Tugas 7 Kons - Lintas Budaya - Uswatun Hasanah - 19006132
Tugas 7 Kons - Lintas Budaya - Uswatun Hasanah - 19006132
Tugas 7 Kons - Lintas Budaya - Uswatun Hasanah - 19006132
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
Uswatun Hasanah
19006132
2022
Dinamika Perkawinan Antar Budaya
A. Pengertian Perkawinan
2
dan perceraian, pada kenyataannya, perkawinan beda bangsa tetap banyak
dilakukan di Indonesia hingga saat ini.
Selain itu ada beberapa tantangan yang akan dihadapi pasangan yang
menikah antar budaya adalah:
1. Kendala bahasa
Tergantung pada negara asal dan jenis kelamin, biasanya kedua belah
pihak dalam pernikahan beda budaya memiliki cara yang berbeda dalam
3
memandang pernikahan. Bukankah masalah ini sudah diatasi sebelum menikah?
Memang benar, tetapi pasangan yang sudah menyamakan visi misi pun pada
kenyataannya masih sering mengalami perbedaan pendapat dalam detail-detail
kecil yang berkaitan dengan persepsi mereka tentang pernikahan. Biasanya salah
satu cenderung lebih santai, sementara pasangannya cenderung lebih konservatif.
Masalah yang satu ini juga hampir sama dengan pandangan mengenai
pernikahan yang sudah dibahas sebelumnya. Meskipun keyakinan sudah
disamakan, tak berarti masalah agama sudah beres. Tentunya masih ada
printilan mengenai kebiasaan beribadah, ritual, atau nilai yang digunakan dalam
menyikapi suatu masalah.
5. Komunitas eksklusif
4
ini masih bisa dimaklumi. Sementara yang lainnya bisa saja menganggap
perilaku seperti ini melanggar privasi pasangan.Agar masalah-masalah di atas
bisa diatasi, Cihlar mengatakan bahwa kuncinya adalah tetap menjaga
komunikasi dan pikiran terbuka. Empati, rasa percaya, dan fleksibilitas juga
penting untuk menjaga agar masalah-masalah di atas tidak sampai mengganggu
keseimbangan di dalam pernikahan.
5
d. Babako – Babaki
Acara ini akan diadakan beberapa hari sebelum acara akad nikah
berlangsung. Bako berarti pihak keluarga dari ayah calon mempelai
perempuan.
e. Malam bainai
Acara ini dilakukan pada malam sebelum akad nikah. Bainai menjadi ritual
untuk melekatkan jasil tumbukan daun pacar merah (daun inai) di kuku
calon pengantin. Tradisi ini memiliki makna sebagai ungkapan kasih sayang
dan doa restu para sesepuh keluarga mempelai perempuan.
f. Manjapuik Marapulai
Acara ini menjadi ritual paling penting dalam prosesi pernikahan adat
Minang. Prosesinya bermula dari calon pengantin laki-laki dijemput dan
dibawa ke rumah calon pengantin perempuan untuk melangsungkan akad
nikah.
g. Penyambutan di Rumah Anak Daro
Tradisi menyambut kedatangan calon mempelai laki-laki di rumah calon
mempelai perempuan (penyambutan di rumah anak daro) merupakan
momen meriah dan besar. Dilatari bunyi musik tradisional yang berasal dari
talempong, keluarga mempelai perempuan menyambut kedatangan
mempelai laki-laki.
h. Akad nikah
Akad nikah ini akan dilangsungkan sesuai syariat agama Islam. Diawali
dengan pembacaan ayat suci, ijab kabul, nasihat perkawinan dan doa. Acara
ini umumnya dilakukan pada hari Jumat siang.
i. Bersandiang di pelaminan
Setelah akad nikah berlangsung maka kedua pengantin akan bersanding di
rumah anak dari. Anak daro dan marapulai akan menanti tamu alek salinga
alam dan diwarnai musik dari halaman rumah.
2. Tradisi sesudah akad nikah
a. Memulangkan Tandsi
6
Usai melaksanakan akad nikah, ada lima acara adat yang lazim dilaksanakan.
Mulai dari memulangkan tando, mengumumkan gelar pengantin laki-laki,
mengadu kening, mengeruk nasi kuning dan bermain coki.
b. Malewakan Gala Marpulai
Acara ini mengumumkan gelar untuk pengantin laki-laki sebagai tanda
kehormatan dan kedewasaan yang disandang sang pengantin laki-laki.
c. Balantuang Kaniang
Acara ini akan dipimpin oleh sesepuh perempuan dan sang pengantin akan
saling menyentuhkan keningnya. Mereka diharuskan duduk berhadapan
dengan wajah dipisahkan kipas, lalu kipas diturunkan perlahan. Maka
barulah boleh saling menyentuhkan kening.
d. Mangaruak Nasi Kuniang
Prosesi ini mengisyaratkan hubungan kerja sama suami istri yang harus
melengkapi satu sama lain. Ritual diawali dengan kedua pengantin berebut
mengambil daging ayam yang tersembunyi di dalam nasi kuning.
e. Bamain Coki
Coki adalah permainan tradisional Ranah Minang. Yakni semacam
permainan catur yang dilakukan oleh dua orang dengan papan permainan
menyerupai halma. Permainan ini bermakna agar kedua mempelai bisa
saling meluluhkan kekakuan dan egonya masing-masing agar tercipta
kemesraan.
f. Tari Payung
Tarian ini dipercaya sebagai tarian pengantin baru. Memiliki salah satu syair
berbunyi “Berbendi-bendi ke sungai tanang” yang memilki arti pasangan
yang baru menikah pergi ke kola yang dinamai sungai Tanang dan
mencerminkan bulan madu. Penari akan menggunakan payung yang
melambangkan peranan suami sebagai pelindung istri.
g. Manikam Jajak
7
Pernikahan adat Minang belum usai walaupun acara pernikahannya sudah
selesai, lho. Manikam jajak adalah prosesi pernikahan adat Minang yang
terakhir. Satu minggu setelah akad nikah, sang pengantin akan pergi ke
rumah orangtua serta ninik mamak pengantin laki-laki dengan membawa
makanan. Tujuannya untuk menghormati dan memuliakan orangtua serta
ninik mamak pengantin laki-laki.
D. Contoh kasus perkawinan antar budaya
Salah satu contoh perbedaan budaya yang bisa menimbulkan konflik dalam
perkawinan beda bangsa dialami oleh Erni, seorang perempuan asal Indonesia yang
menikah dengan pria asing berkebangsaan Perancis (dalam Pratamawaty, 2017:8).
Pada kasus perkawinan Erni, perbedaan konteks bahasa diakuinya sebagai kendala
utama dalam perkawinan beda bangsa. Kesalahpahaman dalam berkomunikasi
masih sering terjadi meskipun Erni sudah memiliki kemampuan berbahasa Perancis
dan meskipun mereka menggunakan satu bahasa yang sama saat berkomunikasi,
yaitu bahasa Perancis.
8
tidak tersakiti oleh perkataan suami dengan gaya berbicaranya. Lalu untuk
meminimalisir terciptanya konflik berkelanjutan karena perbedaan gaya
berkomunikasi tersebut, berdasarkan pengalaman Erni, diperlukan keinginan untuk
saling memahami dari kedua belah pihak. Keinginan untuk selalu
mengomunikasikan kesalahpahaman yang ada merupakan salah satu cara
menghadapi perbedaan.
Pada kasus perkawinan beda bangsa yang dilakukan Erni, nilai budaya Barat
yang dibawa suaminya sebagai orang asal Perancis tampak pada caranya
berkomunikasi. Ia lebih cenderung menyukai kebebasan dalam berkomunikasi
dengan orang lain, tanpa menyembunyikan atau berbasa-basi menutupi apa yang
iarasakan dan pikirkan. Kemudian nilai budaya tersebut ternyata tidak sejalan
dengan nilai budaya Erni yang berasal dari Indoensia, saat itulah mulai terjadi
perbedaan persepsi di antara keduanya sehingga ekspektasi-ekspektasi atau harapan
yang dimiliki terhadap satu sama lain tidak dapat terpenuhi.
9
DAFTAR PUSTAKA
Walgito Bimo. 1998. Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta: Andi Offset.
Shireave Erich B & Levy David A. Psikologi Lintas Kultural. Kencana Drenada Media
Group.
10