Content Rencana Strategis Setjen Tahun 2020 2024
Content Rencana Strategis Setjen Tahun 2020 2024
Content Rencana Strategis Setjen Tahun 2020 2024
SEKRETARIAT JENDERAL
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
2020 - 2024
#EnergiBerkeadilan
P
uji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena
atas petunjuk dan ridha-Nya kita telah menyelesaikan
penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat
Jenderal (Setjen) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(KESDM) Tahun 2020-2024.
Renstra Setjen ini akan digunakan sebagai acuan dalam penjabaran ke dalam rencana kegiatan unit kerja di
lingkungan Setjen KESDM dalam kurun waktu 5 tahun ke depan, yang diharapkan dapat dilaksanakan secara
efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, sehingga semua sasaran dan target dapat tercapai melalui peningkatan
kinerja yang optimal.
Ego Syahrial
DAFTAR ISI x
BAB I PENDAHULUAN 1
I.1. Kondisi Umum 2
A. Sasaran Strategis 1: Meningkatnya Kualitas Pengelolaan SDM Aparatur dalam
Rangka Peningkatan Kompetensi SDM 4
B. Sasaran Strategis 2: Meningkatnya Kualitas Penataan Organisasi, Tata Laksana,
dan Manajemen Perubahan 12
C. Sasaran Strategis 3: Meningkatnya Kualitas Perencanaan Sektor ESDM yang
Efektif dan Efisien 18
D. Sasaran Strategis 4: Terwujudnya Pelayanan Administrasi Pengelolaan dan
Informasi Keuangan yang Cepat, Tepat, Transparan Serta Akuntabel di
Lingkungan KESDM 19
E. Sasaran Strategis 5: Terwujudnya Kepastian Hukum Sektor ESDM Dalam Rangka
Mendorong Peningkatan Investasi KESDM. 20
F. Sasaran Strategis 6: Meningkatnya Sarana dan Prasarana Aparatur yang Efektif
dan Efisien 22
G. Sasaran Strategis 7: Meningkatnya Kualitas Data dan Teknologi Informasi Sektor
ESDM yang Lengkap Akurat dan Tepat Waktu 29
H. Sasaran Strategis 8: Terwujudnya Kegiatan Pengelolaan BMN yang Akurat dan
Akuntabel 30
I. Sasaran Strategis 9: Meningkatnya Pelayanan Komunikasi Publik Sektor ESDM 31
I.2. Permasalahan 47
PENDAHULUAN
3
Memantapkan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan
daya saing perekonomian yang kompetitif yang berlandaskan keunggulan
SDA dan SDM yang berkualitas serta berkemampuan iptek.
2
Memantapkan penataan Indonesia di segala bidang dengan menekankan
pada upaya peningkatan kualitas SDM termasuk pengembangan
kemampuan iptek serta penguatan daya saing perekonomian
1
Menata dan membangun Indonesia di segala bidang untuk
menciptakan Indonesia yang aman dan damai, adil dan
demokratis, dan tingkat kesejahteraan rakyatnya meningkat.
KESDM telah menetapkan Renstra KESDM Tahun 2020-2024 melalui Peraturan Menteri (Permen) ESDM
Nomor 16 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun
2020-2024.
Sasaran Strategis 5 : Terwujudnya Kepastian Hukum Sektor ESDM Dalam Rangka Mendorong
Peningkatan Investasi KESDM
6 Jumlah rancangan peraturan Peraturan 59 51 65 56 48
perundang-undangan
sektor ESDM yang
menunjang prioritas
nasional
7 Jumlah permasalahan Buah 17 24 24 24 10
hukum KESDM di dalam dan
di luar Lembaga Peradilan
yang bersifat prioritas
nasional yang diselesaikan
atau dalam proses
penyelesaian
Sasaran Strategis 6 : Meningkatnya Sarana dan Prasarana Aparatur yang Efektif dan Efisien
Sasaran Strategis 8 : Terwujudnya Kegiatan Pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) yang
Akurat dan Akuntabel
10 Persentase jumlah BMN % 95 98 100 100 100
yang telah ditetapkan
statusnya
Target kinerja pada Renstra Setjen KESDM merupakan gambaran umum target kinerja yang harus
dicapai selama periode tahun 2015 – 2019, namun targetTAHUN
tersebut disesuaikan dengan anggaran
NO PUSAT PENGEMBANGAN JUMLAH
2017
yang tersedia serta perubahan kebijakan yang dituangkan 2018Perjanjian
dalam 2019
Kinerja (PK).
1 PPSDM Aparatur 778 1.072 175 2.025
Pada tahun 2019 KESDM meraih penghargaan Prestasi Tinggi Kementerian Kabinet Kerja Tahun
2 PPSDM Geominerba 275 653 139 1.067
2014-2019 dari Ikatan Ahli Manajemen Proyek Indonesia-Lembaga Kajian Nusantara (IAMPI-LKN).
3 PPSDM Migas - 138 100 238
4 PPSDM KEBTKE 337 166 - 503
JUMLAH 1.390 2.029 414 3.833
TAHUN
NO TANDA KEHORMATAN JUMLAH
2016 2017 2018 2019
1 Eselon I 7 29 4 - 40
2 Eselon II 12 97 95 19 223
HUKUMAN
NO TAHUN JUMLAH
RINGAN SEDANG BERAT
Gambar 2. KESDM Menerima Penghargaan Prestasi Tertinggi Kementerian Kabinet Kerja Tahun 2014 – 2019
1 2015 15 0 2 17
2 2016 26 7 5 38
A. Sasaran Strategis 1: Meningkatnya Kualitas Pengelolaan SDM Aparatur dalam Rangka
3 2017
Peningkatan Kompetensi SDM 69 8 16 93
Sasaran strategis 1 yaitu meningkatnya kualitas pengelolaan SDM Aparatur dalam rangka
4 2018 220 1 11 232
peningkatan kompetensi SDM selama periode tahun 2015 – 2019 dapat dicapai dengan
5 pengukuran 2019
menggunakan indikator158 3
persentase manajemen SDM8berbasis kinerja di lingkungan
169
KESDM, dengan capaian per tahun 488
TOTAL sebagaimana tertera
19 pada tabel
42 1. Hasil tersebut diperoleh
549
2. Pengadaan CPNS
Proses Pengadaan CPNS KESDM dilaksanakan berdasarkan prinsip adil, transparan, akuntabel
dan bebas Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN). Hal tersebut diwujudkan dengan adanya
transformasi Pengadaan CPNS KESDM dengan penggunaan sistem (pedoman, data dan
informasi) untuk menjamin efektivitas dan efisiensi serta kepuasan masyarakat terhadap
pelaksanaan pengadaan CPNS KESDM. Adapun perubahan-perubahan yang telah dilakukan
adalah sebagai berikut:
a. Metode Tes
Metode Tes yang digunakan sudah berbasis teknologi informasi dan mempertimbangkan
perilaku peserta atau CPNS dengan menambahkan tahapan Psikologi Lanjutan.
b. Penggunaan Teknologi Informasi
1) Sistem Informasi Seleksi Calon Aparatur Sipil Negara (SISCA) KESDM
SISCA dibangun untuk menjamin keadilan dan transparansi data serta informasi
publik terkait dengan pengadaan CPNS KESDM dan dapat diakses oleh seluruh
masyarakat.
Data dan informasi publik yang ditampilkan adalah seluruh progres pengadaan
CPNS KESDM, infografis jabatan yang dibuka (kualifikasi pendidikan, jenjang
karier dan penempatan), serta peta kompetisi yang memberikan informasi terkait
dengan persaingan nilai antar peserta dalam formasi yang sama.
2) e-Wawancara
Aplikasi e-Wawancara dibangun untuk meningkatkan objektivitas dan transparansi
dalam tahapan wawancara. Dalam aplikasi ini disediakan panduan untuk
pewawancara agar dapat melakukan wawancara. Hal ini dimaksudkan untuk
menyamakan persepsi masing-masing pewawancara sehingga dapat memberikan
penilaian yang objektif. Serta hasil wawancara ditampilkan secara realtime untuk
menjamin transparansi nilai wawancara.
c. Panitia Seleksi
Hal paling krusial dalam pelaksanaan pengadaan CPNS adalah panitia seleksi. Dimana
KESDM menjamin bahwa seluruh panitia seleksi mempunyai komitmen untuk bertindak
profesional, adil, dapat menjaga rahasia dan tidak KKN.
Capaian pengangkatan CPNS menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah sebanyak 122
pegawai untuk CPNS tahun 2017 dan 2018. Selain itu KESDM mendapatkan penghargaan
Badan Kepegawaian Negara (BKN) Award dengan kategori: Perencanaan Kebutuhan,
3. Pengembangan Karier
a. Pola Karier
Pola karier dijadikan pedoman atau acuan dalam pengangkatan ke dalam jabatan
mengacu pada standar kompetensi yang dimiliki, sehingga proses pemindahan, promosi,
mutasi maupun demosi PNS dilakukan lebih tertata dengan baik. Sehingga, pola karier
tidak lagi bergantung pada pergantian pimpinan instansi. KESDM telah menyusun pola
karier berdasarkan kesamaan kualifikasi pendidikan sejak tahun 2017 – 2019 sebanyak
1.650 jabatan. Selain itu untuk memudahkan proses pengambilan keputusan para
Pimpinan di lingkungan KESDM dalam hal penentuan kandidat untuk mengisi jabatan
yang lowong melalui proses promosi, mutasi dan rotasi, serta guna memudahkan akses
para Pegawai untuk mendapatkan gambaran prediksi karier yang dapat dimiliki oleh
pegawai, KESDM membangun aplikasi Sistem Informasi Talenta dan Karier (SINTALK)
yang terdiri dari 2 (dua) modul yaitu modul talent management dan modul pola karier.
b. Perencanaan Pengembangan Kompetensi melalui Pendidikan Formal (Tugas Belajar)
KESDM telah menyusun rencana kebutuhan pengembangan karier pegawai melalui
peningkatan kompetensi dengan mekanisme menyertakan dalam pendidikan akademik
(Tugas Belajar) sebanyak 370 pegawai.
c. Magang
Magang dilaksanakan sebagai sarana untuk meningkatkan kompetensi pegawai dalam
menyelesaikan pekerjaan, menambah wawasan dan pengetahuan, memberikan sudut
pandang baru dalam melihat permasalahan, mengubah mindset, serta meningkatkan
kualitas program pembangunan sektor ESDM. Sejak tahun 2018 KESDM telah
melaksanakan magang manajerial, dan new hired bagi pegawai di lingkungan KESDM.
Magang manajerial ini telah diikuti sebanyak 80 Pejabat Administrator dan Pengawas
di lingkungan KESDM, sedangkan untuk magang new hired telah diikuti sebanyak 180
pegawai dengan penempatan Badan Usaha/Badan Usaha Tetap (BU/BUT) sektor ESDM.
Selain itu terdapat program penugasan khusus pegawai sebagai economic forecaster
pada PT. Pertamina (Persero) sebanyak 3 pegawai dan PT. PLN (Persero) sebanyak 2
pegawai.
4. Pengembangan Kompetensi
Strategi pengembangan kompetensi pegawai di lingkungan KESDM dituangkan dalam
Roadmap Perencanaan dan Pengembangan Pegawai KESDM. Salah satu kebijakan
pengembangan kompetensi adalah dengan penguatan sistem dan kualitas pengembangan
kompetensi berbasis gap kompetensi. Pengembangan kompetensi pegawai dilaksanakan
baik melalui pelatihan klasikal, blended learning, pelatihan jarak jauh maupun non klasikal
(sharing knowledge, magang/on the job training pada BU/BUT sektor ESDM, detasering pada
Lembaga Internasional, Penugasan khusus economic forecaster pada BUMN sektor ESDM).
Saat ini Setjen KESDM bersama dengan Bappenas sedang menyusun Human Capital
Development Plan tahun 2020-2024. Pengembangan kompetensi pegawai di lingkungan
KESDM dikembangkan oleh pusat-pusat pengembangan SDM di lingkungan Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Energi dan Sumber Daya Mineral (BPSDM ESDM).
Adapun jumlah pegawai yang telah dikembangkan kompetensinya dari tahun 2017 – 2019
sebagaimana tercantum dalam Tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2. Jumlah Pegawai yang Telah Dikembangkan Kompetensinya Tahun 2017 – 2019
Sampai dengan saat ini telah dilakukan assessment pada tahun 2016 – 2019 sebanyak
1.747 pegawai di lingkungan KESDM baik dari tingkat Pimpinan Tinggi, Administrator,
Pengawas, maupun Pelaksana Rekap peserta assessment pada tahun 2016-2029
sebagaimana tercantum dalam Tabel 3. Berdasarkan hasil assessment tersebut dilakukan
profiling kompetensi dan pengisian gap kompetensi.
Tanda kehormatan
Eselon II 12 97 95 19 223
Tanda kehormatan
Eselon III 59 248 264 - 571
Tanda kehormatan
Eselon IV 82 296 379 - 757
Tanda kehormatan
Pelaksana - - - 156 156
Tanda kehormatan
TOTAL 160 670 742 175 1.747
Pada periode 2015 – 2018 penilaian kinerja diukur melalui Penilaian Prestasi Kerja Pegawai/
Sasaran Kerja Pegawai (SKP) masing-masing individu pegawai. Tahun 2019, merupakan
tahun transisi perubahan sistem penilaian kinerja pegawai di lingkungan KESDM, yang
didasarkan pada:
a. Penilaian Kinerja Organisasi
b. Penilaian Kinerja Individu
Penyusunan dan penetapan SKP pegawai, harus merupakan penjabaran dari Target
Kinerja Organisasi. SKP pegawai disusun sesuai dengan cascading Indikator Kinerja Utama
(IKU) yang tercantum dalam perencanaan kinerja organisasi. SKP dijabarkan melalui
target kinerja bulanan pada sistem informasi kinerja pegawai, dengan memperhatikan
perilaku kinerja.
c. Penilaian Perilaku
Penilaian perilaku dilakukan dengan metode 360 derajat, dimana perilaku pegawai
dinilai oleh atasan, bawahan, dan rekan sejawat melalui suatu survei tertutup. Saat
ini Setjen KESDM telah menyiapkan sistem penilaian kinerja individu terkait penilaian
kinerja organisasi. Diharapkan pada tahun 2020, sistem ini dapat secara resmi digunakan
di seluruh unit di lingkungan KESDM dan dijadikan dasar untuk pemberian remunerasi,
rotasi mutasi, pengembangan karier dan kompetensi.
Dalam hal penilaian kinerja pegawai, KESDM telah melakukan penilaian kinerja kepada
sebanyak 6.263 orang pegawai dari target 6.080 pegawai (103%) dan menyiapkan sistem
penilaian kinerja pegawai individu dan penilaian kinerja organisasi.
9. Pengelolaan Disiplin
Sesuai amanat UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan PP Nomor
11 Tahun 2017 tentang Manajemen ASN, instansi Pemerintah wajib melaksanakan
penegakan disiplin terhadap PNS serta melaksanakan berbagai upaya peningkatan disiplin.
Penegakan disiplin bagi PNS tersebut dilakukan dengan menjatuhkan hukuman disiplin
apabila kewajiban tersebut tidak ditaati atau larangan tersebut dilanggar sebagaimana
tercantum dalam PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS. Penjatuhan hukuman
disiplin bertujuan untuk membina PNS yang telah melakukan pelanggaran disiplin agar yang
bersangkutan mempunyai sikap menyesal dan berusaha tidak mengulangi dan memperbaiki
diri pada masa yang akan datang.
Upaya peningkatan disiplin PNS dilakukan melalui berbagai kegiatan, sebagai berikut:
a. Sosialisasi dan internalisasi ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
disiplin PNS;
b. Rekonsiliasi data kehadiran PNS dan rekonsiliasi penjatuhan hukuman disiplin;
c. Penggunaan teknologi informasi dengan membangun Sistem Informasi Pembinaan
Disiplin PNS (SIMANIS); dan
d. Aplikasi SIMANIS dibangun sebagai upaya preventif terjadinya pelanggaran disiplin
terkait jam kerja karena secara sistematis memberikan peringatan dini kepada
Data penjatuhan hukuman disiplin PNS periode tahun 2015-2019 tercantum dalam Tabel 4
sebagai berikut:
Sejak tahun 2017, pengusulan calon penerima tanda kehormatan oleh unit organisasi di
lingkungan KESDM telah dilakukan secara online dengan menggunakan Sistem Informasi
Pemberian Penghargaan (SiAGA). Dengan dibangunnya SiAGA, waktu pemrosesan usulan
penghargaan lebih cepat, seluruh dokumen dalam bentuk softcopy, dan dokumen usulan
lebih akurat dan up to date karena terintegrasi dengan Sistem Informasi Kepegawaian
(SIPEG).
TAHUN
NO TANDA KEHORMATAN JUMLAH
2015 2016 2017 2018 2019
1 Bintang Jasa - - - - 3 3
2 Satyalancana Pembangunan - - - - 1 1
Salah satu hal yang sangat penting dalam kelangsungan suatu organisasi adalah kebutuhan
akan data dan informasi tentang SDM yang merupakan aset paling berharga dalam suatu
organisasi. Tanpa pengelolaan SDM yang baik, dapat dipastikan bahwa suatu organisasi
tidak akan dapat berkembang dan tidak dapat mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Untuk mewujudkan ketersediaan data tentang SDM yang valid dan akurat, maka perlu
dilakukan proses atau kegiatan pengelolaan dan pemutakhiran data yang berkesinambungan.
