Perda 3 2019

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 126

BUPATI SUMENEP

PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP

NOMOR 3 TAHUN 2019


TENTANG

DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUMENEP,

Menimbang bahwa untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang


Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, khususnya dalam Pasal
31 ayat (2), Pasal 50 ayat (2), dan Pasal 65 ayat (2), perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Desa.

Mengingat 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten
dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1965 tentang Perubahan Atas Undang-:Undang Nomor 12
Tahun 1950 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 2730);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor5495);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123,
Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor
5539) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6321);
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60
Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber Dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 168,
Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor
5558) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah
. Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang
Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5864);
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2017 ten tang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6041)
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor III Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis
Peraturan Di Desa (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 2091);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
2092) sebagalmana telah diu bah dengan Peraturan
Menteri Dal~m Negeri Republik Indonesia Nomor 65
Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2014
tentang Pemilihan Kepala Desa (Berita Negara RepubUk
Indonesia Tahun 2017 Nomor 1221);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 114 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pembangunan
Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 2094);
11. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2015 Tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak
Asal Usul Dan Kewenangan Lokal Berskala Desa (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 158);
12. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmig:rasi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2015 Tentang Pedoman Tata Tertib Dan Mekanisme
Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 159);
13. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2015 Tentang Pendampingan Desa (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 160);
14. Peraturan Menteri Desa, Pembahgunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
2015 Tentang Pend irian , Pengurusan Dan Pengelolaan,
Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 161);
1----

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia


Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk
Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 2036) sebagaimana telah diu bah dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 120 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 157);
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan
Pemberhentian Kepala Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 4) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 66 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 82 Tahun 2015
tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
1222);
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Aset Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
53);
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2017 tentang Sta~dar Pelayanan Minimal
Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 156);
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 96 Tahun 2017 ten tang Tata Cara Kerjasama Desa
di Bidang Pemerintahan Desa (Be rita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 1444);
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan
Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 611).

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SUMENEP
dan
BUPATI SUMENEP

MEMUTUSKAN:

Menetapkan PERATURAN DAERAH TENTANG DESA.

