LP Perilaku Kekerasan F4

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN PERILAKU KEKERASAN

Disusun Oleh:

Nama : Elvin Anggrianti

NIM : SN221049

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN AKADEMI 2021/2022


A. MASALAH UTAMA
Perilaku kekerasan.
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi

Keadaan dimana seseorang menunjukkan perilaku yang aktual


melakukan kekerasan yang ditujukan pada diri sendiri/ orang lain secara
verbal maupun non verbal dan pada lingkungan. Perilaku kekerasan adalah
keadaan dimana individu-individu beresiko menimbulkan bahaya langsung
pada dirinya sendiri ataupun orang lain (Carpenito, 2020). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa baik terapi generalis maupun terapi spesialis
memberikan hasil yang signifikan untuk menurunkan perilaku kekerasan.
Tindakan keperawatan generalis pada pasien dan keluarga dapat menurunkan
lama rawat klien (Keliat, dkk 2019).
2. Tanda dan gejala

Faktor Predisposisi

1. Psikoanalisis
Teori ini menyatakan bahwa perilaku agresif adalah merupakan hasil dari
dorongan insting (instinctual drives).
2. Psikologis
Berdasarkan teori frustasi-agresif, agresivitas timbul sebagai hasil dari
peningkatan frustasi. Tujuan yang tidak tercapai dapat menyebabkan
frustasi berkepanjangan.
3. Biologis
Bagian-bagian otak yang berhubungan dengan terjadinya agresivitas
sebagai berikut.
a. Sistem limbik
Merupakan organ yang mengatur dorongan dasar dan ekspresi emosi
serta perilaku seperti makan, agresif, dan respons seksual. Selain itu,
mengatur sistem informasi dan memori.
b. Lobus temporal
Organ yang berfungsi sebagai penyimpan memori dan melakukan
interpretasi pendengaran.
c. Lobus frontal
Organ yang berfungsi sebagai bagian pemikiran yang logis, serta
pengelolaan emosi dan alasanberpikir.
d. Neurotransmiter
Beberapa neurotransmiter yang berdampak pada agresivitas adalah
serotonin (5-HT), Dopamin, Norepineprin, Acetylcholine, dan GABA.
4. Perilaku (behavioral)
a. Kerusakan organ otak, retardasi mental, dan gangguan belajar
mengakibatkan kegagalan kemampuan dalam berespons positif
terhadap frustasi.\
b. Penekanan emosi berlebihan (over rejection) pada anak-anak atau
godaan (seduction) orang tua memengaruhi kepercayaan (trust)
dan percaya diri (self esteem) individu.
c. Perikaku kekerasan di usia muda, baik korban kekerasan pada
anak (child abuse) atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga
memengaruhi penggunaan kekerasan sebagai koping.
Teori belajar sosial mengatakan bahwa perilaku kekerasan adalah
hasil belajar dari proses sosialisasi dari internal dan eksternal,
yakni sebagai berikut.
1) Internal : penguatan yang diterima ketika melakukan
kekerasan.
2) Eksternal : observasi panutan (role model), seperti orang tua,
kelompok, saudara, figur olahragawan atau artis, serta media
elektronik (berita kekerasan, perang, olahraga keras).
5. Sosial kultural
a. Norma
Norma merupakan kontrol masyarakat pada kekerasan. Hal ini
mendefinisikan ekspresi perilaku kekerasan yang diterima atau
tidak diterima akan menimbulkan sanksi. Kadang kontrol sosial
yang sangat ketat (strict) dapat menghambat ekspresi marah yang
sehat dan menyebabkan individu memilih cara yang maladaptif
lainnya.
b. Budaya asertif di masyarakat membantu individu untuk berespons
terhadap marah yang sehat.
Faktor sosial yang dapat menyebabkan timbulnya agresivitas atau
perilaku kekerasan yang maladaptif antara lain sebagai berikut.
1) Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup.
2) Status dalam perkawinan.
3) Hasil dari orang tua tunggal (single parent).
4) Pengangguran.
5) Ketidakmampuan mempertahankan hubungan
interpersonal dan struktur keluarga dalam sosial kultural.
(Yusuf, A.H & ,R & Nihayati, 2018)

Faktor Presipitasi

Semua faktor ancaman antara lain sebagai berikut.

