BAB4 5juni2015

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 35

57

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Pusat Dr Kariadi Semarang

1. Profil Rumah Sakit Umum Pusat Dr Kariadi

Rumah Sakit Umum Pusat Dr Kariadi Semarang merupakan

Rumah Sakit terbesar sekaligus berfungsi sebagai rumah sakit

rujukan bagi wilayah Jawa Tengh. Saat ini RSUP Dr Kariadi adalah

rumah sakit kelas A pendidikan dan berfungsi sebagai rumah sakit

pendidikan bagi dokter, dokter spesialis dan sub spesialis dari

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang dan Institusi

Pendidikan lain serta tenaga kesehatan lainnya.45)

Pengguna jasa RSUP Dr. Kariadi adalah masyarakat Jawa

Tengah dan sekitarnya yang berjumlah lebih dari 40 juta penduduk,

khususnya masyarakat sekitar Kota dan Kabupaten Semarang juga

sebagai rujukan Indonesia Tengah.45)

Kebutuhan dan keinginan (need dan demand) masyarakat

sangat bervariasi dan jauh berkembang dibanding beberapa waktu

lalu. Sejarah singkat berdirinya RSUP Dr Kariadi sampai dengan

ditetapkan menjadi Rumah Sakit BLU adalah sebagai berikut :45)

a) Didirikan pada jaman penjajahan Belanda tanggal 9 September

1925 dikenal dengan nama Centrale Buzgerlijke Ziekewsichting

(CBZ), kemudian padajaman penjajahan Jepang menjadi “Purusar

a” (Pusat Rumah Sakit Rakyat).


58

b) Menjadi rumah sakit vertikal milik Departemen Kesehatan dengan

nama RSUP Dr. Kariadi berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No

.21215/Kab/1964tanggal 14 April 1964.

c) Berdasarkan SK Menkes RI no.546/Men.Kes/SK/III/1978

diklasifikasi menjadi Rumah Sakit Umum klas B Pendidikan dan

dengan SK Menkes RI no. 134/Menkes/SK/1978 mengatur tentang

struktur RS. Dr. Kariadi.

d) Berdasarkan SK Menkes RI No.1130/Menkes/SK/XII/1003, tanggal

10 Desember 1993 ditetapkan menjadi RS Unit Swadana dengan

struktur organisasi berdasarkan SK Menkes No.

546/Menkes/VI/1994 tanggal 13 Juni 1994 Tentang Organisasi dan

Tata Kerja RSUP Dr. Kariadi.

e) Pada tahun 1997 sebagai Instansi Pemerintah Pengguna Penerim

aan Negara Bukan Pajak (PNBP) berdasarkan UU No. 20 tahun 1

997.

f) Berdasarkan PP No. 120 Tahun 2000 tentang Pendirian

Perusahaan Jawatan RSUP Dr. Kariadi, status rumah sakit

berubah menjadi Perusahaan Jawatan yang operasional mulai

Tahun 2002.

g) Terakhir pada tahun 2005 diubah statusnya menjadi Instansi

Pemerintah yang menerapkan PPK-BLU berdasarkan PP No. 23

tahun 2005 dan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1243/MENKES/SK/VII/2005 tanggal 11 Agustus 2005.

RSUP Dr. Kariadi adalah Satuan Kerja/ Unit Pelaksana Teknis

yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur

Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.


59

Berdasarkan SK Menkes No. 1243/Menkes/SK/VIII/2005 telah

ditetapkan menjadi Badan Layanan Umum (BLU), dengan

menerapkan fleksibilitas pengelolaan keuangan sesuai dengan yang

telah diamanatkan dalam PP No.23 Tahun 2005. Sebagai rumah sakit

yang melaksankan pengelolaan keuangan BLU dan berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) RI. Nomor :44/PMK.05/2010

tentang rencana bisnis dan anggaran serta pelaksanaan anggaran

BLU dan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor :

550/MENKES/SK/VII/2010, tentang Pedoman Penyusuna Rencana

Bisnis dan Anggaran BLU Rumah Sakit. Maka setiap tahun RSUP Dr.

Kariadi menyusun rencana bisnis anggaran (RBA) menganut pola

anggara fleksibel (flexible budget) dengan suatu persentase ambang

batas tertentu. Dengan fleksibilitas pengelolaan keuangan

kemandirian RS dalam memenuhi kebutuhan biaya operasionalnya

makin tinggi, termasuk memenuhi kebutuhan investasinya.45)

Tugas pokok RSUP Dr. Kariadi adalah menyelenggarakan

upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara

serasi, terpadu dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan

kesehatan dan pencegahan serta melaksankan upaya rujukan dan

upaya lain sesuai dengan kebutuhan. RSUP Dr. Kariadi sebagai

Rumah Sakit vertikal tipe A Pendidikan, juga menyelenggarakan

fungsi :46)

a) Pelayanan Medik (Spesialistik dan Sub Spesialistik)

b) Pelayanan penunjang medik dan non medik

c) Pelayanan dan asuhan keperawatan

d) Pengelolaan SDM rumah sakit

e) Pelayanan rujukan
60

f) Diklat di bidang kesehatan

g) Penelitian dan pengembangan

h) Administrasi umum dan Keuangan

Luas lahan yang dimiliki RSUP Dr.Kariadi Semarang adalah

193.410 m2 dengan luas bangunan 82.754 m2.

2. Sumber Daya Manusia dan Pelayanan

Sumber daya manusia di RSUP Dr Kariadi berjumlah 6301

orang, rinciannya sebagai berikut pada tabel 4.1 :18)

Tabel 4.1 Sumber Daya Manusia RSUP Dr Kariadi Semarang


JENIS
Jenis KETENAGAAN
No. Jumlah %
Ketenagaan NON
PNS
PNS
1 Dokter Spesialis 156 3 159 4.4
Dokter Gigi
2 7 0 7 0.2
Spesialis
3 Dokter Umum 16 12 28 0.8
4 Dokter Gigi 10 0 10 0.3
Paramedis
5 595 575 1170 32.2
Keperawatan
Paramedis
6 33 61 94 2.6
Kebidanan
Paramedis
7 361 190 551 15.1
Penunjang
8 Non medis 497 145 642 17.6
9 PPDS I 978 26.9
Total 1675 986 3639 100.00
Sumber data : Divisi SDM per 31 Januari 2014

Peningkatan kualitas sumber daya manusia di RSUP Dr Karyadi

dilakukan secara rutin dengan diadakan pendidikan dan pelatihan

yang dilaksanakan oleh bagian DIKLAT bekerja sama dengan Tim PPI

RSUP Dr Karyadi Semarang. Pendidikan dan pelatihan yang telah

dilakukan pada tahun 2014 (tabel 4.2):47)

Tabel 4.2 Pendidikan dan Pelatihan di RSUP Dr Karyadi Tahun 2014


61

No Jenis Pendidikan dan Sasaran


Pelatihan
1 Pelatihan K3 (Kesehatan Pegawai baru
Keselamatan dan Kerja) Tahap 1
2 Pelatihan PPI Tahap 1 Pegawai baru
3 Pelatihan BLS Tahap 1 Pegawai baru
4 Pelatihan IPSG Tahap 1 Pegawai baru
5 Telaah resep Tahap 1 Pegawai baru
6 Pengendalian dan pencegahan Karyawan RSUP Dr Kariadi
infeksi
7 Cara uji klinik yang baik (Good Dokter, perawat
Clinical Practices/GCP)
8 Keselamatan pasien &IPSG Karyawan RSUP Dr Kariadi
9 ICU Perawat
10 BLS Karyawan RSUP Kariadi
11 Pelatihan K3 (Kesehatan Karyawan RSUP Dr Kariadi
Keselamatan dan Kerja) Tahap 2
12 Pelatihan PPI Tahap 2 Karyawan RSUP Dr Kariadi
13 Pelatihan BLS Tahap 2 Karyawan RSUP Dr Kariadi
14 Pelatihan IPSG Tahap 2 Karyawan RSUP Dr Kariadi
15 Telaah resep Tahap 2 Karyawan RSUP Dr Kariadi
16 Hemodialisa Perawat
17 PICU-NICU Perawat
18 Emergency Nursing Perawat
19 Asuhan keperawatan geriatri Perawat
20 Asuhan keperawatan kanker Perawat
21 Asuhan keperawatan stroke Perawat
22 Uji kompetensi perawat tahap 1 Perawat
23 Uji kompetensi perawat tahap 2 Perawat
24 Perawatan pasien HIV AIDS bagi Perawat dan Non medis
tenaga keperawatan dan non
medis 1
25 Perawatan pasien HIV AIDS bagi Perawat dan Non medis
tenaga keperawatan dan non
medis 2
Pelatihan dan pendidikan terkait HIV AIDS dilakukan sebanyak 2 x

angkatan setiap tahunnya dan kapasitas peserta pelatihan sebanyak

50 orang dan kuota untuk perawat ± 35 orang setiap pelatihannya.47)

a) Pelayanan & Fasilitas 46)

