79-Article Text-147-1-10-20171127
79-Article Text-147-1-10-20171127
79-Article Text-147-1-10-20171127
Arsyad said
Fakultas Hukum Universitas Tadulako
Email : [email protected]
Abstract
A. PENDAHULUAN
segala sesuatu Kami jadikan berjodoh-jodohan, agar kamu sekalian mau berpikir".
(Adz-dzariat: 49). "Maha suci Tuhan yang telah menciptakan segala sesuatu
Pernikahan atau yang sering kita sebut perkawinan adalah jalan yang
298
tujuannya. "Wahai manusia, Kami telah jadikan kamu sekalian dari pria dan
wanita''. (Al- Hujaraat : 13). "Wahai manusia, bertaqwalah kamu sekalian kepada
Tuhanmu yang telah menjadikan kamu dari satu diri, lalu la jadikan dari padanya
jodohnya, kemudian Dia kembang-biakkan menjadi pria dan wanita yang banyak
sekali". (An-Nisaa': 1)
Tetapi Allah SWT tidak akan membuat manusia sama dengan makhluknya
yang lain, yang bebas mengikuti nafsunya dan berhubungan sesukanya secara
anarki tanpa aturan, tapi agar memelihara kehormatan dan martabat serta
manusianya. Hubungan antara pria dan wanita telah diatur dengan terhormat
berdasarkan ridha meridhai, melalui upacara ijab-qabul sebagai upacara rasa ridha
dan meridhai, yang dihadiri para saksi untuk menyaksikan jika pasangan itu telah
terikat tali perkawinan. Bentuk perkawinan ini telah memberikan jalan yang aman
wanita agar tidak laksana rumput yang bisa dimakan ternak dengen sesukanya."
dengan poligami, yang dalam pengertian sederhana berarti memiliki isteri lebih
299
Reaksi dari sebagian umat Islam yang merespon negatif pelaksanaan
ditunjukkan oleh sebagian umat Islam melalui berbagai media telah menjadikan
poligami ini seolah-olah merupakan sesuatu hal yang buruk bahkan terlarang
untuk dilakukan.
kajian adil dalam hukum Islam menarik untuk dikaji lebih komprehensip,
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Perkawinan
Kata kawin menurut istilah hukum Islam sama dengan kata nikah atau
zawaj. Yang dimaksud nikah menurut syara' ialah akad (ijab qabul) antara wali
calon istri dan mempelai pria dengan ucapan-ucapan tertentu dan memenuhi
perselisihan. Karena itu adanya kepastian hukum bahwa telah terjadi suatu
perkawinan sangat diperlukan. Dalam hal ini telah terjadinya suatu aqad
300
(perjanjian) pernikahan mudah diketahui dan mudah diadakan alat-alat buktinya,
perikatan" dapat dilihat dalam surat Al-Nur ayat 32, surat Al-Nisa ayat 21.
agamanya. Maka bertaqwalah kepada Allah pada bahagian yang lain" (H. R.
suci, sebab kedua pihak dihubungkan menjadi suami istri sebagai pasangan hidup
firman Allah swt surat An-Nisa ayat 21 yang artinya : "Bagaimana kamu akan
yang lain sebagai suami istri. Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari
301
b. Akibat perkawinan masing-masing pihak yang berkepentingan dengan
melakukannya.
ditentukan agama.