1. Internal
a. Kelemahan.
b. Rasa percaya menurun
c. Takut sakit.
d. Hilang kontrol.
2. Eksternal
a. Penganiayaan fisik.
b. Kehilangan orang yang dicintai.
c. Kritik.

3. MANIFESTASI KLINIK
a. Emosi
i. Tidak adekuat
ii. Tidak aman
iii. Rasa terganggu
iv. Marah (dendam)
v. Jengkel
b. Intelektual
i. Mendominasi
ii. Bawel
iii. Sarkasme
iv. Berdebat
v. Meremehkan
c. Fisik
i. Muka merah
ii. Pandangan tajam
iii. Napas pendek
iv. Keringat
v. Sakit fisik
vi. Penyalahgunaan zat
vii. Tekanan darah meningkat
d. Spiritual
i. Kemahakuasaan
ii. Kebijakan/kebenaran diri
iii. Keraguan
iv. Tidak bermoral
v. Kebejatan
vi. Kreativitas terlambat
e. Sosial
i. Menarik diri
ii. Pengasingan
iii. Penolakan
iv. Kekerasan
v. Ejekan
vi. Humor
4. Akibat terjadinya masalah
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan
berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang
orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dan lain sebagainya.
Sehingga klien dengan perilaku kekerasan beresiko untuk mencederai diri
orang lain dan lingkungan.
C. POHON MASALAH

Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Perilaku Kekerasan

Gangguan konsep diri: harga


diri rendah.

(Yusuf, A.H & ,R & Nihayati, 2019)


D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
a. Pengkajian
1. Identitas pasien
a. Nama klien
b. Panggilan klien
c. Usia
d. Tanggal pengkajian
e. Informan
f. No. RM
2. Keluhan utama/alasan masuk (ditanyakan klien/keluarga)
3. Faktor predisposisi
a. Riwayat mengalami gangguan jiwa dimasa lalu dan hasil
pengobatan.
b. Riwayat penganiayaan fisik, seksual, penolakan
lingkungan kekerasan dalam keluarga dan tindakan
kriminal.
c. Riwayat keluarga.
d. Riwayat pengalaman yang tidak menyenagkan.
4. Aspek fisik/biologis
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungi organ:
a. Mengukur dan observasi tanda-tanda vital: tekanan
darah, nadi, suhu, pernapasan klien.
b. Mengukur tinggi badan dan berat badan klien.
c. Keluhan fisik yang dirasakan oleh klien.
d. Kaji lebih lanjut sistem dan fungsi organ dan jelaskan
sesuai degan keluhan yang ada.
5. Aspek psikososial
a. Genogram,
b. Konsep diri,
c. Hubungan sosial,
d. Spiritual
6. Status mental
a. Penampilan, pembicaraan,
b. Aktivitas motorik,
c. Alam perasaan,
d. Afek,
e. Interaksi selama wawancara,
f. Proses pikir,
g. Persepsi halusinasi,
h. Waham, memori,
i. Tigkat konsentrasi dan berhitung,
j. Kemampuan dalam menilai,
k. Daya titik diri
7. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan,
b. BAB/BAK,
c. Mandi,
d. Berpakaian,
e. Kebersihan diri,
f. Istirahat tidur,
g. Penggunaan obat,
h. Pemeliharaan kesehatan,
i. Kegiatan didalam dan luar rumah
8. Mekanisme koping
a. Regresi (berhubungan dengan masalah dalam proses
informasi dan pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam
upaya mengelola ansietas)
b. Proyeksi (upaya untuk menjelaskan presepsi yang
membingungkan dengan menempatkan tanggung jawab
kepada orang lain)
c. Menarik diri
d. Pengingkaran
9. Masalah psikososial dan lingkungan
10. Pengetahuan (penyakit jiwa, faktor presipitasi, koping, sistem
pendukung, penyakit fisik, obat-obatan)
11. Aspek medis
a. Menuliskan diagnosa medik klien yang telah dirumuskan
oleh dokter yang merawat.
b. Menuliskan obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik,
psikofarmaka dan terapi klien.
12. Daftar masalah keperawatan
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.

F. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Hari Diagnosa Tujuan/kriteria Intervensi TTD


/tgl keperawatan
Perilaku Setelah dilakukan Bina hubungan saling percaya
kekerasan intervensi selama Tindakan yang harus lakukan
berhubungan 2x24 diharapkan klien dalam rangka membina hubungan
dengan harga membaik dengan saling percaya adalah:
diri rendah. kriteria hasil: - Mengucapkan salam terapeutik
- Pasien dapat - Berjabat tangan
mengidentifikasi - Menjelaskan tujuan interaksi
penyebab perilaku - Membuat kontrak topik, waktu
kekerasan dan tempat setiap kali bertemu
- Pasien dapat pasien
mengidentifikasi - Diskusikan bersama pasien
tanda-tanda perilaku penyebab perilaku kekerasan saat
kekerasan ini dan yang lalu
- Pasien dapat - Diskusikan perasaan pasien jika
menyebutkan jenis terjadi penyebab perilaku
perilaku kekerasan kekerasan
yang pernah - Diskusikan tanda dan gejala
dilakukannya perilaku kekerasan secara fisik
- Pasien dapat - Diskusikan tanda dan gejala
menyebutkan akibat perilaku kekerasan secara
dari perilaku psikologis
kekerasan yang - Diskusikan tanda dan gejala
dilakukannya perilaku kekerasan secara sosial
- Pasien dapat - Diskusikan tanda dan gejala
menyebutkan cara perilaku kekerasan secara spiritual
mencegah/mengontrol - Diskusikan tanda dan gejala
perilaku kekerasannya perilaku kekerasan secara
- Pasien dapat intelektual
mencegah/mengontrol - Diskusikan bersama pasien
perilaku kekerasannya perilaku kekerasan yang biasa
secara fisik, spiritual, dilakukan pada saat marah
sosial, dan dengan secara:
terapi psikofarmaka. verbal
terhadap orang lain
terhadap diri sendiri
terhadap lingkungan
- Diskusikan bersama pasien
akibat perilakunya
- Diskusikan bersama pasien cara
mengontrol perilaku kekerasan
secara:
Fisik: pukul kasur dan batal, tarik
nafas dalam
Obat
Social/verbal: menyatakan secara
asertif rasa marahnya
Spiritual: sholat/berdoa sesuai
keyakinan pasien
- Latih pasien mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik:
- Latihan nafas dalam dan pukul
kasur – bantal
- Susun jadwal latihan dalam dan
pukul kasur – bantal
- Latih pasien mengontrol perilaku
kekerasan secara sosial/verbal
- Latih mengungkapkan rasa
marah secara verbal: menolak
dengan baik, meminta dengan
baik, mengungkapkan perasaan
dengan baik
- Susun jadwal latihan
mengungkapkan marah secara
verbal.
- Latih mengontrol perilaku
kekerasan secara spiritual:
- Latih mengontrol marah secara
spiritual: sholat, berdoa
- Buat jadwal latihan sholat,
berdoa
Latih mengontrol perilaku
kekerasan dengan patuh minum
obat:
Latih pasien minum obat secara
teratur dengan prinsip lima benar
(benar nama pasien, benar nama
obat, benar cara minum obat,
benar waktu minum obat, dan
benar dosis obat) disertai
penjelasan guna obat dan akibat
berhenti minum obat
- Susun jadwal minum obat secara
teratur
- Ikut sertakan pasien dalam
Terapi Aktivitas Kelompok
Stimulasi Persepsi mengontrol
Perilaku Kekerasan
SP 1 Pasien :
1. Identifikasi penyebab,
tanda & gejala, PK yang
dilakukan, akibat PK
2. Jelaskan cara mengontrol
PK: fisik, obat, verbal,
spiritual
3. Latihan cara mengontrol
PK secara fisik: tarik nafas
dalam dan pukul kasur dan
bantal
Masukan pada jadual
kegiatan untuk latihan
fisik
SP 2 Pasien:
1. Evaluasi kegiatan
latihan fisik. Beri
pujian
2. Latih cara mengontrol
PK dengan obat
(jelaskan 6 benar: jenis,
guna, dosis, frekuensi,
cara, kontinuitas
minum obat)
3. Masukkan pada jadual
kegiatan untuk latihan
fisik dan minum
obatLatih cara fisik ke-
2: pukul kasur dan
bantal
SP 3 Pasien :
1. Evaluasi kegiatan
latihan fisik & obat.
Beri pujian
2. Latih cara mengontrol
PK secara verbal (3
cara, yaitu:
mengungkapkan,
meminta, menolak
dengan benar)
3. Masukkan pada jadual
kegiatan untuk latihan
fisik, minum obat dan
verba
SP 4 Pasien :
1. Evaluasi kegiatan latihan
fisik & obat & verbal. Beri
pujian
2. Latih cara mengontrol
spiritual (2 kegiatan)
3. Masukkan pada jadual
kegiatan untuk latihan
fisik, minum obat, verbal
dan spiritual
SP 5 Pasien :
1. Evaluasi kegiatan
latihan fisik1,2; obat,
verbal & spiritual. Beri
pujian
2. Nilai kemampuan yang
telah mandiri
3. Nilai apakah PK
terkontrol

