04 - Makalah Critical Ill

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH CRITICAL

“ Perhitungan Enteral Dan Parenteral”

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Nama : 1. Intan Aprilia P05130219013

2. Lidiya Kurnia Lestari P05130219015

3. Lestari Damayanti P0513021905

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULLU

PRIODE SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA

TAHUN 2021
PERHITUNGAN ENTERAL DAN PARENTERAL

A. Nutrisi Enteral

Nutrisi enteral / enteral nutrition (EN) adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak
dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral, formula nutrisi diberikan melalui tube
ke dalam lambung (gastric tube), naso gastrik tube (NGT) atau jejunum dapat secara manual
maupun dengan bantuan pompa mesin (gastrotomy dan jejunum percutaneous) (Yulianan, 2009).
Tujuan dari pemberian nutrisi secara enteral adalah untuk memberikan nutrisi yang adekuat pada
pasien yang belum mampu menelan atau absorbs fungsi nutrisinya terganggu. Pemberian nutrisi
secara enteral juga berperan menunjang pasien sebagai renpons selama mengalami peradangan,
trauma, proses infeksi, pada sakit kritis dalam waktu yang lama. Kontradiksi pemberian nutrisi
enteral diantaranya gangguan fungsi saluran cerna (misalnya perdarahan GIT berat, vomitus
persisten, ileus obstruktif, diare berat, enterokolitis berat (Otsuka Indonesia, 2003)

Jalur pemberian diet secara enteral diberikan dalam bentuk makanan cair atau formula
peroral, diberikan apabila makanan peroral tidak adekuat atau ditujukan sebagai suplemen atau
pengganti makanan.Pemberian makanan diberikan melalui saluran cerna dengan jalur pipa atau
kateter (Nuryati, 2013). Ratarata formula enteral standar memberikan kurang lebih 1,0 hingga
1,2 kkal/ml dan 14% hingga 16% kalori dari protein (Hartono, 2012). Metode pemberian nutrisi
enteral ada 2 yaitu gravity drip (pemberian menggunakan corong yang disambungkan ke selang
nasogastric dengan kecepatan mengikuti gaya gravitasi) dan intermittent feeding (pemberian
nutrisi secara bertahap yang diatur kecepatannya menggunakan syringe pump).

Metode intermittent feeding lebih efektif dibandingkan metode gravity drip, hal ini dilihat
dari nilai mean volume residu lambung yang dihasilkan pada intermittent feeding lebih sedikit
dibandingkan gravity drip yaitu 2,47 ml : 6,93 ml. Hal ini dikarenakan kondisi lambung yang
penuh akibat pemberian secara gravity drip akan memperlambat motilitas lambung dan
menyebabkan isi lambung semakin asam sehingga akan mempengaruhi pembukaan spinkter
pylorus. Efek dari serangkaian kegiatan tersebut adalah terjadinya pengosongan lambung
(Munawaroh, et al., 2012). Volume residu lambung yang dihasilkan dari nutrisi enteral hingga
500 ml masih dikategorikan normal karena tidak menimbulkan komplikasi gastrointestinal dan
diet volume rasio (diet yang diberikan) pada pasien yang terpasang ventilator dengan nutrisi
enteral tidak berpengaruh terhadap produksi volume residu lambung (Montejo, et al., 2010)

Nutrisi enteral sebaiknya diberikan pada semua pasien kritis kecuali pasien mengalami
distensi abdomen, perdarahan gastrointestinal, diare dan muntah.Nutrisi enteral yang diberikan
pada pasien dengan gangguan gastrointestinal dapat menyebabkan ketidakcukupan pemenuhan
nutrisi dan berisiko terjadi malnutrisi (Ziegler, 2009). Penelitian lain mengenai banyaknya
penggunaan nutrisi enteral bagi pasien kritis juga dilakukan oleh Jonqueira et al. (2012) bahwa
terdapat protocol tentang pemberian nutrisi bagi pasien kritis dengan algoritma jika
hemodinamik pasien telah stabil, lakukan penghitungan kebutuhan nutrisi dengan memilih
pemberian nutrisi secara enteral.

Penggunaan nutrisi enteral juga dapat meningkatkan status nutrisi pasien, hal ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kim, Hyunjung et al. (2011) pada 48 pasien ICU
yang mendapat enteral feeding adekuat berupa energy selama 7 hari. Status nutrisi pasien-pasien
tersebut meningkat jika dibandingkan dengan pasien yang mendapat enteral feeding dibawah
kebutuhan.Selama perawatan dengan enteral feeding yang adekuat terdapat penurunan nilai
Body Mass Index (BMI), prealbumin dan Percent Ideal Body Weight (PIBW) (Kim, Hyunjung,
et al., 2011).

1. Kategori Formula Enteral :


a. Umum (General): Digunakan untuk pasien normal atau dengan gangguan saluran cema
yang minimal, masih diperlukan absorpsi, mengandung intact protein.
b. Pupone / Intact (polymeric): dengan kekentalan penuh (l-strengtt viskoulanya rendah;
osmolaritas 300-500 mdsmig: 1-1,2 kaloc bebes lakdosa prolein 30-40 : idak mahat
dilenal juga sebagai makanen umum (house general) ntu pengganti makanan.
c. Dulined Hydrollzed (monomerick unbuk pasien pasien dengan gangguan saluran coma
yang membutuhkan nutriei yang sudah dihidrolisa guns memporbald penoemaan;
oomalaritas berganlung pada proses hidralisisny 1-12 kcallec, babas laldosa; prolein 30-
45 lebih mahal dibandingan general purpose lomula; disebut juga sebagal "chemically
delined, pepide based, elemental formula."
d. Semi elamental: digunakan untuk pasien dengan lungei saluran cema yang orbota
mengandung asam amino bebas; sedikl lemalc sedit residu hiperosmolar, viskosilas
rendah; 1 kcallcc protoin 40 gL, mahal, aga disebut sebagal fommula asam amino bebas
(ree amino acid formula).
e. Disease-specific dibuat untuk keadaan disfungsi organ lertentu atau gangguan metabolik;
kandungan nutrisinya bisa saja tlidak lengkap, sebagian besar adalah hiperosmolar.
Produknya spesifik untuk gangguan heper, ginjal, dan paru, "glucose
Intolerance".gangguan fungsi Imun, den frauma (BCAA); mahal.
f. Rehidrasi: untuk pasien-pasien yang membutuhkan rasio yang optimal dari karbohidrat
sederhana sampai elektrolit; untuk keperluan absorpsi karbohidrat dan elektrolit yang
optimal dan juga dehidrasi.
g. Modular: formula yang mengandung protein, KH, atau lemak sebagai zat nutrisi tunggal
untuk menggantikcan komposisi zat-zat nutrisi yang terdapat pada formula komersil atau
makanan. Formula ini data berperan terhadap kadar elektrolit dan meningkatkan
osmolaritas atau "renal solute load", biaya meningkat, membutuhkan teknik pencampuran
yang aman; disebut juga sebagai fomula modular (modular formula).
2. Jenis Makanan / Nutrisi Enteral :
a. Makanan / nutrisi enteral formula rumah sakit (blenderized)

Makanan ini dibuat dari beberapa bahan makanan yang diracik dan dibuat sendiri dengan
menggunakan blender.Konsistensi larutan, kandungan zat gizi, dan osmolaritas dapat berubah
pada setiap kali pembuatan dan dapat terkontaminasi.Formula ini dapat diberikan melalui pipa
sonde yang agak besar, harganya relative murah.

Contoh :

1) Makanan cair tinggi energi dan tinggi protein (susu full cream, susu rendah laktosa, telur,
glukosa, gula pasir, tepung beras, sari buah).
2) Makanan cair rendah laktosa (susu rendah laktosa, telur, gula pasir, maizena).
3) Makanan cair tanpa (telur, kacang hijau, wortel, jeruk).
4) Makanan khusus (rendah protein untuk penyakit ginjal, rendah purin untuk penyakit gout,
diet diabetes).
5) Makanan / nutrisi enteral formula komersial
Formula komersial ini berupa bubuk yang siap di cairkan atau berupa cairan yang dapat segera
diberikan.Nilai gizinya sesuai kebutuhan, konsistensi dan osmolaritasnya tetap, dan tidak mudah
terkontaminasi.

a. Polimerik, yaitu megandung protein utuh untuk pasien dengan fungsi saluran
gastrointestinal normal atau hampir normal (pan enteral, fresubin)
b. Pradigesti, diet dibuat dengan formula khusus dalam bentuk susu elementar yang
mengandung asam amino dan lemak yang langsung diserap usus untuk pasien dengan
gangguan fungsi saluran gastrointestinal (pepti 2000)
c. Diet enteral khusus untuk sirosis (aminolebane EN, falkamin), diabetes (diabetasol),
gagal ginjal (nefrisol, tinggi protein (peptisol).
d. Diet enteral tinggi serat (indovita).
3. Sistem pemberian nutrisi enteral dan alatnya :

Nutrisi enteral dapat diberikan langsung melalui mulut (oral) atau melalui selang
makanan bila pasien tak dapat makan atau tidak boleh per oral. Selang makanan yang ada yaitu :

a. Selang nasogastric
1) Selang nasogastric biasa yang terbuat dari plastik, karet dan polietilen. Ukuran selang ini
bermacam-macam tergantung kebutuhan. Selang ini hanya tahan dipakai maksimal 7
hari.
2) Selang nasogastric yang terbuat dari polivinil berukuran 7 french, kecil sekali dapat
mencegah terjadinya aspirasi pneumonia makanan dan tidak terlalu mengganggu
pernapasan atau kenyamanan pasien. Selang ini tahan dipakai maksimal 14 hari.
3) Selang nasogastric yang terbuat dari silicon memiliki ukuran yang bermacam-macam
tergantung kebutuhan. Selang ini maksimal 6 minggu.
4) Selang nasogastric yang terbuat dari poliuretan yang memiliki ukuran 7 french dan dapat
dipakai selama 6 bulan
b. Selang nasoduodenal / naso jejunal

Ukuran selang ini bermacam-macam, namun lebih panjang dari pada selang nasogastrik.

c. Selang dan set untuk gastrotomi atau jejinostomi.


Alat uang rutin dipakai untuk pasien yang tidak dapat makan peroral atau terdapat
obstruksi esophagus / gaster

4. Produk Nutrisi Enteral (Formula Rumah Sakit)


a. Sonde lengkap

Bahan :

 Wortel 80 g
 Tempe 80 g
 Ikan gabus filet 40 g
 Tepung beras 20 g
 Susu FCM 25 g
 Gula pasir 75 g
 Telur ayam 25 g
 Air 1000 cc
 Minyak jagung 20 cc
 Susu skim 40 g

Cara Membuat :

 Potong wortel dan tempe bentuk dadu.


 Rebus ikan gabus, wortel dan tempe sampai matang dan dinginkan.
 Encerkan susu FCM dan susu skim dengan air matang dan sisihkan.
 Campur gula pasir dan minyak jagung dalam gelas yang telah disediakan.
 Encerkan tepung beras dengan air matang.
 Kocok telur hingga rata lalu timbang sesuai kebutuhan, sisihkan.
 Blender ikan, wortel, dan tempe yang telah dingin dan tambahkan sedikit air.
 Rebus hingga mendidih, tambahkan air matang hingga mencapai volume 800 ml.
 Masukkan susu FCM dan susu skim ke dalam rebusan air terlebih dahulu kemudian
campurkan gula pasir dan minyak jagung.
 Masukkan tepung beras yang sudah diencerkan.
 Panaskan sebentar sambil diaduk, matikan kompor kemudian tambahkan telur yang telah
dikocok.
 Aduk perlahan hingga tercampur, saring dan sajikan.

Ket. : Energi 1080,4 kcal; Protein 47,6 gram; Lemak 31,9 gram; KH 141,9 gram.

b. Sonde FCM

Bahan :

 Susu FCM 60 g
 Susu skim bubuk 40 g
 Tepung maizena 20 g
 Gula pasir 100 g
 Minyak jagung 5 g
 Telur ayam 10 g
 Air 1000 ml

Cara Membuat :

 Campur gula pasir dan minyak hingga rata, sisihkan.


