Makalah Audit Internal Toyota
Makalah Audit Internal Toyota
Makalah Audit Internal Toyota
Latar Belakang
Bencana Menyerang
Pada 2009, metode produksi dan reputasi kelas dunia Toyota untuk pembuatan mobil
berkualitas mendorongnya melewati GM untuk memimpin penjual kendaraan nomor satu dunia.
Tapi keberadaannya di puncak tidak dapat bertahan lama. Pedal gas yang macet yang
menyebabkan akselerasi mobil yang tiba-tiba dan tak terhentikan pertama kali ditemukan pada
brand jenis Lexus. Setelah terjadi korban, Toyota diperintahkan untuk menarik kembali lebih
dari empat juta kendaraan dan mengganti pedal yang rusak. Penarikan kembali berikutnya
menyebar ke merek Toyota lain dan menyebabkan totalnya jauh lebih tinggi. Penarikan itu mahal
tetapi tidak mendekati kerusakan pada reputasi Toyota untuk kualitas yang merupakan pusat
keberhasilannya.
'Bencana' lain yang tidak direncanakan melanda Toyota pada tahun 2011. Saat itu gempa
bumi dan tsunami melanda Jepang timur sembilan skala. Wilayah Tohoku adalah pusat
pembuatan mobil yang menderita kerusakan besar dan korban jiwa. Toyota harus menutup empat
pabrik perakitan yang membuat kendaraan untuk Jepang. Selain itu, banyak pemasok kecil di
wilayah yang digunakan oleh Toyota untuk mencari suku cadang dan komponen harus menutup
pintu mereka. Hal tersebut memberi tekanan besar pada rantai pasokan Toyota, yang harus
dikonfigurasi ulang. Sudah jelas saat itu bahwa manajemen risiko akan membutuhkan penekanan
baru di Toyota. Manajemen risiko adalah peramalan dan evaluasi risiko keuangan dan
identifikasi strategi untuk menghindari atau meminimalkan dampaknya.
Respon Organisasi
Sebagai bagian dari fungsi tata kelola perusahaan, pertemuan diadakan di mana semua
manajer risiko dari seluruh dunia berkumpul untuk mengidentifikasi risiko baru dan mereview
dan melaporkan item risiko saat ini. Toyota memberikan penekanan khusus pada dua bidang
risiko yang menurutnya patut mendapat perhatian paling besar di lingkungan saat ini. Mereka
adalah keamanan informasi dan kelanjutan bisnis.
Keamanan informasi
Toyota memiliki Kepala Petugas Keamanan Informasi dan, pada tahun 2016, menetapkan
Kebijakan Keamanan Informasi yang menekankan kewajiban perusahaan untuk melindungi
informasi pelanggan dan menyediakan kendaraan dengan teknologi yang aman.
Inisiatif saat ini termasuk mencegah kebocoran informasi sensitif perusahaan dan menjaga data
dari serangan cyber.
Kelanjutan Bisnis
Gempa bumi tahun 2011 memengaruhi Toyota di berbagai tingkatan. Toyota City, yang
menampung kantor pusat global, terletak di sepanjang Palung Nankai, di bawahnya terdapat
garis patahan. Menjaga berbagai bidang bisnis tetap berjalan seandainya terjadi gempa bumi di
masa depan adalah masalah utama. Toyota merumuskan rencana tiga langkah yang harus diikuti
jika terjadi bencana:
III. Teori
III.1 Manajemen Resiko
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), resiko adalah akibat yang kurang
menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. Resiko
dalam Webster’s Desk Dictionary resiko didefinisikan sebagai suatu potensi adanya
kehilangan (Iban Sofyan, 2004)
Selain itu, Kasidy (2010) membagi jenis resiko menjadi dua yakni :
1. Resiko spekulatif
Resiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang dapat memberikan
keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian. Resiko spekulatif kadang-kadang dikenal
dengan istilah resiko bisnis (business risk). Seseorang yang menginvestasikan dananya di suatu
tempat menghadapi dua kemungkinan. Kemungkinan pertama investasinya menguntungkan atau
malah investasinya merugikan. Resiko yang dihadapi seperti ini adalah resiko spekulatif.
2. Resiko murni
Resiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak
terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu contoh adalah kebakaran, apabila
perusahaan menderita kebakaran, maka perusahaan tersebut akan menderita kerugian.
Kemungkinan yang lain adalah tidak terjadi kebakaran. Dengan demikian kebakaran hanya
menimbulkan kerugian, bukan menimbulkan keuntungan kecuali ada kesengajaan untuk
membakar dengan maksud-maksud tertentu. Resiko murni adalah sesuatu yang hanya dapat
berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu
cara menghindarkan resiko murni adalah dengan asuransi. Dengan demikian besarnya kerugian
dapat diminimalkan. itu sebabnya resiko murni kadang dikenal dengan istilah resiko yang dapat
diasuransikan ( insurable risk ). Perbedaan utama antara resiko spekulatif dengan resiko murni
adalah kemungkinan untung ada atau tidak, untuk resiko spekulatif masih terdapat kemungkinan
untung sedangkan untuk resiko murni tidak dapat kemungkinan untung.