Tindakan keperawatan untuk


keluarga
a. Tujuan
Keluarga dapat merawat
pasien di rumah
b. Tindakan
1) Diskusikan masalah
yang dihadapi keluarga
dalam merawat pasien
2) Diskusikan bersama
keluarga tentang
perilaku kekerasan
(penyebab, tanda dan
gejala, perilaku yang
muncul dan akibat dari
perilaku tersebut)
3) Diskusikan bersama
keluarga kondisi-kondisi
pasien yang perlu segera
dilaporkan kepada
perawat, seperti
melempar atau memukul
benda/orang lain
4) Latih keluarga merawat
pasien dengan perilaku
kekerasan
a) Anjurkan keluarga
untuk memotivasi
pasien melakukan
tindakan yang telah
diajarkan oleh
perawat
b) Ajarkan keluarga
untuk memberikan
pujian kepada pasien
bila pasien dapt
melakukan kegiatan
tersebut secara tepat
c) Diskusikan bersama
keluarga tindakan
yang harus dilakukan
bila pasien
menunjukkan gejala-
gejala perilaku
kekerasan
5) Buat perencanaan
pulang bersama
keluarga

SP 1 Keluarga:
1. Diskusikan masalah yg
dirasakan dalam
merawat pasien
2. Jelaskan pengertian,
tanda & gejala, dan
proses terjadinya PK
(gunakan booklet)
3. Jelaskan cara merawat
PK
4. Latih satu cara merawat
PK dengan melakukan
kegiatan fisik: tarik
nafas dalam dan pukul
kasur dan bantal
5. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadual
dan memberi pujian
SP 2 Keluarga:
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam
merawat/melatih pasien
fisik. Beri pujian
2. Jelaskan 6 benar cara
memberikan obat
3. Latih cara
memberikan/membimb
ing minum obat
4. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadual
dan memberi pujian
SP 3 Keluarga:
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam
merawat/melatih pasien
fisik dan memberikan
obat. Beri pujian
2. Latih cara
membimbing: cara
bicara yang baik
3. Latih cara
membimbing kegiatan
spiritual
4. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadual
dan memberikan pujian
SP 4 Keluarga:
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam
merawat/melatih pasien
fisik, memberikan
obat, latihan bicara
yang baik & kegiatan
spiritual. Beri pujian
2. Jelaskan follow up ke
RSJ/PKM, tanda
kambuh, rujukan
3. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadual
dan memberikan pujian
SP 5 Keluarga:
1. Evaluasi kegiatan keluarga
dalam merawat/melatih pasien
fisik, memberikan obat, cara
bicara yang baik & kegiatan
spiritual dan follow up. Beri
pujian
2. Nilai kemampuan keluarga
merawat pasien
3. Nilai kemampuan keluarga
melakukan kontrol ke
RSJ/PKM

