Dokumen - Tips Makalah Banjir Kelompok
Dokumen - Tips Makalah Banjir Kelompok
Dokumen - Tips Makalah Banjir Kelompok
MAKALAH KELOMPOK II
KONSEP PREHOSPITAL DAN MANAJEMEN BENCANA BANJIR
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
DOSEN PEMBIMBING : Ns. IKA SETYORINI, S.Kep., M.Kep
OLEH :
MARSAID 116070300111001
MARFUAH 116070300111004
ACHMAD KUSYARI 116070300111005
PENI PERDANI J. 116070300111011
CIPTO SUSILO 116070300111014
SAIFUL NURHIDAYAT 116070300111018
FILIA ICHA 116070300111021
LATIFIYAN NURNANINGTIYAS 116070300111024
BAB 1
PENDAHULUAN
daerah BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) tingkat I untuk propinsi dan tingkat
II untuk Kabupaten, dimana unsur kesehatan tergabung didalamnya. Sejak tahun 2000
Kementerian Kesehatan RI telah mengembangkan konsep Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu (SPGDT) memadukan penanganan gawat darurat mulai dari tingkat pra
rumah sakit sampai tingkat rumah sakit dan rujukan antara rumah sakit dengan pendekatan
lintas program dan multisektoral. Penanggulangan gawat darurat menekankan respon cepat
dan tepat dengan prinsip Time Saving is Life and Limb Saving. Public Safety Care (PSC)
sebagai ujung tombak safe community adalah sarana publik/masyarakat yang merupakan
perpaduan dari unsur pelayanan ambulans gawat darurat, unsur pengamanan (kepolisian) dan
unsur penyelamatan. PSC merupakan penanganan pertama kegawatdaruratan yang membantu
memperbaiki pelayanan pra RS untuk menjamin respons cepat dan tepat untuk
menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan, sebelum dirujuk ke Rumah Sakit yang
dituju. Dalam keadaan sehari-hari maupun bencana, penanganan pasien gadar melibatkan
pelayanan pra RS, di RS maupun antar RS sehingga diperlukan penanganan terpadu dan
pengaturan dalam system maka ditetapkan SPGDT-S dan SPGDT-B (sehari-hari dan
bencana) dalam Kepres dan ketentuan pemerintah lainnya
1.2.Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan umum
Memahami managemen bencana banjir
1.2.2. Tujuan khusus
1.2.2.1.Memahami konsep pre hospital
1.2.2.2.Memahami konsep bencana
1.2.2.3.Memahami konsep banjir
1.2.2.4.Mengetahui manajemen bencana
1.2.2.5.Mengetahui manajamen bencana banjir di Indonesia
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Gambar 1 : The Disaster Management Cycle
Siklus manajemen bencana adalah sebagai berikut :
1. BENCANA /
DISASTER
Menurut UU No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Ada 3 macam
bencana, yaitu :
a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah langsor.
b. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit.
c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok
atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
2. RESPONSE
Fase respon ini merupakan implementasi dari rencana kegiatan penanggulangan bencana
yang meliputi tindakan untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kerusakan harta
benda, serta menjaga lingkungan selama keadaan bencana. Fase respon ini merupakan
tindakan dari perencanaan yang telah dibuat.
3. RECOVERY
Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan
lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan,
prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi. Selain itu, recovery ini
merupakan kegiatan untuk menggali komunitas/masyarakat untuk kembali pada perasaan
yang normal setelah bencana.
4. MITIGATION
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana. Selain itu mitigasi adalah aktifitas untuk mengurangi kemungkinan
timbulnya bahaya atau bencana.
5. RISK REDUCTION
Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau
menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun
kerentanan pihak yang terancam bencana. Selain itu Risk reduction merupakan suatu
antisipasi untuk mengukur dan kegiatan yang dapat digunakan untuk menghindari resiko
lebih lanjut dari bencana.
6. PREVENTION
Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau
menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun
kerentanan pihak yang terancam bencana. Mencegah /prevention juga merupakan
kegiatan menghindari bencana pada 11 jam.
C. Pascabencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pascabencana meliputi:
a. Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan:
1) Perbaikan lingkungan daerah bencana
2) Perbaikan prasarana dan sarana umum
3) Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat
4) Pemulihan sosial psikologis
5) Pelayanan kesehatan
6) Rekonsiliasi dan resolusi konflik
7) Pemulihan sosial ekonomi budaya
8) Pemulihan keamanan dan ketertiban
9) Pemulihan fungsi pemerintahan
10) Pemulihan fungsi pelayanan publik.
b. Rekonstruksi
dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik, meliputi:
1) Pembangunan kembali prasarana dan sarana
2) Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat
3) Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat
4) Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih
baik dan tahan bencana
5) partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia
usaha, dan masyarakat
6) Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya
7) Peningkatan fungsi pelayanan publik
8) Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
- Rakit
- Modern : - Perahu motor
- Ambulans laut
* Udara : - Rotary wing / Helikopter
- Fixed Wing / pesawat terbang
3. Sub sistem komunikasi
Tujuan :
- Memudahkan masyarakat minta pertolongan.
- Mengatur, membimbing, pertolongan medis di tempat kejadian & selama perjalanan
ke Rumah Sakit.
- Mengkoordinir pada musibah massal
Jenis Komunikasi:
- Telepon, Faximile, Teleks
- Radio Komunikasi
- Komputer / internet
2. Sistem Pelayanan Medik di RS
Yang perlu dilakukan dalam system pelayanan medik di rumah sakit adalah
a. Perlu sarana, prasarana, BSB, UGD, HCU, ICU, penunjang dll.
b. Perlu Hospital Disaster Plan, untuk akibat bencana dari dalam dan luar RS.
c. Transport intra RS
d. Pelatihan, simulasi dan koordinasi adalah kegiatan yang menjamin peningkatan
kemampuan SDM, kontinuitas dan peningkatan pelayan medis.
e. Pembiayaan diperlukan dalam jumlah cukup.
3. Sistem Pelayanan Medik Antar RS.
a. Jejaring rujukan dibuat berdasar kemampuan RS dalam kualitas dan kuantitas.
b. Evakuasi. Antar RS dan dari pra RS ke RS.
c. Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Diperlukan untuk menghadapi kompleksitas permasalahan dalam pelayanan, serta
dalam audit pelayanan dan hubungannya dengan penunjang termasuk keuangan.
d. Koordinasi dalam pelayanan terutama rujukan, diperlukan pemberian informasi
keadaan pasien dan pelayanan yang dibutuhkan sebelum pasien ditranportasi ke RS
tujuan.
BAB III
PEMBAHASAN
Di Indonesia banjir merupakan bencana yang selalu terjadi setiap tahun terutama pada
musim hujan, sehingga ketika musim hujan telah datang walaupun belum merata dan
berlangsung hanya beberapa saat, sebagian masyarakat Indonesia sudah mengalami
kepanikan, khususnya masyarakat yang berada didaerah rawan banjir. Selain itu, kedalaman
air pada bencana banjir juga membuat kondisi seseorang sangat rentan karena mempengaruhi
kondisi fisik maupun mental seseorang. Kelelahan, stres dan kondisi yang tidak sehat
menyebabkan seseorang mudah terserang penyakit. Kerugian yang ditimbulkan tidak saja
materi tetapi juga jiwa manusia. Ketika banjir telah datang akan timbul berbagai macam
masalah salah satunya adalah timbul banyak pengungsi yang menempati barak-barak dan
tempat penampungan darurat (Kusumaratna, 2003).
Sebagian besar keadaan lingkungan ditempat pengungsian juga bermasalah yaitu
sangat tidak memadai, terlalu padat, ventilasi udara minim, fasilitas yang ada kurang, dan
keterbatasan sumber air minum bersih. Tidak hanya masalah tempat pengungsian saja,
masalah banjir juga berdampak pada kesehatan. Di salah satu puskesmas kecamatan di
Jakarta, kota yang sering menjadi langganan banjir, ditemukan penyakit yang banyak diderita
para korban banjir adalah 47% penyakit ISPA, 23% penyakit kulit dan 12% penyakit diare
dan saluran cerna. Penyakit yang diderita balita terbanyak adalah ISPA dan diare, sedangkan
lanjut usia adalah ISPA dan kulit. Sedangkan tenaga kesehatan di posko kesehatan banjir
adalah dokter, dokter muda dan paramedis (Kusumaratna, 2003). Oleh karena itu, untuk
mencegah semua permasalahan tersebut sangat penting di tiap-tiap daerah yang rawan banjir
dilakukan manajemen banjir dimana tidak hanya dilakukan saat terjadi bencana tetapi
sebelum terjadinya banjir.
Terjadinya serangkaian bencana banjir dalam kurun waktu yang relatif pendek dan
selalu terulang setiap tahunnya menuntut upaya lebih besar untuk mengantisipasinya
sehingga kerugian yang ditimbulkannya dapat diminimalkan. Kebijakan sektoral, sentralistik,
dan top-down tanpa melibatkan masyarakat sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan
global yang menuntut adanya desentralisasi, demokrasi, dan partisipasi stakeholder terutama
masyarakat yang terkena dampak bencana (Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat UI,
2003). Selain itu, penanggulangan banjir di Indonesia mencakup kegiatan yang sangat
kompleks dan bersifat lintas sektor. Oleh karena itu agar penanggulangan banjir lebih
integratif dan efektif maka diperlukan tidak hanya koordinasi ditingkat pelaksanaan tetapi
terduga (unpredictable) sehingga kesiapsiagaan saja belum cukup. Tim Kampung Siaga
Bencana penting untuk mempersiapkan kegiatan baik sebelum bencana, pada saat dan pasca
bencana, sebagai bagian tak terpisahkan antar tahap satu dengan tahap lainnya (Direktorat
Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam, 2011).
Kampung Siaga Bencana merupakan program nasional yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia. Dalam KSB ini masyarakat yang berada di daerah rawan bencana
diberdayakan dengan cara meningkatkan kapasitas mereka dan sekaligus menginisiasi adanya
suatu prasarana penanggulangan bencana tingkat komunitas seperti Lumbung Sosial
Penanggulangan Bencana, Gardu Sosial yang didalamnya dilengkapi cara-cara lokal
(setempat) dalam menanggulangi bencana serta identifikasi potensi dan sumberdaya lokal
untuk penanggulangan bencana (Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam,
2011). Menurut tahapnya, kegiatan Kampung Siaga Bencana dapat dibedakan menjadi tiga
tahap, yaitu sebelum, pada saat dan sesudah bencana.
1. Sebelum bencana
Kegiatan sebelum bencana berfokus pada pengenalan dan potensi sumberdaya yang
ada pada masyarakat, ancaman dan resiko bencana yang mungkin timbul akibat suatu
peristiwa bencana serta mempersiapkan masyarakat sewaktu-waktu terjadi bencana
(kesiapsiagaan). Merencanakan kegiatan sebelum bencana yang meliputi:
a. Mempersiapkan pembagian tugas/seksi Tim Kampung Siaga Bencana
b. Menyususun dan melaksanakan kegiatan gladi/simulasi penanggulangan bencana
c. Menyusun SOP mencakup beberapa aspek penting yaitu:
1) Kerawanan bencana
2) Pembagian tugas yang terdiri dari seksi-seksi
3) Menyusun jalur evakuasi
4) Metode Evakuasi masyarakat pada saat ada potensi bencana dan saat bencana
5) Metode penanganan korban bencana yang memiliki permasalahan kesejahteraan
sosial (kelompok rentan) seperti ibu hamil, anak-anak, penyandang cacat dan lansia.
6) Pendirian tenda dan atau shelter
7) Pendirian Dapur Umum Lapangan
8) Lokasi Pusat Kendali Lapangan
9) Pengujian SOP
2. Pada saat bencana
Tindakan Tim Kampung Siaga Bencana berfokus pada pemberian pertolongan
langsung kepada korban bencana yaitu mempraktekkan apa yang sudah disusun sebelum
bencana. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan pada saat terjadi bencana oleh Tim
Kampung Siaga Bencana meliputi antara lain:
a. Mempersiapkan tugas setiap seksi (tim).
Untuk pembentukan seksi/bagian paling tidak terdapat beberapa bagian seksi yaitu:
1) bagian evakuasi
3) bagian logistik
5) Bagian komunikasi
b. Membantu menangani korban bencana seperti mempersiapkan dan atau mendirikan
tenda, dapur umum umum lapangan, pos komunikasi terpadu, mengurus jenazah,
menolong orang yang mengalami gangguan jiwa.
Beberapa hal penting yang perlu mendapatkan perhatian saat terjadi bencana:
a. Penanganan Korban Bencana
b. Penanganan Jenazah
c. Mendirikan tenda atau shelter
d. Pencarian orang hilang
e. Pendampingan terhadap kelompok rentan
3. Sesudah bencana
Pasca bencana berkaitan erat dengan kegiatan pemulihan. Sebelum meminta bantuan dari
pihak luar Tim Kampung Siaga Bencana dapat mengidentifikasi sumberdaya lokal yang
mungkin dapat dimanfaatkan untuk penanggulangan bencana seperti:
a. Sumber daya alam (mata air bersih)
e. Makanan yang bersifat lokal (sagu, lauk pauk, singkong, gaplek, ubi, dan nasi
jagung dll)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penanggulangan bencana banjir di Indonesia hendaknya tidak lagi bersifat
responsif namun perlu bergeser menjadi tindakan preventif. Tindakan ini perlu
dilakukan karena sifat bencana yang unpredictable, sehingga masyarakat yang berada
didaerah rawan banjir akan lebih siap dan dapat mengantisipasi timbulnya bencana.
Sehingga dalam penanggulangannya bukan hanya menjadi tanggung jawab
pemerintah saja, namun perlu melibatkan peran dari masyarakat serta stakeholder .
Dengan melibatkan semua sektor maka jatuhnya korban akibat bencana banjir dapat
diminimalisir.
4.2 Saran
Sebagai perawat perlu untuk ikut terlibat dalam mempersiapkan masyarakat
untuk menghadapi bencana, karena dengan demikian kita ikut berkontribusi dalam
memandirikan masyarakat dan memajukan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Badan
Nasional Penanggulangan Bencana. (2012). Banjir. Diakses dari
/www.bnpb.go.id/
http:/
Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat UI. (2003). Kajian Kebijakan Penanggulangan
Tujuan :
1. Adanya acuan dalam penyelenggaraan Kampung Siaga Bencana yang sesuai d engan kebijakan Kementerian Sosial
2. Terimplementasinya pelaksanaan Kampung Siaga Bencana yang sinergis antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota
Dasar Hukum:
1. UU No.32 tahun 2004
2. UU No.33 tahun 2004
3. UU No.17 tahun 2007
4. UU No.25 tahun 2004
5. UU No.24 tahun 2007
6. UU No.11 tahun 2009
7. UU No.13 tahun 2011
8. UU No.58 tahun 2005
9. UU No.65 tahun 2005
10. PP No.38 tahun 2007
11. PP No.21 tahun 2008
12. PP No.7 tahun 2008
13. PP No.54 tahun 2010
14. PP No.129/HUK/2008
15. PP No.111/HUK/2009
16. PP No.80/HUK/2010
17. PP No.86/HUK/2010
18. Permensos No.128 tahun 2011
SIKLUS
NO PENANGGULANGAN PENGERTIAN PROSEDUR TINDAKAN
BENCANA
Berfokus pada pengenalan potensi dan a. Merperkirakan resiko bencana banjir:
sumberdaya yang ada pada masyarakat, 1. Membuat profil desa
ancaman dan resiko bencana yang 2. Penilaian ancaman : jenis ancaman; penyebab; tanda awal; perkiraan
1 Pra Bencana mungkin timbul akibat suatu peristiwa kekuatan,kecepatan, frekuensi dan luas wilayah; perkiraan waktu
bencana serta mempersiapkan kedatangan/timbulnya banjir; dampak yang merugikan
masyarakat sewaktu-waktu terjadi 3. Penilaian kerentanan dan kemampuan
bencana (kesiapsiagaan) 4. Penilaian besarnya resiko kemungkinan bencana banjir
b. Mempersiapkan pembagian tugas/seleksi
Tim Peringatan Dini
Tim Evakuasi
Tim Komunikasi
Tim Pengungsian
c. Penyusunan dan pelaksanaan kegiatan gladi/simulasi penanggulangan bencana
banjir
d. Penyusunan SOP yang mencakup beberapa aspek penting diantaranya:
Kerawanan bencana banjir
Pembagian tugas yang terdiri dari seksi-seksi
Metode evakuasi masyarakat pada saat ada potensi banjir dan saat banjir
Metode penanganan korban bencana banjir pada k elompok rentan, seperti:
ibu hamil, anak-anak penyandang cacat, dan lansia
Pendirian tenda dan atau shelter
Pendirian dapur umum lapangan
Lokasi pusat kendali lapangan
Pengujian SOP
Pemberian pertolongan langsung a. Mempersiapkan tugas setiap seksi
kepada korban bencana yaitu Bagian evakuasi
2 Saat bencana
mempraktekkan apa yang sudah Bagian dapur umum
disusun sebelum bencana banjir Bagian logistik