Kejadian sesungguhnya terkadang menyimpang dari perkiraan. Artinya ada kemungkinan
penyimpangan yang menguntungkan maupun merugikan. Jika kedua kemungkinan itu ada,
maka dikatakan resiko itu bersifat spekulatif. Sebaliknya, lawan dari risiko spekulatif adalah
resiko murni, yaitu hanya ada kemungkinan kerugian dan tidak mempunyai kemungkinan
keuntungan. Manajer resiko tugas utamanya menangani risiko murni dan tidak menangani risiko
spekulatif, kecuali jika adanya resiko spekulatif memaksanya untuk menghadapi resiko murni
tersebut.
Menentukan sumber resiko adalah penting karena mempengaruhi cara
penanganannya. Sumber resiko dapat diklasifikasikan sebagai resiko sosial, resiko fisik, dan
resiko ekonomi.
Biaya-biaya yang ditimbulkan karena menanggung resiko atau ketidakpastian dapat
dibagi sebagai berikut:
1. Biaya-biaya dari kerugian yang tidak diharapkan
2. Biaya-biaya dari ketidakpastian itu sendiri
IV. Pembahasan
Dalam kasus ini disebutkan bahwa Perusahaan Toyota menghadapi sejumlah resiko.
Resiko pertama adalah Toyota memproduksi mobil yang pedal gas nya macet, sehingga
menyebabkan akselerasi mobil yang tiba-tiba dan tak terhentikan pertama kali ditemukan oleh
Lexus. Setelah terjadi korban, Toyota diperintahkan untuk menarik kembali lebih dari empat juta
kendaraan dan mengganti pedal yang rusak. Penarikan kembali berikutnya menyebar ke merek
Toyota lain dan menyebabkan totalnya jauh lebih tinggi. Penarikan itu mahal tetapi tidak
mendekati kerusakan pada reputasi Toyota untuk kualitas yang merupakan pusat
keberhasilannya.
'Bencana' lain yang tidak direncanakan melanda Toyota pada tahun 2011. Saat itu gempa
bumi dan tsunami melanda Jepang timur sembilan skala. Wilayah Tohoku adalah pusat
pembuatan mobil yang menderita kerusakan besar dan korban jiwa. Toyota harus menutup empat
pabrik perakitan yang membuat kendaraan untuk Jepang. Selain itu, banyak pemasok kecil di
wilayah yang digunakan oleh Toyota untuk mencari suku cadang dan komponen harus menutup
pintu mereka. Hal tersebut memberi tekanan besar pada rantai pasokan Toyota, yang harus
dikonfigurasi ulang. Respon Perusahaan Toyota dalam menghadapi sejumlah resiko tersebut
dengan cara mengelola manajemen resiko yaitu Toyota memiliki infrastruktur manajemen yang
dirancang untuk mengidentifikasi dan menindaklanjuti risiko.
Di bawah CRO global terdapat CRO Regional yang bertanggung jawab untuk
manajemen risiko di bagian dunia mereka yang khusus. Di kantor pusat perusahaan, setiap
departemen fungsional memiliki manajer risiko. Manajer risiko ini berkoordinasi dan bekerja
sama dengan Global CRO.
Sebagai bagian dari fungsi tata kelola perusahaan, pertemuan diadakan di mana semua
manajer risiko dari seluruh dunia berkumpul untuk mengidentifikasi risiko baru dan mereview
dan melaporkan item risiko saat ini. Toyota memberikan penekanan khusus pada dua bidang
risiko yang menurutnya patut mendapat perhatian paling besar di lingkungan saat ini. Mereka
adalah keamanan informasi dan kelanjutan bisnis.
Menjaga berbagai bidang bisnis tetap berjalan seandainya terjadi gempa bumi di masa depan
adalah masalah utama. Toyota telah merumuskan rencana dalam menghadapi sejumlah resiko
tersebut.
V. Kesimpulan
Perusahaan sebesar Toyota pun dalam menghadapi kegiatan bisnisnya tidak luput dalam
sejumlah resiko. Berbagai resiko baik itu inheren maupun resiko yang di prediktif. Jangan
sampai resiko-resiko yang dihadapi oleh Perusahaan Toyota menghambat jalannya kegiatan
bisnis. Resiko-resiko tersebut harus diperhitungkan secara akurat. Dalam kegiatan bisnis resiko
tidak dapat terhindari, bahkan kerugian sekalipun itu juga bisa terjadi untuk perusahaan besar
seperti Toyota.
Toyota harus mengatur dan mengelola manajemen resiko dengan baik. Tidak hanya baik
tetapi harus memberikan nilai kepada perusahaan. Perusahaan Toyota juga harus
mengidentifikasi resiko dan tahu cara mengendalikannya.
Cara pengendalian resiko adalah:
1. Melakukan pencegahan dan penggurangan terhadap kemungkinan terjadinya
peristiwa yang menimbulkan kerugian, misalnya membangun gedung dengan bahan-
bahan yang anti terbakar untuk mencegah bayaya kebakaran, memagari mesin-mesin
untuk menghindari kecelakaan kerja, melakukan pemeliharaan dan penyimpanan
yang baik terhadap bahan dan hasil produksi untuk menghindari risiko pencurian dan
kerusakan, mengadakan pendekatan kemanusiaan untuk mencegah terjadinya
pemogokan, sabotase dan pengacuan.
MAKALAH
Disusun Oleh:
Shafira Akmala
12030117140162
Kelas B
Absen 35
DEPARTEMEN AKUNTANSI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020