Selain kebutuhan akan data, tidak kalah penting yaitu kebutuhan akan suatu aplikasi, dimana
aplikasi ini yang dapat mengubah proses pengelolaan data dan informasi sumber daya secara
manual ke dalam suatu proses pengelolaan data dan informasi berbasis elektronik. Aplikasi
mutlak diperlukan NILAImempercepat penyelesaian pekerjaan, memudahkan
dalam rangka
NO KOMPONEN PENILAIAN NILAI
MAX
pelayanan kepada pegawai dan mempercepat penyusunan bahan pengambilan keputusan
A. atauPENGUNGKIT 2015
kebijakan yang cepat, tepat dan akurat. 2016 2017 2018 2019
2 memberikan
Satyalancana pelayanan data dan- informasi
Pembangunan - kepegawaian
- -kepada 1pimpinan dalam 1
rangka
pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan pembinaan sumber daya manusia aparatur
3 Satyalancana Wira Karya 2 - 2 13 7 24
di lingkungan KESDM dan mempermudah pelayanan kepegawaian kepada para pegawai.
4 Satyalancana Karya Satya 441 602 462 408 487 2.400
Data
TOTAL
pegawai yang telah dimutakhirkan
443 602
yaitu
464
sebanyak
421
98,33%
498
dari 6.035 pegawai,
2.428
sesuai dengan jumlah pegawai KESDM posisi pada Bulan Desember 2019 dan sebanyak
132.635 dokumen kepegawaian yang telah dialihmediakan. Serta pengembangan aplikasi
dan modul di bidang kepegawaian sebagai berikut SIPEG new generation, pendaftaran
seleksi terbuka JPT, updating data mandiri pegawai, jajak minat, pelayanan data terpadu,
pengusulan dan pemrosesan tugas belajar dan pencantuman gelar, antrean usulan peserta
diklat, pengusulan dan penilaian DUPAK online, pemroses Penetapan Angka Kredit (PAK)
online, ujian dinas online, pemrosesan kenaikan gaji berkala, pengusulan dan pemrosesan
pejabat Pelaksana tugas (Plt)/Pelaksana harian (Plh), monitoring laporan perjalanan dinas
luar negeri, pemrosesan hukuman disiplin, pengusulan penghargaan Satya Lancana Karya
Satya (SLKS), survei online, e-wawancara Pengadaan CPNS dan SISCA.
NILAI
NO KOMPONEN PENILAIAN NILAI
MAX
A. PENGUNGKIT 2015 2016 2017 2018 2019
1 PENGUNGKIT 60%
2 HASIL 40%
c. Pemerintah yang Bersih dan 10% Indeks Persepsi Anti Korupsi (10%)
Bebas KKN
TOTAL 100%
NILAI/
NO KATEGORI PREDIKAT INTERPRETASI
ANGKA
1 AA >90 - 100 Istimewa Memenuhi kriteria sebagai organisasi berbasis kinerja yang
mampu mewujudkan seluruh sasaran RB.
2 A >80 - 90 Sangat Baik Memenuhi karakteristik organisasi berbasis kinerja namun
belum mampu mewujudkan keseluruhan sasaran RB baik
secara instansional maupun di tingkat unit kerja.
3 BB >70 - 80 Baik Secara instansional mampu mewujudkan sebagian besar
sasaran RB, namun pencapaian sasaran pada tingkat unit
kerja hanya sebagian kecil saja.
4 B >60 - 70 Cukup Baik Penerapan RB bersifat formal dan secara substansi belum
mampu mendorong perbaikan kinerja organisasi.
2 Gedung Setjen KESDM Jl. Medan Merdeka Selatan No.18 Jakarta Pusat
Sebagai salah satu upaya meningkatkan Indeks RB, KESDM telah membangun miniatur RB
3 melalui Pusat
Gedung pembangunan
Arsip Zona Integritas (ZI)
Jl. Yaktapena dengan
Raya, menetapkan
Pondok satuan kerjaBanten
Ranji, Tangerang (satker) berpredikat
Selatan
Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) di lingkungan KESDM. Penetapan Satker WBK atas rekomendasi
4 Kementerian
Wisma Bayu PANRB setelah melalui
Jl. Puncak proses
KM+79 evaluasi
No.147, dengan
Kopo, melihat kualitas
Cisarua data dukung, hasil
Bogor
survei persepsi kualitas layanan, persepsi korupsi dan verifikasi/wawancara dengan pegawai.
5 Pada tahun
Wisma Jl. Raya
Energi2018 terdapat Puncaksatuan
4 (empat) Cisaruakerja
RT10/RW4, Cipari, Cisarua
yang ditetapkan BogorWBK dan pada
berpredikat
tahun 2019 terdapat 5 satker yang dinyatakan “Lulus” evaluasi.
Dalam rangka meningkatkan kualitas dan penataan birokrasi serta untuk meningkatkan Indeks
RB, terdapat beberapa rekomendasi yang perlu ditindaklanjuti KESDM sebagai berikut:
1. Pelaksanaan RB baru terlihat pada tingkat instansi pusat dan belum menyeluruh kepada
seluruh pegawai;
2. Pengembangan e-Government yang terintegrasi sepenuhnya;
3. Menyempurnakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kinerja individu dan kinerja
organisasi untuk pengembangan karier dan dasar pemberian tunjangan kinerja;
4. Peningkatan kualitas pelayanan publik;
5. Melengkapi seluruh proses bisnis menjadi Standard Operating Procedure (SOP) dan telah
diterapkan dan dievaluasi berkala;
Dalam rangka meningkatkan nilai RB di KESDM dan memperhatikan rekomendasi hasil evaluasi,
telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Penyusunan draft Roadmap RB KESDM Tahun 2020 – 2024;
2. Monitoring dan Evaluasi Roadmap RB KESDM Tahun 2015 – 2019;
3. Monitoring dan Evaluasi Roadmap RB Setjen KESDM Tahun 2015 – 2019;
4. Pembahasan penyusunan Budaya Kerja KESDM;
5. Internalisasi RB dan nilai-nilai KESDM di seluruh Unit Kerja Eselon I;
6. Monitoring dan evaluasi rencana kerja Agen Perubahan.
7. Updating data pelaksanaan RB di seluruh Unit Eselon I;
8. Pendampingan kepada unit dalam pelaksanaan RB dan penguatan tim RB internal unit;
9. Pendampingan kepada unit dalam pelaksanaan Pembangunan ZI menuju WBK/Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM);
10. Pelaksanaan evaluasi RB unit-unit KESDM;
11. Pelaksanaan evaluasi unit-unit yang diajukan untuk mendapatkan predikat WBK/WBBM;
12. Koordinasi dengan Kementerian PANRB dalam pelaksanaan evaluasi pelaksaan RB dan
pembangunan ZI;
13. Penilaian Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan (PIPK) serta pelaksanaan sosialisasi
PIPK; dan
14. Pembahasan penyusunan mapping stakeholders KESDM.
Gambar 3. Pengarahan Sekjen KESDM kepada Pegawai di Lingkungan Setjen KESDM Dalam Rangka RB
C. Sasaran Strategis 3: Meningkatnya Kualitas Perencanaan Sektor ESDM yang Efektif dan
Efisien
Sesuai Permen PANRB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, telah dilakukan
penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) untuk dilaporkan kepada
Kementerian PANRB setiap tahunnya. Hasil penilaian AKIP KESDM meningkat dari tahun 2016
dengan nilai B menjadi nilai BB pada tahun 2017 – 2019.
Pada proses reviu dan koordinasi dengan Kementerian PANRB, LKE AKIP yang disampaikan oleh
Kementerian PANRB menyarankan agar:
1. Renstra unit Eselon 1 belum dilengkapi dengan indikator tujuan untuk mengukur capaian
kinerja di jangka menengah (5 tahun);
2. Cakupan cascade IKU perlu ditingkatkan sampai dengan level individu pegawai SKP;
3. Perlu adanya pengembangan aplikasi e-kinerja dan diintegrasikan dengan aplikasi
perencanaan dan keuangan;
4. Perlu disampaikan analisis efisiensi penggunaan anggaran terhadap pencapaian kinerja
pada pelaporan kinerja;
5. Hasil evaluasi akuntabilitas kinerja belum optimal dimanfaatkan oleh unit kerja sebagai
bahan masukan dan perbaikan peningkatan kinerja;
6. Hasil pengukuran capaian PK belum secara nyata dan menyeluruh dimanfaatkan secara
optimal oleh pimpinan sebagai dasar pemberian reward and punishment;
7. Kualitas evaluasi program masih berfokus pada capaian output dan penyerapan anggaran,
serta belum fokus pada analisis pada keterkaitan kausalitas antara kegiatan dengan sasaran
strategis lembaga dan sasaran program yang akan dicapai oleh organisasi.
1. Persentase Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) terhadap Target yang
Ditetapkan pada Tahun Berjalan
Berdasarkan UU Nomor 9 Tahun 2018 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, pengelolaan
PNBP mencakup perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban, dan pengawasan yang
bertujuan meningkatkan pelayanan, akuntabilitas, dan optimalisasi PNBP sebagaimana
dalam Gambar 4 sebagai berikut:
Sehubungan dengan hal tersebut, Setjen KESDM telah melaksanakan kegiatan perencanaan,
pelaksanaan dan pertanggungjawaban dalam pengelolaan PNBP di lingkungan KESDM.
Capaian realisasi PNBP yang dicatat pada KESDM melebihi target khususnya pada tahun
2019, pencapaian tersebut disebabkan hal-hal sebagai berikut:
a. Pada Setjen KESDM terdapat penerimaan dari pemasyarakatan data migas oleh
perusahaan survei umum;
b. Pada Inspektorat Jenderal (Itjen) terdapat Penerimaan Kembali Belanja Tahun Anggaran
Yang Lalu (TAYL) mencapai Rp354 Juta (79% dari total realisasi PNBP Itjen);
c. Pada Direktorat Jenderal (Ditjen) Minyak dan Gas Bumi (Migas) terdapat Penerimaan
Kembali Belanja TAYL sebesar Rp60,48 Miliar dan penerimaan dari Signature Bonus,
biddocument dan firmcommitment senilai Rp4,56 Triliun;
d. Pada Ditjen Ketenagalistrikan capaian realisasi didominasi Penerimaan Kembali Belanja
TAYL sebesar Rp19,99 Miliar (84% dari total realisasi Ditjen Ketenagalistrikan);
e. Pada Ditjen Mineral dan Batubara (Minerba) capaian realisasi melebihi target dikarenakan
terdapat kenaikan harga acuan batubara dan kenaikan kurs;
f. Pada Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) capaian penerimaan
SDA panas bumi tercapai sebesar Rp37,29 Miliar dan Penerimaan Kembali Belanja TAYL
Setjen KESDM berkomitmen untuk meningkatkan kinerja dan mutu pelayanan yang cepat,
tepat, transparan dan akuntabel dalam lingkup pelayanan bidang keuangan di lingkungan
KESDM dengan menerapkan sistem manajemen mutu dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya sesuai dengan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015.
Setjen KESDM telah memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 sejak
13 November tahun 2017 dengan audit oleh lembaga sertifikasi TUV NORD Indonesia.
Untuk memperoleh sertifikat tersebut, telah dilakukan inventarisasi dan pemutakhiran
beberapa SOP bidang keuangan yaitu SOP pengelolaan PNBP sektor ESDM, SOP terkait
perbendaharaan, SOP terkait pelaksanaan anggaran belanja, dan SOP lainnya dibidang
keuangan dengan sedapat mungkin memotong rantai birokrasi tanpa melanggar aturan
sehingga dihasilkan standar operasi yang efisien dan efektif.
Setiap tahun BPK-RI mengeluarkan opini atas Laporan Keuangan K/L yang menjadi ukuran
keberhasilan penerapan prinsip akuntabilitas, transparansi, ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan, dan profesionalisme SDM yang terkait dalam pengelolaan keuangan
negara. Terdapat 4 jenis opini audit yang diberikan oleh BPK-RI kepada K/L yaitu Wajar Tanpa
Pengecualian (Unqualified), Wajar Dengan Pengecualian (Qualified), Tidak Memberikan
Pendapat (Disclaimer), dan Pendapat Tidak Wajar (Adverse). Pada tahun 2020, KESDM
mendapatkan opini tertinggi dari BPK-RI atas Laporan Keuangan KESDM Tahun Anggaran
2019 yaitu “Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)”.
Opini tersebut telah diperoleh KESDM sejak tahun 2016 dan diharapkan dapat dipertahankan
dengan menyusun dan menyajikan laporan keuangan secara wajar sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan sehingga bebas dari kesalahan penyajian material.
Pada umumnya kenaikan realisasi jumlah rancangan yang ditangani disebabkan adanya
beberapa rancangan Permen yang menjadi prioritas namun tidak/belum dimasukkan dalam
Program Legislasi Nasional (Prolegnas) yang telah ditetapkan, dan rancangan-rancangan
tersebut merupakan amanat atau kebijakan pimpinan/Menteri yang harus segera dibuat/
diselesaikan guna mengantisipasi dan mengakomodasi perkembangan situasi peraturan
atau kegiatan usaha yang ada dan sedang berjalan di KESDM.
Namun demikian, apabila dibandingkan dengan capaian tahun 2018, jumlah realisasi
peraturan perundang-undangan yang ditangani oleh Setjen KESDM pada tahun 2019 tampak
menurun/lebih kecil. Hal ini disebabkan antara lain oleh adanya kebijakan deregulasi yang
ditetapkan oleh Presiden dalam rangka memangkas birokrasi dan lebih meningkatkan iklim
investasi di Indonesia, khususnya di sektor ESDM.
2. Jumlah permasalahan hukum KESDM di dalam dan di luar Lembaga Peradilan yang
bersifat prioritas nasional yang diselesaikan atau dalam proses penyelesaian
Jumlah permasalahan hukum yang telah ditangani meningkat dari tahun 2015 sebanyak 17
kasus menjadi 24 kasus di tahun 2018, namun pada tahun 2019, turun menjadi 10 kasus. Dari
10 kasus yang bersifat prioritas nasional tersebut, 5 kasus di antaranya telah mendapatkan
keputusan pengadilan yang bersifat inkracht dan dimenangkan oleh KESDM, dengan rincian
2 kasus di subsektor migas, 2 kasus di subsektor ketenagalistrikan dan 1 kasus di subsektor
minerba. Sementara itu, 5 kasus lainnya masih dalam proses di pengadilan.
Pada prinsipnya, diharapkan untuk setiap tahunnya agar tidak banyak atau seminimal
mungkin kasus yang masuk karena diharapkan dengan segala peraturan dan kebijakan yang
ada dan telah diterbitkan, tidak menimbulkan masalah hukum di kemudian hari terutama
masalah hukum di pengadilan. Berdasarkan hal tersebut, Setjen KSDM tidak banyak
menargetkan kasus yang akan masuk di KESDM atau yang akan ditangani. Namun demikian,
untuk tahun 2019, kasus yang masuk melebihi target yang ditentukan. Hal ini terjadi karena
Setjen KESDM tidak pernah bisa memprediksi apa atau berapa kasus atau gugatan yang akan
masuk di KESDM.
Di samping hal tersebut terkadang terjadi permasalahan di luar kendala dan dugaan yang
menyebabkan adanya gugatan kepada KESDM, sebagai contoh adanya black out atau
pemadaman listrik secara mendadak yang terjadi pada bulan Agustus 2019 di sebagian besar
Wilayah DKI, Jawa Barat dan sebagian kecil Jawa Tengah yang menyebabkan dilayangkannya
gugatan dari berbagai elemen/kelompok masyarakat yang terdampak pemadaman listrik
tersebut kepada PT. PLN (Persero) sebagai Tergugat dan kepada KESDM sebagai Turut
Tergugat.
F. Sasaran Strategis 6: Meningkatnya Sarana dan Prasarana Aparatur yang Efektif dan
Efisien
Pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk
barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan
oleh Setjen KESDM sebagai Instansi Pemerintah Pusat. Layanan Umum yang diselenggarakan,
termasuk meliputi Kantor Pusat KESDM, Jalan Medan Merdeka Selatan Nomor 18, Jakarta Pusat.
Indeks Kepuasan Stakeholders Layanan Umum mengalami kenaikan dari tahun 2015 sebesar
84% menjadi 92,85% di tahun 2018, namun pada tahun 2019 mengalami penurunan menjadi
80%. Penurunan ini dikarenakan pada salah satu layanan yaitu Pelayanan Perlengkapan Kantor
masih belum ditetapkan Standar Barang dan Standar Kebutuhan sehingga tidak terdapat acuan
standar layanan perlengkapan bagi ASN di lingkungan Setjen KESDM. Hal ini menyebabkan ASN
meminta layanan perlengkapan sesuai keinginan dan cenderung lebih dari yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan pekerjaan. Akibatnya pelayanan perlengkapan yang diminta tidak mungkin dipenuhi
oleh Biro Umum karena terdapat keterbatasan sarana yang ada dan adanya prioritas pelayanan
perlengkapan yang berbeda-beda sesuai tugas, fungsi dan tanggung jawab ASN. Selanjutnya
diperlukan penetapan Standar Barang dan Standar Kebutuhan untuk memberikan batasan dan
standar layanan perlengkapan yang jelas untuk ASN sesuai lingkup tugas dan tanggung jawab
yang diampu sehingga setiap ASN dapat menjalankan tugasnya menggunakan perlengkapan
kantor yang sesuai dengan kebutuhan dalam pelaksanaan pekerjaan. Layanan umum yang
mendapatkan aspek penilaian untuk mengukur Indeks Kepuasan Layanan Umum tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Pelayanan korespondensi di lingkungan Kantor Pusat KESDM;
2. Pelayanan perlengkapan kantor di lingkungan Kantor Pusat KESDM;
3. Pelayanan penyelenggaraan event/rapat-rapat di lingkungan Kantor Pusat KESDM, Gedung
Pusat Arsip, Wisma Bayu dan Wisma Energi;
4. Pelayanan keamanan, kebersihan dan kenyamanan di lingkungan Kantor Pusat KESDM,
Gedung Pusat Arsip, Wisma Bayu dan Wisma Energi; dan
5. Pelayanan Klinik Kesehatan Setjen KESDM.
4. Kendaraan Dinas
Kendaraan dinas yang tersedia adalah sebagai berikut:
a. Kendaraan dinas roda dua sejumlah 45 unit, yaitu terdiri dari 42 unit sepeda motor, dan
3 unit scooter;
b. Kendaraan roda empat sejumlah 82 unit, yaitu terdiri dari 16 unit sedan, 12 unit jeep,
6 unit micro bus (penumpang 15 – 29 orang), 42 unit mini bus (penumpang 14 orang ke
bawah), 2 unit truck, 1 unit pick up, dan 2 unit mobil ambulance.
Kendaraan dinas roda empat yang tersedia selain dimanfaatkan oleh Setjen KESDM juga
dipinjampakaikan kepada unit organisasi di lingkungan KESDM maupun stakeholders sektor
ESDM yang menunjang tugas dan fungsi KESDM.
Selama tahun 2015 – 2019 Setjen KESDM telah melaksanakan pengelolaan sarana dan prasarana
yang meliputi tanah, bangunan dan BMN yang dilaksanakan dalam bentuk renovasi, pemeliharaan
dan pengadaan sarana dan prasarana. Hal ini dilakukan dalam rangka penyediaan sarana dan
prasarana aparatur yang sesuai standar sarana dan prasarana.
Dari hasil pemantauan dan evaluasi kegiatan standardisasi sarana dan prasarana terakhir, diperoleh
penghitungan persentase sarana prasarana kerja yang sesuai standar. Adapun standardisasi
sarana dan prasarana mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 248/PMK.06/2011
tentang Standar Barang dan Standar Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Tanah dan/atau
Bangunan sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor 7/PMK.06/2016 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.06/2011 tentang Standar Barang dan
Standar Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Tanah dan/atau Bangunan, dan PMK Nomor 76/
a Ruang Kerja 28 m 2
110,7 m 2
c Ruang Rapat 40 m2 62 m2
e Ruang Istirahat 20 m2 23 m2
g Ruang Simpan 14 m2 64 m2
a Ruang Kerja 16 m 2
110,7 m 2
c Ruang Rapat 20 m2
e Ruang Istirahat 10 m2
g Ruang Simpan 10 m2
h Ruang Toilet 4 m2
a Ruang kerja 16 m 2
63 m 2
b Ruang tamu 14 m2
c Ruang rapat 20 m2 43 m2
d Ruang tunggu 18 m2 8 m2
e Ruang istirahat 10 m2 23 m2
f Ruang sekretaris 10 m2 -
g Ruang simpan 10 m2 -
b Ruang tamu 14 m2 -
c Ruang rapat 20 m2 -
d Ruang tunggu 9 m2 -
e Ruang istirahat 5 m2 -
g Ruang simpan 5 m2 -
h Ruang toilet 3 m2 7 m2
a Ruang kerja 14 m2
c Ruang rapat 14 m2 20 m2
d Ruang tunggu 12 m2 -
e Ruang istirahat 5 m2 -
f Ruang sekretaris 7 m2 -
g Ruang simpan 3 m2 9 m2
h Ruang toilet 3 m2 7 m2
a Ruang kerja 12 m2 9 m2
b Ruang tamu 6 m2 8 m2
c Ruang simpan 3 m2 -
a Ruang kerja 8 m2 7 m2
b Ruang simpan 3 m2 -
a Ruang kerja 8 m2 2 m2
b Ruang simpan 3 m2 -
Tabel 12. Perbandingan Standar BMN Berupa Barang dan Standar Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Tanah dan/
SESUAI PMK NOMOR KONDISI
NO BANGUNANBangunan
RUMAHSesuai PMK Nomor 7/PMK.06/2016 dengan Kondisi Existing
NEGARA KETERANGAN
SESUAI PMK NOMOR E XKONDISI
7/PMK.6/2017 I S TI N G
NO BANGUNAN RUMAH NEGARA KETERANGAN
7/PMK.6/2017
SESUAI PMK NOMOR E X I S TI N G
KONDISI
NO
1 BANGUNAN
Tipe Khusus (Menteri)RUMAH NEGARA 400 m2 421 m2 KETERANGAN
Sesuai standar
7/PMK.6/2017 EX I S TI N G 2
1 Tipe Khusus (Menteri) 400 m 2
421 m Sesuai standar
2 Tipe A (Eselon I) 250 m22 290 m22 Sesuai standar
1 Tipe Khusus (Menteri) 400 m 2 421 m 2 Sesuai standar
2 Tipe A (Eselon I) 250 m 290 m Sesuai standar
3 Tipe B Eselon II PNS Gol. IV/d dan IV/e 120 m2 150 m2 Sesuai standar
23 Tipe 250
120mm2
2
290
150mm2
2
Sesuai
Sesuaistandar
TipeA B(Eselon
EselonI)II PNS Gol. IV/d dan IV/e standar
4 Tipe C (Eselon III) 70 m2 78 m2 Sesuai standar
34 Tipe 120
70mm
2
150 78mm
2
Sesuai standar
TipeB CEselon II PNS
(Eselon III) Gol. IV/d dan IV/e 2 2
Sesuai standar
5 Tipe D (Eselon IV) 50 m2
52 m 2
Sesuai standar
45 Tipe 70
50mm2
2
7852mm2
2
Sesuai
Sesuaistandar
TipeC D(Eselon
(EselonIII)IV) standar
6 Tipe E (Eselon V, PNS Gol II ke bawah) 36 m2 51 m2 Sesuai standar
56 Tipe 50
36mm2
2
5251mm2
2
Sesuai
Sesuaistandar
TipeD E(Eselon
(EselonIV)V, PNS Gol II ke bawah) standar
6 Tipe E (Eselon V, PNS Gol II ke bawah) 36 m2 51 m2 Sesuai standar
Berdasarkan tiga tabel di atas, terdapat 20 item utama penilaian, dan 9 sub-item penilaian. Dari
14 item utama, 13 item sudah memenuhi standar namun terdapat 1 item yang belum memenuhi
standar yaitu ruang kerja staf terutama terkait dengan kesulitan dalam penyimpanan dokumen.
Dan terdapat 5 sub-item penilaian yang belum sesuai standar yaitu ruang arsip, ruang musala,
toilet, dan ruang laktasi. Sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa Kantor Pusat KESDM
sudah memenuhi standar sebesar 92,85%. Meskipun pada tahun 2018 dilakukan pekerjaan
renovasi rumah dinas Eselon II, ruang musala pada Gedung Pusat Arsip KESDM, namun dalam
hal ruang penunjang yang masih dirasakan belum sesuai standar yaitu; ukuran ruang toilet,
ruang rapat Eselon II serta penyimpanan arsip. Keterbatasan penyimpanan pada ruang staf
G. Sasaran Strategis 7: Meningkatnya Kualitas Data dan Teknologi Informasi Sektor ESDM
yang Lengkap Akurat dan Tepat Waktu
Pemanfaatan data spasial sektor ESDM yang ada dalam Geoportal ESDM sangat bermanfaat bagi
stakeholders dan masyarakat, hal tersebut dapat dilihat dari hasil survei kepuasan masyarakat
secara online atas pemanfaatan teknologi informasi ESDM One Map.
Survei pada website ESDM One Map diikuti oleh 230 responden dari seluruh Indonesia, di
antaranya 214 berjenis kelamin laki-laki dan 16 perempuan, dengan 19 pertanyaan yang
mencakup 3 variabel yaitu: ESDM One Map usability, ESDM One Map Information, dan Layanan
Helpdesk One Map. Hasil survei menunjukkan bahwa Layanan One Map termasuk dalam kategori
sangat baik.
Seluruh data spasial di dalam ESDM One Map telah dimanfaatkan, terbukti dari jumlah hit setiap
peta dari total 103 peta yang dapat diakses oleh publik secara gratis.
Evaluasi terhadap capaian 2019 adalah:
1. Menjaga dan meningkatkan pemanfaatan data, baik data spasial maupun data non spasial;
2. Perlu adanya integrasi dan penyelarasan antara data spasial dan non spasial untuk
mewujudkan kualitas data yang reliable;
3. Pengelolaan data harus dilakukan dalam satu kesatuan utuh antara data spasial maupun
data non spasial;
4. Meningkatkan tata kelola pengelolaan data hulu migas yang lebih baik agar dapat
memberikan informasi yang kredibel dan akuntabel; dan
5. Subsurface data agar dapat menarik minat investasi hulu migas dengan meningkatkan
kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas dan mempercepat penemuan cadangan migas
baru.
Setjen KESDM sebagai pelaksana fungsional pengguna barang pada KESDM mempunyai tugas
dan fungsi pembinaan pengelolaan BMN agar sesuai dengan peraturan yang berlaku, tugas
fungsi tersebut di antaranya melaksanakan proses penetapan status BMN di lingkungan KESDM.
Dalam periode tahun 2015 – 2019, persentase jumlah BMN yang telah ditetapkan statusnya
terus meningkat dari tahun 2015 sebesar 95% menjadi 100% pada tahun 2019.
Dalam pengelolaan BMN, KESDM juga memiliki peran dalam pengelolaan BMN yang berasal dari
Bagian Anggaran KESDM (020) dan juga bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BUN) di
antaranya adalah BMN yang berasal dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) pada usaha hulu
migas dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) generasi I untuk
usaha batubara.
Dalam pelaksanaannya, KESDM melakukan seluruh aktivitas dalam pengelolaan BMN sebagaimana
siklus BMN yaitu penatausahaan (pencatatan dan inventarisasi), pemindahtanganan, pengamanan
dan pemeliharaan BMN. Sampai dengan tahun 2019, nilai aset yang telah dicatat pada KESDM
sebanyak Rp26,8 Triliun, pada BMN KKKS sebanyak Rp299,4 Triliun dan BMN PKP2B sebanyak
Rp10,2 Triliun sebagaimana tercantum dalam Tabel 13 sebagai berikut:
Sejalan dengan itu, proses pengelolaan BMN di KESDM selama periode tahun 2015 – 2019 telah
diapresiasi oleh stakeholders lain, di antaranya adalah dengan selalu masuknya KESDM menjadi
peraih penghargaan dalam BMN Awards yang diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan pada
tahun 2016 – 2019. KESDM bahkan mendapatkan juara umum BMN Awards pada tahun 2017,
dimana indikator penilaian dalam penghargaan tersebut di antaranya adalah menilai kinerja
K/L dalam melakukan utilisasi BMN, tingkat kepatuhan pelaporan BMN, dan capaian sertifikasi
Dalam pelaksanaannya, jenis publikasi saat ini sangat beragam. Berbagai media dan bentuk
penyampaian informasi menjadi ruang kreativitas tersendiri dalam penyampaian informasi.
Kemudahan penyampaian informasi dalam bentuk visual maupun audiovisual membuat setiap
orang dapat mempublikasikan apa pun dan di mana pun. Dengan berbagai kemudahan untuk
mempublikasikan informasi saat ini, maka Pemerintah perlu untuk melakukan inovasi dalam
melakukan publikasi terkait kebijakan, program maupun kegiatan yang tengah dilakukan.
Inovasi tersebut harus dilakukan dengan mencari media penyampaian informasi yang lebih efektif
dan efisien. Saat ini videografis maupun infografis menjadi salah satu bentuk penyampaian
informasi yang dinilai lebih efektif dan efisien selain pembuatan siaran pers yang tentunya
sumber resmi dan kredibel yang keluar dari sebuah lembaga/instansi. Melalui infografis dan
videografis ini, berbagai konten informasi yang kompleks dikemas menjadi sebuah informasi
dalam bentuk yang lebih mudah untuk dipahami. Begitu pun dengan videografis, informasi dalam
bentuk animasi grafis dengan efek audio yang menarik diharapkan dapat menarik perhatian
masyarakat luas.
Total sebanyak 117.504 publikasi yang dikeluarkan oleh KESDM dihitung berdasarkan kategori
sebagai berikut:
1. Jumlah siaran pers yang ditayangkan di website KESDM
Press release atau siaran pers merupakan informasi dalam bentuk berita yang dibuat oleh
public relations (humas) dalam suatu organisasi atau perusahaan/institusi/lembaga dan
dikirimkan atau disiarkan kepada media (pers) sebagai bentuk kegiatan penyebarluasan
informasi kepada publik. Press release sangat penting digunakan dalam kegiatan public
relations untuk menjalin hubungan baik dengan pers. Setiap informasi yang keluar dari
KESDM dibuat dalam bentuk Press Release/Siaran Pers yang menjadi rujukan kredibel bagi
para media yang membuat berita seputar sektor ESDM.
Hingga akhir tahun 2019, jumlah total siaran pers yang tayang pada website KESDM adalah
sebanyak 755 siaran pers yang memuat informasi seputar program, kebijakan, capaian dan
informasi penting lainnya terkait seluruh sektor ESDM.
2. Infografis
Dalam penyampaian program dan kebijakan KESDM selama tahun 2019, Setjen KESDM telah
mempublikasikan kebijakan serta informasi melalui beberapa kanal komunikasi dan salah
satu konten yang disebarkan berupa infografis. Infografis menjadi salah satu alternatif dalam
3. Videografis
Selain infografis, metode pengemasan informasi lainnya adalah dengan pembuatan
videografis yang menjadi salah satu strategi kreatif dalam mempublikasikan kebijakan KESDM.
Videografis merupakan media untuk merekam suatu moment/kejadian yang dirangkum
dalam sebuah sajian gambar dan suara. Total videografis yang telah dibuat selama tahun
2019 adalah sebanyak 115.
Setjen KESDM bertanggung jawab untuk memantau pemberitaan yang terdapat di seluruh
media yang memberitakan tentang KESDM untuk selanjutnya dilaporkan kepada pimpinan
terkait isu strategis masing-masing subsektor, tonasi/sentimen dan spoke person pada berita
tersebut. Pada media cetak dan online, pemberitaan yang dipantau berupa informasi tentang
berita-berita pada media massa yang berkaitan dengan sektor ESDM, meliputi antara lain:
Gambar 8. Pemberitaan Positif, Negatif, Netral pada Media Online dan Media Cetak
Selama Januari hingga Desember tahun 2019, tercatat total 116.613 yang terdiri dari
107.817 artikel berita di media online dan 8.796 artikel berita di media cetak dengan sentimen
positif, netral dan negatif. Pemberitaan dengan tonasi positif dan netral berjumlah 116.272
berita. Bisnis Indonesia menjadi media online yang paling vokal yaitu 3.725 pemberitaan,
sedangkan Investor Daily menjadi yang paling vokal di media cetak yaitu 2.005 artikel berita
yang mengulas KESDM dengan kecenderungan pemberitaan bertonasi netral. Pemberitaan
positif, negatif, dan netral pada media online dan media cetak sebagaimana dalam Gambar 8.
Isu utama yang paling disorot oleh media yaitu terkait “Kendaraan Listrik” serta “Aktivitas
Vulkanik Gunung Merapi” kemudian “Distribusi BBM” dan “Pemadaman Listrik” sebagaimana
dalam Tabel 14.
Pada pemberitaan di media online, subsektor migas memiliki pemberitaan paling banyak
NO dengan HASIL
jumlah pemberitaan sebanyak NEGARA41.412 berita.
BENTUK KERJAIsu-isu TANGGALmigas yang
SAMAutama subsektor
KERJA SAMA PENANDATANGANAN
paling banyak diangkat oleh media online berupa distribusi BBM ke seluruh wilayah NKRI
1 Cooperation on Energy Kuwait Agreement/ MoU 2 September 2019
terutama terkait dengan penyaluran bahan bakar bersubsidi ke daerah-daerah 3T (Terpencil,
2 Sidang Komisi
Terluar, Bersamadan
Terdepan) ke-1seluruh regulasi
Kuwait yangMinutes of MeetingSedangkan
menyertainya. 2 September 2019 cetak,
untuk media
investasi
Pertemuan migas
Konsultasi menjadi
Bilateral isu yang paling banyak diberitakan sebanyak 200 pemberitaan.
(Konsbil)
3 Kuwait Minutes of Meeting 27 Juni 2019
ke-6
Media tersebut memberitakan seputar capaian investasi hulu migas, keterbukaan akses data
4
migas,
Pertemuan jugaKonsultasi
Komite proyek-proyek
Bilateralstrategis nasional yang menjadi prioritas untuk meningkatkan
Iran Minutes of Meeting 15 Mei 2019
(KKB) ke-8
produksi migas demi memenuhi konsumsi domestik.
5 Cooperation on Energy Jepang Agreement/ MoU 16 Juni 2019
6 Adapun 5 daftar
Cooperation teratas isu utama
on Energy di setiap subsektor
Inggris yang
Agreement/ MoUdisorot media online
20 Februari yaitu:
2019
1. Isu utama media online subsektor ketenagalistrikan, 5 daftar teratas sepanjang tahun
2019 (Januari – Desember): Pemadaman Listrik (3.061 berita), Rasio Elektrifikasi (1.356
NO PERTEMUAN BILATERAL TANGGAL LOKASI
Sedangkan 5 daftar teratas isu utama di setiap subsektor yang disorot media cetak:
1. Isu utama media cetak subsektor ketenagalistrikan, 5 daftar teratas sepanjang tahun
2019 (Januari – Desember): Rasio Elektrifikasi (74 berita), Penyesuaian Tarif Listrik (48
berita), Proyek Pembangkit Listrik (45 berita), Pembangunan Pembangkit Listrik (44
berita) dan Operasional Pembangkit Listrik (40 berita).
2. Isu utama media cetak subsektor migas, 5 daftar teratas sepanjang tahun 2019 (Januari
– Desember): Investasi Migas (200 berita), Jaringan Gas (197 berita), Lifting Migas (153
berita), Distribusi BBM (127 berita) dan Kelola Blok Migas (103 berita).
3. Isu utama media cetak subsektor minerba, 5 daftar teratas sepanjang tahun 2019
(Januari – Desember): Kinerja Emiten Tambang (151 berita), Produksi Batubara (86 berita),
Izin Usaha Pertambangan (69 berita), Harga Batubara (68 berita) dan DMO Batubara (67
berita).
4. Isu utama media cetak subsektor EBTKE, 5 daftar teratas sepanjang tahun 2019
(Januari – Desember): Pengembangan EBT (76 berita), Program Biodiesel (65 berita),
Pembangunan PLTSa (34 berita), Pemanfaatan PLTSa Atap (26 berita) dan Kebijakan
Crude Palm Oil (CPO) Sawit (26 berita).
5. Isu utama media cetak bidang geologi, 5 daftar teratas sepanjang tahun 2019 (Januari –
Desember): Aktivitas Gunung Merapi (51 berita), Bantuan Air Bersih (20 berita), Aktivitas
Gunung Agung (18 berita), Aktivitas Gunung Sinabung (16 berita) dan Pemanfaatan
Mitigasi Bencana (15 berita).
6. Isu utama media cetak bidang Umum, 5 daftar teratas sepanjang tahun 2019 (Januari –
Desember): Pengembangan Kendaraan Listrik (495 berita), Perekonomian Nasional (148
berita), Neraca Perdagangan Indonesia (127 berita), Pertumbuhan Ekonomi (69 berita)
dan Investasi Sektor Energi (44 berita).
Selain indikator jumlah publikasi sektor ESDM yang menjadi salah satu target indikator dari
sasaran strategis Setjen KESDM, terdapat juga indikator lainnya yang menopang sasaran
strategis di bidang Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama, yaitu:
Pada tahun 2019 telah dilakukan penandatanganan 3 (tiga) perjanjian kerja sama yaitu:
a. Memorandum Saling Pengertian antara KESDM dan Kementerian Negara Bidang
Perdagangan dan Promosi Ekspor Inggris tentang Kerja Sama Pengembangan
Energi Rendah Karbon pada tanggal 20 Februari 2019;
Dalam rangka memperkuat komitmen Pemerintah Indonesia pada upaya
pengembangan energi rendah karbon, Sekjen KESDM menandatangani Nota
Kesepahaman (Memorandum of Understanding/ MoU) antara Indonesia dengan
Inggris di bidang Kerja Sama Pengembangan Energi Rendah Karbon bersama Duta
Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN, dan Timor Leste, Moazzam Malik. Program
yang akan dilaksanakan di bawah MoU ini adalah Dana Kemakmuran (Prosperity
Fund) untuk Energi Terbarukan Indonesia dan Dana Kemakmuran untuk Energi
Rendah Karbon ASEAN , dengan garis besar sebagai berikut:
1) Program pengembangan EBT guna mendorong investasi sektor swasta dalam
meningkatkan pangsa pembangkit energi terbarukan, dalam bentuk pilot
project;
2) Bantuan teknis dalam fasilitasi pembiayaan infrastruktur energi terbarukan,
dengan fokus pada Indonesia Timur;
3) Penyediaan infrastruktur energi terbarukan untuk skala kecil di Indonesia
Timur;
4) Mendorong kerja sama internasional dan domestik untuk memfasilitasi transfer
pengetahuan, inovasi dan praktik dalam pengembangan energi terbarukan;
NO
36
PERTEMUAN BILATERAL
DOKUMEN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM 2020-2024
TANGGAL LOKASI
Dalam Konsultasi
Pertemuan Komite rangka meningkatkan
Bilateral kerja sama bilateral dan investasi antara Indonesia dengan
4 Iran Minutes of Meeting 15 Mei 2019
(KKB) ke-8
negara mitra, pada tahun 2019 Setjen KESDM telah memfasilitasi 10 Pertemuan Kerja
5 Sama Bilateral
Cooperation dengan negara-negara
on Energy Jepang mitra,dalam bentuk
Agreement/ MoUKunjungan 16
Kerja
JuniMenteri
2019 ESDM
sebagaimana dalam Tabel 16 sebagai berikut:
6 Cooperation on Energy Inggris Agreement/ MoU 20 Februari 2019
Tabel 16. Kunjungan Kerja Menteri ESDM
Pada tahun 2019 telah dilaksanakan 6 forum/pertemuan Kerja Sama Bilateral dengan
negara-negara mitra, yaitu:
a. Bilateral Economic Cooperation and Related Projects Indonesia–Persatuan Emirat
Arab dilaksanakan pada tanggal 4 Juli 2019 di Jakarta, pertemuan ini dalam rangka
persiapan kunjungan Putera Mahkota Abu Dhabi dengan Presiden RI di Istana Bogor;
b. Indonesia – China Energy Forum (ICEF) ke-6 dilaksanakan pada tanggal 8 – 9 Juli 2019
di Beijing, RRT. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Menteri ESDM. Penyelenggaraan
ICEF selanjutnya akan dilakukan pada tahun 2020 di Jakarta, Indonesia;
c. Workshop on Renewable Energy Technologies Indonesia– Austria dilaksanakan pada
tanggal 4 Juli 2019, workshop dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kerja sama
antara Indonesia dengan Austria sekaligus implementasi dari kerja sama bilateral
yang telah dilaksanakan;
d. Indonesia–Japan Energy Forum (IJEF) ke-6 dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober
2019 di Bali, Indonesia. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Sekjen KESDM.
Penyelenggaraan IJEF selanjutnya akan dilakukan pada tahun 2020 di Jepang;
e. Indonesia–India Consultation Forum dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kerja
sama bilateral kedua negara, kegiatan ini dipimpin oleh Menteri ESDM; dan
FORUM
NO HASIL KERJA SAMA
KERJA SAMA
Pada tanggal 10 – 13 Januari 2019 bertempat di Abu Dhabi, Persatuan Emirat Arab
telah dilaksanakan pertemuan utama atau konferensi IRENA yaitu the 9th Session
NO UNIT KESDM 2020 2021 2022 2023 2024
of the Assembly of IRENA dan pertemuan-pertemuan terkait lainnya.
Satuan: Miliar Rupiah
1 Biro Umum
Delegasi Republik127,39 106,19
Indonesia (DELRI) mengikuti116,81 128,49
beberapa kegiatan 141,33
dalam rangkaian
2 Biro Perencanaanacara IRENA tersebut,
10,45di antaranya
16,12mengikuti16,12
persidangan:
16,12Solar Opportunities
16,12
b. The 10th Clean Energy Ministerial (CEM) dan The 4th Mission Innovation (MI)
CEM adalah forum tingkat global yang bekerja sama untuk mempercepat transisi
global menuju energi bersih, membantu menurunkan emisi, meningkatkan keamanan
pasokan energi jangka panjang, menyediakan akses energi, dan mempertahankan
pertumbuhan ekonomi serta menunjukkan tindakan nyata sebagai tindak lanjut Paris
Agreement. CEM diluncurkan di Conference of Parties (COP) ke-16 di Kopenhagen
dan beranggotakan 23 negara dan Komisi Eropa. Pertemuan Tingkat Menteri ke-10
Negara-negara anggota CEM diselenggarakan pada tanggal 27 – 29 Mei 2019 di
Vancouver, Kanada dan dihadiri oleh seluruh negara anggota CEM dan Uni Eropa.
Pada sesi Energy Management Working Group yang merupakan salah satu inisiasi
dari CEM yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian dari masing-masing negara
anggota dalam mengadopsi dan menggunakan Energy Management Systems (EnMS)
seperti pengimplementasian ISO 50001 di sektor industri dan bangunan komersial
di dunia. Pada tahun 2019, Indonesia mengirimkan 2 (dua) case study yaitu dari
PT. Pupuk Kalimantan Timur (PKT) dan PT. Chandra Asri Petrochemical. PT.
PKT berhasil memperoleh CEM Award of Excellence in Energy Management
dengan capaian penghematan sebesar USD3.921.855 dari investasi untuk
mengimplementasikan sistem manajemen energi sebesar USD91.830, sedangkan
jumlah energy saving sebesar 866.262 GJ dan penurunan emisi gas rumah kaca
sebesar 43.565 metric tons.
c. Energy Transitions Working Group (ETWG) ke-3 dan G-20 Ministerial Meeting
Secara resmi G-20 dinamakan The Group of Twenty (G-20) Finance Ministers
and Central Bank Governors atau Kelompok Dua Puluh Menteri Keuangan dan
Gubernur Bank Sentral. Kelompok ini dibentuk tahun 1999 sebagai forum yang
secara sistematis menghimpun kekuatan-kekuatan ekonomi maju dan berkembang
untuk membahas isu-isu penting perekonomian dunia. Pertemuan perdana G-20
Pada Presidensi Jepang, dimana pembahasan terkait energi berubah namanya menjadi
ETWG. Pembahasan ETWG difokuskan pada transisi energi yang selaras dengan
perlindungan lingkungan hidup dan pertumbuhan ekonomi dengan mengutamakan
konsep “3E+S” yaitu Energy Security, Economic Efficiency and Environment (3E),
dan Safety (S). Isu-isu tersebut dibahas dalam 3 (tiga) workstreams, yaitu ETWG,
Environment Senior Officials Meeting (ESOM) dan Climate Sustainability Working
Group (CSWG).
Pada akhir tahun 2019, disela-sela acara Ministerial Meeting IEA yang
diselenggarakan pada tanggal 5 – 6 Desember 2019 di Paris, Perancis telah
ditandatangani perpanjangan Joint Work Program (JWP) antara KESDM dan IEA
untuk periode tahun 2020-2021. Beberapa poin utama yang menjadi pembahasan
dalam dokumen antara lain:
1) Data Energi dan Statistik;
2) Kebijakan Darurat Energi dan Keamanan Energi;
3) Sektor Tenaga Listrik dan Energi Terbarukan;
4) Bioenergi;
5) Efisiensi Energi;
6) Energi dan Teknologi Bersih;
7) Tinjauan Kebijakan dan Peningkatan Kapasitas;
8) Kunjungan Tingkat Tinggi;
9) Partisipasi Pada Struktur-Struktur IEA Lainnya dan Publikasi Utama;
10) Lingkup Kerja Sama; dan
11) Tinjauan Program Kerja Sama.
Dokumen JWP yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak dan akan mulai
berlaku pada Januari tahun 2020 hingga Desember tahun 2021.
Adapun hal-hal yang perlu menjadi catatan dan ditindaklanjuti oleh KESDM dari hasil
persidangan dan side events COP25 di antaranya adalah memantau dan terlibat
dalam konsultasi high-level dengan Presidensi maupun negara-negara lain yang
memiliki perhatian pada pending matters dan target bauran energi terbarukan 23%
hingga 2025. Konsultasi dapat terus diupayakan secara kolaboratif dengan berbagai
pihak terutama investor yang serius, untuk mengembangkan energi terbarukan di
Indonesia serta untuk mencapai target kenaikan temperatur 20C dan 1,50C. Negara-
negara anggota UNFCCC didorong untuk makin meningkatkan ambisinya dalam
penurunan emisi gas rumah kaca.
Pada subsektor di bawah binaan KESDM pada pertemuan intersesi ini pihak EU
kembali mempertanyakan terkait kebijakan divestasi di Indonesia. Pada bidang
usaha mining and quarrying, KESDM memberikan limitasi dalam investasi, yaitu
kebijakan divestasi sebesar 51% pada 5 tahun setelah dimulainya produksi sesuai
dengan Permen ESDM Nomor 9 Tahun 2017 tentang Tata Cara Divestasi Saham dan
Mekanisme Penetapan Harga Saham Divestasi pada Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara dan kebijakan keikutsertaan asing dalam lelang Wilayah Ijin
Usaha Pertambangan (WIUP) Mineral atau Batubara dengan dasar hukum yaitu
Permen ESDM Nomor 11 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pemberian Wilayah,
Perizinan, dan Pelaporan pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
Selain itu pihak EU mempertanyakan kembali terkait kebijakan local content pada
bidang usaha extraction of crude petroleum and natural gas apakah peraturan ini
Respons pihak EU terkait initial offer di sektor energi yaitu terkait General Conditions
on Energy Services untuk kalimat “transfer or disposal of equity interests or their
assets” dan “limitations on ownership of assets” apakah ini merupakan salah satu
kewajiban divestasi atau bukan dan juga meminta penjelasan terkait hal ini. KESDM
masih akan mendiskusikan secara internal terkait posisi pada kalimat ini dan akan
memberikan penjelasannya pada putaran mendatang. Selain itu terkait perbedaan
antara initial offer FEP untuk bidang usaha oil and gas, geologic and geophysical
surveying services dengan FEP 49% dan geothermal survey services dengan FEP
51%, pihak EU menganggap bahwa kegiatan dalam bidang usaha ini merupakan
kegiatan yang sama. KESDM menjelaskan bahwa pada saat ini Indonesia sedang
mengembangkan kegiatan untuk kemajuan penggunaan EBT.
h. Indonesia-EU CEPA 8th round Working Group on Energy and Raw Materials
Perundingan Putaran ke-8 Indonesia–European Union CEPA berlangsung pada
tanggal 17 – 21 Juni 2019 di Jakarta.
Pada pertemuan ini Wakil Menteri ESDM menjadi panelis pada forum Ministers–CEO
Dialogue dengan topik Energy Transition and Sustainable Development Goals.
Selain itu Wakil Menteri ESDM juga melakukan wawancara dengan media Bangkok
Post dan memaparkan tentang keuntungan skema Production Sharing Contract
Gross Split (PSC–GS) bagi investor migas.
j. The 7th AMMin & 19th ASEAN Senior Officials Meeting on Minerals (ASOMM) and
associated meetings
Pertemuan AMMin ke-7 telah dilaksanakan pada tanggal 13 Desember 2019 yang
didahului dengan pertemuan ASOMM ke-19, AS0MM+3 ke-12, dan ASEAN Mineral
Awards (AMA) ke-2 berlangsung pada tanggal 11 – 12 Desember 2019 di Bangkok.
Pada AMA ke-2 terdapat 5 (lima) perusahaan yang mewakili Indonesia dari 16
perusahaan anggota ASEAN. PT. Antam dan PT. Semen Indonesia memenangkan
“The Best Winner” dengan kategori masing–masing non–metallic mineral mining dan
metallic mineral distribution.
Pada pertemuan ini proposal Indonesia dengan topik “Capacity Building and
Technological Support Through a Software on Estimation of Mineral Potential”
mendapat tanggapan positif dari Jepang dan diadopsi untuk dilaksanakan pada
tahun 2020 sehingga Indonesia perlu menyiapkan hal tersebut.
Singapura akan menjadi tuan rumah pada pertemuan ASOMM ke-2 bulan April
tahun 2020 serta pertemuan AMMin ke-8 di Viet Nam pada tahun 2021. Untuk itu
Indonesia perlu menindaklanjuti hal-hal terkait data dan statistik “review trade dan
investasi” di subsektor mineral.
k. The 37th ASEAN Senior Officials Meeting on Energy and its associated meetings
Pertemuan the 37th ASEAN Senior Officials Meeting on Energy and its associated
meetings berlangsung pada tanggal 24 – 28 Juni di Bangkok, Thailand. Tema pada
Chairmanship ASEAN 2019 di Bangkok adalah “Advancing Energy Transition trough
Partnership and Innovation”.
Beberapa hal penting yang mengemuka pada pertemuan SOME-37 ini adalah:
1) Terdapat gap yang masih besar untuk pencapaian target EBT 23% ASEAN
2025 yang saat ini masih mendekati 13% dari total bauran energy mix,
sehingga masih diharapkan dukungan dari Dialogue Partner dan International
Organization (IEA, IRENA, METI, US, Rusia, Korea, China, Germany/GIZ) dalam
penyiapan program dan action plan untuk pencapaian target ASEAN;
2) Diharapkan untuk mempercepat penyelesaian ASEAN Energy Outlook 6 dan
studi ASEAN Interconnection Master Study (AIMS III) yang keduanya saat ini
l. 57th APEC Energy Working Group and its associated meetings (EWG57)
Rangkaian pertemuan 57th APEC Energy Working Group and Its Associated Meetings
telah dilaksanakan di Taguig City, Metro Manila, Filipina, pada tanggal 20 – 25 Mei
2019. Pertemuan terdiri dari Expert Group Chairs’ Meeting, APERC Workshop, Energy
Resilience Taskforce Meeting, LCMT Task Force Meeting, APSEC Workshop, Energy
Conservation and Effiency workshop, dan EWG57 Plennary Meeting. Pada Expert
Group Chairs’ Meeting pimpinan rapat menyampaikan bahwa pengajuan proyek
baru di bawah APEC, EWG perlu mendapatkan co-sponsorhip declaration dari tiga
anggota APEC. Selain itu, para APEC Expert Group Chairs didorong untuk bekerja
sama dengan expert group pada working group lain di bawah APEC yang terkait
dengan isu-isu yang mereka tangani, untuk memaksimalkan kegiatan-kegiatan
yang sedang maupun akan dilaksanakan di masa mendatang.
Pada agenda item terkait Notable Energy Development, 16 anggota APEC yang
hadir menyampaikan perkembangan pembangunan bidang energi di negara masing
masing, pada kesempatan ini Indonesia menyampaikan perkembangan proyek
peningkatan rasio elektrifikasi seperti Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE),
Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya (PJU–TS), dan program sinergi dengan
Kementerian BUMN dan 35 perusahaan milik negara, yang turut berkontribusi
dalam pencapaian 98,3% elektrifikasi, dengan tujuan meningkatkan keamanan
dan produktivitas masyarakat. Pemerintah juga telah mengeluarkan kebijakan tarif
pembelian listrik EBT oleh PT. PLN (Persero) dengan skema Biaya Pokok Penyediaan
(BPP) melalui Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM Nomor 55K/20/MEM/2019
tentang Besaran Biaya Pokok Penyediaan Pembangkitan PT Perusahaan Listrik
Negara (Persero) Tahun 2018, yang berlaku selama satu tahun sampai dengan 31
Maret 2020, dan akan diperbaharui setiap tahun. Terkait pelaksanaan proyek Low
Carbon Model Town (LCMT) di Provinsi Aceh, telah dilaksanakan feasibility study
di empat kota, serta telah dikeluarkan beberapa rekomendasi. Skema pendanaan
untuk pembangunan LCMT Aceh dapat berasal dari Public Private Partnership
maupun community–based. Selain itu, Indonesia juga telah melaksanakan program
pengembangan jaringan gas kota. Pada periode tahun 2009 – 2018, KESDM telah
membangun jaringan gas perkotaan sebanyak 325.773 jaringan di 16 provinsi.
m. 58th APEC Energy Working Group and its associated meetings (EWG58)
Pertemuan the 58th APEC Energy Working Group (EWG) dilaksanakan di Antofagasta,
I.2. Permasalahan
A. Permasalahan dalam meningkatkan Kualitas Pengelolaan SDM Aparatur Dalam Rangka
Peningkatan Kompetensi SDM sebagai berikut:
1. KESDM belum menerapkan merit system sebagai dasar pelaksanaan manajemen SDM;
2. Belum sepenuhnya perencanaan kebutuhan pegawai berdasarkan analisis jabatan dan
analisis beban kerja;
3. Pengembangan karier pegawai belum sepenuhnya sesuai dengan standar kompetensi
jabatan;
4. Belum tercapainya pengembangan kompetensi pegawai minimal 20 Jam Pelajaran (JP)
sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai;
5. Pelaksanaan rotasi dan mutasi pegawai belum sepenuhnya mengacu pada pola rotasi dan
mutasi pegawai;
6. Keterbatasan penyertaan uji kompetensi untuk pejabat fungsional; dan
7. Belum dilaksanakannya assessment pada seluruh pegawai di lingkungan KESDM.
B. Permasalahan dalam meningkatkan Kualitas Penataan Organisasi, Tata Laksana, dan Manajemen
Perubahan sebagai berikut:
1. Menyamakan persepsi antar unit dan Kementerian terkait dalam mendorong peningkatan
nilai RB;
2. Dalam memformulasikan program kegiatan dan quick wins RB perlu ditingkatkan lagi
komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi setiap unit;
3. Menjadikan RB menjadi tanggung jawab seluruh unit; dan terindikasinya demotivasi dari
pegawai dan pimpinan dalam meningkatkan nilai RB.
C. Permasalahan dalam meningkatkan Kualitas Perencanaan Sektor ESDM yang Efektif dan Efisien
sebagai berikut:
1. Penyusunan rencana, anggaran, pelaksanaan program serta pertanggungjawabannya,
masih didominasi oleh orientasi keluaran (output) daripada orientasi hasil (outcome);
2. Indikator kinerja belum dapat di cascading sampai level individu;
3. Belum dikembangkan aplikasi e-kinerja yang dapat memantau pencapaian target kinerja
organisasi dan individu, serta belum diintegrasikan dengan aplikasi perencanaan dan
keuangan;
4. Unit-unit belum optimal memanfaatkan hasil evaluasi akuntabilitas kinerja sebagai bahan
masukan dan perbaikan peningkatan kinerja; dan
5. Pelaksanaan evaluasi program masih berfokus pada capaian output dan penyerapan
anggaran dan belum fokus pada analisis pada keterkaitan kausalitas antara kegiatan dengan
sasaran strategis lembaga dan sasaran program yang akan dicapai oleh organisasi.
E. Permasalahan dalam mewujudkan Kepastian Hukum Sektor ESDM Dalam Rangka Mendorong
Peningkatan Investasi KESDM:
Penataan perundang-undangan di sektor ESDM merupakan salah satu pilar utama dan landasan
bagi upaya untuk mewujudkan suatu pemerintahan yang baik (good governance) sehingga
pelaksanaan penataan perundang-undangan perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Hal ini menjadi penting, karena apabila tahapan proses pembentukan peraturan perundang-
undangan tidak dilakukan secara akuntabel, maka akan muncul peraturan perundang-undangan
yang tumpang tindih, disharmonis atau dapat diinterpretasi berbeda sehingga sering tidak dapat
diimplementasikan sesuai dengan tujuan pembentukan peraturan perundang-undangan tersebut.
Penguatan koordinasi dengan unit utama KESDM terutama bagian yang memiliki tugas dan
fungsi bidang perundang-undangan maupun dengan K/L terkait guna menyusun peraturan
perundang-undangan sektor ESDM yang lebih implementatif. Dalam mewujudkan suatu penataan
perundang-undangan yang optimal tentu saja sering dihadapkan pada berbagai permasalahan
atau kendala, antara lain:
1. Penataan peraturan perundang-undangan sering berkenaan dengan kewenangan K/L lain
dan hal ini sering muncul atau terdapat sikap ego sektoral dari K/L terkait tersebut sehingga
sering diperlukan koordinasi dan penyamaan persepsi yang membutuhkan waktu yang
cukup panjang;
2. Banyaknya jumlah peraturan perundang-undangan yang harus disederhanakan;
3. Dalam hal ketentuan peraturan yang hendak disederhanakan atau dihilangkan berada di
level undang-undang, proses penataannya harus tetap mengikuti proses perencanaan
pembentukan peraturan perundang-undangan (Prolegnas UU) yang ditetapkan oleh DPR,
sehingga memerlukan proses dan komunikasi politik yang panjang;
4. Penataan perundang-undangan di tingkat daerah seperti Peraturan Daerah (Perda) dan
Peraturan Gubernur (Pergub) sering belum responsive terhadap penataan perundang-
undangan yang dilakukan oleh Kementerian penanggungjawab Norma Standar Prosedur
dan Kriteria (NSPK), sehingga penataan belum terasa dampaknya di tingkat daerah; dan
5. Belum adanya roadmap penataan Perundang-undangan yang rigid dan anggaran yang
memadai.
F. Permasalahan untuk meningkatkan sarana dan prasarana aparatur yang efektif dan efisien
sebagai berikut:
Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana aparatur harus dilaksanakan secara efektif dan
efisien mengikuti standar sarana dan prasarana sehingga memberikan kenyamanan serta
kemudahan dalam bekerja bagi para aparatur yang dapat meningkatkan pencapaian kinerja
organisasi sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
G. Permasalahan dalam meningkatkan Kualitas Data dan Teknologi Informasi Sektor ESDM yang
Lengkap, Akurat, Terintegrasi dan Tepat Waktu:
1. Pada pembangunan ESDM Data Enterprise dan meningkatkan Single of Truth Data diperlukan
adanya pelaporan dari unit yang berbasiskan aplikasi;
2. Pada implementasi Satu Data sesuai dengan Perpres Nomor 39 Tahun 2019 tentang Satu
Data Indonesia, perlu disusun standar data, metadata, kode referensi dan interoperabilitas
di lingkungan sektor ESDM;
3. Untuk menjaga quantity assurance data sektor ESDM, perlu menyatukan setiap aplikasi
antar unit; dan
4. Untuk membuat satu data antar publikasi perlu menyepakati cut off date data.
I. Permasalahan dalam meningkatkan pelayanan komunikasi publik sektor ESDM sebagai berikut:
1. Penyajian konten informasi yang saat ini dituntut lebih beragam dan lebih kreatif bentuknya
(infografis, videografis, video). Sehingga setiap pegawai yang terlibat dalam penyajian
konten informasi dituntut untuk belajar lebih cepat mengikuti tren konten publikasi saat ini;
2. Arus informasi yang serba cepat, disruptive, dan tingkat validitas yang rendah menjadi
tantangan saat ini;
3. Tahun politik dimana pada tahun 2019 merupakan tahun berlangsungnya Pemilu Presiden
yang akan menentukan arah kebijakan politik luar negeri;
4. Pergantian Menteri ESDM juga berpengaruh pada arah kebijakan kerja sama di sektor ESDM;
dan
5. Kesiapan tuan rumah/host pada forum bilateral, multilateral, regional, serta perdagangan
dan investasi.
Visi tersebut diwujudkan melalui 9 misi yang dikenal sebagai Nawacita Kedua sebagai berikut:
1. Peningkatan kualitas manusia Indonesia;
2. Struktur ekonomi yang produktif, mandiri dan berdaya saing;
3. Pembangunan yang merata dan berkeadilan;
4. Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan;
5. Kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa;
6. Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya;
7. Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga;
8. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif dan terpercaya; dan
9. Sinergi Pemerintah Daerah dalam rangka negara kesatuan.
Visi-misi dan arahan Presiden diterjemahkan ke dalam 7 Agenda Pembangunan RPJMN IV 2020-
2024 sebagai berikut:
1. Memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas dan berkeadilan;
2. Mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan menjamin pemerataan;
3. Meningkatkan SDM berkualitas dan berdaya saing;
4. Revolusi mental dan pembangunan kebudayaan;
5. Memperkuat infrastruktur mendukung pengembangan ekonomi dan pelayanan dasar;
6. Membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana dan perubahan iklim; dan
7. Memperkuat stabilitas Politik Hukum Pertahanan dan Keamanan (Polhukhankam) dan
transformasi pelayanan publik.
Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur serta
mendukung visi-misi Presiden, KESDM terus melakukan pembenahan dan penyempurnaan di
seluruh aspek sektor ESDM. Dengan mempertimbangkan capaian kinerja sektor ESDM yang masih
dapat dioptimalkan, tantangan dan permasalahan yang dihadapi, serta memperhatikan peluang dan
aspirasi dari seluruh pihak, maka visi KESDM dalam periode 5 (lima) tahun mendatang adalah:
Kemandirian energi merupakan indikator jaminan pemenuhan kebutuhan energi secara mandiri
dengan memanfaatkan semaksimal mungkin potensi dari sumber dalam negeri. Kebijakan yang
diharapkan dapat mewujudkan kemandirian energi nasional yang baik yaitu dengan meningkatkan
penggunaan sumber energi terbarukan serta melakukan diversifikasi energi di seluruh sektor energi
agar tidak bergantung pada satu jenis sumber energi. Selain itu, indikator utama lainnya dalam menilai
keberhasilan pengelolaan energi adalah indikator ketahanan energi nasional. Dimana Pemerintah
akan terus meningkatkan kondisi terjaminnya ketersediaan energi secara berkesinambungan yang
diselaraskan dengan penyediaan akses energi yang merata pada harga yang terjangkau untuk
seluruh masyarakat dalam waktu jangka panjang dengan tetap memperhatikan perlindungan
terhadap lingkungan hidup.
Dalam mengemban amanah besar sebagai penggerak utama pengelolaan energi nasional, KESDM
terus bertransformasi ke arah yang lebih baik untuk menjadi sebuah institusi pemerintahan yang
profesional, berkualitas, bermartabat, terpercaya, dihormati, dan disegani yang didukung oleh SDM
yang mampu bekerja secara cepat, cermat, dan produktif.
Dalam mewujudkan SDM yang berkualitas yang dapat mendukung peningkatan kinerja KESDM,
maka dibutuhkan penanaman nilai-nilai perilaku yang harus dijadikan pedoman oleh pimpinan dan
seluruh ASN KESDM dalam mengabdi, bekerja, dan bersikap serta sebagai landasan untuk melakukan
perubahan pola pikir dan budaya kerja.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, Menteri ESDM telah menerbitkan Kepmen ESDM Nomor
1808K/07/MEM/2015 tanggal 18 Agustus 2015 tentang Nilai-Nilai Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral yang meliputi:
1. Jujur
Nilai kejujuran diartikan dengan berperilaku mematuhi dan tunduk secara konsisten terhadap
aturan dan standar etik yang berlaku. Dalam implementasinya, nilai kejujuran memiliki makna
dalam berpikir, berperilaku, bertindak dengan amanah, transparan, penuh integritas, memegang
teguh kode etik, dan loyal kepada bangsa dan negara. Nilai kejujuran wajib dilaksanakan dan
berlaku bagi pimpinan dan seluruh ASN di lingkungan KESDM. Selain itu, nilai kejujuran yang
dilakukan dengan sepenuh hati sangat diperlukan dalam melaksanakan kewajiban guna
meningkatkan kepercayaan masyarakat.
Pelaksanaan nilai-nilai KESDM yang diwujudkan dalam kaidah-kaidah perilaku Jujur adalah
sebagai berikut:
a. Menjaga kepercayaan dengan baik;
b. Melaksanakan tugas dengan prinsip-prinsip keterbukaan;
c. Selarasnya kata dengan perbuatan;
d. Patuh kepada peraturan yang berlaku; dan
e. Setia kepada KESDM, bangsa dan negara.
2. Profesional
Sikap profesional berhubungan erat dengan sikap akuntabilitas dan integritas sebagai ASN.
Profesional memiliki makna bekerja dengan semangat, cermat, akuntabel, disiplin, akurat,
dan tuntas atas dasar kompetensi terbaik. Sikap profesional ditunjukkan dengan melakukan
pekerjaan dengan penuh tanggung jawab, komitmen yang tinggi, dapat membangun sinergi
3. Melayani
KESDM berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan layanan terbaik di sektor
energi kepada publik. Untuk itu, dalam memberikan layanan prima, pelayanan harus dilakukan
dengan memahami kebutuhan pemangku kepentingan dan masyarakat terlebih dahulu.
Selain itu, dalam memberikan pelayanan, komitmen melayani secara sepenuh hati, proaktif,
profesional, simpel, efisien, dan tepat waktu dalam rangka memenuhi kepuasan internal dan
publik sangat diperlukan.
4. Inovatif
Inovatif dalam bersikap memiliki arti siap mencurahkan segala kemampuan diri dalam berpikir
secara luas dengan batasan-batasan norma untuk menciptakan sesuatu yang baru bagi diri kita
sebagai ASN, maupun masyarakat dan lingkungan sekitar, mampu untuk berwawasan terbuka,
selalu belajar untuk peningkatan diri, memiliki ide baru yang bermanfaat, dan membuat solusi
alternatif dalam pekerjaan untuk mempercepat tercapainya target kinerja.
Indikator pelaksanaan nilai “inovatif” adalah jumlah program baru untuk masyarakat yang
meningkat.
5. Berarti
Berarti dapat diartikan dengan menjadi manusia yang memanusiakan manusia yang dapat
memberikan manfaat ke beberapa sisi yaitu bagi diri sendiri, orang lain, KESDM, masyarakat,
bangsa dan negara sehingga menjadi teladan, tempat bertanya, mampu memimpin, dan
memecahkan masalah.
Pelaksanaan nilai-nilai KESDM yang diwujudkan dalam kaidah-kaidah perilaku “berarti”, adalah
sebagai berikut:
a. Menghargai dan menghormati orang lain layaknya terhadap diri sendiri;
b. Berkontribusi untuk memberikan manfaat bagi diri sendiri, orang lain, KESDM, masyarakat,
bangsa dan negara;
c. Sebagai tempat bertanya yang menyenangkan;
d. Menjadi teladan yang baik di KESDM dan masyarakat;
e. Memiliki jiwa kepemimpinan yang baik; dan
f. Mampu menganalisis permasalahan untuk dipecahkan.
ARAH KEBIJAKAN,
STRATEGI, REGULASI,
DAN KERANGKA
KELEMBAGAAN
A. Terwujudnya Birokrasi yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi pada Layanan Prima
Dalam rangka mengukur peningkatan nilai dari birokrasi yang efektif, efisien, dan berorientasi
pada layanan prima, maka ditetapkan indikator kinerja yang dapat dijadikan instrumen penilaian
yang terukur untuk mencapai sasaran tersebut. Indikator kinerja yang dimaksud yaitu Indeks
Reformasi Birokrasi. Indeks Reformasi Birokrasi merupakan penilaian terhadap evaluasi birokrasi
yang berpedoman pada Permen PANRB Nomor 8 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun
2014 tentang Pedoman Evaluasi Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah. Evaluasi difokuskan
pada upaya-upaya yang dilakukan oleh KESDM dalam pelaksanaan RB.
Tujuan evaluasi adalah untuk menilai kemajuan pelaksanaan program RB dalam rangka mencapai
sasaran yaitu mewujudkan birokrasi yang bersih dan akuntabel, birokrasi yang efektif dan efisien,
serta birokrasi yang mampu memberikan pelayanan publik yang baik. Selain itu, evaluasi ini juga
bertujuan untuk memberikan saran perbaikan dalam rangka meningkatkan kualitas pelaksanaan
RB di lingkungan KESDM. Untuk mengukur nilai RB tersebut, maka ditentukan komponen-
komponen pengungkit dari penilaian indeks tersebut. Komponen-komponen tersebut yaitu:
1. Manajemen perubahan
Manajemen perubahan sebagai salah satu indikator untuk menilai perubahan secara
sistematis dan konsisten dari sistem dan mekanisme kerja organisasi serta pola pikir dan
budaya kerja individu atau unit kerja di dalamnya menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan
dan sasaran RB.
2. Penataan peraturan perundang-undangan
Penataan peraturan perundang-undangan sebagai salah satu indikator untuk menilai
tingkat efektivitas pengelolaan peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh
instansi Pemerintah.
3. Penataan dan penguatan organisasi
Penataan dan penguatan organisasi sebagai salah satu indikator untuk menilai tingkat
efisiensi dan efektivitas organisasi instansi Pemerintah secara proporsional sesuai dengan
kebutuhan pelaksanaan tugas masing-masing sehingga menjadi tepat fungsi.
4. Penataan tatalaksana
Penataan tatalaksana sebagai salah satu indikator untuk menilai tingkat efisiensi dan
efektivitas sistem, proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien dan terukur pada
masing-masing instansi Pemerintah.
5. Penataan sistem manajemen SDM
Penataan sistem manajemen SDM sebagai salah satu indikator untuk menilai tingkat
profesionalisme SDM pada masing-masing instansi Pemerintah.
Penilaian terhadap Indeks Reformasi Birokrasi KESDM ini nantinya akan dilakukan oleh
Kementerian PANRB dengan berbasis pada Nilai Akuntabilitas Kerja, Survei Internal Integritas
Organisasi, Survei Eksternal Persepsi Korupsi, Opini BPK, dan Survei Eksternal Pelayanan Publik.
Strategi ke depan untuk mencapai target Indeks Reformasi Birokrasi antara lain sebagai berikut:
1. Perubahan mindset dan culture-set yang mendukung pelaksanaan RB ke arah yang lebih
substansial;
2. Penerapan turunan dari nilai-nilai KESDM secara holisitik untuk memberikan pemahaman
kepada semua ASN DI KESDM;
3. Membangun keselarasan antara program kegiatan dan quick wins yang termuat dalam
roadmap Reformasi Birokrasi. Hal ini menjadi penting untuk menghindari duplikasi dan
program kegiatan serta quick wins yang berpotensi tidak terlaksana;
4. Membangun Integritas Organisasi melalui penguatan:
a. Budaya organisasi dan anti korupsi;
b. Pengelolaan SDM;
c. Pelaksanaan anggaran;
d. Pelaksanaan pencairan anggaran secara transparan;
e. Budaya organisasi yang akuntabel;
f. Pelaksanaan kinerja individu dan organisasi.
5. Pelaksanaan kegiatan yang bercirikan melayani secara prima;
6. Mewujudkan kualitas kebijakan yang unggul untuk mewujudkan pencapaian indeks RB
agar lebih baik;
7. Membangun koordinasi dan komunikasi secara intens dengan biro dan pusat dalam
mengakselerasi pencapaian RB;
8. Memitigasi hambatan baik secara internal dan eksternal lingkungan yang menghambat
pencapaian RB.
2. Nilai SAKIP
SAKIP merupakan penerapan pelaksanaan manajemen kinerja berupa rangkaian
sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang bertujuan untuk memastikan
terdapat perbaikan berkelanjutan guna meningkatkan kinerja K/L sesuai dengan sasaran
pembangunan nasional, pencapaian target-target, serta pelaksanaan monitoring dan
evaluasi. Penerapan SAKIP dilakukan berdasarkan UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi Kolusi dan Nepotisme, yang
Salah satu upaya untuk bisa bersama melawan korupsi untuk mewujudkan Indonesia Maju
dalam rangka penguatan integritas pegawai di KESDM, telah dilaksanakan Seminar Anti
Korupsi oleh Setjen KESDM sebagaimana gambar di bawah ini dan diharapkan kegiatan
sejenis bisa diadakan secara berkala.
Salah satu hal terpenting dalam metode perhitungan Indeks Kemandirian Energi Nasional
adalah penentuan bobot setiap indikator yang digunakan, yang sangat berpengaruh
terhadap nilai akhir dari Indeks Kemandirian Energi Nasional. Untuk itu dalam menentukan
bobot masing-masing indikator, dilakukan survei terhadap para pakar/pelaku di bidang
energi, badan usaha, stakeholders, dan pimpinan KESDM yang memiliki pengalaman dalam
memahami konsep kemandirian energi.
Hasil dari survei tersebut, diolah menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP)
untuk dapat menyaring pendapat dari responden dalam hal konsistensi dan lainnya.
Sedangkan pembobotan dari setiap parameter dalam indikator tersebut dianggap sama/
setara. Indeks Kemandirian Energi Nasional terdiri dari 2 (dua) indikator yaitu:
a. Kemandirian terhadap sumber energi
Merupakan penilaian terhadap kondisi penyediaan energi nasional berdasarkan jenis
dan sumber energi yang digunakan untuk menentukan kemampuan bangsa secara
mandiri dalam menyediakan energi dan tidak tergantung hanya pada beberapa jenis
energi saja. Indikator yang digunakan dalam menghitung kemandirian terhadap
sumber energi yang merupakan rasio suplai dari sumber energi lokal (termasuk
energi yang bersumber dari produksi luar negeri) terhadap impor dalam memenuhi
kebutuhan dalam negeri yaitu:
1) Rasio impor minyak mentah terhadap kebutuhan minyak mentah, perhitungan
ini dengan membandingkan antara impor minyak mentah terhadap kebutuhan
minyak mentah. Usaha yang dilakukan untuk menurunkan impor minyak mentah
adalah dengan peningkatan suplai minyak mentah domestik dan diversifikasi
sumber minyak seperti penggunaan CPO dan lainnya.
2) Rasio impor gas terhadap kebutuhan gas bumi, perhitungan ini dengan
membandingkan antara impor gas bumi terhadap kebutuhan gas. Usaha yang
dilakukan agar kebutuhan gas domestik dapat terus terpenuhi yaitu melalui
Dalam rangka mencapai target Monitoring dan Evaluasi Indeks Kemandirian Energi Nasional
akan dilaksanakan melalui strategi sebagai berikut:
a. Melaksanakan pembinaan dan koordinasi kepada seluruh unit organisasi terkait;
b. Melaksanakan koordinasi dengan seluruh unit organisasi di limgkungan KESDM, jika
target tidak tercapai maka membuat dokumen laporan evaluasi harus menyertakan
strategi untuk mitigasi;
c. Optimalisasi monitoring secara berkala;
d. Optimalisasi evaluasi secara berkala; dan
Seperti halnya dengan Indeks Kemandirian Energi Nasional, salah satu hal terpenting
dalam menentukan metode perhitungan Indeks Ketahanan Energi Nasional yaitu
menentukan bobot setiap aspek dan indikator yang digunakan, hal ini sangat berpengaruh
terhadap nilai akhir dari perhitungan. Untuk itu dalam menentukan bobot masing-masing
aspek dan indikator, dilakukan survei terhadap para pakar/pelaku dibidang energi, badan
usaha, stakeholders dan pimpinan di lingkungan KESDM yang memiliki pengalaman dalam
memahami konsep ketahanan energi. Hasil dari survei tersebut, diolah menggunakan
metode AHP untuk dapat menyaring pendapat dari responden dalam hal konsistensi dan
lainnya. Dari metode AHP, ditetapkanlah bobot dari setiap aspek dan indikator tersebut.
Sedangkan pembobotan dari setiap parameter dalam indikator dianggap sama/setara.
Adapun target dan komponen yang digunakan dalam penilaian Indeks Ketahanan Energi
sebagai berikut:
a. Availability
Merupakan penilaian dari kondisi ketersediaan energi nasional dalam rangka memenuhi
kebutuhan energi saat ini maupun dimasa mendatang dengan mempertimbangkan
pasokan dalam negeri maupun impor. Penilaian dari kondisi ini dipengaruhi oleh:
1) Penilaian diversifikasi energi ditentukan melalui Herfindal-Hirsman Indeks
(HHI) yang dapat memperlihatkan seberapa banyak keberagaman jenis energi
yang digunakan serta seberapa besar ketergantungan suplai terhadap suatu
jenis energi, atau keberagaman sumber negara impor serta keseimbangan
pasokan masing-masing sumber impor. Semakin kecil nilai HHI, maka semakin
baik diversifikasi energi nasional. Hal yang menjadi parameter dari penilaian
diversifikasi energi tersebut yaitu HHI jenis sumber energi, sumber impor minyak
mentah, sumber impor BBM, dan sumber impor LPG.
2) Kondisi penyediaan energi fosil memperlihatkan kemampuan produksi/lifting
migas dan batu bara, jalannya kegiatan eksplorasi yang peningkatan cadangan
untuk dapat memberikan jaminan konservasi energi dimasa mendatang serta
untuk memberikan jaminan pasokan energi sebagai modal pembangunan.
Adapun parameter yang menjadi penilaian yaitu produksi minyak bumi, R to P
minyak bumi, cadangan operasional BBM, produksi gas bumi, R to P gas bumi,
alokasi gas untuk domestik, produksi batu bara, R to P batu bara, DMO batu bara,
Indikator yang sangat berpengaruh pada dimensi availability yaitu diversifikasi energi
primer dan potensi EBT. Dua indikator tersebut memiliki bobot di atas 40%, sehingga
capaian parameternya memiliki pengaruh yang sangat besar.
Sedangkan indikator potensi EBT telah diprediksi sebelumnya akan memiliki bobot
yang besar, mengingat bahwa Indonesia saat ini menuju pengembangan EBT yang
masif dengan target 23% bauran EBT pada tahun 2025. Berdasarkan asas manfaatnya,
Pemerintah terus meningkatkan potensi terukur EBT agar pengembangan EBT dapat
dipercepat. Kondisi saat ini memperlihatkan bahwa potensi terukur dari EBT masih
sangat rendah bila dibandingkan dengan total potensi EBT per jenis energi.
b. Accessibility
Merupakan penilaian terhadap kondisi keandalan infrastruktur energi dalam rangka
menjamin distribusi energi ke seluruh masyarakat Indonesia dengan tetap menjaga
keberlanjutannya. Penilaian dari kondisi ini dipengaruhi oleh:
1) Keandalan infrastruktur BBM sangat dipengaruhi oleh kapasitas kilang minyak
Indonesia yang mempengaruhi jumlah impor produk BBM yang langsung
digunakan oleh masyarakat, walaupun memiliki dampak terhadap peningkatan
impor minyak mentah, namun memiliki nilai tambah yang baik bagi industri serta
ketahanan energi nasional terutama untuk penyediaan BBM. Selain kapasitas
kilang minyak, pengukuran yang digunakan terhadap infrastruktur BBM yaitu
utilisasi kapasitas kilang minyak dan nilai rasio produksi terhadap total konsumsi
BBM.
2) Keandalan infrastruktur gas sebagai salah satu indikator untuk mengukur
kemampuan akses gas dengan penilaian yang dititik beratkan pada ketersediaan
infrastruktur kilang gas bumi, kinerja kilang LNG, rasio produksi LNG terhadap total
konsumsi LNG, rasio panjang pipa gas, jumlah rumah tangga yang menggunakan
jargas kota, jumlah SPBG, dan kapasitas gas ANG.
3) Keandalan infrastruktur LPG sebagai salah satu indikator untuk mengukur
kemampuan akses LPG dengan penilaian yang dititik beratkan pada ketersediaan
infrastruktur kilang LPG, utilisasi produksi kilang LPG dan rasio produksi terhadap
total konsumsi LPG.
4) Keandalan infrastruktur listrik sebagai salah satu indikator untuk mengukur
kemampuan akses listrik dengan penilaian yang dititik beratkan pada konsumsi
listrik per kapita, keandalan kontinuitas terhadap utilitas pelanggan (SAIDI
dan SAIFI), besarnya rugi-rugi (losses) pada jaringan, rasio kebutuhan jaringan
transmisi dan distribusi, reserve margin pembangkit, dan penyediaan SPKLU.
5) Optimalisasi pemanfaatan batu bara sebagai salah satu indikator untuk mengukur
Pada dimensi accessibility ini yang diarahkan pada kemampuan Pemerintah untuk
menyediakan, mengoptimalkan dan meningkatkan nilai tambah dari seluruh jenis
energi, penyediaan dan infrastruktur EBT memiliki bobot yang paling tinggi dibanding
indikator lainnya, sehingga dalam lima tahun ke depan pembangunan EBT menjadi
prioritas utama Pemerintah. Diharapkan nilai dari indikator ini terus terkoreksi membaik
untuk dapat menjadi penopang meningkatnya nilai Indeks Ketahanan Energi Nasional.
c. Affordability
Merupakan penilaian terhadap kemampuan masyarakat dalam menjangkau harga
energi yang disediakan berdasarkan besaran kebutuhan dasar energi sehari-hari, yang
mempertimbangkan daya beli masyarakat. Penilaian dari kondisi ini dipengaruhi oleh:
1) Efisiensi penggunaan energi sebagai salah satu indikator untuk mengukur
kemampuan penghematan penggunaan energi dengan tetap mempertahankan
dan/atau meningkatkan output/produk yang dihasilkan. Adapun parameter yang
menjadi penilaian yaitu intensitas energi final dan rata-rata efisiensi pembangkit
listrik khusus fosil.
2) Produktivitas energi sektoral sebagai salah satu indikator untuk mengukur
peningkatan output yang dihasilkan (dalam bentuk PDB) dibandingkan dengan
penggunaan energi. Adapun parameter yang menjadi penilaian yaitu rasio
konsumsi energi industri dibandingkan dengan PDB industri dan rasio konsumsi
energi komersial dibandingkan dengan PDB komersial.
3) Perkembangan harga BBM sebagai salah satu indikator untuk mengukur
keterjangkauan masyarakat terhadap harga BBM dibandingkan dengan rata-rata
pendapatan masyarakat pada 40% masyarakat menengah ke bawah. Parameter
yang diukur yaitu rasio expenditure BBM merupakan rasio pengeluaran 40%
masyarakat menengah ke bawah untuk membeli BBM terhadap pengeluaran
total masyarakat.
4) Perkembangan harga listrik sebagai salah satu indikator untuk mengukur
keterjangkauan masyarakat terhadap harga listrik dibandingkan dengan rata-rata
pendapatan masyarakat pada 40% masyarakat menengah ke bawah. Parameter
yang diukur yaitu rasio expenditure listrik merupakan rasio pengeluaran 40%
masyarakat menengah ke bawah untuk membayar listrik terhadap pengeluaran
total masyarakat.
5) Perkembangan harga LPG sebagai salah satu indikator untuk mengukur
pergerakan harga LPG dengan penilaian yang dititik beratkan pada harga LPG
subsidi dan LPG non subsidi.
d. Acceptability
Acceptability merupakan penilaian terhadap tingkat penerimaan masyarakat dalam
kaitan keberlangsungan lingkungan terhadap jenis energi yang digunakan saat ini.
Penilaian ini memperlihatkan peningkatan emisi GRK sektor energi dan pangsa EBT
dalam bauran energi primer serta kemampuan Pemerintah dalam memanfaatkan
energi yang lebih ramah lingkungan dalam kaitannya mengurangi penggunaan energi
fosil yang memiliki emisi yang besar.
Reduksi emisi GRK sektor ESDM diharapkan dapat mencapai target sebesar 58 juta
ton CO2 pada tahun 2020 dan 142 juta ton CO2 pada tahun 2024. Beberapa kegiatan
untuk mencapai target reduksi emisi GRK sektor ESDM di antaranya:
1) Penyediaan dan pengelolaan EBT;
2) Kegiatan konservasi dan efisiensi energi;
3) Pembangkit energi bersih;
4) Fuel switching; dan
5) Reklamasi lahan pasca tambang.
Untuk mendukung kemudahan dalam menyetorkan PNBP ke Kas Negara, Setjen KESDM
mendorong, menginisiasi dan melakukan pendampingan dalam pembangunan E-PNBP
pada unit penghasil PNBP secara bertahap dengan cakupan sebagaimana pada gambar
12 di bawah.
PERUSAHAAN SURVEYOR
BIDANG
MINERBA &
MIGAS EXECUTIVE
SERVICE ORIENTED ARCHITECTURE (SOA) INFORMATION
SYSTEM
ESDM PAYMENT ESB KESDM (PUSDATIN) (DASHBOARD)
DATA
DB WARE
HOUSE
DITJEN MINERBA DITJEN MIGAS DITJEN EBTKE DITJEN LISTRIK BADAN LITBANG SEKJEN
E_PNBP E_PNBP E_PNBP E_PNBP E_PNBP NADINE
MOMI ................... ................... ................... ................... ONE MAP INDONESIA
MODI ................... ................... ................... ................... BANK DATA
................... ................... ................... ................... ................... SUPEL
REKON PUSAT
REKON PUSAT-
PEMDA KESDM
DAERAH
VERIFIKASI
DAERAH
PENGHASIL
(KESDM)
Untuk menunjang transparansi dan kemudahan terhadap akses data dan informasi
terkait usulan penyaluran PNBP SDA di lingkungan KESDM, Setjen telah membangun
dan mengembangkan Sistem Data dan Informasi Usulan Penyaluran PNBP SDA (SUPEL)
yang dapat diakses oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pada SUPEL,
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memperoleh informasi mengenai peraturan
dan kebijakan pengelolaan PNBP dan DBH SDA, penetapan daerah penghasil, target
PNBP SDA per daerah penghasil, perhitungan detail atas setoran PNBP SDA per daerah
penghasil, rekapitulasi usulan penyaluran PNBP SDA oleh KESDM kepada Kementerian
Keuangan, serta informasi lainnya terkait pengelolaan SDA di lingkungan KESDM.
b. Subsektor Ketenagalistrikan
Upaya untuk meningkatkan kembali investasi ketenagalistrikan, antara lain:
1) Mendorong peningkatan konsumsi listrik terutama, dengan prioritas percepatan
Adapun kebijakan KESDM yang menjadi bagian dari penilaian Indeks Implementasi
Kebijakan pada tahun 2020-2024 antara lain, BBM satu harga, jaringan gas kota untuk
rumah tangga, Penerangan Jalanan Umum (PJU) berbasis solar system, konverter kit untuk
nelayan dan petani, dan penyediaan air bersih melalui sumur bor. Namun kebijakan yang
menjadi penilaian tersebut dapat berubah sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh
KESDM yang memiliki dampak langsung terhadap masyarakat dan telah berjalan kurang
lebih dua tahun.
Untuk dapat mencapai target nilai Indeks Implementasi Kebijakan selama 5 (lima) tahun ke
depan diperlukan strategi:
a. Sosialisasi kebijakan pada masyarakat terdampak;
b. Memberikan bantuan pada masyarakat secara tepat sasaran;
c. Meningkatkan kuantitas penerima manfaat;
Strategi dan Rencana Aksi yang akan dilakukan Setjen KESDM untuk mencapai target
melalui:
a. Pemberian masukan atau telaahan terhadap konsep peraturan perundang-undangan
di sektor ESDM sebelum peraturan tersebut diundangkan;
b. Pemberian masukan atau telaahan terhadap konsep peraturan perundang-undangan
sektor lain yang berkaitan dengan pengusahaan di sektor ESDM;
c. Inventarisasi permasalahan yang terjadi di lapangan dan melakukan koordinasi dengan
unit teknis terkait atau dengan stakeholders terhadap permasalahan hukum yang
terjadi;
d. Melakukan analisa dan kajian dari sisi peraturan perundang-undangan terhadap
langkah-langkah yang akan di ambil oleh pimpinan; dan
e. Memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi stakeholders yang belum
menempuh jalur hukum maupun penanganan perkara di sektor ESDM pada lembaga
peradilan.
Adapun Strategi dan Rencana Aksi yang akan dilakukan Setjen KESDM untuk mencapai
target tersebut adalah melalui:
a. Penerbitan kebijakan yang dapat memberikan landasan hukum yang kuat untuk
Tonasi pemberitaan yang positif ini bukan saja sebagai upaya Pemerintah untuk
membangun reputasi KESDM, tapi juga untuk memberikan informasi yang relevan terhadap
hasil kinerja yang telah dilakukan oleh seluruh unit di sektor ESDM. Tujuan akhirnya adalah
dapat meningkatkan kembali kepercayaan publik pada kinerja Pemerintah terutama KESDM
serta menghindarkan masyarakat dan stakeholders lainnya dari bahaya berita hoaks.
Strategi untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan kerja sama adalah sebagai berikut:
a. Berpartisipasi secara aktif dalam forum-forum bilateral, multilateral dan regional;
b. Menetapkan posisi KESDM dan melakukan negosiasi yang efektif dalam setiap
perundingan bilateral, multilateral dan regional;
c. Mendorong semua pihak terkait untuk dapat menindaklanjuti kesepakatan-
kesepakatan yang tertuang dalam perjanjian, Nota Kesepahaman, Joint Program, Joint
Statement dan sebagainya;
d. Memfasilitasi BUMN/pihak swasta untuk dapat bekerja sama dengan pihak asing
dalam rangka meningkatkan investasi dan penerimaan negara; dan
e. Melakukan monitoring secara berkala atas perkembangan kerja sama dan melakukan
evaluasi untuk dapat meningkatkan manfaat yang produktif;
I. Terwujudnya Pengelolaan Aset dan Objek Vital Nasional (Obvitnas) Sektor ESDM yang
Optimal
1. Pengelolaan Sarana dan Prasarana pada Setjen KESDM
Strategi untuk meningkatkan pengelolaan sarana dan prasarana, antara lain:
a. Penguatan kompetensi SDM, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas;
b. Penyusunan laporan BMN secara reguler dan tepat waktu berdasarkan Permen
Keuangan Nomor 181/PMK.06/2016 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara;
c. Pelaksanaan rekonsiliasi pengelolaan BMN secara reguler tiap triwulan, semesteran
dan tahunan;
d. Pemutakhiran data BMN semesteran dan tahunan;
e. Sinkronisasi data aplikasi BMN semesteran dan tahunan;
f. Pembaharuan versi sistem aplikasi dan plugin fitur pengelolaan BMN;
g. Mengoptimalkan pengelolaan sarana dan prasarana dengan memanfaatkan teknologi
informasi dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan penyediaan sarana dan
prasarana;
h. Peningkatan kualitas gedung dengan pemenuhan standar bangunan gedung yang
berbasis green building;
i. Peningkatan kualitas pemeliharaan gedung dengan menerapkan sistem manajemen
energi untuk mencapai efisiensi energi;
j. Perbaikan tata kelola pelaksanaan pengadaan barang/jasa untuk mendapatkan sarana
dan prasarana aparatur sesuai dengan yang dibutuhkan; dan
k. Pelaksanaan studi banding dengan unit dan instansi lain baik unit internal KESDM
maupun unit/instansi eksternal KESDM. Studi banding yang berkesinambungan
diharapkan dapat menjadi media untuk melakukan evaluasi dan pembelajaran agar
dapat selalu membenahi diri dan meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Sesuai Permen PANRB Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pedoman Evaluasi Kelembagaan
Instansi Pemerintah, metode evaluasi yang digunakan adalah survei berdasarkan
kuesioner terstruktur yang disusun berdasarkan indikator dimensi-dimensi struktur dan
proses organisasi. Kuesioner dalam hal ini digunakan sebagai instrumen dalam proses
pengumpulan data dan dilakukan dengan melihat persepsi kelompok (per-Eselon I) di dalam
organisasi mengenai kondisi organisasi saat ini.
Strategi pengembangan SDM yang diukur melalui Indeks Profesionalitas ASN KESDM
adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan kualitas pegawai melalui peningkatan penyertaan tugas belajar;
b. Pengembangan kompetensi pegawai melalui program pengembangan kompetensi
yaitu peningkatan penyelenggaraan diklat tepat guna dan tepat sasaran, meliputi
diklat kepemimpinan bagi pejabat struktural, diklat fungsional bagi pejabat fungsional,
pemenuhan diklat 20 jam pelajaran bagi seluruh pegawai sesuai dengan bidang
tugasnya, serta pengikutsertaan pegawai pada seminar-seminar sesuai bidang
keahliannya;
c. Peningkatan kinerja pegawai sesuai dengan PP Nomor 30 Tahun 2019 tentang
Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil; dan
d. Peningkatan disiplin pegawai.
Strategi yang akan dilaksanakan untuk mencapai nilai IP ASN sesuai target antara lain:
a. Mengikutsertakan Pejabat Struktural mengikuti diklat kepemimpinan sesuai dengan
jenjang jabatannya;
b. Peningkatan penyertaan Pejabat Fungsional pada diklat fungsional sesuai dengan
Untuk menjamin birokrasi Pemerintah yang bersih, bebas KKN, dan terlepas dari intervensi
politik, perlu diterapkan sistem manajemen ASN berbasis merit. Berdasarkan UU Nomor
5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara disebutkan bahwa Pemerintah diharapkan
dapat menciptakan aparatur yang profesional, cakap, dan kompetitif melalui pelaksanaan
manajemen ASN yang berdasarkan pada Sistem Merit, atau sistem rekrutmen,
pengangkatan, penempatan, dan promosi pegawai berdasarkan kualifikasi, kompetensi,
dan kinerja.
Bagi instansi yang telah menerapkan Sistem Merit, maka ketentuan mengenai pengisian
JPT secara terbuka dan kompetitif dapat dikecualikan dan diberi kesempatan untuk mengisi
JPT dari talent pool dengan pengawasan dan persetujuan dari KASN.
Untuk mencapai nilai Sistem Merit yang baik, Setjen KESDM akan meminta pendampingan/
asistensi dari KASN. Selain itu, strategi yang akan dilaksanakan antara lain:
a. Menyusun rencana kebutuhan pegawai berdasarkan Analisis Jabatan dan Analisis
Kebutuhan serta pengadaan ASN secara terbuka, transparan, objektif, akuntabel dan
bebas KKN;
b. Perekrutan berorientasi pada talenta terbaik, rekrutmen berbasis jabatan (diversifikasi
tes) dan sertifikasi, Tes Kompetensi Dasar dan Tes Kompetensi Bidang sistem
komputerisasi, serta orientasi dan engagement untuk setiap penugasan pada jabatan
baru;
c. Pengembangan pegawai berbasis kompetensi dengan menyusun Human Capital
Development Plan (HCDP);
d. Pengembangan kapasitas dalam mengurangi kesenjangan kompetensi dengan cara
pelatihan 20 jam pelajaran per tahun untuk setiap PNS, Training Need Analysis (TNA),
Diklat, Coaching dan Mentoring berbasis kinerja;
e. Penilaian kinerja yang berkelanjutan dengan cara membentuk Tim Penilai Kinerja,
Performance dialogue dan Merit and performance based incentives; dan
f. Promosi dan rotasi menuju PNS yang dinamis dengan cara talent mapping, succession
and career planning.
Sebagai implementasi Satu Data di KESDM, aplikasi EDE terintegrasi langsung secara online
dengan aplikasi subsektor di KESDM, antara lain Minerba (Minerba One Data Indonesia/MODI,
Minerba Online Monitoring System/MOMS, MOMI), data subsektor Migas (Warroom, Sistem
Operasi Terpadu/SOT, Sistem Informasi Laporan Verifikasi dan Administrasi/Silvia, Dashboard
Gas Bumi), Ketenagalistrikan (Mercusuar, Sistem Informasi Laporan Manajemen/SILM), EBT
(Renewable Energy Data Information/REDI) serta Kegeologian (Geological Resource of
indonesia Multiplatform Application/GeoRIMA, dsb.) dalam sistem Datawarehouse yang
terintegrasi.
Manfaat EDE meliputi:
a. Terwujudnya satu data sektor ESDM;
b. Data menjadi lebih akurat dan akuntabel dengan adanya prinsip Single Source of Truth
Dalam rangka pengelolaan sistem anggaran yang optimal, khususnya IKPA, strategi yang
akan dilaksanakan adalah:
a. Melaksanakan koordinasi dan berperan aktif dalam memberikan pemahaman kepada
seluruh satker atas mekanisme pengukuran kinerja pelaksanaan anggaran satuan kerja;
b. Melakukan monitoring dan evaluasi atas target dan capaian secara berkelanjutan, serta
memberikan solusi atas setiap kendala dan permasalahan yang dihadapi; dan
c. Berkoordinasi dengan unit serta Kementerian Keuangan dalam rangka melakukan
langkah-langkah pencapaian nilai IKPA yang lebih baik.
Dokumen Matriks Kerangka Regulasi Setjen KESDM Tahun 2020-2024 sebagaimana pada halaman
132
MENTERI ESDM
Arifin Tasrif
SEKRETARIS
JENDERAL
Dra. Upik Jamil Erika Retnowati, Ak., M.Si. Drs. Endang Sutisna Ir. Agus Cahyono Adi, M.T.
Masing-masing unit kerja di lingkungan Setjen KESDM memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-
beda dan spesifik, yaitu:
1. Biro Perencanaan mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan penyusunan rencana
dan program serta evaluasi kinerja, dan menyelenggarakan fungsi:
a. Koordinasi pelaksanaan kegiatan perencanaan dan evaluasi kinerja;
b. Penyiapan dan pelaksanaan koordinasi sidang dan rapat pimpinan;
c. Penyusunan program dan anggaran;
d. Pelaksanaan monitoring, analisis, dan evaluasi kinerja;
e. Pelaksanaan urusan tata usaha biro;
2. Biro Sumber Daya Manusia mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, pembinaan,
pemberian dukungan administrasi dan pengelolaan SDM di lingkungan Kementerian, dan
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan koordinasi, pembinaan, dan dukungan administrasi sumber daya manusia;
b. Penyusunan rencana kebutuhan, pelaksanaan pengadaan pegawai negeri sipil dan
pegawai Pemerintah dengan perjanjian kerja;
c. Pelaksanaan perencanaan karier, dan penyiapan kebijakan pengembangan SDM
aparatur sipil negara;
d. Pelaksanaan mutasi dan kepangkatan serta pemberhentian pegawai;
Penataan organisasi telah menjadi suatu kebutuhan yang sangat mendesak untuk membentuk
sebuah pemerintahan yang baik (good governance). Penataan organisasi yang harus dilakukan
Seiring dengan perkembangan arah kebijakan Pemerintah terkait penyederhanaan birokrasi yang
disampaikan Presiden RI Joko Widodo pada tanggal 20 Oktober 2019, Jabatan Struktural akan
disederhanakan menjadi 2 (dua) level. Penyederhanaan birokrasi bertujuan untuk mewujudkan
birokrasi yang dinamis, lincah (agile), dan profesional dalam upaya peningkatan efektivitas dan
efisiensi guna mendukung kinerja Pemerintah.
Perpres Kelembagaan pemerintahan yang menjadi acuan payung hukum penataan organisasi
K/L sedang disusun oleh Kementerian PANRB. Kriteria unit organisasi yang berpotensi tidak
dialihkan menurut Kementerian PANRB, yaitu:
1. Kewenangan otorisasi bersifat atributif;
2. Kewenangan otorisasi rutin dan berfrekuensi tinggi;
3. Kewenangan berbasis kewilayahan;
4. Tugas dan fungsi multi spesialisasi/heterogen;
5. Tugas dan fungsi berbasis komando; dan
6. Tugas dan fungsi terkait barang/jasa.
Penyederhanaan birokrasi KESDM dilakukan dengan melakukan transformasi Jabatan Eselon III
dan IV dengan mengacu pada kriteria yang telah diatur oleh Kementerian PANRB di atas.
Jumlah pegawai Setjen KESDM yang digolongkan berdasarkan pendidikan, yaitu gelar
strata yang terdiri dari S-3 sebanyak 3 orang, S-2 sebanyak 131 orang, S-1 sebanyak 333
orang, gelar diploma D-3 sebanyak 22 orang, SLTA sebanyak 122, SLTP sebanyak 10 orang
dan SD sebanyak 3 orang.
TA H U N
2021 610 2021 14
2022 601 2022 18
2023 587 2023 17
2024 575 2024 18
JUMLAH ASN
2020 610
TA H U N
2021 601
2022 587
2023 575
2024 562
3 Prediksi keluar
Non Pensiun
4 Rekrutmen
ASN
2020 1 2020 3
TA H U N
TA H U N
2021 1 2021 6
2022 1 2022 5
2023 1 2023 6
2024 1 2024 6
Tabel 18. Proyeksi Kebutuhan SDM Aparatur Setjen KESDM Tahun 2020-2024
Tabel 19. Sasaran Strategis, Indikator dan Target Kinerja Setjen KESDM Tahun 2020-2024
Target
Program Sasaran Program (O u t co m e ) /Indikator
2020 2021 2022 2023 2024
Sasaran Program 1 Terwujudnya Birokrasi yang Efektif, Efisien, dan
Berorientasi pada Layanan Prima
Indikator Sasaran Indeks Reformasi Birokrasi KESDM (Skala 100) 80,0 85,1 85,5 90,0 95,5
Program
Indikator Sasaran 1 Nilai SAKIP KESDM (Skala 100) 78,0 80,0 81,0 82,0 83,0
Program
2 Tingkat Maturitas SPIP Setjen KESDM (Skala 3,5 3,6 3,7 3,8 3,9
5)
Indikator Sasaran Indeks Kepuasan Layanan Setjen KESDM (Skala 3,20 3,25 3,30 3,35 3,40
Program 4)
Indikator Sasaran 1 Persentase Penyusunan Peraturan 75,0 75,0 77,5 77,5 77,5
Program Perundang-undangan dan Keputusan
Menteri sesuai dengan Kebutuhan Sektor
ESDM (%)
Indikator Sasaran 1 Nilai Evaluasi Kelembagaan (Skala 100) 73,3 74,0 74,0 74,0 75,0
Program
2 Indeks Profesionalitas ASN Setjen KESDM 71 73 75 78 82
(Skala 100)
3 Nilai Sistem Merit KESDM (Skala 400) 260 280 300 310 325
Indikator Sasaran Indeks Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik 3,9 4,0 4,1 4,2 4,3
Program (SPBE)
(Skala 5)
Indikator Sasaran 1 Nilai IKPA (Indikator Kinerja Pelaksanaan 90 90,25 90,5 90,75 91
Program Anggaran) Setjen KESDM (Skala 100)
2 Opini BPK-RI atas Laporan Keuangan WTP WTP WTP WTP WTP
KESDM (Predikat)
Data lengkap terkait indeks kinerja Setjen KESDM dan kerangka pendanaan dicantumkan dalam
dokumen Matriks Kinerja dan Pendanaan Setjen KESDM Tahun 2020-2024 sebagaimana pada
halaman 114.
PENUTUP
Dokumen ini merupakan pedoman bagi Setjen KESDM dalam mewujudkan visi-misi dan arahan Presiden,
yaitu:
1. Pembangunan SDM
Membangun SDM pekerja keras yang dinamis, produktif, terampil, menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi didukung dengan kerja sama industri dari talenta global.
2. Pembangunan Infrastruktur
Melanjutkan pembangunan infrastruktur untuk menghubungkan kawasan produksi dengan kawasan
distribusi, mempermudah akses ke kawasan wisata, mendongkrak lapangan kerja baru dan mempercepat
peningkatan nilai tambah perekonomian rakyat.
3. Penyederhanaan Regulasi
Menyederhanakan segala bentuk regulasi dengan pendekatan Omnibus Law antara lain dengan
menyusun 2 (dua) UU yaitu UU tentang Cipta Kerja dan UU Pemberdayaan UMKM.
4. Penyederhanaan Birokrasi
Memprioritaskan investasi untuk penciptaan lapangan kerja, memangkas prosedur dan birokrasi yang
panjang dan menyederhanakan eselonisasi.
5. Transformasi Ekonomi
Melakukan transformasi ekonomi dan ketergantungan SDA menjadi daya saing manufaktur dan jasa
modern yang mempunyai nilai tambah tinggi bagi kemakmuran bangsa demi keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan Makmur, serta mendukung
visi misi Presiden, KESDM menetapkan visi dalam periode 5 (lima) tahun mendatang adalah:
Yang dijabarkan melalui serangkaian arah kebijakan dan strategi dengan menanamkan nilai-nilai KESDM
yaitu jujur, profesional, melayani, inovatif dan berarti, untuk mencapai 13 sasaran strategis KESDM yaitu:
1. Meningkatnya Kemandirian dan Ketahanan Energi Nasional;
2. Optimalisasi Ketersediaan Pasokan Mineral;
3. Meningkatnya Pelayanan Mitigasi Bencana Geologi;
4. Meningkatnya Kompetensi SDM Sektor ESDM;
5. Optimalisasi Kontribusi Sektor ESDM yang Bertanggungjawab dan Berkelanjutan;
6. Layanan Sektor ESDM yang Optimal;
7. Perumusan Kebijakan dan Regulasi Sektor ESDM yang Berkualitas;
8. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Sektor ESDM yang Efektif;
9. Penelitian dan Pengembangan Sektor ESDM yang Produktif;
10. Terwujudnya Birokrasi yang Efektif, Efisien dan Berorientasi pada Layanan Prima;
11. Organisasi yang Fit dan SDM yang Unggul;
12. Optimalisasi Teknologi Informasi yang Terintegrasi; dan
13. Pengelolaan Sistem Anggaran yang Optimal.
Selanjutnya dengan mengacu sasaran strategis KESDM, Setjen KESDM menetapkan sasaran strategis sebagai
berikut:
1. Terwujudnya Birokrasi yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi pada Layanan Prima;
2. Pengawasan, Pengendalian, Monitoring dan Evaluasi sektor ESDM yang Efektif;
3. Meningkatnya Kemandirian dan Ketahanan Energi Nasional;
4. Optimalisasi Kontribusi Sektor ESDM yang Bertanggung Jawab dan Berkelanjutan;
5. Layanan Sektor ESDM yang Optimal;
6. Perumusan Kebijakan Sektor ESDM yang Berkualitas;
7. Terwujudnya Kepastian Hukum Sektor ESDM;
8. Ketersediaan Informasi dan Layanan Dukungan Administrasi yang Handal dan Transparan;
9. Terwujudnya Pengelolaan Aset dan Obvitnas Sektor ESDM yang Optimal;
10. Organisasi yang Fit dan SDM yang Unggul;
11. Optimalisasi Teknologi Informasi yang Terintegrasi;
12. Pengelolaan Sistem Anggaran yang optimal
114
Sasaran Program Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah) UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana
2
Sasaran Program Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah) UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana
115
3
116
Sasaran Program Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah) UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana
4
Sasaran Program Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah) UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana
117
5
118
Sasaran Program Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah) UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana
Indikator Indeks Kepuasan Layanan 3,20 3,25 3,30 3,35 3,40 SJO
Sasaran Setjen KESDM (Skala 4)
Program
Indikator Indeks Kepuasan Layanan 3,20 3,25 3,30 3,35 3,40 SJH
Sasaran Informasi Hukum
Kegiatan (Skala 4)
Kegiatan 2 Pembinaan dan Pengelolaan
Sumber Daya Manusia
Sasaran Terwujudnya Layanan
Kegiatan Administrasi Kepegawaian
yang Optimal
Indikator Indeks Kepuasan Pengguna 3,20 3,25 3,30 3,35 3,40 SJM
Sasaran Layanan Biro SDM
Kegiatan (Skala 4)
Indikator Indeks Kepuasan Layanan Biro 3,20 3,25 3,30 3,35 3,40 SJK
Sasaran Keuangan (Skala 4)
Kegiatan
Kegiatan 4 Pengelolaan Administrasi
Perlengkapan, Kearsipan dan
Rumah Tangga KESDM
Sasaran Terwujudnya Layanan Umum
Kegiatan yang Prima
6
Sasaran Program Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah) UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana
Indikator Indeks Kepuasan Layanan 3,20 3,25 3,30 3,35 3,35 SJU
Sasaran Umum (Korespondesi,
Kegiatan Kerumahtanggaan dan
Perlengkapan) (Skala 4)
Kegiatan 5 Pengelolaan Data dan
Teknologi Informasi KESDM
Sasaran Layanan Pengelolaan Data dan
Kegiatan Teknologi Informasi yang
Optimal
Indikator Indeks Kepuasan Layanan 3,40 3,45 3,50 3,55 3,60 SJD
Sasaran Pusdatin (Skala 4)
Kegiatan
Kegiatan 6 Pengelolaan Barang Milik
Negara KESDM
Sasaran Layanan Birokrasi dalam
Kegiatan Pengelolaan BMN Sektor ESDM
yang Optimal
Indikator Indeks Kepuasan Layanan 3,20 3,25 3,30 3,35 3,35 SJA
Sasaran PPBMN (Skala 4)
Kegiatan
Kegiatan 7 Pembinaan dan Pengelolaan
Organisasi, Tata Laksana dan
Reformasi Birokrasi
Sasaran Layanan Sektor ESDM yang
Kegiatan Optimal
119
7
Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah)
120
Sasaran Program UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana
Indikator 1 Indeks Kualitas Kebijakan 62,0 65,0 70,0 74,0 78,0 SJO
Sasaran (Skala 100)
Program
2 Indeks Implementasi 67,3 71,7 75,6 78,5 81,3 SJR
Kebijakan (Skala 100)
Indikator Indeks Kualitas Kebijakan 62,0 65,0 70,0 74,0 78,0 SJO
Sasaran (Skala 100)
Kegiatan
Sasaran Terwujudnya Kepastian
Program 7 Hukum Sektor ESDM
8
Sasaran Program Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah) UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana
121
9
122
Sasaran Program Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah) UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana
10
Sasaran Program Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah) UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana
Indikator 1 Persentase Laporan BMN 80,0 85,0 90,0 95,0 100 SJU
Sasaran yang Disampaikan Sesuai
Kegiatan Peraturan Menteri
Keuangan (%)
2 Pengelolaan Sarana dan 12 12 12 12 12 SJU
Prasarana pada Satker
Setjen KESDM (Bulan)
3 Persentase Usulan Paket 89,0 90,0 90,0 91,0 91,0 SJU
Pengadaan Yang Berhasil
Didapatkan Pemenang (%)
123
11
124
Sasaran Program Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah) UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana
3 Nilai Sistem Merit KESDM 260 280 300 310 325 SJM
(Skala 400)
Indikator 1 Persentase Pegawai Biro 100 100 100 100 100 SJH
Sasaran Hukum yang Tidak
Kegiatan Dijatuhi Hukuman
Disiplin (%)
2 Persentase Pegawai Biro 90,0 90,0 91,0 91,0 92,0 SJH
Hukum yang Telah
Mencapai Target Kinerja
(%)
Kegiatan 2 Pembinaan dan Pengelolaan
Sumber Daya Manusia
Sasaran Terwujudnya ASN KESDM
Kegiatan 1 yang Unggul dan Berdaya
Saing
Indikator 1 Indeks Profesionalitas ASN 71,0 73,0 75,0 78,0 82,0 SJM
Sasaran Setjen KESDM (Skala 100)
Kegiatan
2 Monitoring dan Evaluasi 4 4 4 4 4 SJM
Nilai Indeks Profesionalitas
ASN KESDM (Triwulan)
12
Sasaran Program Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah) UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana
Indikator Nilai Sistem Merit KESDM 260 280 300 310 325 SJM
Sasaran (Skala 400)
Kegiatan
Indikator 1 Persentase Pegawai Biro 100 100 100 100 100 SJM
Sasaran Sumber Daya Manusia
Kegiatan yang Tidak Dijatuhi
Hukuman Disiplin (%)
2 Persentase Pegawai Biro 84,0 88,0 90,0 92,0 94,0 SJM
Sumber Daya Manusia
yang Telah Mencapai
Target Kinerja (%)
Indikator 1 Persentase Pegawai Biro 95,0 95,0 95,0 95,0 95,0 SJK
Sasaran Keuangan yang Tidak
Kegiatan Dijatuhi Hukuman
Disiplin (%)
2 Persentase Pegawai Biro 85,0 85,0 85,0 85,0 85,0 SJK
Keuangan yang Telah
Mencapai Target Kinerja
(%)
Kegiatan 4 Pembinaan dan Koordinasi
Perencanaan
Sasaran Terwujudnya ASN Biro
Kegiatan Perencanaan yang Profesional
Indikator 1 Persentase Pegawai Biro 91,0 91,0 94,0 97,0 97,0 SJR
Sasaran Perencanaan yang Tidak
Kegiatan Dijatuhi Hukuman
Disiplin (%)
125
Rumah Tangga KESDM
13
126
Sasaran Program Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah) UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana
Indikator 1 Persentase Pegawai Biro 90,0 90,0 90,0 90,0 90,0 SJU
Sasaran Umum yang Tidak Dijatuhi
Kegiatan Hukuman Disiplin (%)
14
Sasaran Program Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah) UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana
Indikator Indeks Sistem Pemerintahan 3,9 4,0 4,1 4,2 4,3 SJD
Sasaran Berbasis Elektronik (SPBE)
Program (Skala 5)
127
15
Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah)
128
Sasaran Program UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana
Indikator 1 Nilai IKPA (Indikator 90,00 90,25 90,50 90,75 91,00 SJK
Sasaran Kinerja Pelaksanaan
Program Anggaran) Setjen KESDM
Indikator Persentase Realisasi Anggaran 95,0 95,0 95,0 95,0 95,0 SJH
Sasaran Biro Hukum (%)
Kegiatan
Kegiatan 2 Pembinaan dan Pengelolaan
Sumber Daya Manusia
Sasaran Pengelolaan anggaran Biro
Kegiatan SDM yang optimal
Indikator Persentase Realisasi Anggaran 95,0 95,0 95,0 95,0 95,0 SJM
Sasaran Biro Sumber Daya Manusia (%)
Kegiatan
Kegiatan 3 Pengelolaan Administrasi
Keuangan KESDM
Sasaran Terlaksananya Pembinaan
Kegiatan 1 Pengelolaan Adminstrasi
Keuangan
Indikator 1 Persentase Pelaksanaan 95,0 95,0 95,0 95,0 95,0 SJK
Sasaran Pembinaan, Monitoring dan
Kegiatan Evaluasi Dalam Rangka
Implementasi Pengelolaan
Administrasi Keuangan
(Monev IKPA Kementerian)
(%)
16
Sasaran Program Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah) UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana
Indikator 1 Nilai IKPA (Indikator 90,0 90,3 90,5 90,8 91,0 SJK
Sasaran Kinerja Pelaksanaan
Kegiatan Anggaran) Setjen KESDM
Indikator Persentase Realisasi Anggaran 95,0 95,0 95,0 95,0 95,0 SJU
Sasaran Biro Umum (%)
Kegiatan
Kegiatan 6 Pengelolaan Data dan
Teknologi Informasi KESDM
Sasaran Pengelolaan Sistem Anggaran
Kegiatan Pusat Data dan Teknologi
Informasi yang Optimal
Indikator Nilai IKPA (Indikator Kinerja 90,0 90,3 90,5 90,8 91,0 SJD
Sasaran Pelaksanaan Anggaran) Satker
Kegiatan Pusdatin (Nilai)
129
17
130
Sasaran Program Target Indikasi Alokasi (dalam miliar rupiah) UNIT
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Organisasi
Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana
Indikator Nilai IKPA (Indikator Kinerja 92,0 93,0 94,0 94,0 95,0 SJA
Sasaran Pelaksanaan Anggaran) Satker
Kegiatan PPBMN (Nilai)
18
MATRIKS KERANGKA
REGULASI SETJEN
KESDM TAHUN
2020-2024
Arah Kerangka Regulasi dan / atau Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Target
No Unit Penanggungjawab Unit Terkait/ Institusi
Kebutuhan Regulasi Existing, Kajian dan Penelitian Penyelesaian
1 RPM Tentang Pedoman Pelayanan Informasi Diperlukan pengaturan mengenai pelaksanaan Setjen Ombudsman 2021-2024
Publik KESDM pelayanan informasi publik sektor ESDM
2 RPM tentang Penetapan Indikator Kinerja Diperlukan penetapan acuan ukuran kinerja yang Setjen Kemen PAN RB 2020
Utama di Lingkungan KESDM digunakan oleh masing-masing unit utama di
5 RPM tentang Tata Cara Pengenaan, Diperlukan pengaturan mengenai: Setjen, Ditjen Migas, Ditjen Kemenkeu, Pemda, 2020-2021
Pemungutan dan Penyetoran Penerimaan a. Pengenaan mengenai penerimaan negara bukan EBTKE, Badan Geologi Kemendagri
Negara Bukan Pajak di KESDM pajak
b. Mekanisme perhitungan penerimaan negara bukan
pajak
c. Mekanisme pembayaran/ penyetoran penerimaan
negara bukan pajak
d. Mekanisme pengenaan denda dan pelaporan
penerimaan negara bukan pajak
19
Arah Kerangka Regulasi dan / atau Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Target
No Unit Penanggungjawab Unit Terkait/ Institusi
Kebutuhan Regulasi Existing, Kajian dan Penelitian Penyelesaian
Keterangan:
Rancangan peraturan Menteri tersebut merupakan
penggabungan dan revisi Peraturan Menteri ESDM
Tentang Tata Cara Pengenaan Pemungutan dan
Penyetoran PNBP existing sebagai pelaksanaan
kebijakan simplifikasi peraturan perundang-undangan
6 RPM tentang Advokasi Hukum di Diperlukan Tata Cara pemberian advokasi kepada ASN Setjen Kemenkumham 2020
lingkungan KESDM KESDM baik yang masih aktif maupun sudah tidak
aktif.
7 RPM tentang Standar Kompetensi Jabatan Sebagai dasar pengembangan kompetensi dan Setjen Kemen PAN RB dan BKN 2020-2024
Fungsional Binaan KESDM profesionalisme jabatan fungsional binaan KESDM
8 RPM tentang Tata Cara Penetapan Wilayah Diperlukan tata cara penetapan wilayah pengusahaan Setjen Kemenkeu 2021-2024
Pengusahaan dan Pemanfaatan Lahan dan pemanfaatan lahan bersama sektor ESDM
Bersama Sektor ESDM
9 RPM tentang Perencanaan Program dan Sebagai bagi unit kerja di lingkungan KESDM dalam Setjen Kemenkeu 2021-2024
Anggaran Berbasis Elektronik melakukan penyusunan perencanaan program, rencana
kerja dan anggaran secara elektronik