K1.FN 1.008.anik Tri Subekti - Manajemen Bencana Banjir

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

MANAJEMEN BENCANA BANJIR

Dosen Pembimbing : Sunarko, M Med Ed

DISUSUN OLEH :

ANIK TRI SUBEKTI

P1337420718008

FLORENCE NIGHTINGALE 1

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN


KESEHATAN SEMARANG

PRODI SI-TERAPAN KEPERAWATAN MAGELANG

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Manajemen Bencana Banjir”. Pada penulisan makalah ini, saya berusaha
menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti sehingga dapat
dengan mudah dicerna dan diambil intisari dan materi pembelajaran. Makalah ini
juga diharapkan dapat digunakan oleh mahasiswa lain untuk menambah ilmu
pengetahuan mengenai konsep kegawatdarudatan khususnya pada pasien akibat
bencana banjir.

Saya menyadari walaupun sudah berusaha sekuat kemampuan yang


maksimal, mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang dimiliki, makalah
ini masih banyak kekurahngan dan kelemahannya, baik dari segi bahasa,
pengolahan, maupun dalam penyusunan. Untuk itu saya sangat mengharapkan
kritik yang sifatnya sangat membangun demi tercapai suatu kesempurnaan dalam
memenuhi kebutuhan pembuatan suatu makalah.

Magelang, 1 Oktober 2020

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Secara geografis Indonesia terletak di zona tropis yang memilik
dua musim yaitu musim panas dan musim hujan yang ditandai dengan
perubahan ekstrim cuaca, suhu dan arah angin. Kondisi ini memiliki
potensi untuk menciptakan bahaya hidrometeorologi seperti banjir dan
kekeringan. Di Indonesia banjir merupakan bencana yang selalu terjadi
setiap tahun terutama pada musim hujan. Banjir pada umumnya terjadi
di wilayah Indonesia bagian barat yang menerima curah hujan lebih
banyak dibandingkan dengan wilayah Indonesia bagian Timur.
Populasi penduduk Indonesia yang semakin padat yang dengan
sendirinya membutuhkan ruang yang memadai untuk kegiatan
penunjang hidup yang semakin meningkat secara tidak langsung
merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya banjir. Bencana banjir
merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan sering
mengakibatkan hilangnya nyawa, kerugian harta, dan benda.
Bencana memiliki sifat tidak dapat diprediksi serta dapat
menimbulkan jatuhnya banyak korban dan bila tidak ditangani dengan
tepat akan menghambat, mengganggu dan merugikan masyarakat,
pelaksanaan dan hasil pembangunan. Menurut BNPB selama tahun
2011 bencana di Indonesia terjadi sekitar 1.598 kejadian, dimana
sekitar 89% adalah bencana hidrometerologi seperti banjir, banjir
bandang, tanah longsor, puting beliung dan gelombang pasang,
dimana yang paling banyak adalah banjir (403 kejadian). Korban jiwa
yang meninggal akibat banjir adalah 160 orang dan jumlah orang yang
mengungsi akibat banjir mencapai 279.523 orang
(www.centroone.com , 2011).
Berdasarkan nilai kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir
terlihat adanya peningkatan yang cukup berarti. Kejadian bencana
banjir tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor alam berupa curah hujan
diatas normal dan adanya pasang naik air laut. Disamping itu faktor
ulah manusia juga berperan penting seperti penggunaan lahan yang
tidak tepat (pemukiman di daerah bantaran sungai dan daerah resapan
air) penggundulan hutan, pembuangan sampah kedalam sungai dsb.
Bencana pada dasarnya karena gejala alam dan akibat ulah
manusia. Untuk mencegah terjadinya akibat dari bencana, khususnya
untuk mengurangi dan menyelamatkan korban bencana, diperlukan
suatu cara penanganan yang jelas (efektif, efisien dan terstruktur)
untuk mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan kesiapsiagaan
dan penanggulangan bencana. Ditingkat nasional ditetapkan BNPB
(Badan Nasional Penanggulangan Bencana), di tingkat daerah BPBD
(Badan Penanggulangan Bencana Daerah) tingkat I untuk propinsi dan
tingkat II untuk Kabupaten, dimana unsur kesehatan tergabung
didalamnya. Sejak tahun 2000 Kementerian Kesehatan RI telah
mengembangkan konsep Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu (SPGDT) memadukan penanganan gawat darurat mulai dari
tingkat pra rumah sakit sampai tingkat rumah sakit dan rujukan antara
rumah sakit dengan pendekatan lintas program dan multisektoral.
Penanggulangan gawat darurat menekankan respon cepat dan tepat
dengan prinsip Time Saving is Life and Limb Saving. Public Safety
Care (PSC) sebagai ujung tombak safe community adalah sarana
publik/masyarakat yang merupakan perpaduan dari unsur pelayanan
ambulans gawat darurat, unsur pengamanan (kepolisian) dan unsur
penyelamatan. PSC merupakan penanganan pertama kegawatdaruratan
yang membantu memperbaiki pelayanan pra RS untuk menjamin
respons cepat dan tepat untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah
kecacatan, sebelum dirujuk ke Rumah Sakit yang dituju. Dalam
keadaan sehari-hari maupun bencana, penanganan pasien gadar
melibatkan pelayanan pra RS, di RS maupun antar RS sehingga
diperlukan penanganan terpadu dan pengaturan dalam system maka
ditetapkan SPGDT-S dan SPGDT-B (sehari-hari dan bencana) dalam
Kepres dan ketentuan pemerintah lainnya.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang akan dibahas


pada makalah ini yaitu:
1. Apa Pengertian Bencana Banjir?
2. Dimana siklus manajemen bencana banjir?
3. Kapan tanda dan gejala bencana banjir dapat terjadi?
4. Mengapa manajemen bencana banjir diperlukan?
5. Bagaimana manajemen penanggulangan bencana banjir?
6. Siapa saja yang berperan dalam melaksanakan manajemen banjir?

C. TUJUAN

Berdasarkan dari rumusan masalah diatas diharapkan akan


memberikan tujuan sebagai berikut ;

1. Mengetahui Pengertian Bencana Banjir.


2. Mengetahui siklus manajemen bencana banjir.
3. Mengetahui tanda dan gejala banjir.
4. Mengetahui perlunya manajemen dalam manajemen bencana banjir.
5. Mengetahui manajemen penanggulangan bencana banjie.
6. Mengetahui siapa saja yang berperan dalam melaksanakan manajemen
banjir.
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI BENCANA BANJIR

Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang


mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan oleh factor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda dan dampak psikologis (Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2007).

Banjir adalah peristiwa bencana alam yang terjadi ketika aliran air


yang berlebihan merendam daratan. Pengarahan banjir Uni Eropa
mengartikan banjir sebagai perendaman sementara oleh air pada
daratan yang biasanya tidak terendam air. Dalam arti "air mengalir",
kata ini juga dapat berarti masuknya pasang laut. Banjir diakibatkan
oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau yang
meluap atau melimpah dari bendungan sehingga air keluar dari sungai
itu.

Pada dasarnya banjir disebabkan oleh luapan air yang terjadi pada
saluran air atau sungai biasa terjadi dimana saja, ditempat yang tinggi
maupun yang rendah. Banjir adalah peristiwa tergenang dan
terbenamnya daratan, karena volume air yang meningkat. Banjir dapat
terjadi karena peluapan air yang berlebihan disuatu tempat akibat hujan
besar, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai. Ketika
hujan turun, yang kadang terjadi adalah banjir secara tiba-tiba yang
diakibatkan terisinya saluran air kering dengan air. Banjir ini disebut
banjir bandang.

Saat musim penghujan tiba, hujan bisa turun terus-menerus


sehingga air pun semakin banyak memenuhi sungai dan saluran-
saluran air. Kalau sungan dan saluran air itu tersumbat oleh sampah
dan kotoran, maka banjir bisa terjadi.
Penyebab bencana banjir bisasanya terjadi karena kerusakan
lingkungan yang disebabkan oleh ulah manusia yang tidak
bertanggung jawab atau memang berasal dari alam itu sendiri. Berikut
beberapa factor yang menjadi penyebab bencana banjir :

1. Banyaknya tumpukan sampah.

Hal ini merupakan penyebab utama, karena beberaapa dari kita


banyak yang malas untuk membuang sampah pada tempatnya,
yang semestinya wajib kita lakukan agar terhindar dari banjir.