 Kocok telur ayam dan saring, kemudian timbang sesuai kebutuhan.
 Cairkan tepung maizena dengan 1-2 sdm air (berasal air 1000 ml), sisihkan.
 Didihkan air 500 ml di atas api sedang, masukkan susu FCM dan susu skim kemudian
aduk rata.
 Campurkan tepung maizena yang telah diencerkan ke dalamnya.
 Tambahkan air higga 1000 ml, masak hingga mendidih selam 5 - 7 menit.
 Masukkan campuran gula pasir dan minyak yang telah dicampurkan dengan telur
sebelumnya ke dalam adonan.
 Aduk rata hingga mendidih, kemudian angkat, saring dan sajikan selagi hangat.

Ket. : Energi 902,7 kcal; Protein 28,6 gram; Lemak 17,9 gram; KH 159,1 gram.
c. Zonde Rendah Protein

Bahan :

 Susu FCM 50 g
 Tepung beras 25 g
 Gula pasir 100 g
 Minyak jagung 20 g
 Apel hijau 100 g
 Susu skim 15 g
 Air 1000 cc

Cara Membuat :

 Campurkan gula pasir dan minyak jagung dalam gelas yang telah disediakan, sisihkan.
 Blender apel yang telah diiris kecil-kecil bersama tepung beras hingga halus.
 Campurkan dengan susu FCM dan susu skim yang telah diencerkan sebelumnya.
 Rebus sebentar hingga mendidih dengan 1000 ml air (hindari campuran menggumpal dan
mengental).
 Masukkan campuran minyak dan gula pasir.
 Aduk kuat hingga rata, saring zonde hingga menghasilkan cairan 1000 ml.

Ket. : Energi 1002,6 kcal; Protein 18,7 gram; Lemak 30,4 gram; KH 81,8gram.

d. Zonde DM

Bahan :

 Wortel 100 g
 Tempe 75 g
 Tepung beras 20 g
 Susu FCM 80 g
 Susu Skim 25 g
 Gula pasir 25 g
 Air 1000 cc

Cara Membuat :

 Potong wortel dan tempe bentuk dadu.


 Rebus wortel dan tempe sampai matang dan blender setelah dingin.
 Encerkan tepung beras, susu skim dan susu FCM dengan air hingga rata.
 Campurkan tempe dan wortel yang telah diblender dengan tepung beras, susu skim, susu
FCM dan gula pasir.
 Tambahkan air hingga 1000 ml, rebus dan aduk hingga matang.
 Saring dan sajikan.

Ket. : Energi 787,2 kcal; Protein 42,9 gram; Lemak 19 gram; KH 113,5 gram.

5. Produk Nutrisi Enteral (Formula Komersial)

Nama Produk Kandungan Indikasi / Manfaat


Proten Protein 10 gr, KH 27,7 gr, L Formula kaya protein dan zat
5,8 gr Energi 210 kkal gizi lainnya, mengatasi KEP,
(Takaran saji 52 gram / 200 membantu mempercepat
ml) penyembuhan, menghindari
risiko diare karena intoleransi
laktosa
Nephrisol Total energy : 268 kkal, L 69 Untuk pasien gangguan
gr, SFA, MUFA, PUFA 2 gr, ginjal kronisk pradialisis
KH 39 gr, P 13 gr (Takaran dengan 2 vitamin dan 4
saji 60 gr / 4 sendok takar) mineral dan rendah laktosa
Diabetasol Energy 160 kkal, KH 39 gr, Membantu mengatur kadar
Serat 4 gr, lemak 7 gr, protein gula darah pada diabetisi bila
10 gr, Gula 0 gr, sodium 110 disertai dengan konsumsi
mg (dalam 60 gram) gula (sukrosa) dan gizi
seimbang, mengandung serat
dan rendah indexglikemik
untuk DM
Falkamin Protein yang 40% merupakan Infusiensi hati yang
BCAA yaitu isoleusin, leusin memerlukan asupan protein
dan valin (asam amino rantai yang rendah dan terutama
cabang), low fat cocoa BCAA
powder, aspartame,
multivitamin dan mineral
Ensure Energi 250 kkal, protein 14,1 / Sebagai makanan pengganti
100 gr, KH 6,8 gr (bebas dan suplemen, untuk
laktosa, lemak 15 gram membantu memenuhi asupan
(Takaran saji 6 sendok takar) kalori dan protein bagi yang
sedang sakit atau dalam masa
penyembuhan serta
membantu mempertahankan
berat badan
Isocal Konsentrat protein, MCT, Kakeksia dan malnutrisi
maltodekstrin, sukrosa,
vitamin dan mineral, bebas
laktosa dan residu
Neo-Mune Unsur-unsur gizi plus mineral Untuk pasien penurunan
imunonutrien : glutamin, imunitas seperti luka bakar,
arginine, dan asam lemak pembedahan dan kanker
omega-3 Dalam 48 gr
mengandung Energi 200 kkal,
P 12,5 gr, kasein 8,7 gr,
arginine, 2,5 gr, lemak 5,79 gr
B. Perhitungan Nutrisi Enteral

Langkah-langkah dalam perhitungan nutrisi enteral :

1. Tentukan kebutuha cairan


a. Metode Holliday-Segar

Berat Badan Kebutuhan cairan rumat / hari (ml)


(kg)
< 10 kg 100 ml / kg
10 – 20 kg 1000 ml + 50 ml/ kg di atas 10 kg
>20 kg 1500 ml + 20 ml/ kg di atas 20 kg
2. Tentukan kebutuhan kalori, protein, vitamin dan mineral
a. Indirek kalorimetri
 Respiratory Quotient=

RQ = volume O2 yang dikonsumsi

Volume CO2 yang dihasilkan

Ket :

1,0 – 1,2 : lipogenesis

1 : hiperventilasi / overfeeding

0,85 : oksidasi substrat campuran

0,67 : metabolism alcohol dan keton

b. Perkiraan kebutuhan kalori menurut WHO atau Schoffield


 Rumus WHO

Jenis kelamin Umur (tahun) REE (kkal / hari)


