Content Rencana Strategis Setjen Tahun 2020 2024

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 152

RENCANA STRATEGIS

SEKRETARIAT JENDERAL
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
2020 - 2024

#EnergiBerkeadilan

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 a


#EnergiBerkeadilan

b DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


RENCANA STRATEGIS
SEKRETARIAT JENDERAL
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
2020 - 2024

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 i


ii DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024
DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 iii
iv DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024
DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 v
vi DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024
KATA SAMBUTAN

P
uji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena
atas petunjuk dan ridha-Nya kita telah menyelesaikan
penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat
Jenderal (Setjen) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(KESDM) Tahun 2020-2024.

Renstra Setjen disusun dengan mengacu kepada Renstra


KESDM Tahun 2020-2024, yang telah ditetapkan melalui
Peraturan Menteri ESDM Nomor 16 Tahun 2020 tentang
Rencana Strategis KESDM Tahun 2020-2024 pada tanggal 20
September 2020.

Renstra Setjen KESDM Tahun 2020-2024 memuat Kondisi


Umum, Permasalahan, Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis, Arah
Kebijakan dan Strategi, Regulasi dan Kerangka Pendanaan
serta Program, Kegiatan, Indikator Kinerja dan Target yang
mendukung tugas Setjen KESDM dalam menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan
pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan KESDM. Serta mendukung
penyelenggaraan fungsi yaitu koordinasi kegiatan KESDM; koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan
anggaran KESDM; pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan, kepegawaian,
keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat, arsip, dan dokumentasi KESDM; pembinaan
dan penataan organisasi dan tata laksana; koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan serta
pelaksanaan advokasi hukum; dan pengelolaan barang milik negara dan layanan pengadaan barang/jasa
Pemerintah serta pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Renstra Setjen ini akan digunakan sebagai acuan dalam penjabaran ke dalam rencana kegiatan unit kerja di
lingkungan Setjen KESDM dalam kurun waktu 5 tahun ke depan, yang diharapkan dapat dilaksanakan secara
efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, sehingga semua sasaran dan target dapat tercapai melalui peningkatan
kinerja yang optimal.

Jakarta, Oktober 2020


Sekretaris Jenderal KESDM

Ego Syahrial

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 vii


viii DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024
DAFTAR ISI
TABEL DAN GAMBAR

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 ix


Daftar Isi

KATA SAMBUTAN vii

DAFTAR ISI x

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR TABEL xiii

BAB I PENDAHULUAN 1
I.1. Kondisi Umum 2
A. Sasaran Strategis 1: Meningkatnya Kualitas Pengelolaan SDM Aparatur dalam
Rangka Peningkatan Kompetensi SDM 4
B. Sasaran Strategis 2: Meningkatnya Kualitas Penataan Organisasi, Tata Laksana,
dan Manajemen Perubahan 12
C. Sasaran Strategis 3: Meningkatnya Kualitas Perencanaan Sektor ESDM yang
Efektif dan Efisien 18
D. Sasaran Strategis 4: Terwujudnya Pelayanan Administrasi Pengelolaan dan
Informasi Keuangan yang Cepat, Tepat, Transparan Serta Akuntabel di
Lingkungan KESDM 19
E. Sasaran Strategis 5: Terwujudnya Kepastian Hukum Sektor ESDM Dalam Rangka
Mendorong Peningkatan Investasi KESDM. 20
F. Sasaran Strategis 6: Meningkatnya Sarana dan Prasarana Aparatur yang Efektif
dan Efisien 22
G. Sasaran Strategis 7: Meningkatnya Kualitas Data dan Teknologi Informasi Sektor
ESDM yang Lengkap Akurat dan Tepat Waktu 29
H. Sasaran Strategis 8: Terwujudnya Kegiatan Pengelolaan BMN yang Akurat dan
Akuntabel 30
I. Sasaran Strategis 9: Meningkatnya Pelayanan Komunikasi Publik Sektor ESDM 31
I.2. Permasalahan 47

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS 51


II.1. Visi KESDM 52
II.2. Misi KESDM 54
II.3. Tujuan KESDM 58
II.4. Sasaran Strategis KESDM 58
II.5. Sasaran Strategis Setjen KESDM 59

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, REGULASI, DAN KERANGKA KELEMBAGAAN 61


III.1. Arah Kebijakan dan Strategi Setjen KESDM 62
A. Terwujudnya Birokrasi yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi pada Layanan
Prima 62
B. Pengawasan, Pengendalian, Monitoring dan Evaluasi sektor ESDM yang Efektif 63

x DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


C. Meningkatnya Kemandirian dan Ketahanan Energi Nasional 66
D. Optimalisasi Kontribusi Sektor ESDM yang Bertanggung Jawab dan Berkelanjutan 72
E. Layanan Sektor ESDM yang Optimal 76
F. Perumusan Kebijakan Sektor ESDM yang Berkualitas 78
G. Terwujudnya Kepastian Hukum Sektor ESDM 81
H. Ketersediaan Informasi dan Layanan Dukungan Administrasi yang Handal
dan Transparan 83
I. Terwujudnya Pengelolaan Aset dan Objek Vital Nasional (Obvitnas) Sektor
ESDM yang Optimal 87
J. Organisasi yang Fit dan SDM yang Unggul 88
K. Optimalisasi Teknologi Informasi yang Terintegrasi 95
L. Pengelolaan Sistem Anggaran yang Optimal 97
III.2. Kerangka Regulasi 97
III.3. Kerangka Kelembagaan 98
A. Tugas dan Fungsi Setjen KESDM 98
B. Struktur Organisasi Setjen KESDM 98
C. Arah Kebijakan Kelembagaan KESDM 101
D. Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur 102

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 105


IV.1. Target Kinerja 106
IV.2. Kerangka Pendanaan 108

BAB V PENUTUP 109


MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN SETJEN KESDM TAHUN 2020-2024 114
MATRIKS KERANGKA REGULASI SETJEN KESDM TAHUN 2020-2024 132

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 xi


Daftar Gambar

Gambar 1. Tema RPJMN Dalam RPJPN 2005-2025 2


Gambar 2. KESDM Menerima Penghargaan Prestasi Tertinggi Kementerian Kabinet Kerja
Tahun 2014 – 2019 4
Gambar 3. Pengarahan Sekjen KESDM kepada Pegawai di Lingkungan Setjen KESDM Dalam
Rangka RB 18
Gambar 4. Siklus Pengelolaan PNBP 19
Gambar 5. Piagam Penghargaan Subroto untuk Gedung Chairul Saleh 28
Gambar 6. Piagam Penghargaan Subroto untuk Gedung Heritage 28
Gambar 7. Aplikasi Geoportal ESDM 29
Gambar 8. Pemberitaan Positif, Negatif, Netral pada Media Online dan Media Cetak 32
Gambar 9. Penandatanganan MoU antara Indonesia dengan Inggris di Bidang Kerja Sama
Pengembangan Energi Rendah Karbon 36
Gambar 10. Visi-Misi dan Arahan Presiden 52
Gambar 11. Seminar Anti Korupsi 65
Gambar 12. Bagan Alur Service Oriented Architecture (SOA) KESDM 73
Gambar 13. Bagan Alur Usulan Penyaluran PNBP di Lingkungan KESDM 74
Gambar 14. Struktur Organisasi Setjen KESDM Tahun 2019 99

xii DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


Daftar Tabel

Tabel 1. Capaian Indikator Kinerja Setjen KESDM Tahun 2015 – 2019 3


Tabel 2. Jumlah Pegawai yang Telah Dikembangkan Kompetensinya Tahun 2017 – 2019 7
Tabel 3. Rekap Peserta Assessment Tahun 2016 – 2019 7
Tabel 4. Rekap Hukuman Disiplin PNS Tahun 2015 – 2019 10
Tabel 5. Rekap Penerima Tanda Kehormatan Tahun 2015–2019 11
Tabel 6. Indeks Reformasi Birokrasi KESDM Tahun 2015 - 2019 12
Tabel 7. Komponen dan Sub-Komponen Penilaian 14
Tabel 8. Kategori Penentuan Tingkat Pelaksanaan Reformasi Birokrasi 16
Tabel 9. Bangunan Milik Setjen KESDM 23
Tabel 10. Inventaris Sarana dan Prasarana Setjen KESDM 25
Tabel 11. Perbandingan Standar BMN Berupa Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas
Operasional Jabatan di Dalam Negeri Sesuai PMK Nomor 76/ PMK.06/2015
dengan Kondisi Existing 27
Tabel 12. Perbandingan Standar BMN Berupa Barang dan Standar Kebutuhan Barang Milik
Negara Berupa Tanah dan/Bangunan Sesuai PMK Nomor 7/PMK.06/2016
dengan Kondisi Existing 27
Tabel 13. Nilai BMN Tahun 2019 30
Tabel 14. Isu Utama yang Disorot oleh Media 33
Tabel 15. Perjanjian Kerja Sama 36
Tabel 16. Kunjungan Kerja Menteri ESDM 37
Tabel 17. Forum Kerja Sama Multilateral 38
Tabel 18. Proyeksi Kebutuhan SDM Aparatur Setjen KESDM Tahun 2020-2024 103
Tabel 19. Sasaran Strategis, Indikator dan Target Kinerja Setjen KESDM Tahun 2020-2024 106
Tabel 20. Rencana Kebutuhan Pendanaan Setjen KESDM 108

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 xiii


xiv DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024
01

PENDAHULUAN

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 1


01 Pendahuluan
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025, terdapat 4 tahap pelaksanaan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 5 tahunan. Masing-masing periode RPJMN tersebut memiliki tema atau
skala prioritas yang berbeda-beda. Tema RPJMN tahun 2020-2024 atau RPJMN ke-4, adalah “Mewujudkan
Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan
struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah didukung oleh
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing”. Dalam rangka mewujudkan tema tersebut,
telah ditetapkan RPJMN tahun 2020-2024 melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 18 Tahun 2020
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024 pada tanggal 20 Januari
2020 yang menjadi landasan bagi setiap Kementerian/Lembaga (K/L) untuk menyusun Rencana Strategis
(Renstra).

RPJMN 2020 - 2024


RPJMN Mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur melalui percepatan

4 pembangunan di berbagai bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh


berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah didukung oleh SDM
berkualitas dan berdaya saing.

RPJMN RPJMN 2015 - 2019

3
Memantapkan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan
daya saing perekonomian yang kompetitif yang berlandaskan keunggulan
SDA dan SDM yang berkualitas serta berkemampuan iptek.

RPJMN RPJMN 2010 - 2014

2
Memantapkan penataan Indonesia di segala bidang dengan menekankan
pada upaya peningkatan kualitas SDM termasuk pengembangan
kemampuan iptek serta penguatan daya saing perekonomian

RPJMN RPJMN 2005 - 2009

1
Menata dan membangun Indonesia di segala bidang untuk
menciptakan Indonesia yang aman dan damai, adil dan
demokratis, dan tingkat kesejahteraan rakyatnya meningkat.

Gambar I - 1 Tema RPJMN Dalam RPJPN 2005-2025

KESDM telah menetapkan Renstra KESDM Tahun 2020-2024 melalui Peraturan Menteri (Permen) ESDM
Nomor 16 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun
2020-2024.

I.1. Kondisi Umum


Dalam periode tahun 2015-2019, Setjen mempunyai 9 sasaran strategis yang terdiri dari 11 indikator
kinerja dengan capaian dari indikator tersebut sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini.

2 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


Tabel 1. Capaian Indikator Kinerja Setjen KESDM Tahun 2015 – 2019

NO INDIKATOR KINERJA SATUAN 2015 2016 2017 2018 2019

Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya Kualitas Pengelolaan SDM Aparatur dalam Rangka


Peningkatan Kompetensi SDM
1 Persentase manajemen % - - - - 103
SDM berbasis kinerja di
lingkungan KESDM
Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya Kualitas Penataan Organisasi, Tata Laksana, dan
Manajemen Perubahan
2 Hasil (nilai) Reformasi Predikat BB BB BB BB BB
Birokrasi
Sasaran Strategis 3 : Meningkatnya Kualitas Perencanaan Sektor ESDM yang Efektif dan
Efisien
3 Hasil (nilai) evaluasi Predikat - B BB BB BB
Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah KESDM
Sasaran Strategis 4 : Terwujudnya Pelayanan Administrasi Pengelolaan dan Informasi
Keuangan yang Cepat, Tepat, Transparan Serta Akuntabel di Lingkungan KESDM
4 Persentase realisasi PNBP % 59,49 96,09 126,30 195,07 115,16
terhadap target yang
ditetapkan pada tahun
berjalan
5 Opini BPK atas Laporan Predikat WDP WTP WTP WTP WTP
Keuangan KESDM

Sasaran Strategis 5 : Terwujudnya Kepastian Hukum Sektor ESDM Dalam Rangka Mendorong
Peningkatan Investasi KESDM
6 Jumlah rancangan peraturan Peraturan 59 51 65 56 48
perundang-undangan
sektor ESDM yang
menunjang prioritas
nasional
7 Jumlah permasalahan Buah 17 24 24 24 10
hukum KESDM di dalam dan
di luar Lembaga Peradilan
yang bersifat prioritas
nasional yang diselesaikan
atau dalam proses
penyelesaian
Sasaran Strategis 6 : Meningkatnya Sarana dan Prasarana Aparatur yang Efektif dan Efisien

8 Indeks Kepuasan % 84 92,3 92,85 92,85 80


Stakeholders Layanan
Umum
Sasaran Strategis 7 : Meningkatnya Kualitas Data dan Teknologi Informasi Sektor ESDM yang
Lengkap, Akurat dan Tepat Waktu
9 Persentase Pemanfaatan % 95 95 95 95 95
Pengelolaan Data Spasial
dan Non Spasial
Terintegrasi

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 3


NO INDIKATOR KINERJA SATUAN 2015 2016 2017 2018 2019

Sasaran Strategis 8 : Terwujudnya Kegiatan Pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) yang
Akurat dan Akuntabel
10 Persentase jumlah BMN % 95 98 100 100 100
yang telah ditetapkan
statusnya

Sasaran Strategis 9 : Meningkatnya Pelayanan Komunikasi Publik Sektor ESDM

11 Jumlah Publikasi Informasi Publikasi - - - 112.320 117.504


sektor ESDM

Target kinerja pada Renstra Setjen KESDM merupakan gambaran umum target kinerja yang harus
dicapai selama periode tahun 2015 – 2019, namun targetTAHUN
tersebut disesuaikan dengan anggaran
NO PUSAT PENGEMBANGAN JUMLAH
2017
yang tersedia serta perubahan kebijakan yang dituangkan 2018Perjanjian
dalam 2019
Kinerja (PK).
1 PPSDM Aparatur 778 1.072 175 2.025
Pada tahun 2019 KESDM meraih penghargaan Prestasi Tinggi Kementerian Kabinet Kerja Tahun
2 PPSDM Geominerba 275 653 139 1.067
2014-2019 dari Ikatan Ahli Manajemen Proyek Indonesia-Lembaga Kajian Nusantara (IAMPI-LKN).
3 PPSDM Migas - 138 100 238
4 PPSDM KEBTKE 337 166 - 503
JUMLAH 1.390 2.029 414 3.833

TAHUN
NO TANDA KEHORMATAN JUMLAH
2016 2017 2018 2019
1 Eselon I 7 29 4 - 40

2 Eselon II 12 97 95 19 223

3 Eselon III 59 248 264 - 571

4 Eselon IV 82 296 379 - 757

5 Pelaksana - - - 156 156

TOTAL 160 670 742 175 1.747

HUKUMAN
NO TAHUN JUMLAH
RINGAN SEDANG BERAT
Gambar 2. KESDM Menerima Penghargaan Prestasi Tertinggi Kementerian Kabinet Kerja Tahun 2014 – 2019
1 2015 15 0 2 17

2 2016 26 7 5 38
A. Sasaran Strategis 1: Meningkatnya Kualitas Pengelolaan SDM Aparatur dalam Rangka
3 2017
Peningkatan Kompetensi SDM 69 8 16 93
Sasaran strategis 1 yaitu meningkatnya kualitas pengelolaan SDM Aparatur dalam rangka
4 2018 220 1 11 232
peningkatan kompetensi SDM selama periode tahun 2015 – 2019 dapat dicapai dengan
5 pengukuran 2019
menggunakan indikator158 3
persentase manajemen SDM8berbasis kinerja di lingkungan
169
KESDM, dengan capaian per tahun 488
TOTAL sebagaimana tertera
19 pada tabel
42 1. Hasil tersebut diperoleh
549

4 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


dari pelaksanaan program sebagai berikut:
1. Perencanaan Kebutuhan Pegawai
Perencanaan kebutuhan pegawai KESDM telah disusun berdasarkan Analisis Jabatan dan
Analisis Beban Kerja. Formasi pegawai yang diusulkan untuk direkrut setiap tahunnya sudah
sesuai dengan Nawacita Presiden (Ketahanan Energi, Infrastruktur dan Reformasi Birokrasi),
dimana jabatan-jabatan yang direkrut adalah core business KESDM dengan prinsip minus
growth (jumlah pegawai yang direkrut lebih sedikit daripada jumlah pegawai yang pensiun).
Usulan formasi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) periode tahun 2015 – 2019 adalah
sebanyak 180 formasi dengan rincian tahun 2015 – 2016 moratorium, tahun 2017 – 2018
masing-masing sebanyak 65 formasi dan tahun 2019 sebanyak 50 formasi.
Jabatan-jabatan yang diisi melalui rekrutmen CPNS antara lain Analis Kegiatan Eksplorasi
dan Eksploitasi, Inspektur Ketenagalistrikan, Analis Bimbingan Usaha, Analis Program Energi
Baru Terbarukan (EBT), Analis Ketenagalistrikan.

2. Pengadaan CPNS
Proses Pengadaan CPNS KESDM dilaksanakan berdasarkan prinsip adil, transparan, akuntabel
dan bebas Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN). Hal tersebut diwujudkan dengan adanya
transformasi Pengadaan CPNS KESDM dengan penggunaan sistem (pedoman, data dan
informasi) untuk menjamin efektivitas dan efisiensi serta kepuasan masyarakat terhadap
pelaksanaan pengadaan CPNS KESDM. Adapun perubahan-perubahan yang telah dilakukan
adalah sebagai berikut:
a. Metode Tes
Metode Tes yang digunakan sudah berbasis teknologi informasi dan mempertimbangkan
perilaku peserta atau CPNS dengan menambahkan tahapan Psikologi Lanjutan.
b. Penggunaan Teknologi Informasi
1) Sistem Informasi Seleksi Calon Aparatur Sipil Negara (SISCA) KESDM
SISCA dibangun untuk menjamin keadilan dan transparansi data serta informasi
publik terkait dengan pengadaan CPNS KESDM dan dapat diakses oleh seluruh
masyarakat.
Data dan informasi publik yang ditampilkan adalah seluruh progres pengadaan
CPNS KESDM, infografis jabatan yang dibuka (kualifikasi pendidikan, jenjang
karier dan penempatan), serta peta kompetisi yang memberikan informasi terkait
dengan persaingan nilai antar peserta dalam formasi yang sama.
2) e-Wawancara
Aplikasi e-Wawancara dibangun untuk meningkatkan objektivitas dan transparansi
dalam tahapan wawancara. Dalam aplikasi ini disediakan panduan untuk
pewawancara agar dapat melakukan wawancara. Hal ini dimaksudkan untuk
menyamakan persepsi masing-masing pewawancara sehingga dapat memberikan
penilaian yang objektif. Serta hasil wawancara ditampilkan secara realtime untuk
menjamin transparansi nilai wawancara.
c. Panitia Seleksi
Hal paling krusial dalam pelaksanaan pengadaan CPNS adalah panitia seleksi. Dimana
KESDM menjamin bahwa seluruh panitia seleksi mempunyai komitmen untuk bertindak
profesional, adil, dapat menjaga rahasia dan tidak KKN.

Capaian pengangkatan CPNS menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah sebanyak 122
pegawai untuk CPNS tahun 2017 dan 2018. Selain itu KESDM mendapatkan penghargaan
Badan Kepegawaian Negara (BKN) Award dengan kategori: Perencanaan Kebutuhan,

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 5


Pelayanan Pengadaan, Kepangkatan dan Pensiun tingkat kementerian pada tahun 2019
sebagai bentuk apresiasi terhadap kinerja yang telah dilakukan oleh KESDM.

3. Pengembangan Karier
a. Pola Karier
Pola karier dijadikan pedoman atau acuan dalam pengangkatan ke dalam jabatan
mengacu pada standar kompetensi yang dimiliki, sehingga proses pemindahan, promosi,
mutasi maupun demosi PNS dilakukan lebih tertata dengan baik. Sehingga, pola karier
tidak lagi bergantung pada pergantian pimpinan instansi. KESDM telah menyusun pola
karier berdasarkan kesamaan kualifikasi pendidikan sejak tahun 2017 – 2019 sebanyak
1.650 jabatan. Selain itu untuk memudahkan proses pengambilan keputusan para
Pimpinan di lingkungan KESDM dalam hal penentuan kandidat untuk mengisi jabatan
yang lowong melalui proses promosi, mutasi dan rotasi, serta guna memudahkan akses
para Pegawai untuk mendapatkan gambaran prediksi karier yang dapat dimiliki oleh
pegawai, KESDM membangun aplikasi Sistem Informasi Talenta dan Karier (SINTALK)
yang terdiri dari 2 (dua) modul yaitu modul talent management dan modul pola karier.
b. Perencanaan Pengembangan Kompetensi melalui Pendidikan Formal (Tugas Belajar)
KESDM telah menyusun rencana kebutuhan pengembangan karier pegawai melalui
peningkatan kompetensi dengan mekanisme menyertakan dalam pendidikan akademik
(Tugas Belajar) sebanyak 370 pegawai.
c. Magang
Magang dilaksanakan sebagai sarana untuk meningkatkan kompetensi pegawai dalam
menyelesaikan pekerjaan, menambah wawasan dan pengetahuan, memberikan sudut
pandang baru dalam melihat permasalahan, mengubah mindset, serta meningkatkan
kualitas program pembangunan sektor ESDM. Sejak tahun 2018 KESDM telah
melaksanakan magang manajerial, dan new hired bagi pegawai di lingkungan KESDM.
Magang manajerial ini telah diikuti sebanyak 80 Pejabat Administrator dan Pengawas
di lingkungan KESDM, sedangkan untuk magang new hired telah diikuti sebanyak 180
pegawai dengan penempatan Badan Usaha/Badan Usaha Tetap (BU/BUT) sektor ESDM.
Selain itu terdapat program penugasan khusus pegawai sebagai economic forecaster
pada PT. Pertamina (Persero) sebanyak 3 pegawai dan PT. PLN (Persero) sebanyak 2
pegawai.

4. Pengembangan Kompetensi
Strategi pengembangan kompetensi pegawai di lingkungan KESDM dituangkan dalam
Roadmap Perencanaan dan Pengembangan Pegawai KESDM. Salah satu kebijakan
pengembangan kompetensi adalah dengan penguatan sistem dan kualitas pengembangan
kompetensi berbasis gap kompetensi. Pengembangan kompetensi pegawai dilaksanakan
baik melalui pelatihan klasikal, blended learning, pelatihan jarak jauh maupun non klasikal
(sharing knowledge, magang/on the job training pada BU/BUT sektor ESDM, detasering pada
Lembaga Internasional, Penugasan khusus economic forecaster pada BUMN sektor ESDM).

Saat ini Setjen KESDM bersama dengan Bappenas sedang menyusun Human Capital
Development Plan tahun 2020-2024. Pengembangan kompetensi pegawai di lingkungan
KESDM dikembangkan oleh pusat-pusat pengembangan SDM di lingkungan Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Energi dan Sumber Daya Mineral (BPSDM ESDM).
Adapun jumlah pegawai yang telah dikembangkan kompetensinya dari tahun 2017 – 2019
sebagaimana tercantum dalam Tabel 2 sebagai berikut:

6 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


1 Pusat Pengembangan
PPSDM Aparatur
2 Pusat Pengembangan
PPSDM Geominerba
Tabel 2.
Jumlah Pegawai
2017 778 2017 275
2018 1.072 2018 653
yang Telah
2019 175 2019 139 Dikembangkan
Kompetensinya
Jumlah 2.025 Jumlah 1.067
Tahun
2017 – 2019
3 Pusat Pengembangan
PPSDM Migas
4 Pusat Pengembangan
PPSDM KEBTKE TOTAL
2017 - 2017 337 2017 1.390
2018 138 2018 166 2018 2.029
2019 100 2019 - 2019 414
Jumlah 238 Jumlah 503 Jumlah 3.833

Tabel 2. Jumlah Pegawai yang Telah Dikembangkan Kompetensinya Tahun 2017 – 2019

Sampai dengan saat ini telah dilakukan assessment pada tahun 2016 – 2019 sebanyak
1.747 pegawai di lingkungan KESDM baik dari tingkat Pimpinan Tinggi, Administrator,
Pengawas, maupun Pelaksana Rekap peserta assessment pada tahun 2016-2029
sebagaimana tercantum dalam Tabel 3. Berdasarkan hasil assessment tersebut dilakukan
profiling kompetensi dan pengisian gap kompetensi.

2016 2017 2018 2019 JUMLAH


Tanda kehormatan
Eselon I 7 29 4 - 40

Tanda kehormatan
Eselon II 12 97 95 19 223

Tanda kehormatan
Eselon III 59 248 264 - 571

Tanda kehormatan
Eselon IV 82 296 379 - 757

Tanda kehormatan
Pelaksana - - - 156 156

Tanda kehormatan
TOTAL 160 670 742 175 1.747

Tabel 3. Rekap Peserta Assessment Tahun 2016 – 2019

5. Pengelolaan Mutasi Pegawai


Kebijakan pengisian jabatan adalah sebagai berikut:
a. Perekrutan Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) Madya dan Pratama secara terbuka.
b. Pengisian Jabatan Administrasi melalui jalur Seleksi Terbatas (inventarisasi jabatan
lowong, pemberitahuan ke unit-unit, seleksi administrasi, assessment, Badan
Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan/Baperjakat).

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 7


c. Pengisian Jabatan Administrator dan Pengawas melalui jalur khusus (Pejabat
Administrator : usia 45-50 tahun dan pangkat IV/a, Pejabat Pengawas: usia 40-45
tahun dan pangkat III/d.
d. Penyetaraan jabatan berdasarkan arahan Presiden RI dengan pengalihan ke dalam
jabatan fungsional adalah sebanyak 637 jabatan yang dilakukan melalui tahapan
pemetaan dan validasi.
Pembinaan jabatan struktural dilakukan melalui proses rotasi, promosi, seleksi terbuka
sebanyak 2.158 orang dengan rincian 580 orang pada tahun 2015, 561 orang pada tahun
2016, 329 orang pada tahun 2017, 444 orang pada tahun 2018, dan 244 orang pada tahun
2019.

6. Pengelolaan Administrasi Kepegawaian


Pengelolaan administrasi kepegawaian khususnya untuk proses kenaikan pangkat dan
pemberhentian PNS di lingkungan KESDM, terdapat perubahan dan capaian sebagai berikut:
a. Proses dari manual ke elektronik
1) Berkas persyaratan kenaikan pangkat dan pemberhentian (khususnya pensiun)
sudah dilakukan secara elektronik melalui file softcopy, termasuk surat usul/
pengantar yang ditujukan ke BKN; dan
2) Pencetakan Keputusan Kenaikan Pangkat dan Pemberhentian PNS (khususnya
pensiun) telah dilaksanakan melalui aplikasi (SAPK BKN) sehingga potensi
kesalahan data pegawai pada Keputusan Kenaikan Pangkat dan Pemberhentian
PNS dapat diminimalkan.
b. Penyampaian SK Kenaikan Pangkat dan Pemberhentian dilaksanakan pra Terhitung
Mulai Tanggal (TMT), yaitu sebelum periode kenaikan pangkat (1 April dan 1 Oktober)
dan sebelum PNS yang bersangkutan memasuki masa pensiun.

Selama periode tahun 2015-2019 telah dilaksanakan sebagai berikut:


a. Kenaikan pangkat sebanyak 1.382 orang
b. Mutasi/Pindah sebanyak 1.493 orang
c. Pensiun sebanyak 322 orang
d. Diperkerjakan/diperbantukan sebanyak 24 orang
e. Ujian Dinas sebanyak 20 orang
f. Ujian Kenaikan Pangkat Penyesuaian Ijazah sebanyak 96 orang
g. Pengakuan gelar sebanyak 445 orang.
Selain itu KESDM juga mendapatkan BKN Award untuk kategori Perencanaan Kebutuhan,
Pelayanan Pengadaan, Kepangkatan dan Pensiun.

7. Pengelolaan Jabatan Fungsional


Pembinaan jabatan fungsional melalui pengangkatan pertama, kenaikan jabatan dan
inpassing sebanyak 2.269 pegawai melalui proses pengangkatan inpassing, pengangkatan
jalur biasa, pengangkatan penyetaraan, kenaikan jabatan, pengangkatan kembali, dan
berhenti, dengan rincian pada tahun 2015 sebanyak 323 orang, tahun 2016 sebanyak 292
orang, tahun 2017 sebanyak 577 orang, tahun 2018 sebanyak 690 orang, dan tahun 2019
sebanyak 387 orang.

8. Pengelolaan Kinerja Pegawai


Sesuai dengan UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara bahwa pengelolaan
Aparatur Sipil Negara (ASN) dilakukan dalam suatu Manajemen ASN untuk menghasilkan

8 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


pegawai yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik.
Sebagai tindak lanjut dari UU tersebut, ditetapkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 30
Tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil yang menjadi dasar perubahan
sistem penilaian kinerja pegawai di lingkungan KESDM, dengan metode penyusunan
Balanced Scorecard (BSC).

Pada periode 2015 – 2018 penilaian kinerja diukur melalui Penilaian Prestasi Kerja Pegawai/
Sasaran Kerja Pegawai (SKP) masing-masing individu pegawai. Tahun 2019, merupakan
tahun transisi perubahan sistem penilaian kinerja pegawai di lingkungan KESDM, yang
didasarkan pada:
a. Penilaian Kinerja Organisasi
b. Penilaian Kinerja Individu
Penyusunan dan penetapan SKP pegawai, harus merupakan penjabaran dari Target
Kinerja Organisasi. SKP pegawai disusun sesuai dengan cascading Indikator Kinerja Utama
(IKU) yang tercantum dalam perencanaan kinerja organisasi. SKP dijabarkan melalui
target kinerja bulanan pada sistem informasi kinerja pegawai, dengan memperhatikan
perilaku kinerja.
c. Penilaian Perilaku
Penilaian perilaku dilakukan dengan metode 360 derajat, dimana perilaku pegawai
dinilai oleh atasan, bawahan, dan rekan sejawat melalui suatu survei tertutup. Saat
ini Setjen KESDM telah menyiapkan sistem penilaian kinerja individu terkait penilaian
kinerja organisasi. Diharapkan pada tahun 2020, sistem ini dapat secara resmi digunakan
di seluruh unit di lingkungan KESDM dan dijadikan dasar untuk pemberian remunerasi,
rotasi mutasi, pengembangan karier dan kompetensi.

Dalam hal penilaian kinerja pegawai, KESDM telah melakukan penilaian kinerja kepada
sebanyak 6.263 orang pegawai dari target 6.080 pegawai (103%) dan menyiapkan sistem
penilaian kinerja pegawai individu dan penilaian kinerja organisasi.

9. Pengelolaan Disiplin
Sesuai amanat UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan PP Nomor
11 Tahun 2017 tentang Manajemen ASN, instansi Pemerintah wajib melaksanakan
penegakan disiplin terhadap PNS serta melaksanakan berbagai upaya peningkatan disiplin.
Penegakan disiplin bagi PNS tersebut dilakukan dengan menjatuhkan hukuman disiplin
apabila kewajiban tersebut tidak ditaati atau larangan tersebut dilanggar sebagaimana
tercantum dalam PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS. Penjatuhan hukuman
disiplin bertujuan untuk membina PNS yang telah melakukan pelanggaran disiplin agar yang
bersangkutan mempunyai sikap menyesal dan berusaha tidak mengulangi dan memperbaiki
diri pada masa yang akan datang.

Upaya peningkatan disiplin PNS dilakukan melalui berbagai kegiatan, sebagai berikut:
a. Sosialisasi dan internalisasi ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
disiplin PNS;
b. Rekonsiliasi data kehadiran PNS dan rekonsiliasi penjatuhan hukuman disiplin;
c. Penggunaan teknologi informasi dengan membangun Sistem Informasi Pembinaan
Disiplin PNS (SIMANIS); dan
d. Aplikasi SIMANIS dibangun sebagai upaya preventif terjadinya pelanggaran disiplin
terkait jam kerja karena secara sistematis memberikan peringatan dini kepada

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 9


pegawai dan atasan langsung dengan adanya fitur notifikasi terkait alpa ke email
masing-masing pegawai. Selain itu aplikasi SIMANIS juga memudahkan atasan untuk
segera melakukan pembinaan disiplin terhadap PNS dengan adanya fitur pemrosesan
penjatuhan hukuman disiplin secara online dan dilengkapi pula dengan adanya
database penjatuhan hukuman disiplin pegawai.

Data penjatuhan hukuman disiplin PNS periode tahun 2015-2019 tercantum dalam Tabel 4
sebagai berikut:

Tabel 4. Rekap Hukuman Disiplin PNS Tahun 2015 – 2019

2015 Hukuman 2016 Hukuman


Jumlah Ringan Sedang Berat Jumlah Ringan Sedang Berat
17 15 0 2 38 26 7 5

2017 Hukuman 2018 Hukuman


Jumlah Ringan Sedang Berat Jumlah Ringan Sedang Berat
93 69 8 16 232 220 1 11

2019 Hukuman TOTAL Hukuman


Jumlah Ringan Sedang Berat Jumlah Ringan Sedang Berat
169 158 3 8 549 488 19 42

10. Pengelolaan Penghargaan


Sesuai amanat Pasal 82 UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
menyebutkan bahwa PNS yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan,
kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi kerja dalam melaksanakan tugasnya dapat diberikan
penghargaan. Penganugerahan tanda kehormatan sebagai salah satu bentuk penghargaan
kepada PNS bertujuan untuk menumbuhkan kebanggaan, sikap keteladanan, semangat
kejuangan, dan motivasi untuk meningkatkan darmabakti kepada bangsa dan negara. Tanda
Kehormatan yang diberikan dapat berupa Bintang Jasa, Satyalancana, dan Samkaryanugraha.
Tanda kehormatan tersebut dianugerahkan oleh Presiden secara langsung ataupun melalui
K/L terkait.
Kegiatan yang dilakukan dalam rangka penganugerahan Tanda Kehormatan, sebagai berikut:
a. Internalisasi peraturan mengenai gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan;
b. Verifikasi, pemutakhiran data dan penilaian;
c. Pengusulan ke Sekretariat Militer Presiden; dan
d. Pemberian penghargaan.

Sejak tahun 2017, pengusulan calon penerima tanda kehormatan oleh unit organisasi di
lingkungan KESDM telah dilakukan secara online dengan menggunakan Sistem Informasi
Pemberian Penghargaan (SiAGA). Dengan dibangunnya SiAGA, waktu pemrosesan usulan
penghargaan lebih cepat, seluruh dokumen dalam bentuk softcopy, dan dokumen usulan
lebih akurat dan up to date karena terintegrasi dengan Sistem Informasi Kepegawaian
(SIPEG).

10 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


Jumlah penerima Tanda Kehormatan periode tahun 2015 – 2019 dengan total penerima
sebanyak 2.428 orang sebagaimana tercantum pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5. Rekap Penerima Tanda Kehormatan Tahun 2015–2019

TAHUN
NO TANDA KEHORMATAN JUMLAH
2015 2016 2017 2018 2019
1 Bintang Jasa - - - - 3 3

2 Satyalancana Pembangunan - - - - 1 1

3 Satyalancana Wira Karya 2 - 2 13 7 24

4 Satyalancana Karya Satya 441 602 462 408 487 2.400

TOTAL 443 602 464 421 498 2.428

11. Pengelolaan Data dan Informasi Kepegawaian


Dalam suatu organisasi baik formal maupun informal, data dan informasi merupakan salah
satu alat manajemen yang sangat dibutuhkan khususnya sebagai bahan pengambilan
keputusan pimpinan yang dipergunakan dalam setiap kebijakan yang akan ditetapkan.
Tanpa adanya data dan informasi yang valid dan akurat, pimpinan organisasi tidak akan
dapat secara tepat mengambil keputusan, sehingga peluang untuk mengambil keputusan
yang benar dan tepat tidak akan dapat pernah terwujud.

Salah satu hal yang sangat penting dalam kelangsungan suatu organisasi adalah kebutuhan
akan data dan informasi tentang SDM yang merupakan aset paling berharga dalam suatu
organisasi. Tanpa pengelolaan SDM yang baik, dapat dipastikan bahwa suatu organisasi
tidak akan dapat berkembang dan tidak dapat mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Untuk mewujudkan ketersediaan data tentang SDM yang valid dan akurat, maka perlu
dilakukan proses atau kegiatan pengelolaan dan pemutakhiran data yang berkesinambungan.
Selain kebutuhan akan data, tidak kalah penting yaitu kebutuhan akan suatu aplikasi, dimana
aplikasi ini yang dapat mengubah proses pengelolaan data dan informasi sumber daya secara
manual ke dalam suatu proses pengelolaan data dan informasi berbasis elektronik. Aplikasi
mutlak diperlukan NILAImempercepat penyelesaian pekerjaan, memudahkan
dalam rangka
NO KOMPONEN PENILAIAN NILAI
MAX
pelayanan kepada pegawai dan mempercepat penyusunan bahan pengambilan keputusan
A. atauPENGUNGKIT 2015
kebijakan yang cepat, tepat dan akurat. 2016 2017 2018 2019

1 Manajemen Perubahan 5 3,98 2,8 3,42 3,22 3,45


Berdasarkan Permen ESDM Nomor 14 Tahun 2007 tentang Pedoman Sistem Informasi
Penataan Peraturan Perundang-
Kepegawaian Departemen Energi5dan Sumber3,34
Daya Mineral,
2 3,34 disebutkan
3,34 bahwa penyusunan,
3,34 3,44
undangan
pengelolaan dan pengembangan SIPEG dilaksanakan oleh Biro Sumber Daya Manusia d/h Biro
Penataan dan Penguatan
Kepegawaian dan Organisasi. SIPEG
3 6 KESDM adalah
3,84 suatu aplikasi yang
4,34 4,34telah terintegrasi
4,34 dan
4,35
Organisasi
berbasis web (web based) dan memuat data-data PNS di lingkungan KESDM dan informasi
4 kepegawaian
Penataan Tatalaksanalainnya dengan memanfaatkan
5 fasilitas Jaringan
3,47 3,6 Lokal/Local
3,6 Area Network
3,42 3,54
(LAN) dan Jaringan Jarak Jauh/Wide Area Network (WAN).
5 Penataan Sistem Manajemen SDM 15 12,88 13,41 13,48 13,50 13,66
SIPEG KESDM sangat dibutuhkan agar data kepegawaian yang masih merupakan raw
6 Penguatan Akuntabilitas
material 6 dengan3,11
dapat diolah dan diproses 3,65 dan akurat
cepat, tepat, 3,65 dengan
3,65 dukungan
3,67
peralatan teknologi informasi yang terkini serta dikelola oleh SDM yang menguasai
7 Penguatan Pengawasan
penggunaan teknologi informasi.12 6,67 6,94modul-modul
Adapun pengembangan 7,48 pada7,88 8,02
SIPEG KESDM
Peningkatan Kualitas Pelayanan
8 6 4,18 4,13 4,16 4,20 4,44
Publik DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 11

SUB TOTAL KOMPONEN PENGUNGKIT 60 41,46 42,2 43,47 43,55 44,57


dilakukan secara swakelola oleh para pejabat fungsional pranata komputer di lingkungan
Setjen KESDM.
TAHUN
NO TANDA KEHORMATAN JUMLAH
2015 2016 2017 2018 2019
Pengelolaan dan pemutakhiran data PNS di lingkungan KESDM dan pengembangan
1 Bintang Jasa
modul-modul pada SIPEG KESDM- dilaksanakan
- -
setiap - berjalan
tahun 3 dengan tujuan3untuk

2 memberikan
Satyalancana pelayanan data dan- informasi
Pembangunan - kepegawaian
- -kepada 1pimpinan dalam 1
rangka
pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan pembinaan sumber daya manusia aparatur
3 Satyalancana Wira Karya 2 - 2 13 7 24
di lingkungan KESDM dan mempermudah pelayanan kepegawaian kepada para pegawai.
4 Satyalancana Karya Satya 441 602 462 408 487 2.400
Data
TOTAL
pegawai yang telah dimutakhirkan
443 602
yaitu
464
sebanyak
421
98,33%
498
dari 6.035 pegawai,
2.428
sesuai dengan jumlah pegawai KESDM posisi pada Bulan Desember 2019 dan sebanyak
132.635 dokumen kepegawaian yang telah dialihmediakan. Serta pengembangan aplikasi
dan modul di bidang kepegawaian sebagai berikut SIPEG new generation, pendaftaran
seleksi terbuka JPT, updating data mandiri pegawai, jajak minat, pelayanan data terpadu,
pengusulan dan pemrosesan tugas belajar dan pencantuman gelar, antrean usulan peserta
diklat, pengusulan dan penilaian DUPAK online, pemroses Penetapan Angka Kredit (PAK)
online, ujian dinas online, pemrosesan kenaikan gaji berkala, pengusulan dan pemrosesan
pejabat Pelaksana tugas (Plt)/Pelaksana harian (Plh), monitoring laporan perjalanan dinas
luar negeri, pemrosesan hukuman disiplin, pengusulan penghargaan Satya Lancana Karya
Satya (SLKS), survei online, e-wawancara Pengadaan CPNS dan SISCA.

B. Sasaran Strategis 2: Meningkatnya Kualitas Penataan Organisasi, Tata Laksana, dan


Manajemen Perubahan
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (RB) di KESDM terus meningkat dari tahun 2015 dengan indeks
RB sebesar 70,24 (BB) menjadi 77,63 pada tahun 2019, Indeks Reformasi Birokrasi KESDM Tahun
2015-2019 sebagaimana tercantum dalam Tabel 6 sebagai berikut:

Tabel 6. Indeks Reformasi Birokrasi KESDM Tahun 2015 - 2019

NILAI
NO KOMPONEN PENILAIAN NILAI
MAX
A. PENGUNGKIT 2015 2016 2017 2018 2019

1 Manajemen Perubahan 5 3,98 2,8 3,42 3,22 3,45

Penataan Peraturan Perundang-


2 5 3,34 3,34 3,34 3,34 3,44
undangan
Penataan dan Penguatan
3 6 3,84 4,34 4,34 4,34 4,35
Organisasi

4 Penataan Tatalaksana 5 3,47 3,6 3,6 3,42 3,54

5 Penataan Sistem Manajemen SDM 15 12,88 13,41 13,48 13,50 13,66

6 Penguatan Akuntabilitas 6 3,11 3,65 3,65 3,65 3,67

7 Penguatan Pengawasan 12 6,67 6,94 7,48 7,88 8,02

Peningkatan Kualitas Pelayanan


8 6 4,18 4,13 4,16 4,20 4,44
Publik

SUB TOTAL KOMPONEN PENGUNGKIT 60 41,46 42,2 43,47 43,55 44,57

12 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


NILAI
NO KOMPONEN PENILAIAN NILAI
MAX
B. HASIL
Kapasitas dan Akuntabilitas
1 20 14,52 15,29 14,87 15,23 15,86
Kinerja Organisasi
Pemerintah yang Bersih dan Bebas
2 10 6,95 7,79 9,08 9,28 9,07
KKN

3 Kualitas Pelayanan Publik 10 7,31 8,57 8,47 8,55 8,13

SUB TOTAL KOMPONEN HASIL 40 28,78 31,65 32,42 33,06 33,06

INDEKS REFORMASI BIROKRASI 100 70,24 73,85 75,89 76,61 77,63

Penilaian Reformasi Birokrasi dilaksanakan dengan metodologi sebagai berikut:


1. Metodologi Penilaian Mandiri
Metodologi yang digunakan untuk melakukan penilaian pada komponen pengungkit, adalah
teknik criteria referenced test dengan cara menilai setiap komponen dengan indikator
penilaian dari masing-masing komponen yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan
untuk melakukan penilaian komponen hasil, antara lain menggunakan nilai akuntabilitas
kinerja, nilai kapasitas organisasi (survei internal), nilai persepsi korupsi (survei eksternal),
opini Badan Pemeriksa Keuangan RI (BPK-RI) atas Laporan Keuangan (LK). Adapun indikator
penilaian dituangkan dalam Lembar Kerja Evaluasi (LKE) RB. Nilai akhir, kesimpulan, dan
rencana aksi tindak lanjut diperoleh berdasarkan konsensus tim asesor.
2. Teknik Penilaian
Teknik penilaian pada dasarnya merupakan cara/alat/metode yang digunakan untuk
pengumpulan dan analisis data. Berbagai teknik penilaian dapat dipilih untuk mendukung
metode penilaian yang telah ditetapkan, sehingga mampu menjawab tujuan dilakukannya
penilaian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain: kuesioner, wawancara,
observasi, studi dokumentasi atau kombinasi beberapa teknik tersebut. Sedangkan teknik
analisis data antara lain: telaahan sederhana, berbagai analisis dan pengukuran, metode
statistik, pembandingan, analisis logika program dan sebagainya.
3. Kertas Kerja Penilaian (KKP)
Pendokumentasian langkah penilaian dalam kertas kerja perlu dilakukan agar pengumpulan
data dan analisis fakta-fakta dapat ditelusuri kembali.
4. Pengorganisasian dan Jadwal Pelaksanaan Penilaian Mandiri
Pengorganisasian penilaian mandiri pelaksanaan RB instansi Pemerintah dilakukan oleh
asesor RB Kementerian, yaitu para Sekretaris Unit Organisasi. Hasil Penilaian Mandiri
dilaporkan oleh Menteri ESDM untuk diserahkan kepada Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB).
5. Skema Penilaian
Penilaian pelaksanaan RB tidak hanya difokuskan pada data yang tertuang dalam dokumen
formal semata, tetapi juga dari sumber lain yang akurat dan relevan dengan pelaksanaan RB
KESDM. Penilaian dan penyimpulan penilaian atas kemajuan pelaksanaan RB adalah sebagai
berikut:
a. Penilaian harus menyimpulkan hasil penilaian atas fakta objektif Kementerian/
Lembaga/Pemerintah Daerah dalam melaksanakan program RB sesuai dengan indikator
masing-masing komponen yang ada dalam LKE.

