sebagai antar manusia.
6. Guru bebas, dapat memberi bantuan atau berada di luar kelompok.
Di samping ada keunggulannya maka metode diskusi ini juga mempuyai
kekurangannya, yaitu :
1. Memerlukan banyak waktu, tidak menjamin adanya konsensus setelah
kegiatan selesai dan tidak dapat diharapkan kelancarannya bila
pimpinan diskusi tidak mampu.
2. Diskusi tidak berfungsi kalau latar belakang pengetahuannya tidak sama
3. Membutuhkan pengaturan alat, ketrampilan diskusi dan penjadwalan
yang baik.
Strategi ini dapat menjadi tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya
kalau pimpinan diskusi tidak menggali pendapat peserta tetapi mendominasi
diskusi.

b. Metode Kegiatan Laboratorium


Metode Kegiatan Laboratorium merupakan suatu prosedur mengajar
dengan menggunakan causal effect yakni sifat dari fenomena baik fisik, psikis
maupun sosial, diteliti dan dipelajari dengan melakukan eksperimen dibawah
kondisi-kondisi yang diatur. Termasuk dalam kegiatan ini antara lain
demonstrasi, percobaan/eksperimen.
Seorang guru yang akan melaksanakan kegiatan laboratotium harus :
1. Sebelum pelaksanaan :
• Menjelaskan tujuan yang akan dicapai dengan kegiatan tersebut
• Membuat rencana, memilih sumber dan menjelaskan cara
melakukan kegiatan secara terperinci
• Mempersiapkan alat dan mengujinya, demikian juga bahan-bahan
yang akan digunakan
2. Selama kegiatan berlangsung :
• Menjawab pertanyaan siswa sehubungan dengan aktivitas yang
berlangsung
• Menjelaskan hal-hal yang kurang difahami oleh siswa
3. Setelah kegiatan :
• Memberi kesempatan berdiskusi sebagai tindak lanjut dari aktivitas
tersebut
• Membawa siswa menyimpulkan dan mengevaluasi hasilnya.
Guna memilih kegiatan demonstrasi ataukah praktikum atau percobaan
yang direncanakan untuk diberikan kepada siswa guru harus memperhatikan :
(1) fasilitas yang dimiliki oleh sekolah, (2) proses / kegiatan yang berlangsung
apakah cukup berbahaya hingga memerlukan pengawasan yang terus
menerus dari guru, (3) peralatan yang digunakan sederhana atau rumitkah?
Dalam melaksanakan demonstrasi ada beberapa hal yang harus dperhatikan
agar hasilnya maksimal, yaitu :
1. Alat/bahan harus dipersiapkan dengan baik serta dicoba lebih dahulu
sehingga tidak mengalami kegagalan
2. Jangan berusaha mendemonstrasikan banyak hal / proses sekaligus
agar tidak menghabiskan waktu dan siswa dapat mengamati segala
kegiatan yang berlangsung
3. Perhatikan apakah semua siswa dapat mengobservasi dengan baik,
karena kegiatan inidimaksud untuk menghilangkan verbalisme.

Demonstrasi dapat digunakan dengan tujuan untuk :


• Membuktikan, misalnya reaksi asam basa yang menghasilkan garam dan
air, pembedahan burung,
• Menerangkan / menjelaskan : katalis mempercepat reaksi
• Menunjukkan cara pemakaian, misalnya pemakaian buret, pengukuran
dengan gelas ukur, pipet volume
• Menimbulkan masalah, misalnya gas HCl dan NH3 dialirkan masing-
masing melalui ujung sebuah pipa, bagaimana kecepatan bergerak
kedua gas tersebut ? Mengapa terjadi kabuit putih ?
• Memamerkan obyek / model, misalnya bentuk kristal, tabung sinar
katoda
• Menunjukkan kegunaan, misalnya kegunaan air sabun dalam
campuran air dan minyak
Cara melaksanakan percobaan / praktikum ada beberapa hal yang harus
diperhatikan antara lain, yaitu :

1. Persiapkan alat-alat, perhitungkan jumlah siswa, jika jumlah alat yang


dimiliki cukup tiap siswa dapat melakukan sendiri-sendiri
2. Memperhatikan faktor keamanan dari percobaan yang dilakukan dan
mengadakan tindakan pengamanan terhadap kemungkinan timbulnya
ledakan, kebakaran
3. Menjelaskan hal-hal yang boleh / tidak boleh dilakukan selama
praktikum karena akan membahayakan diri sendiri / lingkungan
4. Menegakkan disiplin, dalam arti menjaga semua alat dan bahan agar
tidak digunakan untuk main-main
5. Pada saat siswa melakukan praktikum, guru mengamati prosesnya
sambil menjelaskan jika ada siswa yang bertanya
6. Menerima laporan hasil praktikum dan memeriksa alat-alat yang
digunakan apakah sudah cukup bersih.