1) Pelayanan unggulan di RSUP Dr. Kariadi Semarang

i. Layanan Bedah Epilepsi

RSUP Dr. Kariadi sebagai pusat rujukan Nasional bedah

epilepsi. Bedah epilepsi bukan sebagai pilihan terakhir

melainkan pilihan terbaik untuk jenis-jenis epilepsi tertentu


62

guna mencegah keadaan refrakter yang bisa merusak masa

depan. Pada kasus Epilepsi Lotus Temporer angka bebas

kejang lebih dari 90%, sehingga tindakan bedah epilepsi

dianjurkan dilakukan lebih awal.

ii. Layanan Geriatri

Dalam pengelolaan pasien geriatri diperlukan pendekatan

holistik (utuh menyeluruh) dan tidak berorientasi pada suatu

sistem organ, misalnya : jantung, hati, ginjal atau paru saja.

Evaluasi paripurna dilakukan oleh tim pengkaji (asesmen)

geriatri yang terdiri dari : dokter ahli penyakit dalam (konsultan

geriatri), dokter ahli jiwa, tim rehabilitasi medik, pekrja sosial,

dokter ahli rehabilitasi medik, perawat geriatri, psikologi dan

ahli gizi.

iii. Layanan Leptospira

RSUP Dr. Kariadi menjadi Laboratorium Rujukan Nasional

khusus Human Leptospirosis : Microscopic Agglutination Test

(MAT) sebagai Gold standart diagnosis leptospirosis, RSUP

Dr. Kariadi khusus Human Leptospirosis, menggunakan 31

strain leptospir yang telah diketahui sebagai penyebab

terserang leptospirosis di Indonesia.

2) Pelayanan Rawat Jalan

i. Instalasi Rawat Darurat

Bagian dari RSUP Dr. Kariadi memberikan pelayanan medis

selama 24 jam, dari berbagai macam penyakit kegawat

daruratan, secara cepat, tepat didukung dengan SDM yang

professional, fasilitas yang memadai/lengkap dan peralatan

yang canggih. Lokasi yang strategis karena dapat dijangkau


63

dari berbabgai arah dan adanya jalan khusus masuk pasien

untuk mempercepat pelayanan bagi pasien yang mengalami

keadaan gawat darurat.

Fasilitas terdiri dari 2 ruang Triage (ruang untuk menyeleksi

pasien sebelum dipastikan penyakitnya), 2 ruang Resusitasi

jantung paru, 12 ruang pemerikasaan Spesialistik, 1 ruang

kebidanan, 2 kamar operasi, ruang tunggu, ambulance 24 jam,

pacu jantung (DC syiok/defibrillator), incubator transport,

nebulixer dan pnematic tube.

ii. Poliklinik Rawat Jalan Umum

Sebagai antisipasi atas kebutuhan pelayanan kesehatan bagi

seluruh keluarga, maka RSUP Dr. Kariadi juga menyediakan

fasilitas pelayanan klinik yang ditangani oleh para Dokter

Residen. Pelayanan klinik meliputi : Poliklinik Penyakit Dalam,

Poliklinik Bedah Umum, Poliklinik Anak, Poliklinik Kadungan

dan Kebidanan, Poliklinik THT, Poliklinik Mata, Poliklinik Syaraf,

Poliklinik Kulit dan Kelamin, Klinik Kesehatan Jiwa/Psikiatri,

Poliklinik Rehabilitasi Medik, Poliklinik Gigi dan Mulut, Klinik

Tumbuh Kembang, Klinik KB dan Infertilitas, Klinik Psikologi,

Klinik Gizi, Klinik DOTS TB, Klinik Metadon dan Klinik Anestesi.

Tenaga keperawatan di poliklinik rawat jalan umum berjumlah

54 perawat.

iii. Poliklinik Spesialis dan Sub. Spesialis

Poliklinik Spesialis dan Sub. Spesialis meliputi Poliklinik

Penyakit Dalam, Poliklinik Kandungan & Kebidanan, Poliklinik

Mata, Poliklinik Syaraf, Klinik Kesehatan Jiwa, Poliklinik THT,

Poliklinik Anak, Klinik Gigi & Mulut, Poliklinik Bedah, Poliklinik


64

Kulit & Kelamin, Pelayanan Poliklinik Khusus dan Poliklinik

Kosmetik Medik.

3) Pelayanan Rawat Inap

Rawat inap memiliki kelas yang bervariasi mulai dari kelas

president suite sampai kelas tiga dengan fasilitas yang berbeda-

beda. Untuk kamar inap khusus telah disediakan pelayanan

Paviliun Garuda. Jumlah tempat tidur untuk rawat inap terdiri dari

president suite 2 tempat tidur, kelas VVIP 13 tempat tidur, kelas

VIP 80 tempat tidur, kelas utama 15 tempat tidur, kelas I 115

tempat tidur, kelas II 184 tempat tidur, kelas III 527 tempat tidur

dan rawat intensif 42 tempat tidur.

Pelayanan rawat inap dibagi menjadi instalasi A dan instalasi B.

Instalasi A tercatat memiliki tenaga perawat sebesar 255 perawat,

yang terbagi di 11 ruang, secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.3

berikut :

Tabel 4.3 Data Perawat Instalasi A RSUP Dr Kariadi Semarang


No Ruang Jumlah Perawat
1 Ruang BRT 15
2 Ruang anak lantai dasar 20
3 Ruang anak lantai 1 20
4 Ruang cendrawasih 1 20
5 Ruang cendrawasih 2 20
6 Ruang merak lantai dasar 25
7 Ruang merak lantai 1 25
8 Ruang merak lantai 2 25
9 Ruang kepodang 25
10 Ruang kutilang 20
11 Ruang transit 20
12 Ruang Psikiatri 20
Jumlah Total 255

Rawat inap instalasi B terdapat di satu gedung yang sama dan

tercatat memiliki 351 tenaga perawat yang terbagi di 12 ruang,

secara rinci pada tabel 4.4 :


65

Tabel 4.4Data Perawat Instalasi B RSUP Dr Kariadi Semarang


No Ruang Jumlah Perawat
1 Ruang rajawali 1A 30
2 Ruang rajawali 1B 30
3 Ruang rajawali 2A 35
4 Ruang rajawali 2B 35
5 Ruang rajawali 3A 30
6 Ruang rajawali 3B 30
7 Ruang rajawali 4A 30
8 Ruang rajawali 4B 30
9 Ruang rajawali 5A 26
10 Ruang rajawali 5B 25
11 Ruang rajawali 6A 25
12 Ruang rajawali 6B 25
Jumlah Total 351

3. Gambaran Situasi Epidemi Kasus HIV AIDS di RSUP Dr Kariadi

Semarang

Kasus HIV AIDS di RSUP Dr Kariadi mengalami peningkatan

dikarenakan RSUP Dr Kariadi merupakan rumah sakit satelit dan

rumah sakit rujukan untuk kasus HIV AIDS di Jawa Tengah. Pada

tahun 2013 terdapat 201 kasus baru HIV dan 291 kasus HIV tahun

2014. Data PITC (Provider Initiated Testing & Counseling) RSUP Dr

Kariadi tahun 2014 ditemukan 93 hasil reaktif. Kegiatan CST (Care

Suport Treatmet) yang setiap bulan di laksanakan di RSUP Dr Kariadi

mencatat ± 498 HIV dewasa dan ± 30 HIV anak-anak.17,48)

Permasalahan yang dihadapi di RSUP Dr Kariadi diantaranya

tingginya mobilitas pasien di RSUP Dr Kariadi dan peningkatan

penemuan kasus HIV tidak diikuti dengan kesadaran tinggi tenaga

kesehatan khususnya perawat menyadari pentingnya kewaspadaan

diri dalam penggunaan APD (alat pelindung diri) pada saat

menanggani pasien dan pentingnya melakukan tes HIV AIDS untuk

perawat karena adanya risiko dalam pekerjaannya.