dalam masyarakat karena mereka mendapat hak-hak tertentu dan dapat melakukan
samping itu, dalam masyarakat Islam memberikan kedudukan yang tinggi kepada
perikatan antara pihak pria dengan pihak wanita untuk melaksanakan kehidupan
menurut hukum Islam adalah pernikahan yaitu akad yang sangat kuat "miitsaaqan
didefenisikan sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
302
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
signifikan. Pertalian seorang pria dan wanita yang dikukuhkan dalam sebuah aqad
dalam detail syarat atau rukunnya saja. Hal ini dimungkinkan karena Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, tidak hanya diberlakukan bagi
mereka yang beragama Islam tetapi juga penganut agama lain. Undang-Undang
2. Tujuan Perkawinan
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-
Nya di antaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kamu yang berfikir". Dalam Surah Al Baqarah ayat 187
mengisyaratkan bahwa istri adalah pakaian (libas) bagi suami, demikian pula
sebaliknya, suami adalah pakaian bagi istri. " Mereka adalah pakaian bagimu,
303
Menurut Soemiyati, tujuan perkawinan dalam Islam adalah untuk
memenuhi tuntutan hajat tabiat kemanusiaan, berhubungan antara pria dan wanita
dalam rangka mewjudkan suatu keluarga yang bahgia dengan dasar cinta dan
kasih saying unyuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat dengan
12).
tujuan perkawinan ada 5 (lima) sebagai berikut : 1) mewujudkan anak yang akan
pertama dari masyarakat yang besar agas dasar kecintaan dan kasih saying (A.
lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Maka dari itu, perkawinan mempunyai tujuan yang suci dan mulia agar
tujuan tersebut dapat dicapai, maka suami istri harus mempunyai kewajiban
masing-masing dan sebagai realita adanya tanggung jawab kepada suami sebagai
304
Kehidupan yang tenteram (sakinah) di balut dengan persaan cinta kasih
yang ditopang saling pengertian di antara suami istri, karena baik suami atau istri
apabila perkawinan dibangun di atas dasar yang kokoh, antara lain antara suami
istri ada dalam sekufu' (kafa'ah) . Pentingnya kafa'ah dalam perkawinan sangat
selaras dengan tujuan perkawinan di atas yaitu suatu kehidupan suami istri yang
hubungan yang intim dan penuh kemesraan, yang pada gilirannya akan
melestarikan keturunan yang baik, juga untuk mendidik jiwa manusia agar
akan terjadi perpaduan perasaan antara dua jenis kelamin. Sebab antara keduanya
ada perbedaan cita rasa, emosi kesanggupan mencintai, kecakapan dan lain-lain.
dilakukan oleh suami isteri adalah saling melengkapi dalam setiap kekurangan,
3. Pengertian Poligami
Istilah poligami berasal dari bahasa Latin polygamia (poly dan gamia)
atau gabungan kata bahasa Yunani Poly dan gamy dari akar kata polus (banyak)
dan gamos (kawin). Jadi secara harfiah poligami berarti perkawinan dalam jumlah
305
banyak. Sedangkan secara terminologi poligami adalah suatu praktik atau kondisi
(perkawinan) lebih dari satu isteri, yang dilakukan oleh suami pada satu waktu
(bersamaan).
mengawini lebih dari satu isteri dalam waktu yang bersamaan, bukan saat ijab
berarti perkawinan yang hanya membolehkan suami mempunyai satu isteri pada
datang belakangan sesuai dengan perkembangan akal pikiran manusia dari zaman
ke zaman. Namun dalam Islam, poligami mempunyai arti perkawinan yang lebih
dari satu dengan batasan, dibolehkan hanya sampai empat wanita saja, tetapi
Islam sendiri datang. Dan tidak benar, jika dikatakan bahwa Islamlah yang mula-
mula membawa sistem poligami. Sebenarnya sistem poligami ini hingga dewasa
ini masih tetap tersebar pada beberapa bangsa yang tidak beragama Islam, seperti :
Demikian juga bangsa arab jahiliah sebelum Islam juga mengenal poligami; ada
orang yang beristeri sepuluh orang bahkan ada yang beristeri tujuh puluh orang.
306
Banyak sahabat Nabi ketika masuk Islam mempunyai isteri lebih dari empat
orang. Setelah ayat Al Qur'an yang membatasi jumlah isteri dalam perkawinan
poligami hanya sampai empat orang, maka Nabi memerintahkan agar mereka
memilih empat orang saja di antara isterinya itu (Ahmad Azhar Basyir, 1989 : 34)
mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu
[menukar dan memakan] itu, adalah dosa yang besar" (Q.S. An-Nisa: 2)
mahar yang rendah." "Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil
kawinilah wanita-wanita [lain] yang kamu senangi: dua, tiga atau empat.
Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka [kawinilah]
seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah
pria yang memiliki tanggungan wanita yatim, lalu dinikahinya, sedangkan wanita
itu memiliki sebuah pohon korma yang berbuah. Pria ini menahannya (tidak mau
menceraikanya, dan tidak senang jika dinikahi orang lain), sedangkan wanita itu
307
tidak mendapatkan sesuatupun dari pria itu. Maka turunlah ayat ini (Q.S.An-
Nisa:3). Imam Bukhari juga meriwayatkan dari 'Urwah bin az-Zubair bahwa ia
bertanya kepada 'Aisyah r.a. tentang firman Allah pada An-Nisa ayat 4
ini. 'Aisyah menjawab: "Wahai anak saudariku, anak yatim wanita yang dimaksud
adalah wanita yatim yang berada pada pemeliharaan kafilnya (orang yang ditunjuk
mengurus dan merawatnya) yang bergabung atau menjadi sekutu dalam hartanya,
tanpa berbuat adil dalam maharnya, hingga memberikan mahar yang sama dengan
mahar yang diberikan oleh orang lain kepadanya (jika orang lain itu
mereka dapat berbuat adil kepada wanita-wanita tersebut dan memberikan mahar
menikahi wanita-wanita lain yang mereka sukai (selain anak yatim yang dalam
pemeliharaannya itu)."
hendak memadu Fatimah, putri Rasulullah saw. Tetapi Fatimah menolak keras
saw. (mertuanya) hendak meminta izin untuk menikah lagi tersebut. Abdullah bin
mengawinkan anak perempuannya dengan Ali bin Abi Thalib, tetapi aku tidak
mau mengizinkan. Kemudian aku tidak mau mengizinkan dan tidak akan
308
mengizinkan, kecuali kalau Ali bin Abi Thalib lebih dulu menceraikan anak
perempuanku adalah darah dagingku. Kalau ia dibuat tidak senang berarti aku pun
beliau menyebutkan salah seorang menantunya dari bani Abdi Syams, dengan
"Menantu saya kalau omong dengan saya jujur, kalau janji dengan saya dipenuhi.
yang haram. Tetapi, demi Allah, puteri Rasulullah tidaklah boleh berkumpul sama
6. Syarat-Syarat Poligami
Islam tidak menjadikan poligami sebagai sebuah kewajiban atau hal yang
yang mubah, yakni boleh dilakukan jika memang dipandang perlu. Menurut H.
darurat, misalnya isteri ternyata mandul, karena menurut Islam anak itu
merupakan salah satu human investment yang sangat berguna bagi manusia
Quran dan Hadis Nabi SAW secara jelas, maka penentangan atau penolakan
309
hukum Allah SWT, dan inilah yang sebenarnya terjadi. Peradaban kapitalis dan
sebagaimana hukum Islam yang lain seperti jihad dengan gambaran yang keji dan
busuk.
dipenuhinya. Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 58 ayat (1) bahwa suami
yang akan beristeri lebih dari seorang harus memperoleh izin Pengadilan Agama,
harus pula dipenuhi syarat-syarat yang ditentukan pada pasal 5 UU No. 1 tahun
1974, yaitu:
kamu khawatir tidak dapat berlaku adil terhdap isteri, maka kamu tidak
310
Nur : 33. Ayat ini menegaskan bahwa orang yang hendak menikah harus
2006 : 104)
Adapun dalam syari'at Islam, syarat bagi seorang suami harus berlaku adil
"Dan jika takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap wanita-wanita
yang kamu senangi; dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu khawatir tidak
dapat berlaku adil, maka kawinilah seorang saja atau budak-budak yang kamu
miliki. Yang demikian itu lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya (S. An-Nisa :
3).
Di antara keagungan ayat ini tampak jelas bahwa bolehnya poligami dan
Berkenaan dengan ayat ini, ada beberapa hal yang perlu dipahami.
Pertama: ayat ini diturunkan kepada Nabi SAW, pada tahun kedelapan
hijriah, yaitu untuk membatasi jumlah istri pada batas maksimal empat orang
saja. Sebelum ayat ini diturunkan, jumlah istri bagi seorang pria tidak ada
lebih menganjurkan agar membatasi jumlah isteri pada bilangan satu orang, jika
311
memang ada kekhawatiran tidak dapat berlaku adil. Sikap semacam ini harus
kebolehan untuk melakukan poligami. Hukum ini wajib dimiliki oleh seorang
membatasi jumlah istri pada satu wanita saja, jika memang ada kekhawatiran
tidak dapat berlaku adil. Patut ditegaskan, dalam Fiqh Islam, istilah syarat itu
digunakan untuk menunjuk pada kondisi atau perbuatan yang menjadi bagian dari
mencakup setiap bentuk keadilan. Akan tetapi, kata bersifat umum ini kemudian
ditaksis (diperlakukan secara khusus), yaitu bahwa keadilan yang dimaksud hanya
yang berada dalam batas-batas kemampuan manusia. Sebagai mana arti surat An-
Nisa ayar 29 yang berbunyi "Dan sekali-kali tidak akan berlaku adil diantara
hanya memberikan izin kepada seseorang suami yang akan beristeri (poligami)
disembuhkan;
312
Atas dasar ketentuan di atas, tentu sedikit berbeda dengan ketentuan
poligami yang berlaku dalam Islam, di mana Islam hanya mensyaratkan adil
di antara para istrinya sesuai dengan kemampuannya, yaitu dalam hal bermalam
atau memberi makan, pakaian, tempat tinggal, dan lain-lain, bukan dalam masalah
cinta dan kasih sayang yang memeng berada di luar kemampuan manusia.
Bersikap adil sebagai syarat utama dalam poligami tidak mudah, karena dalam
perkawinan poligami terdapat hak dan kewajibanyang harus dipenuhi oleh suami
kepada istrinya yang lebih dari satu tersebut. Hal ini tidak akan mudah terpenuhi
apabila suami tidak memiliki sifat dan sikap ysng cukup layak untuk melakukan
poligami.
"Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu
takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-
budak yang kamu miliki. Yang demikian itu dalah lebih dekat kepada berbuat
aniaya."(S. An-Nisa : 3)
Berdasarkan hal ini maka adil antar para isteri adalah menyamakan hak
yang ada pada para isteri dalam perkara-perkara yang memungkinkan untuk
313
disamakan didalamnya. Dengan kata lain adil adalah memberikan sesuatu kapada
memenuhi hak-hak istrinya. Adapun di antara hak setiap istri yang dipoligami
Setiap istri memiliki hak untuk mempunyai kediaman sendiri. Allah SWT
berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 33, yang artinya, "Menetaplah kalian
(wahai isteri-isteri Nabi) di kediaman kalian." Dalam ayat dapat dipahami bahwa
menceritakan bahwa ketika Nabi saw sakit menjelang wafatnya, beliau bertanya,
"Dimana aku besok ? kediaman siapa ?" . Nabi saw menginginkan ditempat
Aisyah Radhiyallahu anha, oleh karena itu semua isteri menginginkan untuk
sampai Akhir wafat disisi Aisyah. Nabi saw meninggal dihari giliran Aisyah.
Allah mencabut ruhnya dalam keadaan kepala beliau bersandar di dada Aisyah
Mughni bahwasanya tidak pantas seorang suami mengumpulkan dua orang istri
314
menggauli istrinya atau bahkan melihatnya. Namun jika para istri ridha apabila
mereka dikumpulkan dalam satu rumah, maka tidaklah mengapa. bahkan jika
keduanya ridha jika suami mereka tidur diantara kedua istrinya dala satu selimut
tidak mengapa. namun seorang suami tidaklah boleh menggauli yang satu
Setiap isteri harus mendapat jatah giliran yang sama. Imam Muslim
meriwayatkan Hadist yang artinya Anas bin Malik menyatakan bahwa Nabi saw
isterinya, beliau mengunjungi semua isterinya dan baru berhenti (berakir) dirumah
isterinya, maka dilakukan undian untuk menentukan siapa yang akan ikut serta
Anha' menyatakan bahwa apabila Nabi saw hendak safar, beliau mengundi
beberapa istrinya siapa yang akan Rasulullah saw sertakan dalam safarnya.
Rasulullah SAW, biasa menggilir setiap isterinya pada hari dan malamnya,
kecuali Zaudah binti Zam'ah karena jatahnya tela diberikan kepada Aisyah
diperbolehkan untuk masuk kerumah semua istrinya, pada hari giliran salah
seorang dari mereka, namun suami tidak boleh menggauli istri yang bukan waktu
gilirannya.
315
Seorang isteri yang sedang sakit maupun haid tetap mendapat jatah giliran
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, bahwa Aisyah Radhiyyallahu anha'
menyatakan jika Rasulullahu saw ingin bermesraan dengan isterinya namun saat
Seorang suami tidak boleh keluar untuk menuju rumah isterinya yang lain
yang bukan gilirannya pada malam hari kecuali keadaan darurat. larangan ini
disimpulkan dari hadiat yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang menceritakan
setelah beliau berbaring, beliau bangkit dan keluar menuju kuburan Baqi
anha' kemudian mengikuti beliau karena menduga bahwa Rasululahu saw akan
pergi kerumah istri yang lain. Ketika Rasulullahu saw pulang dan mendapatkan
masuk rumah isteri yang lain di malam hari kecuali deadaan darurat. misalnya si
isteri sedang sakit. jika suami menginap di rumah isteri yang bukan gilirannya
tersebut, maka ia harus menganti isteri yang hak gilirannya di ambil malam itu.
kebiasaan yang dianggap wajar oleh daerah setempat. Jika mendatangi salah satu
316
isteri tidak pada waktu gilirannya, baik waktu siang atau mmalam tidak di anggap
suatu ke zaliman dan ketidakadilan, maka hal tersebut tidak apa-apa, dalam hal
tersebut urf sebagai penentu karena masalah tersebut tidak ada dalilnya.
Setiap isteri memiliki hak untuk mempunyai rumah sendiri-sendiri hal ini
tersebut ingin berkumpul untuk makan bersama dengan keridhaan mereka maka
tidak apa-apa.
Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa sikap adil dalam nafkah dan pakaian
menurut pendapat yang kuat, merupakan suatu kewajiban bagi seorang suami.
Imam ahmad meriwayatkan bahwa anas bin malik radhiyyahu anhu mengabarkan
dengan bahwa kurma sebagai hadiah untuk Rasulullah saw, kemudian kurma
C. Kesimpulan
2. Makna keadilan sebagai syarat poligami yang bersifat lahir dan batin,
317
turunnya ayat poligami (An-Nisa ayat 3), yang harus dimiliki suami
3. Melalui surat An-nisa ayat 3 dan 129 serta pandangan para ulama
perkawinan Islam tidak ketat atau kaku tetapi wajar dan manusiawi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdur Rahman Doi, Perkawinan Dalam Syariat Islam, Rineka Cipta, Jakarta,
1992.
Hamid Zahry, Pokok-Pokok Perkawinan Islam dan UUP Indonesia, Bina Cipta,
Yogyakarta, 1978.
Khozin Abu Faqih, Poligami Solusi atau Masalah, Al I'tishom Cahaya Umat,
Jakarta, 2006.
Rusli dan Tama, Perkawinan Antar Agama dan Masalahnya, Pioner Jaya,
Bandung, 1986.
Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan UUP No. 1 tahun 1974, Liberty,
Yogyakarta, 1986.
318