2. Penebangan hutan

Banyaknya penebangan hutan secara liar juga jadi salah satu


penyebab banjir. Karena penebaangan hutan yang tidak diikuti
dengan penanaman kembali yang dapat menyebabkan erosi,
sehingga tidak ada penyerapan air pada saat musim hujan.

3. Banjir kiriman

Hal ini sering terjai di daerah dataran rendah. Banjir yang tiba-tiba
dating karena pada dataran tinggi terjadi hujan dan menyebabkan
meluapnya aliran sungai yang menuju dataran rendah meluap
sehingga terjadilah banjir pada dataran rendah.

Selain beberapa faktor diatas, ada juga faktor selain yang


disebabkan oleh ulah manusia, yaitu faktor alam.faktor alam penyebab
terjadinya banjir adalah:
1. Badai
Badai juga dapat menyebabkan banjir melalui beberapa cara,
diantaranya melalui ombak besar yang tingginya bias mencapai 8
meter.

2. Gempa bumi
Gempa bumi dasar laut maupun letusan pulau gunung berapi yang
membentuk kawah (seperti thera atau Krakatau) dapat memicu
terjadinya gelombang besar yang disebut tsunami yang
menyebabkan banjir pada daerah pesisir pantai.
B. SIKLUS MANAJEMEN BENCANA BANJIR

Gambar 1 : The Disaster Management Cycle

Siklus manajemen bencana adalah sebagai berikut :


1. BENCANA /DISASTER
Menurut UU No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana,
bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Ada 3 macam
bencana, yaitu :
a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin
topan, dan tanah langsor.
b. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi,
gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan
teror.
2. RESPONSE
Fase respon ini merupakan implementasi dari rencana kegiatan
penanggulangan bencana yang meliputi tindakan untuk menyelamatkan
nyawa dan mencegah kerusakan harta benda, serta menjaga lingkungan
selama keadaan bencana. Fase respon ini merupakan tindakan dari
perencanaan yang telah dibuat.
3. RECOVERY
Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi
masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan
memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan
melakukan upaya rehabilitasi. Selain itu, recovery ini merupakan kegiatan
untuk menggali komunitas/masyarakat untuk kembali pada perasaan yang
normal setelah bencana.
4. MITIGATION
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana. Selain itu mitigasi adalah
aktifitas untuk mengurangi kemungkinan timbulnya bahaya atau bencana.
5. RISK REDUCTION
Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan
ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana.
Selain itu Risk reduction merupakan suatu antisipasi untuk mengukur dan
kegiatan yang dapat digunakan untuk menghindari resiko lebih lanjut dari
bencana.
6. PREVENTION
Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui
pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam
bencana. Mencegah /prevention juga merupakan kegiatan menghindari
bencana pada 11 jam.
7. PREPAREDNESS / kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah
yang tepat guna dan berdaya guna. Peringatan dini adalah serangkaian
kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat
tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga
yang berwenang. Fase ini mengakhiri implementasi/operasi, sistem
peringatan dini dan membangun kapasitas yang ada sehingga
populasi/masyarakat akan berespon sesuai ketika peringatan dini
diberikan.
C. TANDA DAN GEJALA BENCANA BANJIR
1. Hujan yang intensitasnya tinggi (3 hari berturut-turut >300 mm)
2. Naiknya permukaan air sungai
3. Daerah hulu dengan hutan yang rusak/gundul
4. Air sungai berwarna keruh dan penuh lumpur
5. Aliran sedimen dasar sungai bergerak sangat cepat kea rah timur
6. Awan hitam di arah hulu sungai
7. Suara riuh rendah bagaikan dentuman dari arah sungai
8. Hewan (orang utan) menunjukkan tinghak laku yang sangat gelisah
dan teriak-teriak

D. MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR

Menurut (BAPPENAS, 2008) penanggulangan banjir dilakukan secara


bertahap, dari pencegahan sebelum banjir (prevention), penanganan
saat banjir (response/intervention), dan pemulihan setelah banjir
(recovery). Secara menyeluruh, tindakan tersebut digambarkan dalam
suatu siiklus penanggulangan banjir yang berkesinambungan. Bentuk
kegiatan yang dilakukan ditunjukkan sebagai berikut :

a. Pencegahan/Prevention
 Upaya-upaya structural
 Upaya di dalam badan sungai (In-Stream)
 Upaya di luar badan sungai (Off-Stream)
 Upaya-upaya non-struktural
 Upaya pencegahan banjir jangka panjang
 Upaya pengelolaan keadaan darurat dalam jangka
pendek
b. Penanganan/intervention/Response
 Pemberitahuan dan penyebaran informasi prakiraan banjir
 Reaksi cepat dan bantuan penangganan darurat banjir
 Perlawanan terhadap banjir
c. Pemulihan/recovery
 Bantuan segera kebutuhan hidup sehari-hari dan perbaikan
sarana dan prasarana
 Pembersihan dan rekontruksi pasca banjir
 Rehabilitasu dan pemulihan kondisi fisik dan non-fisik
 Penilaian kerusakan/kerugian dan asuransu bencana banjir
 Kajian penyebab erjadinya bencana banjir.
Penanggualangan banjir harus dimulai dari upaya
melakukan pengkajian sebagai masukan untuk upaya prevention
sebelum ada bencana banjir lagi. Pencegahan dapat berupa
kegiatan fisik seperti pembangunan pengendalian banjir di wilayah
aliran sungai sampai wilayah dataran banjir.Sementara non-
fisiknya berupa pengolahan tat gua lahn sampai peringatan dini
bencana banjir.

Setelah dilakukan tahap pencegahan, maka selanjutnya


dilakukan upaya response pada saat terjadi banjir. Tindakan
penanganan yang dilakukandiantaranya adalah pemberitahuan dan
penyebaran informasu tetang prakiran banjir, tanggap darurat,
bantuan perlengkapan logistic penaganan banjir, dan perlawanan
terhadap banjir.

Pemulihan setelah banjir dilaksanakan secepat mungkin


agar kondisi dapat segera kembali normal. Tindakan pemulihan,
dilaksanakan mulai dari bantuan pemenuhan kebutuhan hidup,
perbaikan sarana-prasarana, rehabilitasi dan adaptasi kondisi fisik
maupun non-fisik, penilaian kerugian, asuransu bencana banjiem
dan pengkajian cepat penyebab banjir.

Menurut UU no 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana,


penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) tahap
meliputi:
A. prabencana
B. saat tanggap darurat
C. pascabencana.

Penjelasan lebih jelas dari 3 tahap penanggulangan bencana adalah :


A. Prabencana
Sesuai Pasal 34 UU no 24 tahun 2007, penyelenggaraan
penanggulangan bencana pada tahapan prabencana meliputi:
1. Dalam situasi tidak terjadi bencana : meliputi
a) Perencanaan penanggulangan bencana meliputi:
1) Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana;
2) Pemahaman tentang kerentanan masyarakat;
3) Analisis kemungkinan dampak bencana;
4) Pilihan tindakan pengurangan risiko bencana;
5) Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan
dampak bencana; dan
6) Alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia.
b) pengurangan risiko bencana;
Pengurangan risiko bencana dilakukan untuk mengurangi
dampak buruk yang mungkin timbul, terutama dilakukan dalam
situasi sedang tidak terjadi bencana, dimana meliputi:
1) Pengenalan dan pemantauan risiko bencana
2) Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana
3) Pengembangan budaya sadar bencana
4) Peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan
bencana
5) Penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan
penanggulangan bencana.
c) Pencegahan, meliputi:
1) Identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber
bahaya atau ancaman bencana
2) Kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya
alam yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi
menjadi sumber bahaya bencana;
3) Pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba
dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber ancaman
atau bahaya bencana;
4) Pengelolaan tata ruang dan lingkungan hidup
5) Penguatan ketahanan sosial masyarakat.
d) Pemaduan dalam perencanaan pembangunan
Pemaduan penanggulangan bencana dalam perencanaan
pembangunan dilakukan dengan cara mencantumkan unsur-
unsur rencana penanggulangan bencana ke dalam rencana
pembangunan pusat dan daerah. Rencana penanggulangan
bencana ditinjau secara berkala, penyusunan rencana
penanggulangan bencana dikoordinasikan oleh Badan dan
setiap kegiatan pembangunan yang mempunyai risiko tinggi
yang menimbulkan bencana dilengkapi dengan analisis risiko
bencana sebagai bagian dari usaha penanggulangan bencana
sesuai dengan kewenangannya.
e) Persyaratan analisis risiko bencana
Persyaratan analisis risiko bencana disusun dan ditetapkan oleh
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Pemenuhan syarat
analisis risiko bencana ditunjukkan dalam dokumen yang
disahkan oleh pejabat pemerintah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Badan Nasional Penanggulangan
Bencana melakukan pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan
analisis risiko.

f) Penegakan rencana tata ruang


Penegakan rencana tata ruang dilakukan untuk mengurangi
risiko bencana yang mencakup pemberlakuan peraturan tentang
tata ruang, standar keselamatan, dan penerapan sanksi terhadap
pelanggar.
g) Pendidikan dan pelatihan, dan persyaratan standar teknis
penanggulangan bencana.

2. Dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana.


Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi terdapat
potensi terjadi bencana meliputi:
a. Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan dilakukan untuk memastikan upaya yang cepat
dan tepat dalam menghadapi kejadian bencana. Kesiapsiagaan
dilakukan melalui:
1) Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan
kedaruratan bencana
2) Pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem
peringatan dini
3) Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan
kebutuhan dasar
4) Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang
mekanisme tanggap darurat
5) Penyiapan lokasi evakuasi
6) Penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran
prosedur tetap tanggap darurat bencana
7) Penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan
untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.
b. Peringatan dini
Peringatan dini dilakukan untuk pengambilan tindakan cepat
dan tepat dalam rangka mengurangi risiko terkena bencana
serta mempersiapkan tindakan tanggap darurat. Peringatan dini
dilakukan melalui:
1) Pengamatan gejala bencana
2) Analisis hasil pengamatan gejala bencana
3) Pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang
4) Penyebarluasan informasi tentang peringatan bencana
5) Pengambilan tindakan oleh masyarakat.
c. Mitigasi bencana
Kegiatan mitigasi dilakukan melalui:
1) Pelaksanaan penataan tata ruang
2) Pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata
bangunan
3) Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan
baik secara konvensional maupun modern

B. Tanggap Darurat
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat
meliputi:
a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan,
dan sumber daya;
Pengkajian secara cepat dan tepat dilakukan untuk
mengidentifikasi:
1) Cakupan lokasi bencana
2) Jumlah korban
3) Kerusakan prasarana dan sarana
4) Gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta
pemerintahan
5) Kemampuan sumber daya alam maupun buatan.
b. Penentuan status keadaan darurat bencana;
Dalam hal status keadaan darurat bencana ditetapkan, Badan
Nasional Penanggulangan Bencana dan badan penanggulangan
bencana daerah mempunyai kemudahan akses yang meliputi:
1) Pengerahan sumber daya manusia
2) Pengerahan peralatan
3) Pengerahan logistik
4) Imigrasi, cukai, dan karantina
5) Perizinan
6) Pengadaan barang/jasa
7) Pengelolaan dan pertanggungjawaban uang dan/atau barang
8) Penyelamatan
9) Komando untuk memerintahkan sektor/lembaga.
c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana
Penyelamatan dan evakuasi korban melalui upaya:
1) Pencarian dan penyelamatan korban
2) Pertolongan darurat
3) Evakuasi korban.
d. Pemenuhan kebutuhan dasar
Pemenuhan kebutuhan dasar meliputi bantuan penyediaan:
1) Kebutuhan air bersih dan sanitasi
2) Pangan
3) Sandang
4) Pelayanan kesehatan
5) Pelayanan psikososial
6) Penampungan dan tempat hunian.
Penanganan masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana
dilakukan dengan kegiatan meliputi pendataan, penempatan
pada lokasi yang aman, dan pemenuhan kebutuhan dasar.
e. Pelindungan terhadap kelompok rentan
Pelindungan terhadap kelompok rentan dilakukan dengan
memberikan prioritas kepada kelompok rentan berupa
penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan,
dan psikososial. Kelompok rentan terdiri atas:
1) bayi, balita, dan anak-anak
2) ibu yang sedang mengandung atau menyusui
3) penyandang cacat
4) orang lanjut usia.
f. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
Pemulihan fungsi prasarana dan sarana vital dilakukan dengan
memperbaiki dan/atau mengganti kerusakan akibat bencana.

C. Pascabencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap
pascabencana meliputi:
a. Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan:
1) Perbaikan lingkungan daerah bencana
2) Perbaikan prasarana dan sarana umum
3) Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat
4) Pemulihan sosial psikologis
5) Pelayanan kesehatan
6) Rekonsiliasi dan resolusi konflik
7) Pemulihan sosial ekonomi budaya
8) Pemulihan keamanan dan ketertiban
9) Pemulihan fungsi pemerintahan
10) Pemulihan fungsi pelayanan publik.
b. Rekonstruksi
dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik,
meliputi:
1) Pembangunan kembali prasarana dan sarana
2) Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat
3) Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya
masyarakat
4) Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan
peralatan yang lebih baik dan tahan bencana
5) partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi
kemasyarakatan, dunia usaha, dan masyarakat
6) Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya
7) Peningkatan fungsi pelayanan publik
8) Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.

D. Pre Hospital dalam Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Bencana


Dalam keadaan sehari-hari maupun bencana, penanganan pasien
gadar memerlukan penanganan terpadu dan pengaturan dalam system yang
ditetapkan SPGDT-S dan SPGDT-B (sehari-hari dan bencana) dalam
Kepres dan ketentuan pemerintah lainnya. Sistem Pelayanan gawat
Darurat Terpadu (SPGDT) yang ada, jika bencana massal terjadi dengan
korban banyak, maka pelayanan gawat darurat harian otomatis
ditingkatkan fungsinya menjadi pelayanan gawat darurat dalam bencana
(SPGDB)
SPGDT adalah Sistem penanggulangan pasien gadar yang terdiri
dari unsur, pelayanan pra RS, pelayanan di RS dan antar RS. Pelayanan
berpedoman pada respon cepat yang menekankan time saving is life and
limb saving, yang melibatkan pelayanan oleh
masyarakat awam umum dan khusus, petugas medis, pelayanan ambulans
gadar dan
sistem komunikasi. Sistem ini juga merupakan koordinasi berbagai unit
kerja (multi sektor) dan didukung berbagai kegiatan profesi (multi disiplin
dan multi profesi) untuk menyelenggarakan pelayanan terpadu bagi
penderita gadar baik dalam keadaan bencana maupun sehari-hari. pela-
yanan medis sistem ini terdiri 3 subsistem yaitu pelayanan pra RS, RS dan
antar RS.
Injury & Pre Hospital Stage Hospital Stage Rehabilitation
Dissaster

 First Responder  Emergency Room  Fisical


 Ambulance  Operating Room  Psycological
Service 24 jam  Intensif Care Unit  Social
 Ward Care

1. Sistem pelayanan Medik Pra RS / Pre Hospital


Stage
Pelayanan pra hospital dilakukan dengan mendirikan PSC, BSB dan
pelayanan ambulans dan komunikasi.
a. PSC (Public Safety Center)
Merupakan pusat pelayanan yang menjamin kebutuhan masyarakat
dalam hal-hal yang berhubungan dengan kegadaran, termasuk
pelayanan medis yang dapat dihubungi dalam waktu singkat
dimanapun berada. Merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan,
yang bertujuan untuk mendapatkan respons cepat (quick response)
terutama pelayanan pra RS. PSC didirikan masyarakat untuk
kepentingan masyarakat. Pengorganisasian dibawah Pemda dengan
sumber daya manusia dari berbagai unsur tersebut, ditambah
masyarakat yang bergiat dalam upaya pertolongan bagi
masyarakat, biaya dari masyarakat. Kegiatan menggunakan
perkembangan teknologi, pembinaan untuk memberdayakan
potensi masyarakat, komunikasi untuk keterpaduan kegiatan.
Kegiatan lintas sektor. PSC berfungsi sebagai respons cepat
penangggulangan gadar.
b. BSB.
Unit khusus untuk penanganan pra RS, khususnya kesehatan dalam
bencana. Pengorganisasian dijajaran kesehatan (Depkes, Dinkes,
RS), petugas medis (perawat, dokter), non medis (sanitarian, gizi,
farmasi dll). Pembiayaan dari instansi yang ditunjuk dan
dimasukkan APBN/APBD.
c. Pelayanan Ambulans.
Terpadu dalam koordinasi dengan memanfaatkan ambulans
Puskesmas, klinik, RB, RS, non kesehatan. Koordinasi melalui
pusat pelayanan yang disepakati bersama untuk mobilisasi
ambulans terutama dalam bencana.
d. Komunikasi.
Terdiri dari jejaring informasi, koordinasi dan pelayanan gadar
hingga seluruh kegiatan berlangsung dalam sistem terpadu.
Pembinaan dilakukan pada berbagai pelatihan untuk meningkatan
kemampuan dan keterampilan bagi dokter, perawat, awam khusus.
Penyuluhan bagi awam.

Pelayanan pada bencana, terutama pada korban massal


diperlukan :
a. Koordinasi, komando.
Kegiatan koordinasi dan komando melibatkan unit lintas sektor.
Kegiatan akan efektif dan efisien bila dalam koordinasi dan
komando yang disepakati bersama.
b. Eskalasi dan mobilisasi sumber daya
Dilakukan dengan mobilisasi SDM, fasilitas dan sumber daya lain
sebagai pendukung pelayanan kesehatan bagi korban.
c. Simulasi
Diperlukan protap, juklak, juknis yang perlu diuji melalui simulasi
apakah dapat diimplementasikan pada keadaan sebenarnya.
d Pelaporan, monitoring, evaluasi
Penanganan bencana didokumentasikan dalam bentuk laporan
dengan sistematika yang disepakati. Data digunakan untuk
monitoring dan evaluasi keberhasilan atau kegagalan, hingga
kegiatan selanjutnya lebih baik.

Komponen Pra Rumah Sakit:

1. Sub Sistem Sumber Daya Manusia


 Keberhasilan penanganan penderita gawat darurat sangat
dipengaruhi oleh kecepatan & ketepatan penderita mendapatkan
pertolongan, serta kecepatan minta bantuan tenaga medis.
Karena biasanya penderita gawat darurat ini ditemukan oleh
orang awam, maka sangatlah penting untuk memberikan
pengetahuan pada orang awam bagaimana caranya memberikan
pertolongan.
 Orang awam ini dibagi dibagi 2 yaitu :
1. Awam biasa :
 Guru
 Pelajar
 Pengemudi kendaraan
 Petugas hotel, restoran.
2. Awam khusus :
 Anggota polisi
 Anggota pemadam kebakaran
 SATPAM
 HANSIP
 Petugas DLLAJR
 Aparat SAR
 PMR
 Untuk orang awam sebaiknya mempunyai ketrampilan :
 Cara meminta pertolongan
 Resusitasi Jantung Paru
 Cara memasang bidai
 Cara transportasi.
 Tenaga paramedis , kemampuan yang harus dimiliki :
 Resusitasi pernafasan
 Sistem sirkulasi
 Sistem vaskuler
 Sistem saraf
 Sistem imunologi
 Sistem gastro intestinal
 Sistem skeletal
 Sistem kulit
 Sistem reproduksi
 Sistem farmakologi / toksikologi
 Sistem organisasi
 Tenaga Medis / Dokter Umum
 Seperti paramedis tetapi lebih mendalam

2. Sub sistem transportasi


Bertujuan memindahkan pasien dari tempat kejadian atau
mendekatkan fasilitas pelayanan kesehatan ke penderita gawat
darurat.
Prinsip :
 Tidak boleh memperberat keadaan umum penderita.
 Dikerjakan bila keadaan umum sudah stabil
 Ke tempat pelayanan yang terdekat & tepat
Sarana:
o Darat :
 Tradisional :Orang, Tandu, Kereta, kuda.
 Modern : Kendaraan Umum, Ambulans,
Transpor Gawat Darurat
o Laut :
 Tradisional: Perahu, Rakit
 Modern :Perahu motor, Ambulans laut.
o Udara :Rotary wing / Helikopter, Fixed Wing /
pesawat terbang

3. Sub sistem komunikasi


Tujuan :
 Memudahkan masyarakat minta pertolongan.
 Mengatur, membimbing, pertolongan medis di tempat
kejadian & selama perjalanan ke Rumah Sakit.
 Mengkoordinir pada musibah massal
Jenis Komunikasi:
 Telepon, Faximile, Teleks
 Radio Komunikasi
 Komputer / internet

2. Sistem Pelayanan Medik di RS


Yang perlu dilakukan dalam system pelayanan medik
di rumah sakit adalah
a. Perlu sarana, prasarana, BSB, UGD, HCU, ICU, penunjang dll.
b. Perlu Hospital Disaster Plan, untuk akibat bencana dari dalam
dan luar RS.
c. Transport intra RS
d. Pelatihan, simulasi dan koordinasi adalah kegiatan yang
menjamin peningkatan kemampuan SDM, kontinuitas dan
peningkatan pelayan medis.
e. Pembiayaan diperlukan dalam jumlah cukup.

3. Sistem Pelayanan Medik Antar RS.


a. Jejaring rujukan dibuat berdasar kemampuan RS dalam kualitas
dan kuantitas.
b. Evakuasi. Antar RS dan dari pra RS ke RS.
c. Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Diperlukan untuk menghadapi kompleksitas permasalahan dalam
pelayanan, serta dalam audit pelayanan dan hubungannya dengan
penunjang termasuk keuangan.
d. Koordinasi dalam pelayanan terutama rujukan, diperlukan
pemberian informasi keadaan pasien dan pelayanan yang
dibutuhkan sebelum pasien ditranportasi ke RS tujuan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penanggulangan bencana banjir di Indonesia hendaknya tidak lagi
bersifat responsif namun perlu bergeser menjadi tindakan preventif.
Tindakan ini perlu dilakukan karena sifat bencana yang unpredictable,
sehingga masyarakat yang berada didaerah rawan banjir akan lebih siap
dan dapat mengantisipasi timbulnya bencana. Sehingga dalam
penanggulangannya bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah
saja, namun perlu melibatkan peran dari masyarakat serta stakeholder.
Dengan melibatkan semua sektor maka jatuhnya korban akibat bencana
banjir dapat diminimalisir.

B. SARAN
Sebagai perawat perlu untuk ikut terlibat dalam mempersiapkan
masyarakat untuk menghadapi bencana, karena dengan demikian kita ikut
berkontribusi dalam memandirikan masyarakat dan memajukan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2012). Banjir. Diakses dari


http://www.bnpb.go.id/
Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat UI. (2003). Kajian Kebijakan
Penanggulangan Banjir:Partisipasi Masyarakat. http://www. air.bappenas.go.id/
Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam. (2011). Petunjuk
Teknis Kampung Siaga Bencana (KSB). http://www.depsos.go.id/
IDEP. 2007. Panduan Umum Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat.
http://www.idepfoundation.org/pbbm
Kusumaratna, rina. 2003. Profil Penanganan Kesehatan Selama dan Sesudah
Banjir di Jakarta. J Kedokteran Trisakti, 22(3), 92-95
Maarif, syamsul. 2010. Bencana dan Penanggulangannya Tinjauan dari Aspek
Sosiologis. Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana, 1(4), 4
UU No 24 Tahun 2007 diakses dari
http://www.pacificdisastermanagement.kemlu.go.id

Anda mungkin juga menyukai