BABI
KETENTUAN UMUM

Pasa11

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Sumenep.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai un sur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom.
3. Bupati adalah Bupati Sumenep.
4. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak
asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan Desa
dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
6. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu perangkat Desa sebagai
un sur penyelenggara Pemerintahan Desa.
7. Kedudukan dan Penataan Desa adalah upaya mengembangkan
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat desa dengan cara-cara
pembentukan, penghapusan, penggabungan, perubahan status dan
penetapan desa.
8. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraann urusan
Pemerintahan Desa dan kepentingan masyarakat setempat dalam system
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
9. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan
kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa.
10. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan
Permusyawaratan Desa.
11. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya
merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah
dan ditetapkan secara demokratis.
12. Kepala Desa adalah Pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai wewenang,
tugas dan kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga desanya dan
melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
13. Musyawarah Desa adalah musyawarah antara BPD, pemerintah desa dan
un sur masyarakat yang diselenggarakan oleh BPD untuk menyepakati hal
yang bersifat strategis.
14. Pemilihan Kepala Desa adalah pelaksanaan kedaulatan rakyat di desa
dalam rangka memilih kepala desa yang bersifat langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur dan adil.
15. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai
dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
16. Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan
pertanggungjawaban keuangan desa.
17. Rencana Kerja Pemerintah Desa, selanjutnya disebut RKPDesa, adalah
penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun.
18. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APBDesa,
adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.
19. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten dan digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan
masyarakat.
20. Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan
yang diterima Kabupaten dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.
21. Kelompok transfer adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
Belanja Negara, Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi dan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten.
22. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa adalah Kepala Desa
atau sebutan nama lain yang karena jabatannya mempunyai kewenangan
menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan desa.
23. Pemegang Kekuasaan pengelolaaan Keuangan Desa yang selanjutnya
disingkat PKPKD adalah unsur perangkat desa yang membantu Kepala
Desa untuk melaksanakan pengelolaan keuangan desa.
24. Sekretaris Desa adalah bertindak selaku koordinator pelaksanaan
pengelolaan keuangan desa.
25. Kepala Seksi adalah un sur dari pelaksana teknis kegiatan dengan
bidangnya.
26. Bendahara adalah unsur staf sekretariat desa yang membidangi urusan
administrasi keuangan untuk menatausahakan keuangan desa.
27. Reken~ng Kas Desa adalah rekening tempat menyimpan uang
Pemenntahan Desa yang menampung seluruh penerimaan Desa dan
digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran Desa pada Bank yang
ditetapkan.
28. Penerimaan Desa adalah Uang yang berasal dari seluruh pendapatan desa
yang masuk ke APBDesa melalui rekening kas desa.
29. Pengeluaran Desa adalah Uang yang dikeluarkan dari APBDesa melalui
rekening kas desa.
30. Surplus Anggaran Desa adalah selisih lebih an tara pendapatan desa
dengan belanja desa.
31. Defisit Anggaran Desa adalah selisih kurang antara pedapatan desa
dengan belanja desa.
32. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran yang selanjutnya disingkat SILPA adalah
selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu
periode anggaran.
33. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan
Permusyawaratan Desa.
34. Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang
dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk
se besar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
35. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa,
dibeli atau diperoleh atas beban APBDesa atau perolehan hak lainnya yang
sah.
36. Barang Milik Desa adalah kekayaan milik Desa berupa barang bergerak
dan barang tidak bergerak.
37. Tanah desa adalah barang milik desa yang termasuk barang tidak
bergerak yang berupa tanah bengkok, titisari, atau sebutan lain.
38. Tanah kas desa adalah barang milik desa yang termasuk barang tidak
bergerak yang dapat dikelola dan menghasilkan keuntungan bagi desa.
39. Kerja sama Desa adalah suatu rangkaian kegiatan yang terjadi karen a
ikatan formal an tara desa atau desa dengan pihak ketiga untuk bersama-
sama melakukan kegiatan usaha guna mencapai tujuan tertentu.
40. Perselisihan adalah perbedaan pendapat yang menimbulkan konflik antar
desa atau desa dengan pihak ketiga dalam melaksanakan kerjasama.
41. Peraturan di Desa adalah Peraturan yang meliputi Peraturan Desa,
Peraturan Bersama Kepala Desa dan Peraturan Kepala Desa.
42. Peraturan Desa adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama BPD.
43. Peraturan Bersama Kepala Desa adalah Peraturan yang ditetapkan oleh
dua atau lebih Kepala Desa dan bersifat mengatur.
44. Peraturan Kepala Desa adalah Peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Desa
dan ber.sifat mengatur.
45. Keputusan Kepala Desa adalah penetapan yang bersifat konkrit,
individual, dan final.
46. Pembentukan Peraturan Desa adalah pembuatan peraturan Perundangan-
undangan ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati
bersama Badan Permusyawaratan Desa yang mencakup tahapan
perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan
pengundangan. .
47. Pengundangan adalah penempatan Peraturan Daerah dalam Lembaran
Desa atau Tambahan Lembaran Desa.
48. Materi Muatan Peraturan Desa adalah materi yang dimuat dalam
Peraturan Desayang tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum
dan/ atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
49. Klarifikasi adalah pengkajian dan penilaian terhadap Peraturan di Desa
untuk mengetahui bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
50. Evaluasi adalah pengkajian dan penilaian terhadap rancangan Peraturan
Desa untuk mengetahui bertentangan dengan kepentingan umum
dan/ atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
51. Bertentangan dengan kepentingan umum adalah kebijakan yang
menyebabkan terganggunya kerukunan antar warga
masyarakatterganggunya akses terhadap pelayanan publik, terganggunya
ketentraman dan ketertiban umum, terganggunya kegiatan ekonomi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan/ atau diskriminasi terhadap
suku, agama dan kepercayaan, ras, antar golongan, dan gender.
52. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, yang selanjutnya disebut APB
Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa.
53. Peran serta masyarakat adalah keterlibatan masyarakat dalam proses
persiapan dan pembahasan Peraturan Desa.

BAB II
KEDUDUKAN DAN JENIS DESA
Bagian Kesatu
Kedudukan

Pasa12

Desaberkedudukan di wilayah Daerah.

Bagian Kedua
Jenis Desa

Pasa13

(1) Desa terdiri atas Desa.


(2) Penyebutan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan
penyebutan yang berlaku di daerah Kabupaten Sumenep.

BABIII
PENATAAN DESA

Pasa14

(1) Pemerintah Daerah dapat melakukan penataan Desa.