Laki-laki 1-3 60.9W – 54
3-10 22.7W + 495
10-18 17.5W + 651
18-30 15.3W + 679
Perempuan 1-3 61W – 51
3-10 22.5W – 51
10-18 12.2 + 746
18-30 14.7W + 496
W = berat badan (kg)

 Rumus Schoffield

Jenis Kelamin Umur (tahun) REE (kkal / hari)


Laki-laki 1-3 0.167W + 1517.4H – 617.6
3-10 19.59W + 1303H + 414.9
10-18 16.25 + 137.2 – 515.5

Perempuan 1-3 16.252W + 1023.2H – 413.5


3-10 16.969W + 161.8H + 371.2
10-18 8.3635W + 465H + 200
W = berat badan (kg) H = panjang/tinggi (m)

Perkiraan EE untuk berbagai kegiatan terkait dengan kebutuhan istirahat untuk pria dan wanita
ukuran rata-rata.

Kategori Aktivitas Nilai representatif untuk faktor aktivitas


/ satuan waktu
Istirahat : tidur, berbaring REE × 1.0
Sangat ringan : duduk, berdiri, mengedarai, REE × 1.5
melukis, mengetik, meneliti di laboratorium,
menjahit, memasak, bermain music / kartu
Ringan : berjalan 2,5 – 3 mil/jam, bekerja di REE × 2.5
bengkel, pedagang restoran, tukang kayu,
pengasuh anak, pelayaran
Sedang : berjalan 3,5 – 4 mil/jam, berkebun, REE × 5
bersepeda, menari
Berat : berjalan, mengangkut beban, REE × 7.0
menebang pohon, memanjat, pertandingan
basket, sepak bola

 Faktor penyesuaian terhadap aktivitas / stress

REE × 1,3 Untuk anak yang bergizi baik


dengan stres cukup-sedang
(operasi kecil)
REE × 1,5 Untuk anak yang biasanya
aktif dengan stres sedang
(trauma, kanker, sepsis,
operasi luas), atau anak kecil
dengan aktivitas minimal dan
kekurangan gizi membutuhkan
kejar pertumbuhan
REE × 1,7 Untuk anak aktif, perlu kejar
pertumbuhan atau anak yang
aktif dengan parah stress

 Factor stres

Kondisi klinis Factor stress


Rumatan tanpa stress 1.0 – 1.2
Demam 12% per derajat >38°C
Bedah minor 1.1 – 1.3
Gagal jantung 1.25 – 1.5
Bedah mayor 1.2 – 1.4
Sepsis 1.4 – 1.5
Tumbuh kejar 1.5 – 2.0
Trauma / cedera kepala 1.5 – 1.7

 Vitamin, mineral, elektrolit


1) Formula komersial sesuai AKG
2) Suplementasi :
 Anak dengan masalah makan
 Picky eaters
 Malnutrisi
 Gangguan saluran cerna + malabsorbsi
 Gangguan metabolic
 Terapi medis + restriksi diet
c. Kebutuhan kalori individual berdasarkan BB ideal

Golongan umur Kecukupan Energi


Laki-laki Perempuan
0-1 110-120 110-120
1-3 100 100
4-6 90 90
6-9 80 80
10-14 50-70 40-65
14-18 40-50 40

3. Tentukan rute pemberian


a. NGT
b. Transpilorik (NDT/NJT)
c. Gastrostomy
d. Jejunostomi

Cara pemberian :
 Bolus
 Intermiten
 Kontinyu / drip

Untuk anak aktif, perlu kejar-kejaran pertumbuhan atau anak yang aktif dengan parah.

 Stress

Continuous : Intermittent :
- Tolerasi lebih baik pada pasien dengan area - Lebih fisiologis
absorbs iterbatas atau pasien kritis - Lebih praktis untuk home enteral
- Lebih baik untuk pemberian langsung ke - Untuk paisen klinis stabil
duodenum / jejunum - Pasien lebih mobile
- Dianjurkan untuk bayi premature dengan - Lebih memacu perkembangan dan
instabilitas pernapasan pematangan fungsi saluran cerna
 Ukuran pipa makanan :

Ukura pipa Panjang pipa (cm)


(French)
Premature-neonate 4-5 38-41
Infant-young children 6-8 54-91
Older children-adolescents 8-14 91-114

 Pemilihan jenis formula enteral


a. Usia < 1 tahun
 ASI - Formula standar
 Formula rendah/bebas laktosa
 Formula kedelai
 Formula semi elemental Kalori : 67 kkal / 100 ml larutan
b. Formula untuk usia >1 tahun
 Formula lanjutan
 Formula tinggi kalori
 Makanan cair : rumah sakit / komersial Kalori : 100 kkal/100 ml larutan

4. Pemantauan dan evaluasi


a. Keberhasilan :
 Klinis
 Antropometri : BB, TB
 Lab ; kadar protein, Hb, dan lain-lain
b. Komplikasi
 Gastrointestinal
 Mekaik
 Matbolik
 psikologik

C. Nutrisi Parenteral

Nutrisi parenteral/ Parenteral Nutrition (PN) adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang
diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan (Yuliana,
2009).Metode pemberian nutrisi parenteral bisa melalui vena perifer dan vena central, namun
risiko terjadinya phlebitis lebih tinggi pada pemberian melalui vena perifer sehingga metode ini
tidak banyak digunakan.Nutrisi parenteral diberikan bila asupan nutrisi enteral tidak dapat
memenuhi kebutuhan pasien dan tidak dapat diberikan dengan baik.Nutrisi parenteral diberikan
pada pasien dengan kondisi reseksi usus massif, reseksi kolon, fistula dan pasien sudah dirawat
selama 3-7 hari (Ziegler, 2009).