Kelebihan metoda dari metode demonstrasi atau praktikum adalah :


1. Melibatkan secara langsung, pendekatannya multi sensori
(mendengar, melihat, membau dsb.)
2. Memberikan perasaan mampu kepada siswa, ini terjadi selama siswa
mengembangkan ketrampilan dalam mengelola alat-alat, mengadakan
percobaan / penyelidikan
3. Mempunyai tingkat relevansi yang tinggi dengan kebutuihan
masyarakat karena para siswa dapat meningkatkan ketrampilannya
yang nanti digunakan di masyarakat

Sedangkan kekurangan dari metode ini antara lain adalah :


1. Harus dilaksanakan oleh guru yang benar-benar mampu, karena harus
direncanakan dengan masak dan teliti agar efektif
2. Dapat menjadi mahal karena alat / bahan yang digunakan sering
mahal harganya serta kadang-kadang memboroskan waktu belajar
apabila pengelolaannya tidak tertib dan efektif
3. Jika kegiatan yang dilakukan beberapa macam dapat mengacaukan
perhatian siswa.

c. Metode Pemecahan Masalah


Merupakan suatu cara mengajar yang merangsang dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk atas inisiatif sendiri mampu
melakukan analisis dan sintesis terhadap persoalan yang dihadapi
sehingga diperoleh penyelesaiannya.
Tujuan penggunaan metoda ini :

1. Mengembangkan kemampuan berfikir logis, melakukan analisis dan


sintesis yang tepat
2. Memberikan kesempatan pengalaman memecahkan problema
dibawah bimbingan guru

Hal-hal yang harus dilakukan guru :


1. Memilih materi/topik yang mungkin dipermasalahkan, yaitu yang
memiliki berbagai kemungkinan jawaban
2. Membagi siswa dalam kelompok, jika mungkin meminta siswa
mengemukakan pokok-pokok yang akan dijadikan masalah, bila tidak
mungkin guru dapat menyodorkan masalah

3. Membantu siswa dalam :

 Pengumpulan data

 Klasifikasi dan analisis data

 Menyusun hipotesis atau alternatif cara pemecahan yang


mungkin ditempuh tetapi perlu dibuktikan kebenarannya

 Mengolah data untuk menetapkan cara pemecahan yang tepat

 Menguji kebenaran hipotesis atau kebenaran cara pemecahan yang


dipilih/ditempuh
 Menarik kesimpulan berupa hasil pemecahan masalah
(jawaban yang dinilai paling tepat memecahkan masalah).

Ada beberapa kelebihan metoda ini antara lain, yaitu :

1. Mendidik siswa berpikir logis, sistimatis, melakukan analisis


2. Melatih siswa memilih alternatif pemecahan yang paling tepat atau
menguntungkan

3. Mendidik siswa untuk menjadi terbuka atas berbagai pendapat dan


berani memilih salah satu, atas dasar pemilihan pikiran yang paling
logis dari berbagai jawaban yang ditemukan
4. Mendidik siswa mencari berbagai jalan keluar dalam menghadapi
problema dan mendidik suatu sikap hidup bahwa setiap
kesulitan/masalah memiliki cara/jalan pemecahan yang tepat.
Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah :
1. Memerlukan waktu yang lama jika ingin memperoleh hasil pemecahan
yang baik dan benar
2. Sukar diterapkan pada kurikulum yang berpusat pada pelajaran
(subject oriented).

d. Metode Penyelidikan dan Penemuan Berkelompok


Metode Penyelidikan dan Penemuan berkelompok didefinisikan
sebagai aktivitas sekelompok kecil siswa yang terorganisir untuk belajar.
Disini para siswa akan menjelaskan tujuan, prosedur / perencanaan,
pengumpulan data, analisis data dan pengambilan keputusan dalam
menyelesaikan problema tertentu. Hasilnya dilaporkan ke seluruh siswa di kelas.

Dalam kegiatan ini tindakan guru adalah :

1. Sebelum pelaksanaan

 Menentukan jumlah kelompok

Satu kelompok bisa terdiri dari 4 -6 orang siswa, perhatikan


kemampuan siswa dalam kelompok, jarak tempat tinggal antar siswa agar
bisa bekerja sama dengan baik selama melakukan kegiatan yang akan
berlangsung juga diluar jam tatap muka
 Memberi bimbingan dalam menyusun kelompok maupun dalam
memilih pimpinan kelompok

 Mengidentifikasi ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan oleh


kelompok
Ketrampilan tersebut antara lain : mengobservasi,menggunakan alat
ukur yang tepat, menggunakan alat-alat laboratorium dengan
benar, mencatat dan mengemu kakan hasil observasi, merumumuskan
masalah dan hipotesisi, merencanakan penelitian untuk menguji
hipotesis, mengkomunikasikan hasil temuannya.