a. Evaluasi

Diagnosa Keperawatan Evaluasi


Perilaku kekerasan 1. Pada pasien
a. Pasien mampu menyebutkan penyebab,
tanda dan gejala perilaku kekerasan,
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan,
serta akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukan.
b. Pasien mampu menggunakan cara
mengontrol perilaku kekerasan secara
teratur sesuai jadwal, yang meliputi: secara
fisik, secara sosial/verbal, secara spiritual,
terapi psikofarmaka.
2. Pada keluarga
a. Keluarga mampu mencegah terjadinya
perilaku kekerasan.
b. Keluarga mampu menunjukkan sikap yang
mendukung dan menghargai pasien.
c. Keluarga mampu memotivasi pasien dalam
melakukan cara mengontrol perilaku
kekerasan.
d. Keluarga mampu mengidentifikasi perilaku
pasien yang harus dilaporkan pada perawat.

G. DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, A.H, F., & ,R & Nihayati, H. . (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, 1–366. https://doi.org/ISBN
978-xxx-xxx-xx-x

Alini. (2018). Pengaruh Terapi Assertiveness Training dan Progressive Muscle


RelaxationTerhadap Gejala dan Kemampuan Klien Dengan Perilaku
Kekerasan Di RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. FIK UI : Depok
Fauzah, Hamid, A., Y., & Nuraini. (2017). Pengaruh Terapi Perilaku Kognitif pada
Klien Skizoprenia dengan Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi
Bogor. FIK UI : Depok
Gowi, Hamid, A., Y., & Nuraini. (2020). Pengaruh latihan asertif terhadap perilaku
kekerasan orang tua pada anak usia sekolah di Kelurahan Tanjungpura
Kabupaten Karawang. FIK UI : Depok
Fase Orientasi “Selamat pagi, perkenalkan nama saya narulita dari Unissula. Bagaimana
perasaan bapak hari ini? Masih ada perasaan kesal atau marah?”
“Bagaimana, kalau kita berbincang tentang perasaan marah atau kesal yang
Bapak rasakan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan apa yang dapat Bapak
lakukan untuk mengurangi perasaan tersebut. Setelah kita nilai, kita akan
pilih satu kegiatan untuk kita latih”
“Dimana kita bisa berbincang pak? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa
lama? Bagaimana kalau 20 menit pak?”
Fase Kerja “Apa yang menyebabkan bapak marah? Apakah sebelumnya bapak pernah
marah? Terus penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?” “Apakah
saat merasa kesal, kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot,
rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal? Apa yang bapak lakukan
selanjutnya? Apakah dengan bapak marah-marah, keadaan jadi lebih baik?”.
“Maukah bapak belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian?” “Ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan
rasa marah, hari ini kita belajar satu cara dulu, begini , kalau tanda- marah itu
sudah bapak rasakan bapak berdiri lalu tarik nafas dari hidung, tahan
sebentar, lalu keluarkan secaraper lahan-lahan dari mulut
seperti mengeluarkan kemarahan, coba lagi bapak dan lakukan sebanyak 3
kali”. “Bagus sekali bapak sudah dapat melakukan nya.” “Nah sebaiknya
latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa
marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”
Fase Terminasi “Bagaimana perasaan Bapak setelah kita berbincang dan latihan menahan
amarah bapak? Coba bapak sebutkan penyebab bapak marah dan yang bapak
rasakan.”
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Bapak mau berapa kali
sehari berlatih nafas dalam?. Bagus, 2 kali ya pak yaitu pagi jam 07.00 dan
sehabis istirahat jam 16.00”
“Besok pagi kita latihan lagi cara yang lain. Kalau begitu kita akan latihan
besok jam 8 pagi di taman sehabis makan pagi. Sampai jumpa besok ya pak”

Anda mungkin juga menyukai