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 13


b. Langkah-langkah penilaian dilakukan sebagai berikut:
1) Dalam melakukan penilaian, terdapat tiga variabel yaitu komponen, sub-komponen,
dan indikator.
2) Setiap komponen dan sub-komponen penilaian diberikan alokasi nilai sebagaimana
tercantum dalam Tabel 7 sebagai berikut:

Tabel 7. Komponen dan Sub-Komponen Penilaian

NO KOMPONEN BOBOT SUB-KOMPONEN

1 PENGUNGKIT 60%

A. Aspek Pemenuhan 20% a. Manajemen Perubahan (2%)


b. Deregulasi Kebijakan (2%)
c. Penataan Organisasi (3%)
d. Penataan Tatalaksana (2,5%)
e. Penataan Manajemen SDM (3%)
f. Penguatan Akuntabilitas (2,5%)
g. Penguatan Pengawasan (2,5%)
h. Peningkatan Kualitas Pelayanan
Publik (2,5%)

B. Aspek Hasil Antara 10% a. Kualitas Pengelolaan Arsip (1%)


b. Kualitas Pengelolaan Pengadaan
Barang (1%)
c. Kualitas Pengelolaan Keuangan
(1%)
d. Kualitas Pengelolaan Aset (1%)
e. Merit System (1%)
f. ASN Profesional (1%)
g. Kualitas Perencanaan (1%)
h. Maturitas SPIP (1%)
i. Kapabilitas APIP (1%)
j. Tingkat Kepatuhan Standar
Pelayanan (1%)

C. Aspek Reform 30% a. Manajemen Perubahan (3%)


b. Deregulasi Kebijakan (3%)
c. Penataan Organisasi (4,5%)
d. Penataan Tatalaksana (3,75%)
e. Penataan Manajemen SDM (4,5%)
f. Penguatan Akuntabilitas (3,75%)
g. Penguatan Pengawasan (3,75%)
h. Peningkatan Kualitas Pelayanan
Publik (3,75%)

2 HASIL 40%

a. Akuntabilitas Kinerja dan 10% a. Opini BPK (3%)


Keuangan b. Nilai Akuntabilitas Kinerja (7%)

b. Kualitas Pelayanan Publik 10% Indeks Persepsi Kualitas Pelayanan


(10%)

c. Pemerintah yang Bersih dan 10% Indeks Persepsi Anti Korupsi (10%)
Bebas KKN

d. Kinerja Organisasi 10% a. Capaian Kinerja (5%)


b. Kinerja Lainnya (2%)
c. Survei Internal Organisasi (3%)

TOTAL 100%

14 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


3) Setiap sub-komponen pada komponen pengungkit akan dibagi ke dalam beberapa
pernyataan sebagai indikator pemenuhan sub-komponen tersebut. Setiap
pertanyaan atau pernyataan akan dijawab dengan “ya” atau “tidak” atau a/b/c atau
a/b/c/d/e atau numerik. Jawaban “ya” atau “tidak” diberikan untuk pertanyaan-
pertanyaan yang langsung dapat dijawab “ya” atau “tidak”. Jawaban a/b/c/d/e
dan a/b/c diberikan untuk pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan
yang menggunakan skala ordinal, sedangkan jawaban numerik diberikan untuk
pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang dapat dihitung
langsung ketercapaiannya.
4) Setiap jawaban “ya” akan diberikan nilai 1, sedangkan jawaban “tidak” maka akan
diberikan nilai 0.
5) Dalam memberikan penilaian “ya” atau “tidak” maupun “a/b/c/d/e”, asesor harus
menggunakan professional judgement-nya dengan mempertimbangkan hal-hal
yang mempengaruhi pada setiap indikator, dan didukung dengan suatu kertas
kerja penilaian mandiri.
6) Setiap sub-komponen pada komponen hasil akan dibagi ke dalam beberapa
pernyataan sebagai indikator pemenuhan sub-komponen tersebut. Setiap
pertanyaan atau pernyataan akan dijawab dengan angka nominal.
7) Setelah setiap pertanyaan diberikan nilai maka penyimpulan akan dilakukan
sebagai berikut:
i. Tahap pertama dijumlahkan nilai pada setiap pertanyaan pada setiap sub-
komponen, sehingga ditemukan suatu angka tertentu, misal: sub-komponen
Pengendalian Gratifikasi mempunyai alokasi nilai 10% dan memiliki 10
pertanyaan. Dari 10 pertanyaan tersebut apabila pertanyaan yang dijawab
“ya” ada 3 (tiga) pertanyaan, maka nilai untuk sub-komponen tersebut adalah:
(3/10) x 10 =3;
ii. Untuk indikator yang berhubungan dengan kondisi yang memerlukan
penyimpulan, karena terdiri dari beberapa sub indikator, penyimpulan tentang
indikator dilakukan melalui nilai rata-rata; dan
iii. Tahap berikutnya adalah melakukan penjumlahan seluruh nilai sub-komponen
yang ada sehingga ditemukan suatu angka tertentu untuk total nilai dengan
rentang nilai antara 0 – 100.
8) Pertanyaan atau pernyataan dikategorikan ke dalam 2 level, yaitu pertanyaan
atau pernyataan level instansi/pusat dan level unit kerja. Pemetaan beberapa
pertanyaan atau pernyataan tersebut sebagai berikut:
i. Pertanyaan atau pernyataan yang hanya terdapat pada level instansi/pusat;
ii. Pertanyaan atau pernyataan yang hanya terdapat pada level unit kerja; dan
iii. Pertanyaan atau pernyataan yang hanya terdapat pada level instansi/pusat
dan level unit kerja.

SIPEG KESDM dilakukan secara


swakelola oleh para pejabat fungsional
pranata komputer di lingkungan
Setjen KESDM.

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 15


Setelah setiap pertanyaan diberikan nilai, maka penyimpulan akan dilakukan dengan
menjumlahkan angka tertimbang dari masing-masing komponen. Nilai hasil akhir dari
penjumlahan komponen-komponen akan dipergunakan untuk menentukan tingkat
pelaksanaan RB, dengan kategori Penentuan Tingkat Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
sebagaimana tercantum dalam Tabel 8 sebagai berikut:

Tabel 8. Kategori Penentuan Tingkat Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

NILAI/
NO KATEGORI PREDIKAT INTERPRETASI
ANGKA
1 AA >90 - 100 Istimewa Memenuhi kriteria sebagai organisasi berbasis kinerja yang
mampu mewujudkan seluruh sasaran RB.
2 A >80 - 90 Sangat Baik Memenuhi karakteristik organisasi berbasis kinerja namun
belum mampu mewujudkan keseluruhan sasaran RB baik
secara instansional maupun di tingkat unit kerja.
3 BB >70 - 80 Baik Secara instansional mampu mewujudkan sebagian besar
sasaran RB, namun pencapaian sasaran pada tingkat unit
kerja hanya sebagian kecil saja.
4 B >60 - 70 Cukup Baik Penerapan RB bersifat formal dan secara substansi belum
mampu mendorong perbaikan kinerja organisasi.

5 CC >50 - 60 Cukup Penerapan RB secara formal terbatas di tingkat instansi dan


belum berjalan secara merata di seluruh unit kerja.
6 C >30 - 50 Buruk Penerapan RB secara formal di tingkat instansi dan hanya
mencakup sebagian kecil unit kerja.

7 D 0 - 30 Sangat Memiliki inisiatif awal, menerapkan RB dan perbaikan kinerja


Buruk instansi belum terwujud.

NO NAMA GEDUNG ALAMAT


6. Setelah diperoleh nilai akhir (Indeks RB unevaluated), panel asesor menetapkan rencana aksi
1 Gedung lanjut sebagaiJl.dasar
Heritage
tindak Medan Merdeka pada
perbaikan Selatan No.18berikutnya.
periode Jakarta Pusat

2 Gedung Setjen KESDM Jl. Medan Merdeka Selatan No.18 Jakarta Pusat
Sebagai salah satu upaya meningkatkan Indeks RB, KESDM telah membangun miniatur RB
3 melalui Pusat
Gedung pembangunan
Arsip Zona Integritas (ZI)
Jl. Yaktapena dengan
Raya, menetapkan
Pondok satuan kerjaBanten
Ranji, Tangerang (satker) berpredikat
Selatan
Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) di lingkungan KESDM. Penetapan Satker WBK atas rekomendasi
4 Kementerian
Wisma Bayu PANRB setelah melalui
Jl. Puncak proses
KM+79 evaluasi
No.147, dengan
Kopo, melihat kualitas
Cisarua data dukung, hasil
Bogor
survei persepsi kualitas layanan, persepsi korupsi dan verifikasi/wawancara dengan pegawai.
5 Pada tahun
Wisma Jl. Raya
Energi2018 terdapat Puncaksatuan
4 (empat) Cisaruakerja
RT10/RW4, Cipari, Cisarua
yang ditetapkan BogorWBK dan pada
berpredikat
tahun 2019 terdapat 5 satker yang dinyatakan “Lulus” evaluasi.

Dalam rangka meningkatkan kualitas dan penataan birokrasi serta untuk meningkatkan Indeks
RB, terdapat beberapa rekomendasi yang perlu ditindaklanjuti KESDM sebagai berikut:
1. Pelaksanaan RB baru terlihat pada tingkat instansi pusat dan belum menyeluruh kepada
seluruh pegawai;
2. Pengembangan e-Government yang terintegrasi sepenuhnya;
3. Menyempurnakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kinerja individu dan kinerja
organisasi untuk pengembangan karier dan dasar pemberian tunjangan kinerja;
4. Peningkatan kualitas pelayanan publik;
5. Melengkapi seluruh proses bisnis menjadi Standard Operating Procedure (SOP) dan telah
diterapkan dan dievaluasi berkala;

16 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


6. Mewujudkan budaya kerja positif dengan melibatkan Agen Perubahan di seluruh unit kerja;
7. Mengoptimalkan Tim RB internal melalui pertemuan secara berkala untuk memonitor
kemajuan RB;
8. Internalisasi dan edukasi perlu terus dilakukan ke unit kerja terkecil dan terjauh;
9. Mendorong peran Agen Perubahan dalam meningkatkan pelaksanaan reformasi yang
substansial; dan
10. Terus menggalakkan komitmen pegawai dan pimpinan dalam mendorong pencapaian
reformasi.

Dalam rangka meningkatkan nilai RB di KESDM dan memperhatikan rekomendasi hasil evaluasi,
telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Penyusunan draft Roadmap RB KESDM Tahun 2020 – 2024;
2. Monitoring dan Evaluasi Roadmap RB KESDM Tahun 2015 – 2019;
3. Monitoring dan Evaluasi Roadmap RB Setjen KESDM Tahun 2015 – 2019;
4. Pembahasan penyusunan Budaya Kerja KESDM;
5. Internalisasi RB dan nilai-nilai KESDM di seluruh Unit Kerja Eselon I;
6. Monitoring dan evaluasi rencana kerja Agen Perubahan.
7. Updating data pelaksanaan RB di seluruh Unit Eselon I;
8. Pendampingan kepada unit dalam pelaksanaan RB dan penguatan tim RB internal unit;
9. Pendampingan kepada unit dalam pelaksanaan Pembangunan ZI menuju WBK/Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM);
10. Pelaksanaan evaluasi RB unit-unit KESDM;
11. Pelaksanaan evaluasi unit-unit yang diajukan untuk mendapatkan predikat WBK/WBBM;
12. Koordinasi dengan Kementerian PANRB dalam pelaksanaan evaluasi pelaksaan RB dan
pembangunan ZI;
13. Penilaian Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan (PIPK) serta pelaksanaan sosialisasi
PIPK; dan
14. Pembahasan penyusunan mapping stakeholders KESDM.

SIPEG KESDM sangat dibutuhkan


agar data kepegawaian yang masih
merupakan raw material
dapat diolah dan diproses dengan
cepat, tepat, dan akurat

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 17


Pada tahun 2019 juga telah dilaksanakan kegiatan pengarahan dari Sekretaris Jenderal (Sekjen)
KESDM kepada seluruh pegawai di lingkungan Setjen KESDM dalam rangka upaya meningkatkan
RB sebagaimana Gambar 3 sebagai berikut:

Gambar 3. Pengarahan Sekjen KESDM kepada Pegawai di Lingkungan Setjen KESDM Dalam Rangka RB

C. Sasaran Strategis 3: Meningkatnya Kualitas Perencanaan Sektor ESDM yang Efektif dan
Efisien
Sesuai Permen PANRB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, telah dilakukan
penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) untuk dilaporkan kepada
Kementerian PANRB setiap tahunnya. Hasil penilaian AKIP KESDM meningkat dari tahun 2016
dengan nilai B menjadi nilai BB pada tahun 2017 – 2019.

Pada proses reviu dan koordinasi dengan Kementerian PANRB, LKE AKIP yang disampaikan oleh
Kementerian PANRB menyarankan agar:
1. Renstra unit Eselon 1 belum dilengkapi dengan indikator tujuan untuk mengukur capaian
kinerja di jangka menengah (5 tahun);
2. Cakupan cascade IKU perlu ditingkatkan sampai dengan level individu pegawai SKP;
3. Perlu adanya pengembangan aplikasi e-kinerja dan diintegrasikan dengan aplikasi
perencanaan dan keuangan;
4. Perlu disampaikan analisis efisiensi penggunaan anggaran terhadap pencapaian kinerja
pada pelaporan kinerja;
5. Hasil evaluasi akuntabilitas kinerja belum optimal dimanfaatkan oleh unit kerja sebagai
bahan masukan dan perbaikan peningkatan kinerja;
6. Hasil pengukuran capaian PK belum secara nyata dan menyeluruh dimanfaatkan secara
optimal oleh pimpinan sebagai dasar pemberian reward and punishment;
7. Kualitas evaluasi program masih berfokus pada capaian output dan penyerapan anggaran,
serta belum fokus pada analisis pada keterkaitan kausalitas antara kegiatan dengan sasaran
strategis lembaga dan sasaran program yang akan dicapai oleh organisasi.

18 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


Untuk meningkatkan nilai LAKIP, telah dimulai dengan semakin tingginya komitmen dan
keterlibatan pimpinan pada seluruh tingkatan untuk mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Selain itu juga dilakukan proses percepatan dan perbaikan di
berbagai lini yang terkait dengan perencanaan, pengelolaan, pengukuran, evaluasi dan monitoring
kinerja seluruh satuan organisasi di KESDM.

D. Sasaran Strategis 4: Terwujudnya Pelayanan Administrasi Pengelolaan dan Informasi


Keuangan yang Cepat, Tepat, Transparan Serta Akuntabel di Lingkungan KESDM

1. Persentase Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) terhadap Target yang
Ditetapkan pada Tahun Berjalan
Berdasarkan UU Nomor 9 Tahun 2018 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, pengelolaan
PNBP mencakup perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban, dan pengawasan yang
bertujuan meningkatkan pelayanan, akuntabilitas, dan optimalisasi PNBP sebagaimana
dalam Gambar 4 sebagai berikut:

Gambar 4. Siklus Pengelolaan PNBP

Sehubungan dengan hal tersebut, Setjen KESDM telah melaksanakan kegiatan perencanaan,
pelaksanaan dan pertanggungjawaban dalam pengelolaan PNBP di lingkungan KESDM.
Capaian realisasi PNBP yang dicatat pada KESDM melebihi target khususnya pada tahun
2019, pencapaian tersebut disebabkan hal-hal sebagai berikut:
a. Pada Setjen KESDM terdapat penerimaan dari pemasyarakatan data migas oleh
perusahaan survei umum;
b. Pada Inspektorat Jenderal (Itjen) terdapat Penerimaan Kembali Belanja Tahun Anggaran
Yang Lalu (TAYL) mencapai Rp354 Juta (79% dari total realisasi PNBP Itjen);
c. Pada Direktorat Jenderal (Ditjen) Minyak dan Gas Bumi (Migas) terdapat Penerimaan
Kembali Belanja TAYL sebesar Rp60,48 Miliar dan penerimaan dari Signature Bonus,
biddocument dan firmcommitment senilai Rp4,56 Triliun;
d. Pada Ditjen Ketenagalistrikan capaian realisasi didominasi Penerimaan Kembali Belanja
TAYL sebesar Rp19,99 Miliar (84% dari total realisasi Ditjen Ketenagalistrikan);
e. Pada Ditjen Mineral dan Batubara (Minerba) capaian realisasi melebihi target dikarenakan
terdapat kenaikan harga acuan batubara dan kenaikan kurs;
f. Pada Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) capaian penerimaan
SDA panas bumi tercapai sebesar Rp37,29 Miliar dan Penerimaan Kembali Belanja TAYL

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 19


sebesar Rp111,7 Miliar serta Denda Penyelesaian Pekerjaan Pemerintah sebesar Rp15,7
Miliar;
g. Pada Badan Geologi terdapat realisasi PNBP Umum sebesar Rp7,18 Miliar; dan
h. Pada BPH Migas terdapat kenaikan penetapan BU dari tahun sebelumnya dan pembayaran
atas kurang bayar PNBP oleh BU.

Setjen KESDM berkomitmen untuk meningkatkan kinerja dan mutu pelayanan yang cepat,
tepat, transparan dan akuntabel dalam lingkup pelayanan bidang keuangan di lingkungan
KESDM dengan menerapkan sistem manajemen mutu dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya sesuai dengan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015.

Setjen KESDM telah memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 sejak
13 November tahun 2017 dengan audit oleh lembaga sertifikasi TUV NORD Indonesia.
Untuk memperoleh sertifikat tersebut, telah dilakukan inventarisasi dan pemutakhiran
beberapa SOP bidang keuangan yaitu SOP pengelolaan PNBP sektor ESDM, SOP terkait
perbendaharaan, SOP terkait pelaksanaan anggaran belanja, dan SOP lainnya dibidang
keuangan dengan sedapat mungkin memotong rantai birokrasi tanpa melanggar aturan
sehingga dihasilkan standar operasi yang efisien dan efektif.

2. Opini BPK Atas Laporan Keuangan KESDM


Sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Menteri mempunyai tugas menyusun
dan menyampaikan Laporan Keuangan K/L yang dipimpinnya. KESDM bertanggungjawab
atas penyusunan dan penyajian wajar sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Laporan Keuangan tersebut akan diperiksa oleh BPK-RI untuk memperoleh keyakinan yang
memadai apakah Laporan Keuangan tersebut bebas dari kesalahan penyajian material.
Adapun pemeriksaan BPK-RI atas Laporan Keuangan terdiri dari Neraca, Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas untuk tahun yang berakhir
pada tanggal tersebut, serta Catatan atas Laporan Keuangan.

Setiap tahun BPK-RI mengeluarkan opini atas Laporan Keuangan K/L yang menjadi ukuran
keberhasilan penerapan prinsip akuntabilitas, transparansi, ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan, dan profesionalisme SDM yang terkait dalam pengelolaan keuangan
negara. Terdapat 4 jenis opini audit yang diberikan oleh BPK-RI kepada K/L yaitu Wajar Tanpa
Pengecualian (Unqualified), Wajar Dengan Pengecualian (Qualified), Tidak Memberikan
Pendapat (Disclaimer), dan Pendapat Tidak Wajar (Adverse). Pada tahun 2020, KESDM
mendapatkan opini tertinggi dari BPK-RI atas Laporan Keuangan KESDM Tahun Anggaran
2019 yaitu “Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)”.

Opini tersebut telah diperoleh KESDM sejak tahun 2016 dan diharapkan dapat dipertahankan
dengan menyusun dan menyajikan laporan keuangan secara wajar sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan sehingga bebas dari kesalahan penyajian material.

E. Sasaran Strategis 5: Terwujudnya Kepastian Hukum Sektor ESDM Dalam Rangka


Mendorong Peningkatan Investasi KESDM.
Indikator Utama guna mencapai sasaran strategis terwujudnya kepastian hukum sektor ESDM
dalam rangka mendorong peningkatan investasi KESDM adalah jumlah rancangan peraturan

20 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


perundang-undangan sektor ESDM yang menunjang prioritas nasional dan jumlah permasalahan
hukum KESDM di dalam dan di luar lembaga peradilan yang bersifat prioritas nasional yang
diselesaikan atau dalam proses penyelesaian.

1. Jumlah rancangan peraturan perundang-undangan sektor ESDM yang menunjang


prioritas nasional
Jumlah rancangan peraturan perundang-undangan yang telah diselesaikan, mengalami
kenaikan dari tahun 2015 sebesar 59 peraturan menjadi 65 peraturan di tahun 2017, namun
selanjutnya turun menjadi 48 peraturan di tahun 2019.

Pada umumnya kenaikan realisasi jumlah rancangan yang ditangani disebabkan adanya
beberapa rancangan Permen yang menjadi prioritas namun tidak/belum dimasukkan dalam
Program Legislasi Nasional (Prolegnas) yang telah ditetapkan, dan rancangan-rancangan
tersebut merupakan amanat atau kebijakan pimpinan/Menteri yang harus segera dibuat/
diselesaikan guna mengantisipasi dan mengakomodasi perkembangan situasi peraturan
atau kegiatan usaha yang ada dan sedang berjalan di KESDM.

Namun demikian, apabila dibandingkan dengan capaian tahun 2018, jumlah realisasi
peraturan perundang-undangan yang ditangani oleh Setjen KESDM pada tahun 2019 tampak
menurun/lebih kecil. Hal ini disebabkan antara lain oleh adanya kebijakan deregulasi yang
ditetapkan oleh Presiden dalam rangka memangkas birokrasi dan lebih meningkatkan iklim
investasi di Indonesia, khususnya di sektor ESDM.

2. Jumlah permasalahan hukum KESDM di dalam dan di luar Lembaga Peradilan yang
bersifat prioritas nasional yang diselesaikan atau dalam proses penyelesaian
Jumlah permasalahan hukum yang telah ditangani meningkat dari tahun 2015 sebanyak 17
kasus menjadi 24 kasus di tahun 2018, namun pada tahun 2019, turun menjadi 10 kasus. Dari
10 kasus yang bersifat prioritas nasional tersebut, 5 kasus di antaranya telah mendapatkan
keputusan pengadilan yang bersifat inkracht dan dimenangkan oleh KESDM, dengan rincian
2 kasus di subsektor migas, 2 kasus di subsektor ketenagalistrikan dan 1 kasus di subsektor
minerba. Sementara itu, 5 kasus lainnya masih dalam proses di pengadilan.

Pada prinsipnya, diharapkan untuk setiap tahunnya agar tidak banyak atau seminimal
mungkin kasus yang masuk karena diharapkan dengan segala peraturan dan kebijakan yang
ada dan telah diterbitkan, tidak menimbulkan masalah hukum di kemudian hari terutama
masalah hukum di pengadilan. Berdasarkan hal tersebut, Setjen KSDM tidak banyak
menargetkan kasus yang akan masuk di KESDM atau yang akan ditangani. Namun demikian,
untuk tahun 2019, kasus yang masuk melebihi target yang ditentukan. Hal ini terjadi karena
Setjen KESDM tidak pernah bisa memprediksi apa atau berapa kasus atau gugatan yang akan
masuk di KESDM.

Di samping hal tersebut terkadang terjadi permasalahan di luar kendala dan dugaan yang
menyebabkan adanya gugatan kepada KESDM, sebagai contoh adanya black out atau
pemadaman listrik secara mendadak yang terjadi pada bulan Agustus 2019 di sebagian besar
Wilayah DKI, Jawa Barat dan sebagian kecil Jawa Tengah yang menyebabkan dilayangkannya
gugatan dari berbagai elemen/kelompok masyarakat yang terdampak pemadaman listrik
tersebut kepada PT. PLN (Persero) sebagai Tergugat dan kepada KESDM sebagai Turut
Tergugat.

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 21


Dalam rangka mengantisipasi penanganan kasus yang masuk di KESDM, Setjen KESDM akan
senantiasa meningkatkan koordinasi dengan seluruh unit terkait di KESDM dan K/L lain yang
terkait. Di samping hal tersebut, dengan telah dilakukannya deregulasi maupun penataan
peraturan perundang-undangan sektor ESDM, diharapkan untuk ke depannya hal tersebut
dapat lebih memberikan kepastian hukum dan kepastian berusaha di sektor ESDM sehingga
tidak banyak lagi permasalahan hukum di pengadilan yang masuk ke KESDM.

F. Sasaran Strategis 6: Meningkatnya Sarana dan Prasarana Aparatur yang Efektif dan
Efisien

Pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk
barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan
oleh Setjen KESDM sebagai Instansi Pemerintah Pusat. Layanan Umum yang diselenggarakan,
termasuk meliputi Kantor Pusat KESDM, Jalan Medan Merdeka Selatan Nomor 18, Jakarta Pusat.

Indeks Kepuasan Stakeholders Layanan Umum mengalami kenaikan dari tahun 2015 sebesar
84% menjadi 92,85% di tahun 2018, namun pada tahun 2019 mengalami penurunan menjadi
80%. Penurunan ini dikarenakan pada salah satu layanan yaitu Pelayanan Perlengkapan Kantor
masih belum ditetapkan Standar Barang dan Standar Kebutuhan sehingga tidak terdapat acuan
standar layanan perlengkapan bagi ASN di lingkungan Setjen KESDM. Hal ini menyebabkan ASN
meminta layanan perlengkapan sesuai keinginan dan cenderung lebih dari yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan pekerjaan. Akibatnya pelayanan perlengkapan yang diminta tidak mungkin dipenuhi
oleh Biro Umum karena terdapat keterbatasan sarana yang ada dan adanya prioritas pelayanan
perlengkapan yang berbeda-beda sesuai tugas, fungsi dan tanggung jawab ASN. Selanjutnya
diperlukan penetapan Standar Barang dan Standar Kebutuhan untuk memberikan batasan dan
standar layanan perlengkapan yang jelas untuk ASN sesuai lingkup tugas dan tanggung jawab
yang diampu sehingga setiap ASN dapat menjalankan tugasnya menggunakan perlengkapan
kantor yang sesuai dengan kebutuhan dalam pelaksanaan pekerjaan. Layanan umum yang
mendapatkan aspek penilaian untuk mengukur Indeks Kepuasan Layanan Umum tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Pelayanan korespondensi di lingkungan Kantor Pusat KESDM;
2. Pelayanan perlengkapan kantor di lingkungan Kantor Pusat KESDM;
3. Pelayanan penyelenggaraan event/rapat-rapat di lingkungan Kantor Pusat KESDM, Gedung
Pusat Arsip, Wisma Bayu dan Wisma Energi;
4. Pelayanan keamanan, kebersihan dan kenyamanan di lingkungan Kantor Pusat KESDM,
Gedung Pusat Arsip, Wisma Bayu dan Wisma Energi; dan
5. Pelayanan Klinik Kesehatan Setjen KESDM.

Berikut adalah sarana dan prasarana Setjen KESDM:


1. Tanah Bangunan
Setjen KESDM memiliki tanah seluas 65.321 m2 yang terdiri:
a. Tanah
1) Tanah Bangunan Rumah Negara Golongan I dengan total luas tanah 3.454 m2;
2) Tanah Bangunan Rumah Negara Golongan II dengan total luas tanah 2.997 m2;
3) Tanah Bangunan Rumah Negara dalam Proses Penggolongan dengan total luas
tanah 770 m2;
4) Tanah Bangunan Mes/Wisma dengan total luas tanah 10.163 m2;
5) Tanah Kaveling Tanah Matang dengan total luas tanah 206 m2;

22 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


6) Tanah Bangunan Kantor Pemerintah dengan total luas tanah 47.443 m2; dan
7) Tanah Bangunan Gedung Perpustakaan dengan total luas tanah 288 m2.
b. Bangunan
1) 2 unit Bangunan Gedung Kantor Permanen, yang dimanfaatkan untuk Kantor Pusat
Setjen KESDM, yaitu Gedung Heritage dan Gedung Chairul Saleh;
2) 3 unit Bangunan Gudang Tertutup Permanen;
3) 2 unit Bangunan Gedung Tempat Ibadah Permanen;
4) 3 unit Bangunan Gedung Pertemuan Permanen;
5) 9 unit Gedung Pos Jaga Permanen;
6) 2 unit Gedung Garasi/Pool Permanen;
7) 2 unit Bangunan Gedung Perpustakaan Permanen;
8) 1 unit Taman lainnya;
9) 11 Unit Rumah Negara Golongan 1 Tipe A Permanen;
10) 4 Unit Negara Golongan II Tipe A Permanen;
11) 14 unit Mes/Wisma/Bungalo/Tempat Peristirahatan Permanen;
12) 1 unit Rumah Negara Dalam Proses Penggolongan lainnya; dan
13) 1 unit Pagar Permanen.
Bangunan Milik Setjen KESDM dapat dilihat pada Tabel 9 sebagai berikut:

Tabel 9. Bangunan Milik Setjen KESDM

Gedung Jl. Medan Merdeka Selatan No.18 Jakarta Pusat


Heritage

Gedung Setjen Jl. Medan Merdeka Selatan No.18 Jakarta Pusat


KESDM

Gedung Jl. Yaktapena Raya, Pondok Ranji, Tangerang Selatan


Pusat Arsip Banten

Wisma Jl. Puncak KM+79 No.147, Kopo, Cisarua Bogor


Bayu

Wisma Jl. Raya Puncak Cisarua RT10/RW4, Cipari, Cisarua


Energi Bogor

2. Jaringan dan Irigasi


Jaringan instalasi yang tersedia adalah:
a. Instalasi Air Tanah dalam Kapasitas Kecil;
b. Sumur Resapan;
c. Instalasi Air Bersih/Air Baku lainnya;
d. Bangunan Tempat Penampung Sampah Rumah Tangga;
e. Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Kapasitas Kecil;
f. Instalasi PLTS Kapasitas Sedang;
g. Instalasi PLTS lainnya;
h. Instalasi Pusat Pengatur Listrik Kapasitas Besar;
i. Instalasi Komunikasi Elektronik (KOMLEK);
j. Instalasi Pengaman lainnya;
k. Instalasi Building Automation System (BAS);

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 23


l. Jaringan air minum lainnya;
m. Jaringan transmisi tegangan di atas 300KVA;
n. Jaringan transmisi lainnya;
o. Jaringan distribusi tegangan di bawah 1 KVA;
p. Jaringan distribusi lainnya;
q. Jaringan listrik lainnya;
r. Jaringan telepon di atas tanah kapasitas kecil;
s. Jaringan telepon lainnya;
t. Sumur dengan pompa (Bangunan Pengambilan Pengembangan Sumber Air);
u. Sumur artesis; dan
v. Bangunan menara/bak penampung/reservoir air minum.

3. Peralatan dan Mesin


Sarana kerja yang telah tersedia antara lain: meja kerja, kursi kerja, PC unit, notebook, printer,
mesin ketik, mesin hitung, dan lemari file. Tersedia pula peralatan penunjang kantor (meja
kursi rapat, kamera, Over Head Projector (OHP), LCD projector, layar, handycam, scanner dan
peralatan penunjang lainnya), peralatan keamanan (Closed Circuit TV/CCTV, tabung pemadam
kebakaran), Air Handling Unit (AHU) dan chiller yang sudah terintegrasi dengan Building
Automatic System (BAS), server, genset, peralatan audio-studio (TV, video cassette, wireless,
sound system, amplifier, megaphone), pendingin ruangan (Air Conditioning (AC), exhaust
fan, kipas angin, dan air cleaner), peralatan komunikasi (telepon, mesin fax, teleconference,
radio Single Side Band/SSB, dan Private Automatic Branch Exchange/PABX), peralatan listrik
(Uninterruptible Power Supply/UPS dan genset), peralatan rumah tangga lainnya, peralatan
poliklinik umum dan poliklinik gigi.

4. Kendaraan Dinas
Kendaraan dinas yang tersedia adalah sebagai berikut:
a. Kendaraan dinas roda dua sejumlah 45 unit, yaitu terdiri dari 42 unit sepeda motor, dan
3 unit scooter;
b. Kendaraan roda empat sejumlah 82 unit, yaitu terdiri dari 16 unit sedan, 12 unit jeep,
6 unit micro bus (penumpang 15 – 29 orang), 42 unit mini bus (penumpang 14 orang ke
bawah), 2 unit truck, 1 unit pick up, dan 2 unit mobil ambulance.
Kendaraan dinas roda empat yang tersedia selain dimanfaatkan oleh Setjen KESDM juga
dipinjampakaikan kepada unit organisasi di lingkungan KESDM maupun stakeholders sektor
ESDM yang menunjang tugas dan fungsi KESDM.

Selama tahun 2015 – 2019 Setjen KESDM telah melaksanakan pengelolaan sarana dan prasarana
yang meliputi tanah, bangunan dan BMN yang dilaksanakan dalam bentuk renovasi, pemeliharaan
dan pengadaan sarana dan prasarana. Hal ini dilakukan dalam rangka penyediaan sarana dan
prasarana aparatur yang sesuai standar sarana dan prasarana.

Dari hasil pemantauan dan evaluasi kegiatan standardisasi sarana dan prasarana terakhir, diperoleh
penghitungan persentase sarana prasarana kerja yang sesuai standar. Adapun standardisasi
sarana dan prasarana mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 248/PMK.06/2011
tentang Standar Barang dan Standar Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Tanah dan/atau
Bangunan sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor 7/PMK.06/2016 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.06/2011 tentang Standar Barang dan
Standar Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Tanah dan/atau Bangunan, dan PMK Nomor 76/

24 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


PMK.06/2015 tentang Standar Barang dan Standar Kebutuhan BMN Berupa Alat Angkutan Darat
Bermotor Dinas Operasional Jabatan di Dalam Negeri. Berikut inventaris sarana dan prasarana di
Setjen KESDM sebagaimana tercantum dalam Tabel 10 sebagai berikut:
Tabel 10. Inventaris Sarana dan Prasarana Setjen KESDM

SESUAI PMK NOMOR KONDISI


NO TINGKAT JABATAN KETERANGAN
76/PMK.06/2015 EX I S TI N G

1. Menteri Sesuai standar

a Ruang Kerja 28 m 2
110,7 m 2

b Ruang Tamu 40 m2 81,8 m2

c Ruang Rapat 40 m2 62 m2

d Ruang Tunggu 60 m2 64,4 m2

e Ruang Istirahat 20 m2 23 m2

f Ruang Sekretaris 15 m2 29,8 m2

g Ruang Simpan 14 m2 64 m2

h Ruang Toilet 6 m2 3,5 m2

2. Wakil Menteri Sesuai standar

a Ruang Kerja 16 m 2
110,7 m 2

b Ruang Tamu 14 m2 48,7 m2

c Ruang Rapat 20 m2

d Ruang Tunggu 18 m2 39,5 m2

e Ruang Istirahat 10 m2

f Ruang Sekretaris 10 m2 52,7 m2

g Ruang Simpan 10 m2

h Ruang Toilet 4 m2

3. Sekjen Sesuai standar

a Ruang kerja 16 m 2
63 m 2

b Ruang tamu 14 m2

c Ruang rapat 20 m2 43 m2

d Ruang tunggu 18 m2 8 m2

e Ruang istirahat 10 m2 23 m2

f Ruang sekretaris 10 m2 -

g Ruang simpan 10 m2 -

h Ruang toilet 4 m2 5,8 m2

4. Staf Ahli Menteri Sesuai standar

a Ruang kerja 16 m2 28,1 m2

b Ruang tamu 14 m2 -

c Ruang rapat 20 m2 -

d Ruang tunggu 9 m2 -

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 25


SESUAI PMK NOMOR KONDISI
NO TINGKAT JABATAN KETERANGAN
76/PMK.06/2015 EX I S TI N G

e Ruang istirahat 5 m2 -

f Ruang sekretaris 7 m2 16,8 m2

g Ruang simpan 5 m2 -

h Ruang toilet 3 m2 7 m2

5. Kepala Biro/Pusat Sesuai standar

a Ruang kerja 14 m2

b Ruang tamu 12 m2 - Ruang tamu dan ruang kerja menjadi satu

c Ruang rapat 14 m2 20 m2

d Ruang tunggu 12 m2 -

e Ruang istirahat 5 m2 -

f Ruang sekretaris 7 m2 -

g Ruang simpan 3 m2 9 m2

h Ruang toilet 3 m2 7 m2

6. Kepala Bagian/Bidang Sesuai standar

a Ruang kerja 12 m2 9 m2

b Ruang tamu 6 m2 8 m2

c Ruang simpan 3 m2 -

7. Kepala Subbagian Sesuai standar

a Ruang kerja 8 m2 7 m2

b Ruang simpan 3 m2 -

8. Staf/Pelaksana Belum sesuai standar

a Ruang kerja 8 m2 2 m2

b Ruang simpan 3 m2 -

9. Ruang Penunjang Sesuai standar

a Ruang Rapat Utama 140 m2 Sesuai standar


Kementerian

b Ruang Rapat Utama Eselon I 90 m2 Sesuai standar

c Ruang Rapat Utama Eselon II 40 m2 Belum sesuai standar

d Ruang Pertemuan Aula 400 m2 Sesuai standar


Kementerian

e Ruang Pertemuan Aula 50 m2 Sesuai standar


Eselon I

26 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


SESUAI PMK NOMOR KONDISI
NO TINGKAT JABATAN KETERANGAN
76/PMK.06/2015
SESUAI PMK NOMOR E XKONDISI
I S TI N G
NO TINGKAT JABATAN KETERANGAN
76/PMK.06/2015
SESUAI PMK NOMOR E X I S TI N G
KONDISI
f Ruang
NO Arsip JABATAN
TINGKAT 0,4 m2 x jumlah Belum sesuaiKETERANGAN
standar
76/PMK.06/2015
f Ruang Arsip 2
x jumlah E X I S TI N G
0,4 mpegawai Belum sesuai standar
0,4 pegawai
0,8 m
m2 xx jumlah
jumlah Belum sesuai
sesuai standar
standar
2
gf Ruang Musala
Ruang Arsip Belum
pegawai
0,8 mpegawai
2
x jumlah Belum sesuai standar
g Ruang Musala
2 2 pegawai
hg Ruang Musala
Toilet 0,85mm x per
jumlah
25 Belum sesuai
Belum sesuai standar
standar
pegawai
5 pegawai
m2 per 25 Belum sesuai standar
h Toilet
hI Toilet Laktasi
Ruang 5 m2 pegawai
per 25- - Belum sesuai
Belum sesuai standar
standar
pegawai - - Belum sesuai standar
I Ruang Laktasi
I Ruang Laktasi - - Belum sesuai standar
Tabel 11. Perbandingan Standar BMN Berupa Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan di Dalam Negeri
Sesuai PMK Nomor 76/ PMK.06/2015 dengan Kondisi Existing
SESUAI PMK NOMOR
NO TINGKAT JABATAN KONDISI E X I S TI N G KETERANGAN
SESUAI PMK NOMOR
76/PMK.06/2015
NO TINGKAT JABATAN KONDISI EX I S TI N G KETERANGAN
76/PMK.06/2015
SESUAI PMK NOMOR
1
NO Menteri
TINGKAT JABATAN Sedan 3500cc Sedan KONDISI
Crown 2.5E X
Hybrid
I S TI N2500cc
G Tidak Sesuai standar
KETERANGAN
76/PMK.06/2015
Sedan 3500cc Sedan Crown 2.5 Hybrid 2500cc Tidak Sesuai standar
1 Menteri
2 Wakil Menteri Sedan/SUV 3500cc Toyota
Sedan 3500cc Camry2.5
Sedan Crown 2500cc
Hybrid 2500cc Sesuai standar
Tidak Sesuai standar
1 Menteri
2 Wakil Menteri Sedan/SUV 3500cc Toyota Camry 2500cc Sesuai standar
3 Sekjen Sedan/SUV Honda Accord 1500 CC Tidak Sesuai standar
23 Wakil Menteri Sedan/SUV 3500cc Toyota
2500/3000cc
Sedan/SUV HondaCamry
Accord2500cc
1500 CC Sesuai
Tidak standar
Sesuai standar
Sekjen
3 Sekjen 2500/3000cc
Sedan/SUV Honda Accord 1500 CC Tidak Sesuai standar
4 Staf Ahli Menteri/Pejabat Sedan 2000cc Toyota Camry 2500cc Sesuai standar
2500/3000cc
Sedan 2000cc Toyota Camry 2500cc Sesuai standar
4 setara Eselon
Staf Ahli I/b
Menteri/Pejabat
4 setara
Staf AhliEselon I/b
Menteri/Pejabat Sedan 2000cc Toyota Camry 2500cc Sesuai standar
standar
5 Kepala Biro/ Pusat SUV 2500cc Toyota Fortuner 2400cc Sesuai
5 setara Eselon I/b
Kepala Biro/ Pusat SUV 2500cc Toyota Fortuner 2400cc Sesuai standar
5 Kepala Biro/ Pusat SUV 2500cc Toyota Fortuner 2400cc Sesuai standar

Tabel 12. Perbandingan Standar BMN Berupa Barang dan Standar Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Tanah dan/
SESUAI PMK NOMOR KONDISI
NO BANGUNANBangunan
RUMAHSesuai PMK Nomor 7/PMK.06/2016 dengan Kondisi Existing
NEGARA KETERANGAN
SESUAI PMK NOMOR E XKONDISI
7/PMK.6/2017 I S TI N G
NO BANGUNAN RUMAH NEGARA KETERANGAN
7/PMK.6/2017
SESUAI PMK NOMOR E X I S TI N G
KONDISI
NO
1 BANGUNAN
Tipe Khusus (Menteri)RUMAH NEGARA 400 m2 421 m2 KETERANGAN
Sesuai standar
7/PMK.6/2017 EX I S TI N G 2
1 Tipe Khusus (Menteri) 400 m 2
421 m Sesuai standar
2 Tipe A (Eselon I) 250 m22 290 m22 Sesuai standar
1 Tipe Khusus (Menteri) 400 m 2 421 m 2 Sesuai standar
2 Tipe A (Eselon I) 250 m 290 m Sesuai standar
3 Tipe B Eselon II PNS Gol. IV/d dan IV/e 120 m2 150 m2 Sesuai standar
23 Tipe 250
120mm2
2
290
150mm2
2
Sesuai
Sesuaistandar
TipeA B(Eselon
EselonI)II PNS Gol. IV/d dan IV/e standar
4 Tipe C (Eselon III) 70 m2 78 m2 Sesuai standar
34 Tipe 120
70mm
2
150 78mm
2
Sesuai standar
TipeB CEselon II PNS
(Eselon III) Gol. IV/d dan IV/e 2 2
Sesuai standar
5 Tipe D (Eselon IV) 50 m2
52 m 2
Sesuai standar
45 Tipe 70
50mm2
2
7852mm2
2
Sesuai
Sesuaistandar
TipeC D(Eselon
(EselonIII)IV) standar
6 Tipe E (Eselon V, PNS Gol II ke bawah) 36 m2 51 m2 Sesuai standar
56 Tipe 50
36mm2
2
5251mm2
2
Sesuai
Sesuaistandar
TipeD E(Eselon
(EselonIV)V, PNS Gol II ke bawah) standar
6 Tipe E (Eselon V, PNS Gol II ke bawah) 36 m2 51 m2 Sesuai standar

Berdasarkan tiga tabel di atas, terdapat 20 item utama penilaian, dan 9 sub-item penilaian. Dari
14 item utama, 13 item sudah memenuhi standar namun terdapat 1 item yang belum memenuhi
standar yaitu ruang kerja staf terutama terkait dengan kesulitan dalam penyimpanan dokumen.
Dan terdapat 5 sub-item penilaian yang belum sesuai standar yaitu ruang arsip, ruang musala,
toilet, dan ruang laktasi. Sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa Kantor Pusat KESDM
sudah memenuhi standar sebesar 92,85%. Meskipun pada tahun 2018 dilakukan pekerjaan
renovasi rumah dinas Eselon II, ruang musala pada Gedung Pusat Arsip KESDM, namun dalam
hal ruang penunjang yang masih dirasakan belum sesuai standar yaitu; ukuran ruang toilet,
ruang rapat Eselon II serta penyimpanan arsip. Keterbatasan penyimpanan pada ruang staf

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 27


sedikitnya berpengaruh dalam pelaksanaan tugas, mengingat sebagian besar, berakhirnya
disposisi berada pada pelaksana/staf. Dalam pengelolaan gedung kantor, Setjen KESDM telah
melaksanakan pengelolaan gedung dengan menerapkan konsep ISO 50001. Sistem Manajemen
Energi dan green building, yaitu dengan menekankan pada penggunaan energi yang efektif dan
efisien serta mempertimbangkan keberlanjutan energi dan lingkungan. Pada tahun 2019 Setjen
KESDM memperoleh nominasi dalam Penghargaan Subroto untuk Bidang Efisiensi Energi, yaitu
untuk Gedung Heritage memperoleh Juara II Kategori Bangunan Hemat Energi-Gedung Hijau
Kecil dan Menengah, serta Gedung Chairul Saleh memperoleh Juara I untuk Kategori Manajemen
Energi Pada Gedung Kecil dan Menengah. Selanjutnya pada tahun 2020 kedua gedung ini juga
meraih penghargaan di ajang ASEAN Energy Award (AEA) yaitu Gedung Heritage memperolah
penghargaan sebagai 1st Runner-Up for Energy Efficient Buildings and Green Buildings dan
Gedung Chairul Saleh memperoleh penghargaan sebagai 2nd Runner-Up for Energy Management
in Buildings.

Gambar 5. Piagam Penghargaan Subroto untuk Gedung Chairul Saleh

Gambar 6. Piagam Penghargaan Subroto untuk Gedung Heritage

28 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


Penghargaan yang diperoleh ini tentunya menjadi motivasi bagi Setjen untuk semakin meningkatkan
kualitas pengelolaan gedung saat ini, baik dari segi efektivitas dan efisiensi penggunaan energi,
peningkatan keberlanjutan lingkungan maupun peningkatan kualitas pelayanan itu sendiri. Ke
depan diharapkan KESDM dapat menjadi role model pengelolaan perkantoran yang hemat energi.

G. Sasaran Strategis 7: Meningkatnya Kualitas Data dan Teknologi Informasi Sektor ESDM
yang Lengkap Akurat dan Tepat Waktu
Pemanfaatan data spasial sektor ESDM yang ada dalam Geoportal ESDM sangat bermanfaat bagi
stakeholders dan masyarakat, hal tersebut dapat dilihat dari hasil survei kepuasan masyarakat
secara online atas pemanfaatan teknologi informasi ESDM One Map.

Survei pada website ESDM One Map diikuti oleh 230 responden dari seluruh Indonesia, di
antaranya 214 berjenis kelamin laki-laki dan 16 perempuan, dengan 19 pertanyaan yang
mencakup 3 variabel yaitu: ESDM One Map usability, ESDM One Map Information, dan Layanan
Helpdesk One Map. Hasil survei menunjukkan bahwa Layanan One Map termasuk dalam kategori
sangat baik.

Gambar 7. Aplikasi Geoportal ESDM

Seluruh data spasial di dalam ESDM One Map telah dimanfaatkan, terbukti dari jumlah hit setiap
peta dari total 103 peta yang dapat diakses oleh publik secara gratis.
Evaluasi terhadap capaian 2019 adalah:
1. Menjaga dan meningkatkan pemanfaatan data, baik data spasial maupun data non spasial;
2. Perlu adanya integrasi dan penyelarasan antara data spasial dan non spasial untuk
mewujudkan kualitas data yang reliable;
3. Pengelolaan data harus dilakukan dalam satu kesatuan utuh antara data spasial maupun
data non spasial;
4. Meningkatkan tata kelola pengelolaan data hulu migas yang lebih baik agar dapat
memberikan informasi yang kredibel dan akuntabel; dan
5. Subsurface data agar dapat menarik minat investasi hulu migas dengan meningkatkan
kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas dan mempercepat penemuan cadangan migas
baru.

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 29


H. Sasaran Strategis 8: Terwujudnya Kegiatan Pengelolaan BMN yang Akurat dan Akuntabel
Dalam rangka pengelolaan BMN yang tertib dan akuntabel di lingkungan KESDM, seluruh BMN
yang tercatat dalam neraca KESDM harus ditetapkan status penggunaannya sebagaimana
diamanatkan dalam PMK Nomor 246/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Penggunaan Barang
Milik Negara sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor 87/PMK.06/2016. Selain itu, tujuan
penetapan status penggunaan juga ditujukan untuk memberikan kepastian hukum kepada
pengguna/kuasa pengguna barang atas penggunaan BMN di lingkungan KESDM.

Setjen KESDM sebagai pelaksana fungsional pengguna barang pada KESDM mempunyai tugas
dan fungsi pembinaan pengelolaan BMN agar sesuai dengan peraturan yang berlaku, tugas
fungsi tersebut di antaranya melaksanakan proses penetapan status BMN di lingkungan KESDM.
Dalam periode tahun 2015 – 2019, persentase jumlah BMN yang telah ditetapkan statusnya
terus meningkat dari tahun 2015 sebesar 95% menjadi 100% pada tahun 2019.

Beberapa faktor yang mendukung pencapaian target di antaranya adalah:


1. Pelaksanaan rekonsiliasi dan sosialisasi penetapan status penggunaan BMN di lingkungan
KESDM; dan
2. Pembentukan Tim Penetapan Status BMN di lingkungan KESDM.

Dalam pengelolaan BMN, KESDM juga memiliki peran dalam pengelolaan BMN yang berasal dari
Bagian Anggaran KESDM (020) dan juga bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BUN) di
antaranya adalah BMN yang berasal dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) pada usaha hulu
migas dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) generasi I untuk
usaha batubara.

Dalam pelaksanaannya, KESDM melakukan seluruh aktivitas dalam pengelolaan BMN sebagaimana
siklus BMN yaitu penatausahaan (pencatatan dan inventarisasi), pemindahtanganan, pengamanan
dan pemeliharaan BMN. Sampai dengan tahun 2019, nilai aset yang telah dicatat pada KESDM
sebanyak Rp26,8 Triliun, pada BMN KKKS sebanyak Rp299,4 Triliun dan BMN PKP2B sebanyak
Rp10,2 Triliun sebagaimana tercantum dalam Tabel 13 sebagai berikut:

Tabel 13. Nilai BMN Tahun 2019


1
ASET KESDM Nilai Rp. 26.809.932.812.322
2
ASET KKKS Nilai Rp. 299.478.969.891.955
Nilai BMN
3
ASET PKP2B Nilai Rp. 10.269.128.307.760
Tahun 2019

Sejalan dengan itu, proses pengelolaan BMN di KESDM selama periode tahun 2015 – 2019 telah
diapresiasi oleh stakeholders lain, di antaranya adalah dengan selalu masuknya KESDM menjadi
peraih penghargaan dalam BMN Awards yang diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan pada
tahun 2016 – 2019. KESDM bahkan mendapatkan juara umum BMN Awards pada tahun 2017,
dimana indikator penilaian dalam penghargaan tersebut di antaranya adalah menilai kinerja
K/L dalam melakukan utilisasi BMN, tingkat kepatuhan pelaporan BMN, dan capaian sertifikasi

30 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


BMN. Selain itu, penilaian juga pada tata kelola berkesinambungan (continuous improvement)
dalam pengelolaan BMN dan tingkat keaktifan dalam berkolaborasi (peer colaboration) dengan
pengelola barang dalam meningkatkan kualitas pengelolaan BMN. Apresiasi ini menunjukkan
KESDM dianggap berkinerja baik dalam pengelolaan BMN.

I. Sasaran Strategis 9: Meningkatnya Pelayanan Komunikasi Publik Sektor ESDM


Publikasi kreatif menjadi kegiatan yang penting dalam era globalisasi saat ini. Informasi-informasi
yang ada dikemas dalam bentuk yang menarik untuk mendapatkan perhatian dari masyarakat
luas. Pemerintah sebagai regulator yang mengatur segala kepentingan masyarakat perlu untuk
membuat skema publikasi yang menarik bagi masyarakat. Tujuan dari kegiatan publikasi secara
luas adalah untuk menghindari asimetris informasi yang dapat menghambat pembangunan di
Indonesia.

Dalam pelaksanaannya, jenis publikasi saat ini sangat beragam. Berbagai media dan bentuk
penyampaian informasi menjadi ruang kreativitas tersendiri dalam penyampaian informasi.
Kemudahan penyampaian informasi dalam bentuk visual maupun audiovisual membuat setiap
orang dapat mempublikasikan apa pun dan di mana pun. Dengan berbagai kemudahan untuk
mempublikasikan informasi saat ini, maka Pemerintah perlu untuk melakukan inovasi dalam
melakukan publikasi terkait kebijakan, program maupun kegiatan yang tengah dilakukan.

Inovasi tersebut harus dilakukan dengan mencari media penyampaian informasi yang lebih efektif
dan efisien. Saat ini videografis maupun infografis menjadi salah satu bentuk penyampaian
informasi yang dinilai lebih efektif dan efisien selain pembuatan siaran pers yang tentunya
sumber resmi dan kredibel yang keluar dari sebuah lembaga/instansi. Melalui infografis dan
videografis ini, berbagai konten informasi yang kompleks dikemas menjadi sebuah informasi
dalam bentuk yang lebih mudah untuk dipahami. Begitu pun dengan videografis, informasi dalam
bentuk animasi grafis dengan efek audio yang menarik diharapkan dapat menarik perhatian
masyarakat luas.

Total sebanyak 117.504 publikasi yang dikeluarkan oleh KESDM dihitung berdasarkan kategori
sebagai berikut:
1. Jumlah siaran pers yang ditayangkan di website KESDM
Press release atau siaran pers merupakan informasi dalam bentuk berita yang dibuat oleh
public relations (humas) dalam suatu organisasi atau perusahaan/institusi/lembaga dan
dikirimkan atau disiarkan kepada media (pers) sebagai bentuk kegiatan penyebarluasan
informasi kepada publik. Press release sangat penting digunakan dalam kegiatan public
relations untuk menjalin hubungan baik dengan pers. Setiap informasi yang keluar dari
KESDM dibuat dalam bentuk Press Release/Siaran Pers yang menjadi rujukan kredibel bagi
para media yang membuat berita seputar sektor ESDM.

Hingga akhir tahun 2019, jumlah total siaran pers yang tayang pada website KESDM adalah
sebanyak 755 siaran pers yang memuat informasi seputar program, kebijakan, capaian dan
informasi penting lainnya terkait seluruh sektor ESDM.

2. Infografis
Dalam penyampaian program dan kebijakan KESDM selama tahun 2019, Setjen KESDM telah
mempublikasikan kebijakan serta informasi melalui beberapa kanal komunikasi dan salah
satu konten yang disebarkan berupa infografis. Infografis menjadi salah satu alternatif dalam

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 31


penyampaian informasi yang dikemas secara ringan dan menarik sehingga meningkatkan
minat para audience terhadap setiap posting-an pada kanal-kanal komunikasi yang dimiliki.
Total infografis yang telah dibuat dan dipublikasikan oleh Setjen KESDM berjumlah 362 buah.
Penyampaian informasi yang dikemas menjadi sebuah infografis menumbuhkan dan menarik
minat audience untuk membaca isu-isu seputar KESDM.

3. Videografis
Selain infografis, metode pengemasan informasi lainnya adalah dengan pembuatan
videografis yang menjadi salah satu strategi kreatif dalam mempublikasikan kebijakan KESDM.
Videografis merupakan media untuk merekam suatu moment/kejadian yang dirangkum
dalam sebuah sajian gambar dan suara. Total videografis yang telah dibuat selama tahun
2019 adalah sebanyak 115.

4. Jumlah Pemberitaan terkait KESDM


Pemberitaan yang tersaji di media massa maupun kanal komunikasi lainnya, dapat menjadi
salah satu acuan efektivitas penyampaian kebijakan sektor ESDM kepada publik. Sementara
itu, di saat yang bersamaan tingginya frekuensi pemberitaan terkait ESDM juga sejatinya
dapat diterjemahkan sebagai isu strategis yang kemudian dapat diolah menjadi bahan
komunikasi publik Pimpinan KESDM.

Setjen KESDM bertanggung jawab untuk memantau pemberitaan yang terdapat di seluruh
media yang memberitakan tentang KESDM untuk selanjutnya dilaporkan kepada pimpinan
terkait isu strategis masing-masing subsektor, tonasi/sentimen dan spoke person pada berita
tersebut. Pada media cetak dan online, pemberitaan yang dipantau berupa informasi tentang
berita-berita pada media massa yang berkaitan dengan sektor ESDM, meliputi antara lain:

MEDIA ONLINE MEDIA CETAK


Bisnis Indonesia 339 3381 5 Investor Daily 266 1737 2

CNBC Indonesia 431 2853 1 Bisnis Indonesia 145 1561 0

Antara 402 2530 6 Koran Kontan 136 1481 1

Kontan 368 2508 3 Rakyat Merdeka 106 555 2

Republika 366 2306 1 Koran Sindo 78 527 6

Liputan 6 349 2089 2 Media Indonesia 81 517 1

Detik 312 2050 9 Republika 70 521 1

Tribun News 137 1719 5 Kompas 37 511 3

Seputar Indonesia 174 1554 1 Koran Tempo 13 296 1

Tempo Interaktif 173 1452 7 Majalah Tempo 3 73 3

Positif Netral Negatif Positif Netral Negatif

Gambar 8. Pemberitaan Positif, Negatif, Netral pada Media Online dan Media Cetak

32 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


artikel, foto, opini masyarakat, feature dan surat pembaca. Sedangkan pada media televisi
dan radio, informasi yang disediakan berupa berita-berita pada media televisi yang berkaitan
dengan sektor ESDM, meliputi antara lain: news, talkshow, features, breaking news, running
text, dan iklan.

Selama Januari hingga Desember tahun 2019, tercatat total 116.613 yang terdiri dari
107.817 artikel berita di media online dan 8.796 artikel berita di media cetak dengan sentimen
positif, netral dan negatif. Pemberitaan dengan tonasi positif dan netral berjumlah 116.272
berita. Bisnis Indonesia menjadi media online yang paling vokal yaitu 3.725 pemberitaan,
sedangkan Investor Daily menjadi yang paling vokal di media cetak yaitu 2.005 artikel berita
yang mengulas KESDM dengan kecenderungan pemberitaan bertonasi netral. Pemberitaan
positif, negatif, dan netral pada media online dan media cetak sebagaimana dalam Gambar 8.

Isu utama yang paling disorot oleh media yaitu terkait “Kendaraan Listrik” serta “Aktivitas
Vulkanik Gunung Merapi” kemudian “Distribusi BBM” dan “Pemadaman Listrik” sebagaimana
dalam Tabel 14.

Tabel 14. Isu Utama yang Disorot oleh Media

NO ISU EKSPOSE LINK


1 Kendaraan Listrik 7.099 https://www.suara.com/otomotif/2019/12/25/143500/perpres-
terbit-2020-kendaraan-listrik-roda-dua-masih-butuh-persiapan
2 Aktivitas Vulkanik 4.046 https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190722202306-20-
Gunung Merapi 414522/pvmbg-catat-425-kali-gempa-embusan-di-gunung-
tangkuban-parahu
3 Distribusi BBM 3.781 https://economy.okezone.com/
read/2019/07/25/320/2083508/jokowi-pangkas-aturan-iuran-
distribusi-bbm-dan-gas-cek-di-sini
4 Pemadaman Listrik 3.069 https://nasional.kompas.com/
read/2019/08/09/21500961/tim-investigasi-polri-periksa-20-saksi-
terkait-mati-listrik-massal
5 Harga BBM 1.963 https://www.liputan6.com/bisnis/read/3931594/rincian-terbaru-
harga-bbm-pertamina-shell-dan-total
6 Distribusi LPG 1.783 https://katadata.co.id/berita/
2019/07/18/pertamina-tambah-pasokan-lpg-40320-tabung-di-
wonogiri
7 Jaringan Gas 1.741 https://www.liputan6.com/bisnis/read/3916223/Pemerintah-bakal-
bangun-78126-jaringan-gas-rumah-tangga-di-18-kabupatenkota

Pada pemberitaan di media online, subsektor migas memiliki pemberitaan paling banyak
NO dengan HASIL
jumlah pemberitaan sebanyak NEGARA41.412 berita.
BENTUK KERJAIsu-isu TANGGALmigas yang
SAMAutama subsektor
KERJA SAMA PENANDATANGANAN
paling banyak diangkat oleh media online berupa distribusi BBM ke seluruh wilayah NKRI
1 Cooperation on Energy Kuwait Agreement/ MoU 2 September 2019
terutama terkait dengan penyaluran bahan bakar bersubsidi ke daerah-daerah 3T (Terpencil,
2 Sidang Komisi
Terluar, Bersamadan
Terdepan) ke-1seluruh regulasi
Kuwait yangMinutes of MeetingSedangkan
menyertainya. 2 September 2019 cetak,
untuk media
investasi
Pertemuan migas
Konsultasi menjadi
Bilateral isu yang paling banyak diberitakan sebanyak 200 pemberitaan.
(Konsbil)
3 Kuwait Minutes of Meeting 27 Juni 2019
ke-6
Media tersebut memberitakan seputar capaian investasi hulu migas, keterbukaan akses data
4
migas,
Pertemuan jugaKonsultasi
Komite proyek-proyek
Bilateralstrategis nasional yang menjadi prioritas untuk meningkatkan
Iran Minutes of Meeting 15 Mei 2019
(KKB) ke-8
produksi migas demi memenuhi konsumsi domestik.
5 Cooperation on Energy Jepang Agreement/ MoU 16 Juni 2019

6 Adapun 5 daftar
Cooperation teratas isu utama
on Energy di setiap subsektor
Inggris yang
Agreement/ MoUdisorot media online
20 Februari yaitu:
2019
1. Isu utama media online subsektor ketenagalistrikan, 5 daftar teratas sepanjang tahun
2019 (Januari – Desember): Pemadaman Listrik (3.061 berita), Rasio Elektrifikasi (1.356
NO PERTEMUAN BILATERAL TANGGAL LOKASI

1 Kunjungan Kerja Menteri ESDM 17 – 23 Januari 2019 Amerika Serikat


DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 33
Kunjungan Kerja Staf Ahli Menteri Bidang
2 10 – 12 April 2019 Arab Saudi
Investasi dan Pengembangan Infrastruktur
3 Kunjungan Kerja Menteri ESDM 21 – 25 Mei 2019 Amerika Serikat
4 Kunjungan Kerja Menteri ESDM 27 Juni – 29 Juni 2019 Persatuan Emirat Arab
berita), Penyesuaian Tarif Daftar Listrik (687 berita), Pembangunan Pembangkit (449
berita) dan Inspeksi Presiden Jokowi (434 berita).
2. Isu utama media online subsektor migas, 5 daftar teratas sepanjang tahun 2019 (Januari
– Desember): Distribusi BBM (3.781 berita), Harga BBM (1.963 berita), Distribusi LPG
(1.783 berita), Jaringan Gas (1.741 berita) dan Investasi Migas (1.109 berita).
3. Isu utama media online subsektor minerba, 5 daftar teratas sepanjang tahun 2019
(Januari – Desember): Izin Usaha Pertambangan (830 berita), Tambang Ilegal (826
berita), Harga Batubara Acuan/HBA (674 berita), Kinerja Emiten Tambang (585 berita)
dan Produksi Batubara (500 berita).
4. Isu utama media online subsektor EBTKE, 5 daftar teratas sepanjang tahun 2019
(Januari – Desember): Pengembangan EBT (902 berita), Program Biodiesel (604 berita),
Pembangunan PLTSa (547 berita), Uji Coba B30 (325 berita) dan Program B30 (320
berita).
5. Isu utama media online bidang Geologi, 5 daftar teratas sepanjang tahun 2019 (Januari –
Desember): Aktivitas Vulkanik Gunung Merapi (4.046 berita), Aktivitas Vulkanik Gunung
Sinabung (1.467 berita), Aktivitas Vulkanik Gunung Agung (1.019 berita), Aktivitas
Vulkanik Anak Gunung Krakatau (718 berita) dan Aktivitas Kegempaan (501 berita).
6. Isu utama media online bidang Umum, 5 daftar teratas sepanjang tahun 2019
(Januari – Desember): Kendaraan Listrik (7.099 berita), Neraca Perdagangan
(706 berita), Corporate Social Responsibility (CSR) Emiten Energi (267 berita),
Kasus Korupsi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Riau (235 berita) dan
Formula E Jakarta (218 berita).

Sedangkan 5 daftar teratas isu utama di setiap subsektor yang disorot media cetak:
1. Isu utama media cetak subsektor ketenagalistrikan, 5 daftar teratas sepanjang tahun
2019 (Januari – Desember): Rasio Elektrifikasi (74 berita), Penyesuaian Tarif Listrik (48
berita), Proyek Pembangkit Listrik (45 berita), Pembangunan Pembangkit Listrik (44
berita) dan Operasional Pembangkit Listrik (40 berita).
2. Isu utama media cetak subsektor migas, 5 daftar teratas sepanjang tahun 2019 (Januari
– Desember): Investasi Migas (200 berita), Jaringan Gas (197 berita), Lifting Migas (153
berita), Distribusi BBM (127 berita) dan Kelola Blok Migas (103 berita).
3. Isu utama media cetak subsektor minerba, 5 daftar teratas sepanjang tahun 2019
(Januari – Desember): Kinerja Emiten Tambang (151 berita), Produksi Batubara (86 berita),
Izin Usaha Pertambangan (69 berita), Harga Batubara (68 berita) dan DMO Batubara (67
berita).
4. Isu utama media cetak subsektor EBTKE, 5 daftar teratas sepanjang tahun 2019
(Januari – Desember): Pengembangan EBT (76 berita), Program Biodiesel (65 berita),
Pembangunan PLTSa (34 berita), Pemanfaatan PLTSa Atap (26 berita) dan Kebijakan
Crude Palm Oil (CPO) Sawit (26 berita).
5. Isu utama media cetak bidang geologi, 5 daftar teratas sepanjang tahun 2019 (Januari –
Desember): Aktivitas Gunung Merapi (51 berita), Bantuan Air Bersih (20 berita), Aktivitas
Gunung Agung (18 berita), Aktivitas Gunung Sinabung (16 berita) dan Pemanfaatan
Mitigasi Bencana (15 berita).
6. Isu utama media cetak bidang Umum, 5 daftar teratas sepanjang tahun 2019 (Januari –
Desember): Pengembangan Kendaraan Listrik (495 berita), Perekonomian Nasional (148
berita), Neraca Perdagangan Indonesia (127 berita), Pertumbuhan Ekonomi (69 berita)
dan Investasi Sektor Energi (44 berita).

34 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


Sentimen pemberitaan media online pada topik KESDM didominasi oleh sentimen netral
dengan persentase 89,8%. Sementara pemberitaan positif mendapat persentase 9,9%, dan
sentimen negatif 0,3%. Sedangkan media cetak proporsi pemberitaan juga didominasi oleh
sentimen netral dengan persentase 89,0%. Untuk sentimen positif mendapat persentase
sebesar 10,8%, dan untuk sentimen negatif 0,2%.

Selain indikator jumlah publikasi sektor ESDM yang menjadi salah satu target indikator dari
sasaran strategis Setjen KESDM, terdapat juga indikator lainnya yang menopang sasaran
strategis di bidang Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama, yaitu:

1. Jumlah Hasil Kerja Sama Bilateral


Dalam meningkatkan ketahanan energi nasional, telah dilakukan beberapa kegiatan-
kegiatan bilateral antara lain: Sidang Komisi Bersama dan Konsultasi Bilateral yang
menghasilkan beberapa kerja sama yang bertujuan meningkatkan hubungan kedua
negara serta saling meningkatkan investasi.

Pada tahun 2019 telah dilakukan penandatanganan 3 (tiga) perjanjian kerja sama yaitu:
a. Memorandum Saling Pengertian antara KESDM dan Kementerian Negara Bidang
Perdagangan dan Promosi Ekspor Inggris tentang Kerja Sama Pengembangan
Energi Rendah Karbon pada tanggal 20 Februari 2019;
Dalam rangka memperkuat komitmen Pemerintah Indonesia pada upaya
pengembangan energi rendah karbon, Sekjen KESDM menandatangani Nota
Kesepahaman (Memorandum of Understanding/ MoU) antara Indonesia dengan
Inggris di bidang Kerja Sama Pengembangan Energi Rendah Karbon bersama Duta
Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN, dan Timor Leste, Moazzam Malik. Program
yang akan dilaksanakan di bawah MoU ini adalah Dana Kemakmuran (Prosperity
Fund) untuk Energi Terbarukan Indonesia dan Dana Kemakmuran untuk Energi
Rendah Karbon ASEAN , dengan garis besar sebagai berikut:
1) Program pengembangan EBT guna mendorong investasi sektor swasta dalam
meningkatkan pangsa pembangkit energi terbarukan, dalam bentuk pilot
project;
2) Bantuan teknis dalam fasilitasi pembiayaan infrastruktur energi terbarukan,
dengan fokus pada Indonesia Timur;
3) Penyediaan infrastruktur energi terbarukan untuk skala kecil di Indonesia
Timur;
4) Mendorong kerja sama internasional dan domestik untuk memfasilitasi transfer
pengetahuan, inovasi dan praktik dalam pengembangan energi terbarukan;

Seluruh data spasial di dalam ESDM One Map


telah dimanfaatkan, terbukti dari jumlah hit
setiap peta dari total 103 peta yang dapat
diakses oleh publik secara gratis.

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 35


NO ISU EKSPOSE Gambar 9. LINK
1 Penandatanganan MoU antara Indonesia
Kendaraan Listrik 7.099 dengan Inggris di Bidang Kerja Sama Pengembangan Energi Rendah Karbon
https://www.suara.com/otomotif/2019/12/25/143500/perpres-
terbit-2020-kendaraan-listrik-roda-dua-masih-butuh-persiapan
2 Aktivitas Vulkanik 4.046 https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190722202306-20-
Gunung Merapi 414522/pvmbg-catat-425-kali-gempa-embusan-di-gunung-
b. Memorandum Kerja Sama antara KESDM dan Kementerian Ekonomi, Perdagangan,
tangkuban-parahu
dan Industri Jepang tentang Kerja Sama Energi yang ditandatangani pada 16 Juni
3 Distribusi BBM 2019 di Karuizawa,
3.781 https://economy.okezone.com/
Jepang; dan
read/2019/07/25/320/2083508/jokowi-pangkas-aturan-iuran-
c. Memorandum Saling Pengertian antara Pemerintah RI dan Pemerintah Kuwait
distribusi-bbm-dan-gas-cek-di-sini
4 tentang Kerja
Pemadaman Listrik 3.069Sama di subsektor migas yang ditandatangani pada 2 September
https://nasional.kompas.com/
2019 di Kuwait City, Kuwait.
read/2019/08/09/21500961/tim-investigasi-polri-periksa-20-saksi-
terkait-mati-listrik-massal
5 Harga BBMPenandatanganan
1.963perjanjian–perjanjian
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3931594/rincian-terbaru-
kerja sama tersebut merupakan langkah untuk
harga-bbm-pertamina-shell-dan-total
dapat memperkuat kerja sama dengan negara mitra yang tentunya akan memberikan
6 Distribusi LPG 1.783 https://katadata.co.id/berita/
manfaat bagi pengembangan sektor ESDM Indonesia. Perjanjian–perjanjian kerja sama
2019/07/18/pertamina-tambah-pasokan-lpg-40320-tabung-di-
yang ditandatangani serta hasil kerja sama bilateral lainnya sepanjang tahun 2019
wonogiri
7 sebagaimana dalam
Jaringan Gas 1.741 Tabel 15 sebagai berikut:
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3916223/Pemerintah-bakal-
bangun-78126-jaringan-gas-rumah-tangga-di-18-kabupatenkota
Tabel 15. Perjanjian Kerja Sama

NO HASIL NEGARA BENTUK KERJA SAMA TANGGAL


KERJA SAMA PENANDATANGANAN
1 Cooperation on Energy Kuwait Agreement/ MoU 2 September 2019

2 Sidang Komisi Bersama ke-1 Kuwait Minutes of Meeting 2 September 2019

Pertemuan Konsultasi Bilateral (Konsbil)


3 Kuwait Minutes of Meeting 27 Juni 2019
ke-6
Pertemuan Komite Konsultasi Bilateral
4 Iran Minutes of Meeting 15 Mei 2019
(KKB) ke-8

5 Cooperation on Energy Jepang Agreement/ MoU 16 Juni 2019

6 Cooperation on Energy Inggris Agreement/ MoU 20 Februari 2019

NO
36
PERTEMUAN BILATERAL
DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024
TANGGAL LOKASI

1 Kunjungan Kerja Menteri ESDM 17 – 23 Januari 2019 Amerika Serikat

Kunjungan Kerja Staf Ahli Menteri Bidang


2 10 – 12 April 2019 Arab Saudi
Investasi dan Pengembangan Infrastruktur
NO HASIL NEGARA BENTUK KERJA SAMA TANGGAL
KERJA SAMA PENANDATANGANAN
1 Cooperation on Energy Kuwait Agreement/ MoU 2 September 2019

2 Sidang Komisi Bersama ke-1 Kuwait Minutes of Meeting 2 September 2019

Pertemuan Konsultasi Bilateral (Konsbil)


3
2. Jumlah Pertemuan Kerja SamaKuwait
ke-6 Bilateral Minutes of Meeting 27 Juni 2019

Dalam Konsultasi
Pertemuan Komite rangka meningkatkan
Bilateral kerja sama bilateral dan investasi antara Indonesia dengan
4 Iran Minutes of Meeting 15 Mei 2019
(KKB) ke-8
negara mitra, pada tahun 2019 Setjen KESDM telah memfasilitasi 10 Pertemuan Kerja
5 Sama Bilateral
Cooperation dengan negara-negara
on Energy Jepang mitra,dalam bentuk
Agreement/ MoUKunjungan 16
Kerja
JuniMenteri
2019 ESDM
sebagaimana dalam Tabel 16 sebagai berikut:
6 Cooperation on Energy Inggris Agreement/ MoU 20 Februari 2019
Tabel 16. Kunjungan Kerja Menteri ESDM

NO PERTEMUAN BILATERAL TANGGAL LOKASI

1 Kunjungan Kerja Menteri ESDM 17 – 23 Januari 2019 Amerika Serikat

Kunjungan Kerja Staf Ahli Menteri Bidang


2 10 – 12 April 2019 Arab Saudi
Investasi dan Pengembangan Infrastruktur
3 Kunjungan Kerja Menteri ESDM 21 – 25 Mei 2019 Amerika Serikat
4 Kunjungan Kerja Menteri ESDM 27 Juni – 29 Juni 2019 Persatuan Emirat Arab
5 Kunjungan Kerja Menteri ESDM 30 Juni – 2 Juli 2019 Italia

6 Kunjungan Kerja Menteri ESDM 7 – 9 Juli 2019 Jepang

7 Kunjungan Kerja Menteri ESDM 22 – 24 Agustus 2019 Jepang


8 Kunjungan Kerja Menteri ESDM 29 September – 1 Oktober 2019 Inggris
9 Kunjungan Kerja Menteri ESDM 2 Oktober – 5 Oktober 2019 Italia
10 Kunjungan Kerja Menteri ESDM 9 – 14 Desember 2019 Jepang

3. Jumlah Fasilitasi Investasi dalam rangka Kerja Sama Bilateral


Dalam rangka memfasilitasi unit usaha baik BUMN ataupun swasta di sektor ESDM dalam
meningkatkan ekspansi bisnisnya, KESDM berupaya untuk menjadi fasilitator dalam
menjembatani kepentingan usaha dengan Pemerintah. KESDM berusaha untuk selalu
meningkatkan investasi di sektor ESDM melalui kerja sama bilateral dengan negara
mitra, hal ini dilakukan dalam rangka menjadi tahapan awal dalam mendorong investasi
di Indonesia ataupun dalam rangka meningkatkan pengembangan usaha baik ke dalam
maupun ke luar negeri.

Pada tahun 2019 telah dilaksanakan 6 forum/pertemuan Kerja Sama Bilateral dengan
negara-negara mitra, yaitu:
a. Bilateral Economic Cooperation and Related Projects Indonesia–Persatuan Emirat
Arab dilaksanakan pada tanggal 4 Juli 2019 di Jakarta, pertemuan ini dalam rangka
persiapan kunjungan Putera Mahkota Abu Dhabi dengan Presiden RI di Istana Bogor;
b. Indonesia – China Energy Forum (ICEF) ke-6 dilaksanakan pada tanggal 8 – 9 Juli 2019
di Beijing, RRT. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Menteri ESDM. Penyelenggaraan
ICEF selanjutnya akan dilakukan pada tahun 2020 di Jakarta, Indonesia;
c. Workshop on Renewable Energy Technologies Indonesia– Austria dilaksanakan pada
tanggal 4 Juli 2019, workshop dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kerja sama
antara Indonesia dengan Austria sekaligus implementasi dari kerja sama bilateral
yang telah dilaksanakan;
d. Indonesia–Japan Energy Forum (IJEF) ke-6 dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober
2019 di Bali, Indonesia. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Sekjen KESDM.
Penyelenggaraan IJEF selanjutnya akan dilakukan pada tahun 2020 di Jepang;
e. Indonesia–India Consultation Forum dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kerja
sama bilateral kedua negara, kegiatan ini dipimpin oleh Menteri ESDM; dan

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 37


f. Workshop Ziel Orientiert Project Planung/Metaplan Indonesia Germany dilaksanakan
dalam rangka meningkatkan kapasitas perencanaan program kerja sama di sektor
ESDM, kegiatan ini dilaksanakan melalui kerja sama Indonesia dengan Jerman yaitu
GIZ.

4. Jumlah Hasil Kerja Sama Regional dan Multilateral


KESDM telah melakukan penyusunan 6 dokumen dari hasil kerja sama Regional dan
Multilateral. Penyusunan dokumen kerja sama tersebut merupakan langkah untuk dapat
memperkuat kerja sama yang tentunya akan memberikan manfaat bagi pengembangan
sektor ESDM Indonesia. Beberapa hasil kerja sama yang telah dilakukan sepanjang
tahun 2019 berupa Forum Kerja Sama Multilateral sebagaimana dalam Tabel 17 sebagai
berikut:

Tabel 17. Forum Kerja Sama Multilateral

FORUM
NO HASIL KERJA SAMA
KERJA SAMA

1 G-20 G20 Karuizawa Innovation Action Plan


2 IEA Dokumen Joint Work Programme untuk periode tahun 2020-2021
3 IEU CEPA Draft Text IEU CEPA WG ERM
4 IB PTA Draft Text Indonesia-Bangladesh PTA
5 ASEAN Ministers on Energy Dokumen Joint Ministerial Statement of the 37th ASEAN Ministers on
Meeting (AMEM) Energy Meeting 2019
6 ASEAN Ministerial Meeting on Dokumen Joint Media Statement of the 7th ASEAN Ministerial Meeting
Minerals (AMMin) on Minerals 2019

5. Jumlah Forum/Pertemuan Kerja Sama Regional dan Multilateral


Dalam rangka memfasilitasi kerja sama regional dan multilateral serta investasi sektor
ESDM, pada tahun 2019 Bagian Kerja Sama Regional dan Multilateral telah berpartisipasi
aktif dalam 13 forum/pertemuan kerja sama, yaitu:
TAHUN
NO The 9th Session of the Assembly of International Renewable Energy Agency (IRENA)
a. URAIAN
2020 2021 2022 2023 2024
IRENA adalah organisasi antar Pemerintah yang berupaya untuk memfasilitasi kerja
1 Bezetting PNS (1 Jan 2020) 624 610 601 587 575
sama, memajukan pengetahuan dan mempromosikan implementasi penggunaan
2 Prediksi Pensiun 16 14 18 17 18
energi berkelanjutan atau energi terbarukan yang salah satu tujuannya adalah untuk
3 Prediksi keluar mengatasi
Non Pensiunperubahan iklim.
1 IRENA1merupakan 1organisasi internasional
1 1
pertama
4 Rekrutmen ASNyang secara eksklusif berfokus
3 pada6pengembangan 5 energi terbarukan
6 secara
6 luas
melalui kegiatan-kegiatan yang konkret. Hingga saat ini, telah terdapat 160 negara
JUMLAH ASN 610 601 587 575 562
yang menjadi anggota IRENA. Indonesia secara resmi ditetapkan menjadi anggota
IRENA pada tanggal 7 September 2014.

Pada tanggal 10 – 13 Januari 2019 bertempat di Abu Dhabi, Persatuan Emirat Arab
telah dilaksanakan pertemuan utama atau konferensi IRENA yaitu the 9th Session
NO UNIT KESDM 2020 2021 2022 2023 2024
of the Assembly of IRENA dan pertemuan-pertemuan terkait lainnya.
Satuan: Miliar Rupiah
1 Biro Umum
Delegasi Republik127,39 106,19
Indonesia (DELRI) mengikuti116,81 128,49
beberapa kegiatan 141,33
dalam rangkaian
2 Biro Perencanaanacara IRENA tersebut,
10,45di antaranya
16,12mengikuti16,12
persidangan:
16,12Solar Opportunities
16,12

3 Biro Sumber Dayafor Developing Cities;


Manusia 101,92The Future is RE-Electrification;
105,83 108,87 Public
112,14– Private Dialogue;
115,58
Biro Organisasi dan Tata
4 5,30 7,48 11,11 12,41 13,56
Laksana
38 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024
5 Biro Keuangan 11,72 15,50 15,81 16,13 16,45

6 Biro Hukum 7,61 9,84 19,33 23,39 27,51


Biro Komunikasi, Layanan
7 Informasi Publik dan Kerja 17,78 29,44 32,39 35,63 39,19
selanjutnya yaitu mengikuti rangkaian Assembly Meetings. Dalam mengikuti
kegiatan-kegiatan tersebut DELRI berperan aktif dengan memberikan pandangan
atau intervensi di sesi-sesinya, di antaranya adalah mendukung kesepakatan
bersama antara stakeholders terkait, masyarakat, BU dan pembuat kebijakan untuk
100% renewable energy menjadi kunci untuk menghasilkan kebijakan yang baik
dan implementasinya yang lancar serta mendukung capacity building seperti
pendidikan dan pelatihan kejuruan, diperlukan untuk meningkatkan kualitas SDM
setempat terhadap sistem energi berbasis renewable energy.

b. The 10th Clean Energy Ministerial (CEM) dan The 4th Mission Innovation (MI)
CEM adalah forum tingkat global yang bekerja sama untuk mempercepat transisi
global menuju energi bersih, membantu menurunkan emisi, meningkatkan keamanan
pasokan energi jangka panjang, menyediakan akses energi, dan mempertahankan
pertumbuhan ekonomi serta menunjukkan tindakan nyata sebagai tindak lanjut Paris
Agreement. CEM diluncurkan di Conference of Parties (COP) ke-16 di Kopenhagen
dan beranggotakan 23 negara dan Komisi Eropa. Pertemuan Tingkat Menteri ke-10
Negara-negara anggota CEM diselenggarakan pada tanggal 27 – 29 Mei 2019 di
Vancouver, Kanada dan dihadiri oleh seluruh negara anggota CEM dan Uni Eropa.

Dalam pertemuan CEM10 ini, Pemerintah Indonesia memberikan perhatian yang


sangat serius terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs),
khususnya SDG Nomor 7 yaitu “Ensure access to affordable, reliable, sustainable
and modern energy for all” yang sejalan dengan program Nawacita Presiden RI.
Oleh karena itu, CEM diharapkan dapat menjadi sarana untuk berbagi pengalaman
dalam hal kebijakan dan kepemimpinan serta perkembangan teknologi energi yang
mampu memberikan arah bagi pengelolaan energi di masa datang di berbagai
negara yang hadir pada acara CEM. Fokus CEM diwujudkan dalam bentuk inisiatif
dan campaign yang diprioritaskan pada tiga area yaitu pasokan energi dan sistem
integrasi, permintaan energi, dan isu-isu lintas sektoral.

Pada sesi Energy Management Working Group yang merupakan salah satu inisiasi
dari CEM yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian dari masing-masing negara
anggota dalam mengadopsi dan menggunakan Energy Management Systems (EnMS)
seperti pengimplementasian ISO 50001 di sektor industri dan bangunan komersial
di dunia. Pada tahun 2019, Indonesia mengirimkan 2 (dua) case study yaitu dari
PT. Pupuk Kalimantan Timur (PKT) dan PT. Chandra Asri Petrochemical. PT.
PKT berhasil memperoleh CEM Award of Excellence in Energy Management
dengan capaian penghematan sebesar USD3.921.855 dari investasi untuk
mengimplementasikan sistem manajemen energi sebesar USD91.830, sedangkan
jumlah energy saving sebesar 866.262 GJ dan penurunan emisi gas rumah kaca
sebesar 43.565 metric tons.

c. Energy Transitions Working Group (ETWG) ke-3 dan G-20 Ministerial Meeting
Secara resmi G-20 dinamakan The Group of Twenty (G-20) Finance Ministers
and Central Bank Governors atau Kelompok Dua Puluh Menteri Keuangan dan
Gubernur Bank Sentral. Kelompok ini dibentuk tahun 1999 sebagai forum yang
secara sistematis menghimpun kekuatan-kekuatan ekonomi maju dan berkembang
untuk membahas isu-isu penting perekonomian dunia. Pertemuan perdana G-20

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 39


berlangsung di Berlin, pada tanggal 15 – 16 Desember 1999 dengan tuan rumah
Menteri Keuangan Jerman dan Kanada. Mulai tanggal 1 Desember 2018, Jepang
telah memegang Presidensi G-20 menggantikan Argentina. Sebagai Presidensi G-20
tahun 2019, Jepang menetapkan sejumlah agenda utama forum multilateral ke dalam
G-20 Ministerial Meeting yaitu (1) Finance; (2) Agriculture; (3) Health; (4) Trade and
Digital Economy; (5) Labour and Employment; (6) Tourism; (7) Foreign Policy; (8)
Energy Transitions and Global Environment for Sustainable Growth.

Pada Presidensi Jepang, dimana pembahasan terkait energi berubah namanya menjadi
ETWG. Pembahasan ETWG difokuskan pada transisi energi yang selaras dengan
perlindungan lingkungan hidup dan pertumbuhan ekonomi dengan mengutamakan
konsep “3E+S” yaitu Energy Security, Economic Efficiency and Environment (3E),
dan Safety (S). Isu-isu tersebut dibahas dalam 3 (tiga) workstreams, yaitu ETWG,
Environment Senior Officials Meeting (ESOM) dan Climate Sustainability Working
Group (CSWG).

Rangkaian pertemuan bidang energi negara-negara G-20 pada ETWG ke-3


berlangsung dari tanggal 13 – 14 Juni 2019, yang dilaksanakan di Karuizawa
dan dilanjutkan dengan Ministerial Meeting on Energy Transitions and Global
Environment for Sustainable Growth pada 15 – 16 Juni 2019 di tempat yang sama.
Pertemuan ETWG diadakan back-to-back dengan ESOM.

Agenda tunggal dari penyelenggaraan ketiga ETWG di Karuizawa adalah finalisasi


konsep output dokumen berupa: (1) G-20 Energy Transition and Global Environment
for Sustainable Growth Ministerial Communique; (2) G-20 Innovation Action Plan; dan
(3) G-20 Energy Innovation Action Plan. Beberapa usulan yang berhasil DELRI
masukkan dalam dokumen komunike lengkap adalah sebagai berikut:
1) Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 sebagai referensi dalam dokumen
komunike yang juga didukung oleh banyak negara. Forum Energi G-20
harus mengakui upaya transisi energi yang beragam dan pentingnya aspek
keterjangkauan (affordability) menuju Clean, Affordable and Equitable Energy;
2) Biofuels sebagai salah satu Energy Innovations, serta bioenergi sebagai
bagian dari energi terbarukan dan transisi energi secara global pada beragam
penggunaan terutama pembangkit listrik dan transportasi;
3) Pada isu Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS), DELRI menekankan
pentingnya memahami situasi masing-masing negara dalam pengembangan
teknologi tersebut;
4) Pada isu hidrogen, DELRI mendorong kolaborasi internasional serta
mengeksplorasi potensi teknologi dan ekonomi dalam pengembangan hidrogen
yang relatif masih baru;
5) Pada isu Well-to-Wheel, DELRI mengusulkan pengembangan teknologi
tersebut untuk memaksimalkan potensi efisiensi energi, dan bukan sebagai
standardisasi perhitungan emisi CO2 kendaraan bermotor di setiap negara;
6) Pada isu nuklir, DELRI mengusulkan penyederhanaan pembahasan nuklir dan
mengakomodasi kepentingan negara non-pemakai nuklir;
7) Pemanfaatan small-scale Liquified Natural Gas (LNG) sebagai salah satu bentuk
energi gas yang memegang peranan di sejumlah negara dalam peningkatan
akses energi yang lebih bersih; dan

40 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


8) Pentingnya memperhatikan daerah terdampak bencana dan daerah terpencil
dalam isu akses energi dan keterjangkauan energi.

d. International Energy Agency (IEA) Ministerial Meeting


IEA adalah organisasi antar Pemerintah yang didirikan pada tahun 1974 oleh
negara-negara anggota Organization for Economic Cooperation and Development
(OECD). Hingga saat ini jumlah anggota IEA sebanyak 29 negara dan sebanyak 107
negara-negara anggota tidak tetap. IEA mempunyai 40 Implementing Agreements
(IAs) yang menjadi kerangka kerja sama dengan negara-negara di luar anggota IEA.
Sejak tahun 2006, Indonesia melalui KESDM telah memiliki hubungan yang baik
dengan IEA. Pada tanggal 17 November 2015, Menteri ESDM menghadiri undangan
pertemuan Ministerial Meeting IEA yang diselenggarakan di Paris, Perancis.
Indonesia dan 6 negara lainnya (China, India, Brasil, Afrika Selatan, Meksiko dan
Rusia) telah menyepakati pernyataan bersama mengenai peningkatan kerja sama
dengan IEA sebagai negara associate. Kerja sama sebagai associate bersifat
voluntary, transparent, equity, mutual benefit in the pursuit of common interest.

Pada akhir tahun 2019, disela-sela acara Ministerial Meeting IEA yang
diselenggarakan pada tanggal 5 – 6 Desember 2019 di Paris, Perancis telah
ditandatangani perpanjangan Joint Work Program (JWP) antara KESDM dan IEA
untuk periode tahun 2020-2021. Beberapa poin utama yang menjadi pembahasan
dalam dokumen antara lain:
1) Data Energi dan Statistik;
2) Kebijakan Darurat Energi dan Keamanan Energi;
3) Sektor Tenaga Listrik dan Energi Terbarukan;
4) Bioenergi;
5) Efisiensi Energi;
6) Energi dan Teknologi Bersih;
7) Tinjauan Kebijakan dan Peningkatan Kapasitas;
8) Kunjungan Tingkat Tinggi;
9) Partisipasi Pada Struktur-Struktur IEA Lainnya dan Publikasi Utama;
10) Lingkup Kerja Sama; dan
11) Tinjauan Program Kerja Sama.

Dokumen JWP yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak dan akan mulai
berlaku pada Januari tahun 2020 hingga Desember tahun 2021.

e. Conference of Parties (COP) 25 United Nations Framework on Climate Change


Convention (UNFCCC)
COP merupakan bagian dari UNFCCC yang merupakan pertemuan tahunan para
pihak yang membahas pelaksanaan dari Konvensi PBB Kerangka Kerja Perubahan
Iklim atau UNFCCC. Keinginan negara-negara untuk melawan perubahan iklim dan
menghasilkan kesepakatan menguat sejak dicanangkannya Protokol Kyoto.

Persidangan COP25 UNFCCC diselenggarakan di Madrid, Spanyol pada tanggal 2


– 12 Desember tahun 2019, yang berjalan secara paralel dengan sejumlah forum
pertemuan di bawah kerangka COP UNFCCC. Pertemuan tersebut antara lain
adalah konferensi ke-15 untuk pertemuan para pihak Protokol Kyoto (CMP-15) dan

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 41


Konferensi ke-2 untuk pertemuan para pihak di bawah Paris Agreement (CMA2).
Tujuan utama dari pertemuan COP25 ini adalah untuk mendorong penyelesaian
perumusan pending issues dari Bonn Climate Change Conference ke-50, 17
– 27 Juni 2019 dan tindak lanjut keputusan Dec. 1/CP 24 tentang modalitas,
prosedur, dan panduan implementasi Paris Agreement (atau yang dikenal sebagai
Katowice Climate Package), serta melanjutkan upaya negara pihak UNFCCC dalam
implementasi pengendalian perubahan iklim.

Adapun hal-hal yang perlu menjadi catatan dan ditindaklanjuti oleh KESDM dari hasil
persidangan dan side events COP25 di antaranya adalah memantau dan terlibat
dalam konsultasi high-level dengan Presidensi maupun negara-negara lain yang
memiliki perhatian pada pending matters dan target bauran energi terbarukan 23%
hingga 2025. Konsultasi dapat terus diupayakan secara kolaboratif dengan berbagai
pihak terutama investor yang serius, untuk mengembangkan energi terbarukan di
Indonesia serta untuk mencapai target kenaikan temperatur 20C dan 1,50C. Negara-
negara anggota UNFCCC didorong untuk makin meningkatkan ambisinya dalam
penurunan emisi gas rumah kaca.

f. Indonesia–EU Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) Intersession


Working Group on Investment
Pertemuan Indonesia–EU CEPA Intersession Working Group on Investment
dilaksanakan pada tanggal 6 – 7 Februari 2019 di Kantor Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM), Jakarta, Indonesia. Uni Eropa telah melakukan pertukaran penawaran
(offer) untuk akses pasar jasa serta investasi, serta melengkapi pertukaran offer
barang yang telah dilakukan pada perundingan sebelumnya.

Kedua pihak telah melakukan pembahasan konsep Schedule of Specific Commitment


(SSC). Pada pembahasan tersebut, kedua pihak sepakat untuk mencantumkan
reservation list secara spesifik terkait liberalisasi investasi khususnya pada elemen
Market Access (MA) dan Prohibitions of Performance Requirement (PPR). Hasil
perundingan sebelumnya disepakati bahwa untuk ketentuan PPR, Indonesia hanya
akan mencantumkan daftar reservasi terhadap beberapa item PPR yang telah
disepakati saja, sebagaimana tercantum dalam Article 2.6, para 1(a)-(g). Sementara
untuk reservasi terhadap ketentuan PPR BKPM telah melakukan identifikasi
measures yang berpotensi inkonsisten dengan ketentuan PPR.

Pada subsektor di bawah binaan KESDM pada pertemuan intersesi ini pihak EU
kembali mempertanyakan terkait kebijakan divestasi di Indonesia. Pada bidang
usaha mining and quarrying, KESDM memberikan limitasi dalam investasi, yaitu
kebijakan divestasi sebesar 51% pada 5 tahun setelah dimulainya produksi sesuai
dengan Permen ESDM Nomor 9 Tahun 2017 tentang Tata Cara Divestasi Saham dan
Mekanisme Penetapan Harga Saham Divestasi pada Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara dan kebijakan keikutsertaan asing dalam lelang Wilayah Ijin
Usaha Pertambangan (WIUP) Mineral atau Batubara dengan dasar hukum yaitu
Permen ESDM Nomor 11 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pemberian Wilayah,
Perizinan, dan Pelaporan pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
Selain itu pihak EU mempertanyakan kembali terkait kebijakan local content pada
bidang usaha extraction of crude petroleum and natural gas apakah peraturan ini

42 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


bersifat diskriminatif atau tidak. KESDM menjelaskan bahwa sesuai dengan PP
Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak Dan Gas Bumi bahwa
kewajiban local content dilakukan dengan sifat transparan dan kompetitif dan tidak
ada diskriminasi penggunaan produk dalam negeri untuk perusahaan asing dan
lokal. Pada bidang usaha electric power generation, transmission and distribution,
KESDM memberikan komitmen untuk dibuka, kecuali beberapa bidang usaha sesuai
dengan Perpres Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup
dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal,
yaitu:
1) Pembangkit Listrik < 1 MW, Unbound;
2) Pembangkit listrik skala kecil (1 – 10 MW), Foreign Equity Partnership (FEP)
49%;
3) Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi dengan Kapasitas ≤ 10 MW, FEP 67%;
4) Pembangkit Listrik > 10 MW, FEP 95% (Maksimal 100% apabila dalam rangka
Kerja sama Pemerintah dan Swasta/KPS selama masa konsesi).

g. Indonesia–EU CEPA Intersession Working Group on Services


Perundingan Indonesia–EU CEPA Intersession Working Group on Services telah
dilaksanakan pada tanggal 11 – 14 Februari 2019 di Jakarta. Kedua pihak saling
menyampaikan respons/pertanyaan atas initial offer yang diterima baik pada sektor
yang terkait dengan section di bawah Regulatory Framework maupun sektor jasa
lainnya. Kedua pihak menyepakati untuk melakukan pertukaran list of inquiries
melalui email atas initial offer masing-masing pihak untuk mendapat klarifikasi
lebih lanjut. Kedua pihak juga membicarakan rencana untuk kembali melakukan
pertukaran revised offers pada putaran mendatang. Dibahas pula kemungkinan
revised offers tersebut sebagai final offers dari kedua pihak pertemuan ini
bertujuan untuk mendiskusikan pending issues, antara lain initial offer, mode 4 for
natural person, dan other issues masing-masing pihak untuk mendapat klarifikasi
lebih lanjut. Kedua pihak juga membicarakan rencana untuk kembali melakukan
pertukaran revised offers pada putaran mendatang.

Respons pihak EU terkait initial offer di sektor energi yaitu terkait General Conditions
on Energy Services untuk kalimat “transfer or disposal of equity interests or their
assets” dan “limitations on ownership of assets” apakah ini merupakan salah satu
kewajiban divestasi atau bukan dan juga meminta penjelasan terkait hal ini. KESDM
masih akan mendiskusikan secara internal terkait posisi pada kalimat ini dan akan
memberikan penjelasannya pada putaran mendatang. Selain itu terkait perbedaan
antara initial offer FEP untuk bidang usaha oil and gas, geologic and geophysical
surveying services dengan FEP 49% dan geothermal survey services dengan FEP
51%, pihak EU menganggap bahwa kegiatan dalam bidang usaha ini merupakan
kegiatan yang sama. KESDM menjelaskan bahwa pada saat ini Indonesia sedang
mengembangkan kegiatan untuk kemajuan penggunaan EBT.

Pada sesi pembahasan mode 4 yaitu movement of natural person, pihak EU


menjelaskan mekanisme peraturan–peraturan tenaga asing di masing-masing
negara EU, terkait request Indonesia untuk beberapa tenaga kerja Indonesia ke EU.
Pihak EU menanggapi salah satunya di sektor energi, untuk beberapa tenaga kerja
tidak ada nama nomenklaturnya di EU sehingga EU mengusulkan untuk disatukan.

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 43


Bidang usaha jasa energi yang telah dikomitmenkan KESDM pada perundingan
Indonesia-EU CEPA, antara lain:
1) Services Incidental to Mining (CPC 883):
i. Drilling services for off shore oil and gas project;
ii. Drilling services for geothermal project;
2) Oil and gas construction services: offshore pipeline installation;
3) Oil and gas, geologic and geophysical surveying services;
4) Geothermal operating and maintenance services;
5) Oil and Gas Construction Service: Platform;
6) Liquefaction and Gasification only for Coal;
7) Geothermal power generation with a capacity of ≤10MW; dan
8) Geothermal survey services.

h. Indonesia-EU CEPA 8th round Working Group on Energy and Raw Materials
Perundingan Putaran ke-8 Indonesia–European Union CEPA berlangsung pada
tanggal 17 – 21 Juni 2019 di Jakarta.

i. The 37th AMEM and associated meetings


Pertemuan the 37th AMEM and its Associated Meeting telah berlangsung pada
tanggal 2 – 6 September 2019 di Bangkok, Thailand.
Pertemuan Menteri Energi ASEAN atau AMEM ke-37 salah satu tujuannya untuk
melihat capaian implementasi program ASEAN Plan of Action on Energy Cooperation
(APAEC) Phase 1 (2016 – 2020) periode 2018 – 2019 dan rencana kerja 2019 –
2020 yang dilaksanakan oleh 7 koordinator focal point kerja sama dalam bidang
Clean Coal Technology (CCT), Regional Energy Policy and Planning (REPP), Civilian
Nuclear Energy (CNE), Renewable Energy (RE), Energy Efficiency and Conservation
(EE and C), Trans ASEAN Gas Pipeline (TAGP), dan ASEAN Power Grid (APG). Selain
itu juga dilaksanakan pertemuan the 16th AMEM+3 (ASEAN+Tiongkok, Jepang dan
Korea), dan Pertemuan the 13th East Asia Summit – Energy Ministerial Meeting/
EAS-EMM (ASEAN+3 plus Australia, India, New Zealand, U.S, dan Russia).

Pada pertemuan ini Wakil Menteri ESDM menjadi panelis pada forum Ministers–CEO
Dialogue dengan topik Energy Transition and Sustainable Development Goals.
Selain itu Wakil Menteri ESDM juga melakukan wawancara dengan media Bangkok
Post dan memaparkan tentang keuntungan skema Production Sharing Contract
Gross Split (PSC–GS) bagi investor migas.

Indonesia perlu membawa kebijakan energi nasional, di antaranya pemanfaatan


bioenergi, untuk menjadi prioritas di ASEAN. Di samping itu, Indonesia perlu
mengambil peran dan partisipasi aktif dalam berbagai forum kegiatan kerja sama
energi ASEAN. Chairmanship ASEAN tahun 2020 akan dipegang oleh Viet Nam dan
pertemuan tingkat Menteri Energi ASEAN dan rangkaian pertemuan pejabat tinggi
selanjutnya the 38th ASEAN Minister on Energy Meeting (AMEM) and Associated
Meetings rencana akan dilaksanakan pada bulan November tahun 2020 di Ha Noi,
Viet Nam. Sebagai evaluasi pelaksanaan AMEM-37, Indonesia perlu mendorong
pelaksanaan pertemuan tingkat AMEM agar lebih strategis dan efektif. Di antaranya
dengan pembahasan bersama hal-hal penting yang memerlukan pengambilan
keputusan tingkat menteri dan mengurangi pelaporan kegiatan yang kurang

44 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


strategis dan cukup diselesaikan di tingkat pejabat tinggi energi ASEAN (Senior
Official on Energy Leader). Hal ini sudah disampaikan kepada seluruh Menteri Energi
ASEAN, terutama Menteri Industri dan Perdagangan Viet Nam selaku Chairman
AMEM 2020.

j. The 7th AMMin & 19th ASEAN Senior Officials Meeting on Minerals (ASOMM) and
associated meetings
Pertemuan AMMin ke-7 telah dilaksanakan pada tanggal 13 Desember 2019 yang
didahului dengan pertemuan ASOMM ke-19, AS0MM+3 ke-12, dan ASEAN Mineral
Awards (AMA) ke-2 berlangsung pada tanggal 11 – 12 Desember 2019 di Bangkok.
Pada AMA ke-2 terdapat 5 (lima) perusahaan yang mewakili Indonesia dari 16
perusahaan anggota ASEAN. PT. Antam dan PT. Semen Indonesia memenangkan
“The Best Winner” dengan kategori masing–masing non–metallic mineral mining dan
metallic mineral distribution.

Indonesia mendorong AMS agar melakukan Research and Development bersama,


serta peningkatan capacity building di sektor mineral di ASEAN khususnya untuk
mineral green energy seperti Rare Earth Element (REE), Nikel, Kobalt, Mangan, yang
merupakan bahan baku utama pada baterai kendaraan listrik dan material teknologi
maju (advanced technology). Indonesia juga menekankan kembali agar kegiatan
kerja sama mineral ASEAN ini bukan hanya sebatas data sharing semata namun
yang paling penting untuk dilaksanakan adalah dapat menghasilkan output yang
tangible berupa analisis yang komprehensif terkait mineral sehingga bermanfaat
dalam pengembangan sektor mineral ASEAN melalui pemanfaatan teknologi.

Pada pertemuan ini proposal Indonesia dengan topik “Capacity Building and
Technological Support Through a Software on Estimation of Mineral Potential”
mendapat tanggapan positif dari Jepang dan diadopsi untuk dilaksanakan pada
tahun 2020 sehingga Indonesia perlu menyiapkan hal tersebut.

Singapura akan menjadi tuan rumah pada pertemuan ASOMM ke-2 bulan April
tahun 2020 serta pertemuan AMMin ke-8 di Viet Nam pada tahun 2021. Untuk itu
Indonesia perlu menindaklanjuti hal-hal terkait data dan statistik “review trade dan
investasi” di subsektor mineral.

k. The 37th ASEAN Senior Officials Meeting on Energy and its associated meetings
Pertemuan the 37th ASEAN Senior Officials Meeting on Energy and its associated
meetings berlangsung pada tanggal 24 – 28 Juni di Bangkok, Thailand. Tema pada
Chairmanship ASEAN 2019 di Bangkok adalah “Advancing Energy Transition trough
Partnership and Innovation”.
Beberapa hal penting yang mengemuka pada pertemuan SOME-37 ini adalah:
1) Terdapat gap yang masih besar untuk pencapaian target EBT 23% ASEAN
2025 yang saat ini masih mendekati 13% dari total bauran energy mix,
sehingga masih diharapkan dukungan dari Dialogue Partner dan International
Organization (IEA, IRENA, METI, US, Rusia, Korea, China, Germany/GIZ) dalam
penyiapan program dan action plan untuk pencapaian target ASEAN;
2) Diharapkan untuk mempercepat penyelesaian ASEAN Energy Outlook 6 dan
studi ASEAN Interconnection Master Study (AIMS III) yang keduanya saat ini

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 45


masih berlangsung untuk mendukung penyelesaian roadmap ASEAN yang
akan dituangkan dalam drafting APAEC Phase II Tahun 2020 – 2025;
3) Terdapat usulan kerja sama baru ASEAN-Rusia di bidang pengembangan
gas dimana Rusia menawarkan program Natural Gas for Vehicles, teknologi
Compressed Natural Gas (CNG) dan LNG, serta Small Scale LNG yang diawali
melalui pelaksanaan Workshop pada April 2020 di Rusia. Tawaran Rusia,
khususnya Small Scale LNG dapat dimanfaatkan oleh Indonesia untuk
pembangkit skala kecil, khususnya melistriki bagian Timur Indonesia; dan
4) Pelaksanaan wawancara seleksi calon Direktur Eksekutif ASEAN Centre for
Energy (ACE) periode tahun 2019 – 2022 telah dilaksanakan pada tanggal
28 Juni 2019, dimana kandidat dari Indonesia, yaitu Dr. Nuki Agya Utama
menempati urutan pertama penilaian atas 5 kandidat dari 4 negara.

l. 57th APEC Energy Working Group and its associated meetings (EWG57)
Rangkaian pertemuan 57th APEC Energy Working Group and Its Associated Meetings
telah dilaksanakan di Taguig City, Metro Manila, Filipina, pada tanggal 20 – 25 Mei
2019. Pertemuan terdiri dari Expert Group Chairs’ Meeting, APERC Workshop, Energy
Resilience Taskforce Meeting, LCMT Task Force Meeting, APSEC Workshop, Energy
Conservation and Effiency workshop, dan EWG57 Plennary Meeting. Pada Expert
Group Chairs’ Meeting pimpinan rapat menyampaikan bahwa pengajuan proyek
baru di bawah APEC, EWG perlu mendapatkan co-sponsorhip declaration dari tiga
anggota APEC. Selain itu, para APEC Expert Group Chairs didorong untuk bekerja
sama dengan expert group pada working group lain di bawah APEC yang terkait
dengan isu-isu yang mereka tangani, untuk memaksimalkan kegiatan-kegiatan
yang sedang maupun akan dilaksanakan di masa mendatang.

Pada agenda item terkait Notable Energy Development, 16 anggota APEC yang
hadir menyampaikan perkembangan pembangunan bidang energi di negara masing­
masing, pada kesempatan ini Indonesia menyampaikan perkembangan proyek
peningkatan rasio elektrifikasi seperti Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE),
Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya (PJU–TS), dan program sinergi dengan
Kementerian BUMN dan 35 perusahaan milik negara, yang turut berkontribusi
dalam pencapaian 98,3% elektrifikasi, dengan tujuan meningkatkan keamanan
dan produktivitas masyarakat. Pemerintah juga telah mengeluarkan kebijakan tarif
pembelian listrik EBT oleh PT. PLN (Persero) dengan skema Biaya Pokok Penyediaan
(BPP) melalui Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM Nomor 55K/20/MEM/2019
tentang Besaran Biaya Pokok Penyediaan Pembangkitan PT Perusahaan Listrik
Negara (Persero) Tahun 2018, yang berlaku selama satu tahun sampai dengan 31
Maret 2020, dan akan diperbaharui setiap tahun. Terkait pelaksanaan proyek Low
Carbon Model Town (LCMT) di Provinsi Aceh, telah dilaksanakan feasibility study
di empat kota, serta telah dikeluarkan beberapa rekomendasi. Skema pendanaan
untuk pembangunan LCMT Aceh dapat berasal dari Public Private Partnership
maupun community–based. Selain itu, Indonesia juga telah melaksanakan program
pengembangan jaringan gas kota. Pada periode tahun 2009 – 2018, KESDM telah
membangun jaringan gas perkotaan sebanyak 325.773 jaringan di 16 provinsi.

m. 58th APEC Energy Working Group and its associated meetings (EWG58)
Pertemuan the 58th APEC Energy Working Group (EWG) dilaksanakan di Antofagasta,

46 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


Chile, pada 16 – 18 Oktober 2019. Sebagaimana diangkat dalam pertemuan, pending
matters yang perlu diperhatikan oleh Indonesia adalah:
1) Implementasi komitmen pelaksanaan APEC Peer Review on Energy Efficiency
dan APEC Peer Review in Efficient Power pada tahun 2020. Khusus terkait
APEC Peer Review in Efficient Power, diharapkan Indonesia dapat segera
menyampaikan kepastian mengenai waktu pelaksanaan, mengingat proyek
tersebut telah memasuki masa perpanjangan yang kedua.
2) Peran aktif dan penyampaian data tepat waktu dalam Joint Organization Data
Initiative untuk Oil and Gas. Peru, Viet Nam dan Indonesia adalah tiga anggota
APEC di posisi terbawah dalam penyampaian data.

I.2. Permasalahan
A. Permasalahan dalam meningkatkan Kualitas Pengelolaan SDM Aparatur Dalam Rangka
Peningkatan Kompetensi SDM sebagai berikut:
1. KESDM belum menerapkan merit system sebagai dasar pelaksanaan manajemen SDM;
2. Belum sepenuhnya perencanaan kebutuhan pegawai berdasarkan analisis jabatan dan
analisis beban kerja;
3. Pengembangan karier pegawai belum sepenuhnya sesuai dengan standar kompetensi
jabatan;
4. Belum tercapainya pengembangan kompetensi pegawai minimal 20 Jam Pelajaran (JP)
sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai;
5. Pelaksanaan rotasi dan mutasi pegawai belum sepenuhnya mengacu pada pola rotasi dan
mutasi pegawai;
6. Keterbatasan penyertaan uji kompetensi untuk pejabat fungsional; dan
7. Belum dilaksanakannya assessment pada seluruh pegawai di lingkungan KESDM.

B. Permasalahan dalam meningkatkan Kualitas Penataan Organisasi, Tata Laksana, dan Manajemen
Perubahan sebagai berikut:
1. Menyamakan persepsi antar unit dan Kementerian terkait dalam mendorong peningkatan
nilai RB;
2. Dalam memformulasikan program kegiatan dan quick wins RB perlu ditingkatkan lagi
komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi setiap unit;
3. Menjadikan RB menjadi tanggung jawab seluruh unit; dan terindikasinya demotivasi dari
pegawai dan pimpinan dalam meningkatkan nilai RB.

C. Permasalahan dalam meningkatkan Kualitas Perencanaan Sektor ESDM yang Efektif dan Efisien
sebagai berikut:
1. Penyusunan rencana, anggaran, pelaksanaan program serta pertanggungjawabannya,
masih didominasi oleh orientasi keluaran (output) daripada orientasi hasil (outcome);
2. Indikator kinerja belum dapat di cascading sampai level individu;
3. Belum dikembangkan aplikasi e-kinerja yang dapat memantau pencapaian target kinerja
organisasi dan individu, serta belum diintegrasikan dengan aplikasi perencanaan dan
keuangan;
4. Unit-unit belum optimal memanfaatkan hasil evaluasi akuntabilitas kinerja sebagai bahan
masukan dan perbaikan peningkatan kinerja; dan
5. Pelaksanaan evaluasi program masih berfokus pada capaian output dan penyerapan
anggaran dan belum fokus pada analisis pada keterkaitan kausalitas antara kegiatan dengan
sasaran strategis lembaga dan sasaran program yang akan dicapai oleh organisasi.

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 47


D. Permasalahan dalam mewujudkan Pelayanan Administrasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan
yang Cepat, Tepat, Transparan serta Akuntabel di Lingkungan KESDM sebagai berikut:
1. Fluktuasi harga komoditi dan nilai tukar Rupiah terhadap valuta asing yang berpengaruh
pada capaian realisasi PNBP;
2. Belum ditetapkannya peraturan turunan UU Nomor 9 Tahun 2018 tentang Penerimaan
Negara Bukan Pajak;
3. Sistem Pengelolaan PNBP belum seluruhnya terintegrasi antara KESDM dengan K/L terkait
lainnya;
4. Pejabat Pengelola PNBP belum semuanya memiliki kapabilitas sesuai ketentuan peraturan;
5. Peran APIP dalam siklus pengelolaan PNBP belum optimal;
6. Pengelolaan Badan Layanan Umum (BLU) masih berorientasi pada optimalisasi PNBP bukan
pelayanan;
7. Piutang PNBP tidak memadai dengan penatausahaan data dukung yang tertib di unit dan
satker;
8. Peraturan dan kebijakan dalam pelaksanaan anggaran tahun berjalan sering kali berubah dan
sangat dinamis, hal ini membuat proses pelaksanaan anggaran kadang tidak berjalan lancar
dan diperlukan penyesuaian dan akselerasi dalam beradaptasi atas perubahan tersebut;
9. Proses penyusunan perencanaan yang belum sempurna terutama pada tahun sebelumnya
sering berimbas pada mundurnya proses pelaksanaan kegiatan di tahun berjalan dikarenakan
kesiapan data dukung yang belum memadai di awal tahun;
10. Masih belum terintegrasinya aplikasi monitoring anggaran belanja yang bersumber dari
beberapa instansi sehingga data monitoring menjadi kurang efektif;
11. Masih diperlukan langkah akselerasi agar percepatan pelaksanaan anggaran tahun berjalan
dapat terwujud mengingat KESDM sebagian besar kegiatan masih menumpuk realisasinya
di akhir tahun;
12. Penentuan kualitas piutang tak tertagih – piutang bukan pajak belum dilakukan secara
konsisten sehingga tidak menggambarkan kondisi piutang sebenarnya, sehingga diperlukan
adanya peraturan atau pedoman yang mengatur lebih lanjut;
13. Pedoman akuntansi berbasis akrual yang bersifat khusus belum sesuai dengan proses
bisnis yang terdapat pada beberapa unit di lingkungan KESDM. Hal ini akan berdampak pada
kualitas penyajian laporan keuangan, sehingga diperlukan penyesuaian terhadap proses
bisnis tersebut;
14. Kesalahan pencatatan dan penggunaan akun/anggaran yang dapat menyebabkan timbulnya
risiko program tidak mencapai yang direncanakan/diperlukan; dan
15. Penatausahaan hibah belum tertib administrasi sehingga diperlukan pengelolaan hibah
yang terintegrasi di lingkungan KESDM.

E. Permasalahan dalam mewujudkan Kepastian Hukum Sektor ESDM Dalam Rangka Mendorong
Peningkatan Investasi KESDM:

Penataan perundang-undangan di sektor ESDM merupakan salah satu pilar utama dan landasan
bagi upaya untuk mewujudkan suatu pemerintahan yang baik (good governance) sehingga
pelaksanaan penataan perundang-undangan perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya.

Hal ini menjadi penting, karena apabila tahapan proses pembentukan peraturan perundang-
undangan tidak dilakukan secara akuntabel, maka akan muncul peraturan perundang-undangan
yang tumpang tindih, disharmonis atau dapat diinterpretasi berbeda sehingga sering tidak dapat
diimplementasikan sesuai dengan tujuan pembentukan peraturan perundang-undangan tersebut.

48 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


Di samping hal tersebut, peraturan yang disharmonis tentu saja membuat suatu kebingungan
atau ambigu bagi para pelaku usaha sehingga hal ini akan sangat mempengaruhi iklim investasi,
baik yang telah ada maupun yang diharapkan akan masuk.

Program kegiatan dalam area penguatan penataan perundang-undangan mempunyai sasaran


terwujudnya kepastian hukum sektor ESDM dalam rangka mendorong peningkatan investasi.
Ukuran keberhasilan program penataan perundang-undangan adalah dengan meningkatnya
efektivitas penerapan peraturan perundang-undangan.

Penguatan koordinasi dengan unit utama KESDM terutama bagian yang memiliki tugas dan
fungsi bidang perundang-undangan maupun dengan K/L terkait guna menyusun peraturan
perundang-undangan sektor ESDM yang lebih implementatif. Dalam mewujudkan suatu penataan
perundang-undangan yang optimal tentu saja sering dihadapkan pada berbagai permasalahan
atau kendala, antara lain:
1. Penataan peraturan perundang-undangan sering berkenaan dengan kewenangan K/L lain
dan hal ini sering muncul atau terdapat sikap ego sektoral dari K/L terkait tersebut sehingga
sering diperlukan koordinasi dan penyamaan persepsi yang membutuhkan waktu yang
cukup panjang;
2. Banyaknya jumlah peraturan perundang-undangan yang harus disederhanakan;
3. Dalam hal ketentuan peraturan yang hendak disederhanakan atau dihilangkan berada di
level undang-undang, proses penataannya harus tetap mengikuti proses perencanaan
pembentukan peraturan perundang-undangan (Prolegnas UU) yang ditetapkan oleh DPR,
sehingga memerlukan proses dan komunikasi politik yang panjang;
4. Penataan perundang-undangan di tingkat daerah seperti Peraturan Daerah (Perda) dan
Peraturan Gubernur (Pergub) sering belum responsive terhadap penataan perundang-
undangan yang dilakukan oleh Kementerian penanggungjawab Norma Standar Prosedur
dan Kriteria (NSPK), sehingga penataan belum terasa dampaknya di tingkat daerah; dan
5. Belum adanya roadmap penataan Perundang-undangan yang rigid dan anggaran yang
memadai.

F. Permasalahan untuk meningkatkan sarana dan prasarana aparatur yang efektif dan efisien
sebagai berikut:
Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana aparatur harus dilaksanakan secara efektif dan
efisien mengikuti standar sarana dan prasarana sehingga memberikan kenyamanan serta
kemudahan dalam bekerja bagi para aparatur yang dapat meningkatkan pencapaian kinerja
organisasi sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

G. Permasalahan dalam meningkatkan Kualitas Data dan Teknologi Informasi Sektor ESDM yang
Lengkap, Akurat, Terintegrasi dan Tepat Waktu:
1. Pada pembangunan ESDM Data Enterprise dan meningkatkan Single of Truth Data diperlukan
adanya pelaporan dari unit yang berbasiskan aplikasi;
2. Pada implementasi Satu Data sesuai dengan Perpres Nomor 39 Tahun 2019 tentang Satu
Data Indonesia, perlu disusun standar data, metadata, kode referensi dan interoperabilitas
di lingkungan sektor ESDM;
3. Untuk menjaga quantity assurance data sektor ESDM, perlu menyatukan setiap aplikasi
antar unit; dan
4. Untuk membuat satu data antar publikasi perlu menyepakati cut off date data.

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 49


H. Permasalahan dalam mewujudkan Kegiatan Pengelolaan BMN yang Akurat dan Akuntabel
sebagai berikut:
1. Data, Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Untuk mengakomodasi perubahan zaman dan lingkungan kebijakan ditingkat makro,
pengelolaan BMN ke depan harus berbasis teknologi terutama dalam hal data dan teknologi
informasi dan komunikasi. Selama ini pengelolaan BMN belum didukung oleh pengolahan
data dan penggunaan TIK yang optimal sehingga proses pelayanan, pengambilan keputusan
dan pengelolaan BMN masih belum optimal.
2. Rantai Birokrasi
Pengelolaan BMN yang melibatkan beberapa pihak, baik dari sisi unit akuntansi maupun
pengambil keputusan, menyebabkan rantai birokrasi dalam pengelolaan BMN terlalu
panjang, hal ini berkaitan dengan perlunya kepastian hukum, administrasi dan fisik dalam
pengelolaan BMN. Ke depan perlu inovasi dalam penyederhanaan proses birokrasi di seluruh
level, baik di tingkat satker sampai dengan Kementerian Keuangan yang dipayungi oleh
kebijakan pengelolaan BMN yang memadai.
3. Pemahaman terhadap Peraturan
Untuk menjamin kepastian hukum dalam pengelolaan BMN, pemahaman terhadap peraturan
merupakan hal yang penting yang perlu dikuasai oleh seluruh pemangku kepentingan dalam
pengelolaan BMN di seluruh level, perubahan kebijakan dalam pengelolaan BMN relatif
cepat untuk mengakomodasi perubahan lingkungan kebijakan sehingga harus diantisipasi
dengan kecepatan pemahaman dan kesamaan interpretasi terhadap aturan di seluruh level
dalam pengelolaan BMN.
4. Koordinasi
Permasalahan yang selalu ada dalam proses manajemen pemerintahan adalah kendala
koordinasi. Peningkatan koordinasi dalam pengelolaan BMN merupakan hal penting
mengingat kompleksitas dan kesamaan pemahaman aturan dalam pengelolaan BMN
terdapat di seluruh level sehingga membutuhkan tingkat koordinasi yang relatif banyak.
Selain itu, keberadaan BMN yang tersebar di seluruh Indonesia juga merupakan tantangan
dalam peningkatan koordinasi dalam pengelolaan BMN.

I. Permasalahan dalam meningkatkan pelayanan komunikasi publik sektor ESDM sebagai berikut:
1. Penyajian konten informasi yang saat ini dituntut lebih beragam dan lebih kreatif bentuknya
(infografis, videografis, video). Sehingga setiap pegawai yang terlibat dalam penyajian
konten informasi dituntut untuk belajar lebih cepat mengikuti tren konten publikasi saat ini;
2. Arus informasi yang serba cepat, disruptive, dan tingkat validitas yang rendah menjadi
tantangan saat ini;
3. Tahun politik dimana pada tahun 2019 merupakan tahun berlangsungnya Pemilu Presiden
yang akan menentukan arah kebijakan politik luar negeri;
4. Pergantian Menteri ESDM juga berpengaruh pada arah kebijakan kerja sama di sektor ESDM;
dan
5. Kesiapan tuan rumah/host pada forum bilateral, multilateral, regional, serta perdagangan
dan investasi.

50 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


02

VISI, MISI, TUJUAN DAN


SASARAN STRATEGIS

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 51


02 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis
II.1. Visi KESDM
Potensi Indonesia sangat besar untuk meningkatkan posisi dari negara berpenghasilan menengah
menuju negara berpenghasilan tinggi pada tahun 2045. Saat ini, Indonesia sedang berada di puncak
bonus demografi, di mana penduduk usia produktif jauh lebih tinggi dibandingkan usia tidak produktif.
Hal tersebut merupakan kesempatan besar, jika Indonesia mampu membangun SDM yang unggul
dengan didukung oleh ekosistem ekonomi dan politik yang kondusif. Namun dapat menjadi masalah
besar jika tidak mampu menyediakan lapangan kerja. Oleh karena itu, dalam rangka memanfaatkan
potensi bangsa yang besar untuk mengantarkan Indonesia menjadi bangsa yang maju maka Presiden
mencanangkan visi “Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong”.

Visi tersebut diwujudkan melalui 9 misi yang dikenal sebagai Nawacita Kedua sebagai berikut:
1. Peningkatan kualitas manusia Indonesia;
2. Struktur ekonomi yang produktif, mandiri dan berdaya saing;
3. Pembangunan yang merata dan berkeadilan;
4. Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan;
5. Kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa;
6. Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya;
7. Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga;
8. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif dan terpercaya; dan
9. Sinergi Pemerintah Daerah dalam rangka negara kesatuan.

VISI DAN MISI PRESIDEN ARAHAN PRESIDEN & AGENDA PEMBANGUNAN

Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia


1 Memperkuat Ketahan Ekonomi untuk
Pertumbuhan yang Berkualitas dan
Berkeadilan
Struktur Ekonomi yang Produktif, Mandiri
2 Pembangunan
dan Berdaya Saing
1 SDM
Mengembangkan Wilayah untuk
Mengurangi Kesenjangan dan Menjamin
Pembangunan yang Merata dan Pemerataan
3 Berkeadilan
Pembangunan Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang
Mencapai Lingkungan Hidup yang 2 Berkualitas dan Berdaya Saing
4
Infrastruktur
Bekelanjutan

Kemajuan budaya yang Mencerminkan Revolusi Mental dan Pembangunan


5 Kepribadian Bangsa 3
Penyederhanaan
Regulasi
Kebudayaan

Penegakan Sistem Hukum yang Bebas


6 Korupsi, Bermartabat dan Terpercaya Penyederhanaan
Memperkuat Infrastruktur untuk
4 Birokrasi
Mendukung Pengembangan Ekonomi dan
Pelayanan Dasar
Perlindungan bagi Segenap Bangsa dan
7 Memberikan Rasa Aman pada Seluruh Warga Membangun Lingkungan Hidup
Transformasi
5
Meningkatkan Ketahanan Bencana,
Pengelolaan Pemerintah yang Bersih,
8 Efektif dan Terpercaya
Ekonomi Perubahan Iklim

Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan


Sinergi Pemerintah Daerah dalam
9 Kerangka Negara Kesatuan
Transformasi Pelayanan Publik

Gambar 10. Visi-Misi dan Arahan Presiden

52 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


Pencapaian visi-misi dilakukan melalui transformasi ekonomi yang didukung oleh hilirisasi industri
dengan memanfaatkan SDM, infrastruktur, penyederhanaan regulasi, dan RB sesuai 5 arahan utama
Presiden, yaitu:
1. Pembangunan SDM
Membangun SDM pekerja keras yang dinamis, produktif, terampil, menguasai ilmu pengetahuan,
dan teknologi didukung dengan kerja sama industri dari talenta global.
2. Pembangunan Infrastruktur
Melanjutkan pembangunan infrastruktur untuk menghubungkan kawasan produksi dengan
kawasan distribusi, mempermudah akses ke kawasan wisata, mendongkrak lapangan kerja baru,
dan mempercepat peningkatan nilai tambah perekonomian rakyat.
3. Penyederhanaan Regulasi
Menyederhanakan segala bentuk regulasi dengan pendekatan Omnibus Law terutama
menerbitkan dua UU, yaitu UU Cipta Kerja dan UU Pemberdayaan UMKM.
4. Penyederhanaan Birokrasi
Memprioritaskan investasi untuk penciptaan lapangan kerja, memangkas prosedur dan birokrasi
yang panjang, dan menyederhanakan eselonisasi.
5. Transformasi Ekonomi
Melakukan transformasi ekonomi dan ketergantungan Sumber Daya Alam (SDA) menjadi daya
saing manufaktur dan jasa modern yang mempunyai nilai tambah tinggi bagi kemakmuran
bangsa demi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Visi-misi dan arahan Presiden diterjemahkan ke dalam 7 Agenda Pembangunan RPJMN IV 2020-
2024 sebagai berikut:
1. Memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas dan berkeadilan;
2. Mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan menjamin pemerataan;
3. Meningkatkan SDM berkualitas dan berdaya saing;
4. Revolusi mental dan pembangunan kebudayaan;
5. Memperkuat infrastruktur mendukung pengembangan ekonomi dan pelayanan dasar;
6. Membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana dan perubahan iklim; dan
7. Memperkuat stabilitas Politik Hukum Pertahanan dan Keamanan (Polhukhankam) dan
transformasi pelayanan publik.

Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur serta
mendukung visi-misi Presiden, KESDM terus melakukan pembenahan dan penyempurnaan di
seluruh aspek sektor ESDM. Dengan mempertimbangkan capaian kinerja sektor ESDM yang masih
dapat dioptimalkan, tantangan dan permasalahan yang dihadapi, serta memperhatikan peluang dan
aspirasi dari seluruh pihak, maka visi KESDM dalam periode 5 (lima) tahun mendatang adalah:

“Menjadi Penggerak Utama Pembangunan Nasional


Melalui Pengelolaan ESDM yang Optimal Demi
Terwujudnya Kemandirian dan Ketahanan Energi
Untuk Kesejahteraan Rakyat yang Adil dan
Merata”

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 53


Dalam pemenuhan kebutuhan energi, Pemerintah menggunakan kaidah pengelolaan energi yang
optimal, dimana energi tidak lagi dijadikan sebagai komoditi, namun sebagai modal pembangunan
bangsa serta memberikan jaminan ketersediaan energi yang adil dan merata dengan pemerataan
pembangunan infrastruktur dan rasionalisasi harga energi. Begitu pula dalam pengelolaan sumber
daya mineral dimana Pemerintah akan terus mengusahakan pembangunan infrastruktur pengolahan
dan industri manufaktur turunan untuk meningkatkan nilai tambah produk dalam negeri.

Kemandirian energi merupakan indikator jaminan pemenuhan kebutuhan energi secara mandiri
dengan memanfaatkan semaksimal mungkin potensi dari sumber dalam negeri. Kebijakan yang
diharapkan dapat mewujudkan kemandirian energi nasional yang baik yaitu dengan meningkatkan
penggunaan sumber energi terbarukan serta melakukan diversifikasi energi di seluruh sektor energi
agar tidak bergantung pada satu jenis sumber energi. Selain itu, indikator utama lainnya dalam menilai
keberhasilan pengelolaan energi adalah indikator ketahanan energi nasional. Dimana Pemerintah
akan terus meningkatkan kondisi terjaminnya ketersediaan energi secara berkesinambungan yang
diselaraskan dengan penyediaan akses energi yang merata pada harga yang terjangkau untuk
seluruh masyarakat dalam waktu jangka panjang dengan tetap memperhatikan perlindungan
terhadap lingkungan hidup.

II.2. Misi KESDM


KESDM pada periode 2020-2024 terus berusaha dengan baik menjalankan amanah dalam
mengoptimalkan pengelolaan energi yang telah menjadi kebutuhan dasar masyarakat dan sektor
lainnya serta menjadi modal pembangunan nasional. Dalam upaya mewujudkan KESDM menjadi
penggerak utama pembangunan nasional melalui pengelolaan ESDM yang optimal demi terwujudnya
kemandirian dan ketahanan energi untuk kesejahteraan rakyat yang adil dan merata, akan dilakukan
upaya sistematis melalui misi KESDM sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas SDM melalui penerapan nilai-nilai KESDM (Jujur, Profesional, Melayani,
Inovatif dan Berarti);

Kemandirian energi merupakan indikator jaminan


pemenuhan kebutuhan energi secara mandiri
dengan memanfaatkan semaksimal mungkin
potensi dari sumber dalam negeri.
54 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024
2. Mengoptimalkan pengelolaan dan meningkatkan nilai tambah energi dan mineral yang
berkelanjutan;
3. Mengakselerasi pemanfaatan energi baru, energi terbarukan, dan konservasi energi;
4. Menjamin ketersediaan energi nasional;
5. Meningkatkan aksesibilitas energi dengan harga terjangkau kepada seluruh masyarakat; dan
6. Meningkatkan pelayanan mitigasi bencana geologi (gunung api, gerakan tanah, gempa bumi,
tsunami dan likuifaksi).

Dalam mengemban amanah besar sebagai penggerak utama pengelolaan energi nasional, KESDM
terus bertransformasi ke arah yang lebih baik untuk menjadi sebuah institusi pemerintahan yang
profesional, berkualitas, bermartabat, terpercaya, dihormati, dan disegani yang didukung oleh SDM
yang mampu bekerja secara cepat, cermat, dan produktif.

Dalam mewujudkan SDM yang berkualitas yang dapat mendukung peningkatan kinerja KESDM,
maka dibutuhkan penanaman nilai-nilai perilaku yang harus dijadikan pedoman oleh pimpinan dan
seluruh ASN KESDM dalam mengabdi, bekerja, dan bersikap serta sebagai landasan untuk melakukan
perubahan pola pikir dan budaya kerja.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, Menteri ESDM telah menerbitkan Kepmen ESDM Nomor
1808K/07/MEM/2015 tanggal 18 Agustus 2015 tentang Nilai-Nilai Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral yang meliputi:
1. Jujur
Nilai kejujuran diartikan dengan berperilaku mematuhi dan tunduk secara konsisten terhadap
aturan dan standar etik yang berlaku. Dalam implementasinya, nilai kejujuran memiliki makna
dalam berpikir, berperilaku, bertindak dengan amanah, transparan, penuh integritas, memegang
teguh kode etik, dan loyal kepada bangsa dan negara. Nilai kejujuran wajib dilaksanakan dan
berlaku bagi pimpinan dan seluruh ASN di lingkungan KESDM. Selain itu, nilai kejujuran yang
dilakukan dengan sepenuh hati sangat diperlukan dalam melaksanakan kewajiban guna
meningkatkan kepercayaan masyarakat.

Pelaksanaan nilai-nilai KESDM yang diwujudkan dalam kaidah-kaidah perilaku Jujur adalah
sebagai berikut:
a. Menjaga kepercayaan dengan baik;
b. Melaksanakan tugas dengan prinsip-prinsip keterbukaan;
c. Selarasnya kata dengan perbuatan;
d. Patuh kepada peraturan yang berlaku; dan
e. Setia kepada KESDM, bangsa dan negara.

Indikator pelaksanaan nilai “kejujuran” adalah sebagai berikut:


a. Jumlah pelanggaran yang terjadi rendah;
b. Jumlah pengaduan masyarakat rendah; dan
c. Indeks persepsi korupsi membaik.

2. Profesional
Sikap profesional berhubungan erat dengan sikap akuntabilitas dan integritas sebagai ASN.
Profesional memiliki makna bekerja dengan semangat, cermat, akuntabel, disiplin, akurat,
dan tuntas atas dasar kompetensi terbaik. Sikap profesional ditunjukkan dengan melakukan
pekerjaan dengan penuh tanggung jawab, komitmen yang tinggi, dapat membangun sinergi

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 55


Dalam mengemban amanah besar sebagai
penggerak utama pengelolaan energi nasional,
KESDM terus bertransformasi ke arah yang lebih
baik untuk menjadi sebuah institusi pemerintahan
yang profesional, berkualitas, bermartabat,
terpercaya, dihormati, dan disegani yang didukung
oleh SDM yang mampu bekerja secara cepat,
cermat, dan produktif.

56 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


internal dan eksternal, serta mampu melihat perkembangan jauh ke depan.
Pelaksanaan nilai-nilai KESDM yang diwujudkan dalam kaidah-kaidah perilaku Profesional,
adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan kompetensi diri sesuai dengan tuntutan pekerjaan;
b. Menjalankan tugas dengan optimis dan teliti;
c. Menaati kewajiban dan menghindari larangan;
d. Bekerja dengan tepat dan menghindari kesalahan;
e. Memenuhi janji yang sudah disepakati;
f. Mampu bekerja sama dengan rekan kerja dan pihak lain;
g. Menyelesaikan tugas secara menyeluruh dan tidak tertunda;
h. Dapat mempertanggungjawabkan setiap tugas yang dikerjakan; dan
i. Memiliki pemikiran yang jauh ke depan;

Indikator pelaksanaan nilai “profesional” adalah sebagai berikut:


a. Tingkat kompetensi pegawai tinggi; dan
b. Tingkat pencapaian kinerja tinggi.

3. Melayani
KESDM berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan layanan terbaik di sektor
energi kepada publik. Untuk itu, dalam memberikan layanan prima, pelayanan harus dilakukan
dengan memahami kebutuhan pemangku kepentingan dan masyarakat terlebih dahulu.
Selain itu, dalam memberikan pelayanan, komitmen melayani secara sepenuh hati, proaktif,
profesional, simpel, efisien, dan tepat waktu dalam rangka memenuhi kepuasan internal dan
publik sangat diperlukan.

Pelaksanaan nilai-nilai KESDM yang diwujudkan dalam kaidah-kaidah perilaku “melayani”,


adalah sebagai berikut:
a. Memahami kebutuhan pemangku kepentingan dengan baik;
b. Menyusun standar pelayanan yang sederhana;
c. Melayani sesuai standar pelayanan dengan kualitas yang tinggi;
d. Melayani dengan senyum, sapa, salam dan santun;
e. Melayani dengan inisiatif yang tinggi;
f. Melayani dengan mudah dan tidak berbelit-belit;
g. Melayani dengan tepat waktu sesuai dengan standar pelayanan; dan
h. Melayani dengan mengutamakan kepuasan internal dan publik.

Indikator pelaksanaan nilai “melayani” adalah sebagai berikut:


a. Tingkat kepuasan pemangku kepentingan tinggi; dan
b. Indeks RB meningkat.

4. Inovatif
Inovatif dalam bersikap memiliki arti siap mencurahkan segala kemampuan diri dalam berpikir
secara luas dengan batasan-batasan norma untuk menciptakan sesuatu yang baru bagi diri kita
sebagai ASN, maupun masyarakat dan lingkungan sekitar, mampu untuk berwawasan terbuka,
selalu belajar untuk peningkatan diri, memiliki ide baru yang bermanfaat, dan membuat solusi
alternatif dalam pekerjaan untuk mempercepat tercapainya target kinerja.

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 57


Pelaksanaan nilai-nilai KESDM yang diwujudkan dalam kaidah-kaidah perilaku “inovatif”, adalah
sebagai berikut:
a. Memiliki ide baru yang bermanfaat;
b. Terbuka terhadap berbagai ide baru disertai sikap kritis;
c. Setiap pekerjaan berorientasi mempercepat tercapainya target kinerja;
d. Belajar untuk meningkatkan kemampuan diri; dan
e. Mampu membuat solusi alternatif dalam pekerjaan.

Indikator pelaksanaan nilai “inovatif” adalah jumlah program baru untuk masyarakat yang
meningkat.

5. Berarti
Berarti dapat diartikan dengan menjadi manusia yang memanusiakan manusia yang dapat
memberikan manfaat ke beberapa sisi yaitu bagi diri sendiri, orang lain, KESDM, masyarakat,
bangsa dan negara sehingga menjadi teladan, tempat bertanya, mampu memimpin, dan
memecahkan masalah.

Pelaksanaan nilai-nilai KESDM yang diwujudkan dalam kaidah-kaidah perilaku “berarti”, adalah
sebagai berikut:
a. Menghargai dan menghormati orang lain layaknya terhadap diri sendiri;
b. Berkontribusi untuk memberikan manfaat bagi diri sendiri, orang lain, KESDM, masyarakat,
bangsa dan negara;
c. Sebagai tempat bertanya yang menyenangkan;
d. Menjadi teladan yang baik di KESDM dan masyarakat;
e. Memiliki jiwa kepemimpinan yang baik; dan
f. Mampu menganalisis permasalahan untuk dipecahkan.

Indikator pelaksanaan nilai “berarti” adalah sebagai berikut:


a. Tingkat kepercayaan publik meningkat; dan
b. Indeks kepemimpinan tinggi.

II.3. Tujuan KESDM


Dalam mewujudkan visi-misi dan arahan Presiden RI 2020-2024, ditetapkan 4 (empat) tujuan
KESDM sebagai berikut:
1. Meningkatkan kemandirian dan ketahanan energi;
2. Optimalisasi pengelolaan energi dan mineral yang berkelanjutan dalam rangka meningkatkan
nilai tambah;
3. Penguatan kapasitas organisasi dalam rangka menjadi penggerak utama sektor ESDM; dan
4. Ketersediaan data dan informasi mitigasi dan penanggulangan kebencanaan geologi yang cepat
dan akurat.

II.4. Sasaran Strategis KESDM


Dalam rangka mendukung pencapaian 4 (empat) tujuan sebagaimana disebutkan di atas, KESDM
menetapkan 13 sasaran strategis sebagai berikut:
1. Meningkatnya Kemandirian dan Ketahanan Energi Nasional;
2. Optimalisasi Ketersediaan Produk Mineral;
3. Meningkatnya Pelayanan Mitigasi Bencana Geologi;
4. Meningkatnya Kompetensi SDM Sektor ESDM;

58 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


5. Optimalisasi Kontribusi Sektor ESDM yang Bertanggung Jawab dan Berkelanjutan;
6. Layanan Sektor ESDM yang Optimal;
7. Perumusan Kebijakan dan Regulasi Sektor ESDM yang Berkualitas;
8. Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian Sektor ESDM yang Efektif;
9. Penelitian dan Pengembangan Sektor ESDM yang Produktif;
10. Terwujudnya Birokrasi yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi pada Layanan Prima;
11. Organisasi yang Fit dan SDM yang Unggul;
12. Optimalisasi Teknologi Informasi yang Terintegrasi; dan
13. Pengelolaan Sistem Anggaran yang Optimal.

II.5. Sasaran Strategis Setjen KESDM


Dalam rangka menjabarkan sasaran strategis KESDM yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi
Setjen, maka ditetapkan 12 sasaran strategis sebagai berikut:
1. Terwujudnya Birokrasi yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi pada Layanan Prima;
2. Pengawasan, Pengendalian, Monitoring dan Evaluasi sektor ESDM yang Efektif;
3. Meningkatnya Kemandirian dan Ketahanan Energi Nasional;
4. Optimalisasi Kontribusi Sektor ESDM yang Bertanggung Jawab dan Berkelanjutan;
5. Layanan Sektor ESDM yang Optimal;
6. Perumusan Kebijakan Sektor ESDM yang Berkualitas;
7. Terwujudnya Kepastian Hukum Sektor ESDM;
8. Ketersediaan Informasi dan Layanan Dukungan Administrasi yang Handal dan Transparan;
9. Terwujudnya Pengelolaan Aset dan Obvitnas Sektor ESDM yang Optimal;
10. Organisasi yang Fit dan SDM yang Unggul;
11. Optimalisasi Teknologi Informasi yang Terintegrasi; dan
12. Pengelolaan Sistem Anggaran yang Optimal.