 Bersama siswa membuat prosedur pokok, mengidentifikasi


problema/topik yang akan diselidiki
 Membantu kelompok dalam membuat rencana/survey tentang suatu
sumber dan mempertimbangkan sesuaikah rencana tadi dengan
kemampuannya.
2. Pada waktu kegiatan berlangsung
 Mengawasi secara cermat kegiatan siswa sehingga dapat memberikan
bantuan sewaktu-waktu diperlukan, apabila penyelidikan dilakukan di
luar kelas sebaiknya guru sering mengontrol melalui pertanyaan-
pertanyaan yang dilakukan di luar jam tatap muka.

Mengambil tindakan seperlunya bila kemajuan yang dicapai ternyata


tidak seperti yang diharapkan, misalnya memberi pancingan untuk
mempercepat kemajuan
 Membantu dalam menganalisis, menarik kesimpulan serta memilih cara
yang sebaiknya digunakan dalam menyajikan hasil penemuannya
 Membantu siswa dalam mengevaluasi hasil yang dicapai.

Kelebihan menggunakan metode ini adalah :


1. Memungkinkan siswa menggunakan ketrampilan inkuiri.
2. Metoda ini memberi kesempatan pengembangan kepemimpinan dan
mengajarkan cara diskusi yang sehat dalam kelompok
3. Memberi kesempatan lebih aktif dalam belajar maupun berpartisipasi,
lebh bebas dalam berdiskusi
4. Membangkitkan rasa hormat kepada teman-temannya dalam usaha
mencapai tujuan
Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah :
1. Siswa-siswa dalam kelompok hanya terdiri dari para siswa yang
pandai, karena siswa- siswa itulah yang mampu mengarahkan sendiri
kegiatan belajarnya
2. Metoda ini menghendaki class setting yang movable materi yang
berbeda dan cara mengajar yang berbeda pula
3. Keberhasilan metoda ini tergantung dari kemampuan siswa dalam
melaksanakan kerjasama dalam kelompok.

e. Metode Tugas

Merupakan suatu cara mengajar dimana guru dengan siswa


merencanakan bersama-sama suatu soal, problema atau kegiatan yang harus
diselesaikan siswa dalam waktu tertentu.
Metoda Tugas dapat digunakan untuk tujuan :

1. Membimbing siswa mempersiapkan diri mengenai materi pelajaran


yang akan diberikan dengan cara mempelajari dengan baik
2. Memperluas bahan atau memperdalamnya karena keterbatasan waktu
yang tersedia di kelas
3. Melatih tanggung jawab siswa sesuai dengan apa yang telah
disepakati.

Menurut Jusuf Djajadisastra (1979), jika diperbandingkan pelaksanaan


metoda tugas yang tradisional dan modern adalah sebagai berikut :

Tradisional Modern

Jenis tugas dan batas waktu Jenis tugas dan waktu penyelesaian
dibicarakan bersama-sama, tugas dapat
penyelesaian ditentukan oleh guru
berbeda-beda antara siswa yang satu
dengan yang lain
Apa yang dilakukan, bagaimana cara Tujuan dan rencana penyelesaian tugas
didiskusikan sehingga siswa
siswa menyelesaikan tugas, siswa
mengetahui denga jelas
menger- ti atau tidak, bukan masalah
guru, pokok- nya tugas selesai
dikerjakan
Guru tidak menjelaskan dan Pemberian tugas selalu didukung fasilitas
bertanggung jawab atas tersedianya
yang diperlukan dalam penyelesaian
buku sumber, alat peraga, bahan dsb.
tugas.

Ada pun kelebihan dari metode ini adalah :


1. Tugas yang diberikan dengan tujuan yang jelas dan dapat dimengerti
akan dihayati sebagai kewajiban yang menuntut tanggung jawab.
2. Siswa memperoleh pengalaman melaksanakan tugas, hubungan guru
dengan siswa menjadi akrab karena keterbukaan guru menerima siswa
berkonsultasi dalam menyelesaikan tugas.
3. Guru dapat mengikuti perkembangan kemajuan siswa-siswanya dari
hasil pemantauan / monitoring kemajuan pengerjaan tugas tersebut.
Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah :

1. Guru akan mengalami banyak kesulitan dalam usahanya


menyesuaikan tugas dengan kondisi individu masing-masing
siswanya, serta memerlukan fasilitas yang memadai untuk keperluan
siswa dalam menyelesaikan tugas.
2. Metoda tugas modern sukar diterapkan pada sekolah dengan
kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran (subject matter oriented).
3. Siswa yang cerdas dan rajin akan maju pesat, tetapi yang lambat akan
tertinggal.
4. Sulit bagi guru untuk ikut mengawasi / membimbing kegiatan siswa di
luar jam pelajaran.
f. Metode inquiri
Metode ini dikembangkan oleh Richard Suchman. Ia berpendapat bahwa
tiap individu memiliki keinginan meneliti secara alamiah. Keingintahuan yang ada
pada individu tidak terarah. oleh karena itu diperlukan latihan meneliti.
Model latihan Inkuiri dirancang untuk memperbesar keberanian meneliti
secara terarah. Latihan bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan
disiplin berpikir dalam meneliti secara bebas. Model ini mengutamakan
penguasaan proses meneliti dan kesadaran tentang pentingnya penelitian.
Pengertian
Model latihan Inkuiri adalah pola belajar-mengajar yang dirancang untuk melatih
siswa melaakukan proses meneliti. Penelitian itu dapat terjadi bila siswa
dihadapkan pada masalah yang mengandung tantangan intelektual secara
bebas, terarah kedalam kegiatan meneliti untuk memperoleh pengetahuan.
Rasional
Siswa memiliki keingin-tahuan meneliti secara ilmiah. Model latihan Inkuiri
dirancang untuk menciptakan tantangan untuk bernalar. Keingintahuan yang
tidak terarah, kemudian diarahkan dengan langkah-langkah meneliti dan
berekspe-rimentasi. oleh karenaitu model ini bukan hanya; 1) melatih
keterampilan meneliti, 2) menyadarkan pentingnya penelitian, tetapi juga 3)
mengaktifkan siswa belajar memperoleh pengetahuan.
Urutan Langkah Mengajar
Pengajaran yang menggunakan Latihan Inkuiri mengenal lima langkah mengajar
sebagai berikut :
Langkah pertama :
Menghadapkan siswa pada masalah. Masalah tersebut menantang siswa untuk
meneliti. Kemudian guru menjelaskan langkah-langkah dan cara meneliti.
Langkah kedua :
Siswa memeriksa sifat dan kondisi hal yang diteliti. Ia merinci dan memeriksa
hal-hal, kejadian-kejadian yang terkait dengan masalah.
Langkah ketiga :
Pengumpulan data dan melakukan percobaan. Dalam langkah ini siswa
menguraikan fakta-fakta, merinci, menggolongkannya, menyusun hipotesis, dan
melihat hubungan sebab-akibat.
Langkah keempat :
Siswa menyusun penjelasan tentang hubungan hal-hal yang diteliti dengan
hipotesis dan prediksi.
Langkah kelima :
Memikirkan kembali proses penelitian dan mengembangkannya menjadi cara
penelitian yang lebih baik.
Langkah penelitian ini semula dirancang untuk meneliti ilmu pengetahuan alam.
Kemudian juga diterapkan untuk bidang studi lain.
Sistem Sosial
Pola hubungan guru-siswa tergolong pola tinggi, artinya dikem-balikan oleh
guru, peranan guru sebagai berikut :
1) Memilih dan membuat keadaan dan situasi penuh persoalan.
2) Menunjukkan perlunya penelitian untuk mengatasi persolan. Penelitian itu
harus sesuai dengan cara penelitian ilmiah.
3) Memberikan reaksi pada perilaku penelitian siswa dengan informasi yang
tepat.
4) Membantu siswa untuk merumuskan inti sosial penelitian.
5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan masalah
penelitian dengan sesama siswa.
Prinsip Rekasi Guru terhadap Siswa
Perilaku guru dalam model ini sebagai berikut :
1) Membantu siswa untuk melakukan penelitian.
2) Memelihara gerak penelitian agar berkembang dan siswa terbuka terhadap
informasi-informasi baru.
3) Mengendalikan latihan meneliti agar tertuju pada proses penelitian
sebenarnya.
Penunjang Keberhasilan Belajar
Penunjang keberhasilan belajar meneliti yang disediakan oleh guru adalah :
1) Penyediaan sejumlah bahan, informasi, sumber-sumber yang bermanfaat
bagi proses penelitian.
2) Dorongan guru yang menumbuhkan keberanian dan semangat utk.
melakukan penelitian sebagai langkah memecahkan masalah.
3) Informasi-informasi yang mendorong timbulnya pengertian tentang
pentingnya penelitian.
Dampak Pengajaran dan Dampak Pengiring.
Model ini mengembangkan strategi meneliti, nilai, dan sikap siswa untuk
meneliti. Kemampuan yang dikembangkan meliputi :
1) Keterampilan proses meliputi observasi, pengumpulan dan pengorganisasian
data, mengenal rincian data, perumusan dan uji hipotesis, penarikan
kesimpulan, dan penjelasan.
2) Belajar aktif dan mandiri
3) Keterampilan menjelaskan secara lisan
4) Toleransi pada kenyataan yang mendua.
5) Sikap tentantif terhadap semua pengetahuan.
Dampak model ini dapat dilukiskan dalam Bagan bagan berikut ini :
Sistem Sosial
Guru mengenalkan bahasan tentang “gerakan air” dengan meminta
siswa menceritakan pengalamannya sendiri-sendiri. Dalam pembicaraan ini guru
mengerahkan terbentuknya pengertian tentang pentingnya penelitian.
Guru membimbing siswa selama pelajaran dalam kegiatan-kegiatan: (i)
pengajaran tatap muka di kelas, (ii) kerja individual atau kelompok di bak pasir,
(iii) kerja individual atau kelompok di sungai, selokan, saluran air, danau atau
laut di sekitar sekolah, (iv) diskusi kelompok, dan (v) diskusi kelas.
Guru bertindak seabagi fasilisator, dan membimbing jalannya proses penelitian.
Prinsip Reaksi
 Guru menggunakan bermacam-macam metode mengajar seperti ceramah
singkat, tanya-jawab, eksperimen, demonstrasi, kerja kelompok, karya
wisata, diskusi, dengan.
 Guru memberi informasi, memimpin jalannya penalaranm memimpin cara-
cara penarikan kesimpulan.
 Guru melakukan evaluasi belajar dan hasil belajar selama proses
berlangsung.
Penunjang Keberhasilan Belajar-Mengajar
 Penyediaan alat-alat berupa pembuluh atau pipa plastik berukuran 30 cm, 50
cm, 100 cm, ember, tanah, pasir, kerikil, batu, bak pasir, lembaran kerja,
penggaris, pita pengukur, tempat-tempat seperti sungai saluran air, selokan,
danau. atau laut di sekitar sekolah.
 Buku pelajaran, bacaan, majalah, surat kabar yang berkenaan dengan
“gerakan air” dan lingkungan hidup.
 Nara sumber yang ada di sekitar sekolah.
 (kurikulum SD kelas III.....................)
Dalam proses pembelajaran biasanya tidak hanya digunakan satu
macam metode saja, melainkan beberapa metode mengajar dapat
digunakan secara bergantian guna menyampaikan suatu materi bahasan.
Dengan mengenal berbagai metode yang bersifat mengaktifkan siswa
maka guru dapat merancang kegiatan pembelajaran yang menarik,
menyenangkan dan menantang siswa untuk menunjukkan jati dirinya
sehingga mau mencurahkan segala kemampuan untuk berhasil.
Inovasi dalam komponen metode memiliki peluang yang sangat
besar untuk dilakukan, mengingat guru dapat mencoba berbagai
rancangan pembelajaran untuk satu materi bahasan yang sama dengan
memperhatikan fasilitas yang dimiliki sekolah, karakteristik siswa yang
belajar maupun lingkungan dimana sekolah berada maupun tempat tinggal siswa.
Sebagai contoh pembelajaran melalui metode penelitian aplikatif pada
materi sistem koloid, atau pembelajaran dengan metode penelitian sederhana
pada materi korosi.

D. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik


pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah
apa yang disebut dengan Model Pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran.

Model pembelajaran inovatif lahir dari adanya keresahan terhadap cara


belajar klasikal. Dimana peserta didik tidak dapat terlibat aktif dalam hal intelektual
maupun fisik. Karena itu, dirancanglah sebuah model pembelajaran yang bisa
mengaktifkan seluruh indera dan intelektualitas peserta didiknya.

Yang termasuk ke dalam model pembelajaran inovatif adalah pembelajaran


berbasis quantum teaching, pembelajaran berbasis multiple intelegencies, e-
learning, active learning, integrated learning, cooperative learning, pembelajaran
berbasis sumber, konteksual learning, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Model pembelajaran diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya,


sintaksnya (pola urutannya) dan sifat lingkungan belajarnya. Setiap model
memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Disini
akan dikemukakan beberapa model pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran,
antara lain:

A. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)


Model pembelajaran langsung bertumpu pada prinsip-prinsip psikologi
perilaku dan teori belajar sosial, khususnya tentang pemodelan (modelling).
Menurut Bandura, belajar yang dialami manusia sebahagian besar diperoleh dari
suatu pemodelan yaitu meniru prilaku dan pengalaman orang lain. Pada
pembelajaran langsung tugas guru adalah membantu siswa memperoleh
pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu
dan memahami pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan tentang sesuatu (yang
diungkapkan dengan kata-kata). Model pembelajaran langsung dirancang secara
khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan
pengetahuan deklaratif yang testruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah
demi selangkah.
Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase / langkah pembelajaran.
Kelima fase tersebut dapat dilihat pada tabel 1. berikut:

Tabel 1: Sintaks model pembelajaran langsung

FASE-FASE PERILAKU GURU

1.Menyampaikan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, pentingnya


tujuan dan pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar
mempersiapkan siswa

2.Presentasi materi Guru menyajikan informasi tahap demi tahap atau


ajar atau demonstrasi mendemonstrasikan keteram pilan yang benar
tentang keterampilan
tertentu

3.Memberikan Guru memberi bimbingan pelatihan


pelatihan

4. Memberikan umpan Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas


balik dengan baik dan memberi umpan balik

5.Memberi Guru mempersiapkan kesempatan melakukan


kesempatan untuk pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada
pelatihan lanjutan dan penerapan kepada situasi yang lebih kompleks dan
penerapan kehidupan sehari-hari.

B. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)


1. Pengertian Cooperative Learning
Menurut Johnson & Johnson cooperative learning adalah
mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa
dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka milki dan
mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.
Menurut Anita Lie cooperative learning dengan istilah pembelajaran
gotong royong, yaitu system pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas
terstruktur.
Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini
banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat
kepada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang
ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama
dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.
Setiap model pembelajaran mempunyai ciri-ciri, begitu juga dengan
model pembelajaran cooperative learning yang mempunyai ciri-ciri antara lain
adalah :
1. Setiap anggota memiliki peran masing-masing.
2. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa.
3. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga
teman-teman sekelompoknya.
4. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal
di dalam kelompok.
5. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
Tujuan utama dari pembelajaran dengan model cooperative learning
adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-
temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan
kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan
menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana
siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan
yang berbeda. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori
belajar konstruktivis. Pembelajaran kooperatif memberi penekanan pada hakikat
sosiokultural dari pembelajaran yaitu bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada
umumnya muncul dalam kerjasama antar individu sebelum fungsi mental
tersebut terserap ke dalam individu tersebut. Dalam pembelajaran kooperatif,
siswa tidak hanya mempelajari materi saja, namun juga mempelajari
keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif.
Keterampilan-keterampilan kooperatif tersebut antara lain :
a. Keterampilan kooperatif tingkat awal meliputi :
Menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan
berbagi tugas, berada dalam kelompok, berada dalam tugas, mendorong
partisipasi, mengundang orang lain untuk bicara, menyelesaikan tugas pada
waktunya, menghormati perbedaan individu.
b. Keterampilan kooperatif tingkat menengah meliputi :
Menunjukkan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidak setujuan
dengan cara yang dapat diterima, mendengarkan dengan aktif, bertanya,
membuat ringkasan, menafsirkan, mengatur dan mengorganisir, menerima
tanggung jawab.
c. Keterampilan kooperatif tingkat mahir meliputi :
Mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran,
menetapkan tujuan, berkompromi.
Lingkungan belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh proses
demokrasi dan peran aktif siswa dalam menentukan apa yang harus dipelajari
dan bagaimana mempelajarinya. Enam tahap (sintaks) pembelajaran kooperatif
dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Sintaks model pembelajaran kooperatif

FASE-FASE PERILAKU GURU


1. Menyampaikan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, dan
tujuan dan memotivasi siswa unruk belajar
memotivasi siswa

2. Menyajikan Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan


informasi jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

3. Mengorganisasi Guru menjelaskan kepada siswa cara membentuk


siswa ke dalam kelompok belajar dan membantu setiap kelompok
kelompok-kelompok agar melakukan transisi secara efisien
belajar