(2) Penataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan hasH evaluasi
tingkat perkembangan Pemerintahan Desa sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Penataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan:
a. mewujudkan efektivitas penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
b. mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa;
c. mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik;
d. meningkatkan kualitas tata kelola Pemerintahan Desa; dan
e. meningka,tkan daya saing Desa.
(4) Penataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pembentukan;
b. penghapusan;
c. penggabungan;
d. perubahan status; dan
e. penetapan Desa.

Bagian Kesatu
Pembentukan Desa

Pasa15

(1) Pembentukan Desa merupakan tindakan mengadakan Desa baru di luar


Desa yang ada.
(2) Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Peraturan Daerah dengan mempertimbangkan prakarsa masyarakat Desa,
asal usul, adat istiadat, kondisi sosial budaya masyarakat Desa, serta
kemampuan dan potensi Desa.

Pasa16

(1) Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) harus
memenuhi syarat:
a. batas usia Desa induk paling sedikit 5 (lima) tahun terhitung sejak
pembentukan;
b. jumlah penduduk paling sedikit 6.000 (enam ribu) jiwa atau 1.200
(seriQ~ dua ratus) kepala keluarga;
c. wilayah kerja yang memiliki akses transportasi antar wilayah;
d. sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan hidup bermasyarakat
sesuai dengan adat istiadat Desa;
e. memiliki potensi yang meliputi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya ekonomi pendukung;
f. batas wilayah Desa yang dinyatakan dalam bentuk peta Desa yang telah
ditetapkan dalam peraturan Bupati;
g. sarana dan prasarana bagi Pemerintahan Desa dan pelayanan publik;
dan
h. tersedianya dana operasional, penghasilan tetap, dan tunjangan lainnya
bagi perangkat Pemerintah Desa sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Dalam wilayah Desa dibentuk dusun atau yang disebut dengan nama lain
yang disesuaikan dengan asal usul, adat istiadat, dan nilai so sial budaya
masyaraka~ Desa.
(3) Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui
Desa persiapan.
(4) Desa persiapan merupakan bagian dari wilayah Desa induk.
(5) Desa persiapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat ditingkatkan
statusnya menjadi Desa dalam jangka waktu 1 (satu) sampai 3 (tiga) tahun.
(6) Peningkatan status sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilaksanakan
berdasarkan hasil evaluasi.
Bagian Kedua
Penghapusan Desa

Pasa17

Desa dapat dihapus karena bencana alam dan/ atau kepentingan program
nasional yang strategis.

Pasa18

Penghapusan Desa ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Pasa19

(1) 2 (dua) Desa atau lebih yang berbatasan dapat digabung menjadi Desa baru
dengan memperhatikan ketentuan peraturanperundang-undangan.
(2) Penggabungan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat(l) terlebih dahulu
dimusyawarahkan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan
Desa serta masyarakat Desa masing-masing.
(3) Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam
Keputusan Bersama Kepala Desa yang bersangkutan.
(4) Keputusan bersama Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
disampaikan kepada Bupati melalui camat.
(5) HasH Penggabungan Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dalam
Peraturan Daerah.

Bagian Ketiga
Perubahan Status Desa

Pasal10

(1) Desa dapat berubah status menjadi kelurahan berdasarkan prakarsa


Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa melalui Musyawarah
Desa dengan memperhatikan saran dan pendapat masyarakat Desa.
(2) Seluruh barang milik Desa dan sumber pendapatan Desa yang berubah
menjadi kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi
kekayaan/ aset Pemerintah Daerah yang digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di kelurahan tersebut dan pendanaan kelurahan
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten.

Pasal11

(1) Pemerintah Daerah dapat mengubah status kelurahan menjadi Desa


berdasarkan prakarsa masyarakat dan memenuhi persyaratan yang
ditentukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Kelurahan yang berubah status menjadi Desa, saran a dan prasarana
menjadi" milik Desa dan dike lola oleh Desa yang bersangkutan untuk
kepentingan masyarakat Desa.
(3) Pendanaan perubahan status kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Pasa112

Perubahan status desa ditetapkan dengan Peraturan Daerah.


Bagian Keempat
Penetapan Desa

Pasal13

(1) Rancangan Peraturan Daerah tentang pembentukan, penghapusan,


penggabungan, dan/ atau perubahan status Desa menjadi kelurahan atau
kelurahan menjadi Desa yang telah mendapatkan persetujuan bersama
Bupati .dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah diajukan kepada
Gubernur.
(2) Gubernur melakukan evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang
pembentukan, penghapusan, penggabungan, dan/ atau perubahan status
Desa menjadi kelurahan atau kelurahan menjadi Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berdasarkan urgensi, kepentingan nasional,
kepentingan daerah, kepentingan masyarakat Desa, dan/ atau peraturan
perundang-undangan.

Pasal14

(1) Gubernur menyatakan persetujuan terhadap Rancangan Peraturan Daerah


tentang pembentukan, penghapusan, penggabungan, dan/ atau perubahan
status Desa menjadi kelurahan atau kelurahan menjadi Desa paling lama
20 (dua puluh) hari setelah menerima Rancangan Peraturan Daerah
dimaksud.
(2) Dalam hal Gubernur memberikan persetujuan atas Rancangan Peraturan
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Daerah
melakukan penyempurnaan dan penetapan menjadi Peraturan Daerah
paling lama 20 (dua puluh) hari.
(3) Dalam hal Gubernur menolak memberikan persetujuan terhadap
Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Rancangan Peraturan Daerah tersebut tidak dapat disahkan dan tidak
dapat diajukan kembali dalam waktu 5 (lima) tahun setelah penolakan oleh
Gubernur.
(4) Dalam hal Gubernur tidak memberikan persetujuan atau tidak memberikan
penolakan terhadap Rancangan Peraturan Daerah dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati dapat mengesahkan
Rancangan Peraturan Daerah tersebut serta sekretaris daerah
mengundangkannya dalam Lembaran Daerah.
(5) Dalam hal Bupati tidak menetapkan Rancangan Peraturan Daerah yang
telah disetujui oleh Gubernur, Rancangan Peraturan Daerah tersebut dalam
jangka waktu 20 (dua puluh) hari setelah tanggal persetujuan Gubernur
dinyatakan berlaku dengan sendirinya.

Pasal15

(1) Peraturan Daerah tentang pembentukan, penghapusan, penggabungan, dan


perubahan status Desa menjadi kelurahan atau kelurahan menjadi Desa
diundangkan setelah mendapat nomor registrasi dari Gubernur dan kode
Desa dari Menteri.
(2) Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai lampiran
peta batas wilayah Desa.
BABIV
KEWENANGAN DESA

Pasal16

Kewenangan Desa adalah hak dan kekuasaan yang dimiliki oleh pemerintah
desa untuk untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Desa.

Pasal17

J enis Kewenangan Desa se bagaimana dimaksud dalam pasal 16 terdiri dari :


a. Kewenangan Desa Berdasarkan Hak Asal-Usul adalah kewenangan yang
dimiliki oleh pemerintah desa berdasarkan hak yang merupakan warisan
yang masih hidup dan prakarsa Desa atau prakarsa masyarakat Desa
sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat, antara lain sistem
organisasi masyarakat adat, kelembagaan, pranata dan hukum adat, tanah
kas Desa, serta kesepakatan dalam kehidupan masyarakat Desa.
b. Kewenangan Lokal Berskala Desa adalah kewenangan yang memiliki oleh
pemerintah desa untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
Desa yang telah dijalankan oleh Desa atau mampu dan efektif dijalankan
oleh Desa atau yang muncul karena perkembangan Desa dan prakasa
masyarakat Desa.
c. kewenarigan yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah provinsi,
atau pemerintah daerah Kabupaten; dan
d. kewenangan lain yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, atau pemerintah daerah Kabupaten sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal18

Kriteria kewenangan Desa berdasarkan hak asal-usul sebagaimana dimaksud


dalam Pasa117 huruf a, antara lain:
a. merupakan warisan sepanjang masih hidup;
b. sesuai perkembangan masyarakat; dan
e;. sesuai prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pasal19

(1) Perincian kewenangan Desa berdasarkan hak asal-usul sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 18 huruf a, paling sedikit terdiri atas:
a. sistem organisasi masyarakat adat;
b. pembinaan kelembagaan masyarakat;
c. pembinaan lembaga dan hukum adat;
d. pengelolaan tanah kas Desa; dan
e. pengembangan peran masyarakat Desa.
(2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah
Daerah Kabupaten dapat me1akukan identifikasi dan inventarisasi
kewenangan berdasarkan hak asal usullainnya dengan mengikutsertakan
Pemerintah Desa.
(3) Berdasarkan hasH identifikasi dan inventarisasi kewenangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Pemerintah Daerah Kabupaten menetapkan
kewenangan hak asal usullainnya dengan memperhatikan situasi, kondisi,
dan kebutuhan.
(4) Kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur dan diurus oleh Desa.

Anda mungkin juga menyukai