Tugas 2 Hukum Adat

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

Tugas 2 Hukum Adat

1. Latar belakang terjadinya pertunangan dalam sistem hukum adat perkawinan dapat dianalisis dari
perspektif budaya dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam masyarakat Indonesia.Pertunangan dalam
konteks ini berfungsi sebagai langkah awal dalam proses pernikahan yang melibatkan kesepakatan dan
komitmen antara kedua belah pihak, baik calon pengantin pria maupun wanita, serta keluarga
mereka.Pertunangan dalam hukum adat perkawinan di Indonesia sering kali melibatkan proses perkenalan
dan interaksi antara keluarga pria dan wanita.Pertemuan perkenalan yang dimulai dari usia muda
memungkinkan kedua belah pihak untuk saling mengenal, membangun kedekatan, dan menentukan
kesesuaian serta kompatibilitas satu sama lain sebelum memutuskan untuk melanjutkan ke tahap
pernikahan.Tanda tersebut mencerminkan adanya kesepakatan dalam proses pertunangan, tanda-tanda
cinta atau keseriusan dari pria kepada wanita, seperti pemberian tanda mau atau tanda bahagia, dianggap
sebagai simbol komitmen dan niat untuk melanjutkan hubungan menuju pernikahan.ikatan dan
persetujuan dari kedua belah pihak serta keluarga mereka terhadap hubungan yang sedang dibangun.

Latar belakang terjadinya pertunangan dalam sistem hukum adat perkawinan ini juga mencerminkan
nilai-nilai seperti kekeluargaan, kebersamaan, serta menjaga hubungan baik antara keluarga pria dan
wanita.Pertunangan memberikan kesempatan bagi kedua belah pihak dan keluarga mereka untuk saling
mengenal, membangun kepercayaan, serta membahas dan menetapkan persyaratan dan harapan dalam
pernikahan.Selain itu, latar belakang terjadinya pertunangan dalam sistem hukum adat perkawinan juga
dapat dikaitkan dengan faktor sosial dan ekonomi dalam masyarakat Indonesia.Pernikahan dalam budaya
Indonesia seringkali melibatkan tidak hanya dua individu, tetapi juga melibatkan kedua keluarga yang
terlibat.Pertunangan menjadi momen penting di mana kedua keluarga dapat saling mengenal, membahas
persyaratan pernikahan, serta membahas masalah-masalah praktis seperti mahar atau mas kawin.Dalam
konteks ekonomi, pertunangan dapat berperan dalam menegosiasikan persyaratan keuangan dan aset yang
terkait dengan pernikahan.Misalnya, dalam budaya Indonesia, mas kawin sering kali menjadi bagian
dari pertunangan, di mana pihak pria memberikan sejumlah uang atau barang berharga kepada pihak
wanita atau keluarganya.Hal ini dapat berperan dalam memastikan stabilitas keuangan dalam pernikahan
dan memperkuat hubungan antara kedua keluarga.Selain itu, pertunangan juga dapat menjadi wadah
untuk menjaga harmoni dan kohesi sosial antara keluarga-keluarga yang terlibat.Dalam budaya Indonesia
yang cenderung memiliki sistem kekerabatan yang kuat, pertunangan dapat membantu membangun
hubungan yang baik antara keluarga pria dan wanita, serta memfasilitasi pemahaman, kesepakatan, dan
dukungan antar keluarga dalam pernikahan