66

B. Analisis Univariat
1. Karakteristik Demografi Responden
a. Umur
Umur adalah jumlah tahun yang dihitung sejak kelahiran

pertama sampai dengan saat dilakukan wawancara. Dari hasil

penelitian dengan jumlah responden sebanyak 105 orang perawat

menunjukkan bahwa rata-rata umur responden dalam penelitian

ini adalah 34 tahun. Umur responden yang paling muda adalah

umur 22 tahun, sedangkan umur responden yang paling tua

adalah umur 59 tahun.


Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

No Keterangan Frekuensi
1 Minimum 22
2 Maximum 59
3 Mean 34,39
4 Median 30,00
Std. Deviation 10,925

Berdasarkan Tabel 4.5 kemudian dikelompokkan per golongan

umur dengan dua kategori yaitu muda dan tua. Muda adalah

pengkategorian umur dari umur <32 tahun (usia produktif),

sedangkan pengkategorian umur tua dari umur >= 32 tahun (usia

tidak produktif).

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok


Umur
No Umur Frekuensi %
1 Muda (<32) 53 50,5
2 Tua(>=32) 52 49,5
Total 105 100

Berdasarkan Tabel 4.6 diatas, mayoritas yaitu sebanyak 50,5%

responden termasuk dalam kategori muda, yang berarti mayoritas


67

masih dalam kategori usia produktif dan sebanyak 49,5% dalam

kategori tua atau tergolong usia tidak produktif.


b. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah sekolah formal yang pernah diambil oleh

responden berdasarkan ijazah yang terakhir. Pendidikan dalam

penelitian ini digolongkan menjadi dua, yaitu pendidikan diploma

(D3) dan sarjana sains terapan (D4) / sarjana muda (S1).

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat


Pendidikan
No Pendidikan Frekuensi %
1 Diploma (DIII) 68 64,8
2 Sarjana Sains Terapan 37 35,2
(DIV) / Sarjana Muda
(S1)
Total 105 100

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas, mayoritas tingkat pendidikan

responden adalah pendidikan diploma (D3) yaitu 64,8% dan

sebanyak 35,2% responden adalah pendidikan sarjana sains

terapan (D4) / sarjana muda (S1).


c. Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah menujukan sexsualitas yang merupakan

identitas diri responden.


Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Pekerjaan Frekuensi %
1 Laki-laki 45 42,9
2 Perempuan 60 57,1
Total 105 100

Berdasarkan Tabel 4.8 diatas, mayoritas responden berjenis

kelamin perempuan yaitu 57,1 % dan 42,9% berjenis kelamin laki-

laki. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan sebagai perawat

mayoritas adalah perempuan.


d. Agama
Agama merupakan kepercayaan yang dianut oleh responden

dan diakui di Indonesia.


Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Agama
68

No Agama F %
1 Islam 98 93,3
2 Kristen Katolik 5 4,8
3 Kristen Protestan 2 1,9
Total 105 100

Berdasarkan Tabel 4.9 menunjukkan bahwa 93,3%

responden beragama Islam, Kristen Katolik yaitu 4,8% dan 1,9%

beragama Kristen Protestan.


e. Daerah Asal
Daerah Asal adalah tempat tinggal asal dari responden.
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Daerah
Asal
No Daerah Asal F %
1 Semarang 39 37,1
2 Luar Semarang 66 62,9
Total 105 100

Dari tabel 4.10 di atas kemudian dikelompokkan menjadi

tempat tinggal responden yaitu rumah sendiri, rumah sewa/kos,

penginapan/hotel, rumah keluarga dan rumah kontrakan.


Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tempat
Tinggal
No Tempat Tinggal F %
1 Rumah sendiri 54 51,4
2 Rumah sewa/kos 23 21,9
3 Rumah keluarga 23 21,9
4 Rumah kontrak 5 4,8
Total 105 100

Berdasarkan Tabel 4.11 di atas, mayoritas responden adalah

bertempat tinggal di rumah sendiri yaitu sebesar 51,4%,

sebanyak 21,9% tinggal di rumah sewa/kos, 21,9% tingggal di

rumah keluarga dan 4,8% bertempat tinggal di rumah kontrakan.


f. Status Marital
Status Perkawinan dalam penelitian ini adalah status

perkawinan responden yaitu lajang, bersuami/beristri dan

janda/duda.
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status
Marital
No Status Marital Frekuensi %
1 Lajang 39 37,1
2 Bersuami/Beristri 63 60
69

3 Janda/Duda 3 2,9
Total 105 100

Berdasarkan Tabel 4.9 di atas diperoleh 60% responden

bersatus bersuami/beristri, lajang 37,1% dan janda/duda sebesar

2,9%.
g. Masa Kerja
Masa kerja dalam penelitian ini merupakan jumlah tahun sejak

responden dinyatakan aktif bekerja di RSUP Dr Kariadi Semarang.


Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa
Kerja
No Masa Kerja Frekuensi %
1 < 2 tahun 33 31,4
2 ≥ 2 tahun 72 68,6
Total 105 100

Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui bahwa sebesar 68,6%

responden telah memiliki masa kerja lebih dari 2 tahun dan hanya

31,4% responden memiliki masa kurang dari 2 tahun. Pembagian

masa kerja responden berdasarkan jenis pendidikan dan pelatihan

yang diterima dari DIKLAT RSUP Dr Karyadi.


2. Keyakinan Responden Terhadap Kemungkinan Tertular HIV AIDS dan

Pengalaman Tes HIV AIDS


Keyakinan responden terhadap kemungkinan tertular HIV &

AIDS dan pengalaman tes HIV AIDS digali dari 22 item pertanyaan,

dengan pilihan jawaban sangat setuju, setuju, netral/ragu-ragu, tidak

setuju dan sangat tidak setuju. Setelah itu dilakukan uji normalitas

data, ternyata data yang terkumpul berdistribusi normal, dan

dikategorikan menjadi buruk, sedang dan baik. Untuk pertanyaan

favourable, jika responden menjawab netral/ragu-ragu, maka oleh

peneliti diartikan sebagai jawaban tidak setuju, dan untuk pertanyaan

unfavourable, maka jawaban netral/ragu-ragu dari responden

diartikan sebagai jawaban setuju oleh peneliti. Hal tersebut

dikarenakan jawaban netral/ragu-ragu mempunyai arti bahwa


70

responden belum yakin atau belum tahu terhadap jawaban dari

pertanyaan yang diajukan.


Keyakinan terhadap kemungkinan tertular HIV AIDS dan

pengalaman tes HIV AIDS, terdiri dari 9 pertanyaan yaitu tentang

pengetahuan HIV AIDS, 5 pertanyaan tentang keyakinan responden

terhadap kemungkinan tertular HIV AIDS, dan 8 pertanyaan tentang

pengalaman tes HIV AIDS. Secara rinci, jawaban responden terdapat

pada tabel berikut.


Tabel 4.14 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang keyakinan
terhadap kemungkinan tertular HIV AIDS dan
pengalaman tes HIV AIDS
No Pernyataan Keyakinan
Buruk Baik
Pengetahuan tentang HIV AIDS
1 Penderita HIV dapat menularkan infeksi 10 95
HIV kepada orang lain (9,5%) (90,5%)
2 Penderita HIV mengalami penurunan
kekebalan tubuh dan merusak kekebalan 0 105
tubuh (0,0%) (100%)
3 Diare lebih dari tiga bulan adalah salah 16 89
satu gejala AIDS (15,2%) (84,8%)
4 HIV AIDS tidak ditularkan melalui cairan 12 93
sperma (11,4%) (87,6%)
5 HIV AIDS tidak ditularkan melalui cairan 11 94
vagina (10,5%) (89,5%)
6 HIV AIDS dapat dicegah dengan
memakai kondom saat berhubungan 29 76
seks (27,6%) (72,4%)
7 HIV AIDS ditularkan melalui penggunaan 5 100
jarum suntik tidak steril (4,8%) (95,2%)
8 HIV AIDS dapat ditularkan melalui 9 96
tranfusi darah (8,6%) (91,4)
9 HIV AIDS ditularkan melalui penggunaan
jamban/WC/kamar mandi/toilet secara 25 80
bersama (23,8%) (76,2%)
Keyakinan terhadap kemungkinan tertular HIV AIDS
10 Memakai sarung tangan dalam
menanggani pasien dapat mencegah 23 82
tertusuk jarum yang terinfeksi HIV AIDS (21,9%) (78,1%)
11 Membersihkan luka dan mengobati luka
tusukan secepatnya setelah tertusuk 7 98
jarum yang terinfeksi HIV AIDS dapat (6,7%) (93,3%)
mencegah penularan HIV AIDS
12 Melakukan cuci tangan secara benar
sesuai standart WHO sebelum dan 53 42
sesudah menanggai pasien dapat (50,5%) (49,5%)
71

mencegah penularan HIV AIDS

No Pernyataan Keyakinan
Buruk Baik
Keyakinan terhadap kemungkinan tertular HIV AIDS
13 Melakukan pengelolaan jarum/alat tajam
dan alat kesehatan habis pakai secara 58 47
tepat dapat mencegah penularan HIV (55,2%) (44,8%)
AIDS
14 Pekerjaan sebagai seorang perawat 14 91
memiliki risiko tertular HIV AIDS (13,3%) (86,7%)
Pengalaman tentang tes HIV AIDS
15 Melalui tes HIV AIDS, status HIV 6 99
seseorang dapat diketahui dengan hasil (5,7%) (94,3%)
tes darah
16 Status HIV tidak dapat diketahui dari 46 59
penampilan fisik seseorang (42,8%) (56,2%)
17 Setelah melakukan tes HIV IDS dan
dinyatakan HIV positif, saya/teman saya 38 67
tidak diperbolehkan untuk bekerja (36,2%) (63,8%)
meskipun mampu untuk bekerja
18 Setelah melakukan tes HIV AIDS, 18 87
saya/teman saya malah dijauhi teman- (17,1%) (82,9%)
teman sesama perawat
19 Setelah melalukan tes HIV AIDS dan
dinyatakan positif, saya/teman saya 21 74
tidak boleh mendapat perawatan medis (20%) (80%)
20 Setelah melakukan tes HIV AIDS dan
dinyatakan HIV positif,saya/teman saya 24 81
tidak mendapat informasi tentang (22,9%) (77,1%)
Antiretroviral (ARV) dan Window period
21 Saya berkeyakinan bahwa melakukan
tes HIV AIDS memberikan manfaat bagi 3 102
orang yang berisiko HIV AIDS (2,9%) 97,1%)
22 Banyak teman perawat yang tidak
melaksanakan universal percaution 21 84
meski telah melakukan tes HIV AIDS (20%) (80%)

Uji normalitas data yang terkumpul untuk pertanyaan

pengetahuan tentang HIV AIDS berdistribusi normal, dan

dikategorikan berpengetahuan buruk dan baik. Sebayak 66,7%

responden memiliki pengetahuan tentang HIV AIDS pada tingkat baik

dan hanya 33,3% yang berpengetahuan buruk.


Tabel 4.15 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan
tentang HIV AIDS
Pengetahuan tentang HIV AIDS Jumlah %
Pengetehuan tentang HIV AIDS buruk 35 33,3
Pengetehuan tentang HIV AIDS baik 70 66,7
72

Jumlah 105 100

Hasil jawaban responden terhadap pertanyaan tentang

keyakinan terhadap kemungkinan tertular HIV AIDS yang digali dari 5

pertanyaan berdistribusi normal, dan dikategorikan menjadi 2 yaitu

35,2% memiliki keyakinan yang rendah terhadap kemungkinan

tertular HIV AIDS, keyakinan yang tinggi terhadap kemungkinan

tertular HIV AIDS sebayak 64,8% (Tabel 4.16).


Tabel 4.16 Distribusi frekuensi responden berdasarkan keyakinan
terhadap kemungkinan tertular HIV AIDS
Kemungkinan Tertular HIV AIDS Jumlah %
Rendah 37 35,2
Tinggi 68 64,8
Jumlah 105 100

Hasil jawaban responden terhadap pertanyaan tentang

pengalaman tentang tes HIV AIDS berdistribusi normal, diperoleh

hasil 53,3% responden memiliki pengalaman yang buruk tentang tes

HIV AIDS dan 46,7% responden memiliki pengalaman yang baik

tentang HIV AIDS (Tabel 4.17).


Tabel 4.17 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengalaman
tentang tes HIV AIDS
Pengalaman tentang tes HIV AIDS Jumlah %
Buruk 56 53,3
Baik 49 46,7
Jumlah

Berdasarkan hasil ketiga sub pertanyaan di atas, jika

digabungkan sebagai berikut (Tabel 4.18) :

Tabel 4.18 Distribusi frekuensi responden berdasarkan keyakinan


terhadap kemungkinan tertular HIV AIDS dan
pengalaman tes HIV AIDS
Keyakinan terhadap kemungkinan Jumlah %
tertular HIV AIDS dan pengalaman tes
HIV AIDS
Keyakinan buruk (<89) 53 50,5
Keyakianan baik (≥89) 52 49,5
Jumlah 105 100
73

Dapat disimpulkan bahwa untuk variabel keyakinan responden

terhadap kemungkinan tertular HIV AIDS dan pengalaman tes HIV

AIDS, sebagian besar responden yaitu sebanyak 53 responden

(50,5%) memiliki keyakinan terhadap kemungkinan tertular HIV AIDS

dan pengalaman tes HIV AIDS pada tingkat buruk dan sebanyak 52

responden atau 49,5% pada tingkat baik.


Secara umum, sebagian besar responden berkeyakinan tinggi

terhadap kemungkinan tertular HIV AIDS dan berpengalaman baik

terhadap tes HIV AIDS. Namun, keyakinan yang buruk terlihat dari

pernyataan pengetahuan tentang HIV AIDS, banyak responden yang

menyatakakan sangat tidak setuju (1,9%), tidak setuju (6,7%) dan

netral/ragu-ragu (1%) menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan

“Penderita HIV dapat menularkan infeksi HIV kepada orang lain”

sehingga total responden memiliki keyakinan yang buruk sebesar

9,5% yakni 10 responden. Hal ini menyatakan bahwa responden

belum mengetahui definisi infeksi HIV. Pernyataan “Diare lebih dari

tiga bulan adalah salah satu gejala AIDS”, juga ditanggapi dengan

jawaban 13 responden (12,4%) menyatakan netral/ragu-ragu yang

selanjutnya diartikan tidak setuju oleh peneliti dan sebayak 2,9%

responden menyatakan tidak setuju, sehingga total responden yang

menyatakan tidak setuju 15,2% responden. Sebanyak 4 responden

(3,8%) menyatakan sangat setuju, 2 responden menyatakan setuju

dan 6 responden (5,7%) menyatakan netral/ragu-ragu pada

pertanyaan “HIV AIDS tidak ditularkan melalui cairan sperma”,

sehingga keyakinan yang buruk pada 12 responden (11,4%) dan

pertanyaan “HIV AIDS tidak ditularkan melalui cairan vagina” dijawab

3 responden sangat setuju, 2 responden setuju dan 6 netral/ragu-


74

ragu, jumlah keseluruhan sebesar 11 responden (10,5%) dengan

keyakinan buruk. Pertanyaan “HIV AIDS dapat dicegah dengan

memakai kondom saat berhubungan seks“ dijawab 18 (17,1%)

responden netral/ragu ragu dan 11 responden menyatakan tidak

setuju, sehingga ada 29 responden (27,6%) yang memiliki keyakinan

buruk. 25 responden (23,8%) menyatakan setuju pada pertanyaan

“HIV AIDS ditularkan melalui penggunaan jamban/WC/kamar

mandi/toilet secara bersama”. Dapat diketahui bahwa responden

belum mengetahui cara penularan infeksi HIV AIDS dan pengetahuan

dasar tentang infeksi HIV AIDS masih belum dipahami oleh beberapa

responden, yang mana responden adalah tenaga medis.