4.Membimbing Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada


kelompok bekerja dan saat mereka mengerjakan tugas
belajar

5. Mengevaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang


telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya

6.Memberikan Guru mencari cara –cara untuk menghargai baik


penghar gaan upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

Di dalam pembelajaran dengan model cooperative learning peranan guru


kurang begitu dominan karena pembelajaran berorintasi kepada kegiatan siswa.
Peranan guru pada pembelajaran ini hanya sebagai fasilitator, mediator,
direktor-motivator, dan sebagai evaluator.
Pembelajaran cooperative learning mempunyai beberapa keunggulan
dibandingkan dengan model pembelajaran lain, yaitu :
1. Siswa tidak terlalu ketergantungan kepada guru, menambah kepercayaan
kemampuan berfikir sendiri, menemukan informas dari berbagai sumber.
2. Membangun kemampuan mengungkapkan ide/gagasan dan membandingkan
dengan orang lain.
3. Menumbuhkan sikap respek, menyadari keterbatasan dan menerima
perbedaan.
4. Memberdayakan sikap tanggung jawab siswa dalam belajar.
5. Meningkatkan prestasi akademik dan kemampuan sosial, keterampilan
mengatur waktu dan sikap positif terhadap sekolah.
6. Mengembangkan kemampuan menguji ide dan pemahaman sendiri dan
menerima umpan balik.
7. Meningkatkan kemampuan menggunakan informasi.
8. Meningkatkan motivasi dan rangsangan berfikir.
Tetapi disamping beberapa keunggulan di atas ada juga keterbatasan dari
model pembelajaran cooperative learning ini, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Bagi siswa tertentu, model ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam
kelompok.
2. Jika peer teaching tidak terlaksana dengan efektif, maka yang seharusnya
dipahami dan dipelajari siswa tidak akan pernah dicapai.
3. Penilaian diberian didasarkan kepada hasil tidak terlaksana dengan efektif,
maka yang seharusnya dipahami dan dipelajari siswa tidak akan pernah
dicapai.
4. Penilaian diberian didasarkan kepada hasil kerja kelompok.
5. Keberhasilan dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok
memerlukan perode waktu yang cukup panjang.
Jadi berdasarkan keterbatasan di atas, diharapkan guru mempunyai cara
yang efektif dan kreatif untuk menguranginya agar tujuan pembelajaran yang
sudah ditetapkan bersama dapat tercapai dengan maksimal. Langkah-langkah
yang dapat dilakukan oleh guru antara lain misalnya dengan pembagian tugas
yang jelas bagi setiap anggota kelompok, memotivasi siswa agar dapat tampil
maksimal, penilaian jangan hanya terbatas pada penilaian kelompok, dan harus
bisa memperkirakan waktu yang dibutuhkan di dalam suatu pembelajaran.
Selain hal-hal di atas juga perlu diperhatikan guru adalah proses pembentukan kelompok dan
cara penyusunan kursi untuk setiap kelompok. Pada pembentukan kelompok harap
diperhatikan komposisi kelompok diusahakan heterogen sehingga dapat terjadi interaksi di
dalam pembelajaran. Dan untuk penyusunan kursi pada setiap pembelajaran seharusnya
difariasikan antara menerapkan satu model dengan model yang lain agar siswa tidak merasa
bosan dengan susunan meja atau kursi yang monoton.

C. PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PROBLEM BASED INSTRUCTION)


a. Pengertian Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Menurut Boud dan Felleti (1997) dan Fogaty (1997) strategi belajar berbasis masalah
merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada siswa
dengan masalah-masalah praktis, melalui stimulus dalam belajar.
Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM) atau Problem Based Instruction (PBI)
merupakan model pembelajaran yang berfokus pada penyajian suatu permasalahan (nyata
ataupun stimulasi) kepada siswa, kemudian siswa diminta mencari pemecahannya melalui
serangkaian penelitian berdasarkan teori, konsep, prinsip yang dipelajarinya dari berbagai
bidang ilmu ( multiple perspective). Secara garis besar PBI terdiri dari menyajikan kepada
siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberi kemudahan kepada
siswa untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.
Beberapa alasan untuk penerapan pembelajaran berdasarkan masalah di dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat materi
pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh.
2. Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berpikir rasional siswa
siswa, yaitu kemampuan menganalis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka
miliki dalam situasi baru, dan mengenai perbedaan fakta dan pendapat.
3. Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta
membuat tantangan intelektual siswa.
4. Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya.
5. Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajarinya dengan
kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara teori dengan kenyataan).
Tujuan pembelajaran berdasarkan masalah adalah :
1. Membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan
memecahkan masalah.
2. Belajar berbagai peran melalui pelibatan dalam pengalaman nyata/simulasi.
3. Menjadi pelajar yang mandiri.
Ciri-ciri khusus pembelajaran berdasarkan masalah adalah:
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah.
Pembelajaran berdasarkan maslah mengorganisasikan pembelajaran di sekitar
pertanyaan dan masalah yang keduanya secara sosial penting dan secara pribadi
bermakna untuk siswa.
2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
3. Penyelidikan autentik
Siswa harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan
membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, membuat inferensi dan
mengambil kesimpulan
4. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya
Produk dapat berupa laporan, model fisik, video maupun program computer
5. Kerjasama
Lima tahap pembelajaran berdasarkan masalah dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Sintaks model pembelajaran berdasarkan masalah

FASE-FASE KEGIATAN YANG DILAKUKAN OLEH GURU

1.Orientasi siswa Guru menyampaikan SK, KD atau indikator, menjelaskan


kepada masalah perlengkapan yang dibutuhkan, memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang
dipilihnya

2. Mengorganisasi Guru membantu siswa mendefinisikan dan


siswa untuk belajar mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut

3. Membimbing Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi


penyelidikan individual yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk
maupun kelompok mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

4.Mengembangka Guru membantu siswa dalam merencanakan dan


n dan menyajikan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan
hasil karya model dan membantu mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya

5.Menganalisis dan Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau


mengevaluasi proses evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-
pemecahan masalah proses yang digunakan

