Best Practise Dewi Asiah SMAN 16 Pandeglang
Best Practise Dewi Asiah SMAN 16 Pandeglang
Best Practise Dewi Asiah SMAN 16 Pandeglang
Penyusun:
DEWI ASIAH, S. Pd
Puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas menyusun naskah praktik baik yang berjudul "Penerapan Manajemen
Berbasis Sekolah Dengan Pendekatan Midfulness serta Teknik Pembelajaran One To One
Dalam Meningkatkan Kompetensi Seluruh Warga Sekolah Dalam Pelaksanaan Program
Sekolah Penggerak" dengan tepat waktu.
Tulisan praktik baik ini disusun untuk berbagi pengalaman tentang perkembangan yang sudah
dilakukan di sekolah penggerak Angkatan I. Selain itu, tulisan ini bertujuan menambah wawasan
tentang pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SMAN 16 Pandeglang..
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Solihin, M.Pd., M.Si. selaku pengawas
pembina. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Iman Nurjaman, M.Pd. selaku pelatih
ahli dan kepada semua dewan guru SMAN 16 Pandeglang yang telah membantu terselesaikannya
naskah ini.
Penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan tulisan ini.
Penulis
Abstrak
Untuk meningkatkan Kompetensi seluruh warga sekolah dalam pelaksanaan sekolah penggerah
dengan memahami tupoksinya masing masing secara maksimal di SMAN 16 Pandeglang maka
digunakanlah pengelolaa sekolah dengan menggunakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS}
dengan Pendekatan Mindfullnes serta teknik pembelajaran one to one
Manajemen Berbasis Sekolah dengan pendekatan mindfullnes serta teknik pembelajaran one to
one ini diimplementasikan pada setiap kegiatan disekolah mulai dari proses belajar mengajar
di kelas, pelaksanaan projek, pemeliharaan sarana prasarana sampai dengan penanaman
karakter pada seluruh warga sekolah . Walaupun belum sempurna dalm penerapannya tapi
dampaknya sangat positif
Latar Belakang
Visi Pendidikan Indonesia adalah mewujudkan indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila. Dalam Undang Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Untuk mewujudkan Pendidikan dengan suasana belajar dan proses pembelajaran seperti yang
dinyatakan di atas sangatlah dibutuhkan suatu lembaga yang dinamakan sekolah. Sekolah sebagai
ekosisten yang terdiri dari unsur unsur biotik seperti murid, kepala sekolah, guru, Tenaga
kependidikan, pengawas, orang tua siswa, masyarakat sekitar sekolah dan unsur unsur a biotik
seperti keuangan dan sarana prasarana dan setiap unsur ini harus menjadi satu kesatuan dan saling
berhubungan satu sama lain dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan,
Sekolah Penggerak adalah katalis untuk mewujudkan visi pendidikan Indonesia. Sekolah Penggerak
adalah sekolah yang berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik yang mencakup
kompetensi (literasi dan numerasi) dan karakter dengan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila yang
diawali dengan SDM yang unggul (kepala sekolah dan guru).
Kepala sekolah dan guru haruslah memiliki kompentesi yang dinyatakan dalam Peraturan Direktorat
Jendral GTK Kemendikbud Ristek Nomor 6565/B/GT/2020 model kompetensi kepala sekolah
meliputi. pengembangan diri dan orang lain, kepemimpinan pembelajaran, kepemimpinan manajemen
sekolah, kepemimpinan pengembangan sekolah, begitu juga dengan kompetensi guru yang meliputi;
pengetahuan profesional, praktik pembelajaran profesional serta Pengembangan profesi . Dengan
kompetensi yang dimiliki oleh kepala sekolah dan guru diharapkan dapat membuat pendidikan
disekolah dapat mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya serta menciptakan ekosistem sekolah yang nyaman dan aman dalam
menumbuh kembangkan kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara serta
memiliki profil pelajar pancasila.