Pada umumnya PN hanya digunakan selama beberapa hari atau minggu.Namun pada
kondisi tertentu, penggunaan PN dalam jangka waktu lama juga adapat dilakukan. PN adalah
bentuk dukunga nutrisi yag khusus yaitu pemberian nutrient melalui rute intravena. Tujuannya
tidak hanya untuk mencukupi kebutuha energy basal dan pemeliharaan kerja organ, tetapi juga
menambah nutrisi untuk kondisi tertentu, seperti keadaan stress (sakit berat, trauma), untuk
perkembangan dan pertumbuhan. Terapi nutrisi parenteral dibagi menjadi dua kategori, yaitu :

 Terapi nutrisi parenteral parsial (supportive atau suplemen) diberikan bila dalam waktu 5-
7 hari, pasien diharapkan mampu menerima nutrisi enteral kembali. Masih ada nutris
enteral yang dapat pasien. PM parsial ini diberikan dengan indikasi relative.
 Terapi nutrisi parenteral total, diberikan jika batasa jumlah kalori ataupun batasan waktu
tidak terpenuhi. PN total ini diberikan atas indikasi absolut.
1. Indikasi Nutrisi Parenteral

Secara umum PN di indikasikan pada pasien yang mengalami kesulitan dalam mencukupi
kebutuhan nutrisi untuk waktu tertentu.Tanpa bantuan nutrisi tubuh memenuhi kebutuhan energy
basal rata-rata kkal / kg BB / hari. Jika cadangan habis, kebutuhan glukosa selanjutnya dipenuhi
melalui proses gluconeogenesis, antara lain dengan lipolysis dan protolisis 125 – 150 g/hari.
Puasa lebih dari 24 jam menghabiskan glukosa darah (20 g), cadangan glikogen di hati (70 g)
dan otot (400 g). sedangkan cadangan energy lainnya, lemak (12.000 g) dan protein (6.000 g)
habis dalam waktu kira-kira 60 hari.

Keadaan yang emerlkan PN adalah pasien yang tidak dapat makan (obstruksi saluran
pencernaan seperti stiktur atau keganasan esophagus, atau gangguan absorbs makanan), pasien
yang tidak boleh makan (seperti fistula intestinal dan pankreatitis) dan pasien yang tidak mau
makan akibat pemberian kemoterapi. Kontradiksi pemberian nutrisi parenteral yaitu tidak boleh
diberikan pada hemodinamik seperti keadaan syok atau dehidrasi yang belum terkoreksi (Otsuka
Indonesia, 2003).

2. Komplikasi pemberian nutrisi parenteral


a. Komplikasi teknis berkaitan dengan pemasagan kateter seperti pneumotoraks, emboli
udara.
b. Komplikasi infeksi ditandai oleh demam, seperti pada flebitis, infeksi pada tempat
pemasangan.
c. Komplikasi metabolic berkaitan dengan gagguan keseimbangan glukosa (hiper/hipo),
elektrolit (hypokalemia,hyperkalemia).
3. Susunan Nutrisi Parenteral
 Kalori : 30 kcal/kg BB/ hari
 Pasca Bedah/ Sepsis : 25 kcal/Kg BB/hari
 Protein : 1-2,5 g/Kg BB/hari
 Lemak : emulsi lemak
 Vitamin dan Mineral : sesuai kebutuhan.
4. Nutrisi Parenteral Total (TPN)

Nutrisi parenteral total adalah suatu terapi kompleks yang dilakukan untuk memenuhi
keperluan nutrisi pasien melalui rute intravena.Pemberian terapi nutrisi parenteral total yang
bertujuan untuk memberikan kalori yang cukup besar yang terdiri dari protein, lipid, karbohidrat,
vitamin, dan mineral.Terapi ini hanya digunakan apabila asupan makanan secara enteral tidak
memadai atau merupakan kontraindikasi.TPN tidak diberikan pada pasien yang pencernaan
dapat berfungsi selama 7-10 hari, pasien yang masih dapat mencerna makanan dengan baik, dan
pada pasien yang masih mengalami stress atau trauma.

5. Indikasi nutrisi TPN :


a. Asupan pasien yang kurang untuk mempertahahankan status anabolis misalnya pasien
dengan luka bakar berat, malnutrisi, AIDS, sepsis dan kanker .
b. Pasien yang tidak mampu mencerna makanan secara oral atau selang, misalnya pasien
dengan ileus paraklitik, penyakit chron dengan obstruksi.
c. Pasien yang menolak mencerna makanan nutrient secara adekuat, misalnya pada pasien
anoreksia nervosa, lansia pascaoperatif.
d. Pasien yang tidak boleh makanan peroral atau denagn selang, misalnya pada lansia
dengan pankreatitis akut.
e. Pasien yang memerlukan dukungan nutrisi praoperatif dan pascaoperatif secara terus
menerus, misalnya pada pasien disertai pembedahan usus.
6. Metode pemberian TPN
Metode dan rute yang digunakan untuk memberikan larutan TPN pada praktik klinis :
perifer, sentral dan atrial. Metode ini digunakan tergantung pada kondisi pasien dan lamanya
antisipasi terapi.

a. Perifer

Larutan TPN digunakan sebagai masukan suplemen per oral bila larutan yang digunakan
kurang hipertonik dibanding larutan yang digunakan untuk TPN.Konsentrasi dekstros diatas 10%
tidak boleh diberikan melalui vena perifer karena dapat mengiritasi intra vena kecil. Lamanya
terapi ini kurang dari 2 minggu

b. Sentral

Karena larutan TPN mempunyai lima atau enam kali konsentrasi darah dan melebihi
tekanan osmotic kira-kira 2000 mOsm/l. oleh karena itu untuk mencegah flebitis atau komplikasi
vena lainnya larutan ini diberikan ke dalam system sirkulasi melalui kateter yang dimasukkan ke
dalam pembuluh darah besar beraliran tinggi. Larutan pekat kemudian diencerkan dengan cepat
sampai ke tingkat isotonic oleh darah pembuluh ini.

c. Atrial

Dua alat yang digunakan untuk terapi IV jangka panjang di rumah sakit adalah kateter
atrial kanan eksternal yang dipasang melalui pembedahan, kateter ini dijahit di bawah kulit pada
vena subklavia.Selain itu, lubang subkutan ujung kateter yang dilekatkan pada serambi kecil
yang ditempatkan di kantung subkutan baik di dinding dada anterior atau pada lengan.