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 59


60 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024
03

ARAH KEBIJAKAN,
STRATEGI, REGULASI,
DAN KERANGKA
KELEMBAGAAN

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 61


03 Arah Kebijakan, Strategi, Regulasi, dan
Kerangka Kelembagaan

III.1. Arah Kebijakan dan Strategi Setjen KESDM


Dalam rangka mendukung 5 arahan Presiden yaitu pembangunan SDM, pembangunan infrastruktur,
penyederhanaan regulasi, penyederhanaan birokrasi dan transformasi ekonomi, serta sebagai
penjabaran dari tujuan dan sasaran strategis Kementerian, Setjen KESDM telah membuat arah
kebijakan dan strategi sebagai berikut:

A. Terwujudnya Birokrasi yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi pada Layanan Prima
Dalam rangka mengukur peningkatan nilai dari birokrasi yang efektif, efisien, dan berorientasi
pada layanan prima, maka ditetapkan indikator kinerja yang dapat dijadikan instrumen penilaian
yang terukur untuk mencapai sasaran tersebut. Indikator kinerja yang dimaksud yaitu Indeks
Reformasi Birokrasi. Indeks Reformasi Birokrasi merupakan penilaian terhadap evaluasi birokrasi
yang berpedoman pada Permen PANRB Nomor 8 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun
2014 tentang Pedoman Evaluasi Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah. Evaluasi difokuskan
pada upaya-upaya yang dilakukan oleh KESDM dalam pelaksanaan RB.

Tujuan evaluasi adalah untuk menilai kemajuan pelaksanaan program RB dalam rangka mencapai
sasaran yaitu mewujudkan birokrasi yang bersih dan akuntabel, birokrasi yang efektif dan efisien,
serta birokrasi yang mampu memberikan pelayanan publik yang baik. Selain itu, evaluasi ini juga
bertujuan untuk memberikan saran perbaikan dalam rangka meningkatkan kualitas pelaksanaan
RB di lingkungan KESDM. Untuk mengukur nilai RB tersebut, maka ditentukan komponen-
komponen pengungkit dari penilaian indeks tersebut. Komponen-komponen tersebut yaitu:
1. Manajemen perubahan
Manajemen perubahan sebagai salah satu indikator untuk menilai perubahan secara
sistematis dan konsisten dari sistem dan mekanisme kerja organisasi serta pola pikir dan
budaya kerja individu atau unit kerja di dalamnya menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan
dan sasaran RB.
2. Penataan peraturan perundang-undangan
Penataan peraturan perundang-undangan sebagai salah satu indikator untuk menilai
tingkat efektivitas pengelolaan peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh
instansi Pemerintah.
3. Penataan dan penguatan organisasi
Penataan dan penguatan organisasi sebagai salah satu indikator untuk menilai tingkat
efisiensi dan efektivitas organisasi instansi Pemerintah secara proporsional sesuai dengan
kebutuhan pelaksanaan tugas masing-masing sehingga menjadi tepat fungsi.
4. Penataan tatalaksana
Penataan tatalaksana sebagai salah satu indikator untuk menilai tingkat efisiensi dan
efektivitas sistem, proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien dan terukur pada
masing-masing instansi Pemerintah.
5. Penataan sistem manajemen SDM
Penataan sistem manajemen SDM sebagai salah satu indikator untuk menilai tingkat
profesionalisme SDM pada masing-masing instansi Pemerintah.

62 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


6. Penguatan akuntabilitas
Penguatan akuntabilitas sebagai salah satu indikator untuk menilai tingkat kapasitas dan
akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah.
7. Penguatan pengawasan
Penguatan pengawasan sebagai salah satu indikator untuk menilai tingkat penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih dan bebas KKN pada masing-masing instansi Pemerintah.
8. Peningkatan kualitas pelayanan publik
Peningkatan kualitas pelayanan publik sebagai salah satu indikator untuk menilai tingkat
kualitas pelayanan publik pada masing-masing instansi Pemerintah sesuai kebutuhan dan
harapan masyarakat.

Penilaian terhadap Indeks Reformasi Birokrasi KESDM ini nantinya akan dilakukan oleh
Kementerian PANRB dengan berbasis pada Nilai Akuntabilitas Kerja, Survei Internal Integritas
Organisasi, Survei Eksternal Persepsi Korupsi, Opini BPK, dan Survei Eksternal Pelayanan Publik.
Strategi ke depan untuk mencapai target Indeks Reformasi Birokrasi antara lain sebagai berikut:
1. Perubahan mindset dan culture-set yang mendukung pelaksanaan RB ke arah yang lebih
substansial;
2. Penerapan turunan dari nilai-nilai KESDM secara holisitik untuk memberikan pemahaman
kepada semua ASN DI KESDM;
3. Membangun keselarasan antara program kegiatan dan quick wins yang termuat dalam
roadmap Reformasi Birokrasi. Hal ini menjadi penting untuk menghindari duplikasi dan
program kegiatan serta quick wins yang berpotensi tidak terlaksana;
4. Membangun Integritas Organisasi melalui penguatan:
a. Budaya organisasi dan anti korupsi;
b. Pengelolaan SDM;
c. Pelaksanaan anggaran;
d. Pelaksanaan pencairan anggaran secara transparan;
e. Budaya organisasi yang akuntabel;
f. Pelaksanaan kinerja individu dan organisasi.
5. Pelaksanaan kegiatan yang bercirikan melayani secara prima;
6. Mewujudkan kualitas kebijakan yang unggul untuk mewujudkan pencapaian indeks RB
agar lebih baik;
7. Membangun koordinasi dan komunikasi secara intens dengan biro dan pusat dalam
mengakselerasi pencapaian RB;
8. Memitigasi hambatan baik secara internal dan eksternal lingkungan yang menghambat
pencapaian RB.

B. Pengawasan, Pengendalian, Monitoring dan Evaluasi sektor ESDM yang Efektif


Dalam rangka mengukur efektivitas terhadap pengawasan, pengendalian, monitoring dan
evaluasi sektor ESDM, maka ditetapkan indikator kinerja yang dapat dijadikan instrumen
penilaian yang terukur untuk mencapai sasaran tersebut. Indikator kinerja yang dimaksud
yaitu Indeks Maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan SAKIP KESDM. Untuk
mengukur hal tersebut, maka ditentukan komponen-komponen pengungkit dari penilaian
indeks dimaksud. Komponen-komponen tersebut yaitu:

1. Tingkat Maturitas SPIP


Tingkat maturitas penyelenggaraan SPIP adalah proses yang integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 63


memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan
yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, serta
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang dilakukan secara menyeluruh di
lingkungan Pemerintah Pusat dan Daerah.
a. Lingkungan pengendalian
Merupakan penilaian terhadap kemampuan pimpinan dalam menciptakan dan
memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan dampak perilaku positif
dan kondusif untuk penerapan sistem pengendalian intern dalam lingkungan
kerjanya, melalui penegakan integritas dan etika, komitmen terhadap kompetensi,
kepemimpinan yang kondusif, struktur organisasi sesuai kebutuhan, delegasi
wewenang dan tanggung jawab, kebijakan pembinaan SDM, peran APIP yang efektif,
serta hubungan kerja yang baik.
b. Penilaian risiko
Merupakan penilaian terhadap kemampuan pimpinan dalam menetapkan tujuan
Kementerian yang memuat pernyataan dan arahan yang spesifik, terukur, dapat
dicapai, realistis, dan terikat waktu. Pernyataan dan arahan ini wajib dikomunikasikan
kepada seluruh pegawai. Adapun parameter dari penilaian ini yaitu identifikasi dan
analisis risiko.
c. Kegiatan pengendalian
Merupakan penilaian terhadap kemampuan pimpinan dalam melakukan kegiatan
pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, serta sifat dari tugas dan fungsi
Kementerian. Kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok Kementerian,
dikaitkan dengan proses penilaian risiko, dipilih sesuai dengan sifat khusus
Kementerian, serta kebijakan dan prosedur ditetapkan secara tertulis. Adapun kegiatan
pengendalian yang dimaksud, dilaksanakan dengan reviu kinerja, pembinaan SDM,
pengendalian sistem informasi, pengendalian fisik aset, penetapan persentase reviu
indikator, pemisahan fungsi, otorisasi, pencatatan, pembatasan akses, akuntabilitas,
dan dokumentasi Sistem Pengendalian Intern (SPI).
d. Informasi dan komunikasi
Merupakan penilaian terhadap kemampuan pimpinan dalam mengidentifikasi,
mencatat, dan mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat.
Komunikasi atas informasi tersebut harus diselenggarakan secara efektif, yaitu
menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi serta
mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus-
menerus dengan parameter penilaian mencakup informasi dan komunikasi efektif.
e. Pemantauan
Merupakan penilaian terhadap kemampuan pimpinan dalam melakukan pemantauan
SPI yang dilakukan secara berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut
rekomendasi hasil audit serta reviu lainnya. Parameter penilaian mencakup
pemantauan berkelanjutan dan evaluasi terpisah.

2. Nilai SAKIP
SAKIP merupakan penerapan pelaksanaan manajemen kinerja berupa rangkaian
sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang bertujuan untuk memastikan
terdapat perbaikan berkelanjutan guna meningkatkan kinerja K/L sesuai dengan sasaran
pembangunan nasional, pencapaian target-target, serta pelaksanaan monitoring dan
evaluasi. Penerapan SAKIP dilakukan berdasarkan UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi Kolusi dan Nepotisme, yang

64 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


merupakan asas akuntabilitas dalam penyelenggaraan negara serta UU Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara dan UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, yang merupakan asas pengelolaan keuangan negara. Kewajiban melaporkan
akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas kinerja Pemerintah tercantum pada PP Nomor
8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. SAKIP
diperlukan untuk meningkatkan efektivitas penggunaan anggaran berorientasi pada hasil
yang tercantum pada Perpres Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah.

Salah satu upaya untuk bisa bersama melawan korupsi untuk mewujudkan Indonesia Maju
dalam rangka penguatan integritas pegawai di KESDM, telah dilaksanakan Seminar Anti
Korupsi oleh Setjen KESDM sebagaimana gambar di bawah ini dan diharapkan kegiatan
sejenis bisa diadakan secara berkala.

Gambar 11. Seminar Anti Korupsi

Untuk meningkatkan nilai SAKIP diperlukan strategi sebagai berikut:


a. Renstra unit Eselon 1 perlu dilengkapi dengan indikator tujuan untuk mengukur
capaian kinerja di jangka menengah (5 tahun);
b. Cakupan cascade IKU perlu ditingkatkan sampai dengan level individu pegawai;
c. Melakukan pengembangan aplikasi e-kinerja dan diintegrasikan dengan aplikasi
perencanaan dan keuangan;
d. Melakukan analisis efisiensi penggunaan anggaran terhadap pencapaian kinerja pada
pelaporan kinerja;
e. Hasil evaluasi akuntabilitas kinerja perlu dimanfaatkan oleh unit kerja sebagai bahan
masukan dan perbaikan peningkatan kinerja;
f. Hasil pengukuran capaian PK harus dimanfaatkan secara optimal oleh pimpinan
sebagai dasar pemberian reward and punishment; dan

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 65


g. Kualitas evaluasi program harus fokus pada analisis pada keterkaitan kausalitas antara
kegiatan dengan sasaran strategis lembaga dan sasaran program yang akan dicapai
oleh organisasi.

C. Meningkatnya Kemandirian dan Ketahanan Energi Nasional


Kemandirian energi merupakan terjaminnya ketersediaan energi dengan memanfaatkan
semaksimal mungkin potensi dari sumber dalam negeri, sedangkan ketahanan energi adalah
suatu kondisi ketersediaan energi, akses masyarakat terhadap energi pada harga yang terjangkau
dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan hidup.
Program-program dan kegiatan untuk mendukung peningkatan kemandirian dan ketahanan
energi dijalankan oleh unit-unit terkait di KESDM, namun pencapaiannya perlu dimonitor agar
sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Adapun parameter dan indikator yang dipantau
dalam pencapaian target Indeks Kemandirian Energi Nasional dan Indeks Ketahanan Energi
Nasional adalah sebagai berikut:

1. Monitoring dan Evaluasi Indeks Kemandirian Energi Nasional


Dalam rangka mengukur terjaminnya ketersediaan energi dengan memanfaatkan
semaksimal mungkin potensi dari sumber dalam negeri, maka ditetapkan indikator kinerja
yang dapat dijadikan instrumen penilaian yang terukur untuk mencapai sasaran tersebut
yaitu Indeks Kemandirian Energi nasional.

Salah satu hal terpenting dalam metode perhitungan Indeks Kemandirian Energi Nasional
adalah penentuan bobot setiap indikator yang digunakan, yang sangat berpengaruh
terhadap nilai akhir dari Indeks Kemandirian Energi Nasional. Untuk itu dalam menentukan
bobot masing-masing indikator, dilakukan survei terhadap para pakar/pelaku di bidang
energi, badan usaha, stakeholders, dan pimpinan KESDM yang memiliki pengalaman dalam
memahami konsep kemandirian energi.

Hasil dari survei tersebut, diolah menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP)
untuk dapat menyaring pendapat dari responden dalam hal konsistensi dan lainnya.
Sedangkan pembobotan dari setiap parameter dalam indikator tersebut dianggap sama/
setara. Indeks Kemandirian Energi Nasional terdiri dari 2 (dua) indikator yaitu:
a. Kemandirian terhadap sumber energi
Merupakan penilaian terhadap kondisi penyediaan energi nasional berdasarkan jenis
dan sumber energi yang digunakan untuk menentukan kemampuan bangsa secara
mandiri dalam menyediakan energi dan tidak tergantung hanya pada beberapa jenis
energi saja. Indikator yang digunakan dalam menghitung kemandirian terhadap
sumber energi yang merupakan rasio suplai dari sumber energi lokal (termasuk
energi yang bersumber dari produksi luar negeri) terhadap impor dalam memenuhi
kebutuhan dalam negeri yaitu:
1) Rasio impor minyak mentah terhadap kebutuhan minyak mentah, perhitungan
ini dengan membandingkan antara impor minyak mentah terhadap kebutuhan
minyak mentah. Usaha yang dilakukan untuk menurunkan impor minyak mentah
adalah dengan peningkatan suplai minyak mentah domestik dan diversifikasi
sumber minyak seperti penggunaan CPO dan lainnya.
2) Rasio impor gas terhadap kebutuhan gas bumi, perhitungan ini dengan
membandingkan antara impor gas bumi terhadap kebutuhan gas. Usaha yang
dilakukan agar kebutuhan gas domestik dapat terus terpenuhi yaitu melalui

66 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


diversifikasi sumber gas antara lain dengan intensifikasi kegiatan gasifikasi batu
bara dan CBM.
3) Rasio impor BBM terhadap kebutuhan BBM, perhitungan ini dengan
membandingkan antara impor BBM terhadap kebutuhan BBM. Usaha yang
dilakukan untuk mengurangi impor BBM adalah dengan meningkatkan suplai
BBM domestik melalui pembangunan kilang minyak dan substitusi BBM dengan
jenis energi lainnya untuk mengurangi kebutuhan BBM melalui peningkatan
penggunaan BBN, BBG, kendaraan listrik, dan pengurangan secara bertahap
pembangkit diesel.
4) Rasio impor LPG terhadap kebutuhan LPG, perhitungan ini dengan membandingkan
antara impor LPG terhadap kebutuhan LPG. Usaha yang dilakukan untuk
mengurangi impor LPG adalah dengan meningkatkan produksi LPG dan
mensubstitusi LPG dengan jenis energi lainnya untuk mengurangi kebutuhan LPG
melalui intensifikasi jargas rumah tangga, Dimethyl Ether (DME) dan biogas.
5) Rasio impor batu bara terhadap kebutuhan batu bara untuk energi dalam negeri,
perhitungan ini dengan membandingkan antara impor batu bara terhadap
kebutuhan batu bara.
6) Rasio impor listrik terhadap kebutuhan listrik untuk energi dalam negeri,
perhitungan ini dengan membandingkan antara impor listrik terhadap kebutuhan
listrik. Dari data yang tersaji di atas, terlihat bahwa rasio impor minyak mentah
terus mengalami peningkatan akibat produksi minyak mentah nasional yang relatif
stagnan, sedangkan di sisi lain kebijakan peningkatan kapasitas kilang minyak
(RDMP) juga meningkatkan kebutuhan minyak mentah dalam negeri. Dengan
adanya peningkatan kapasitas kilang melalui pembangunan kilang RDMP dapat
menurunkan rasio impor BBM. Penurunan rasio impor BBM juga didukung oleh
berbagai kebijakan antara lain pemanfaatan biodiesel pada sektor transportasi,
program kendaraan listrik, konversi BBM ke gas/biofuel pada pembangkit serta
konversi BBM ke LPG. Sedangkan rasio impor LPG terus mengalami kenaikan
akibat dari pertumbuhan konsumsi LPG rumah tangga dan produksi LPG yang juga
cenderung konstan.
b. Kemandirian Industri Energi
Merupakan penilaian terhadap kondisi penguasaan teknologi suatu bangsa dalam
membangun akses dan infrastruktur energi nasional yang didasarkan persentase
Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) terhadap seluruh infrastruktur sektor ESDM
yang meliputi TKDN untuk subsektor migas, batu bara, ketenagalistrikan dan EBT.
Berdasarkan prognosis TKDN sektor energi sebagai hasil koordinasi dengan
Kementerian Perindustrian, maka untuk TKDN subsektor migas dan batu bara
diproyeksikan akan terjadi peningkatan sampai dengan tahun 2024, sedangkan untuk
subsektor ketenagalistrikan dan EBT tidak mengalami peningkatan.

Dalam rangka mencapai target Monitoring dan Evaluasi Indeks Kemandirian Energi Nasional
akan dilaksanakan melalui strategi sebagai berikut:
a. Melaksanakan pembinaan dan koordinasi kepada seluruh unit organisasi terkait;
b. Melaksanakan koordinasi dengan seluruh unit organisasi di limgkungan KESDM, jika
target tidak tercapai maka membuat dokumen laporan evaluasi harus menyertakan
strategi untuk mitigasi;
c. Optimalisasi monitoring secara berkala;
d. Optimalisasi evaluasi secara berkala; dan

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 67


e. Membuat laporan monitoring dan evaluasi agar dokumen laporan dapat digunakan
sebagai dasar terhadap perbaikan kegiatan ke depannya;

2. Monitoring dan Evaluasi Indeks Ketahanan Energi Nasional


Dalam rangka mengukur peningkatan kualitas pelayanan utama KESDM yaitu Ketersediaan
(Availability), Aksesibilitas (Accessibility), Keterjangkauan (Affordability), dan Penerimaan
Masyarakat (Acceptability), maka ditetapkan indikator kinerja yang dapat dijadikan
instrumen penilaian yang terukur untuk mencapai sasaran tersebut. Indikator kinerja yang
dimaksud yaitu Indeks Ketahanan Energi nasional. Sesuai dengan Perpres Nomor 22 Tahun
2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional bahwa ketahanan energi nasional adalah
suatu kondisi ketersediaan energi, akses masyarakat terhadap energi pada harga yang
terjangkau dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan perlindungan terhadap
lingkungan hidup. Untuk mengukur hal tersebut, maka ditentukan aspek, indikator, dan
parameter yang merupakan komponen-komponen pengungkit dari penilaian Indeks
Ketahanan Energi Nasional.

Seperti halnya dengan Indeks Kemandirian Energi Nasional, salah satu hal terpenting
dalam menentukan metode perhitungan Indeks Ketahanan Energi Nasional yaitu
menentukan bobot setiap aspek dan indikator yang digunakan, hal ini sangat berpengaruh
terhadap nilai akhir dari perhitungan. Untuk itu dalam menentukan bobot masing-masing
aspek dan indikator, dilakukan survei terhadap para pakar/pelaku dibidang energi, badan
usaha, stakeholders dan pimpinan di lingkungan KESDM yang memiliki pengalaman dalam
memahami konsep ketahanan energi. Hasil dari survei tersebut, diolah menggunakan
metode AHP untuk dapat menyaring pendapat dari responden dalam hal konsistensi dan
lainnya. Dari metode AHP, ditetapkanlah bobot dari setiap aspek dan indikator tersebut.
Sedangkan pembobotan dari setiap parameter dalam indikator dianggap sama/setara.

Adapun target dan komponen yang digunakan dalam penilaian Indeks Ketahanan Energi
sebagai berikut:
a. Availability
Merupakan penilaian dari kondisi ketersediaan energi nasional dalam rangka memenuhi
kebutuhan energi saat ini maupun dimasa mendatang dengan mempertimbangkan
pasokan dalam negeri maupun impor. Penilaian dari kondisi ini dipengaruhi oleh:
1) Penilaian diversifikasi energi ditentukan melalui Herfindal-Hirsman Indeks
(HHI) yang dapat memperlihatkan seberapa banyak keberagaman jenis energi
yang digunakan serta seberapa besar ketergantungan suplai terhadap suatu
jenis energi, atau keberagaman sumber negara impor serta keseimbangan
pasokan masing-masing sumber impor. Semakin kecil nilai HHI, maka semakin
baik diversifikasi energi nasional. Hal yang menjadi parameter dari penilaian
diversifikasi energi tersebut yaitu HHI jenis sumber energi, sumber impor minyak
mentah, sumber impor BBM, dan sumber impor LPG.
2) Kondisi penyediaan energi fosil memperlihatkan kemampuan produksi/lifting
migas dan batu bara, jalannya kegiatan eksplorasi yang peningkatan cadangan
untuk dapat memberikan jaminan konservasi energi dimasa mendatang serta
untuk memberikan jaminan pasokan energi sebagai modal pembangunan.
Adapun parameter yang menjadi penilaian yaitu produksi minyak bumi, R to P
minyak bumi, cadangan operasional BBM, produksi gas bumi, R to P gas bumi,
alokasi gas untuk domestik, produksi batu bara, R to P batu bara, DMO batu bara,

68 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


dan cadangan operasional batu bara untuk PLTU.
3) Potensi EBT memperlihatkan perkembangan besaran potensi yang dimiliki oleh
negara terhadap jenis energi baru dan terbarukan baik yang dikembangkan dalam
bentuk listrik seperti panas bumi, surya, angin, air, laut dan biomassa untuk
pembangkit, maupun untuk direct use seperti bahan bakar nabati, biomassa
untuk memasak, biogas dan lainnya. Adapun parameter yang menjadi penilaian
yaitu rasio cadangan terhadap potensi panas bumi dan rasio potensi terukur
(potensi teknis) terhadap total potensi tenaga air (PLTA/M/MH), bayu, surya, laut
dan bioenergi (untuk listrik maupun langsung).

Indikator yang sangat berpengaruh pada dimensi availability yaitu diversifikasi energi
primer dan potensi EBT. Dua indikator tersebut memiliki bobot di atas 40%, sehingga
capaian parameternya memiliki pengaruh yang sangat besar.

Sedangkan indikator potensi EBT telah diprediksi sebelumnya akan memiliki bobot
yang besar, mengingat bahwa Indonesia saat ini menuju pengembangan EBT yang
masif dengan target 23% bauran EBT pada tahun 2025. Berdasarkan asas manfaatnya,
Pemerintah terus meningkatkan potensi terukur EBT agar pengembangan EBT dapat
dipercepat. Kondisi saat ini memperlihatkan bahwa potensi terukur dari EBT masih
sangat rendah bila dibandingkan dengan total potensi EBT per jenis energi.

b. Accessibility
Merupakan penilaian terhadap kondisi keandalan infrastruktur energi dalam rangka
menjamin distribusi energi ke seluruh masyarakat Indonesia dengan tetap menjaga
keberlanjutannya. Penilaian dari kondisi ini dipengaruhi oleh:
1) Keandalan infrastruktur BBM sangat dipengaruhi oleh kapasitas kilang minyak
Indonesia yang mempengaruhi jumlah impor produk BBM yang langsung
digunakan oleh masyarakat, walaupun memiliki dampak terhadap peningkatan
impor minyak mentah, namun memiliki nilai tambah yang baik bagi industri serta
ketahanan energi nasional terutama untuk penyediaan BBM. Selain kapasitas
kilang minyak, pengukuran yang digunakan terhadap infrastruktur BBM yaitu
utilisasi kapasitas kilang minyak dan nilai rasio produksi terhadap total konsumsi
BBM.
2) Keandalan infrastruktur gas sebagai salah satu indikator untuk mengukur
kemampuan akses gas dengan penilaian yang dititik beratkan pada ketersediaan
infrastruktur kilang gas bumi, kinerja kilang LNG, rasio produksi LNG terhadap total
konsumsi LNG, rasio panjang pipa gas, jumlah rumah tangga yang menggunakan
jargas kota, jumlah SPBG, dan kapasitas gas ANG.
3) Keandalan infrastruktur LPG sebagai salah satu indikator untuk mengukur
kemampuan akses LPG dengan penilaian yang dititik beratkan pada ketersediaan
infrastruktur kilang LPG, utilisasi produksi kilang LPG dan rasio produksi terhadap
total konsumsi LPG.
4) Keandalan infrastruktur listrik sebagai salah satu indikator untuk mengukur
kemampuan akses listrik dengan penilaian yang dititik beratkan pada konsumsi
listrik per kapita, keandalan kontinuitas terhadap utilitas pelanggan (SAIDI
dan SAIFI), besarnya rugi-rugi (losses) pada jaringan, rasio kebutuhan jaringan
transmisi dan distribusi, reserve margin pembangkit, dan penyediaan SPKLU.
5) Optimalisasi pemanfaatan batu bara sebagai salah satu indikator untuk mengukur

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 69


kemampuan pemanfaatan batu bara dengan menggunakan teknologi baru untuk
mendapatkan sumber energi baru dengan penilaian yang dititik beratkan pada
rasio pemanfaatan batu bara untuk peningkatan nilai tambah batu bara (DME,
Syngas, Urea, Polypropilene) terhadap target tahunan.
6) Penyediaan dan infrastruktur EBT sebagai salah satu indikator untuk mengukur
kemampuan pengembangan EBT dengan penilaian yang dititik beratkan pada
rasio pembangkit EBT terhadap total pembangkit, rasio pemanfaatan terhadap
cadangan terukur panas bumi, rasio pemanfaatan terhadap potensi terukur air,
angin, surya, laut dan bio untuk listrik, rasio penggunaan biofuel (murni bukan
campuran) terhadap BBM, dan jumlah pemanfaatan biogas (tidak termasuk
pembangkit).

Pada dimensi accessibility ini yang diarahkan pada kemampuan Pemerintah untuk
menyediakan, mengoptimalkan dan meningkatkan nilai tambah dari seluruh jenis
energi, penyediaan dan infrastruktur EBT memiliki bobot yang paling tinggi dibanding
indikator lainnya, sehingga dalam lima tahun ke depan pembangunan EBT menjadi
prioritas utama Pemerintah. Diharapkan nilai dari indikator ini terus terkoreksi membaik
untuk dapat menjadi penopang meningkatnya nilai Indeks Ketahanan Energi Nasional.

c. Affordability
Merupakan penilaian terhadap kemampuan masyarakat dalam menjangkau harga
energi yang disediakan berdasarkan besaran kebutuhan dasar energi sehari-hari, yang
mempertimbangkan daya beli masyarakat. Penilaian dari kondisi ini dipengaruhi oleh:
1) Efisiensi penggunaan energi sebagai salah satu indikator untuk mengukur
kemampuan penghematan penggunaan energi dengan tetap mempertahankan
dan/atau meningkatkan output/produk yang dihasilkan. Adapun parameter yang
menjadi penilaian yaitu intensitas energi final dan rata-rata efisiensi pembangkit
listrik khusus fosil.
2) Produktivitas energi sektoral sebagai salah satu indikator untuk mengukur
peningkatan output yang dihasilkan (dalam bentuk PDB) dibandingkan dengan
penggunaan energi. Adapun parameter yang menjadi penilaian yaitu rasio
konsumsi energi industri dibandingkan dengan PDB industri dan rasio konsumsi
energi komersial dibandingkan dengan PDB komersial.
3) Perkembangan harga BBM sebagai salah satu indikator untuk mengukur
keterjangkauan masyarakat terhadap harga BBM dibandingkan dengan rata-rata
pendapatan masyarakat pada 40% masyarakat menengah ke bawah. Parameter
yang diukur yaitu rasio expenditure BBM merupakan rasio pengeluaran 40%
masyarakat menengah ke bawah untuk membeli BBM terhadap pengeluaran
total masyarakat.
4) Perkembangan harga listrik sebagai salah satu indikator untuk mengukur
keterjangkauan masyarakat terhadap harga listrik dibandingkan dengan rata-rata
pendapatan masyarakat pada 40% masyarakat menengah ke bawah. Parameter
yang diukur yaitu rasio expenditure listrik merupakan rasio pengeluaran 40%
masyarakat menengah ke bawah untuk membayar listrik terhadap pengeluaran
total masyarakat.
5) Perkembangan harga LPG sebagai salah satu indikator untuk mengukur
pergerakan harga LPG dengan penilaian yang dititik beratkan pada harga LPG
subsidi dan LPG non subsidi.

70 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


Pada dimensi affordability ini, sangat dipengaruhi oleh kemampuan 40% masyarakat
menengah ke bawah (60% menengah ke atas tidak disurvei karena dianggap sangat
mampu untuk menjangkau harga energi) dalam menjangkau harga energi baik BBM,
listrik dan LPG, dengan membandingkan antara pengeluaran (expenditure) untuk
biaya energi dengan total pemasukan masyarakat. Diharapkan biaya untuk ketiga
jenis energi itu tidak lebih dari 25% namun tidak kurang dari 5% karena dikhawatirkan
masyarakat menjadi inefisiensi.

d. Acceptability
Acceptability merupakan penilaian terhadap tingkat penerimaan masyarakat dalam
kaitan keberlangsungan lingkungan terhadap jenis energi yang digunakan saat ini.
Penilaian ini memperlihatkan peningkatan emisi GRK sektor energi dan pangsa EBT
dalam bauran energi primer serta kemampuan Pemerintah dalam memanfaatkan
energi yang lebih ramah lingkungan dalam kaitannya mengurangi penggunaan energi
fosil yang memiliki emisi yang besar.

Dimensi acceptability sangat dipengaruhi oleh keberhasilan peningkatan pasokan


EBT melalui pembangunan infrastruktur listrik EBT, peningkatan campuran biodiesel,
pembangunan kilang green diesel, penggunaan biogas dan lainnya. Hal ini akan
meningkatkan nilai rasio pangsa bauran EBT dan penurunan emisi GRK.

Pada RPJMN 2020-2024, sektor energi mendapatkan amanat untuk menurunkan


emisi sebesar 11,3% - 13,2% dari tahun 2020 sampai dengan tahun 2024. Perlu
digarisbawahi bahwa target penurunan emisi GRK dalam RPJMN 2020-2024 sebesar
11,3% - 13,2% merupakan gabungan target dari beberapa subsektor yang berada
dalam wilayah tanggung jawab beberapa Kementerian terkait (KESDM, Kementerian
Perhubungan, Kementerian Perindustrian), Pemerintah Daerah, dan Swasta (Private
Sector) atau Non-Party Stakeholders (NPS). Sedangkan target reduksi emisi GRK
sektor ESDM adalah target yang hanya dalam kendali sektor ESDM untuk menurunkan
emisi GRK.

Reduksi emisi GRK sektor ESDM diharapkan dapat mencapai target sebesar 58 juta
ton CO2 pada tahun 2020 dan 142 juta ton CO2 pada tahun 2024. Beberapa kegiatan
untuk mencapai target reduksi emisi GRK sektor ESDM di antaranya:
1) Penyediaan dan pengelolaan EBT;
2) Kegiatan konservasi dan efisiensi energi;
3) Pembangkit energi bersih;
4) Fuel switching; dan
5) Reklamasi lahan pasca tambang.

Dari kegiatan-kegiatan mitigasi penurunan emisi GRK di atas, dapat disimpulkan


bahwa Renstra KESDM sudah sejalan dengan target RPJMN 2020-2024 dalam
penurunan emisi. Namun, secara kewenangan dan pelaksanaan kegiatan perlu
dilakukan pemisahan tanggung jawab kepada beberapa institusi lainnya, khususnya
dalam membagi target pencapaian emisinya. Dalam hal ini, pencapaian target reduksi
emisi sektor ESDM tidak meliputi tanggung jawab daerah (infrastruktur APBD maupun
kerja sama Pemerintah Daerah dan hibah ke daerah), NPS, dan kegiatan penurunan
emisi lainnya di Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perhubungan.

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 71


Dalam rangka mencapai target Monitoring dan Evaluasi Indeks Ketahanan Energi Nasional
akan dilaksanakan melalui strategi sebagai berikut:
a. Melaksanakan pembinaan dan koordinasi kepada seluruh unit organisasi terkait;
b. Melaksanakan koordinasi dengan seluruh unit organisasi di KESDM, jika target tidak
tercapai maka perlu dibuat dokumen laporan evaluasi yang menyertakan strategi
untuk mitigasi;
c. Optimalisasi monitoring secara berkala;
d. Optimalisasi evaluasi secara berkala; dan
e. Membuat laporan monitoring dan evaluasi agar dokumen laporan dapat digunakan
sebagai dasar terhadap perbaikan kegiatan ke depannya.

D. Optimalisasi Kontribusi Sektor ESDM yang Bertanggung Jawab dan Berkelanjutan


1. Persentase Realisasi PNBP Setjen KESDM
Target PNBP di lingkungan Setjen pada tahun 2024 adalah sebesar 95%. Untuk mencapai
target PNBP yang telah ditetapkan, dilaksanakan dengan strategi sebagai berikut:
a. Pembahasan dan penyusunan target dan pagu penggunaan PNBP KESDM
Kegiatan ini bertujuan untuk menyusun target PNBP per unit dan per satker berdasarkan
potensi PNBP yang terdapat pada masing-masing unit dan satker dengan mengacu
pada asumsi makro yang ditetapkan dalam APBN dan APBN-P. Pada kegiatan ini juga
dilakukan pembahasan mengenai izin penggunaan PNBP pada setiap unit/satker. Unit/
satker yang telah memperoleh penetapan izin penggunaan PNBP dari Kementerian
Keuangan dapat menggunakan sebagian realisasi PNBP dalam mendanai kegiatannya
melalui mekanisme APBN.

b. Pembahasan dan penyusunan penetapan daerah penghasil PNBP SDA


Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan perhitungan potensi PNBP SDA per daerah
penghasil sebagai dasar perhitungan dana bagi hasil (DBH) SDA agar dapat menunjang
kelancaran pelaksanaan kegiatan pada Pemerintah daerah. Daerah penghasil ditetapkan
pada tingkat kabupaten/kota dan provinsi dengan mempertimbangkan wilayah
pertambangan, batas wilayah antar daerah, dan potensi SDA pada setiap daerah.

c. Pelaksanaan monitoring realisasi PNBP


Pelaksanaan monitoring realisasi PNBP dilakukan melalui koordinasi dan rekonsiliasi
dengan unit dan satker di lingkungan KESDM dan Kementerian Keuangan. Rekonsiliasi
realisasi PNBP dilaksanakan setiap triwulan untuk meningkatkan akuntabilitas
pencatatan realisasi PNBP yang tepat akun, tepat jumlah dan tepat waktu. Selain itu,
Setjen memanfaatkan Sistem Bank Data Penerimaan Negara Sektor ESDM (SIDARA)
sebagai sarana monitoring realisasi PNBP secara periodik, dengan mendorong keaktifan
unit/satker dalam melakukan pemutakhiran data realisasi PNBP. Melalui SIDARA,
terdapat kesatuan database realisasi PNBP di lingkungan KESDM dan mendukung
pimpinan dalam pengambilan keputusan.

d. Pelaksanaan usulan penyaluran PNBP SDA


Terhadap realisasi PNBP SDA, Setjen melakukan penyusunan usulan penyaluran
PNBP dan menyampaikan ke Kementerian Keuangan sebagai dasar Kementerian
Keuangan melaksanakan transfer DBH SDA ke Pemerintah Daerah. Untuk menunjang
kelancaran pelaksanaan usulan penyaluran PNBP SDA tersebut, Setjen mendorong
dan memfasilitasi pembahasan penentuan acuan batas wilayah dengan melibatkan

72 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


berbagai pihak terkait untuk meningkatkan akuntabilitas perhitungan realisasi PNBP
SDA per daerah penghasil.

e. Pembangunan sistem informasi pengelolaan PNBP


Setjen membangun suatu sistem informasi yang terintegrasi dengan data Kas Negara
agar dapat monitoring realisasi PNBP secara online. Selain itu, Setjen membangun
suatu sistem untuk mendukung perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi usulan
penyaluran PNBP SDA serta pelaksanaan transparansi perhitungan PNBP SDA per
daerah penghasil kepada Pemerintah Daerah. Dalam pelaksanaan monitoring realisasi
secara periodik dan dalam rangka memenuhi kebutuhan data dan informasi realisasi
PNBP oleh pimpinan dan para pengelola PNBP di lingkungan KESDM, Setjen KESDM
membangun dan mengembangkan SIDARA. SIDARA memberikan informasi mengenai
target dan realisasi penerimaan negara sektor ESDM sesuai kebutuhan internal
KESDM. Penggunaan SIDARA telah diatur lebih lanjut pada Surat Edaran Nomor 0013
E/80/SJN.K/2018 tentang Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Sistem Bank Data
Penerimaan Negara Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral.

Untuk mendukung kemudahan dalam menyetorkan PNBP ke Kas Negara, Setjen KESDM
mendorong, menginisiasi dan melakukan pendampingan dalam pembangunan E-PNBP
pada unit penghasil PNBP secara bertahap dengan cakupan sebagaimana pada gambar
12 di bawah.

KEMENKEU KEMENHUB KEMENDAG BKPM KEMENTERIAN


& LEMBAGA
SPAN INAPORTNET EKSPOR LAINNYA
SIMPONI KAPAL ONLINE ...................
SAKTI NAVIGASI ...................
NPWP PELABUHAN ...................
................... ................... ...................

PERUSAHAAN SURVEYOR
BIDANG
MINERBA &
MIGAS EXECUTIVE
SERVICE ORIENTED ARCHITECTURE (SOA) INFORMATION
SYSTEM
ESDM PAYMENT ESB KESDM (PUSDATIN) (DASHBOARD)

DATA
DB WARE
HOUSE

DITJEN MINERBA DITJEN MIGAS DITJEN EBTKE DITJEN LISTRIK BADAN LITBANG SEKJEN
E_PNBP E_PNBP E_PNBP E_PNBP E_PNBP NADINE
MOMI ................... ................... ................... ................... ONE MAP INDONESIA
MODI ................... ................... ................... ................... BANK DATA
................... ................... ................... ................... ................... SUPEL

Gambar 12. Bagan Alur Service Oriented Architecture (SOA) KESDM

Pembangunan E-PNBP ini merupakan pengembangan terhadap sistem informasi


penyetoran PNBP ke Kas Negara secara elektronik pada Kementerian Keuangan
(Sistem Informasi PNBP Online/SIMPONI). Pengembangan E-PNBP ini akan menunjang
dalam pelaksanaan monitoring realisasi PNBP dan mendukung kebutuhan manajerial
dan pelaporan bagi para stakeholders.

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 73


Rp SIMPONI KPPN
KAS NEGARA PELAPORAN
PERUSAHAAN PENERIMAAN
TRNSFER/ (KEMENKEU)
BI SEKTOR ESDM
SLIP BANK
$
BUKTI SETOR

REKON PUSAT

REKON PUSAT-
PEMDA KESDM
DAERAH
VERIFIKASI
DAERAH
PENGHASIL
(KESDM)

REKON DBH USULAN


TRANSFER PENYALURAN DBH
KAS DAERAH (DJPK dan
DAERAH (PMK) KESDM KEPADA
KESDM)
KEMENKEU

E PNPB KESDM SIDARA E REKON MINERBA SUPEL 2.0 SIMTRADA

Gambar 13. Bagan Alur Usulan Penyaluran PNBP di Lingkungan KESDM

Untuk menunjang transparansi dan kemudahan terhadap akses data dan informasi
terkait usulan penyaluran PNBP SDA di lingkungan KESDM, Setjen telah membangun
dan mengembangkan Sistem Data dan Informasi Usulan Penyaluran PNBP SDA (SUPEL)
yang dapat diakses oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pada SUPEL,
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memperoleh informasi mengenai peraturan
dan kebijakan pengelolaan PNBP dan DBH SDA, penetapan daerah penghasil, target
PNBP SDA per daerah penghasil, perhitungan detail atas setoran PNBP SDA per daerah
penghasil, rekapitulasi usulan penyaluran PNBP SDA oleh KESDM kepada Kementerian
Keuangan, serta informasi lainnya terkait pengelolaan SDA di lingkungan KESDM.

f. Pelaksanaan evaluasi pengelolaan PNBP


Evaluasi pengelolaan PNBP dilakukan dalam rangka memantau pelaksanaan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta memantau pencapaian realisasi PNBP.
Pelaksanaan evaluasi ini terdiri atas evaluasi penatausahaan PNBP serta evaluasi
usulan penyaluran PNBP SDA. Evaluasi penatausahaan PNBP mencakup evaluasi
target dan pagu penggunaan PNBP, penyetoran PNBP yang tepat akun, tepat jumlah
dan tepat waktu, pencatatan realisasi PNBP serta pelaporan PNBP. Evaluasi usulan
penyaluran PNBP SDA mencakup evaluasi target PNBP SDA per daerah penghasil dan
evaluasi pelaksanaan usulan penyaluran PNBP yang tepat akun, tepat jumlah, tepat
waktu, dan tepat daerah penghasil.

g. Pembinaan pengelolaan PNBP di lingkungan KESDM


Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan menyamakan persepsi
pengelolaan PNBP terhadap peraturan perundang-undangan dan kebijakan terkait
kepada para pengelola PNBP. Pada kegiatan ini Setjen juga melakukan pendampingan
dalam penyelesaian kendala atau permasalahan yang timbul dalam pengelolaan PNBP.

74 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


Selain itu, pembinaan pengelolaan PNBP juga dilaksanakan untuk menindaklanjuti
temuan atas hasil pemeriksaan terkait PNBP dan mencegah terjadinya temuan yang
sama pada periode mendatang.

h. Pembahasan dan penyusunan rancangan peraturan PNBP


Kegiatan ini bertujuan untuk memperbaharui peraturan perundang-undangan
berdasarkan perkembangan kondisi yang ada agar pengelolaan PNBP dapat
dioptimalkan dengan dasar aturan yang jelas. Selain itu, pada kegiatan ini dilakukan
untuk mengantisipasi adanya kekosongan kebijakan yang mendukung pengelolaan
PNBP.

i. Pembahasan dan penyusunan jenis dan tarif PNBP


Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menginventarisasi potensi PNBP di
lingkungan KESDM agar dapat dioptimalkan untuk meningkatkan penerimaan negara.
Penyusunan tarif PNBP tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat
keekonomian, kewajaran dan daya saing agar sumber daya yang terdapat pada sektor
ESDM dapat berkontribusi secara optimal dalam meningkatkan penerimaan negara.

j. Menyusun dan melaksanakan Surat Edaran dan SOP pengelolaan PNBP

2. Monitoring Investasi Sektor ESDM


Monitoring investasi dilakukan agar target investasi 5 tahun ke depan dapat tercapai.
Pemantauan dilakukan melalui koordinasi secara regular dan konsisten serta menekankan
kepada unit-unit yang menangani investasi untuk selalu melaksanakan upaya-upaya
sebagai strategi dalam peningkatan investasi sebagai berikut:
a. Subsektor Minyak dan Gas Bumi
Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan kembali investasi migas antara lain:
1) Menahan laju penurunan alami (natural decline) produksi crude, salah satunya
dengan cara penerapan teknologi EOR;
2) Menjaga momentum kegiatan survei dan eksplorasi, dengan memberikan berbagai
dukungan kepada pelaku usaha;
3) Mengakuisisi asset/cadangan migas di dalam dan luar negeri guna mempertahankan
efisiensi usaha.
4) Mempercepat pengembangan dan pembangunan kilang Bontang, Tuban, dan
Cilacap;
5) Mendorong pembangunan industri petrokimia, baik yang terintegrasi dengan
kilang minyak atau tidak terintegrasi, dan memprioritaskan penyediaan pasokan
bahan baku;
6) Meningkatkan volume cadangan migas dan menginisiasi cadangan strategis
energi (CSE).
7) Menjamin pasokan BBM dan LPG di seluruh wilayah Indonesia;
8) Mendorong pemanfaatan gas dalam negeri yang lebih luas, termasuk menerapkan
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) untuk jargas; dan
9) Memperluas basis industri pengguna gas.

b. Subsektor Ketenagalistrikan
Upaya untuk meningkatkan kembali investasi ketenagalistrikan, antara lain:
1) Mendorong peningkatan konsumsi listrik terutama, dengan prioritas percepatan

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 75


penggunaan kendaraan listrik dan kompor listrik;
2) Menyediakan pasokan listrik untuk mendukung pengembangan ekonomi dan
perluasan industri di daerah;
3) Menyegerakan penyediaan listrik dalam jumlah yang cukup dan handal untuk
mendukung pembangunan smelter, terutama untuk smelter yang sudah atau
akan dibangun;
4) Mempercepat program konversi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) menjadi
Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) yang lebih ramah lingkungan dan tersedia
di dalam negeri; dan
5) Mendorong PT PLN (Persero) agar tetap fokus pada investasi jaringan transmisi,
gardu induk, dan distribusi yang handal sebagai enabler perluasan basis pelanggan,
termasuk segera memulai perencanaan dan pembangunan transmisi antarpulau.

c. Subsektor Mineral dan Batu bara,


Upaya untuk meningkatkan investasi mineral dan batu bara antara lain:
1) Menyesuaikan jadwal pembangunan smelter dengan memperhatikan kebutuhan
pasar dan protokol kesehatan Covid-19;
2) Memfasilitasi pembiayaan pembangunan smelter guna mempercepat realisasi
investasi;
3) Mengintensifkan koordinasi dengan Kementerian/ Lembaga terkait dan Pemerintah
Daerah untuk memfasilitasi penyelesaian kendala/hambatan terutama untuk
melancarkan perizinan dan mengurangi Pertambangan Tanpa Izin (PETI); dan
4) Menegakkan kewajiban pelaporan perusahaan pembangun smelter setiap 6 bulan
sekali agar kemajuan pembangunan minimal 90%, dan apabila tidak tercapai maka
akan dikenakan denda 20% dari nilai penjualan 6 bulan terakhir.

d. Subsektor Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi


Upaya untuk meningkatkan investasi EBTKE, antara lain:
1) Percepatan penetapan Perpres pembelian tenaga listrik energi terbarukan oleh PT
PLN (Persero);
2) Mempercepat pembangunan green refinery untuk mendukung program D100,
termasuk pembangunan industri katalis;
3) Pelaksanaan program government drilling untuk mengurangi risiko investor
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP);
4) Mempercepat Geothermal Resource Risk Mitigation Project (GREM) dan
Pembiayaan Infrastruktur Sektor Panas Bumi (PISP);
5) Mendorong pembangunan PLTS terapung terutama di luar Pulau Jawa; dan
6) Mempererat kerja sama dengan berbagai lembaga keuangan, termasuk green
finance.

E. Layanan Sektor ESDM yang Optimal


Dalam rangka mengukur layanan sektor ESDM yang optimal, maka ditetapkan indikator kinerja
yang dapat dijadikan instrumen penilaian yaitu Indeks Kepuasan Layanan Sektor ESDM.
Sejalan dengan gerakan RB guna membangun kepercayaan publik yang lebih baik, KESDM
telah berupaya meningkatkan kualitas layanan melalui beberapa terobosan inovatif berupa
penetapan standar-standar pelayanan yang optimal. Guna mengukur sejauh mana kualitas
pelayanan yang telah diberikan Setjen kepada masyarakat dan stakeholders terkait, yang saat
ini berjumlah 25 layanan baik internal maupun eksternal, perlu dilakukan pengukuran tingkat

76 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


kepuasan pengguna layanan terkait indikator-indikator spesifik sesuai Permen PANRB Nomor 14
Tahun 2017 tentang Pedoman Penyusunan Survei Kepuasan Masyarakat Unit Penyelenggara
Pelayanan Publik yang ditetapkan berdasarkan aspek kepentingan dari setiap layanan dan
kepuasan dari pelayanan yang diberikan. Indikator tersebut yaitu:
1. Persyaratan layanan
Aspek persyaratan layanan didefinisikan sebagai persepsi pengguna layanan mengenai
kepentingan terhadap kebutuhan persyaratan layanan dalam sebuah layanan serta
penilaian kepuasan terhadap kesesuaian pelayanan dengan persyaratan layanan yang
telah ditetapkan sebelumnya.
2. Kemudahan prosedur layanan
Aspek kemudahan prosedur layanan didefinisikan sebagai persepsi pengguna layanan
mengenai kepentingan terhadap kebutuhan prosedur pelayanan yang mudah dalam
sebuah layanan serta penilaian kepuasan terhadap kemudahan prosedur layanan yang
diberikan.
3. Kecepatan waktu layanan
Aspek kecepatan waktu layanan didefinisikan sebagai persepsi pengguna layanan
mengenai kepentingan terhadap kebutuhan waktu layanan yang cepat dalam sebuah
layanan serta penilaian kepuasan terhadap kecepatan waktu pelayanan yang diberikan.
4. Kewajaran terhadap biaya/tarif yang dibebankan
Aspek kewajaran terhadap biaya/tarif yang dibebankan didefinisikan sebagai persepsi
pengguna layanan mengenai kepentingan terhadap kebutuhan tarif yang wajar dalam
sebuah layanan serta penilaian kepuasan terhadap kewajaran tarif yang dibebankan
terhadap pengguna layanan dengan jenis layanan yang diberikan.
5. Kesesuaian produk pelayanan pada standar pelayanan dengan hasil produk pelayanan
Aspek kesesuaian produk pelayanan pada standar pelayanan dengan hasil produk
pelayanan didefinisikan sebagai persepsi pengguna layanan mengenai kepentingan
terhadap kebutuhan pencantuman produk layanan yang dikeluarkan dalam standar
layanan serta penilaian kepuasan terhadap hasil produk pelayanan jika dibandingkan
dengan produk pelayanan yang dijanjikan dalam standar pelayanan.
6. Kompetensi dan kemampuan petugas (layanan tatap muka) atau ketersediaan informasi
sistem online (layanan online)
a. Kompetensi dan kemampuan petugas (layanan tatap muka)
Aspek kompetensi dan kemampuan petugas didefinisikan sebagai persepsi pengguna
layanan mengenai kepentingan terhadap perlu tidaknya kompetensi dan kemampuan
petugas pada sebuah layanan serta penilaian kepuasan terhadap kompetensi dan
kemampuan petugas yang diberikan.
b. Ketersediaan informasi sistem online (layanan online)
Aspek Ketersediaan informasi sistem online didefinisikan sebagai persepsi pengguna
layanan mengenai kepentingan terhadap ketersediaan informasi pada sebuah layanan
serta penilaian kepuasan terhadap tingkat ketersediaan informasi pada sistem online
untuk layanan yang diberikan.
7. Perilaku petugas (layanan tatap muka) atau kemudahan dan kejelasan fitur sistem online
(layanan online)
a. Perilaku petugas (layanan tatap muka)
Aspek perilaku petugas didefinisikan sebagai persepsi pengguna layanan mengenai
kepentingan terhadap penilaian perilaku petugas pada sebuah layanan serta penilaian
kepuasan terhadap perilaku petugas yang diberikan.
b. Kemudahan dan kejelasan fitur sistem online (layanan online)

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 77


c. Aspek kemudahan dan kejelasan fitur sistem online didefinisikan sebagai persepsi
pengguna layanan mengenai kepentingan terhadap kemudahan dan kejelasan fitur
pada sebuah layanan serta penilaian kepuasan terhadap tingkat kemudahan dan
kejelasan fitur sistem online untuk layanan yang diberikan.
8. Kualitas sarana dan prasarana
Aspek kualitas sarana dan prasarana didefinisikan sebagai persepsi pengguna layanan
mengenai kepentingan terhadap kualitas sarana dan prasarana pada sebuah layanan serta
penilaian kepuasan terhadap kualitas sarana dan prasarana yang disediakan.
9. Penanganan pengaduan
Aspek penanganan pengaduan didefinisikan sebagai persepsi pengguna layanan mengenai
kepentingan terhadap keberadaan fasilitas dan penanganan pengaduan dalam sebuah
layanan serta penilaian kepuasan terhadap fasilitas dan penanganan pengaduan yang
diberikan.

Strategi untuk meningkatkan layanan antara lain:


1. Menyederhanakan persyaratan layanan;
2. Mempermudah prosedur layanan;
3. Mempercepat waktu layanan;
4. Meningkatkan kualitas produk layanan;
5. Meningkatkan kompetensi dan kemampuan petugas layanan;
6. Meningkatkan pelayanan sistem online dan memberikan kemudahan serta kejelasan fitur
layanan online;
7. Meningkatkan sarana dan prasarana; dan
8. Menyediakan fasilitas penanganan pengaduan.

F. Perumusan Kebijakan Sektor ESDM yang berkualitas


Dalam rangka mengukur peningkatan kualitas perumusan kebijakan dan regulasi sektor ESDM,
maka ditetapkan indikator kinerja yang dapat dijadikan instrumen penilaian yang terukur untuk
mencapai sasaran tersebut. Indikator kinerja yang dimaksud yaitu Indeks Kualitas Kebijakan
(IKK) dan Indeks Implementasi Kebijakan.

1. Indeks Kualitas Kebijakan


Tujuan dari penilaian Indeks Kualitas Kebijakan adalah:
a. Mengetahui kualitas kebijakan sektor ESDM;
b. Menjadi instrumen untuk menilai kualitas kebijakan dalam rangka meningkatkan
kualitas perumusan dan implementasi kebijakan;
c. Instrumen untuk menilai sasaran RB, terkait dengan perbaikan kualitas kebijakan;
d. Acuan pembinaan dan peningkatan kualitas Analis Kebijakan;
e. Sarana evaluasi kebijakan dalam melihat dampak kebijakan yang telah ada; dan
f. Tolak ukur pencapaian kemajuan dalam RB dalam area deregulasi.
Dengan mengaplikasikan IKK diharapkan dapat menghasilkan kebijakan yang dilahirkan
dari kerangka acuan dan basis pengetahuan yang kuat, implementatif, terkoordinasi, dan
disosialisasikan dengan baik dalam struktur organisasi mulai dari level tertinggi sampai
level operasional, serta dimonitor terus-menerus.
Metode penilaian dari IKK ini terdiri dari komponen-komponen utama dan pendukung.
Adapun komponen-komponen tersebut, yaitu:
a. Perencanaan kebijakan
Penilaian komponen perencanaan kebijakan bertujuan untuk mengetahui proses

78 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


identifikasi terhadap isu dan urgensi kebutuhan dari penyusunan sebuah kebijakan.
Komponen ini terdiri dari 2 (dua) tahapan yaitu:
1) Penilaian agenda setting, bertujuan untuk menilai kualitas isu kebijakan sebelum
diformulasikan. Pada tahapan ini penilaian akan ditujukan terhadap hasil
identifikasi permasalahan dari isu pokok kebijakan, hasil kajian terhadap isu-
isu aktual, proses konsultasi publik terhadap isu dan metode assessment yang
dilakukan terhadap setiap masukan;
2) Penilaian formulasi kebijakan, bertujuan untuk melihat kualitas proses
penyusunan kebijakan sebelum diimplementasikan. Pada tahapan ini, penilaian
akan ditujukan pada proses penyusunan kebijakan seperti:
- Tujuan kebijakan harus jelas dan memiliki orientasi jangka panjang (forward
looking);
- Mempertimbangkan berbagai perspektif (outward looking);
- Disusun atas dasar evaluasi kebijakan terdahulu dan memiliki instrumen
evaluasi yang terintegrasi dengan kebijakan itu sendiri (learn lessons);
- Mempertimbangkan sejumlah alternatif lainnya dan memperhitungkan risiko
dari setiap alternatif (innovative);
- Didukung oleh basis data dan informasi yang valid dan dapat diandalkan
(evidence-based); dan
- Tidak bertentangan dengan hukum dan peraturan perundang-undangan
(compliance).
b. Pelaksanaan kebijakan
Penilaian komponen pelaksanaan kebijakan bertujuan untuk mengetahui efektivitas
dari proses implementasi kebijakan serta pelaksanaan monitoring dan evaluasi
kebijakan. Komponen ini memiliki 2 (dua) tahapan yaitu:
1) Penilaian implementasi kebijakan, bertujuan untuk melihat efektivitas dari
pelaksanaan kebijakan dari segala aspek yang dapat dibuktikan melalui
dokumen resmi dan dimensi yang terukur yaitu dimensi pengukuran meliputi
dimensi perencanaan bahwa implementasi kebijakan harus didukung oleh upaya
perencanaan yang tepat, dimensi kelembagaan bahwa implementasi kebijakan
harus didukung oleh aspek kelembagaan yang baik dan dimensi komunikasi
kebijakan bahwa implementasi kebijakan harus didukung oleh komunikasi
kebijakan yang baik dalam lingkup internal maupun eksternal;
2) Penilaian evaluasi kebijakan, bertujuan untuk melihat metode monitoring
dan evaluasi dari setiap kebijakan serta ketepatan indikator-indikator yang
digunakan. Pada tahapan ini, penilaian akan ditujukan pada seluruh aspek dari
proses pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap implementasi kebijakan
yang meliputi aspek efektivitas, efisiensi, dampak, serta keberlanjutan.
Strategi untuk meningkatkan kualitas kebijakan antara lain:
1. Menginventarisir kebijakan di KESDM selama kurang lebih 3 sampai dengan 5 tahun
ke belakang dalam bentuk Permen atau Kepmen dari setiap unit organisasi yang
memiliki dampak langsung kepada badan usaha maupun masyarakat;
2. Melakukan survei, wawancara, dan koordinasi terhadap unit terkait urgensitas
pembentukan kebijakan tersebut, perihal sejauh mana proses pengambilan kebijakan
tersebut;
3. Melakukan advokasi kebijakan terhadap unit terkait dalam penentuan kebijakan yang
akan dinilai.

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 79


2. Indeks Implementasi Kebijakan
Indeks Implementasi Kebijakan merupakan metode penilaian terhadap efektivitas,
keakuratan dan jangkauan pelaksanaan setiap kebijakan KESDM yang dirasakan langsung
oleh masyarakat dengan metode survey terhadap masyarakat yang terdampak langsung
terhadap kebijakan/kegiatan pembangunan infrastruktur. Adapun hal yang menjadi
perhatian dalam kegiatan perhitungan Indeks Implementasi Kebijakan ini antara lain yaitu:
a. Pelaksanaan pengumpulan data dan informasi melalui survei yang dilakukan langsung
ke masyarakat terdampak baik secara langsung maupun tidak langsung pada daerah
kegiatan pembangunan infrastruktur tersebut;
b. Survei dilakukan bekerjasama dengan lembaga surveyor berpengalaman (konsultan)
untuk menjaga objektivitas dan independensi data dan informasi dari masyarakat
terdampak, dan menggunakan metode terbaik untuk memberikan nilai yang akurat
dari realitas kondisi di-lapangan terhadap kegiatan tersebut. Diharapkan tidak ada
campur tangan dari KESDM dalam melaksanakan kegiatan survei lapangan tersebut;
c. Kebijakan yang dijadikan landasan untuk penilaian Indeks Implementasi Kebijakan
yaitu kebijakan yang dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat dan telah
berjalan kurang lebih 2 tahun serta diprioritaskan pada kebijakan yang masih akan
dilakukan pada tahun-tahun berikutnya yang terkait dengan subsektor migas,
minerba, ketenagalistrikan, EBTKE, kegeologian dan lain sebagainya;
d. Parameter atau unsur penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai Indeks
Implementasi Kebijakan adalah sebagai berikut:
• Awareness (Kesadaran) yaitu berapa banyak masyarakat yang pernah mendengar
tentang kebijakan/kegiatan pembangunan infrastruktur ini;
• Perceived Benefit (Manfaat yang dirasakan) yaitu Apakah mereka berpikir
kebijakan/kegiatan pembangunan infrastruktur ini adalah sesuatu yang positif
yang pada akhirnya akan memberi manfaat bagi masyarakat sekitar;
• Reach Of Benefit (Jangkauan manfaat) yaitu berapa banyak orang yang merasa
mendapat manfaat atau dampak;
• Impact (Dampak) yaitu di antara mereka yang terpapar dan mendapat manfaat,
seberapa signifikan dampaknya dalam membuat hidup mereka lebih baik.
e. Lokasi pelaksanaan survei disesuaikan dengan lokasi kegiatan pembangunan
infrastruktur dengan metode pengambilan sample yang telah diperhitungkan dengan
baik oleh Surveyor untuk mendapatkan hasil yang merepresentasikan masyarakat
penerima dan terdampak.

Adapun kebijakan KESDM yang menjadi bagian dari penilaian Indeks Implementasi
Kebijakan pada tahun 2020-2024 antara lain, BBM satu harga, jaringan gas kota untuk
rumah tangga, Penerangan Jalanan Umum (PJU) berbasis solar system, konverter kit untuk
nelayan dan petani, dan penyediaan air bersih melalui sumur bor. Namun kebijakan yang
menjadi penilaian tersebut dapat berubah sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh
KESDM yang memiliki dampak langsung terhadap masyarakat dan telah berjalan kurang
lebih dua tahun.

Untuk dapat mencapai target nilai Indeks Implementasi Kebijakan selama 5 (lima) tahun ke
depan diperlukan strategi:
a. Sosialisasi kebijakan pada masyarakat terdampak;
b. Memberikan bantuan pada masyarakat secara tepat sasaran;
c. Meningkatkan kuantitas penerima manfaat;

80 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


d. Memberikan dampak manfaat yang lebih besar; dan
e. Pengawasan serta evaluasi dalam pelaksanaannya.

G. Terwujudnya Kepastian Hukum Sektor ESDM


1. Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Keputusan Menteri sesuai
dengan Kebutuhan Sektor ESDM
Salah satu pilar dalam upaya untuk mewujudkan good governance di lingkungan KESDM
adalah penataan peraturan perundang-undangan. Hal ini menjadi penting, karena apabila
tahapan proses pembentukan peraturan perundang-undangan tidak dilakukan secara
akuntabel, akan muncul peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih, disharmonis
atau dapat diinterpretasi berbeda sehingga seringkali tidak dapat diimplementasikan
sesuai dengan tujuan pembentukan peraturan perundang-undangan tersebut.

Program kegiatan dalam area penguatan penataan perundang-undangan mempunyai


sasaran terwujudnya kepastian hukum bidang ESDM dalam rangka mendorong peningkatan
investasi. Ukuran keberhasilan program penataan perundang-undangan adalah dengan
meningkatnya efektivitas penerapan peraturan perundang-undangan. Penguatan
koordinasi dengan unit organisasi di lingkungan KESDM terutama unit yang memiliki tugas
dan fungsi di bidang penyusunan perundang-undangan maupun dengan K/L terkait guna
menyusun peraturan perundang-undangan bidang ESDM yang lebih implementatif. Arah
kebijakan dan strategi yang dilaksanakan sebagai berikut:
a. Tersedianya peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan kebutuhan
pemangku kepentingan (stakeholders). Strategi yang dilakukan yaitu perumusan
peraturan yang sesuai dengan kebutuhan pemangku kepentingan dengan tetap
mengutamakan kepentingan nasional;
b. Semakin berkurangnya jumlah peraturan perundang-undangan yang tidak harmonis,
tumpang tindih dan tidak sinkron. Strategi yang dilakukan dengan melakukan
pemetaan peraturan perundang-undangan yang tidak sinkron atau tidak harmonis
dengan instansi lain;
c. Meningkatnya peran serta dukungan publik dalam perumusan kebijakan dan peraturan
perundang-undangan. Strategi yang dilakukan dengan mengadakan konsultasi publik
yang menghadirkan pemangku kepentingan (stakeholders), praktisi dan akademisi;
d. Meningkatnya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam penyusunan
peraturan perundang-undangan. Strategi yang dilakukan dengan melakukan
penyebarluasan peraturan perundang-undangan (regulasi) sektor ESDM melalui
website jdih.esdm.go.id sehingga pencarian informasi hukum berupa peraturan
perundang-undangan sektor ESDM dapat dilakukan secara cepat, tepat dan akurat;
e. Meningkatnya sinergi antar instansi Pemerintah dalam pelaksanaan peraturan
perundang-undangan bidang ESDM. Strategi yang dilakukan dengan memaksimalkan
koordinasi antar instansi dalam proses penyusunan peraturan teknis;
f. Meningkatnya kualitas peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang mampu
melindungi, berpihak pada publik, harmonis, tidak tumpang tindih dan mendorong
iklim usaha yang kondusif. Strategi yang dilakukan dengan melakukan identifikasi
peraturan perundang-undangan yang diterbitkan, pemetaan peraturan perundang-
undangan yang harus dibentuk sebagai tindak lanjut Putusan Mahkamah Agung dan
Mahkamah Konstitusi;
g. Proses penyusunan peraturan perundang-undangan yang cepat, efektif, dan efisien.
Strategi yang dilakukan dengan melakukan perencanaan penyusunan peraturan

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 81


perundang-undangan tahunan maupun jangka panjang melalui program legislasi dan
regulasi bidang ESDM; dan
h. Iklim investasi di sektor ESDM dengan mengedepankan kepastian berusaha dan
kepastian hukum (sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku).

Strategi dan Rencana Aksi yang akan dilakukan Setjen KESDM untuk mencapai target
melalui:
a. Pemberian masukan atau telaahan terhadap konsep peraturan perundang-undangan
di sektor ESDM sebelum peraturan tersebut diundangkan;
b. Pemberian masukan atau telaahan terhadap konsep peraturan perundang-undangan
sektor lain yang berkaitan dengan pengusahaan di sektor ESDM;
c. Inventarisasi permasalahan yang terjadi di lapangan dan melakukan koordinasi dengan
unit teknis terkait atau dengan stakeholders terhadap permasalahan hukum yang
terjadi;
d. Melakukan analisa dan kajian dari sisi peraturan perundang-undangan terhadap
langkah-langkah yang akan di ambil oleh pimpinan; dan
e. Memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi stakeholders yang belum
menempuh jalur hukum maupun penanganan perkara di sektor ESDM pada lembaga
peradilan.

2. Penanganan Permasalahan Hukum Sektor ESDM


Permasalahan hukum baik yang terjadi di dalam maupun di luar pengadilan merupakan
suatu hal yang tidak bisa dihindari di semua sektor, termasuk di sektor ESDM. Dalam rangka
meminimalisir timbulnya permasalahan hukum, setiap sektor tentu saja telah melakukan
upaya terbaiknya, termasuk melakukan peningkatan penataan peraturan perundang-
undangan guna memberikan kepastian hukum khususnya bagi para stakeholders. Namun
demikian hal tersebut bukan merupakan jaminan bahwa tidak akan ada permasalahan
hukum di kemudian hari. Permasalahan hukum yang timbul dalam pelaksanaan urusan
Pemerintah bidang energi dan sumber daya mineral, baik permasalahan hukum yang terjadi
di dalam pengadilan maupun di luar pengadilan, sangat kompleks dan dinamis sehingga
diperlukan adanya pelayanan advokasi hukum yang efektif dan efisien guna penyelesaian
permasalahan dimaksud. Untuk itu, arah kebijakan dan strategi yang dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
a. Tersedianya layanan bantuan hukum bagi Pimpinan, Pegawai ASN dan/atau Pegawai
ASN di KESDM yang telah memasuki masa purna bakti yang menghadapi masalah
hukum, agar dapat meningkatkan kinerja dan kepercayaan diri setiap pimpinan
maupun ASN dalam melaksanakan tugas yang diberikan;
b. Tersedianya jaminan dan perlindungan hukum bagi pimpinan dan ASN di lingkungan
KESDM;
c. Terciptanya kepastian hukum bagi pimpinan dan ASN di KESDM dalam menerima
perlindungan hukum;
d. Terwujudnya pemberian bantuan hukum yang efektif dan efisien; dan
e. Meningkatnya sinergi antar unit di KESDM dalam memberikan pelayanan hukum.

Adapun Strategi dan Rencana Aksi yang akan dilakukan Setjen KESDM untuk mencapai
target tersebut adalah melalui:
a. Penerbitan kebijakan yang dapat memberikan landasan hukum yang kuat untuk

82 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


menjamin ketertiban, kepastian hukum dan efektivitas pemberian pelayanan advokasi
hukum di lingkungan KESDM;
b. Pemberian layanan bantuan hukum/advokasi hukum bagi pimpinan dan ASN yang
mendapatkan permasalahan hukum, termasuk ASN yang purna bakti;
c. Penyediaan konsultasi hukum bagi seluruh pimpinan dan ASN yang membutuhkan,
baik dalam rangka pencegahan maupun dalam rangka penanganan permasalahan
hukum;
d. Peningkatan koordinasi dengan unit/lembaga terkait guna pencegahan dan
penanganan permasalahan hukum yang terjadi di sektor ESDM; dan
e. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM sehingga dapat memberikan pelayanan
hukum yang efektif dan efisien.

H. Ketersediaan Informasi dan Layanan Dukungan Administrasi yang Handal dan


Transparan
1. Indeks Kualitas Perencanaan
Tujuan indeks kualitas perencanaan adalah sebagai acuan dalam mengukur tingkat kualitas
perencanaan dari suatu kegiatan/kebijakan. Pengukuran kualitas perencanaan mengacu
kepada siklus kebijakan perencanaan pembangunan yang berawal dari identifikasi masalah/
isu strategis, penyusunan kebijakan rencana pembangunan, adopsi dan legitimasi rencana
pembangunan, pelaksanaan rencana pembangunan, dan evaluasi pelaksanaan rencana
pembangunan. Siklus kebijakan perencanaan pembangunan tersebut terangkum ke dalam
3 (tiga) aspek, yaitu agenda setting, perumusan, dan jaminan tindak lanjut.
a. Aspek: Agenda setting
Aspek agenda setting bertujuan untuk menilai identifikasi masalah apakah sudah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, peraturan perundang-undangan
terkait perencanaan dan/atau isu yang berkembang di masyarakat serta keselarasan
tujuan perencanaan kegiatan/kebijakan dengan dokumen perencanaan yang telah ada
dan/atau dinamika lingkungan (isu ekonomi, energi, sosial, lingkungan, dan lainnya).
Oleh karena itu, pada aspek ini ditentukan 2 (dua) indikator, yaitu identifikasi masalah
dan forward looking.
Parameter identifikasi masalah:
1) Turunan dari peraturan perundang-undangan dan/atau penjabaran strategis
RPJMN/Renstra/RUEN dan peraturan perundang-undangan terkait perencanaan;
dan
2) Sebagai landasan penyusunan kebijakan dan/atau Tindak Lanjut Isu yang
berkembang di masyarakat dan/atau menjadi dokumen yang dapat memberikan
masukan terhadap pimpinan.
Parameter forward looking:
1) Tujuan perencanaan selaras dengan tujuan Renstra/RUKN/Neraca Gas/dokumen
sejenis;
2) Tujuan perencanaan selaras dengan tujuan RPJPN/RPJMN dan dokumen sejenis;
dan
3) Adaptif terhadap dinamika lingkungan (isu ekonomi, energi, sosial, lingkungan, dan
lainnya).
b. Aspek perumusan
Aspek perumusan bertujuan untuk menilai keterlibatan stakeholders dalam
penyusunan perencanaan kegiatan/kebijakan baik pihak internal kementerian/
lembaga terkait maupun pihak eksternal diluar kementerian/lembaga penyusun,

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 83


kualitas konten dokumen perencanaan, inovasi yang dilakukan dalam penyusunan
dokumen perencanaan, dan dasar kajian dalam menyusun dokumen perencanaan. Oleh
karena itu, pada aspek perumusan ditentukan 4 (empat) indikator, yaitu keterlibatan
stakeholders, konten, inovasi, dan evidence based.
Parameter keterlibatan stakeholders:
1) Internal; dan
2) Eksternal.
Parameter konten:
1) Penentuan skenario alternatif pada perencanaan;
2) Analisa risiko untuk seluruh skenario; dan
3) Penentuan metode perhitungan MonEv beserta indikatornya.
Parameter inovasi:
penggunaan aplikasi dalam melakukan perencanaan
Parameter evidence based:
1) Kajian/perencanaan berbasis riset dan/atau fisik; dan
2) Kajian/perencanaan non-riset dan/atau non-fisik.
c. Aspek jaminan tindak lanjut
Aspek jaminan tindak lanjut bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan dari dokumen
perencanaan tersebut dari sisi rencana kerja dan kelembagaannya. Indikator rencana
kerja bertujuan untuk menilai apakah dokumen perencanaan tersebut ditetapkan
menjadi produk hukum atau tidak, sedangkan dimensi kelembagaan untuk menilai
apakah pelaksana dari dokumen perencanaan tersebut telah ditetapkan dan/atau
sudah termasuk kedalam tugas dan fungsi dari pelaksana tersebut. Oleh karena itu,
aspek jaminan tindak lanjut terdiri dari 2 (dua) indikator yaitu rencana kerja, dan
kelembagaan.
Parameter rencana kerja:
1) Kajian/perencanaan berbasis riset dan/atau fisik; dan
2) Kajian/perencanaan non-riset dan/atau non-fisik.
Parameter kelembagaan:
1) Terdapat pokja (unit/KL/stakeholders) khusus yang berwenang dan bertanggung
jawab terhadap implementasi;
2) Terdapat tugas dan fungsi yang jelas pada pokja (unit/KL/stakeholders) dalam
implementasi; dan
3) Harmonisasi dengan pokja (unit/KL/stakeholders).

Strategi untuk meningkatkan kualitas perencanaan adalah sebagai berikut:


a. Menyusun perencanaan diselaraskan dengan arah kebijakan dan target yang terdapat
pada dokumen-dokumen perencanaan antara lain RPJMN, Renstra KESDM dan RUEN;
b. Perencanaan disesuaikan dengan isu ekonomi, sosial, lingkungan dan sebagainya;
c. Membuat perencanaan berbasis pada kajian dan data yang akurat;
d. Membuat perencanaan dapat menggunakan tools aplikasi/modeling yang up to date;
e. Melakukan koordinasi dengan unit-unit internal KESDM, instansi terkait dan
stakeholders untuk mendapatkan masukan terkini sehingga perencanaan dapat
mengakomodir semua pihak dan akurat; dan
f. Dokumen perencanaan dapat memberikan masukan kepada pimpinan dalam
menetapkan kebijakan.

84 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


2. Persentase Pemberitaan Positif pada Media
Untuk mewujudkan kepercayaan dan partisipasi publik terhadap setiap kebijakan sektor
ESDM, maka pelayanan informasi harus diperkuat dengan berbagai macam publikasi.
Publikasi yang dibuat merupakan hasil dari pengolahan konten informasi yang dimuat dalam
bentuk siaran pers, berita, foto, infografis, videografis, ataupun video yang selama ini gencar
diberikan kepada pihak media. Kerja sama dengan pihak media ini tentu sangat membantu
penyebaran informasi ataupun isu yang valid, sehingga masyarakat akan mendapatkan
informasi yang tepat, cepat, komprehensif dan dapat dipertanggungjawabkan.

Tonasi pemberitaan yang positif ini bukan saja sebagai upaya Pemerintah untuk
membangun reputasi KESDM, tapi juga untuk memberikan informasi yang relevan terhadap
hasil kinerja yang telah dilakukan oleh seluruh unit di sektor ESDM. Tujuan akhirnya adalah
dapat meningkatkan kembali kepercayaan publik pada kinerja Pemerintah terutama KESDM
serta menghindarkan masyarakat dan stakeholders lainnya dari bahaya berita hoaks.

Dalam upaya mewujudkan kepercayaan dan partisipasi publik, serta meningkatkan


pemberitaan positif pada media. Terdapat beberapa strategi/rencana aksi yang dirumuskan
sebagai berikut:
a. Selalu memperbarui berita baik versi Indonesia maupun Inggris pada website KESDM.
Hal ini dikarenakan pengunjung website pada tautan esdm.go.id tidak hanya publik
Indonesia, tapi juga masyarakat luar. Bahkan hit berita versi Inggris lebih banyak
daripada versi Indonesia. Sehingga, media lokal maupun internasional dapat mengutip
berita secara lebih baik dari halaman website pada tautan esdm.go.id;
b. Saling berkoordinasi dengan unit dalam menyusun berita, terutama yang menyentuh
publik secara langsung atau membutuhkan klarifikasi jika untuk publikasi, misalnya
terkait rasio elektrifikasi ataupun program jargas;
c. Memuat infografis ataupun videografis dengan tampilan yang lebih menarik dan
diunggah di media sosial KESDM untuk meningkatkan impression dari media sosial,
sehingga membuat pihak media tertarik untuk memuat berita terkait KESDM;
d. Mengelola konten media sosial ESDM (seperti: Facebook, Twitter, Instagram, Youtube)
dengan lebih interaktif, termasuk di dalamnya mengunggah kuis, ataupun live tweet
dalam setiap kegiatan KESDM;
e. Memfasilitasi temu media.
Setjen KESDM akan menjadi fasilitator masing-masing unit dalam menyampaikan isu
strategis dan program kerja mereka dan mempertemukannya dengan pihak media; dan
f. Mengadakan bincang santai antara media dengan Menteri ESDM tiap hari Jumat.

3. Indeks Efektivitas Pengelolaan Kerja Sama


Indeks Efektivitas Pengelolaan Kerja Sama merupakan suatu indikator gabungan yang
mengukur kinerja dalam menilai efektivitas pelaksanaan dan pengelolaan kerja sama
dari beberapa aspek. Secara detail, aspek tersebut antara lain pengelolaan kerja sama
multilateral dan regional, pengelolaan kerja sama bilateral, dan pengelolaan kerja sama
perdagangan dan investasi.

Indeks Efektivitas Pengelolaan Kerja Sama akan menggambarkan efektivitas pelaksanaan


dan pengelolaan kerja sama yang telah dilaksanakan oleh pengelola kerja sama di
lingkungan KESDM. Secara umum komponen pada masing-masing aspek di atas antara lain:

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 85


1. Manfaat umum kerja sama bilateral, multilateral dan regional;
2. Partisipasi aktif dalam forum bilateral, multilateral dan regional;
3. Hasil dan program pelaksanaan kerja sama bilateral, multilateral dan regional; dan
4. Intensitas penyusunan posisi KESDM dalam forum perdagangan dan investasi.
Indeks Efektivitas Pengelolaan Kerja Sama diharapkan dapat dijadikan cerminan dalam
meningkatkan kinerja dan kualitas pengelolaan kerja sama sehingga dapat meningkatkan
hubungan kerja sama sektor ESDM serta mendukung peningkatan investasi asing di sektor
ESDM di dalam negeri bahkan investasi Indonesia di luar negeri.

Strategi untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan kerja sama adalah sebagai berikut:
a. Berpartisipasi secara aktif dalam forum-forum bilateral, multilateral dan regional;
b. Menetapkan posisi KESDM dan melakukan negosiasi yang efektif dalam setiap
perundingan bilateral, multilateral dan regional;
c. Mendorong semua pihak terkait untuk dapat menindaklanjuti kesepakatan-
kesepakatan yang tertuang dalam perjanjian, Nota Kesepahaman, Joint Program, Joint
Statement dan sebagainya;
d. Memfasilitasi BUMN/pihak swasta untuk dapat bekerja sama dengan pihak asing
dalam rangka meningkatkan investasi dan penerimaan negara; dan
e. Melakukan monitoring secara berkala atas perkembangan kerja sama dan melakukan
evaluasi untuk dapat meningkatkan manfaat yang produktif;

4. Nilai Hasil Pengawasan Kearsipan KESDM oleh ANRI


Pengawasan kearsipan KESDM oleh Arsip Nasional republik Indonesia (ANRI) dilaksanakan
guna menjamin penyelenggaraan kearsipan sesuai dengan prinsip, kaidah, standar
kearsipan dan peraturan perundang-undangan sebagai upaya menyelamatkan arsip yang
tercipta dari kegiatan KESDM sebagai memori, acuan dan bahan pertanggungjawaban
dalam penyelenggaraan pemerintahan negara di sektor ESDM. Aspek dan indikator serta
strategi dalam memenuhi nilai pengawasan kearsipan yang baik adalah sebagai berikut:
a. Aspek Kebijakan
Menyusun rancangan Kepmen ESDM tentang Jadwal Retensi Arsip serta Standardisasi
Penataan Arsip Bentuk Khusus di lingkungan KESDM guna melengkapi kebijakan
kearsipan yang belum terpenuhi.
b. Aspek Pembinaan
Melakukan koordinasi dengan ANRI dan unit kerja di lingkungan KESDM baik dalam
penyelenggaraan kearsipan maupun penyusunan pedoman dalam bentuk komunikasi
kedinasan, rapat, keanggotaan tim, konsinyering, serta kunjungan langsung. Setjen
KESDM juga melakukan pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan
kearsipan, pelaksanaan sosialisasi kearsipan, pembinaan SDM kearsipan, koordinasi
dalam fasilitasi penyelenggaraan diklat kearsipan, sinkronisasi pelaksanaan kearsipan,
pengawasan kearsipan internal, pengelolaan arsip terjaga, pemberian penghargaan
bagi Arsiparis Teladan dan Unit Kearsipan Terbaik secara berkala.
c. Aspek Pengelolaan Arsip Dinamis
1) Mengembangkan aplikasi Naskah Dinas Elektronik (NADINE) guna pengendalian
naskah dinas dilaksanakan secara elektronik, efisien, dan efektif;
2) Melaksanakan program zero pile-up archive guna mendorong tiap unit kerja
melakukan pemberkasan arsip;
3) Melaksanakan pendampingan penataan arsip pada unit kerja di lingkungan KESDM;
4) Menyajikan inventarisasi khasanah arsip pada Pusat Arsip KESDM guna menyajikan

86 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


informasi arsip yang diolah pada Pusat Arsip KESDM; dan
5) Melakukan koordinasi intensif terhadap unit kerja terkait dengan proses
pemindahan arsip inaktif, pemusnahan dan penyerahan arsip statis ke ANRI.
d. Aspek Sumber Daya
1) Memfasilitasi pelaksanaan sertifikasi kompetensi mandiri bagi SDM kearsipan;
2) Setiap unit kerja menganggarkan penyelenggaraan kearsipan dan menyediakan
sarana dan prasarana kearsipan dengan standar berdasarkan Permen ESDM Nomor
2 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Kearsipan di Lingkungan Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral; dan
3) Mengatur struktur, tugas, fungsi dan hubungan koordinasi organisasi kearsipan
dalam Permen ESDM Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Kearsipan di
Lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

I. Terwujudnya Pengelolaan Aset dan Objek Vital Nasional (Obvitnas) Sektor ESDM yang
Optimal
1. Pengelolaan Sarana dan Prasarana pada Setjen KESDM
Strategi untuk meningkatkan pengelolaan sarana dan prasarana, antara lain:
a. Penguatan kompetensi SDM, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas;
b. Penyusunan laporan BMN secara reguler dan tepat waktu berdasarkan Permen
Keuangan Nomor 181/PMK.06/2016 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara;
c. Pelaksanaan rekonsiliasi pengelolaan BMN secara reguler tiap triwulan, semesteran
dan tahunan;
d. Pemutakhiran data BMN semesteran dan tahunan;
e. Sinkronisasi data aplikasi BMN semesteran dan tahunan;
f. Pembaharuan versi sistem aplikasi dan plugin fitur pengelolaan BMN;
g. Mengoptimalkan pengelolaan sarana dan prasarana dengan memanfaatkan teknologi
informasi dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan penyediaan sarana dan
prasarana;
h. Peningkatan kualitas gedung dengan pemenuhan standar bangunan gedung yang
berbasis green building;
i. Peningkatan kualitas pemeliharaan gedung dengan menerapkan sistem manajemen
energi untuk mencapai efisiensi energi;
j. Perbaikan tata kelola pelaksanaan pengadaan barang/jasa untuk mendapatkan sarana
dan prasarana aparatur sesuai dengan yang dibutuhkan; dan
k. Pelaksanaan studi banding dengan unit dan instansi lain baik unit internal KESDM
maupun unit/instansi eksternal KESDM. Studi banding yang berkesinambungan
diharapkan dapat menjadi media untuk melakukan evaluasi dan pembelajaran agar
dapat selalu membenahi diri dan meningkatkan kualitas pelayanan publik.

2. Persentase Penyelesaian Usulan Pengelolaan BMN di Sektor ESDM


Arah kebijakan dan strategi penyelesaian usulan pengelolaan BMN disektor ESDM sebagai
berikut:
a. Mewujudkan laporan BMN KESDM dan laporan BMN Transaksi Khusus yang lebih akurat
dan akuntabel. Strategi yang dilakukan melalui: (i) peningkatan kualitas kegiatan
rekonsiliasi berkala; (ii) peningkatan kapasitas unit akuntansi pengguna barang
dan unit akuntansi kuasa pengelola barang; (iii) mendorong peningkatan kualitas
penatausahaan BMN di sektor ESDM; dan (iv) peningkatan koordinasi dengan unit
kuasa pengguna barang dan stakeholders terkait;

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 87


b. Meningkatkan nilai BMN di KESDM yang ditetapkan statusnya. Strategi yang dilakukan
di antaranya adalah: (i) Melakukan rekonsiliasi data secara berkala; (ii) Mendorong
penggunaan monitoring Penetapan Status Penggunaan (PSP) berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK); dan (iii) peningkatan koordinasi dengan unit kuasa
pengguna barang.
c. Mewujudkan tertib administrasi pemindahtanganan, penghapusan dan pemanfaatan
BMN. Strategi yang dilakukan di antaranya adalah: (i) melakukan verifikasi usulan
pemindahtanganan, penghapusan dan pemanfaatan BMN sesuai dengan peraturan
yang berlaku; dan (ii) melaksanakan sosialisasi peraturan pengelolaan BMN kepada
stakeholders.
d. Meningkatkan efektivitas proses usulan pemindahtanganan, penghapusan dan
pemanfaatan BMN. Strategi yang dilakukan di antaranya adalah: (i) melaksanakan
koordinasi dengan stakeholders melalui Focus Group Discussion (FGD); (ii) melaksanakan
monitoring proses pemindahtanganan, penghapusan dan pemanfaatan BMN secara
periodik.
e. Meningkatkan efisiensi proses penghapusan BMN di bidang ESDM. Strategi
yang dilakukan di antaranya adalah: (i) menyusun SOP dan time frame proses
pemindahtanganan, penghapusan dan pemanfaatan BMN; dan (ii) menerapkan SOP
dan time frame yang disepakati.
f. Meningkatkan kualitas pengamanan BMN di lingkungan KESDM. Strategi yang
dilakukan adalah: (i) meningkatkan kualitas koordinasi dengan stakeholders terkait;
(ii) meningkatkan monitoring dan evaluasi pengamanan administrasi, fisik dan hukum
terhadap BMN; (iii) mendorong penyelesaian kasus sengketa pengelolaan BMN; dan
(iv) menyusun standar minimum pengamanan.
g. Meningkatkan kualitas pemeliharaan BMN di lingkungan KESDM. Strategi yang dilakukan
adalah: (i) meningkatkan Koordinasi dengan stakeholders terkait; (ii) menyusun
perencanaan pemeliharaan BMN; (iii) menyusun kebijakan teknis pemeliharaan BMN;
(iv) monitoring implementasi kebijakan teknis pemeliharaan BMN; dan (v) melaksanakan
pembinaan berkelanjutan, monitoring, dan evaluasi pemeliharaan BMN.
h. BMN yang berasal dari perolehan lainnya yang sah atau hasil perjanjian kontrak,
akan diupayakan pengelolaannya dilakukan oleh KESDM yang secara fungsional
dilaksanakan oleh Pusat Pengelolaan Barang Milik Negara sesuai peraturan dan
ketentuan yang berlaku.

3. Pelaksanaan Evaluasi dalam rangka Penetapan Obvitnas


Dalam rangka pemenuhan ciri-ciri dan kriteria Obvitnas sektor ESDM, maka dilakukan
evaluasi Obvitnas sektor ESDM setiap tahun, strategi yang dilakukan adalah:
a. Kegiatan inventarisasi dan verifikasi bersama antara Setjen dan Ditjen terkait terhadap
kawasan/lokasi, bangunan/instansi, dan/atau usaha dalam pemenuhan ciri-ciri dan
kriteria;
b. Kegiatan konsinyering/FGD dengan melibatkan instansi/unit terkait dan para
stakeholders; dan
c. Apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan lapangan Badan Usaha (BU)/Badan
Usaha Tetap (BUT) yang telah ditetapkan maupun yang baru diusulkan sebagai
obvitnas sektor ESDM guna mengumpulkan informasi.

J. Organisasi yang Fit dan SDM yang Unggul


Dalam rangka mengukur peningkatan kinerja dari organisasi KESDM untuk mewujudkan RB,

88 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


maka ditetapkan standar terbaik yang menjadi target terwujudnya organisasi KESDM yang
sehat, kuat dan bersih. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka ditetapkan indikator kinerja yang
dapat dijadikan instrumen penilaian yang terukur. Indikator kinerja yang dimaksud yaitu Nilai
Evaluasi Kelembagaan, Indeks Profesionalitas ASN dan Sistem Merit.

1. Nilai Evaluasi Kelembagaan


Penilaian evaluasi kelembagaan berpedoman kepada Permen PANRB Nomor 20 Tahun
2018 tentang Pedoman Evaluasi Kelembagaan Instansi Pemerintah. Evaluasi kelembagaan
instansi Pemerintah dimaksudkan untuk dijadikan landasan bagi KESDM dalam memperbaiki,
menyesuaikan, dan menyempurnakan struktur dan proses organisasi yang sesuai dengan
lingkungan strategisnya. Pedoman evaluasi kelembagaan instansi Pemerintah mencakup
2 (dua) dimensi pokok organisasi, yaitu struktur dan proses organisasi. Dimensi struktur
mencakup 3 (tiga) sub dimensi dan dimensi proses organisasi mencakup 5 (lima) sub
dimensi sebagai berikut:
a. Dimensi Struktur Organisasi
Dalam dimensi struktur organisasi terdapat 3 (tiga) sub dimensi, yaitu kompleksitas,
formalisasi, dan sentralisasi. Konsep ketiga dimensi tersebut diuraikan di bawah ini.
1) Sub Dimensi Kompleksitas
Kompleksitas adalah banyaknya tingkat diferensiasi yang dilakukan dalam
pembagian kerja (division of labor). Pada umumnya organisasi Pemerintah
memiliki kompleksitas yang tinggi karena beragamnya tugas dan fungsi yang
dijalankan. Kompleksitas merujuk pada tingkat diferensiasi (pemisahan tugas-
tugas) yang ada pada suatu organisasi. Semakin kompleks organisasi, semakin
dibutuhkan koordinasi, kontrol, dan komunikasi yang efektif bagi unit-unit yang
ada sehingga para pimpinan bisa memastikan bahwa setiap unit bekerja dengan
baik. Diferensiasi atau pemisahan tugas-tugas merujuk pada 3 (tiga) hal, yaitu:
– Diferensiasi horizontal
Diferensiasi horizontal merupakan pemisahan tugas-tugas dalam struktur
horizontal antar unit-unit organisasi berdasarkan perbedaan orientasi
unit organisasi, tugas, fungsi, pendidikan, keahlian, dan sebagainya. Pada
organisasi Pemerintah, diferensiasi horizontal dipisahkan di antaranya
berdasarkan visi dan misi Pemerintah pusat atau daerah, urusan pemerintahan
yang diselenggarakan, kewenangan yang dimiliki, dan pengelompokan
bidang tugas organisasi.
– Diferensiasi vertikal
Diferensiasi vertikal merujuk pada tingkat hierarki organisasi. Semakin tinggi
tingkat hierarki di dalam struktur organisasi, maka kompleksitasnya akan
semakin tinggi dan potensi distorsi komunikasi dari manajemen tingkat
tinggi hingga unit organisasi paling rendah akan semakin besar. Satu hal
yang perlu diperhatikan dari diferensiasi ini adalah rentang kendali, yaitu
seberapa banyak unit organisasi yang dapat dibentuk secara efektif oleh
unit organisasi yang di atasnya. Semakin kompleks pekerjaan semakin kecil
rentang kendali yang diperlukan dalam pengawasan. Dalam praktik penataan
organisasi Pemerintah, perlu memperhatikan dimensi diferensiasi vertikal ini.
– Diferensiasi spasial
Diferensiasi spasial merujuk pada tempat kedudukan, fasilitas, dan penyebaran
unit organisasi secara geografis. Semakin jauh dan semakin banyak tempat
kedudukan, fasilitas, dan penyebaran unit organisasi secara geografis, maka

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 89


akan semakin tinggi kompleksitas organisasi tersebut. Diferensiasi spasial
merupakan pertimbangan penting dalam penyelenggaraan pemerintahan di
Indonesia, khususnya dalam penataan kelembagaan instansi Pemerintah. Hal
ini dikarenakan kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau
yang tersebar.
2) Sub Dimensi Formalisasi
Formalisasi merupakan suatu kondisi dimana aturan-aturan, prosedur, instruksi, dan
komunikasi dibakukan. Formalisasi yang tinggi akan meningkatkan kompleksitas.
Formalisasi merupakan sesuatu yang penting bagi organisasi karena dengan
standardisasi akan dicapai produk yang konsisten dan seragam serta mengurangi
kesalahan-kesalahan yang tidak perlu terjadi. Selain itu, formalisasi akan
mempermudah koordinasi antar bagian/unit organisasi dalam menghasilkan suatu
produk atau jasa. Formalisasi di dalam restrukturisasi organisasi merupakan suatu
proses penyeragaman melalui aturan-aturan, prosedur, instruksi, dan komunikasi
yang telah dibakukan. Sebagai contoh ketentuan mengenai kelembagaan
Kementerian negara diatur dalam UU Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian
Negara dan Perpres Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara.
3) Sub Dimensi Sentralisasi
Sentralisasi adalah tingkat dimana kewenangan (authority) dalam pengambilan
keputusan-keputusan organisasi berada pada manajemen tingkat tinggi.
Sentralisasi dapat diartikan sebagai tingkatan pengkonsentrasian kekuasaan
secara formal. Sentralisasi dapat menurunkan tingkat kompleksitas dan
menyederhanakan struktur organisasi. Semakin sederhana struktur organisasi
akan semakin gesit gerak dan perkembangannya. Sedangkan bagi organisasi yang
strukturnya besar, sentralisasi dapat mengakibatkan organisasi tersebut bergerak
lamban. Di sisi lain, bertolak belakang dari sentralisasi adalah desentralisasi, yaitu
pelimpahan wewenang pengambilan keputusan kepada unit organisasi tingkat
bawah yang berada dekat dengan masyarakat. Desentralisasi menciptakan
banyak spesialisasi atau kekhususan.
b. Dimensi Proses Organisasi
Dalam dimensi proses organisasi terdapat 5 (lima) sub dimensi, yaitu keselarasan
(alignment), tata kelola (governance) dan kepatuhan (compliance), perbaikan dan
peningkatan proses, manajemen risiko, dan teknologi informasi. Konsep kelima dimensi
tersebut diuraikan di bawah ini.
1) Sub Dimensi Keselarasan (Alignment)
Keselarasan (alignment) antara strategi organisasi dengan visi, misi dan tujuan
organisasi. Strategi organisasi pada dasarnya merupakan pedoman di dalam
mengimplementasikan proses organisasi. Di dalam strategi organisasi dirumuskan
berbagai sasaran strategis organisasi dan proses organisasi dilaksanakan dan
dikembangkan untuk mencapai berbagai sasaran yang telah ditetapkan sesuai
dengan visi dan tujuan pokok organisasi. Selain dimaksudkan untuk mencapai
sasaran strategis organisasi, di dalam implementasinya proses organisasi juga
harus memiliki keselarasan dengan struktur organisasi.
2) Sub Dimensi Tata Kelola (Governance) dan Kepatuhan (Compliance)
Tata kelola (governance) dan kepatuhan (compliance) yang dimaksudkan untuk
memastikan apakah seluruh elemen pokok di dalam organisasi telah menempati
kedudukan dan menjalankan peran sesuai dengan struktur yang disepakati dan
berlaku di organisasi. Dalam perspektif ini seluruh pengambilan dan pelaksanaan

90 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


keputusan organisasi telah berjalan sesuai dengan prinsip tata kelola (governance)
yang mencakup transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi
(kemandirian), dan kewajaran (fairness). Di dalam penerapannya, aspek tata
kelola organisasi tidak dapat dipisahkan dengan aspek kepatuhan (compliance),
yaitu sejauh mana seluruh elemen organisasi bersinergi di dalam melaksanakan
proses organisasi dan kepatuhan terhadap berbagai ketentuan dan regulasi yang
berlaku, baik secara internal maupun eksternal.
3) Sub Dimensi Perbaikan dan Peningkatan Proses
Dimensi proses harus menyesuaikan terhadap tuntutan perubahan lingkungan.
Dalam perspektif ini proses organisasi umumnya berlaku efektif hanya dalam
kurun waktu tertentu. Akibat perubahan lingkungan, proses organisasi dapat
menjadi tidak relevan dan membutuhkan pembaharuan. Dalam kaitan ini, setiap
organisasi dituntut untuk melakukan evaluasi dan inovasi secara berkelanjutan
terhadap proses yang diterapkan, dengan harapan proses organisasi dapat tetap
relevan dan optimal untuk menciptakan rangkaian nilai (value chain) dalam rangka
mencapai tujuan organisasi.
4) Sub Dimensi Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah upaya untuk melakukan identifikasi, penilaian, dan
penentuan prioritas risiko dan diikuti oleh penerapan sumber daya yang
terkoordinasi serta ekonomis untuk meminimalkan, memantau, dan mengendalikan
probabilitas atau dampak kejadian yang tidak menguntungkan. Tujuannya adalah
untuk memastikan ketidakpastian agar tidak menghalangi pencapaian tujuan
organisasi.
5) Sub Dimensi Teknologi Informasi
Kemajuan teknologi membawa peluang besar serta tantangan bagi semua bentuk
organisasi tidak terkecuali organisasi Pemerintah. Dalam skenario ekonomi global
yang kompetitif saat ini, organisasi yang gagal maju secara teknologi berpotensi
mengalami risiko tertinggal dibandingkan dengan organisasi lain dalam hal
persaingan dan produktivitas. Oleh karena itu, saat ini seluruh organisasi Pemerintah
telah berupaya untuk mengadopsi teknologi di dalam membantu pelaksanaan
tugas dan fungsinya, khususnya teknologi informasi. Di dalam penggunaan
teknologi informasi bagi organisasi Pemerintah, agar implementasinya dapat
berjalan dengan baik, memerlukan adanya suatu perencanaan yang strategis
mulai dari kebijakan pengaturan, integrasi, dan interoperabilitas.

Sesuai Permen PANRB Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pedoman Evaluasi Kelembagaan
Instansi Pemerintah, metode evaluasi yang digunakan adalah survei berdasarkan
kuesioner terstruktur yang disusun berdasarkan indikator dimensi-dimensi struktur dan
proses organisasi. Kuesioner dalam hal ini digunakan sebagai instrumen dalam proses
pengumpulan data dan dilakukan dengan melihat persepsi kelompok (per-Eselon I) di dalam
organisasi mengenai kondisi organisasi saat ini.

Strategi untuk meningkatkan nilai Evaluasi Kelembagaan adalah sebagai berikut:


a. Meningkatkan kinerja organisasi melalui pengelolaan dan evaluasi terhadap sumber
daya organisasi secara berkesinambungan;
b. Menyusun dan mengevaluasi berbagai pedoman pelaksanaan tugas dan fungsi
organisasi sebagai upaya pembenahan dan penguatan kelembagaan; dan
c. Menyusun Proses Bisnis sebagai acuan bagi Kementerian untuk menggambarkan

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 91


hubungan kerja yang efektif dan efisien antar unit organisasi untuk menghasilkan
kinerja sesuai dengan tujuan organisasi.

2. Indeks Profesionalitas ASN


Dalam rangka meningkatkan profesionalitas pegawai KESDM, maka disusun kebijakan
pengelolaan SDM yang diukur melalui suatu Indeks Profesionalitas ASN KESDM.
Berdasarkan Permen PANRB Nomor 38 Tahun 2018 tentang Pengukuran Indeks
Profesionalitas Aparatur Sipil Negara, Indeks Profesionalitas ASN adalah ukuran statistik
yang menggambarkan kualitas ASN berdasarkan kesesuaian kualifikasi pendidikan,
kompetensi, kinerja, dan kedisiplinan pegawai dalam melaksanakan tugas jabatannya.
Melalui Indeks Profesionalitas ASN, diharapkan tingkat profesionalitas ASN KESDM
sebagai pelayan publik terus meningkat, dan terus dikembangkan sesuai dengan bidang
spesialisasinya.

Komponen-komponen Indeks Profesionalitas ASN di antaranya:


a. Dimensi kualifikasi
Merupakan riwayat pendidikan formal terakhir yang dicapai oleh seorang ASN, mulai
dari jenjang tertinggi sampai jenjang terendah. Bobot dimensi kualifikasi adalah 25%
dari 100% nilai profesionalitas.
b. Dimensi kompetensi
Merupakan indikator riwayat pengembangan kompetensi yang telah dilaksanakan
pegawai, baik itu diklat kepemimpinan, fungsional, teknis, dan seminar. Bobot dimensi
kompetensi adalah 40% dari 100% nilai profesionalitas.
c. Dimensi kinerja
Merupakan indikator penilaian prestasi kinerja pegawai yang meliputi aspek sasaran
kinerja pegawai dan perilaku kerja. Bobot dimensi kinerja adalah 30% dari 100% nilai
profesionalitas.
d. Dimensi disiplin
Merupakan indikator riwayat penjatuhan hukuman disiplin yang pernah dialami
pegawai. Bobot dimensi disiplin adalah 5% dari 100% nilai profesionalitas.

Strategi pengembangan SDM yang diukur melalui Indeks Profesionalitas ASN KESDM
adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan kualitas pegawai melalui peningkatan penyertaan tugas belajar;
b. Pengembangan kompetensi pegawai melalui program pengembangan kompetensi
yaitu peningkatan penyelenggaraan diklat tepat guna dan tepat sasaran, meliputi
diklat kepemimpinan bagi pejabat struktural, diklat fungsional bagi pejabat fungsional,
pemenuhan diklat 20 jam pelajaran bagi seluruh pegawai sesuai dengan bidang
tugasnya, serta pengikutsertaan pegawai pada seminar-seminar sesuai bidang
keahliannya;
c. Peningkatan kinerja pegawai sesuai dengan PP Nomor 30 Tahun 2019 tentang
Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil; dan
d. Peningkatan disiplin pegawai.

Strategi yang akan dilaksanakan untuk mencapai nilai IP ASN sesuai target antara lain:
a. Mengikutsertakan Pejabat Struktural mengikuti diklat kepemimpinan sesuai dengan
jenjang jabatannya;
b. Peningkatan penyertaan Pejabat Fungsional pada diklat fungsional sesuai dengan

92 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


jenjang jabatannya, dan berkoordinasi dengan K/L instansi pembina jabatan fungsional;
c. Konsistensi pemenuhan Diklat 20 jam pelajaran setiap pegawai sesuai PP Nomor 11
Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil;
d. Memastikan seluruh pegawai mengikuti seminar minimal 1 kali dalam 1 tahun; dan
e. Meningkatkan dan mendorong pegawai untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi.

3. Nilai Sistem Merit KESDM


Sistem Merit adalah kebijakan dalam manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi,
kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa mempertimbangkan latar
belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur,
atau kondisi kecacatan.

Untuk menjamin birokrasi Pemerintah yang bersih, bebas KKN, dan terlepas dari intervensi
politik, perlu diterapkan sistem manajemen ASN berbasis merit. Berdasarkan UU Nomor
5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara disebutkan bahwa Pemerintah diharapkan
dapat menciptakan aparatur yang profesional, cakap, dan kompetitif melalui pelaksanaan
manajemen ASN yang berdasarkan pada Sistem Merit, atau sistem rekrutmen,
pengangkatan, penempatan, dan promosi pegawai berdasarkan kualifikasi, kompetensi,
dan kinerja.

Penilaian Sistem Merit dilakukan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:


a. Persiapan
1) Membentuk Tim Penilai Instansi yang ditetapkan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian (PPK) dan diketuai oleh pejabat yang berwenang;
2) Menyusun Roadmap Penerapan Sistem Merit setiap aspek;
3) Menyiapkan dokumen disertai bukti terkait penilaian penerapan Sistem Merit; dan
4) Menentukan admin Sistem Informasi Penilaian Mandiri Penerapan Sistem Merit
(SIPINTER).
b. Pelaksanaan Penilaian
1) Melakukan penilaian melalui aplikasi SIPINTER sesuai kondisi yang ada untuk
masing-masing aspek dengan melampirkan bukti yang relevan dan terkini; dan
2) Membuat berita acara hasil penilaian yang ditandatangani oleh Ketua Tim Penilai
Instansi dan disampaikan kepada Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN).
c. Verifikasi
1) Verifikasi dilakukan oleh tim verifikator Sistem Merit KASN berdasarkan penilaian
yang telah dilakukan masing-masing Instansi;
2) Melakukan klarifikasi kepada Instansi Pemerintah apabila diperlukan; dan
3) Membuat berita acara verifikasi yang disampaikan kepada pimpinan KASN.
d. Penetapan
1) Penilaian akhir oleh Pimpinan KASN terhadap tingkat penerapan Sistem Merit
berdasarkan laporan tim verifikasi;
2) Penetapan keputusan tingkat penerapan Sistem Merit melalui surat keputusan
KASN serta rekomendasi terhadap aspek yang perlu diperbaiki; dan
3) Keputusan KASN disampaikan kepada PPK Instansi Pemerintah yang dinilai.

Penilaian dilakukan berdasarkan 8 kriteria sebagai berikut:


a. Mempunyai rencana kebutuhan ASN untuk 5 tahun yang dirinci menurut jenis dan

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 93


jenjang jabatan serta disusun berdasarkan Analisa Jabatan (Anjab) dan Analisa Beban
Kerja (ABK) dengan mempertimbangkan pegawai yang memasuki masa pensiun (bobot
penilaian 10%);
b. Melakukan rekrutmen pegawai secara terbuka dan kompetitif, baik dari jalur CPNS,
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), dan juga dari PNS yang berasal
dari instansi lain (bobot penilaian 10%);
c. Mempunyai kebijakan dan program pengembangan karier yang dimulai dengan
pemetaan talenta, analisis kesenjangan kompetensi dan kesenjangan kinerja, strategi
dan program untuk mengatasi kesenjangan, serta pembentukan talent pool dan
rencana suksesi (bobot penilaian 30%);
d. Menerapkan manajemen kinerja, yang dimulai dengan penetapan target kinerja,
evaluasi kinerja secara berkala dengan menggunakan metode yang objektif,
menganalisis kesenjangan kinerja, dan mempunyai strategi untuk mengatasinya
(bobot penilaian 20%);
e. Mengaitkan kebijakan penggajian, pemberian penghargaan, dan promosi dengan
kinerja dan disiplin (bobot penilaian 10%);
f. Melaksanakan promosi, mutasi secara objektif dan transparan didasarkan pada
kesesuaian kualifikasi, kompetensi dan kinerja dengan memanfaatkan talent pool
(bobot penilaian 10%);
g. Memberi perlindungan dan pelayanan agar pegawai ASN dapat melaksanakan tugas
dengan baik (bobot penilaian 4%); dan
h. Mempunyai sistem pendukung seperti sistem informasi kepegawaian yang terintegrasi,
assessment center, dan aplikasi lainnya yang mendukung pelaksanaan manajemen
ASN (bobot penilaian 6%).

Bagi instansi yang telah menerapkan Sistem Merit, maka ketentuan mengenai pengisian
JPT secara terbuka dan kompetitif dapat dikecualikan dan diberi kesempatan untuk mengisi
JPT dari talent pool dengan pengawasan dan persetujuan dari KASN.

Untuk mencapai nilai Sistem Merit yang baik, Setjen KESDM akan meminta pendampingan/
asistensi dari KASN. Selain itu, strategi yang akan dilaksanakan antara lain:
a. Menyusun rencana kebutuhan pegawai berdasarkan Analisis Jabatan dan Analisis
Kebutuhan serta pengadaan ASN secara terbuka, transparan, objektif, akuntabel dan
bebas KKN;
b. Perekrutan berorientasi pada talenta terbaik, rekrutmen berbasis jabatan (diversifikasi
tes) dan sertifikasi, Tes Kompetensi Dasar dan Tes Kompetensi Bidang sistem
komputerisasi, serta orientasi dan engagement untuk setiap penugasan pada jabatan
baru;
c. Pengembangan pegawai berbasis kompetensi dengan menyusun Human Capital
Development Plan (HCDP);
d. Pengembangan kapasitas dalam mengurangi kesenjangan kompetensi dengan cara
pelatihan 20 jam pelajaran per tahun untuk setiap PNS, Training Need Analysis (TNA),
Diklat, Coaching dan Mentoring berbasis kinerja;
e. Penilaian kinerja yang berkelanjutan dengan cara membentuk Tim Penilai Kinerja,
Performance dialogue dan Merit and performance based incentives; dan
f. Promosi dan rotasi menuju PNS yang dinamis dengan cara talent mapping, succession
and career planning.

94 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


K. Optimalisasi Teknologi Informasi yang Terintegrasi
Dalam rangka mengukur peningkatan layanan sektor ESDM terkait dengan penggunaan
teknologi informasi yang terintegrasi, maka ditetapkan indikator kinerja yang dapat dijadikan
instrumen penilaian yang terukur untuk mencapai sasaran tersebut. indikator kinerja yang
dimaksud yaitu Indeks Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE).
Aspek penilaian dari Indeks SPBE adalah:
1. Kebijakan internal tata kelola SPBE;
2. Kebijakan internal layanan SPBE;
3. Kelembagaan;
4. Strategi dan perencanaan;
5. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK);
6. Layanan administrasi pemerintahan berbasis elektronik; dan
7. Layanan publik berbasis elektronik;
Untuk meningkatkan nilai indeks SPBE, strategi yang dilaksanakan yaitu:
1. Sasaran meningkatnya daya dukung pengelolaan data dan informasi sektor ESDM akan
dicapai dengan cara melaksanakan koordinasi dan konsolidasi yang lebih intensif dengan
unit-unit terkait, mitra kerja dan stakeholders lainnya, mengembangkan sistem pengelolaan
data terpadu dan menyusun regulasi dan pedoman/Standard Operating Procedure (SOP)
serta meningkatkan kapasitas SDM dan infrastruktur;
2. Sasaran meningkatnya penyajian data dan informasi yang up to date akan dicapai melalui
pembangunan ESDM Data Enterprise yang berisi data dan informasi sektor ESDM yang
berintegrasi dengan aplikasi perizinan/pelaporan/transaksional yang bersumber dari
unit-unit di lingkungan KESDM. Selain itu untuk meningkatkan data spasial yang aktual
dan up to date, telah disiapkan infrastruktur ESDM One Map agar masing-masing Unit
organisasi di lingkungan KESDM dapat mengelola Informasi Geospasial Tematik berdasarkan
subsektornya sehingga proses pengiriman dan penerimaan data dapat secara up to date dan
terintegrasi. Dalam upaya menyediakan data dan informasi yang akurat dengan membuat
regulasi dan pedoman penyelenggaraan data clearing house serta melakukan sinkronisasi
dan konsolidasi data dan informasi ESDM secara periodik.
3. Sasaran meningkatnya kualitas kajian data dan informasi ESDM akan dicapai melalui
berbagai pendidikan dan pelatihan; meningkatkan fasilitas dan infrastruktur yang bisa
mendukung kegiatan kajian seperti buku-buku literatur, jaringan internet dan lain-lain;
serta meningkatkan kerja sama dengan instansi terkait mengenai data dan informasi yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan kajian.
4. Sasaran meningkatnya ketersediaan infrastruktur teknologi informasi dalam mendukung
penyediaan, penyajian, dan kajian data dan informasi ESDM dapat dicapai melalui
infrastruktur TI sebagai penopang utama integrasi layanan data dan informasi online di
lingkungan KESDM dan lintas Kementerian (National Single Window, Jaringan Data Spasial
Nasional/JDSN). Layanan infrastruktur TI yang handal, menjamin pertukaran data berjalan
lancar dan berdampak pada sistem pengambilan keputusan yang didukung dengan data-
data yang up to date.
5. Perizinan online sektor ESDM diintegrasikan melalui Online Single Submission (OSS). OSS
merupakan sistem yang mengintegrasikan seluruh pelayanan perizinan berusaha yang
menjadi kewenangan Menteri/pimpinan Lembaga, Gubernur, atau Bupati/Walikota yang
dilakukan secara elektronik.
6. Dalam rangka implementasi Perpres Nomor 9 tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan
Kebijakan Satu Peta pada Tingkat Ketelitian Peta Skala 1:50.000 dan berdasarkan Kepmen
ESDM Nomor 2192 K/03/MEM/2017 tentang Penunjukan Pusat Data dan Teknologi

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 95


Informasi sebagai Pelaksana Simpul Jaringan Informasi Geospasial Tematik Sektor
ESDM yang melaksanakan koordinasi dengan penghubung simpul jaringan dalam rangka
pelaksanaan Jaringan Informasi Geospasial Nasional (JIGN), maka perlu dilakukan koordinasi
dengan unit-unit di lingkungan KESDM terkait ketersediaan peta yang masuk ke dalam
Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta. Sebagai upaya mendukung rekomendasi penyelesaian atas
permasalahan tumpang tindih lahan, KESDM akan ikut berperan serta untuk menyediakan
pemetaan yang lebih komprehensif. Saat ini ESDM One Map juga terintegrasi sistem
Geographic Information System (GIS) dengan K/L lain, yaitu Badan Informasi Geospasial,
KLHK, dan Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL.
7. Aplikasi Minerba One Map Indonesia (MOMI) merupakan aplikasi yang menyediakan peta
Wilayah Izin Usaha Pertambangan yang masuk ke dalam 17 peta Pelaksanaan Kebijakan
Satu Peta. Sistem Informasi Geografis Wilayah Pertambangan berbasis web inilah sebagai
bagian dari semangat transparansi, akuntabilitas dan kolaboratif, dengan rincian sebagai
berikut:
a. Sistem ini merupakan basis data seluruh wilayah pertambangan yang ada di Indonesia,
dimana saat ini MOMI mencatat WIUP yang Clean and Clear yaitu 5.320 Izin Usaha
Pertambangan (IUP), 2 Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), 31 Kontrak Karya (KK),
67 PKP2B dan 17 Izin Pertambangan Rakyat (IPR) (status Agustus 2020);
b. MOMI telah mengintegrasikan data dari sub sektor/sektor lain seperti: peta PLTU, peta
kawasan hutan, peta batas administrasi, peta terminal khusus (tersus), peta blok migas
dan peta tematik lainnya;
c. MOMI mampu mengintegrasikan data spasial K/L dalam satu interface secara bersamaan;
d. MOMI dapat diakses dari manapun dan kapanpun di seluruh dunia;
e. MOMI merupakan salah satu aplikasi yang mendukung kebijakan “one map policy”
Indonesia.
8. Membangun aplikasi Migas Data Repository (MDR) sebagai aplikasi pengelolaan dan
pelayanan data hulu migas berbasis Nasional. MDR mengelola data hulu migas meliputi data
sumur, seismik serta laporan-laporan studi Migas KKKS di Indonesia. MDR juga didukung
dengan beberapa data tambahan meliputi data spasial kemigasan dan non kemigasan.
Dengan MDR, layanan pemanfaatan data oleh pengguna saat ini telah dapat dilaksanakan
secara online. MDR mempermudah pengguna data migas dalam analisis data sub surface
Migas dan interpretasi wilayah prospek untuk eksplorasi Migas.
9. Membangun ESDM Data Enterprise (EDE) sebagai aplikasi pengelolaan data sektor ESDM
secara Nasional berbasis National Data Repository (NDR). EDE dapat mengintegrasikan data-
data sektor ESDM secara online yang bersumber dari subsektor Migas, Ketenagalistrikan,
Minerba, EBTKE, serta Kegeologian.

Sebagai implementasi Satu Data di KESDM, aplikasi EDE terintegrasi langsung secara online
dengan aplikasi subsektor di KESDM, antara lain Minerba (Minerba One Data Indonesia/MODI,
Minerba Online Monitoring System/MOMS, MOMI), data subsektor Migas (Warroom, Sistem
Operasi Terpadu/SOT, Sistem Informasi Laporan Verifikasi dan Administrasi/Silvia, Dashboard
Gas Bumi), Ketenagalistrikan (Mercusuar, Sistem Informasi Laporan Manajemen/SILM), EBT
(Renewable Energy Data Information/REDI) serta Kegeologian (Geological Resource of
indonesia Multiplatform Application/GeoRIMA, dsb.) dalam sistem Datawarehouse yang
terintegrasi.
Manfaat EDE meliputi:
a. Terwujudnya satu data sektor ESDM;
b. Data menjadi lebih akurat dan akuntabel dengan adanya prinsip Single Source of Truth

96 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


(SSOT);
c. Data menjadi lebih up to date;
d. Memudahkan dalam penyajian data (tabular, grafik, dan spasial);
e. Sesama produsen data dapat saling mengakses data; dan
f. Pelayanan data yang bersifat eksternal menjadi lebih optimum.

L. Pengelolaan Sistem Anggaran yang Optimal


1. Nilai IKPA (Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran)
Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) adalah indikator yang ditetapkan oleh
Kementerian Keuangan untuk mengukur kualitas kinerja pelaksanaan anggaran belanja
K/L dari sisi kesesuaian terhadap perencanaan, efektivitas pelaksanaan anggaran, efisiensi
pelaksanaan anggaran, dan kepatuhan terhadap regulasi. Latar belakang diperlukannya
monitoring IKPA pada KESDM adalah untuk memastikan pengelolaan APBN khususnya
belanja Pemerintah yang dilaksanakan oleh masing-masing satker dapat berjalan dengan
baik, serta sebagai mitigasi terhadap permasalahan yang timbul dalam pengelolaan
maupun pelaksanaan APBN. Dasar penilaian IKPA terdiri dari 4 aspek, yaitu Kesesuaian
Perencanaan dengan Pelaksanaan, Kepatuhan terhadap Regulasi, Efektivitas Pelaksanaan
Kegiatan, dan Efisiensi Pelaksanaan Kegiatan.

Dalam rangka pengelolaan sistem anggaran yang optimal, khususnya IKPA, strategi yang
akan dilaksanakan adalah:
a. Melaksanakan koordinasi dan berperan aktif dalam memberikan pemahaman kepada
seluruh satker atas mekanisme pengukuran kinerja pelaksanaan anggaran satuan kerja;
b. Melakukan monitoring dan evaluasi atas target dan capaian secara berkelanjutan, serta
memberikan solusi atas setiap kendala dan permasalahan yang dihadapi; dan
c. Berkoordinasi dengan unit serta Kementerian Keuangan dalam rangka melakukan
langkah-langkah pencapaian nilai IKPA yang lebih baik.

2. Opini BPK-RI atas Laporan Keuangan KESDM


Dalam rangka mencapai target Opini BPK Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) akan dilaksanakan
melalui strategi sebagai berikut:
a. Optimalisasi implementasi e-Rekon dalam rangka peningkatan akuntabilitas Laporan
Keuangan;
b. Sinkronisasi penerapan akuntansi BLU;
c. Penerapan sistem akuntansi transaksi khusus;
d. Pelaksanaan akuntansi dan pelaporan keuangan KESDM BA 020;
e. Penerapan SPIP tingkat KESDM; dan
f. Penyelesaian hasil pemeriksaan BPK-RI atas Laporan Keuangan.

III.2. Kerangka Regulasi


Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran strategis Setjen KESDM Tahun 2020-2024, telah
disiapkan rancangan peraturan perundang-undangan yang menjadi bidang tugas Setjen KESDM
berdasarkan kebutuhan dan pertimbangan akibat adanya perubahan Arah Pembangunan Nasional,
Indikator Kinerja Utama KESDM dan perubahan kelembagaan. Rancangan peraturan perundang-
undangan yang akan disiapkan sebagai berikut:
1. RPM tentang Pedoman Pelayanan Informasi Publik KESDM;
2. RPM tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan KESDM;
3. RPM tentang Pedoman Penyusunan Kebutuhan Jabatan Fungsional Binaan KESDM pada Instansi

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 97


Pemerintah Pusat dan Daerah serta Mekanisme Pengusulan Formasi Jabatan Fungsional di
Lingkungan KESDM;
4. RPM tentang Organisasi dan Tata Kerja KESDM;
5. RPM tentang Tata Cara Pengenaan, Pemungutan dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan
Pajak di KESDM;
6. RPM tentang Advokasi Hukum di Lingkungan KESDM;
7. RPM tentang Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Binaan KESDM;
8. RPM tentang Tata Cara Penetapan Wilayah Pengusahaan dan Pemanfaatan Lahan Bersama
Sektor ESDM; dan
9. RPM tentang Perencanaan Program dan Anggaran Berbasis Elektronik.

Dokumen Matriks Kerangka Regulasi Setjen KESDM Tahun 2020-2024 sebagaimana pada halaman
132

III.3. Kerangka Kelembagaan


Kerangka kelembagaan digunakan sebagai perangkat organisasi yang melaksanakan tugas untuk
mencapai visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, serta program Setjen.
A. Tugas dan Fungsi Setjen KESDM
Berdasarkan Permen ESDM Nomor 13 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Setjen KESDM yang merupakan unsur pembantu
pimpinan, mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan
pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan KESDM. Dalam
menjalankan tugas tersebut, Setjen KESDM mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Koordinasi kegiatan KESDM;
2. Koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran KESDM;
3. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan,
kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat, arsip, dan
dokumentasi KESDM;
4. Pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana;
5. Koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan serta pelaksanaan advokasi
hukum;
6. Pengelolaan BMN dan layanan pengadaan barang/jasa Pemerintah; dan
7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

B. Struktur Organisasi Setjen KESDM


Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Setjen KESDM membawahi 7 Biro dan 2 Pusat yaitu:
1. Biro Perencanaan;
2. Biro Sumber Daya Manusia;
3. Biro Organisasi dan Tata Laksana;
4. Biro Keuangan;
5. Biro Hukum;
6. Biro Umum;
7. Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama;
8. Pusat Data dan Teknologi Informasi ESDM; dan
9. Pusat Pengelolaan Barang Milik Negara.

98 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


Struktur Organisasi Setjen KESDM sebagaimana pada Gambar 14 sebagai berikut:

MENTERI ESDM

Arifin Tasrif

SEKRETARIS
JENDERAL

Dr. Ir. Ego Syahrial, M.Sc.

KEPALA BIRO KEPALA BIRO


KEPALA BIRO KEPALA BIRO KEPALA PUSAT
ORGANISASI & TATA KOMUNIKASI, LAYANAN
PERENCANAAN HUKUM PENGELOLAAN BARANG
LAKSANA INFORMASI PUBLIK
MILIK NEGARA
DAN KERJASAMA

Ir. Harya Adityawarman Ir. Muhammad Rizwi Muhammad Idris Froyoto


Jilanissaf Hisjam, M.Si. Sihite, S.H. Ir. Agung Pribadi, M.Sc. Hufron Asrofi, S.H., M.Hum

KEPALA BIRO KEPALA BIRO KEPALA BIRO KEPALA PUSAT DATA


SUMBER DAYA MANUSIA KEUANGAN UMUM DAN TEKNOLOGI
INFORMASI

Dra. Upik Jamil Erika Retnowati, Ak., M.Si. Drs. Endang Sutisna Ir. Agus Cahyono Adi, M.T.

Gambar 14. Struktur Organisasi Setjen KESDM Tahun 2019

Masing-masing unit kerja di lingkungan Setjen KESDM memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-
beda dan spesifik, yaitu:
1. Biro Perencanaan mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan penyusunan rencana
dan program serta evaluasi kinerja, dan menyelenggarakan fungsi:
a. Koordinasi pelaksanaan kegiatan perencanaan dan evaluasi kinerja;
b. Penyiapan dan pelaksanaan koordinasi sidang dan rapat pimpinan;
c. Penyusunan program dan anggaran;
d. Pelaksanaan monitoring, analisis, dan evaluasi kinerja;
e. Pelaksanaan urusan tata usaha biro;
2. Biro Sumber Daya Manusia mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, pembinaan,
pemberian dukungan administrasi dan pengelolaan SDM di lingkungan Kementerian, dan
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan koordinasi, pembinaan, dan dukungan administrasi sumber daya manusia;
b. Penyusunan rencana kebutuhan, pelaksanaan pengadaan pegawai negeri sipil dan
pegawai Pemerintah dengan perjanjian kerja;
c. Pelaksanaan perencanaan karier, dan penyiapan kebijakan pengembangan SDM
aparatur sipil negara;
d. Pelaksanaan mutasi dan kepangkatan serta pemberhentian pegawai;

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 99


e. Pengelolaan penilaian kinerja dan remunerasi, disiplin, dokumentasi dan tata naskah,
penghargaan, dan sistem informasi pegawai; dan
f. Pelaksanaan urusan tata usaha biro.
3. Biro Organisasi dan Tata Laksana mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pembinaan,
perencanaan, dan penataan kelembagaan, pengembangan jabatan, dan ketatalaksanaan
serta program manajemen perubahan di lingkungan Kementerian, dan menyelenggarakan
fungsi:
a. Penyiapan koordinasi pembinaan, perencanaan, dan penataan kelembagaan, analisis
jabatan serta pengembangan jabatan;
b. Penyiapan koordinasi pembinaan dan penataan ketatalaksanaan;
c. Penyiapan koordinasi pembinaan, perencanaan, dan koordinasi pelaksanaan dan
evaluasi program manajemen perubahan; dan
d. Pelaksanaan urusan tata usaha Biro.
4. Biro Keuangan mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, pembinaan dan pemberian
dukungan administrasi keuangan, dan menyelenggarakan fungsi:
a. Koordinasi dan pembinaan pelaksanaan administrasi keuangan;
b. Pelaksanaan administrasi anggaran pendapatan dan anggaran belanja;
c. Pelaksanaan pengelolaan perbendaharaan;
d. Pelaksanaan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan Kementerian;
e. Pelaksanaan penyusunan rencana aksi tindak lanjut hasil pemeriksaan ekstern auditor
atas laporan keuangan; dan
f. Pelaksanaan urusan tata usaha Biro.
5. Biro Hukum mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan penyusunan peraturan
perundang-undangan, penelaahan hukum, advokasi hukum dan informasi hukum, dan
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan koordinasi penyusunan peraturan perundang-undangan, penelaahan dan
pertimbangan hukum, advokasi hukum dan informasi hukum;
b. Penyusunan peraturan perundang-undangan;
c. Penelaahan dan pemberian pertimbangan hukum;
d. Pelaksanaan advokasi hukum;
e. Pengelolaan dokumentasi dan informasi hukum; dan
f. Pelaksanaan urusan tata usaha Biro.
6. Biro Umum mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan koordinasi dan pengelolaan
ketatausahaan, kearsipan, perlengkapan, pengadaan barang/jasa serta kerumahtanggaan,
dan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan koordinasi dan pembinaan ketatausahaan dan kearsipan, keprotokolan,
perlengkapan, pengadaan barang/jasa, dan kerumahtanggaan;
b. Pengelolaan ketatausahaan dan kearsipan;
c. Pelaksanaan urusan keprotokolan;
d. Pengelolaan perlengkapan;
e. Pelaksanaan layanan pengadaan barang/jasa di lingkungan Kementerian;
f. Pengelolaan urusan kerumahtanggaan; dan
g. Pelaksanaan urusan tata usaha biro.
7. Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama mempunyai tugas melaksanakan
koordinasi, pembinaan, dan pelaksanaan komunikasi, layanan informasi publik, serta
pengelolaan hubungan kelembagaan dan kerja sama, dan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan koordinasi dan pembinaan pelaksanaan komunikasi, layanan informasi
publik, serta pengelolaan hubungan kelembagaan dan kerja sama;

100 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


b. Pengelolaan komunikasi dan pelayanan informasi publik;
c. Pelaksanaan hubungan kelembagaan;
d. Pengelolaan kerja sama regional, multilateral, dan bilateral; dan
e. Pelaksanaan urusan tata usaha biro.
8. Pusat Data dan Teknologi Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral mempunyai tugas
melaksanakan pengelolaan data, kajian strategis, dan teknologi informasi energi dan
sumber daya mineral, dan menyelenggarakan fungsi:
a. Koordinasi dan integrasi pengelolaan data Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral;
b. Penyiapan penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program pengelolaan data,
kajian strategis, dan teknologi informasi energi dan sumber daya mineral;
c. Pelaksanaan dan pembinaan pengelolaan data, kajian strategis, dan teknologi sistem
informasi energi dan sumber daya mineral;
d. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pengelolaan data, kajian strategis,
dan teknologi sistem informasi energi dan sumber daya mineral; dan
e. Pelaksanaan administrasi Pusat Kajian Strategis, Data dan Teknologi Informasi Energi
dan Sumber Daya Mineral.
9. Pusat Pengelolaan Barang Milik Negara mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan
pengelolaan Barang Milik Negara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, dan
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program pengelolaan barang milik negara;
b. Pelaksanaan penggunaan, penatausahaan, pemindahtanganan, penghapusan,
pemanfaatan, pemusnahan, pembinaan, pengamanan, pemeliharaan, serta
pengawasan dan pengendalian barang milik negara;
c. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan, pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan,
pemindahtanganan, pemusnahan, penghapusan, penatausahaan, pembinaan,
pengamanan, pemeliharaan, serta pengawasan dan pengendalian barang milik negara;
d. Penyiapan penetapan dan pelaksanaan pemantauan evaluasi objek vital nasional
sektor energi dan sumber daya mineral; dan
e. Pelaksanaan administrasi pusat pengelolaan barang milik negara.

C. Arah Kebijakan Kelembagaan KESDM


Pembentukan organisasi/lembaga Pemerintah berdampak pada beberapa aspek termasuk
beban belanja negara, untuk itu inisiatif penataan organisasi harus memperhatikan prinsip-
prinsip kerangka kelembagaan sebagai berikut:
1. Sejalan dengan kebijakan pembangunan nasional;
2. Sejalan dengan peraturan perundangan;
3. Memperhatikan asas manfaat;
4. Mendukung outcome pembangunan;
5. Sejalan dengan perkembangan lingkungan strategis pembangunan;
6. Dilakukan dengan transparan, partisipatif, dan akuntabel;
7. Mengedepankan kerja sama multi pihak yang kolaboratif;
8. Memperhatikan efisiensi dan efektivitas anggaran;
9. Mendorong pembatasan pembentukan lembaga baru; dan
10. Memperhatikan pembagian kewenangan/urusan antara Pemerintah pusat dan daerah.

Penataan organisasi telah menjadi suatu kebutuhan yang sangat mendesak untuk membentuk
sebuah pemerintahan yang baik (good governance). Penataan organisasi yang harus dilakukan

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 101


adalah bagaimana membuat struktur organisasi ramping, sehingga kelembagaan menjadi lebih
efektif dan efisien.

Seiring dengan perkembangan arah kebijakan Pemerintah terkait penyederhanaan birokrasi yang
disampaikan Presiden RI Joko Widodo pada tanggal 20 Oktober 2019, Jabatan Struktural akan
disederhanakan menjadi 2 (dua) level. Penyederhanaan birokrasi bertujuan untuk mewujudkan
birokrasi yang dinamis, lincah (agile), dan profesional dalam upaya peningkatan efektivitas dan
efisiensi guna mendukung kinerja Pemerintah.

Dalam rangka percepatan penyederhanaan birokrasi, Kementerian PANRB mendorong seluruh


pimpinan instansi Pemerintah untuk melaksanakan langkah-langkah strategis dan konkret.
Hal ini tertuang dalam Surat Edaran Menteri PANRB nomor 384 Tahun 2019 tentang Langkah
Strategis dan Konkret Penyederhanaan Birokrasi yang ditujukan kepada Menteri Kabinet
Indonesia Maju, Gubernur, serta para Wali kota dan Bupati. Surat Edaran tersebut membahas 9
langkah strategis dan konkret dalam penyederhanaan birokrasi.

Penyederhanaan Birokrasi 2 (dua) level dilaksanakan dengan penataan terhadap jabatan


struktural eselon III dan IV di lingkungan KESDM, yaitu dengan melakukan perampingan jabatan
struktural tersebut dan dialihkan ke jabatan fungsional yang dimulai dengan mengidentifikasi
unit kerja eselon III dan IV yang dapat disederhanakan dan dialihkan jabatan strukturalnya sesuai
peta jabatan KESDM. Kemudian dilakukan pemetaan jabatan pada unit kerja yang terdampak
peralihan, sekaligus mengidentifikasi kesetaraan jabatan-jabatan struktural tersebut dengan
jabatan fungsional yang akan diduduki.

Perpres Kelembagaan pemerintahan yang menjadi acuan payung hukum penataan organisasi
K/L sedang disusun oleh Kementerian PANRB. Kriteria unit organisasi yang berpotensi tidak
dialihkan menurut Kementerian PANRB, yaitu:
1. Kewenangan otorisasi bersifat atributif;
2. Kewenangan otorisasi rutin dan berfrekuensi tinggi;
3. Kewenangan berbasis kewilayahan;
4. Tugas dan fungsi multi spesialisasi/heterogen;
5. Tugas dan fungsi berbasis komando; dan
6. Tugas dan fungsi terkait barang/jasa.

Untuk kriteria unit organisasi yang berpotensi dialihkan, yaitu:


1. Tugas dan fungsi analisis, dan penyiapan bahan;
2. Tugas dan fungsi koordinasi, pemantauan, dan evaluasi;
3. Tugas dan fungsi teknis tertentu urusan pemerintahan;
4. Tugas dan fungsi yang bersesuaian dengan jabatan fungsional; dan
5. Tugas dan fungsi pelayanan teknis fungsional.

Penyederhanaan birokrasi KESDM dilakukan dengan melakukan transformasi Jabatan Eselon III
dan IV dengan mengacu pada kriteria yang telah diatur oleh Kementerian PANRB di atas.

D. Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur


1. Kondisi SDM Aparatur Setjen KESDM
Jumlah keseluruhan pegawai Setjen KESDM pada tahun 2019 adalah 624 pegawai.
Sedangkan jumlah pegawai berdasarkan golongan adalah Golongan I sebanyak 4 orang,

102 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


Golongan II sebanyak 98 orang, Golongan III sebanyak 456 orang, Golongan IV sebanyak
66 orang.

Jumlah pegawai Setjen KESDM yang digolongkan berdasarkan pendidikan, yaitu gelar
strata yang terdiri dari S-3 sebanyak 3 orang, S-2 sebanyak 131 orang, S-1 sebanyak 333
orang, gelar diploma D-3 sebanyak 22 orang, SLTA sebanyak 122, SLTP sebanyak 10 orang
dan SD sebanyak 3 orang.

2. Proyeksi kebutuhan SDM Aparatur Setjen KESDM


Proyeksi kebutuhan SDM Aparatur Setjen KESDM tahun 2020-2024 dihitung dan disusun
berdasarkan ketentuan yang berlaku serta memperhatikan arah kebijakan nasional di
bidang pengelolaan SDM aparatur dan kondisi existing. Proyeksi tersebut disusun dengan
asumsi sebagai berikut:
a. Arahan Menteri ESDM untuk menerapkan kebijakan minus-growth dan job enrichment;
b. Proyeksi pegawai keluar dihitung melalui prediksi pegawai yang memasuki batas usia
pensiun (BUP) dan pegawai keluar nonpensiun; dan
c. Pemenuhan pegawai baru berdasarkan kebutuhan prioritas KESDM.

Bezetting PNS Prediksi


1 (1 Jan 2020) 2 Pensiun
2020 624 2020 16
TA H U N

TA H U N
2021 610 2021 14
2022 601 2022 18
2023 587 2023 17
2024 575 2024 18

JUMLAH ASN
2020 610
TA H U N

2021 601
2022 587
2023 575
2024 562

3 Prediksi keluar
Non Pensiun
4 Rekrutmen
ASN
2020 1 2020 3
TA H U N
TA H U N

2021 1 2021 6
2022 1 2022 5
2023 1 2023 6
2024 1 2024 6

Tabel 18. Proyeksi Kebutuhan SDM Aparatur Setjen KESDM Tahun 2020-2024

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 103


104 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024
04

TARGET KINERJA DAN


KERANGKA PENDANAAN

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 105


04 Target Kinerja Dan Kerangka Pendanaan
IV.1. Target Kinerja
Terwujudnya visi dan misi KESDM sampai dengan tahun 2024 sangat dipengaruhi oleh pencapaian
tujuan dan sasaran strategis Kementerian termasuk Setjen KESDM. Untuk itu setiap sasaran
strategis memiliki indikator kinerja yang terukur dengan metode penilaian yang transparan dalam
rangka menilai pencapaian secara akurat serta memetakan kendala dan hambatan sedini mungkin,
untuk menentukan rekomendasi serta menjalankan langkah-langkah strategis sebagai upaya
mengoptimalkan kinerja Setjen KESDM. Penjabaran indikator kinerja dari Setjen KESDM sampai
dengan tahun 2024 disajikan secara rinci pada tabel di bawah ini.

Tabel 19. Sasaran Strategis, Indikator dan Target Kinerja Setjen KESDM Tahun 2020-2024

Target
Program Sasaran Program (O u t co m e ) /Indikator
2020 2021 2022 2023 2024
Sasaran Program 1 Terwujudnya Birokrasi yang Efektif, Efisien, dan
Berorientasi pada Layanan Prima

Indikator Sasaran Indeks Reformasi Birokrasi KESDM (Skala 100) 80,0 85,1 85,5 90,0 95,5
Program

Sasaran Program 2 Pengawasan, Pengendalian, Monitoring dan


Evaluasi sektor ESDM yang Efektif

Indikator Sasaran 1 Nilai SAKIP KESDM (Skala 100) 78,0 80,0 81,0 82,0 83,0
Program
2 Tingkat Maturitas SPIP Setjen KESDM (Skala 3,5 3,6 3,7 3,8 3,9
5)

Sasaran Program 3 Meningkatnya Kemandirian dan Ketahanan


Energi Nasional

Indikator Sasaran 1 Monitoring dan Evaluasi Indeks Kemandirian 12 12 12 12 12


Program Energi Nasional (Bulan)

2 Monitoring dan Evaluasi Indeks Ketahanan 12 12 12 12 12


Energi Nasional (Bulan)

Sasaran Program 4 Optimalisasi Kontribusi Sektor ESDM yang


Bertanggung Jawab dan Berkelanjutan

Indikator Sasaran 1 Persentase Realisasi PNBP Setjen KESDM 89 90 92 94 95


Program (%)

2 Monitoring Investasi Sektor ESDM 12 12 12 12 12


(Dokumen)

Sasaran Program 5 Layanan Sektor ESDM yang Optimal

Indikator Sasaran Indeks Kepuasan Layanan Setjen KESDM (Skala 3,20 3,25 3,30 3,35 3,40
Program 4)

Sasaran Program 6 Perumusan Kebijakan Sektor ESDM yang


berkualitas

Indikator Sasaran 1 Indeks Kualitas Kebijakan (Skala 100) 62 65 70 74 78


Program
2 Indeks Implementasi Kebijakan (Skala 100) 67,3 71,7 75,6 78,5 81,3

106 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


Target
Program Sasaran Program (O u t co m e ) /Indikator
2020 2021 2022 2023 2024
Sasaran Program 7 Terwujudnya Kepastian Hukum Sektor ESDM

Indikator Sasaran 1 Persentase Penyusunan Peraturan 75,0 75,0 77,5 77,5 77,5
Program Perundang-undangan dan Keputusan
Menteri sesuai dengan Kebutuhan Sektor
ESDM (%)

2 Persentase Penanganan Permasalahan 75 75 80 80 80


Hukum Sektor ESDM (%)

Sasaran Program 8 Ketersediaan Informasi dan Layanan Dukungan


Administrasi yang Handal dan Transparan

Indikator Sasaran 1 Indeks Kualitas Perencanaan (Skala 100) 80 81 82 83 84


Program
2 Persentase Pemberitaan Positif pada Media 90 90 92 92 93
(%)

3 Indeks Efektivitas Pengelolaan Kerja Sama 70 80 80 80 80


(Skala 100)

4 Nilai Hasil Pengawasan Kearsipan KESDM BB BB A A AA


oleh ANRI (Nilai)

Sasaran Program 9 Terwujudnya Pengelolaan Aset dan Obvitnas


Sektor ESDM yang Optimal

Indikator Sasaran 1 Pengelolaan Sarana dan Prasarana pada 12 12 12 12 12


Program Setjen KESDM (Bulan)

2 Persentase Penyelesaian Usulan 92,5 92,5 92,5 92,5 92,5


Pengelolaan BMN di Sektor ESDM (%)

3 Persentase Pelaksanaan Evaluasi Dalam 100 100 100 100 100


Rangka Penetapan Obvitnas (%)

Sasaran Program Organisasi yang Fit dan SDM yang Unggul


10

Indikator Sasaran 1 Nilai Evaluasi Kelembagaan (Skala 100) 73,3 74,0 74,0 74,0 75,0
Program
2 Indeks Profesionalitas ASN Setjen KESDM 71 73 75 78 82
(Skala 100)

3 Nilai Sistem Merit KESDM (Skala 400) 260 280 300 310 325

Sasaran Program Optimalisasi Teknologi Informasi yang


11 Terintegrasi

Indikator Sasaran Indeks Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik 3,9 4,0 4,1 4,2 4,3
Program (SPBE)
(Skala 5)

Sasaran Program Pengelolaan Sistem Anggaran yang Optimal


12

Indikator Sasaran 1 Nilai IKPA (Indikator Kinerja Pelaksanaan 90 90,25 90,5 90,75 91
Program Anggaran) Setjen KESDM (Skala 100)

2 Opini BPK-RI atas Laporan Keuangan WTP WTP WTP WTP WTP
KESDM (Predikat)

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 107


IV.2. Kerangka Pendanaan
Sumber pendanaan Setjen KESDM utamanya dari APBN. Perkiraan pembiayaan Setjen KESDM tahun
2020-2024 dari APBN sekitar Rp2,38 Triliun. Kebutuhan pendanaan dari APBN untuk mencapai
tujuan dan sasaran strategis KESDM sampai dengan tahun 2024 adalah sebagai berikut:

Tabel 20. Rencana Kebutuhan Pendanaan Setjen KESDM Tahun 2020-2024

NO UNIT KESDM 2020 2021 2022 2023 2024


dalam Miliar Rupiah
1 Biro Umum 127,39 106,19 116,81 128,49 141,33

2 Biro Perencanaan 10,45 16,12 16,12 16,12 16,12

3 Biro Sumber Daya Manusia 101,92 105,83 108,87 112,14 115,58


Biro Organisasi dan Tata
4 5,30 7,48 11,11 12,41 13,56
Laksana
5 Biro Keuangan 11,72 15,50 15,81 16,13 16,45

6 Biro Hukum 7,61 9,84 19,33 23,39 27,51


Biro Komunikasi, Layanan
7 Informasi Publik dan Kerja 17,78 29,44 32,39 35,63 39,19
Sama
Pusat Data dan Teknologi
8 91,25 131,13 144,20 158,66 174,47
Informasi
Pusat Pengelolaan Barang Milik
9 13,66 15,60 15,78 15,81 15,90
Negara
TOTAL 387,08 480,42 518,78 560,13 437,14

Data lengkap terkait indeks kinerja Setjen KESDM dan kerangka pendanaan dicantumkan dalam
dokumen Matriks Kinerja dan Pendanaan Setjen KESDM Tahun 2020-2024 sebagaimana pada
halaman 114.

108 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


05

PENUTUP

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 109


05 Penutup
Renstra KESDM tahun 2020-2024 merupakan penjabaran dari visi-misi, tujuan dan sasaran strategis dalam
mendukung 7 agenda pembangunan nasional, dimana KESDM berkontribusi pada lima agenda yaitu:
1. Agenda 1: Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas;
2. Agenda 2: Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan dan Menjamin Pemerataan;
3. Agenda 3: Meningkatkan SDM Berkualitas dan Berdaya Saing;
4. Agenda 5: Memperkuat Infrastruktur Mendukung Pengembangan Ekonomi dan Pelayanan Dasar; dan
5. Agenda 6: Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim.

Dokumen ini merupakan pedoman bagi Setjen KESDM dalam mewujudkan visi-misi dan arahan Presiden,
yaitu:
1. Pembangunan SDM
Membangun SDM pekerja keras yang dinamis, produktif, terampil, menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi didukung dengan kerja sama industri dari talenta global.
2. Pembangunan Infrastruktur
Melanjutkan pembangunan infrastruktur untuk menghubungkan kawasan produksi dengan kawasan
distribusi, mempermudah akses ke kawasan wisata, mendongkrak lapangan kerja baru dan mempercepat
peningkatan nilai tambah perekonomian rakyat.
3. Penyederhanaan Regulasi
Menyederhanakan segala bentuk regulasi dengan pendekatan Omnibus Law antara lain dengan
menyusun 2 (dua) UU yaitu UU tentang Cipta Kerja dan UU Pemberdayaan UMKM.
4. Penyederhanaan Birokrasi
Memprioritaskan investasi untuk penciptaan lapangan kerja, memangkas prosedur dan birokrasi yang
panjang dan menyederhanakan eselonisasi.
5. Transformasi Ekonomi
Melakukan transformasi ekonomi dan ketergantungan SDA menjadi daya saing manufaktur dan jasa
modern yang mempunyai nilai tambah tinggi bagi kemakmuran bangsa demi keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan Makmur, serta mendukung
visi misi Presiden, KESDM menetapkan visi dalam periode 5 (lima) tahun mendatang adalah:

“Menjadi Penggerak Utama Pembangunan


Nasional Melalui Pengelolaan ESDM yang Optimal
Demi Terwujudnya Kemandirian dan Ketahanan
Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat yang Adil
dan Merata”.

110 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


Untuk mewujudkan visi dilaksanakan melalui 6 (enam) upaya yaitu:
1. Meningkatkan kualitas SDM melalui penerapan nilai-nilai KESDM (Jujur, Profesional, Melayani, Inovatif
dan Berarti) dan mampu bekerja secara Cepat, Cermat dan Produktif;
2. Mengoptimalkan pengelolaan dan meningkatkan nilai tambah energi dan mineral yang berkelanjutan;
3. Mengakselerasi pemanfaatan energi baru, energi terbarukan dan konservasi energi;
4. Menjamin ketersediaan energi nasional;
5. Meningkatkan aksesibilitas energi dengan harga terjangkau kepada seluruh masyarakat; dan
6. Menyediakan data dan informasi vulkanologi, pergerakan tanah dan likuifaksi yang cepat dan akurat.

Sehingga dapat mencapai 4 (empat) tujuan yaitu:


1. Meningkatkan kemandirian dan ketahanan energi;
2. Optimalisasi pengelolaan energi dan mineral yang berkelanjutan dalam rangka meningkatkan nilai
tambah;
3. Penguatan kapasitas organisasi dalam rangka menjadi penggerak utama sektor ESDM; dan
4. Ketersediaan data dan informasi mitigasi dan penanggulangan kebencanaan geologi yang cepat dan
akurat.

Yang dijabarkan melalui serangkaian arah kebijakan dan strategi dengan menanamkan nilai-nilai KESDM
yaitu jujur, profesional, melayani, inovatif dan berarti, untuk mencapai 13 sasaran strategis KESDM yaitu:
1. Meningkatnya Kemandirian dan Ketahanan Energi Nasional;
2. Optimalisasi Ketersediaan Pasokan Mineral;
3. Meningkatnya Pelayanan Mitigasi Bencana Geologi;
4. Meningkatnya Kompetensi SDM Sektor ESDM;
5. Optimalisasi Kontribusi Sektor ESDM yang Bertanggungjawab dan Berkelanjutan;
6. Layanan Sektor ESDM yang Optimal;
7. Perumusan Kebijakan dan Regulasi Sektor ESDM yang Berkualitas;
8. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Sektor ESDM yang Efektif;
9. Penelitian dan Pengembangan Sektor ESDM yang Produktif;
10. Terwujudnya Birokrasi yang Efektif, Efisien dan Berorientasi pada Layanan Prima;
11. Organisasi yang Fit dan SDM yang Unggul;
12. Optimalisasi Teknologi Informasi yang Terintegrasi; dan
13. Pengelolaan Sistem Anggaran yang Optimal.

Selanjutnya dengan mengacu sasaran strategis KESDM, Setjen KESDM menetapkan sasaran strategis sebagai
berikut:
1. Terwujudnya Birokrasi yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi pada Layanan Prima;
2. Pengawasan, Pengendalian, Monitoring dan Evaluasi sektor ESDM yang Efektif;
3. Meningkatnya Kemandirian dan Ketahanan Energi Nasional;
4. Optimalisasi Kontribusi Sektor ESDM yang Bertanggung Jawab dan Berkelanjutan;
5. Layanan Sektor ESDM yang Optimal;
6. Perumusan Kebijakan Sektor ESDM yang Berkualitas;
7. Terwujudnya Kepastian Hukum Sektor ESDM;
8. Ketersediaan Informasi dan Layanan Dukungan Administrasi yang Handal dan Transparan;
9. Terwujudnya Pengelolaan Aset dan Obvitnas Sektor ESDM yang Optimal;
10. Organisasi yang Fit dan SDM yang Unggul;
11. Optimalisasi Teknologi Informasi yang Terintegrasi;
12. Pengelolaan Sistem Anggaran yang optimal

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 111


112 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024
MATRIKS KINERJA
DAN PENDANAAN
SETJEN KESDM
TAHUN 2020-2024

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 113


MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN SETJEN KESDM TAHUN 2020-2024
MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN SETJEN KESDM TAHUN 2020-2024

114
Sasaran Program Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah) UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana

PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN

SETJEN KESDM 387,08 437,14 464,14 499,90 515,82


Sasaran Terwujudnya Birokrasi yang
Program 1 Efektif, Efisien, dan
Berorientasi pada Layanan
Prima
Indikator Indeks Reformasi Birokrasi 80,0 85,1 85,5 90,0 95,5 SJO
Sasaran KESDM (Skala 100)
Program
Kegiatan Pembinaan dan Pengelolaan

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


Organisasi, Tata Laksana dan
Reformasi Birokrasi
Sasaran Terwujudnya Birokrasi yang
Kegiatan 1 Efektif, Efisien, dan
Berorientasi Layanan Prima
Indikator 1 Indeks Reformasi Birokrasi 80,0 85,1 85,5 90,0 95,5 SJO
Sasaran KESDM (Skala 100)
Kegiatan 2 Manajemen Perubahan 80,0 85,1 85,5 90,0 95,5 SJO
(Nilai)
3 Penataan dan Penguatan 80,0 85,1 85,5 90,0 95,5 SJO
Organisasi (Nilai)
4 Penataan Tata Laksana 80,0 85,1 85,5 90,0 95,5 SJO
(Nilai)
5 Peningkatan Kualitas 80,0 85,1 85,5 90,0 95,5 SJO
Pelayanan Publik (Nilai)
Sasaran Terwujudnya Good Governance
Kegiatan 2 Melalui Percepatan
Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi
Indikator Indeks Penilaian Mandiri 80,0 85,1 85,5 90,0 95,5 SJO
Sasaran Pelaksanaan Reformasi
Kegiatan Birokrasi Tingkat Setjen
KESDM
Sasaran Pengawasan, Pengendalian,
Program 2 Monitoring dan Evaluasi Sektor
ESDM yang Efektif
Indikator 1 Nilai SAKIP KESDM 78,0 80,0 81,0 82,0 83,0 SJR
Sasaran (Skala 100)
Program 2 Tingkat Maturitas SPIP 3,5 3,6 3,7 3,8 3,9 SJR
Setjen KESDM (Skala 5)

2
Sasaran Program Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah) UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana

Kegiatan 1 Pembinaan Administrasi


Hukum KESDM
Sasaran Pengawasan, Pengendalian,
Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Sektor
ESDM yang Efektif
Indikator Ketepatan Waktu Penyampaian 31 31 31 31 31 SJH
Sasaran Dokumen Laporan Kinerja Biro
Kegiatan Hukum (Hari)
Kegiatan 2 Pembinaan dan Pengelolaan
Sumber Daya Manusia
Sasaran Pengawasan, Pengendalian,
Kegiatan Monitoring, dan Evaluasi
Sektor ESDM yang Efektif
Indikator Ketepatan Waktu Penyampaian 31 31 31 31 31 SJM
Sasaran Dokumen Laporan Kinerja Biro
Kegiatan Sumber Daya Manusia (Hari)
Kegiatan 3 Pengelolaan Administrasi
Keuangan KESDM
Sasaran Pengawasan, Pengendalian,
Kegiatan Monitoring, dan Evaluasi
Sektor ESDM yang Efektif
Indikator Ketepatan Waktu Penyampaian 31 31 31 31 31 SJK
Sasaran Dokumen Laporan Kinerja Biro
Kegiatan Keuangan (Hari)
Kegiatan 4 Pembinaan dan Koordinasi
Perencanaan
Sasaran Pengawasan, Pengendalian,
Kegiatan Monitoring, dan Evaluasi
Sektor ESDM yang Efektif
Indikator 1 Nilai SAKIP KESDM 78,0 80,0 81,0 82,0 83,0 SJR
Sasaran (Skala 100)
Kegiatan 2 Nilai SAKIP Setjen KESDM 81,5 82,0 83,0 84,0 85,0 SJR
(Skala 100)
Kegiatan 5 Pengelolaan Administrasi
Perlengkapan, Kearsipan dan
Rumah Tangga KESDM
Sasaran Pengawasan, Pengendalian,
Kegiatan Monitoring, dan Evaluasi
Sektor ESDM yang Efektif
Indikator Ketepatan Waktu Penyampaian 31 31 31 31 31 SJU
Sasaran Dokumen Laporan Kinerja Biro
Kegiatan Umum (Hari)
Kegiatan 6 Pengelolaan Data dan
Teknologi Informasi KESDM

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


Sasaran Pengawasan, Pengendalian,
Kegiatan Monitoring, dan Evaluasi
Sektor ESDM yang Efektif

115
3
116
Sasaran Program Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah) UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana

Indikator Ketepatan Waktu Penyampaian 31 31 31 31 31 SJD


Sasaran Dokumen Laporan Kinerja
Kegiatan Pusdatin (Hari)

Kegiatan 7 Pengelolaan Barang Milik


Negara KESDM
Sasaran Pengawasan, Pengendalian,
Kegiatan Monitoring, dan Evaluasi
Sektor ESDM yang Efektif
Indikator Ketepatan Waktu Penyampaian 31 31 31 31 31 SJA
Sasaran Dokumen Laporan Kinerja
Kegiatan PPBMN (Hari)

Kegiatan 8 Pembinaan dan Pengelolaan


Organisasi, Tata Laksana dan
Reformasi Birokrasi

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


Sasaran Pengawasan, Pengendalian,
Kegiatan Monitoring, dan Evaluasi
Sektor ESDM yang Efektif
Indikator 1 Ketepatan Waktu 31 31 31 31 31 SJO
Sasaran Penyampaian Dokumen
Kegiatan Laporan Kinerja Biro
Organisasi dan Tata
Laksana (Hari)
2 Tingkat Maturitas SPIP 3,5 3,6 3,7 3,8 3,9 SJR
Setjen KESDM
Kegiatan 9 Pembinaan, Koordinasi dan
Pengelolaan Informasi Publik
dan Kerjasama KESDM
Sasaran Pengawasan, Pengendalian,
Kegiatan Monitoring, dan Evaluasi
Sektor ESDM yang Efektif
Indikator Ketepatan Waktu Penyampaian 31 31 31 31 31
Sasaran Dokumen Laporan Kinerja Biro
Kegiatan Komunikasi, Layanan SJI
Informasi dan Kerja Sama
(Hari)
Sasaran Meningkatnya Kemandirian
Program 3 dan Ketahanan Energi
Nasional
Indikator 1 Monitoring dan Evaluasi 12 12 12 12 12 SJR
Sasaran Indeks Kemandirian
Program Energi Nasional (Bulan)
2 Monitoring dan Evaluasi 12 12 12 12 12 SJR
Indeks Ketahanan Energi
Nasional (Bulan)

4
Sasaran Program Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah) UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana

Kegiatan Pembinaan dan Koordinasi


Perencanaan
Sasaran Meningkatnya Kemandirian
Kegiatan dan Ketahanan Energi
Nasional
Indikator 1 Monitoring dan Evaluasi 12 12 12 12 12 SJR
Sasaran Nilai Indeks Kemandirian
Kegiatan Energi Nasional (Bulan)

2 Monitoring dan Evaluasi 12 12 12 12 12 SJR


Nilai Indeks Ketahanan
Energi Nasional (Bulan)

Sasaran Optimalisasi Kontribusi Sektor


Program 4 ESDM yang Bertanggung
Jawab dan Berkelanjutan
Indikator 1 Persentase Realisasi PNBP 89,0 90,0 92,0 94,0 95,0 SJK, SJD,
Sasaran Setjen KESDM (%) SJU
Program
2 Monitoring Investasi Sektor 12 12 12 12 12 SJR
ESDM (Dokumen)

Kegiatan 1 Pengelolaan Administrasi


Keuangan KESDM
Sasaran Optimalisasi Kontribusi Sektor
Kegiatan ESDM yang Bertanggung
Jawab dan Berkelanjutan
Indikator Monitoring Realisasi PNBP 12 12 12 12 12 SJK
Sasaran KESDM (Dokumen)
Kegiatan
Kegiatan 2 Pembinaan dan Koordinasi
Perencanaan
Sasaran Optimalisasi Kontribusi Sektor
Kegiatan ESDM yang Bertanggung
Jawab dan Berkelanjutan
Indikator Monitoring Investasi Sektor 12 12 12 12 12 SJR
Sasaran ESDM (Bulan)
Kegiatan

Kegiatan 3 Pengelolaan Administrasi


Perlengkapan, Kearsipan dan
Rumah Tangga KESDM
Sasaran Optimalisasi Kontribusi Sektor
Kegiatan ESDM yang Bertanggung
Jawab dan Berkelanjutan

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


Indikator Realisasi PNBP SJU (Miliar Rp) 0,16 0,16 0,16 0,16 0,16 SJU
Sasaran
Kegiatan

117
5
118
Sasaran Program Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah) UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana

Kegiatan 4 Pengelolaan Data dan


Teknologi Informasi KESDM
Sasaran Optimalisasi Kontribusi Sektor
Kegiatan ESDM yang Bertanggung
Jawab dan Berkelanjutan
Indikator Realisasi PNBP Pusdatin 8,72 8,72 8,72 8,72 8,72 SJD
Sasaran (Miliar Rp)
Kegiatan
Sasaran Layanan Sektor ESDM yang
Program 5 Optimal

Indikator Indeks Kepuasan Layanan 3,20 3,25 3,30 3,35 3,40 SJO
Sasaran Setjen KESDM (Skala 4)
Program

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


Kegiatan 1 Pembinaan Administrasi
Hukum KESDM
Sasaran Tersedianya Layanan Informasi
Kegiatan Hukum

Indikator Indeks Kepuasan Layanan 3,20 3,25 3,30 3,35 3,40 SJH
Sasaran Informasi Hukum
Kegiatan (Skala 4)
Kegiatan 2 Pembinaan dan Pengelolaan
Sumber Daya Manusia
Sasaran Terwujudnya Layanan
Kegiatan Administrasi Kepegawaian
yang Optimal
Indikator Indeks Kepuasan Pengguna 3,20 3,25 3,30 3,35 3,40 SJM
Sasaran Layanan Biro SDM
Kegiatan (Skala 4)

Kegiatan 3 Pengelolaan Administrasi


Keuangan KESDM
Sasaran Layanan Sektor Administrasi
Kegiatan Keuangan yang Optimal

Indikator Indeks Kepuasan Layanan Biro 3,20 3,25 3,30 3,35 3,40 SJK
Sasaran Keuangan (Skala 4)
Kegiatan
Kegiatan 4 Pengelolaan Administrasi
Perlengkapan, Kearsipan dan
Rumah Tangga KESDM
Sasaran Terwujudnya Layanan Umum
Kegiatan yang Prima

6
Sasaran Program Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah) UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana

Indikator Indeks Kepuasan Layanan 3,20 3,25 3,30 3,35 3,35 SJU
Sasaran Umum (Korespondesi,
Kegiatan Kerumahtanggaan dan
Perlengkapan) (Skala 4)
Kegiatan 5 Pengelolaan Data dan
Teknologi Informasi KESDM
Sasaran Layanan Pengelolaan Data dan
Kegiatan Teknologi Informasi yang
Optimal
Indikator Indeks Kepuasan Layanan 3,40 3,45 3,50 3,55 3,60 SJD
Sasaran Pusdatin (Skala 4)
Kegiatan
Kegiatan 6 Pengelolaan Barang Milik
Negara KESDM
Sasaran Layanan Birokrasi dalam
Kegiatan Pengelolaan BMN Sektor ESDM
yang Optimal
Indikator Indeks Kepuasan Layanan 3,20 3,25 3,30 3,35 3,35 SJA
Sasaran PPBMN (Skala 4)
Kegiatan
Kegiatan 7 Pembinaan dan Pengelolaan
Organisasi, Tata Laksana dan
Reformasi Birokrasi
Sasaran Layanan Sektor ESDM yang
Kegiatan Optimal

Indikator 1 Monitoring dan Evaluasi 1 1 1 1 1 SJO


Sasaran Indeks Kepuasan Layanan
Kegiatan KESDM (Tahun)

2 Indeks Kepuasan Layanan 3,20 3,25 3,30 3,35 3,35 SJO


Biro Organisasi dan Tata
Laksana (Skala 4)
Kegiatan 8 Pembinaan, Koordinasi dan
Pengelolaan Informasi Publik
dan Kerja Sama KESDM
Sasaran Layanan Pengelolaan Informasi
Kegiatan Publik dan Kerja Sama yang
Optimal
Indikator 1 Indeks Kepuasan Layanan 3,20 3,25 3,30 3,35 3,35 SJI
Sasaran Biro Komunikasi, Layanan
Kegiatan Informasi dan Kerja Sama
(Skala 4)
2 Jumlah Penghargaan 4 4 4 4 4 SJI
Kehumasan KESDM

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


Sasaran Perumusan Kebijakan Sektor
Program 6 ESDM yang berkualitas

119
7
Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah)

120
Sasaran Program UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana

Indikator 1 Indeks Kualitas Kebijakan 62,0 65,0 70,0 74,0 78,0 SJO
Sasaran (Skala 100)
Program
2 Indeks Implementasi 67,3 71,7 75,6 78,5 81,3 SJR
Kebijakan (Skala 100)

Kegiatan 1 Pembinaan dan Koordinasi


Perencanaan
Sasaran Tersedianya Dukungan Bahan
Kegiatan Penyusunan Kebijakan
Pimpinan
Indikator Indeks Implementasi Kebijakan 67,3 71,7 75,6 78,5 81,3 SJR
Sasaran (Skala 100)
Kegiatan
Kegiatan 2 Pengelolaan Data dan
Teknologi Informasi KESDM
Sasaran Terlaksananya Penyusunan

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


Kegiatan Rekomendasi Strategis ESDM
yang Berkualitas
Indikator Persentase Rekomendasi 100 100 100 100 100 SJD
Sasaran Strategis yang Disampaikan
Kegiatan Kepada Pimpinan Dalam
Rangka Pengambilan
Keputusan (%)
Kegiatan 3 Pembinaan dan Pengelolaan
Organisasi, Tata Laksana dan
Reformasi Birokrasi
Sasaran Perumusan Kebijakan Sektor
Kegiatan ESDM yang berkualitas

Indikator Indeks Kualitas Kebijakan 62,0 65,0 70,0 74,0 78,0 SJO
Sasaran (Skala 100)
Kegiatan
Sasaran Terwujudnya Kepastian
Program 7 Hukum Sektor ESDM

Indikator 1 Persentase Penyusunan 75,0 75,0 77,5 77,5 77,5 SJH


Sasaran Peraturan Perundang-
Program undangan dan Keputusan
Menteri Sesuai dengan
Kebutuhan Sektor ESDM
(%)
2 Persentase Penanganan 75,0 75,0 80,0 80,0 80,0 SJH
Permasalahan Hukum
Sektor ESDM (%)
Kegiatan Pembinaan Administrasi
Hukum KESDM
Sasaran Terwujudnya Kepastian
Kegiatan 1 Hukum Sektor ESDM

8
Sasaran Program Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah) UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana

Indikator 1 Persentase Penyusunan 75,0 75,0 75,0 75,0 75,0 SJH


Sasaran Peraturan Perundang-
Kegiatan undangan yang Sesuai
dengan Kebutuhan Sektor
ESDM (%)
2 Persentase Penanganan 70,0 70,0 75,0 75,0 75,0 SJH
Permasalahan Hukum
Sektor ESDM Didalam
Atau Diluar Lembaga
Peradilan (%)
3 Persentase Pertimbangan 80,0 80,0 85,0 85,0 85,0 SJH
Hukum Sektor ESDM (%)

Sasaran Terwujudnya Layanan Hukum


Kegiatan 2
Indikator Persentase Penyusunan 75,0 75,0 80,0 80,0 80,0 SJH
Sasaran Keputusan Menteri, Keputusan
Kegiatan Lainnya Serta Naskah Dinas
Pengaturan Lainnya (%)
Sasaran Ketersediaan Informasi dan
Program 8 Layanan Dukungan
Administrasi yang Handal dan
Transparan
Indikator 1 Indeks Kualitas 80,0 81,0 82,0 83,0 84,0 SJR
Sasaran Perencanaan (Skala 100)
Program
2 Persentase Pemberitaaan 90,0 90,0 92,0 92,0 93,0 SJI
Positif pada Media (%)
3 Indeks Efektivitas 70,0 80,0 80,0 80,0 80,0 SJI
Pengelolaan Kerja Sama
(Skala 100)
4 Nilai Hasil Pengawasan BB BB A A AA SJU
Kearsipan KESDM oleh
ANRI (Nilai)
Kegiatan 1 Pembinaan dan Koordinasi
Perencanaan
Sasaran Tersedianya Perencanaan yang
Kegiatan Berkualitas
Indikator Indeks Kualitas Perencanaan 80,0 81,0 82,0 83,0 84,0 SJR
Sasaran (Skala 100)
Kegiatan
Kegiatan 2 Pengelolaan Administrasi
Perlengkapan, Kearsipan dan
Rumah Tangga KESDM

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


Sasaran Terwujudnya Tertib
Kegiatan Administrasi pada Layanan
ESDM

121
9
122
Sasaran Program Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah) UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana

Indikator Nilai Hasil Pengawasan BB BB A A AA SJU


Sasaran Kearsipan KESDM oleh ANRI
Kegiatan

Kegiatan 3 Pembinaan, Koordinasi dan


Pengelolaan Informasi Publik
dan Kerjasama KESDM
Sasaran Terwujudnya Peningkatan
Kegiatan Pengelolaan Informasi Publik
dan Kerja Sama KESDM
Indikator 1 Persentase 95,0 95,0 96,0 96,0 96,0 SJI
Sasaran Terselesaikannya
Kegiatan Pengaduan dan
Permintaan Informasi
KESDM (%)

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


2 Persentase Pemberitaan 90,0 90,0 92,0 92,0 93,0
Positif pada Media (%) SJI

3 Indeks Efektivitas 70,0 80,0 80,0 80,0 80,0


Pengelolaan Kerja Sama SJI
(Skala 100)
4 Persentase Fasilitasi 85,0 90,0 92,0 92,0 95,0 SJI
Kerjasama Hibah Melalui
Aplikasi SIMBAH (Sistem
Informasi Manajemen
Hibah) (%)
Sasaran Terwujudnya Pengelolaan Aset
Program 9 dan Obvitnas Sektor ESDM
yang Optimal
Indikator 1 Pengelolaan Sarana dan 12 12 12 12 12 SJU
Sasaran Prasarana pada Setjen
Program KESDM (Bulan)
2 Persentase Penyelesaian 92,5 92,5 92,5 92,5 92,5 SJA
Usulan Pengelolaan BMN
di Sektor ESDM (%)

3 Persentase Pelaksanaan 100 100 100 100 100 SJA


Evaluasi Dalam Rangka
Penetapan Obvitnas (%)

Kegiatan 1 Pengelolaan Administrasi


Perlengkapan, Kearsipan dan
Rumah Tangga KESDM
Sasaran Terwujudnya Pengelolaan Aset
Kegiatan Satker Setjen KESDM yang
Baik

10
Sasaran Program Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah) UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana

Indikator 1 Persentase Laporan BMN 80,0 85,0 90,0 95,0 100 SJU
Sasaran yang Disampaikan Sesuai
Kegiatan Peraturan Menteri
Keuangan (%)
2 Pengelolaan Sarana dan 12 12 12 12 12 SJU
Prasarana pada Satker
Setjen KESDM (Bulan)
3 Persentase Usulan Paket 89,0 90,0 90,0 91,0 91,0 SJU
Pengadaan Yang Berhasil
Didapatkan Pemenang (%)

Kegiatan 2 Pengelolaan Data dan


Teknologi Informasi KESDM
Sasaran Terwujudnya Layanan
Kegiatan Perkantoran yang Profesional

Indikator Pengelolaan Sarana dan 12 12 12 12 12 SJD


Sasaran Prasarana Perkantoran di
Kegiatan Satker Pusdatin (Bulan)
Kegiatan 3 Pengelolaan Barang Milik
Negara KESDM
Sasaran Terwujudnya Penatausahaan
Kegiatan 1 dan Perencanaan Kebutuhan
BMN yang Akurat serta
Akuntabel
Indikator 1 Persentase Ketepatan 100 100 100 100 100 SJA
Sasaran Waktu Penyampaian
Kegiatan Laporan BMN KESDM dan
RKBMN (%)
2 Persentase Penyelesaian 90,0 90,0 90,0 90,0 90,0 SJA
Usulan PSP (%)

Sasaran Terwujudnya Pengelolaan Aset


Kegiatan 2 Sektor ESDM yang Optimal

Indikator Persentase Penyelesaian 90,0 90,0 90,0 90,0 90,0 SJA


Sasaran Usulan Pemanfaatan,
Kegiatan Pemindahtanganan,
Pengalihan, Pemusnahan dan
Penghapusan BMN KESDM,
KKKS serta PKP2B (%)
Sasaran Terwujudnya Pembinaan
Kegiatan 3 Pengamanan BMN, Evaluasi,
dan Penetapan Obvitnas

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


Indikator 1 Persentase Terlaksananya 90,0 90,0 90,0 90,0 90,0 SJA
Sasaran Serah Terima BMN Eks
Kegiatan KKS Terminasi (%)

123
11
124
Sasaran Program Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah) UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana

2 Persentase Pelaksanaan 100 100 100 100 100 SJA


Evaluasi Dalam Rangka
Penetapan Obvitnas (%)
Sasaran Terselenggaranya Layanan
Kegiatan 4 Administrasi Internal

Indikator 1 Pengelolaan Sarana dan 12 12 12 12 12 SJA


Sasaran Prasarana Perkantoran di
Kegiatan Satker Pusat Pengelolaan
BMN (Bulan)
2 Pelaksanaan Penelaahan 90,0 91,0 91,0 92,0 92,0 SJA
Hukum (%)

Sasaran Organisasi yang Fit dan SDM


Program 10 yang Unggul

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


Indikator 1 Nilai Evaluasi 73,3 74,0 74,0 74,0 75,0 SJO
Sasaran Kelembagaan KESDM
Program (Skala 100)
2 Indeks Profesionalitas ASN 71,0 73,0 75,0 78,0 82,0 SJM
Setjen KESDM (Skala 100)

3 Nilai Sistem Merit KESDM 260 280 300 310 325 SJM
(Skala 400)

Kegiatan 1 Pembinaan Administrasi


Hukum KESDM
Sasaran Terwujudnya ASN Biro Hukum
Kegiatan yang Profesional

Indikator 1 Persentase Pegawai Biro 100 100 100 100 100 SJH
Sasaran Hukum yang Tidak
Kegiatan Dijatuhi Hukuman
Disiplin (%)
2 Persentase Pegawai Biro 90,0 90,0 91,0 91,0 92,0 SJH
Hukum yang Telah
Mencapai Target Kinerja
(%)
Kegiatan 2 Pembinaan dan Pengelolaan
Sumber Daya Manusia
Sasaran Terwujudnya ASN KESDM
Kegiatan 1 yang Unggul dan Berdaya
Saing
Indikator 1 Indeks Profesionalitas ASN 71,0 73,0 75,0 78,0 82,0 SJM
Sasaran Setjen KESDM (Skala 100)
Kegiatan
2 Monitoring dan Evaluasi 4 4 4 4 4 SJM
Nilai Indeks Profesionalitas
ASN KESDM (Triwulan)

12
Sasaran Program Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah) UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana

Sasaran Terwujudnya Pelaksanaan


Kegiatan 2 Sistem Merit di KESDM

Indikator Nilai Sistem Merit KESDM 260 280 300 310 325 SJM
Sasaran (Skala 400)
Kegiatan

Sasaran Terwujudnya ASN Biro Sumber


Kegiatan 3 Daya Manusia yang Profesional

Indikator 1 Persentase Pegawai Biro 100 100 100 100 100 SJM
Sasaran Sumber Daya Manusia
Kegiatan yang Tidak Dijatuhi
Hukuman Disiplin (%)
2 Persentase Pegawai Biro 84,0 88,0 90,0 92,0 94,0 SJM
Sumber Daya Manusia
yang Telah Mencapai
Target Kinerja (%)

Kegiatan 3 Pengelolaan Administrasi


Keuangan KESDM
Sasaran Terwujudnya ASN Biro
Kegiatan Keuangan yang Profesional

Indikator 1 Persentase Pegawai Biro 95,0 95,0 95,0 95,0 95,0 SJK
Sasaran Keuangan yang Tidak
Kegiatan Dijatuhi Hukuman
Disiplin (%)
2 Persentase Pegawai Biro 85,0 85,0 85,0 85,0 85,0 SJK
Keuangan yang Telah
Mencapai Target Kinerja
(%)
Kegiatan 4 Pembinaan dan Koordinasi
Perencanaan
Sasaran Terwujudnya ASN Biro
Kegiatan Perencanaan yang Profesional

Indikator 1 Persentase Pegawai Biro 91,0 91,0 94,0 97,0 97,0 SJR
Sasaran Perencanaan yang Tidak
Kegiatan Dijatuhi Hukuman
Disiplin (%)

2 Persentase Pegawai Biro 85,0 85,0 85,0 86,0 86,0 SJR


Perencanaan yang Telah
Mencapai Target Kinerja
(%)

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


Kegiatan 5 Pengelolaan Administrasi
Perlengkapan, Kearsipan dan

125
Rumah Tangga KESDM

13
126
Sasaran Program Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah) UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana

Sasaran Terwujudnya ASN Biro Umum


Kegiatan yang Profesional

Indikator 1 Persentase Pegawai Biro 90,0 90,0 90,0 90,0 90,0 SJU
Sasaran Umum yang Tidak Dijatuhi
Kegiatan Hukuman Disiplin (%)

2 Persentase Pegawai Biro 82,0 82,0 82,0 83,0 83,0 SJU


Umum yang Telah
Mencapai Target Kinerja
(%)
Kegiatan 6 Pengelolaan Data dan
Teknologi Informasi KESDM
Sasaran Terwujudnya ASN Pusdatin
Kegiatan yang Profesional

Indikator 1 Persentase Pegawai 100 100 100 100 100 SJD

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


Sasaran Pusdatin yang Tidak
Kegiatan Dijatuhi Hukuman
Disiplin (%)

2 Persentase Pegawai 90,0 90,0 90,0 90,0 90,0 SJD


Pusdatin yang Telah
Mencapai Target Kinerja
(%)
Kegiatan 7 Pengelolaan Barang Milik
Negara KESDM
Sasaran Terwujudnya ASN PPBMN yang
Kegiatan Profesional

Indikator 1 Persentase Pegawai 100 100 100 100 100 SJA


Sasaran PPBMN yang Tidak
Kegiatan Dijatuhi Hukuman
Disiplin (%)
2 Persentase Pegawai 90,0 90,0 90,0 90,0 90,0 SJA
PPBMN yang Telah
Mencapai Target Kinerja
(%)
Kegiatan 8 Pembinaan dan Pengelolaan
Organisasi, Tata Laksana dan
Reformasi Birokrasi
Sasaran Terwujudnya Organisasi yang
Kegiatan 1 Fit

Indikator 1 Nilai Evaluasi 73,3 74,0 74,0 74,0 75,0 SJO


Sasaran Kelembagaan KESDM
Kegiatan
2 Nilai Evaluasi 68,0 69,0 69,0 69,0 70,0 SJO
Kelembagaan Setjen
KESDM

14
Sasaran Program Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah) UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana

Sasaran Terwujudnya Organisasi yang


Kegiatan 2 Unggul dan ASN Biro
Organisasi dan Tata Laksana
yang Profesional
Indikator 1 Persentase Pegawai Biro 93,0 93,0 95,0 95,0 95,0 SJO
Sasaran Organisasi dan Tata
Kegiatan Laksana yang Tidak
Dijatuhi Hukuman
Disiplin (%)
2 Persentase Pegawai Biro 85,0 86,0 87,0 88,0 90,0 SJO
Organisasi dan Tata
Laksana yang Telah
Mencapai Target Kinerja
(%)
Kegiatan 9 Pembinaan, Koordinasi dan
Pengelolaan Informasi Publik
dan Kerjasama KESDM
Sasaran Terwujudnya ASN Biro
Kegiatan Komunikasi, Layanan
Informasi Publik dan Kerja
Sama yang Profesional
Indikator 1 Persentase Pegawai Biro 90,0 90,0 90,0 90,0 90,0 SJI
Sasaran Komunikasi, Layanan
Kegiatan Informasi dan Kerja Sama
yang Tidak Dijatuhi
Hukuman Disiplin (%)
2 Persentase Pegawai Biro 85,0 85,0 85,0 85,0 85,0 SJI
Komunikasi, Layanan
Informasi dan Kerja Sama
yang Telah Mencapai
Target Kinerja (%)
Sasaran Optimalisasi Teknologi
Program 11 Informasi yang Terintegrasi

Indikator Indeks Sistem Pemerintahan 3,9 4,0 4,1 4,2 4,3 SJD
Sasaran Berbasis Elektronik (SPBE)
Program (Skala 5)

Kegiatan Pengelolaan Data dan


Teknologi Informasi KESDM
Sasaran Terwujudnya Pengelolaan Data
Kegiatan dan Teknologi Informasi
KESDM Secara Terintegrasi

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


Indikator 1 Persentase Optimalisasi 90,0 90,0 90,0 90,0 90,0 SJD
Sasaran Integrasi Data Sektor
Kegiatan ESDM (%)

127
15
Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah)

128
Sasaran Program UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana

2 Indeks Sistem 3,9 4,0 4,1 4,2 4,3 SJD


Pemerintahan Berbasis
Elektronik (SPBE)
(Skala 5)
3 Indeks Pengelolaan 80,0 89,0 92,0 96,0 98,0 SJD
Teknologi Informasi
KESDM
(Skala 100)
4 Indeks Pengelolaan 92,0 93,0 94,0 95,0 96,0 SJD
Penyedian Aplikasi Sistem
Informasi (Skala 100)
Sasaran Pengelolaan Sistem Anggaran
Program 12 yang Optimal

Indikator 1 Nilai IKPA (Indikator 90,00 90,25 90,50 90,75 91,00 SJK
Sasaran Kinerja Pelaksanaan
Program Anggaran) Setjen KESDM

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


(Skala 100)
2 Opini BPK-RI atas Laporan WTP WTP WTP WTP WTP SJK
Keuangan KESDM
(Predikat)
Kegiatan 1 Pembinaan Administrasi
Hukum KESDM
Sasaran Pengelolaan Sistem Anggaran
Kegiatan Biro Hukum yang Optimal

Indikator Persentase Realisasi Anggaran 95,0 95,0 95,0 95,0 95,0 SJH
Sasaran Biro Hukum (%)
Kegiatan
Kegiatan 2 Pembinaan dan Pengelolaan
Sumber Daya Manusia
Sasaran Pengelolaan anggaran Biro
Kegiatan SDM yang optimal

Indikator Persentase Realisasi Anggaran 95,0 95,0 95,0 95,0 95,0 SJM
Sasaran Biro Sumber Daya Manusia (%)
Kegiatan
Kegiatan 3 Pengelolaan Administrasi
Keuangan KESDM
Sasaran Terlaksananya Pembinaan
Kegiatan 1 Pengelolaan Adminstrasi
Keuangan
Indikator 1 Persentase Pelaksanaan 95,0 95,0 95,0 95,0 95,0 SJK
Sasaran Pembinaan, Monitoring dan
Kegiatan Evaluasi Dalam Rangka
Implementasi Pengelolaan
Administrasi Keuangan
(Monev IKPA Kementerian)
(%)

16
Sasaran Program Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah) UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana

2 Nilai Capaian Monev 90,0 90,0 90,0 90,0 90,0 SJK


Kinerja Penganggaran
(SMART)
Sasaran Pengelolaan Sistem Anggaran
Kegiatan 2 yang Optimal

Indikator 1 Nilai IKPA (Indikator 90,0 90,3 90,5 90,8 91,0 SJK
Sasaran Kinerja Pelaksanaan
Kegiatan Anggaran) Setjen KESDM

2 Persentase Realisasi 95,0 95,0 95,0 95,0 95,0 SJK


Anggaran Biro Keuangan
(%)
3 Opini BPK-RI Atas WTP WTP WTP WTP WTP SJK
Laporan Keuangan
KESDM (Predikat)
Kegiatan 4 Pembinaan dan Koordinasi
Perencanaan
Sasaran Pengelolaan Sistem Anggaran
Kegiatan Biro Perencanaan yang
Optimal
Indikator Persentase Realisasi Anggaran 96,0 96,0 96,0 96,0 96,0 SJR
Sasaran Biro Perencanaan (%)
Kegiatan
Kegiatan 5 Pengelolaan Administrasi
Perlengkapan, Kearsipan dan
Rumah Tangga KESDM
Sasaran Pengelolaan Sistem Anggaran
Kegiatan Biro Umum yang Optimal

Indikator Persentase Realisasi Anggaran 95,0 95,0 95,0 95,0 95,0 SJU
Sasaran Biro Umum (%)
Kegiatan
Kegiatan 6 Pengelolaan Data dan
Teknologi Informasi KESDM
Sasaran Pengelolaan Sistem Anggaran
Kegiatan Pusat Data dan Teknologi
Informasi yang Optimal
Indikator Nilai IKPA (Indikator Kinerja 90,0 90,3 90,5 90,8 91,0 SJD
Sasaran Pelaksanaan Anggaran) Satker
Kegiatan Pusdatin (Nilai)

Kegiatan 7 Pengelolaan Barang Milik


Negara KESDM

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


Sasaran Pengelolaan Sistem Anggaran
Kegiatan Pusat PBMN yang Optimal

129
17
130
Sasaran Program Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah) UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana

Indikator Nilai IKPA (Indikator Kinerja 92,0 93,0 94,0 94,0 95,0 SJA
Sasaran Pelaksanaan Anggaran) Satker
Kegiatan PPBMN (Nilai)

Kegiatan 8 Pembinaan dan Pengelolaan


Organisasi, Tata Laksana dan
Reformasi Birokrasi
Sasaran Pengelolaan Sistem Anggaran
Kegiatan Biro Organisasi dan Tata
Laksana yang Optimal
Indikator Persentase Realisasi Anggaran 95,0 95,0 95,0 95,0 95,0 SJO
Sasaran Biro Organisasi dan Tata
Kegiatan Laksana (%)
Kegiatan 9 Pembinaan, Koordinasi dan
Pengelolaan Informasi Publik

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


dan Kerjasama KESDM
Sasaran Pengelolaan Sistem Anggaran
Kegiatan Biro Komunikasi, Layanan
Informasi Publik dan Kerja
Sama yang Optimal
Indikator Persentase Realisasi Anggaran 95,0 95,0 95,0 95,0 95,0 SJI
Sasaran Biro Komunikasi, Layanan
Kegiatan Informasi dan Kerja Sama (%)

18
MATRIKS KERANGKA
REGULASI SETJEN
KESDM TAHUN
2020-2024

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 131


132
MATRIKS KERANGKA REGULASI SETJEN KESDM TAHUN 2020-2024
MATRIKS KERANGKA REGULASI SETJEN KESDM TAHUN 2020-2024

Arah Kerangka Regulasi dan / atau Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Target
No Unit Penanggungjawab Unit Terkait/ Institusi
Kebutuhan Regulasi Existing, Kajian dan Penelitian Penyelesaian

1 RPM Tentang Pedoman Pelayanan Informasi Diperlukan pengaturan mengenai pelaksanaan Setjen Ombudsman 2021-2024
Publik KESDM pelayanan informasi publik sektor ESDM

2 RPM tentang Penetapan Indikator Kinerja Diperlukan penetapan acuan ukuran kinerja yang Setjen Kemen PAN RB 2020
Utama di Lingkungan KESDM digunakan oleh masing-masing unit utama di

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


lingkungan KESDM dalam :
a. Menyampaikan rencana kerja dan anggaran
b. Menyusun dokumen perjanjian kinerja
c. Menyusun laporan kinerja
d. Melakukan evaluasi pencapaian kinerja sesuai
dengan organisasi dan dokumen rencana strategis
KESDM
3 RPM tentang Pedoman Penyusunan Diperlukan pengaturan mengenai : Setjen Kemen PAN RB, Pemda, 2020
Kebutuhan Jabatan Fungsional Binaan a. Mekanisme pengusulan formasi jabatan fungsional Kemendagri
KESDM pada Instansi Pemerintah Pusat binaan KESDM bagi KESDM,
dan Daerah serta Mekanisme Pengusulan Kementerian/Lembaga, dan Pemerintah Provinsi
Formasi Jabatan Fungsional di Lingkungan b. Pedoman penyusunan kebutuhan jabatan
KESDM fungsional binaan KESDM bagian KESDM,
Kementerian/Lembaga, dan Pemerintah Provinsi
c. Pedoman Penyusunan kebutuhan jabatan
fungsional di lingkungan KESDM
4 RPM tentang Organisasi dan Tata Kerja Diperlukan pengaturan kembali dan penyesuaian Setjen Kemen PAN RB 2020
KESDM mengenai struktur organisasi, tugas dan fungsi unit
kerja dan tata kelola unit kerja KESDM

5 RPM tentang Tata Cara Pengenaan, Diperlukan pengaturan mengenai: Setjen, Ditjen Migas, Ditjen Kemenkeu, Pemda, 2020-2021
Pemungutan dan Penyetoran Penerimaan a. Pengenaan mengenai penerimaan negara bukan EBTKE, Badan Geologi Kemendagri
Negara Bukan Pajak di KESDM pajak
b. Mekanisme perhitungan penerimaan negara bukan
pajak
c. Mekanisme pembayaran/ penyetoran penerimaan
negara bukan pajak
d. Mekanisme pengenaan denda dan pelaporan
penerimaan negara bukan pajak

19
Arah Kerangka Regulasi dan / atau Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Target
No Unit Penanggungjawab Unit Terkait/ Institusi
Kebutuhan Regulasi Existing, Kajian dan Penelitian Penyelesaian

Keterangan:
Rancangan peraturan Menteri tersebut merupakan
penggabungan dan revisi Peraturan Menteri ESDM
Tentang Tata Cara Pengenaan Pemungutan dan
Penyetoran PNBP existing sebagai pelaksanaan
kebijakan simplifikasi peraturan perundang-undangan
6 RPM tentang Advokasi Hukum di Diperlukan Tata Cara pemberian advokasi kepada ASN Setjen Kemenkumham 2020
lingkungan KESDM KESDM baik yang masih aktif maupun sudah tidak
aktif.

7 RPM tentang Standar Kompetensi Jabatan Sebagai dasar pengembangan kompetensi dan Setjen Kemen PAN RB dan BKN 2020-2024
Fungsional Binaan KESDM profesionalisme jabatan fungsional binaan KESDM

8 RPM tentang Tata Cara Penetapan Wilayah Diperlukan tata cara penetapan wilayah pengusahaan Setjen Kemenkeu 2021-2024
Pengusahaan dan Pemanfaatan Lahan dan pemanfaatan lahan bersama sektor ESDM
Bersama Sektor ESDM

9 RPM tentang Perencanaan Program dan Sebagai bagi unit kerja di lingkungan KESDM dalam Setjen Kemenkeu 2021-2024
Anggaran Berbasis Elektronik melakukan penyusunan perencanaan program, rencana
kerja dan anggaran secara elektronik

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


133
RENCANA STRATEGIS
SEKRETARIAT JENDERAL
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
2020 - 2024

134 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024


#EnergiBerkeadilan

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024 135


RENCANA STRATEGIS
SEKRETARIAT JENDERAL
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
2020 - 2024

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral


Jl. Medan Merdeka Selatan No.18, Jakarta 10110
www.esdm.go.id

136 DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024

Anda mungkin juga menyukai