Teknik Pembelajaran
A. Pengertian
Menurut Moris dalalam Sujana (2001:13) teknik adalah “ The systemic procedure by which a
complex or scientific task is accomplished, or the degree of skill or commmand of fundamentals
exhibited in any performance”. Batasan tersebut mengmukakan bahwa teknik adalah prosedur
yang sistematik sebagai petunjuk untuk melaksanakan tugas pekerjaan yang kompleks atau
ilmiah, merupakan tingkat keterampilan atau perintah untuk melakukan patokan-patokan dasar
suatu keterampilan. Kamus besar Bahasa Indonesia, memberi batasan bahwa teknik adalah “ cara
(kepandaian, dsb) membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni.
Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa teknik merupakan
keterampilan dan seni (kiat) untuk melaksanakan langkah-langkah yang sistematik dalam
melakukan sesuatu keg iatan ilmiah yang lebih luas atau metode.
Teknik-teknik pembelajaran digongkan oleh Knowles ke dalam tujuh jenis.
1. Teknik penyajian (presentasi)
Yang termasuk dalam jenis ini adalah ceramah, debat, dialog, tanya jawab, simposium,
panel, wawancara kelompok, demonstrasi, percakapan, drama, rekaman, pementasan,
kunjungan, dan telaah bacaan.
2. Teknik pembinaan partisipasi peserta didik dalam kelompok besar
Yang termasuk di dalam jenis ini adalah tanya jawa, forum kelompok pendengar, panel
bereaksi, kelompok buzz, bermain peran, dan panel berangkai.
3. Teknik untuk diskusi
Yang termasuk di dalam jenis ini adalah diskusi terbimbing, diskusi buku, diskusi sokratik,
diskusi pemecahan masalah, dan diskusi kasus.
4. Teknik-teknik simulasi
Yang termasuk di dalam jenis ini adalah bermain peran, pemecahan masalah kritis, studi
kasus dan pelatihan keranjang.
5. Teknik-teknik pelatihan kelompok T (Sensitivity Training)
6. Teknik-teknik pelatihan tanpa bicara
7. Teknik-teknik pelatihan keterampilan praktis dan pelatihan.
B. Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Penggunaan Teknik Pembelajaran
1. Faktor Peserta didik
Peserta didik memiliki karakteristik tersendiri, yaitu karakteristik internal dan eksternal.
Kaarakteristik peserta didik ini perlu dipahami oleh guru. Kemp (1985) mengemukakan
bahwa karekteristik siswa mencakup karakteristik akademik, pribadi, dan sosial. Karakteristik
lain yang perlu diperhatikan adalah motivasi belajar dan kebiasaan belajar. Pemahaman guru
terhadap karakteristik siswa akan membantu dalam menentukan teknik pembelajaran yang
cocok.
2. Faktor Tujuan Belajar
Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan dan penggunaan teknik pembelajaran adalah
tujuan belajar. Apabila dikaitkan dengan belajar sebagai proses dan sebagai hasil, maka
tujuan belajar erat hubungannya dengan penggunaan tipe-tipe kegiatan belajar. Tipe-tipe
kegiatan belajar itu terdiri atas tipe kegiatan belajar keterampilan, tipe belajar
pengetahuan, tipe kegitan belajar sikap, dan tipe kegiatan belajar pemecahan masalah.
3. Faktor Bahan Belajar
Bahan belajar atau materi pelajaran akan mempengaruhi pertimbangan guru dalam
memilih dan menetapkan teknik pembelajaran yang akan digunakan. Teknik
pembelajaran yang digunakan untuk mempelajari bahan yang khusus atau terbatas akan
berbeda dengan teknik pembelajaran yang digunakan untuk mempelajari bahan belajar
yang bersifat umum.
4. Faktor Waktu dan Fasilitas Belajar
Penggunaan teknik pembelajaran akan dipengaruhi pula oleh waktu dan fasilitas
pembelajaran. Waktu berkaitan dengan lamanya kegiatan pembelajaran dan kapan
kegiatan itu dilangsungkan. Dalam kegiatan pembelajaran yang dilangsungkan dalam
waktu singkat tidak mungkin dapat digunakan teknik pembelajaran yang membutuhkan
waktu yang relaif lama. Misalnya apabila kegiatan pembelajaran itu dirancang selama
lima belas menit maka hampir tidak realistis bagi guru untuk menggunakan teknik studi
kasus atau teknik simulasi yang memerlukan waktu satu jam atau lebih. Singkatnya teknik
pembelajaran itu dipilih dan ditetapkan sesuai dengan waktu yang tersedia tau yang
dapat disediakan untuk kegiatan pembelajaran.
5. Faktor Sarana Belajar
Sarana belajar yang tersedia mempengaruhi pula upaya pemilihan dan penggunaan
teknik pembelajaran. Kemudahan untuk mendapatkan sarana belajar perlu diperhatikan
dalam penentuan teknik pembelajaran. Sarana belajar itu dapat berupa alat-alat bantu
yang dapat membantu kelancaran proses pembelajaran. Alat-alat bantu terdiri atas in
focus atau LCD, tape, pesawat televisi, komputer, papan tulis, internet dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai