BD 81 (Pengangkatan Dan Pemberhentian Kepala Desa)
BD 81 (Pengangkatan Dan Pemberhentian Kepala Desa)
BD 81 (Pengangkatan Dan Pemberhentian Kepala Desa)
BUPATI BANJARNEGARA
PROVINSI JAWA TENGAH
PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA
NOMOR 81 TAHUN 2018
TENTANG
BUPATI BANJARNEGARA,
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Bagian Kedua
Pengangkatan
Pasal 5
Pasal 6
(1) Calon Kepala Desa terpilih yang meninggal dunia, berhalangan tetap atau
mengundurkan diri dengan alasan yang dapat dibenarkan sebelum
pelantikan, calon terpilih dinyatakan gugur dan Bupati mengangkat
Pegawai Negeri Sipil dari Pemerintah Daerah kabupaten sebagai Penjabat
Kepala Desa.
(2) Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan
tugas dan wewenang Kepala Desa sampai dengan dilantiknya Kepala Desa
hasil pemilihan langsung secara serentak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 7
(1) Calon Kepala Desa terpilih yang ditetapkan sebagai tersangka dan
diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun sebelum
pelantikan, calon terpilih tetap dilantik sebagai Kepala Desa.
(2) Calon Kepala Desa terpilih yang ditetapkan sebagai tersangka dalam
tindak pidana korupsi, terorisme, makar dan/atau tindak pidana
terhadap keamanan negara sebelum pelantikan, calon terpilih tetap
dilantik menjadi Kepala Desa dan pada kesempatan pertama Bupati
memberhentikan sementara yang bersangkutan dari jabatannya sebagai
Kepala Desa.
(3) Calon Kepala Desa terpilih yang ditetapkan sebagai terdakwa dan diancam
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun berdasarkan register
perkara di pengadilan sebelum pelantikan, calon terpilih tetap dilantik
menjadi Kepala Desa dan pada kesempatan pertama Bupati
memberhentikan sementara yang bersangkutan dari jabatannya sebagai
Kepala Desa.
(4) Calon Kepala Desa terpilih yang ditetapkan sebagai terpidana dan
diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun berdasarkan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
sebelum pelantikan, calon terpilih tetap dilantik menjadi Kepala Desa dan
pada kesempatan pertama Bupati memberhentikan yang bersangkutan
dari jabatannya sebagai Kepala Desa dan mengangkat Pegawai Negeri Sipil
dari Pemerintah Daerah Kabupaten sebagai Penjabat Kepala Desa.
(5) Calon Kepala Desa terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (4) yang tidak hadir pada saat pelantikan diangggap
mengundurkan diri kecuali dengan alasan yang dapat dibenarkan.
(6) Pelaksanaan ketentuan kesempatan pertama sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) paling lambat 14 (empat belas) hari
terhitung sejak tanggal pelantikan.
(7) Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) melaksanakan
tugas dan wewenang Kepala Desa sampai dengan dilantiknya Kepala Desa
hasil pemilihan kepala Desa antar waktu melalui musyawarah Desa.
Bagian Ketiga
Pelantikan
Pasal 8
(1) Pelantikan Calon Kepala Desa terpilih dilakukan paling lambat 30 (tiga
puluh) hari terhitung sejak diterbitkan Keputusan Bupati mengenai
pengesahan pengangkatan Calon Kepala Desa terpilih.
(2) Pelantikan Calon Kepala Desa terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
(3) Susunan acara pelantikan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah sebagai berikut :
a. pembacaan Keputusan Bupati tentang pengesahan pengangkatan
Kepala Desa.
b. pengambilan sumpah/janji jabatan oleh Bupati atau pejabat yang
ditunjuk.
c. penandatanganan berita acara pengambilan sumpah/janji.
d. Kata pelantikan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
e. penyematan tanda jabatan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
f. pembacaan amanat Bupati.
g. pembacaan doa.
(4) Selain pelantikan resmi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pemerintah
Desa dan masyarakat dapat menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan
sosial budaya setempat yang pelaksanaannya setelah pelantikan resmi
serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(5) Kegiatan sesuai dengan sosial budaya setempat sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) diselenggarakan di Desa setempat yang dianggarkan dalam
APB Desa.
Bagian Keempat
Serah Terima Jabatan
Pasal 9
(1) Serah terima jabatan dilakukan setelah pelantikan Calon Kepala Desa
terpilih.
(2) Serah terima jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dengan penandatanganan berita acara serah terima jabatan.
(3) Penandatanganan berita acara serah terima jabatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan pada Acara pengambilan
sumpah/janji dan pelantikan Calon Kepala Desa terpilih setelah
penyematan tanda jabatan bersamaan dengan menyerahkan memori
serah terima jabatan.
(4) Memori serah terima jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri
atas:
a. Pendahuluan;
b. monografi Desa;
c. pelaksanaan program kerja tahun lalu;
d. rencana program yang akan dating;
e. kegiatan yang telah diselesaikan, sedang dilaksanakan, dan rencana
kegiatan setahun terakhir;
f. hambatan yang dihadapi; dan
g. daftar inventarisasi dan kekayaan desa.
(5) Dalam hal pengambilan sumpah/janji dan pelantikan Calon Kepala Desa
terpilih dilakukan secara bergelombang atau serentak, penandatanganan
berita acara serah terima jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat dilaksanakan secara simbolis.
Bagian Kelima
Peningkatan Kapasitas Kepala Desa
Pasal 10
(1) Calon Kepala Desa terpilih yang telah dilantik wajib mengikuti pelatihan
awal masa jabatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten.
(2) Biaya pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada
APBD Kabupaten, APBD Provinsi dan APBN.
Pasal 11
Pasal 12
(1) Pegawai Negeri Sipil yang terpilih dan diangkat menjadi Kepala Desa, yang
bersangkutan dibebaskan sementara dari jabatannya selama menjadi
Kepala Desa tanpa kehilangan haknya sebagai pegawai negeri sipil.
(2) Pegawai Negeri Sipil yang terpilih dan diangkat menjadi Kepala Desa
sebagai mana dimaksud pada ayat (1) berhak menerima haknya sebagai
pegawai negeri sipil, mendapatkan tunjangan kepala Desa dan
pendapatan lainnya yang sah yang bersumber dari APB Desa.
BAB IV
PEMBERHENTIAN KEPALA DESA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 13
Pasal 14
Bagian Ketiga
Pengesahan Pemberhentian
Pasal 15
BAB V
PAKAIAN DINAS DAN ATRIBUT KEPALA DESA
Pasal 16
Ketentuan mengenai pakaian dinas dan atribut kepala desa berpedoman pada
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VI
CUTI KEPALA DESA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 17
Bagian Kedua
Jenis Cuti
Pasal 18
Bagian Ketiga
Cuti Besar
Pasal 19
(1) Kepala Desa yang telah bekerja paling sedikit 3 (tiga) tahun secara terus
menerus berhak atas cuti besar paling lama 3 (tiga) bulan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi Kepala
Desa yang masa kerjanya belum 3 (tiga) tahun, untuk kepentingan agama.
(3) Cuti besar untuk menunaikan ibadah haji untuk yang pertama kali
dikecualikan dari syarat masa kerja 3 (tiga) tahun.
(4) Cuti besar untuk menunaikan ibadah umroh mengikuti ketentuan yang
berlaku terkait cuti besar.
(5) Kepala Desa yang menggunakan hak atas cuti besar tidak berhak atas
cuti tahunan dalam tahun yang bersangkutan.
(6) Untuk mendapatkan hak atas cuti besar, Kepala Desa yang bersangkutan
mengajukan permintaan secara tertulis kepada Camat.
(7) Hak cuti besar diberikan secara tertulis oleh Camat atas nama Bupati.
(8) Hak cuti besar dapat ditangguhkan penggunaannya oleh Camat atas
nama Bupati untuk paling lama 1 (satu) tahun apabila kepentingan dinas
mendesak, kecuali untuk kepentingan agama.
(9) Selama menggunakan hak atas cuti besar, Kepala Desa yang
bersangkutan menerima penghasilan tetap dan tidak menerima tunjangan
jabatan Kepala Desa.
Bagian Keempat
Cuti Sakit
Pasal 20
(1) Setiap Kepala Desa yang menderita sakit berhak atas cuti sakit.
(2) Kepala Desa yang sakit lebih dari 1 (satu) hari sampai dengan 14 (empat
belas) hari berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan Kepala Desa yang
bersangkutan harus mengajukan permintaan secara tertulis kepada
Camat dengan melampirkan surat keterangan dokter.
(3) Kepala Desa yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) hari berhak
atas cuti sakit, dengan ketentuan Kepala Desa yang bersangkutan harus
mengajukan permintaan secara tertulis kepada Camat dengan
melampirkan surat keterangan dokter Pemerintah.
(4) Surat keterangan dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling
sedikit memuat pernyataan tentang perlunya diberikan cuti, lamanya
cuti, dan keterangan lain yang diperlukan.
(5) Hak atas cuti sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan untuk
waktu paling lama 1 (satu) tahun dengan jangka waktu satu kali
pengambilan paling lama 1 (satu) bulan.
(6) Jangka waktu cuti sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat
ditambah untuk paling lama 6 (enam) bulan apabila diperlukan,
berdasarkan surat keterangan tim penguji kesehatan.
(7) Kepala Desa yang tidak sembuh dari penyakitnya dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan ayat (6), harus diuji kembali
kesehatannya oleh tim penguji kesehatan.
(8) Apabila berdasarkan hasil pengujian kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (7) Kepala Desa belum sembuh dari penyakitnya, Kepala Desa
yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena
sakit.
(9) Kepala Desa yang mengalami gugur kandungan berhak atas cuti sakit
untuk paling lama 1 1/2 (satu setengah) bulan.
(10) Untuk mendapatkan hak atas cuti sakit sebagaimana dimaksud pada
ayat (9), Kepala Desa yang bersangkutan mengajukan permintaan secara
tertulis kepada Camat dengan melampirkan surat keterangan dokter
atau bidan.
(11) Kepala Desa yang mengalami kecelakaan dalam dan oleh karena
menjalankan tugas kewajibannya sehingga yang bersangkutan perlu
mendapat perawatan berhak atas cuti sakit sampai yang bersangkutan
sembuh dari penyakitnya.
(12) Selama menjalankan cuti sakit, Kepala Desa yang bersangkutan
menerima penghasilan tetap dan tunjangan Kepala Desa.
(13) Cuti sakit diberikan secara tertulis oleh Camat atas nama Bupati.
Bagian Kelima
Cuti Melahirkan
Pasal 21
(1) Untuk kelahiran anak pertama sampai dengan kelahiran anak ketiga
pada saat menjadi Kepala Desa, berhak atas cuti melahirkan.
(2) Untuk kelahiran anak keempat dan seterusnya, kepada Kepala Desa
diberikan cuti besar dengan ketentuan sebagai berikut :
a. permintaan cuti tersebut tidak dapat ditangguhkan;
b. mengesampingkan ketentuan telah bekerja paling singkat 3 (tiga)
tahun secara terus-menerus; dan
c. lamanya cuti besar tersebut sama dengan lamanya cuti
melahirkan.
(3) Cuti melahirkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
adalah 3 (tiga) bulan.
(4) Untuk dapat menggunakan hak atas cuti melahirkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa yang bersangkutan mengajukan
permintaan secara tertulis kepada Camat.
(5) Cuti melahirkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan secara
tertulis oleh Camat atas nama Bupati.
(6) Selama menggunakan hak cuti melahirkan, Kepala Desa yang
bersangkutan menerima penghasilan tetap dan tunjangan Kepala Desa.
Bagian Keenam
Cuti Karena Alasan Penting
Pasal 22
(1) Kepala Desa berhak atas cuti karena alasan penting, apabila:
a. ibu, bapak, isteri atau suami, anak, adik, kakak, mertua, atau
menantu sakit keras atau meninggal dunia;
b. salah seorang anggota keluarga yang dimaksud dalam huruf a
meninggal dunia, dan menurut peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan harus mengurus hak-hak dari anggota keluarganya
yang meninggal dunia;
c. melangsungkan perkawinan; dan/atau
d. mengalami musibah kebakaran rumah atau bencana alam.
(2) Cuti karena alasan penting ditentukan oleh Camat atas nama Bupati
paling lama 1 (satu) bulan.
(3) Untuk menggunakan hak atas cuti karena alasan penting, Kepala Desa
yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis dengan
menyebutkan alasan kepada Camat.
(4) Hak atas cuti karena alasan penting sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan secara tertulis oleh Camat atas nama Bupati.
(5) Selama menggunakan hak atas cuti karena alasan penting, Kepala Desa
yang bersangkutan menerima penghasilan tetap dan tunjangan Kepala
Desa.
Bagian Ketujuh
Cuti Bersama
Pasal 23
(1) Kepala Desa berhak mendapatkan cuti bersama yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
(2) Cuti bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi hak
cuti tahunan.
(3) Kepala Desa yang karena jabatannya tidak diberikan hak atas cuti
bersama, hak cuti tahunannya ditambah sesuai dengan jumlah cuti
bersama yang tidak diberikan.
Bagian Kedelapan
Ketentuan Lain Terkait Cuti
Pasal 24
Pasal 25
(1) Dalam hal Kepala Desa melaksanakan cuti sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e, dan Pasal 24 ayat (3),
Sekretaris Desa melaksanakan tugas dan kewajiban Kepala Desa.
(2) Sekretaris Desa yang melaksanakan tugas dan kewajiban Kepala Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan
Camat atas nama Bupati.
(3) Cuti Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a, huruf b,
huruf c, huruf d, dan huruf e, dan pasal 24 ayat (3) diberikan oleh Camat
atas nama Bupati.
(4) Dalam hal Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berhalangan, maka Camat dapat menunjuk Perangkat Desa lainnya untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban Kepala Desa.
Pasal 26
Pasal 27
Ditetapkan di Banjarnegara
pada tanggal 21-11-2018
BUPATI BANJARNEGARA,
Cap ttd,
BUDHI SARWONO
Diundangkan di Banjarnegara
pada tanggal 21-11-2018
Cap ttd,
INDARTO
Cap ttd,
FORMAT
PERMOHONAN DAN PEMBERIAN CUTI KEPALA DESA
II. JENIS CUTI YANG DIAMBIL (pilih salah satu dengan memberi tanda ())
1. Cuti Besar 2. Cuti Sakit
4. Cuti Karena Alasan
3. Cuti Melahirkan
Penting
5. Cuti Karena menjadi Calon
Kepala Desa
.......................................................
..........................................
Pangkat
NIP. ....................................
BUPATI BANJARNEGARA,
Cap ttd,
BUDHI SARWONO