SMAN 16 Pandeglang pada tahun pelajaran 2021/2022 sudah mulai melaksanakan program sekolah
penggerak dengan demikian sudah mulai menata unsur unsur ekosistem sekolah menjadi satu
kesatuan yang saling berhubungan dalam pengembangan hasil belajar siswa secara holistik yang
mencakup kompetensi (literasi dan numerasi) dan karakter dengan mewujudkan Profil Pelajar
Pancasila. Namun dalam melaksanakan program sekolah penggerak ini banyak tantangan yang
dihadapi mulai dari unsur unsur ekosistem sekolah seperti karakteristik peserta didik yang berbeda
beda, kompetensi guru yang masih kurang , Tenaga kependidikan yang masih belum memahami
tupoksinya, orang tua peserta didik yang tidak peduli terhadap sekolah , kepedulian masyarakat
sekitar sekolah terhadap sekolah yang masih rendah. Pemahaman seluruh warga sekolah yang masih
rendah terhadap program sekolah penggerak sarana prasarana yang belum memadai dan keuangan
pun yang sangat minim
Sehubungan dengan hal tersebut, peran kepala sekolah sangatlah penting dalam pengelolaan sekolah
dan benar benar diuji kompetensi yang dimilikinya. Dalam melaksanakan program sekolah penggerak
yang merupakan program baru dengan demikian banyak hal hal yang baru seperti kurikulum
Operasional sekolah atau kurikulum merdeka, adanya projek, dll. Dengan demikian kepala sekolah
melakukan pengelolaan menggunakan manajemen berbasis sekolah semua perencanaan berbasis
kekurakan dan kelebihan serta karakteristik sekolah, Karakteristik yang berbeda dari warga sekolah
disatukan dengan tetap melakukan pendekatan mindfulness atau kesadaran penuh tidak bisa dengan
semaunya kepala sekolah aja, kurangnya pemahamn beberapa warga sekolah dan peserta didik
terhadap pemahaman dan pelaksananaan kegiatan kegiatan sekolah penngerak dilaksanakan dengan
teknik one to one untuk mkengantisipasi rasa malu, rasa sungkan dari beberapa warga sekolah
sehingga mereka bisa memilih twman yang ia percaya untuk mel;akukan pemahaman tentang
program sekolah penggerak ini dan apa yang harus dia lakukan.
Keberhasilan kepala sekolah dalam kegiatan krgiatan program sekolah penggerak seperti terlaksannya
kegiatan pameran 3 projek dengan sukses, bimtek dan festifal anti perundungan , In House training
penyusunan perangkat pembelajaran, proses pembelajaran berorientasi pada peserta didik, penanaman
karakter beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa dengan kegiatan tabyngan hapalan Ayat
suci Al Qur:an, pelaksanaan perayaan Hari Besar Keagamaan , pemeliharaan nsarana prasarana yang
mendukung pelaksanaan penanaman karakter pada peserta didik . Keberhasilan keberhasilan di atas
merupakan suatu prestasi kerja yang dapat disebut sebagai best practice yang akan didokumentasikan
sebagai salah satu keberhasilan kepala sekolah melalui laporan yang berjudul, ”Penerapan Manajemen
Berbasis Sekolah dengan pendekatan mindfulness serta teknik one to one.
KAJIAN PUSTAKA
Keterkaitan pendidik dengan pendidikan, sarana pendidikan, dan strategi pendidikan itu sangat erat..
Untuk kepentingan tersebut, kepala sekolah harus berusaha menanamkan, memajukan dan
meningkatkan sedikitnya empat macam nilai, yakni pembinaan mental, moral, fisik, dan artistik.
Sehingga dibutuhkan pengelolaan sekolah dengan manajemen berbasis kekurangan dan kelebihan
sdekolah.
Dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 51 ayat (1) Pengelolaan
satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan
berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah, ayat
(2) Pengelolaan satuan pendidikan tinggi dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi, akuntabilitas,
jaminan mutu,dan evaluasi yang transparan..
Menurut Suparman (2001), manajemen berbasis sekolah adalah penyerasian sumber daya yang
dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait
dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memahami kebutuhan
mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan mutu sekolah dalam Pendidikan Nasional
Manajemen berbasis sekolah adalah proses mengelola sumber daya secara efektif untuk mencapai
tujuan yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan
partisipatif secara langsung semua komponen warga sekolah, yaitu; kepala sekolah, guru, siswa,
tenaga kependidikan, pengawas, orang tua dan masyarakat yang pada dasrmya dapat bisa merangkul
lebih banyak komponen warga sekolah yang dapat diajak bekerja sama untuk membangun pendidikan
Manajemen Berbasis Sekolah mengikutsertakan seluruh komponen warga sekolah untuk bersama-
sama membangun pendidikan, sehingga tanggung jawab terhadap perkembangan pendidikan tidak
berada di tangan kepala sekolah tapi ditangan seluruh unsur ekosistem sekolah. Akan tetapi
perbedaan karakter dari warga sekolah dan kekurangan unsur unsur a biotik sekolah inilah yang pada
akhirnya membutuhkan suatu teknik untuk menggerakkan seluruh sumberdaya yang ada terutama
sumber daya manusianya dengan menggunakan pendekatan mindfulness.
Mindfulness merupakan kesadaran dan pemberian perhatian secara pribadi dalam setiap momen
(Kabat-Zinn, 1990). Mindfulness melekat dan merupakan kapasitas natural yang dimiliki oleh
manusia sebagai makhluk hidup, serta merupakan teori perhatian dan kesadaran dalam keseharian
(Brown & Ryan, 2004).
Mindfulness atau kesadaran penuh lebih membuat kepala sekolah dan seluruh warga sekolah lebih
mawas diri terhadap kondisi sekitar, emosi, perasaan, dan berbagai persoalan yang sedang
dihadapi. yang membuat lebih fokus terhadap situasi saat ini dan menerimanya tanpa menghakimi.
Keadaan ini yang membantu seluruh warga sekolah menerima dan mengatasi pikiran dan fokus,
perasaan, atau sensasi yang menyakitkan atau mengganggu sehingga dapat menikmati hidup, .
mencintai diri sendiri, mengurangi stres,
Pendekatan mimdfulnes dalam pemahaman dan pelaksanaan Program sekolah penggerak dengan kurikulum
merdeka ini masih banyak warga sekolah yang kesulitan dalam pemahamannya tetapi malu untukbertanya
yang pada akhirnyha bdlajar memahami tidak, bertanya tidak dan akhirnya tidak terjadi perubahan pada
pendidikan di sekolah, oleh sebab itu penggunaan teknik one to one menjadi salah satu pilihan dari tranfer
ilmu untuk pemahaman program sekolah penggerak.
Teknik pembelajaran ini adalah aktivitas yang menuntut semua warga sekolah belajar. Agar dapat
mengajarkan sesuatu, seseorang guru ndalam hal ini DKP (Dewan Komite Pembelajar) harus
memahaminya. Jika DKP memahami sesuatu mengingatnya yang kemudian mengajarkan kembali
kepada temann dekatnya sehingga lebih efisien dari rekannya dari pada pelatih ahli melalui zoom
meeting. Kegiatan ini menuntut semua warga sekolah mengabil tanggung jawab dan oleh karenanya
melatih seluruh warga sekolah dalam belajar mandiri dan saling ketergantungan.
TANTANGAN YANG DIHADAPI
Kegiatan kegiatam yang dilaksanakan di SMAN 16 Pandeglang kaitan dengan Program Sekolah
pengerak dan tidak terlepas dari tantangan yang dihadapi seperti ;
1. Sekolah sebagai tugas bebrapa guru datang kesekolah untuk presensi kehadiran dan
menyampaikan materi tanpa menggunakan model ataupun pendengkatan pembelajaran yang
berorientasi pada peserta didik dan tidak menyenangkan bahkan masih banyak yang memberikan
tugas mencatat dan gurunya tidak berada di kelas
2. Pada umumnya peserta didik datang kesekolah hanya sekedar kehadiran yang kelak dapat ijazah
dan bekerja tanpa berpikir sekolah untuk mencari ilmu. Apalagi rasa memiliki sekolah sehingga
memelihara kebersihan sekolah pun bukan suatu keharusan menurut mereka sehingga didalam
kelas sampai berserakan pun mereka tidak peduli.
3. Karena tkarakteristik mayoritas dari guru dan Tenaga kependidikan yang tidak memahami
tupoksi dan bekerja hanya sekedar ptrsensi sehungga kepala sekolah seolah olah sebagai
pengatur karena mau tidak mau
4. Manajemen sekolah terlalu administratif dimana penyusunan Arkas harus disesuaikan dengan
apa yang bisa diinfut dalam aplikasi bukan berdasarkan kebutuhan karena bendahara mengalami
kesulitan administratif atau pelaporan sehingga tidak mau mengambil resiko
5. Keterlibatan orang tua disekolah tidak ada baik dari perhatian terhadap kehadiran anak anaknya
ataupun hasil belajarnya.
6. Banyak Guru masih menggunakan model ataupun pendengkatan pembelajaran yang berorientasi
pada peserta didik dan tidak menyenangkan bahkan masih banyak yang memberikan tugas
mencatat dan gurunya tidak berada di kelas sebagai sumber belajar satu satunya dan
pembelajaran berpusat pada guru itu sendiri .Peserta didik sebagai penerima pengetahuan yang
disampaikan oleh guru tidak diajak untuk mencari pengetahuan lain dari berbagai sumber seperti
dari teknologi ataupun orang tua sebagai sumber secara terbimbing.bolos lewat jalan manapun.
Ada beberapa guru yang nerangkap sebagai tenaga administrasi seperti bendahara, operator,
pengurus barang atau punya bisnis diluar sekoloah sehingga mengajar menjadi pekerjaan
sambilan dan akhirnya tidak ada proses pembelajaran, ada juga yang mengajar tidak sesuai
dengan mata kuliah yang diampunya contoh Ijazah Ilmu telekomunikasi Islam mengajar Fisika,
7. Para guru yang diberi tugas tambahan sebagai wakasek masih belum memahami tupoksi dengan
baik jadi masih pendelegasian tugas pada yang lain sehingga pemborosan penggajian karena jelas
orang yang didelegasikan untuk mengerjakan tugas orang lain mau juga menerima imbalan
sedangkan keuangan sekolah sedikit karena jumlah peserta didik sedikit sehingga uang bosnya
pun sedikit dan memang tidak diperkenankan uang BOS dipergunakan untuk penggajian tetapi
hal iyu harus dilakukan. Kegiatan Team Pengembang Kurikulum dalam menyusun KOS
tantangannya adalah. Seluruh Wakasek (kurikulum, Sapras,Humas dan Kesiswaan) yang bukan
DKP dan sulit juga untuk diberikan pemahaman tentang Program Sekolah Penggerak.
8. Penyusunan KOS yang masih bukan merupakan keharusan yang penting jadwal pelajaran ada.
KOS hanya dokumen sebagai prasyarat saja padahal KOS harus merupakan pedoman
pelaksanaan pembelajaran disekolah. udah menjadi kebiasaan. Team pengembang kurikulum
tidak terlibat dalam penyusunan KOS, rencana kerja sekolah, RKJM,RKT dan RAKS tetapi
semuanya dibuat copy paste dari tahun ke tahun mengodoppsi dari yang sidah ada.
9. Penilaian hanya dilakukan diakhir semester saja .
10. Sarana Prasarana yang tidak memadai;
a. 13 Ruang Kelas , Ruang kepala sekolah, ruang guru , Ruang TAS, Ruang Laboratorium,
Ruang TIK semuanya dalam kondisi tidak layak pakai
b. Jumlah toiket yang tidak seimbang dibandingkan dengan jumlah peserta didik.
c. Tidak ada ruang UKS
d. Lapangan upacara/volly ball masih beralaskan tanah yang jika turun hujan semuanya menjadi
lautan lumpur,
e. Belum ada ruangan ataupun sasana tempat eksistensi peserta didik atau tempat unjuk
keterampilan dibidang seni yang kebanyakan peserta didik Di SMAN 16 pandeglang
mempunyai bakat dibidang seni dan olah raga.
11. Muspika setempat yang tidak memberikan dukungan kesekolah bahkan banyak masyarakat yang
jika ada kegiatan seperti hajatan dengan seenaknya saja mengambil meja dan kuesi dari sekolah
tanpa permisi.
12. Lingkungan sekolah yang belum aman karena ridak adanya pagar yang melindungi sekolah,
13. Penanaman karakter dibidang kedisiplinan dan kebersihan tantangan nya adalah;
a. Tidak adanya kepedulian dari seluruh warga sekolah untuk pemhiasaan buang sampah pada
tempatnya, membersihkan kelas, berpakaian seragam dan kedisiplinan waktu.
b. Kurangnya role model untuk peserta didik
AKSI DAN LANGKAH-LANGKAH
Dalam Pelaksanaan Aksi dari kegiatatn kegiatan yang dilakukan di sekolah melalui langkah langkah
sebagai berikut:
1. Menyusun Kegiatan kegiatan yang memang sangat menunjang pengembangan hasil belajar siswa
secara holistik yang mencakup kompetensi (literasi dan numerasi) dan karakter dengan
mewujudkan Profil Pelajar Pancasila serta mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
2. Menentukan Kepanitian sesuai dengan tupoksi dari masing masing seperti kegiatan workshop
kepanitian ditentukan oleh wakasek kesiswaan, kegiatan pemeliharaan sasana krida dan
peneliharaan lapangan futsal/volly ball diketuai oleh wakasek sarana prasarana, sosialisasi anti
korupsi diketuai oleh wakasek humas dan kegiatan bimtek dan festival anti perundungan di ketuai
oleh wakasek kesiswaam
3. Setiap panitia mengajukan Proposal kegiatan yang kemudian diacc oleh bendahara dan kepala
sekolah
4. Acara dilaksanakan sesuia dengan apa yang direncanakan dan tercantum di dalam proposal
5. Evaluasi Kegiatan dilakukann setelah selesai acara dan jika terjadi hal yang tidak sesuai dengan apa
yang direncanakan kepala sekolah memanggil panitia dan dilakukan dengan pendekatan
mindfulness karena banyak kegiatan yang dilakukan panitia yang membuat kepala sekolah harus
bisa mengolah emosi
6. Pelaporan Setelah Acara dilaksanakan diserahkan ke kepala sekolah dan bendahara kemudian
didokumentasikan dan biasanya pelaporan ionilah yang terkadang tidak di buat terutama dalam
kegiatan Workshop Peningkatan Kompetensi guru dalam penyusunan modul ini ternyata banyak
guru yang tidak mengumpulkan modul ajarnya sehingga dilakukannlah teknik one to one dimana
guru yang sudah mengumpulkan modul dan dinilai baik modulnya oleh nara sumber selanjutnya
harus mengajarkan ke satu guru lainnya dan seterusnya sampai semuanya bisa dan selesai membuat
modul ajar dan dikumpulkan dikepala sekolah selanjutnya didokumentasikan.
7. Perencanaan untuk Rehab Ruang Kelas sekolah sudah membuat proposal ke didndik dan perbaikan
data didapodik dan kemudian penyampaian informasi mke kemendikbud melalui coacing dengan
pelatih ahli dan Alhamdulillah mendapat respon yang Insya Allah Rehab 12 Ruang Kelas Dan
Ruang Guru dan TU serta Ruang Laboratorium Fisika, Biologi dan Komputer akan dilaksanakan di
bulan Juni 2022.
8. Pembentukan Forum Orang Tua Siswa yang terdiri dari seluruh Orang tua siswa kelas X,XI dan XI
serta mmenjadikan orang tua siswa sebagai controling peserta didik diluar sekolah dan juga
sebagaim sumber belajar
9. Kepala Sekolah Mengikuti Forum Kecamatan Sumur sebagaim ajang silaturahmi dengan
masyarakat
Dari Langkah langkah tersebut sehingga dihasilkan Aksi dalam bentuk kegiatan kegiatan sebagai
berikut;
In House Training dilaksanakan dari tanggal 21 juli 2021 s/d 29 Juli 2021
Bimtek dan Festival Anti Perundungan (6 September s/d 11 November 2021),
a. Sosialisasi Anti Korupsi,( 3 September 2021 ) kegiatan ini dilaksanakan mengawali segala
kegiatan di SMAN 16 Pandeglang agar semua warga sekolah memahami mana yang disebut
korupsi dan mana yang tidak. T
Workshop Peningkatan Kompetensi Guru milenal literasi digitalisasi ( 24 s/d 26 September 2021)
Workshop Peningkatan kompetensi peserta didik milenial literasi digital (23 s/d 25 November
2021)
Workshop Peningkatan Kompetensi Guru Dalam Paeadigma Baru Pembelajaran ( 3 s/d 5
Desember 2021) ,.