Keyakinan buruk juga diperoleh dari pertanyaan tentang

kemungkinan tertular HIV AIDS diantaranya pertanyaan “Melakukan

cuci tangan secara benar sesuai standart WHO sebelum dan

sesudah menanggai pasien dapat mencegah penularan HIV AIDS”

sebesar 27,6% responden menyatakan netral/ragu-ragu dan 24

responden (22,9%) menyatakan tidak setuju, sehingga diperoleh

50,5% responden menyatakan tidak setuju bahwa melakukan cuci

tangan secara benar sesuai standart WHO sebelum dan sesudah

menanggai pasien dapat mencegah penularan HIV AIDS. hal ini

berarti responden masih belum mengetahui dan melaksanakan

kewaspadaan umum (universal precation) dengan baik. Pertanyaan

tentang pengelolaan jarum/alat tajam dan alat kesehatan habis pakai

secara tepat dapat mencegah penularan HIV AIDS, 15 responden

(14,3%) netral/ragu-ragu, 32,4% atau 34 responden tidak setuju dan

9 responden sangat tidak setuju, sehingga jumlah responden tidak

setuju sebesar 58 responden (55,2%). Hal ini menunjukkan


75

responden belum mengetahui risiko pekerjaan yang menyebabkan

terinfeksi HIV AIDS. Pengalaman tes HIV AIDS rata-rata responden

memiliki pengalaman yang baik.


3. Sikap responden terhadap tes HIV AIDS
Penilaian sikap responden terhadap tes HIV AIDS digali dari 13

pertanyaan, yang terdiri dari sikap responden terhadap tujuan tes,

prosedur pelaksaan tes dan lokasi tes, dengan pilihan jawaban sangat

setuju, setuju, netral/ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

Untuk pertanyaan favourable, jika responden menjawab netral/ragu-

ragu, maka oleh peneliti diartikan sebagai jawaban tidak setuju, dan

untuk pertanyaan unfavourable, maka jawaban netral/ragu-ragu dari

reponden diartikan sebagai jawaban setuju oleh peneliti. Setelah uji

normalitas data yang terkumpul berdistribusi normal, kemudian

jawaban responden dikategorikan menjadi kurang baik dan baik. Dari

data yang terkumpul, menunjukkan bahwa 80% mempunyai sikap

yang baik terhadap tes HIV AIDS sedangkan sisanya 20% bersikap

kurang baik terhadap tes HIV AIDS.


Tabel 4.19 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap
terhadap tes HIV AIDS
Sikap terhadap tes HIV AIDS Jumlah %
Sikap kurang baik (<54) 21 20
Sikap baik (≥54) 84 80
Jumlah 105 100

Secara rinci, jawaban terhadap item pertanyaan tentang sikap

responden terhadap tes HIV AIDS dapat dilihat pada tabel 4.20

berikut :
Tabel 4.20 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang sikap
responden terhadap tes HIV AIDS
No Pertanyaan Sikap
Kurang Baik
baik
1 Saya tidak harus melakukan tes HIV
AIDS, karena tertusuk jarum suntik 7 98
menurut saya tidak berisiko (6,7%) (93,3%)
mengidap HIV
76

2 Saya perlu melakukan tes HIV AIDS


secara rutin karena risiko pekerjaan 18 87
sebagai perawat (17,1%) (82,9%)
3 Konselor tidak perlu menjelaskan
tentang informasi dan prosedur tes 3 102
HV AIDS (2,9) (97,1%)
4 Konselor memberikan perlakuan
yang diskriminatif kepada klien, 11 94
karena klien adalah petugas (11,4%) (88,6%)
kesehatan (perawat)
5 Dalam proses tes HIV AIDS, harus 4 101
ada konseling pra testing (3,8%) (96,2%)
6 Dalam proses tes HIV AIDS,
sebaiknya tidak ada lembar 11 94
persetujuan(informed consent) (10,5%) (89,5%)
7 Dalam proses tes HIV AIDS, klien 4 101
tidak boleh dalam paksaan (3,8%) (96,2)
8 Tes HIV AIDS dilakukan secara
sukarela, tanpa paksaan dari 5 100
siapapunatau atas saran tenaga (4,8%) (95,2%)
medis (bila ada gejala)
9 Konselor memberikan informasi
tentang masa jendela (window 16 89
period) dan menyarankan tes ulang (15,2%) (84,8%)
setelah masa jendela selesai
10 Setelah melakukan tes HIV AIDS,
klien merasa terbantu untuk 9 96
mendapatkan informasi berkaitan (8,6%) (91,4%)
dengan status HIVnya
11 Ruang untuk tes HIV AIDS menjadi 25 80
satu dengan ruang untuk pasien lain (23,8%) (76,2%)
12 Ruang konseling dan testing HIV 4 101
harus tersa nyaman bagi klien (3,8%) (96,2%)
13 Klinik tes HIV AIDS hanya ada di
rumah sakit besar/tingkat provinsi 22 83
saja (21%) (79%)

Hampir semua responden (80%) mempunyai sikap yang baik

terhadap tes HIV AIDS. sikap yang kurang baik terhadap tes HIV AIDS,

terutama ditunjukkan dari jawaban responden terhadap pertanyaan

tentang lokasi tes HIV AIDS yaitu “Ruang untuk tes HIV AIDS menjadi

satu dengan ruang untuk pasien lain”. Sebanyak 13,3% responden

bersikap netral/ragu-ragu yang selanjutnya diartikan peneliti sebagai

jawaban setuju dan sebayak 8,6% responden menyatakan setuju,

sehingga total jawaban setuju terhadap item pertanyaan tersebut


77

sebanyak 23,8%. Hal ini berarti responden belum menyadari bahwa HIV

AIDS berdampak sangat luas bagi penderita, termasuk terjadinya stigma

dan diskriminasi bagi mereka yang melakukan tes HIV AIDS.


Sebanyak 5,7% responden menyatakan netral/ragu-ragu yang

selanjutnya diartikan peneliti sebagai jawaban setuju dan sebanyak

15,2% responden menyatakan setuju terhadap pertanyaan tentang lokasi

tes HIV AIDS yaitu “Klinik tes HIV AIDS hanya ada di rumah sakit

besar/tingkat provinsi saja”, sehingga total responden yang menyatakan

setuju terhadap pertanyaan tersebut sebayak 21%. Hal ini menunjukkan

bahwa responden belum sepenuhnya mengetahui informasi secara

lengkap tentang lokasi tes HIV AIDS di Kota Semarang.


Pertanyaan “Saya perlu melakukan tes HIV AIDS secara rutin

karena risiko pekerjaan sebagai perawat” sebanyak 5,7% menyatakan

netral/ragu-ragu yang selanjutnya diartikan peneliti sebagai jawaban tidak

setuju dan sebanyak 11,4% responden menyatakan tidak setuju.

Sehingga total responden yang menyatakan tidak setuju terhadap

pertanyaan tersebut sebanyak 17,1%. Hal ini berarti sebagaian

responden masih merasa aman dari ancaman terkena infeksi HIV

meskipun mereka memiliki risiko pekerjaan sebagai perawat. Responden

juga belum menyadari arti pentingnya tes HIV AIDS sebagai langkah

deteksi dini bagi mereka yang berisiko HIV AIDS.


Sebanyak 12,4% responden menyatakan netral/ragu-ragu dan

diartikan peneliti sebagai jawaban tidak setuju dan sebanyak 2,9%

responden menyatakan tidak setuju terhadap pertanyaan “Konselor

memberikan informasi tentang masa jendela (window period) dan

menyarankan tes ulang setelah masa jendela selesai”. Sehingga total

jawaban tidak setuju untuk pertanyaan tersebut sebanyak 15,2%. Hal ini
78

berarti bahwa responden belum memperoleh informasi secara lengkap

tentang informasi dan prosedur tentang masa jendela (window period).

4. Persepsi Responden terhadap Sikap dan Perilaku Teman tentang tes HIV

AIDS
Sebanyak 92,38% responden mempunyai persepsi yang baik

terhadap sikap dan perilaku teman tentang tes HIV AIDS, dan sisanya

7,62% mempunyai persepsi yang kurang baik. Pengkategorian kurang

baik dan baik didasarkan karena data berdistribusi normal. Penilaian

persepsi responden terhadap sikap dan perilaku teman tentang tes HIV

AIDS digali dari 6 pertanyaan, dengan pilihan jawaban sangat setuju,

setuju, netral/ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Untuk

pertanyaan favourable, jika responden menjawab netral/ragu-ragu, maka

oleh peneliti diartikan sebagai jawaban tidak setuju, dan untuk pertanyaan

unfavourable, maka jawaban netral/ragu-ragu dari responden diartikan

peneliti sebagai jawaban setuju.