Dalam Keseluruhan latar belakang terjadinya pertunangan dalam system hukum adat perkawinan
mencerminkan nilai-nilai social,budaya,ekonomi,serta antara keluarga yang terlibat. Pertunagan
memberikan kesempatan bagi calon pengantin dan keluarga mereka untuk saling mengenal,membangun
komitmen,dan menegosiasikan persyaratan dan masalah-maslah praktis dalam pernikahn,sehingga
menciptakan dasar yang kuat bagi pernikahan yang berkelanjutan.
Tata cara lamaran
Susunan Acara Lamaran
Pernikahan
 Kedatangan Calon
Mempelai Pria Bersama
Keluarga. ...
 Pembukaan Acara Lamaran.
...
 Perwakilan Calon Mempelai
Pria Mengutarakan Maksud dan
Tujuan. ...
 Penyampaian Jawaban dari
Keluarga Perempuan. ...
 Penyerahan Seserahan. ...
 Tukar Cincin. ...
 Perkenalan Antar Keluarga
Calon Mempelai. ...
 Pembacaan Doa.
 Menyampaikan Pamit dan
Terimakasi dari Kedua Mempel
2. Berikut Tata cara lamaran Susunan Acara Lamaran Pernikahan

 Kedatangan Calon Mempelai Pria Bersama Keluarga. ...

 Pembukaan Acara Lamaran. ...

 Perwakilan Calon Mempelai Pria Mengutarakan Maksud dan Tujuan. ...

 Penyampaian Jawaban dari Keluarga Perempuan. ...

 Penyerahan Seserahan. ...

 Tukar Cincin. ...

 Perkenalan Antar Keluarga Calon Mempelai. ...

 Pembacaan Doa.

 Menyampaikan Pamit dan Terimakasi dari Kedua Mempelai

Tata cara melakukan lamaran dalam masyarakat hukum adat perkawinan dapat bervariasi di
setiap daerah di Indonesia.

Berikut adalah beberapa contoh tata cara yang lazim terjadi di beberapa daerah
dengan masyarakat hukum adat perkawinan:
1. Lamaran di Jawa: Di Jawa, tata cara lamaran biasanya dimulai dengan proses perkenalan
antara calon pengantin pria dan wanita, yang sering kali melibatkan perantara dari kedua
keluarga.Setelah kesepakatan awal tercapai, pihak pria beserta keluarganya akan datang ke
rumah calon pengantin wanita untuk melamar secara resmi.Lamaran ini dilakukan dengan
membawa mas kawin, yang bisa berupa uang, perhiasan, atau barang berharga lainnya.Selain itu,
ada juga tradisi penyampaian surat lamaran secara tertulis yang berisi niat baik dan permohonan
restu kepada keluarga calon pengantin wanita.

2. Lamaran di Sumatera: Di beberapa daerah di Sumatera, tata cara lamaran melibatkan


serangkaian upacara dan ritual.Misalnya, dalam masyarakat Minangkabau, terdapat tradisi "surat
balam" yang merupakan surat lamaran resmi yang dikirimkan oleh pihak pria kepada keluarga
calon pengantin wanita.Setelah surat tersebut diterima, keluarga pihak wanita akan mengadakan
upacara adat "meminang", di mana pihak pria beserta keluarganya akan datang dengan
membawa mas kawin dan disambut dengan serangkaian adat dan prosesi yang melibatkan para
tetua adat.

3. Lamaran di Bali: Di Bali, tata cara lamaran biasanya melibatkan prosesi adat yang disebut
"mekala-kelod" atau "mekala-pat".Pihak pria beserta keluarganya akan datang ke rumah calon
pengantin wanita dengan membawa seserahan berupa banten (persembahan), kain, atau uang
sebagai mas kawin.Setelah serah terima seserahan, keluarga pihak wanita akan mengadakan
upacara adat yang melibatkan berbagai prosesi seperti membaca mantra, penyiraman air suci,
dan pemberian tanda lamaran yang biasanya berupa sanggul peningset (hiasan rambut khas Bali).

Perlu diperhatikan bahwa tata cara lamaran dapat bervariasi dalam setiap daerah
dengan masyarakat hukum adat perkawinan, dan praktek-praktek tersebut juga dapat berubah
seiring waktu.

Sumber :
Siombo, Marhaeni Ria, dan JM. Henny Wiludjeng.2021. HUKUM ADAT. Tanggerang Selatan:
Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai