BD 81 (Pengangkatan Dan Pemberhentian Kepala Desa)

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 16

SALINAN

BUPATI BANJARNEGARA
PROVINSI JAWA TENGAH
PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA
NOMOR 81 TAHUN 2018

TENTANG

PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANJARNEGARA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (4)


dan Pasal 12 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 82
Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian
Kepala Desa sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2017
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan
Pemberhentian Kepala Desa;
b. bahwa guna tertib administrasi dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa perlu mengatur Cuti bagi Kepala
Desa perlu diatur dengan Peraturan Bupati;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan dalam huruf a dan
huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang


Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam
Lingkungan Provinsi Jawa Tengah;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5494);
4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5459);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 5587) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang
Penetapan Mulai Berlakunya Undang-Undang Nomor 13
Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah
Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717);
8. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 199);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2008
tentang Pakaian Dinas Kepala Daerah, Wakil Kepala
Daerah dan Kepala Desa sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pakaian
Dinas Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah dan Kepala
Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 1746);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014
tentang Pemilihan Kepala Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 2092) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
65 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1221);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita
Negara RI Tahun 2015 Nomor 2036);
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 82 Tahun 2015
tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 4)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2017
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2015
tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
1223);
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah
Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 6);
14. Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 6
Tahun 2015 tentang Pemilihan Kepala Desa (Lembaran
Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2015 Nomor 9,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara
Nomor 196) sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Banjarnegara Nomor 19 Tahun 2017 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara
Nomor 6 Tahun 2015 tentang Pemilihan Kepala Desa
(Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun
2017 Nomor 19, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Banjarnegara Nomor 247);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGANGKATAN


DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini, yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Banjarnegara.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom.
3. Bupati adalah Bupati Banjarnegara.
4. Camat adalah pemimpin kecamatan yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
5. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Daerah
Kabupaten Banjarnegara.
6. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak
asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia di daerah.
7. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan RI.
8. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu Perangkat Desa sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
9. Kepala Desa adalah pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai wewenang,
tugas dan kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga Desanya
dan melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
10. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat dengan BPD
adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang
anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan
keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
11. Perangkat Desa adalah unsur staf yang membantu Kepala Desa dalam
penyusunan kebijakan dan koordinasi yang diwadahi dalam Sekretariat
Desa dan unsur pendukung tugas Kepala Desa dalam pelaksanaan
kebijakan yang diwadahi dalam bentuk pelaksana teknis dan unsur
kewilayahan.
12. Calon Kepala Desa terpilih adalah calon Kepala Desa yang memperoleh
suara terbanyak dalam Pemilihan Kepala Desa.
13. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, yang selanjutnya disebut APB
Desa adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.
14. Putusan Pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam
sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas
atau lepas dari segala tuntutan hukum.
15. Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya
berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.
16. Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili di
pengadilan.
17. Terpidana adalah seorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
18. Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diijinkan dalam jangka
waktu tertentu.
19. Hari adalah hari kerja.

BAB II
MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2

(1) Maksud disusunnya Peraturan Bupati ini adalah untuk memberikan


kepastian hukum terhadap pengangkatan dan pemberhentian Kepala
Desa.
(2) Tujuan disusunnya Peraturan Bupati ini untuk memberikan pedoman
Teknis dalam Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa, pakaian
dinas dan atribut Kepala Desa dan Cuti Kepala Desa.

Pasal 3

Ruang lingkup dalam Peraturan Bupati ini terdiri dari :


a. pengangkatan Kepala Desa;
b. pemberhentian Kepala Desa;
c. pakaian dinas dan atribut Kepala Desa; dan
d. cuti Kepala Desa.
BAB III
PENGANGKATAN KEPALA DESA
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 4

(1) Kepala Desa merupakan Kepala Pemerintahan Desa yang memimpin


penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan sebagai perpanjangan tangan
negara yang dekat dengan masyarakat juga sebagai pemimpin
masyarakat.
(2) Penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan oleh Pemerintah Desa.
(3) Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah Kepala
Desa dibantu oleh Perangkat Desa.
(4) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertugas
menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan pembangunan
Desa, pembinaan masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat.

Bagian Kedua
Pengangkatan

Pasal 5

(1) Calon Kepala Desa terpilih disahkan pengangkatannya dengan Keputusan


Bupati.
(2) Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan paling
lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak diterima laporan hasil
pemilihan Kepala Desa dari BPD.

Pasal 6

(1) Calon Kepala Desa terpilih yang meninggal dunia, berhalangan tetap atau
mengundurkan diri dengan alasan yang dapat dibenarkan sebelum
pelantikan, calon terpilih dinyatakan gugur dan Bupati mengangkat
Pegawai Negeri Sipil dari Pemerintah Daerah kabupaten sebagai Penjabat
Kepala Desa.
(2) Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan
tugas dan wewenang Kepala Desa sampai dengan dilantiknya Kepala Desa
hasil pemilihan langsung secara serentak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 7

(1) Calon Kepala Desa terpilih yang ditetapkan sebagai tersangka dan
diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun sebelum
pelantikan, calon terpilih tetap dilantik sebagai Kepala Desa.
(2) Calon Kepala Desa terpilih yang ditetapkan sebagai tersangka dalam
tindak pidana korupsi, terorisme, makar dan/atau tindak pidana
terhadap keamanan negara sebelum pelantikan, calon terpilih tetap
dilantik menjadi Kepala Desa dan pada kesempatan pertama Bupati
memberhentikan sementara yang bersangkutan dari jabatannya sebagai
Kepala Desa.
(3) Calon Kepala Desa terpilih yang ditetapkan sebagai terdakwa dan diancam
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun berdasarkan register
perkara di pengadilan sebelum pelantikan, calon terpilih tetap dilantik
menjadi Kepala Desa dan pada kesempatan pertama Bupati
memberhentikan sementara yang bersangkutan dari jabatannya sebagai
Kepala Desa.
(4) Calon Kepala Desa terpilih yang ditetapkan sebagai terpidana dan
diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun berdasarkan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
sebelum pelantikan, calon terpilih tetap dilantik menjadi Kepala Desa dan
pada kesempatan pertama Bupati memberhentikan yang bersangkutan
dari jabatannya sebagai Kepala Desa dan mengangkat Pegawai Negeri Sipil
dari Pemerintah Daerah Kabupaten sebagai Penjabat Kepala Desa.
(5) Calon Kepala Desa terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (4) yang tidak hadir pada saat pelantikan diangggap
mengundurkan diri kecuali dengan alasan yang dapat dibenarkan.
(6) Pelaksanaan ketentuan kesempatan pertama sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) paling lambat 14 (empat belas) hari
terhitung sejak tanggal pelantikan.
(7) Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) melaksanakan
tugas dan wewenang Kepala Desa sampai dengan dilantiknya Kepala Desa
hasil pemilihan kepala Desa antar waktu melalui musyawarah Desa.

Bagian Ketiga
Pelantikan

Pasal 8

(1) Pelantikan Calon Kepala Desa terpilih dilakukan paling lambat 30 (tiga
puluh) hari terhitung sejak diterbitkan Keputusan Bupati mengenai
pengesahan pengangkatan Calon Kepala Desa terpilih.
(2) Pelantikan Calon Kepala Desa terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
(3) Susunan acara pelantikan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah sebagai berikut :
a. pembacaan Keputusan Bupati tentang pengesahan pengangkatan
Kepala Desa.
b. pengambilan sumpah/janji jabatan oleh Bupati atau pejabat yang
ditunjuk.
c. penandatanganan berita acara pengambilan sumpah/janji.
d. Kata pelantikan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
e. penyematan tanda jabatan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
f. pembacaan amanat Bupati.
g. pembacaan doa.
(4) Selain pelantikan resmi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pemerintah
Desa dan masyarakat dapat menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan
sosial budaya setempat yang pelaksanaannya setelah pelantikan resmi
serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(5) Kegiatan sesuai dengan sosial budaya setempat sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) diselenggarakan di Desa setempat yang dianggarkan dalam
APB Desa.
Bagian Keempat
Serah Terima Jabatan

Pasal 9

(1) Serah terima jabatan dilakukan setelah pelantikan Calon Kepala Desa
terpilih.
(2) Serah terima jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dengan penandatanganan berita acara serah terima jabatan.
(3) Penandatanganan berita acara serah terima jabatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan pada Acara pengambilan
sumpah/janji dan pelantikan Calon Kepala Desa terpilih setelah
penyematan tanda jabatan bersamaan dengan menyerahkan memori
serah terima jabatan.
(4) Memori serah terima jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri
atas:
a. Pendahuluan;
b. monografi Desa;
c. pelaksanaan program kerja tahun lalu;
d. rencana program yang akan dating;
e. kegiatan yang telah diselesaikan, sedang dilaksanakan, dan rencana
kegiatan setahun terakhir;
f. hambatan yang dihadapi; dan
g. daftar inventarisasi dan kekayaan desa.
(5) Dalam hal pengambilan sumpah/janji dan pelantikan Calon Kepala Desa
terpilih dilakukan secara bergelombang atau serentak, penandatanganan
berita acara serah terima jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat dilaksanakan secara simbolis.

Bagian Kelima
Peningkatan Kapasitas Kepala Desa

Pasal 10

(1) Calon Kepala Desa terpilih yang telah dilantik wajib mengikuti pelatihan
awal masa jabatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten.
(2) Biaya pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada
APBD Kabupaten, APBD Provinsi dan APBN.

Pasal 11

(1) Kepala Desa wajib mengikuti program-program pelatihan peningkatan


kapasitas yang dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten dan Pemerintah Desa.
(2) Biaya pelatihan peningkatan kapasitas sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dibebankan pada APBDesa, APBD Kabupaten, APBD Provinsi, dan
APBN.
Bagian Keenam
Pegawai Negeri Sipil menjadi Kepala Desa

Pasal 12

(1) Pegawai Negeri Sipil yang terpilih dan diangkat menjadi Kepala Desa, yang
bersangkutan dibebaskan sementara dari jabatannya selama menjadi
Kepala Desa tanpa kehilangan haknya sebagai pegawai negeri sipil.
(2) Pegawai Negeri Sipil yang terpilih dan diangkat menjadi Kepala Desa
sebagai mana dimaksud pada ayat (1) berhak menerima haknya sebagai
pegawai negeri sipil, mendapatkan tunjangan kepala Desa dan
pendapatan lainnya yang sah yang bersumber dari APB Desa.

BAB IV
PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 13

(1) Kepala Desa berhenti karena:


a. meninggal dunia;
b. permintaan sendiri; atau
c. diberhentikan.
(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
karena:
a. berakhir masa jabatannya;
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau
berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan karena
menderita sakit yang mengakibatkan baik fisik maupun mental, tidak
berfungsi secara normal yang dibuktikan dengan surat keterangan
dokter yang berwenang dan/atau tidak diketahui keberadaannya;
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai kepala Desa;
d. melanggar larangan sebagai kepala Desa;
e. adanya perubahan status Desa menjadi kelurahan, penggabungan 2
(dua) Desa atau lebih menjadi 1 (satu) Desa baru, atau penghapusan
Desa;
f. tidak melaksanakan kewajiban sebagai kepala Desa; atau
g. dinyatakan sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
(3) Apabila kepala Desa berhenti sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPD
melaporkan kepada Bupati melalui camat.
(4) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
(5) Laporan Pimpinan BPD kepada Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) memuat materi kasus yang dialami oleh Kepala Desa yang
bersangkutan.
(6) Atas laporan Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (5) Bupati
melakukan kajian untuk proses selanjutnya
Bagian Kedua
Pemberhentian Sementara

Pasal 14

(1) Kepala Desa dapat diberhentikan sementara oleh Bupati karena :


a. tidak melaksanakan kewajiban sebagai kepala desa;
b. melanggar larangan sebagai Kepala Desa;
c. dinyatakan sebagai terdakwa yang diancam dengan pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun berdasarkan register perkara di
pengadilan; dan
d. ditetapkan sebagai tersangka dalam tindak pidana korupsi, teroris,
makar, dan/atau tindak pidana terhadap keamanan negara.
(2) Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud ayat
(1) huruf d diberhentikan oleh Bupati setelah dinyatakan sebagai
terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap.
(3) Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud ayat
(1) huruf d setelah melalui proses peradilan ternyata terbukti tidak
bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap, paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak penetapan
putusan pengadilan diterima oleh Kepala Desa, Bupati merehabilitasi dan
mengaktifkan kembali Kepala Desa yang bersangkutan sebagai Kepala
Desa sampai dengan akhir masa jabatannya.
(4) Apabila Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana
dimaksud ayat (1) huruf d telah berakhir masa jabatannya, Bupati harus
merehabilitasi nama baik Kepala Desa yang bersangkutan.
(5) Dalam hal Kepala Desa diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud
ayat (1) huruf d, Sekretaris Desa melaksanakan tugas dan kewajiban
Kepala Desa sampai dengan adanya putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap

Bagian Ketiga
Pengesahan Pemberhentian

Pasal 15

(1) Pengesahan pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 13 ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
(2) Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
kepada Kepala Desa yang bersangkutan dan Para pejabat terkait pada
tingkat Provinsi dan Kabupaten.

BAB V
PAKAIAN DINAS DAN ATRIBUT KEPALA DESA

Pasal 16

Ketentuan mengenai pakaian dinas dan atribut kepala desa berpedoman pada
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VI
CUTI KEPALA DESA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 17

(1) Cuti Kepala Desa diberikan oleh Bupati.


(2) Bupati melimpahkan pemberian cuti Kepala Desa kepada Camat.

Bagian Kedua
Jenis Cuti
Pasal 18

Cuti terdiri atas:


a. cuti besar;
b. cuti sakit;
c. cuti melahirkan;
d. cuti karena alasan penting; dan
e. cuti bersama.

Bagian Ketiga
Cuti Besar

Pasal 19

(1) Kepala Desa yang telah bekerja paling sedikit 3 (tiga) tahun secara terus
menerus berhak atas cuti besar paling lama 3 (tiga) bulan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi Kepala
Desa yang masa kerjanya belum 3 (tiga) tahun, untuk kepentingan agama.
(3) Cuti besar untuk menunaikan ibadah haji untuk yang pertama kali
dikecualikan dari syarat masa kerja 3 (tiga) tahun.
(4) Cuti besar untuk menunaikan ibadah umroh mengikuti ketentuan yang
berlaku terkait cuti besar.
(5) Kepala Desa yang menggunakan hak atas cuti besar tidak berhak atas
cuti tahunan dalam tahun yang bersangkutan.
(6) Untuk mendapatkan hak atas cuti besar, Kepala Desa yang bersangkutan
mengajukan permintaan secara tertulis kepada Camat.
(7) Hak cuti besar diberikan secara tertulis oleh Camat atas nama Bupati.
(8) Hak cuti besar dapat ditangguhkan penggunaannya oleh Camat atas
nama Bupati untuk paling lama 1 (satu) tahun apabila kepentingan dinas
mendesak, kecuali untuk kepentingan agama.
(9) Selama menggunakan hak atas cuti besar, Kepala Desa yang
bersangkutan menerima penghasilan tetap dan tidak menerima tunjangan
jabatan Kepala Desa.
Bagian Keempat
Cuti Sakit

Pasal 20

(1) Setiap Kepala Desa yang menderita sakit berhak atas cuti sakit.
(2) Kepala Desa yang sakit lebih dari 1 (satu) hari sampai dengan 14 (empat
belas) hari berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan Kepala Desa yang
bersangkutan harus mengajukan permintaan secara tertulis kepada
Camat dengan melampirkan surat keterangan dokter.
(3) Kepala Desa yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) hari berhak
atas cuti sakit, dengan ketentuan Kepala Desa yang bersangkutan harus
mengajukan permintaan secara tertulis kepada Camat dengan
melampirkan surat keterangan dokter Pemerintah.
(4) Surat keterangan dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling
sedikit memuat pernyataan tentang perlunya diberikan cuti, lamanya
cuti, dan keterangan lain yang diperlukan.
(5) Hak atas cuti sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan untuk
waktu paling lama 1 (satu) tahun dengan jangka waktu satu kali
pengambilan paling lama 1 (satu) bulan.
(6) Jangka waktu cuti sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat
ditambah untuk paling lama 6 (enam) bulan apabila diperlukan,
berdasarkan surat keterangan tim penguji kesehatan.
(7) Kepala Desa yang tidak sembuh dari penyakitnya dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan ayat (6), harus diuji kembali
kesehatannya oleh tim penguji kesehatan.
(8) Apabila berdasarkan hasil pengujian kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (7) Kepala Desa belum sembuh dari penyakitnya, Kepala Desa
yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena
sakit.
(9) Kepala Desa yang mengalami gugur kandungan berhak atas cuti sakit
untuk paling lama 1 1/2 (satu setengah) bulan.
(10) Untuk mendapatkan hak atas cuti sakit sebagaimana dimaksud pada
ayat (9), Kepala Desa yang bersangkutan mengajukan permintaan secara
tertulis kepada Camat dengan melampirkan surat keterangan dokter
atau bidan.
(11) Kepala Desa yang mengalami kecelakaan dalam dan oleh karena
menjalankan tugas kewajibannya sehingga yang bersangkutan perlu
mendapat perawatan berhak atas cuti sakit sampai yang bersangkutan
sembuh dari penyakitnya.
(12) Selama menjalankan cuti sakit, Kepala Desa yang bersangkutan
menerima penghasilan tetap dan tunjangan Kepala Desa.
(13) Cuti sakit diberikan secara tertulis oleh Camat atas nama Bupati.

Bagian Kelima
Cuti Melahirkan

Pasal 21

(1) Untuk kelahiran anak pertama sampai dengan kelahiran anak ketiga
pada saat menjadi Kepala Desa, berhak atas cuti melahirkan.
(2) Untuk kelahiran anak keempat dan seterusnya, kepada Kepala Desa
diberikan cuti besar dengan ketentuan sebagai berikut :
a. permintaan cuti tersebut tidak dapat ditangguhkan;
b. mengesampingkan ketentuan telah bekerja paling singkat 3 (tiga)
tahun secara terus-menerus; dan
c. lamanya cuti besar tersebut sama dengan lamanya cuti
melahirkan.
(3) Cuti melahirkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
adalah 3 (tiga) bulan.
(4) Untuk dapat menggunakan hak atas cuti melahirkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa yang bersangkutan mengajukan
permintaan secara tertulis kepada Camat.
(5) Cuti melahirkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan secara
tertulis oleh Camat atas nama Bupati.
(6) Selama menggunakan hak cuti melahirkan, Kepala Desa yang
bersangkutan menerima penghasilan tetap dan tunjangan Kepala Desa.

Bagian Keenam
Cuti Karena Alasan Penting

Pasal 22

(1) Kepala Desa berhak atas cuti karena alasan penting, apabila:
a. ibu, bapak, isteri atau suami, anak, adik, kakak, mertua, atau
menantu sakit keras atau meninggal dunia;
b. salah seorang anggota keluarga yang dimaksud dalam huruf a
meninggal dunia, dan menurut peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan harus mengurus hak-hak dari anggota keluarganya
yang meninggal dunia;
c. melangsungkan perkawinan; dan/atau
d. mengalami musibah kebakaran rumah atau bencana alam.
(2) Cuti karena alasan penting ditentukan oleh Camat atas nama Bupati
paling lama 1 (satu) bulan.
(3) Untuk menggunakan hak atas cuti karena alasan penting, Kepala Desa
yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis dengan
menyebutkan alasan kepada Camat.
(4) Hak atas cuti karena alasan penting sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan secara tertulis oleh Camat atas nama Bupati.
(5) Selama menggunakan hak atas cuti karena alasan penting, Kepala Desa
yang bersangkutan menerima penghasilan tetap dan tunjangan Kepala
Desa.

Bagian Ketujuh
Cuti Bersama

Pasal 23

(1) Kepala Desa berhak mendapatkan cuti bersama yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
(2) Cuti bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi hak
cuti tahunan.
(3) Kepala Desa yang karena jabatannya tidak diberikan hak atas cuti
bersama, hak cuti tahunannya ditambah sesuai dengan jumlah cuti
bersama yang tidak diberikan.
Bagian Kedelapan
Ketentuan Lain Terkait Cuti

Pasal 24

(1) Kepala Desa yang sedang menggunakan hak atas cuti


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf d, dan huruf e dapat
dipanggil kembali bekerja apabila kepentingan dinas mendesak.
(2) Dalam hal Kepala Desa dipanggil kembali bekerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), jangka waktu cuti yang belum
dijalankan tetap menjadi hak Kepala Desa yang bersangkutan.
(3) Kepala Desa yang akan mencalonkan diri kembali sebagai Calon Kepala
Desa diberi cuti sejak ditetapkan sebagai calon sampai dengan selesainya
pelaksanaan penetapan calon terpilih.
(4) Selama masa cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Kepala Desa
dilarang menggunakan fasilitas pemerintah untuk kepentingan sebagai
calon Kepala Desa.

Pasal 25

(1) Dalam hal Kepala Desa melaksanakan cuti sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e, dan Pasal 24 ayat (3),
Sekretaris Desa melaksanakan tugas dan kewajiban Kepala Desa.
(2) Sekretaris Desa yang melaksanakan tugas dan kewajiban Kepala Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan
Camat atas nama Bupati.
(3) Cuti Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a, huruf b,
huruf c, huruf d, dan huruf e, dan pasal 24 ayat (3) diberikan oleh Camat
atas nama Bupati.
(4) Dalam hal Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berhalangan, maka Camat dapat menunjuk Perangkat Desa lainnya untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban Kepala Desa.

Pasal 26

Format permohonan dan pemberian cuti sebagaimana dimaksud dalam Pasal


18 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e, dan Pasal 24 ayat (3)
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 27

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten
Banjarnegara.

Ditetapkan di Banjarnegara
pada tanggal 21-11-2018

BUPATI BANJARNEGARA,

Cap ttd,

BUDHI SARWONO

Diundangkan di Banjarnegara
pada tanggal 21-11-2018

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA

Cap ttd,

INDARTO

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2018 NOMOR 81

Mengetahui sesuai aslinya,


KEPALA BAGIAN HUKUM

Cap ttd,

SOLEMAN, SH, M.Si


Pembina Tk. I
NIP. 19640306 199303 1 008
LAMPIRAN
PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA
NOMOR 81 TAHUN 2018
TENTANG
PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN
KEPALA DESA

PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

FORMAT
PERMOHONAN DAN PEMBERIAN CUTI KEPALA DESA

Banjarnegara, ..... 20..


Kepada
Nomor : 851/........ /20...... Yth. Camat ............................
Kabupaten Banjarnegara
di
BANJARNEGARA

FORMULIR PERMOHONAN DAN PEMBERIAN CUTI

I. DATA KEPALA DESA


Tanggal .......................
Nama ......................................
Dilantik ..........
....... Tahun
Jabatan KEPALA DESA .................................. Masa Kerja
...... Bulan
Unit PEMERINTAH DESA .............. ...............
Kerja KECAMATAN .................................... KABUPATEN BANJARNEGARA

II. JENIS CUTI YANG DIAMBIL (pilih salah satu dengan memberi tanda ())
1. Cuti Besar 2. Cuti Sakit
4. Cuti Karena Alasan
3. Cuti Melahirkan
Penting
5. Cuti Karena menjadi Calon
Kepala Desa

III. ALASAN CUTI


.......................................................................................................................

IV. LAMANYA CUTI


........ Mulai ....... ...........
Selama s/d
(hari/bulan/tahun) tanggal 20..... 20.....

V. CATATAN CUTI YANG PERNAH DIAMBIL(diisi oleh pejabat yang berwenang


memberikan Cuti)
Tahun (N-1) Tahun (N) Sisa
1. Cuti Besar
2. Cuti Sakit
3. Cuti Melahirkan
4. Cuti Karena Alasan
Penting
5. Cuti Karena
menjadi Calon
Kepala Desa

VI. ALAMAT SELAMA MENJALANKAN CUTI


......................................................................... .................
TELP./HP
......................................................................... .........
Hormat saya,

.......................................................

VII. KEPUTUSAN PEJABAT YANG BERWENANG MEMBERIKAN CUTI (pilih salah


satu dengan memberi tanda () )
DITANGGUH-
DISETUJUI PERUBAHAN TIDAK DISETUJUI
KAN

PERTIMBANGAN : a.n. BUPATI


................................................................. CAMAT ..............................................
................................................................ -

..........................................
Pangkat
NIP. ....................................

BUPATI BANJARNEGARA,

Cap ttd,

BUDHI SARWONO

Anda mungkin juga menyukai