Tabel 4.21 Distribusi frekuensi responden berdasarkan persepsi terhadap


sikap dan perilaku teman tentang tes HIV AIDS
Persepsi terhadap Sikap dan Perilaku Teman Jumlah %
tentang tes HIV AIDS
Persepsi kurang baik (<23) 8 7,62
Persepsi baik (≥23) 97 92,38
Jumlah 105 100

Secara rinci, jawaban terhadap item pertanyaaan tentang persepsi

responden terhadap sikap dan perilaku teman tentang tes HIV AIDS

dapat dilihat pada tabel 4.22.


Tabel 4.22 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang persepsi
responden terhadap sikap dan perilaku teman tentang tes
HIV AIDS
No Pernyataan Persepsi terhadap
sikap dan perilaku
teman tentang tes HIV
AIDS
Kurang baik Baik
1 Menurut saya dengan tes HIV AIDS,
teman saya memperoleh informasi 10 95
79

tentang pencegahan penularan HIV (9,5%) (80,5%)


AIDS dalam pekerjaan sebagai
perawat
2 Menurut saya, teman saya setuju
jika tes HIV AIDS dilakukan secara 6 99
sukarela (5,7%) (94,3%)
3 Menurut saya, teman saya merasa
yakin akan tertular HIV AIDS bila 86 19
tidak melakukan tes HIV AIDS (81,9%) (18,1%)
secara rutin atau ketika terjadi
kecelakaan kerja
4 Menurut saya, dengan melakukan
tes HIV AIDS membuat perasaan 18 87
teman saya lebih nyaman dalam (17,1%) (82,9%)
bekerja
5 Menurut saya, meskipun telah
melakukan tes HIV AIDS, teman
saya merasa tidak akan mampu 25 80
merubah perilakunya untuk bekerja (23,8%) (76,2%)
secara aman dengan melaksaan
universal percation
6 Menurut saya, teman saya tidak
peduli tentang ada/tidaknya 10 95
informasi tentang tes HIV AIDS (9,5%) (90,5%)

Sebanyak 81,9% responden menyatakan tidak setuju dan

menyatakan netral/ragu-ragu yang selanjutnya diartikan peneliti sebagai

jawaban tidak setuju terhadap pertanyaan “Menurut saya, teman saya

merasa yakin akan tertular HIV AIDS bila tidak melakukan tes HIV AIDS

secara rutin atau ketika terjadi kecelakaan kerja”, sehingga hampir

keseluruhan responden menyatakan tidak setuju terhadap pertanyaan

tersebut. Hal ini berarti responden berpendapat bahwa temannya sesama

perawat merasa tidak khawatir akan terinfeksi HIV AIDS dan belum

mengetaui tentang manfaat yang diperoleh jika melakukan tes HIV AIDS.
Pertanyaan “Menurut saya, meskipun telah melakukan tes HIV

AIDS, teman saya merasa tidak akan mampu merubah perilakunya untuk

bekerja secara aman dengan melaksaan universal percation”, sebanyak

8,6% responden menyatakan netral/ragu-ragu yang selanjutnya diartikan

peneliti sebagai jawaban setuju dan 13,3% sebanyak responden


80

menyatakan setuju, sehingga total sebanyak 23,8% responden

menyatakan setuju terhadap pertanyaan tersebut. Hal ini menunjukkan

bahwa responden belum memahami pentingnya pemanfaatan tes HIV

AIDS dan melaksanakan universal percation secara tepat sebagai upaya

pencegahan tertular infeksi HIV AIDS.


Masing-masing 17,1% sebanyak responden menyatakan tidak

setuju terhadap pertanyaan “Menurut saya, dengan melakukan tes HIV

AIDS membuat perasaan teman saya lebih nyaman dalam bekerja”.

Sebanyak responden tersebut terbagi dalam 10,5% responden

menyatakan netral/ragu-ragu yang selanjutnya diartikan peneliti sebagai

jawaban tidak setuju dan 6,7% responden menyatakan tidak setuju

terhadap pertanyaan tersebut. Hal ini menunjukkan responden

berpendapat bahwa teman sesama perawat tidak menganggap penting

tes HIV AIDS sehubungan dengan risiko pekerjaan sebagai perawat.

5. Dorongan Responden Untuk Patuh kepada Teman yang Telah Melakukan

tes HIV AIDS


Dorongan atau keinginan responden untuk patuh kepada teman

yang telah melakukan tes HIV AIDS digali dari 6 pertanyaan, dengan

pilahan jawaban ya dan tidak. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa

data yang terkumpul tidak berdistribusi normal, sehingga digunakan nilai

median, dengan kategori dorongan rendah untuk patuh kepada teman

yang telah melakukan tes HIV AIDS dan dorongan tinggi untuk patuh

kepada teman yang telah melakukan tes HIV AIDS.


Tabel 4.23 Distribusi frekuensi responden berdasarkan dorongan untuk
patuh kepada teman yang telah melakukan tes HIV AIDS
Dorongan Untuk Patuh Kepada Teman Jumlah %
Dorongan rendah (<10) 23 21,9
Dorongan tinggi (≥10) 82 78,1
Jumlah 105 100
81

Berdasarkan tabel di atas, 78,1% responden mempunyai

dorongan yang tinggi untuk patuh kepada teman yang telah melakukan

tes HIV AIDS, sedangkan sisanya 21,9% responden mempunyai

dorongan yang rendah. Secara rinci, jawaban terhadap item pertanyaan

tentang dorongan untuk patuh kepada teman yang telah melakukan tes

HIV AIDS terdapat pada tabel 4.24.


Tabel 4.24 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang dorongan
untuk patuh kepada teman yang telah melakukan tes HIV
AIDS
No Pernyataan Dorongan untuk Patuh
kepada Teman yang telah
melakukan tes HIV AIDS
Rendah Tinggi
1 Saya akan mengikuti teman saya
ketia ia mencari informasi 14 91
tentang tes HIV AIDS (13,3%) (86,7%)
2 Saya akan mengikuti teman saya
yang berpendapat bahwa 5 100
berkunjung ke klinik tes HIV AIDS (4,8%) (95,2%)
sama saja menunjukkan aib diri
sendiri kepada orang lain
No Pernyataan Dorongan untuk Patuh
kepada Teman yang telah
melakukan tes HIV AIDS
Rendah Tinggi
3 Saya akan mengikuti teman saya
yang berpendapat bahwa klinik 3 102
tes HIV AIDS diperuntukan bgi (2,9%) (97,1%)
orang orang oenuh dosa
4 Saya akan mengikuti teman saya
meskipun ia tidak mendukung 58 47
saya untuk melakukan tes HIV (55,2%) (44,8%)
AIDS
5 Saya akan mengikuti teman saya
jika ia sudah pernah melakukan 34 71
tes HIV AIDS (32,4%) (67,6%)
6 Saya akan mengikuti teman saya
yang berpendapat bahwa 55 50
dengan melakukan tes HIV AIDS (52,4%) (47,6%)
dapat mencegah tertular HIV
AIDS

Dorongan responden yang rendah untuk patuh kepada teman

yang telah melakukan tes HIV AIDS terlihat dari 55,2% responden

menyatakan tidak setuju terhadap pertanyaan “Saya akan mengikuti


82

teman saya meskipun ia tidak mendukung saya untuk melakukan tes HIV

AIDS” dan sebanyak 52,4% responden juga menyatakan tidak setuju

terhadap pertanyaan “Saya akan mengikuti teman saya yang

berpendapat bahwa dengan melakukan tes HIV AIDS dapat mencegah

tertular HIV AIDS”. Hal ini berarti bahwa responden tidak mudah untuk

mengikuti apa yang diyakini dan dilakukan oleh temannya, meskipun apa

yang diyakini dan dilakukan oleh teman sesama perawat merupakan hal

yang benar.

6. Niat Responden Untuk Melakukan Tes HIV AIDS


Niat untuk melakukan tes HIV AIDS digali dari 5 item pertanyaan,

dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Sebanyak 56,2% responden

menyatakan niatnya untuk melakukan tes HIV AIDS sedangkan sisanya

43,8% responden menyatakan tidak berniat.


Tabel 4.25 Distribusi frekuensi responden berdasarkan niat untuk
melakukan tes HIV AIDS
Niat melakukan tes HIV AIDS Jumlah %
Ya (<8) 59 56,2
Tidak (≥8) 46 43,8
Jumlah 105 100

Berdasarkan responden yang diwawancarai, 59 responden

mengaku berniat melakukan tes HIV AIDS dan 46 responden mengaku

tidak berniat melakukan tes HIV AIDS. Secara rinci, jawaban terhadap

item pertanyaan tentang niatnya untuk melakukan tes HIV AIDS terdapat

pada Tabel 4.26.


Tabel 4.26 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang niatnya untuk
melakukan tes HIV AIDS
No Pernyataan Niat melakukan tes HIV AIDS
Ya Tidak
1 Saya berniat akan melakukan 63 42
tes HIV AIDS (60%) (40%)
2 Saya sudah mengumpulkan 61 44
informasi tentang tes HIV AIDS (58,1%) (41,9%)
3 Saya sudah menentukan
rencana lokasi tempat tes untuk 59 46
melakukan tes HIV AIDS (56,2%) (43,8%)
4 Saya berniat akan melakukan
83

tes HIV AIDS ditemani orang 54 51


yang saya percaya (51,4%) (48,6%)
5 Saya akan melakukan tes HIV
AIDS dan sudah direncanakan 54 51
waktunya (dalam 1 bulan ini) (51,4%) (48,6%)

Niat melakukan tes HIV AIDS dapat diketahui dari 63 responden

(60%) yang menjawab ya pada pertanyaan “Saya berniat akan

melakukan tes HIV AIDS”, sebanyak 58,1% responden menjawab ya

pada pertanyaan “Saya sudah mengumpulkan informasi tentang tes HIV

AIDS” dan 59 responden (56,2%) menjawab iya pada pertanyaan “Saya

sudah menentukan rencana lokasi tempat tes untuk melakukan tes HIV

AIDS”. Responden yang menyatakan tidak berniat untuk melakukan tes

HIV AIDS dapat dilihat dari 51 responden (48,6%) menjawab tidak untuk

pertanyaan “Saya berniat akan melakukan tes HIV AIDS ditemani orang

yang saya percaya” dan “Saya akan melakukan tes HIV AIDS dan sudah

direncanakan waktunya (dalam 1 bulan ini)”. Hal ini berarti setengah lebih

dari jumlah responden menyatakan berniat melakukan tes sampai pada

tahapan mengumpulkan informasi tentang tes HIV AIDS dan telah

merencanakan tempat untuk melakukan tes HIV AIDS

C. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hubungan antara variabel

bebas dan variabel terikat pada tingkat bivariat. Dalam penelitian ini

digunakan uji chi-square untuk mengetahui apakah antara variabel bebas

dan terikat terdapat hubungan yang signifikan secara statistik atau hanya

merupakan kebetulan semata. Nilai kritis < 0,05 digunakan untuk menolak

asumsi bahwa tidak ada hubungan antara variabel bebas dan variabel

terikat pada populasi yang diteliti.


84

1. Hubungan antara keyakinan perawat terhadap kemungkinan tertular

HIV AIDS dan pengalaman tentang tes HIV AIDS dengan sikap

terhadap tes HIV AIDS


Analisa hubungan antara keyakinan perawat terhadap

kemungkinan tertular HIV AIDS dan pengalaman tentang tes HIV

AIDS dengan sikap terhadap tes HIV AIDS disajikan pada Tabel 4.27

sebagai berikut :

Tabel 4.27 Tabulasi silang antara keyakinan terhadap HIV AIDS dan
pengalaman tes HIV AIDS dengan sikap terhadap tes HIV
AIDS
Variabel Sikap Sikap Total Nilai p
responden responden
kurang baik baik terhadap
terhadap tes tes HIV AIDS
HIV AIDS
N % N % N %
Keyakinan buruk 17 32,1 36 67,9 53 100 0,002
Keyakinan baik 4 7,7 48 92,3 52 100

Sebanyak 32,1%% responden yang mempunyai keyakinan buruk

terhadap kemungkinan tertular HIV AIDS dan pengalaman tes HIV

AIDS dan mempunyai sikap kurang baik terhadap tes HIV AIDS, dan

7,7% responden yang mempunyai keyakinan baik terhadap

kemungkinan tertular HIV AIDS dan pengalaman tes HIV AIDS,

bersikap kurang baik terhadap tes HIV AIDS. Sikap responden yang

baik terhadap tes HIV AIDS sebesar 67,9% mempunyai keyakinan

yang buruk terhadap kemungkinan tertular HIV AIDS dan pengalaman

tentang tes HIV AIDS dan hanya 92,3% yang memiliki keyakinan pada

tingkat baik terhadap kemungkinan tertular HIV AIDS dan pengalaman

tentang tes HIV AIDS.


Hasil uji Chi Square diperoleh hasil sebagai berikut, nilai X2

hitung = 9,753, dengan df = 1 dan tingkat kepercayaan 95%, nilai  =


85

0,002 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, yang artinya

ada hubungan yang signifikan antara keyakinan terhadap

kemungkinan tertular HIV AIDS dan pengalaman tentang tes HIV

AIDS.

2. Hubungan antara keyakinan terhadap kemungkinan tertular HIV AIDS

dan pengalaman tentang tes HIV AIDS dengan niat melakukan tes

HIV AIDS
Hasil tabulasi silang antara keyakinan terhadap kemungkinan

tertular HIV AIDS dan pengaaman tentang HIV AIDS dengan niat

melakukan tes HIV AIDS dapat dilihat pada Tabel 4.28 berikut :
Tabel 4.28 Tabulasi silang antara keyakinan responden terhadap
kemungkinan tertular HIV AIDS dan pengalaman tetang
tes HIV AIDS dengan niat melakukan tes HIV AIDS
Variabel Tidak berniat Berniat tes Total Nilai
tes HIV AIDS HIV AIDS p
N % N % N %
Keyakinan buruk 22 41,5 31 58,5 53 100 0,016
Keyakinan baik 24 46,2 28 53,8 52 100

Berdasarkan tabel di atas, sebanyak responden 46,2%

responden memiliki keyakinan baik terhadap kemungkinan tertular

HIV AIDS dan pengalaman tes HIV AIDS, ternyata tidak berniat untuk

melakukan tes HIV AIDS, sebanyak 41,5% responden yang memiliki

keyakinan pada tingkat buruk terhadap kemungkinan tertular HIV

AIDS dan pengalaman tes HIV AIDS, ternyata tidak berniat

melakukan tes HIV AIDS. Responden yang berniat melakukan tes

HIV AIDS sebesar 58,5% dengan keyakinan buruk dan 53,8%

dengan keyakinan baik.


Hasil uji Chi Square, nilai X2hitung = 0,230, dengn df = 1 tingkat

kepercayanan 95%, nilai  = 0,632 sehingga dapat disimpulkan

bahwa Ha ditolak, yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan

antara keyakinan responden terhadap kemungkinan tertular HIV


86

AIDS dan pengalaman tes HIV AIDS dengan niat melakukan tes HIV

AIDS.

3. Hubungan antara sikap responden terhadap tes HIV AIDS dengan

niat melakukan tes HIV AIDS


Hasil tabulasi silang antara sikap responden terhadap tes HIV

AIDS dengan niat melakukan tes HIV AIDS dapat dilihat pada tabel

4.29 berikut :
Tabel 4.29 Tabulasi silang antara sikap responden terhadap tes HIV
AIDS dengan niat melakukan tes HIV AIDS
Variabel Tidak berniat Berniat tes Total Nilai
tes HIV AIDS HIV AIDS p
N % N % N %
Sikap responden 10 47,6 11 52,4 21 100 0,694
terhadap tes HIV
AIDS kurang baik
Sikap responden 36 42,9 48 57,1 84 100
terhadap tes HIV
AIDS baik

Berdasarkan tabel di atas, sebanyak responden 47,6%

responden memiliki sikap yang kurang baik terhadap tes HIV AIDS,

ternyata tidak berniat untuk melakukan tes HIV AIDS, sebanyak

42,9% responden yang memiliki sikap baik terhadap tes HIV AIDS,

ternyata tidak berniat melakukan tes HIV AIDS. Responden yang

memiliki sikap baik sebesar 57,1% berniat melakukan tes HIV AIDS

dan 52,4% responden yang memiliki sikap yang kurang baik memiliki

niat melakukan tes HIV AIDS.


Hasil ui Chi Square, nilai X2hitung = 1,55 dengn df = 1 tingkat

kepercayanan 95%, nilai  = 0,694 sehingga dapat disimpulkan

bahwa Ha ditolak, yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan

antara sikap responden terhadap tes HIV AIDS dengan niat

melakukan tes HIV AIDS.

4. Hubungan antara persepsi responden terhadap sikap dan perilaku

teman tentang tes HIV AIDS dengan niat melakukan tes HIV AIDS
87

Hasil tabulasi silang antara persepsi responden terhadap sikap

dan perilaku teman tentang tes HIV AIDS dengan niat melakukan tes

HIV AIDS dapat dilihat pada Tabel 4.30 berikut :


Tabel 4.30 Tabulasi silang antara persepsi responden terhadap sikap
dan perilaku teman tentang tes HIV AIDS dengan niat
melakukan tes HIV AIDS
Variabel Tidak berniat Berniat tes Total Nilai
tes HIV AIDS HIV AIDS p
N % N % N %
Persepsi responden 4 50 4 50 8 100 0,713
kurang baik
terhadap sikap dan
perilaku teman
Persepsi responden 42 43,3 55 56,7 97 100
baik terhadap sikap
dan perilaku teman

Dari tabel di atas, sebanyak responden 50% responden memiliki

persepsi yang kurang baik terhadap sikap dan perilaku teman tentang

tes HIV AIDS, ternyata tidak berniat untuk melakukan tes HIV AIDS

dan 43,3% responden yang memiliki persepsi yang baik terhadap

sikap dan perilaku teman tentang tes HIV AIDS, ternyata tidak berniat

melakukan tes HIV AIDS. 56,7% responden yang memiliki persepsi

baik terhadap sikap dan perilaku teman tentang tes HIV AIDS,

ternyata berniat melakukan tes HIV AIDS dan 50% responden yang

mempunyai persepsi kurang baik terhadap sikap dan perilaku teman

tentang tes HIV AIDS, berniat melakukan tes HIV AIDS.


Berdasarkan hasil ui Chi Square diperoleh, nilai X2hitung = 0,135

dengn df = 1 tingkat kepercayanan 95%, nilai  = 0,713 sehingga

dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak, yang artinya tidak ada

hubungan yang signifikan antara persepsi responden terhadap sikap

dan perilaku teman tentang tes HIV AIDS dengan niat melakukan tes

HIV AIDS.
88

5. Hubungan antara dorongan responden untuk patuh kepada teman

tentang yang telah melakukan tes HIV AIDS dengan niat melakukan

tes HIV AIDS


Hasil tabulasi silang antara dorongan responden untuk patuh

kepada teman tentang yang telah melakukan tes HIV AIDS dengan

niat melakukan tes HIV AIDS dapat dilihat pada Tabel 4.31 berikut :
Tabel 4.31 Tabulasi silang antara dorongan responden untuk patuh
kepada teman tentang yang telah melakukan tes HIV
AIDS dengan niat melakukan tes HIV AIDS

Variabel Tidak berniat Berniat tes Total Nilai


tes HIV AIDS HIV AIDS p
N % N % N %
Dorongan rendah 13 56,5 10 43,5 23 100 0,164
Dorongan tinggi 33 40,2 49 59,8 82 100

Dari tabel di atas, sebanyak responden 56,5% responden

memiliki dorongan rendah untuk patuh kepada teman tentang yang

telah melakukan tes HIV AIDS, ternyata tidak memiliki niat untuk

melakukan tes HIV AIDS. Sebanyak 40% responden yang memiliki

dorongan tinggi untuk patuh kepada teman tentang yang telah

melakukan tes HIV AIDS, ternyata tidak memiliki niat untuk

melakukan tes HIV AIDS. Responden yang mempunyai dorongan

tinggi (59,8%) untuk patuh kepada teman yang telah melakukan tes

HIV AIDS, ternyata berniat melakukan tes HIV AIDS dan 43,5%

responden yang mempunyai dorongan rendah, ternyata berniat

melakukan tes HIV AIDS.


Berdasarkan hasil ui Chi Square diperoleh, nilai X2hitung = 1,933

dengn df = 1 tingkat kepercayanan 95%, nilai  = 0,164 sehingga

dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak, yang artinya tidak ada

hubungan yang signifikan antara motivasi responden untuk patuh

kepada teman tentang yang telah melakukan tes HIV AIDS dengan

niat melakukan tes HIV AIDS.


89

D. Rangkuman Hasil Analisis Bivariat


Berdasarkan analisis statistik dengan uji Chi-Square dapat diketahui

bahwa ada 2 variabel yang berhubungan yaitu keyakinan responden

dengan sikap responden dan keyakinan responden dengan niat

melakukan tes HIV AIDS. Sedangkan variabel lainnya yang tidak

berhubungan dengan niat melakukan tes HIV AIDS adalah sikap

responden, persepsi responden dan motivasi responden.


Tabel 4.32 Rekapitulasi Hasil Uji Chi-Square
Variabel
No Variabel Dependent Nilai  Keterangan
Independent
Keyakinan
1. Sikap Responden 0,002 Signifikan
Responden
Keyakinan Tidak
2. 0,632
Responden Signifikan
Sikap Tidak
3. 0,694
Responden Signifikan
Niat tes HIV AIDS
Persepsi Tidak
4. 0,713
Responden Signifikan
Motivasi Tidak
5. 0,164
Responden Signifikan

E. Analisis Multivariat
Analisis multivariat dilakukan dengan menggunakan analisis regresi

logistik untuk menentukan variabel yang paling dominan dalam pola

hubungan antar variabel penelitian. Analisis regresi logistik merupakan

salah satu pendekatan model matematis yang digunakan untuk

menganalisis hubungan beberapa variabel bebas dengan sebuah variabel

yang terikat yang besifat dikotomi atau biner. Untuk itu, analisis ini tepat

untuk diterapkan dalam penelitian ini mengingat variabel terikat pada

penelitian ini bersifat dikotomi, yaitu respons positif dan respons negatif.
Analisis Multivariat dilakukan secara bersama-sama semua variabel

baik yang secara statistik berhubungan maupun yang tidak berhubungan

dengan niat tes HIV AIDS. Analisis Multivariat ini menggunakan uji regresi

logistik dengan metode Backward LR dengan tingkat kepercayaan 95%

dengan syarat nilai  < 0,25.


90

Adapun variabel-variabel yang akan dianalisis adalah sebagai berikut:

Tabel 4.33 Variabel yang Dilakukan Uji Multivariat


Variabel
No Variabel Independent Nilai  Keterangan
Dependent
Keyakinan responden terhadap
Sikap
1. kemungkinan tertulat HIV AIDS 0,002 Signifikan
Responden
dan pengalaman tes HIV AIDS
Dorongan responden untuk
Niat tes HIV Tidak
2. patuh kepada teman yang telah 0,164
AIDS Signifikan
melakukan tes HIV AIDS

Dari hasil analisis menunjukkan dari semua variabel yang di uji

secara multivariat regresi logistik didapatkan tidak ada satu variabel pada

tabel 4.29 yang secara statistik paling berpengaruh pada niat melakukan

tes HIV AIDS pada level kepercayaan 95 % (nilai p < 0,05) secara rinci

dapat dilihat pada tabel 4.34.

Tabel 4.34 Hasil Analisis Regresi Logistik


95.0% C.I.for
Exp(B Exp (B)
No Variabel B S.E Wald df Sig.
) Lower Upper

1 Keyakinan .301 .427 .497 1 .481 1.351 .586 3.117


kemungkinan
tertular HIV
AIDS dan
pengalaman tes
2 Dorongan untuk -.631 .446 2.00 1 .157 .532 .222 1.276
patuh kepada 0
teman yang
melakukan tes
HIV AIDS
Constant -.387 2.513 .024 1 .878 .679
91

Berdasarkan Tabel 4.34 diperoleh hasil p value > 0,05 sebagai

variabel perancu atau counfounding yang artinya menjadi variabel yang

mempengaruhi hubungan variabel terikat dan bebas.. Variabel keyakinan

kemungkinan tertular HIV AIDS dan pengalaman tentang tes dengan p

value = 0,481 dan variabel dorongan untuk patuh kepada teman yang

melakukan tes HIV AIDS dengan p value = 0,157. Sehingga diperoleh

kesimpulan bahwa nilai odds ratio pada kedua variabel tersebut tidak

bermakna.

Anda mungkin juga menyukai