K1.FN 1.008.anik Tri Subekti - Manajemen Bencana Banjir
K1.FN 1.008.anik Tri Subekti - Manajemen Bencana Banjir
K1.FN 1.008.anik Tri Subekti - Manajemen Bencana Banjir
DISUSUN OLEH :
P1337420718008
FLORENCE NIGHTINGALE 1
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Manajemen Bencana Banjir”. Pada penulisan makalah ini, saya berusaha
menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti sehingga dapat
dengan mudah dicerna dan diambil intisari dan materi pembelajaran. Makalah ini
juga diharapkan dapat digunakan oleh mahasiswa lain untuk menambah ilmu
pengetahuan mengenai konsep kegawatdarudatan khususnya pada pasien akibat
bencana banjir.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara geografis Indonesia terletak di zona tropis yang memilik
dua musim yaitu musim panas dan musim hujan yang ditandai dengan
perubahan ekstrim cuaca, suhu dan arah angin. Kondisi ini memiliki
potensi untuk menciptakan bahaya hidrometeorologi seperti banjir dan
kekeringan. Di Indonesia banjir merupakan bencana yang selalu terjadi
setiap tahun terutama pada musim hujan. Banjir pada umumnya terjadi
di wilayah Indonesia bagian barat yang menerima curah hujan lebih
banyak dibandingkan dengan wilayah Indonesia bagian Timur.
Populasi penduduk Indonesia yang semakin padat yang dengan
sendirinya membutuhkan ruang yang memadai untuk kegiatan
penunjang hidup yang semakin meningkat secara tidak langsung
merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya banjir. Bencana banjir
merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan sering
mengakibatkan hilangnya nyawa, kerugian harta, dan benda.
Bencana memiliki sifat tidak dapat diprediksi serta dapat
menimbulkan jatuhnya banyak korban dan bila tidak ditangani dengan
tepat akan menghambat, mengganggu dan merugikan masyarakat,
pelaksanaan dan hasil pembangunan. Menurut BNPB selama tahun
2011 bencana di Indonesia terjadi sekitar 1.598 kejadian, dimana
sekitar 89% adalah bencana hidrometerologi seperti banjir, banjir
bandang, tanah longsor, puting beliung dan gelombang pasang,
dimana yang paling banyak adalah banjir (403 kejadian). Korban jiwa
yang meninggal akibat banjir adalah 160 orang dan jumlah orang yang
mengungsi akibat banjir mencapai 279.523 orang
(www.centroone.com , 2011).
Berdasarkan nilai kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir
terlihat adanya peningkatan yang cukup berarti. Kejadian bencana
banjir tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor alam berupa curah hujan
diatas normal dan adanya pasang naik air laut. Disamping itu faktor
ulah manusia juga berperan penting seperti penggunaan lahan yang
tidak tepat (pemukiman di daerah bantaran sungai dan daerah resapan
air) penggundulan hutan, pembuangan sampah kedalam sungai dsb.
Bencana pada dasarnya karena gejala alam dan akibat ulah
manusia. Untuk mencegah terjadinya akibat dari bencana, khususnya
untuk mengurangi dan menyelamatkan korban bencana, diperlukan
suatu cara penanganan yang jelas (efektif, efisien dan terstruktur)
untuk mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan kesiapsiagaan
dan penanggulangan bencana. Ditingkat nasional ditetapkan BNPB
(Badan Nasional Penanggulangan Bencana), di tingkat daerah BPBD
(Badan Penanggulangan Bencana Daerah) tingkat I untuk propinsi dan
tingkat II untuk Kabupaten, dimana unsur kesehatan tergabung
didalamnya. Sejak tahun 2000 Kementerian Kesehatan RI telah
mengembangkan konsep Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu (SPGDT) memadukan penanganan gawat darurat mulai dari
tingkat pra rumah sakit sampai tingkat rumah sakit dan rujukan antara
rumah sakit dengan pendekatan lintas program dan multisektoral.
Penanggulangan gawat darurat menekankan respon cepat dan tepat
dengan prinsip Time Saving is Life and Limb Saving. Public Safety
Care (PSC) sebagai ujung tombak safe community adalah sarana
publik/masyarakat yang merupakan perpaduan dari unsur pelayanan
ambulans gawat darurat, unsur pengamanan (kepolisian) dan unsur
penyelamatan. PSC merupakan penanganan pertama kegawatdaruratan
yang membantu memperbaiki pelayanan pra RS untuk menjamin
respons cepat dan tepat untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah
kecacatan, sebelum dirujuk ke Rumah Sakit yang dituju. Dalam
keadaan sehari-hari maupun bencana, penanganan pasien gadar
melibatkan pelayanan pra RS, di RS maupun antar RS sehingga
diperlukan penanganan terpadu dan pengaturan dalam system maka
ditetapkan SPGDT-S dan SPGDT-B (sehari-hari dan bencana) dalam
Kepres dan ketentuan pemerintah lainnya.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
Pada dasarnya banjir disebabkan oleh luapan air yang terjadi pada
saluran air atau sungai biasa terjadi dimana saja, ditempat yang tinggi
maupun yang rendah. Banjir adalah peristiwa tergenang dan
terbenamnya daratan, karena volume air yang meningkat. Banjir dapat
terjadi karena peluapan air yang berlebihan disuatu tempat akibat hujan
besar, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai. Ketika
hujan turun, yang kadang terjadi adalah banjir secara tiba-tiba yang
diakibatkan terisinya saluran air kering dengan air. Banjir ini disebut
banjir bandang.