7. Produk Nutrisi Parenteral

Nama Produk Komposisi Indikasi


Amiparen Leusin 149, L-isoleusin 8 gr, Stress metabolic berat, luka
L-valin 8 gr, lisin asetat 14,8 berat, kwashiorkor, pasca
gr, L-threonin 5,7 gr, L- operasi, infeksi berat, TPN,
Tryptopan 2 gr, L- dosis dewasa 100 ml selama
phenylalanin 7 gr, Lcystin 1 60 menit
gr, L-tyrosin 0,5 gr
Aminovel-600 Asam amino 50 gr, Dsorbitol Nutrisi tambahan saluran
100 gr, asam askorbat 400 mg, gangguan GI, penderita GI
ginositol 500 mg, piridoksin yang dipuasakan,
HCl 40 gr, Na 35 mEq/l, K 25 kebutuhan metabolic
mEq, mg 5 mEq, asetat 35 meningkat, streas metabolic
mEq, Cl 38 mEq sedang, dosis dewasa 500
ml selama 4-6 jam (20-30
tpm)
Pan Amin-G Asam amino 27,2 gr, KH 50 Suplay asam amino pada
gr, Na+ dan K+ tidak ada. hiponatremia dan stress
Osmolaritas 507 mOsm metabolic ringan, nutrisi
pasca operasi, tifoid
Asering Na 130 mEq/L, Cl 109 mEq, Dehidrasi (syok
K 4 mEq, Ca 3 mEq, asetat hipovolemik dan asidosis)
(garam) 28 mEq pada keadaan gastroenteritis
akut, DHF, luka bakar, syok
jemoragik, dedrasi berat
dan trauma
KA-EN 1B NaCl 2,25, gAnhidrosa sebagai larutan awal apabila
dekstros 37,5, Na 38,5 mEq/L, elektrolit pasien belum
Cl 38,5 mEq/L, glukosa 37,5 diketahui, misal pada kasus
g/L emergency (dehidrasi
lantaran asupan oral tidak
memadai, demam)

D. Perhitungan Nutrisi Parenteral


1. Perhitungan tetesan infus

Istilah yang sering digunakan dalam pemasangan infus :

1) Ggt = makrotetes
2) Mgtt = mikro tetes
3) Jumlah tetesan = banyanya tetesan dalam satu menit

Rumus tetap tetesan infus :

 1 gtt= 3 mgtt
 1 cc = 20 gtt
 1 cc = 60 mgtt
 1 kolf = 1 labu = 500 cc
 1 cc = 1 mL
 mggt/menit = cc/jam
 konversi dari gtt ke mgtt kali (x) 3
 konversi dari mgtt ke gtt bagi (:) 3
 1 kolf atau 500 cc/ 24 jam = 7 gtt
 1 kolf atau 500 cc/24 jam = 21 mgtt
 volume tetesan infus yang masuk per jam infus set mikro ialah = jumlah tetesan X
1
 volume tetesan infus yang masuk per jam infus set makro ialah = jumlah tetesan
X3
 Rumus dasar dalam hitungan
Jumlah tetesan per menit = Jumlah kebutuhan cairan × factor tetes
Waktu (menit)

Rumus dasar dalam jam = Jumlah kebutuhan cairan × factor tetes


Waktu (jam) × 60 menit

Ket : faktor tetes rumus dewasa biasanya untuk :


- Faktor tetes dewasa : 20
- Faktor tetes anak : 60
2. Perhitungan Nutrisi Parenteral
a. Kebutuhan Energi

Kebutuhan expenditure harus dihitunga agar keseimbangan yang lebih baik dapat dicapai
dan dipertahankan. Metode yang idgunakan untuk menghitung kebutuhan energy ada dua cara
yaitu dengan rumus HarrisBenedict dan indirect-calorimetry dengan expired gas analysis.
HarrisBenedict mengkalkulasikan kebutuhan energy seseorang dalam keadaan istirahat, non-
stres, setelah puasa overnight. Pada keadaan metabolic-stres, maka harus dikalikan faktor stress.

Rumus Haris-Benedict :

 BEE (Perempuan) = 665 + 9,6 BB + 1,7 TB – 4,7 U


 BEE (laki-laki) = 66 + 13,7 BB + 5 TB – 6,6 U

Ket : BEE (kcal/hari), BB (kg), TB (cm), U (tahun)

Perhitungan tersebut mungkin sulit diaplikasikan, maka untuk penggunaan klinis sehari-
hari nilai BBE = 25 – 30 kcal/kg/hari tidak jauh berbeda dengan nilai yang didapat bila kita
menggunakan rumus Harris Benedict. Walaupun Indirect-calorimetry memberi hasil yang lebih
akurat karena membutuhkan pemeriksaan laboratorium, teknologi mahal maka jarang digunakan
utuk perhitungan sehari-hari.

Rumus Harris-Benedict umumnya digunakan untuk menentukan BEE anak diatas 10 tahun,
tetapi telah dikembangkan pula untuk bayi sbb:

 Lelaki: kkal/24 jam = 66.47 + (13.75xBB) + (5.00xTB)+ (6.76 x umur)


 Perempuan: kkal/24 jam = 6.55.10 + (9.576xBB)+(1.85xTB) – (4.86xU)
 Bayi: kkal/24 jam: 22.10 + (31.05xBB) + (1.16xTB)

Tergantung pada stres yang diderita, maka kebutuhan energi akan meningkat = BEE x faktor
stres, yaitu menjadi 1.25x pada stres ringan, 1.5x pada stres sedang dan 2x untuk stres berat.

b. Karbohidrat

Kebutuhan karbohidrat 100 – 200 gram/hari. Beberapa hal yang perlu diingat tentang
manfaat karbohidrat yaitu :

 Megurangi katabolisme protein


 Megurangi penumpukan keton bodies akibat metabolism fat
 1 gram karbohidrat = 4,1 kcal
 1 gram lemak = 9,3 kcal
Jika karbohidrat hanya berasal dari cairan dextrose 5% atau 10% maka dalam :

1000 cc D5 = 50 gram = 205 kcal

1000 cc D10 = 100 gram = 410 kcal

Dapat dilihat bahwa pemenuhan kalori hanya dari larutan dextrose dengan isoosmolaritas
saja tidak cukup, dengan demikian perlu tambahan kalori dari sumber lain misalnya emulsi
lemak atau dengan karbohidrat jenis lain atau denga konsentrasi yang lebih tinggi. Kebutuhan
kalori ini juga perlu disesuaikan dengan jumlah kebutuhan cairan harian, kebutuhan elektrolit
hterutama Na+ dan K+, protein dan lemak, dan osmolaritas yang dapat ditoleransi perifer yaitu
<800 mOsm.Nutrisi Karbohidrat pada anak :sebagai sumber energi di samping lemak, KH
diberikan dalam jumlah 40-45% dari kalori total. Berbagai bentuk KH yang umum digunakan
adalah dekstrosa/glukosa, maltosa (glukosa polimer) dan xilitol dengan berbagai konsentrasi.

c. Emulsi Lemak Intravena


 Lemak dapat diberikan dalam bentuk nutrisi enteral ataupun parenteral sebagai emulsi
lemak.
 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori, Pada pasien kritis sebaiknnya sekitar 20
 35 % dari kalori bersumber dari lemak.
 Pemberian lemak intravena selain sebagai sumber asam lemak esensial (terutama asam
linoleat) juga sebagai subtrat sumber energi pendamping karbohidrat terutama pada kasus
stress berat.
 Bila lemak tidak diberikan dalam program nutrisi parenteral total bersama subtrat lainnya
maka defisiensi asam lemak rantai panjang akan terjadi kira-kira pada hari ketujuh
dengan gejala klinik bertahan sekitar empat minggu. Untuk mencegah keadaan ini
diberikan 500 ml emulsi lemak 10 ml paling edikit 2 kali seminggu.
 Asam lemak esensial berperan dalam fungsi platelet, penyembuhan luka, sintesa
prostaglandin dan immunocompetence. Oleh karena ada keuntungan bila diberikan
bersama-sama dengan glukosa sebagai sumber energi dianjurkan 30 –40 % dari total
kalori diberikan dari lemak.
 Ada bukti infus lemak merata 24 jam lebih baik dan lebih dipilih dibanding pemberian
intermitten.
 Direkomendasikan untuk tidak memberikan > 60% kalori total diambil dari subtrat
lemak. Sebagai pegangan jangan berikan porsi lemak > 2 gr / kg BB /hari.
 Sebaiknya lakukan pemeriksaan kadar triglised plasma sebelum pemberian emulsi lemak
intravena sebagai data dasar.
 Preparat emulsi lemak yang beredar ada dua jenis, konsetrasi 10% ( 1 k cal /ml ) dan 20
% ( 2 k cal/ ml ) dengan osmolalityas 270 –340 m Osmol /L sehingga dapat diberikan
melalui perifer.

Lemak pada anak: merupakan nutrien dengan densitas kalori tinggi (9kkal/g) dan pada
penggunaan untuk NP sebaiknya memasok 30-50% energi non nitrogen. Selain sumber energi,
lipid juga merupakan sumber asam lemak esensial (ALE, yaitu as.Linoleat dan
as.Linolenat).Dilaporkan pada bayi yang mendapat NP tanpa larutan lipid, defisiensi ALE dapat
terjadi dalam 2 hari.Untuk mencegah keadaan defisiensi ALE, as. Linoleat harus merupakan
minimal 1% energi total dan umumnya 2- 4% dari energi total berasal dari ALE.

Kebutuhan lipid untuk NP Emulsi lipid mengandung komponen purified soya bean,
fosfolipid dan anhydrous glycerol. Emulsi lipid 10% mengandung 1.1 kkal/ml. Sedangkan
emulsi lipid 20% mengandung 2.0 kkal/ml. Bila dimungkinkan sebaiknya pemberian intravena
emulsi ini dilakukan selama 24 jam secara kontinyu dan sumber kalori yang berasal dari lipid
tidak boleh melebihi 60% dari total kalori non protein. Penggunaan emulsi lipid 20% lebih
dianjurkan dibandingkan emulsi lipid 10%. Pemberian secara ekstra hati-hati harus dilakukan
bila emulsi ini diberikan pada

 Neonatus yang menderita hiperbilirubinemia.


 Neonatus yang sedang mendapat fototerapi
 Pasien yang mengalami gagal napas
 Pasien dengan sepsis berat
 Pasien dengan trombositopenia
d. Kebutuhan Protein
 Kebutuhan protein pada pasien sakit kritis sangat diperlukan mengingat bahwa
pemecahan protein cukup tinggi. Namun pemberian protein tidak mungkin akan bisa
menekan pemecahan protein, walaupun diberikan sangat berlebihan. Bahkan akan
merugikan dengan timbulnya azotemia.
 Secara umum kebutuhan protein pada penderita sakit kritis 1,5 – 3,5 gr/ Kg BB/ hari yang
terdiri dari asam amino esensial dan sedikitnya mengandung 45 % asam amino rantai
cabang (BCAA). Tanpa BCAA pemberian 2,1 gram protein/ kg BB/ hari dan kalori 45
kcal/ kg BB/ hari masih belum adekuat, terbukti dengan masih adanya pelepasan asam
amino ke perifer terus menerus.
 Guidelines for Protein Intake in Adults

Protein: Kebutuhan protein pada anak selain untukkebutuhan rumat tubuh juga diperlukan untuk
pertumbuhan, karena protein pada anak lebih besar daripada orang dewasa.Jumlah protein
hendaknya sebesar 15% dari kalori total serta rasio antara kalori nitrogen dan kalori nonnitrogen
sebesar 1:150-200 untuk meningkatkan efisiensi penggunaan protein oleh tubuh. Beberapa asam
amino (aa) selain aa esensial, dianggap esensial pada bayi terutama bayi BBLR, yaitu taurin dan
sistein karena enzim sistationase pada hepar belum mencukupi untuk merubah metionin menjadi
sistein dan taurin.

Asam amino arginin penting dan diperlukan/esensial pada keadaan stres metabolik dan
kadarnya lebih tinggi pada larutan aa. Pediatri, sebaliknya aa. Glutamin tidak ditambahkan pada
larutan karena tubuh sudah mempunyai enzim glutamin sintetase yang dapat mensintesis
glutamin dari glutamate Komplikasi akibat pemberian emulsi ini antara lain reaksi
hipersensitivitas akut, bradikardi transien, TPN related cholestasis, risiko keolelitiasis meningkat,
pankreratitis, gangguan pertukaran gas pernapasan, gangguan fungsi imun, trombositopenia,
lepasnya ikatan bilirubin dari albumin.

e. Rasio Kalori Nitrogen


 Atas dasar pertimbangan adanya intoleransi glukosa, resistensi insulin, dan peningkatan
penggunaan protein sebagai sumber energi pada pasien sakit kritis yang berada dalam
keadaan hipermetabolik, maka rasio kalori nitrogen suatu nutrisi harus disesuaikan .
 Rasio NPC : Nitrogen pada pasien kritis adalah 80 – 120 : 1 - 1 gr nitrogen setara dengan
6,25 gr protein.
 Pemberian glukosa harus dikurangi 10 – 15 % ditambah insulin eksogen. Bila fungsi hati
dan ginjal masih baik maka protein diberikan 2,5 – 3,5 gram/ kg BB/ hari. Kombinasi ini
akan menghasilkan rasio kalori nitrogen berkisar 80 – 100 kcal/ gr N. standar nutrisi
untuk pasien yang tidak mengalami hiperkatabolisme biasanya 150 – 200 kcal/ gr N.
f. Mikronutrien
 Pasien sakit kritis membutuhkan vitamin A, E, K, B1 (tiamin), B3 (niasin), B6
(piridoksin), vitamin C, asam pantotenat dan asam folat yang lebih banyak dibandingkan
kebutuhan normal sehari-harinya. - Khusus tiamin, asam folat dan vitamin K mudah
terjadi defisiensi pada TPN.
 Dialisis ginjal bisa menyebabkan kehilangan vitamin yang larut dalam air.
 Defisiensi besi, selenium, zinc, mangan dan copper sering terjadi pada pasien sakit kritis.
 Pemberian didasarkan kebutuhan setiap hari :
 Calcium : 0,2 – 0,3 meq / kg BB/ hari
 Magnesium : 0,35 – 0,45 meq / kg BB/ hari
 Fosfat : 30 – 40 mmol/ hari
 Zink : 3 – 10 mg/ hari

Contoh Soal Enteral

Kebutuhan nutrisi,seorang pria berusia 76 tahun dengan tinggi 62 dan bobotb201 pon adalah
sebagai berikut :

Protein : 73,09 g/hari

Lemak : 81,23 g/hari

Karbohidrat : 266,34 g/hari

Air : 2.088,82-2.740,91 mL/hari

Kalori total : 2.088,82 kkla/hari

Cairan Ensure dipilih untuk terapi enteral bagi pasien ini.Dalam satu wadah berisi 1 kuart cairan
Ensure tersedia 37 g protein, 143 g karbohidrat,dan 37 g lemak,serta memiliki osmolalitas 470
mOsmol/kg dan kepadatan kalori 1,06 kal/mL.

Berdasarkan kalori total yang dibutuhkan per hari,berapa banyak Ensure yang harus diterima
oleh pasien ini ?
2.088,82kkal 1 mL
× = 1.970,58 mL/hari
1hari 1,06 kkal

Contoh soal parenteral

Kebutuhan nutrisi seorang wanita berusia 58 tahun dengan tinggi 53 dan bobot 140 pon adalah
sebagai berikut :

Asam amino : 50,91 g/hari

Lemak : 40,77 g/hari

Dekstrosa : 185,07 g?hari

Cairan : 1.281,35 – 1.909 mL/hari

Kalori total : 1.281,35 kkal/hari

Berapa banyak larutan asam amino 7% emulsi lemak 10%,dan larutan dekstrosa 50% yang harus
digunakan untuk memberikan nutrient yang dibutuhkan

Asam amino :

50,91 g 100 mL
× = 727,27 mL/hari
1hari 7g

Lemak :

40,77 g 100 mL
× = 407,7 mL/hari
1 hari 10 g

Dekstrosa :

185,07 g 100 mL
× = 370,14mL/hari
1 hari 50 g

DAFTAR PUSTAKA

https://books.google.co.id/books?id=oNRMbwRxY2sC&lpg=PA156&dq=Perhitungan
%20enteral%20dan%20parenteral&hl=id&pg=PA161#v=onepage&q=Perhitungan%20enteral
%20dan%20parenteral&f=false
Hendarto Aryono dan Sri S Nasar.2002.Aspek Nutrisi Parenteral Pada Anak

Gresci, Gail. (2005). Nutrition Support for the Critically Ill Patient : A guide to practice. U.S.
America : Taylor and Francis Group
Ibnu., Budipratama, Dhany., dkk. (2014). Terapi Nutrisi pada Pasien ICU. Bandung : Medica
Hospitalia. Vol. 2 (3)
M, Christianto., dkk. (2012). Makalah Sistem Pencernaan Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Pemberian Nutrisi Enteral dan Parenteral. FK Prodi Ilmu Keperawatan : Universitas
Tanjungpura
P.T.Otsuka Indonesia. (2003).Buku Saku Nutrisi Klinik Edisi 2
Setianingsih., dan Anna, Anastasia. Perbandingan Enteral Dan Parenteral Nutrisi

Pada Pasien Kritis : A Literature Review. Magister Keperawatan : UNPAD


The ESPEN Clinical Practice Guidelines On Parenteral Nutrition: Present Status and
Perspectives For Future Research(2019)
Yulianti, Ririn. (2019). Makanan Enteral (Penatalaksanaan Makanan Sonde atau Pipa).RSUP dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten : Ditjen Yankes

Anda mungkin juga menyukai