Kegiatan Belajar Mengajar yang berorientasi pada peserta didik dengan dibuktikan adanya
laporan supervisi.
Terbentuknya Club FUTSAL Pelajar SMAN dan SMP/MTs Kecamatan Sumur dan Cibaliung
Pelaksanaan Projek 1 Disemester 1 tahunn pelajaran 2021/2022 tema pemanasan Global, Projek
2 pelaksanaan di semester 2 tahun pelajaran 2021/2022. dengan tema Berkebihekaan Global dan
Projek 3 bertemakan kewirausahaan.
Pelaksanaan Program penguatan karakter beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dengan
tabungan hapalan ayat A;-Qur;an,
Trbentuknya Paguyuban Peserta didik SMAN 16 Pandeglang.
REFLEKSI
Dari Seluruh Kegiatan Program Sekolah Penggerak tahun ajaran 2021/2022 dan kegiatan penunjang
lainnya di SMAN 16 Pandeglang Alhamdulillah sudah terlaksana dengan baik walaupun masih
banyak kekurangan dan ada beberapa yang masih tertunda.
Kegiatan ini bisa terlaksana dikarenankan usaha usaha yang dilakukan oleh seluruh warga sekolah
seperti;
Evaluas dan Repleksi : Meninjau ulang manajemen pengelolaan sekolah, seluruh warga sekolah,
mengkomunikasikan setiap permasalahan yang dihadapi melalui rapat evaluasi dimana dalam rapat ini
keterbukaan dari seluruh warga dibutuhkan dan kita saling merefleksi diri untuk menumbuhkan
mindfulness dalam masing masing diri seluruh warga sekolah dan tetap belajar sepanjang hayat
untuk seluruh warga sekolah karena ilmu berkembang terus dan strategi yang kita gunakan yaitu one
to one siapa yang bisa duluan silahkan mengajarkan ke satu teman dan satu teman lainnya.
Keterlibatan orang tua siswa dalam penananman karakter pada peserta didik sangatlah kuat senakal
nakalnya anak jika guru ndan orang tua bersama sama membimbing Insya Allah akan mengalami
perubahan karakter.
Keterlibatan muspika setempat dilingkungan sekolah menambah kepercayaan diri dan kenyamanan
dalam pelaksanaan proses belajar mengajar disekolah .
Itervensi dari Pemangku le[emtimgam seperti Kemendikbud, Pemerintah Provinsi dalam hal ini
Dinas Pendidikan Procinsi Banten, Kepala KCD dan Pengawas sangatlah mendukund dalam
memperkuat pengelolaan sekolah yang dilaksanakan oleh Kepala Sekolah.
Semoga kekompakan kami bisa membawa SMAN 16 Pandeglang lebih maju ke depannya.
PENUTUP
Simpulan
Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah dengan pendekatan mindfulness dengan strategi one to one
baik dilaksanakan di SMAN 18 Pandeglang dalam pelaksanaan Program Sekolah Penggerak (PSP)
pada tahun pelajaran 2021/2022.
Saran
https://youtu.be/whkVRg00qJA
Salinan perdirjen nomor 6565/B/GT/2020 tentang Model Kompetensi dalam Pengembangan
Profesi Guru
Salinan UU no 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Salinan UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Suparman. 2001. Manajemen Pendidikan Masa Depan. Jakarta: Balitbang Dikdasmen Depdikbud.
https://www.youtube.com/watch?v=x1cs5vmAPcA
LAMPIRAN
Sebelum Sesudah
Dokumen pendukung lainnya
https://www.youtube.com/watch?v=_IV2Be9cIG8
https://www.youtube.com/watch?v=DOOmarvQGaQ
https://www.youtube.com/watch?v=LHxieGca4EY
https://www.youtube.com/watch?v=ayC92GLC11w
https://smanegeri16pandeglang.sch.id