2. Penebangan hutan
3. Banjir kiriman
Hal ini sering terjai di daerah dataran rendah. Banjir yang tiba-tiba
dating karena pada dataran tinggi terjadi hujan dan menyebabkan
meluapnya aliran sungai yang menuju dataran rendah meluap
sehingga terjadilah banjir pada dataran rendah.
2. Gempa bumi
Gempa bumi dasar laut maupun letusan pulau gunung berapi yang
membentuk kawah (seperti thera atau Krakatau) dapat memicu
terjadinya gelombang besar yang disebut tsunami yang
menyebabkan banjir pada daerah pesisir pantai.
B. SIKLUS MANAJEMEN BENCANA BANJIR
a. Pencegahan/Prevention
Upaya-upaya structural
Upaya di dalam badan sungai (In-Stream)
Upaya di luar badan sungai (Off-Stream)
Upaya-upaya non-struktural
Upaya pencegahan banjir jangka panjang
Upaya pengelolaan keadaan darurat dalam jangka
pendek
b. Penanganan/intervention/Response
Pemberitahuan dan penyebaran informasi prakiraan banjir
Reaksi cepat dan bantuan penangganan darurat banjir
Perlawanan terhadap banjir
c. Pemulihan/recovery
Bantuan segera kebutuhan hidup sehari-hari dan perbaikan
sarana dan prasarana
Pembersihan dan rekontruksi pasca banjir
Rehabilitasu dan pemulihan kondisi fisik dan non-fisik
Penilaian kerusakan/kerugian dan asuransu bencana banjir
Kajian penyebab erjadinya bencana banjir.
Penanggualangan banjir harus dimulai dari upaya
melakukan pengkajian sebagai masukan untuk upaya prevention
sebelum ada bencana banjir lagi. Pencegahan dapat berupa
kegiatan fisik seperti pembangunan pengendalian banjir di wilayah
aliran sungai sampai wilayah dataran banjir.Sementara non-
fisiknya berupa pengolahan tat gua lahn sampai peringatan dini
bencana banjir.
B. Tanggap Darurat
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat
meliputi:
a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan,
dan sumber daya;
Pengkajian secara cepat dan tepat dilakukan untuk
mengidentifikasi:
1) Cakupan lokasi bencana
2) Jumlah korban
3) Kerusakan prasarana dan sarana
4) Gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta
pemerintahan
5) Kemampuan sumber daya alam maupun buatan.
b. Penentuan status keadaan darurat bencana;
Dalam hal status keadaan darurat bencana ditetapkan, Badan
Nasional Penanggulangan Bencana dan badan penanggulangan
bencana daerah mempunyai kemudahan akses yang meliputi:
1) Pengerahan sumber daya manusia
2) Pengerahan peralatan
3) Pengerahan logistik
4) Imigrasi, cukai, dan karantina
5) Perizinan
6) Pengadaan barang/jasa
7) Pengelolaan dan pertanggungjawaban uang dan/atau barang
8) Penyelamatan
9) Komando untuk memerintahkan sektor/lembaga.
c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana
Penyelamatan dan evakuasi korban melalui upaya:
1) Pencarian dan penyelamatan korban
2) Pertolongan darurat
3) Evakuasi korban.
d. Pemenuhan kebutuhan dasar
Pemenuhan kebutuhan dasar meliputi bantuan penyediaan:
1) Kebutuhan air bersih dan sanitasi
2) Pangan
3) Sandang
4) Pelayanan kesehatan
5) Pelayanan psikososial
6) Penampungan dan tempat hunian.
Penanganan masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana
dilakukan dengan kegiatan meliputi pendataan, penempatan
pada lokasi yang aman, dan pemenuhan kebutuhan dasar.
e. Pelindungan terhadap kelompok rentan
Pelindungan terhadap kelompok rentan dilakukan dengan
memberikan prioritas kepada kelompok rentan berupa
penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan,
dan psikososial. Kelompok rentan terdiri atas:
1) bayi, balita, dan anak-anak
2) ibu yang sedang mengandung atau menyusui
3) penyandang cacat
4) orang lanjut usia.
f. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
Pemulihan fungsi prasarana dan sarana vital dilakukan dengan
memperbaiki dan/atau mengganti kerusakan akibat bencana.
C. Pascabencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap
pascabencana meliputi:
a. Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan:
1) Perbaikan lingkungan daerah bencana
2) Perbaikan prasarana dan sarana umum
3) Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat
4) Pemulihan sosial psikologis
5) Pelayanan kesehatan
6) Rekonsiliasi dan resolusi konflik
7) Pemulihan sosial ekonomi budaya
8) Pemulihan keamanan dan ketertiban
9) Pemulihan fungsi pemerintahan
10) Pemulihan fungsi pelayanan publik.
b. Rekonstruksi
dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik,
meliputi:
1) Pembangunan kembali prasarana dan sarana
2) Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat
3) Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya
masyarakat
4) Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan
peralatan yang lebih baik dan tahan bencana
5) partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi
kemasyarakatan, dunia usaha, dan masyarakat
6) Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya
7) Peningkatan fungsi pelayanan publik
8) Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
B. SARAN
Sebagai perawat perlu untuk ikut terlibat dalam mempersiapkan
masyarakat untuk menghadapi bencana, karena dengan demikian kita ikut
berkontribusi dalam memandirikan masyarakat dan memajukan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA