Silvi Lestari Sukma - 2B - Kebutuhan Perioperative Dan Perawatan Jenazah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEBUTUHAN PERIOPERATIVE DAN PERAWATAN JENAZAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Early I

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh:
Silvi Lestari Sukma
C1AA21149
Kelas 2B

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kami sehingga bisa menyelesaikan Makalah tentang “ Kebutuhan
Perioperative dan Perawatan Jenazah ”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Dasar II Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi. Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami menyelesaikan makalan ini. Tentunya Makalah ini
tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak. Harapan kami
semoga makalah ini bisa menambah pengetahuaan dan pengalaman bagi pembaca, untuk
kedepannya bisa memperbaiki ataupun menambah bentuk isi makalah agar menjadi lebih
baik.

Sukabumi, 28 November 2022

Silvi Lestati Sukma

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................3
1.3 Tujuan Masalah................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kebutuhan Perioperative dan Perawatan Jenazah ............................ 5
2.2 Etiologi ............................................................................................................7
2.3 Patofisiologi ....................................................................................................8
2.4 Manifestasi Klinis ...........................................................................................9
2.5 Pemeriksaan Fisik .........................................................................................10
2.6 Data Penunjang .............................................................................................13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................................15
3.2 Saran..............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................16

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hapir
semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan
bagi pasien. Dan tidak jarang keluarga pasien mengalami kecemasan. Kecemasan yang
mereka alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani
pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur
pembedahan dan tindakan pembiusan. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting
dalam setiap tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah
operasi. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik
secara fisik maupun psikis Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu
penyakit pasien, jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor
tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut
tidakan pembedahan adalah hal yang baik/benar.
Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling
mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah
pentig untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah – langkah perioperatif. Tindakan
perawatan perioperatif yang berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh
terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien.
Manusia merupakan mahluk holistik yang berarti keseluruhan atau utuh.
Manusia terdiri dari aspek Psychologic, Spiritual, Biologic dan Sociologic. Dari aspek
spritual artinya manusia memiliki keyakinan atau mengaku adanya Tuhan dan Memiliki
pandangan hidup, dorongan hidup yang sejalan dengan sifat religius yang dianutnya.
Teori Holistik adalah Seluruh organisme hidup saling berinteraksi. Konsep ini sebagai
landasan untuk melakukan pembinaan dan pelatihan pada lansia-lansia yang berada di
panti. Kategori kebutuhan dasar manusia menurut Maslow terdiri dari Kebutuhan
fisiologis, Kebutuhan rasa aman dan perlindungan, Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan
dimiliki, Kebutuhan harga diri dan Kebutuhan perwujudan diri.
Proses menghadapi kematian merupakan bagian dari kehidupan normal yang
harus dijalani. Permasalahannya adalah bagaimana menjalani proses kematian secara
manusiawi dan bermartabat, terutama berkenaan dengan kondisi berada dalam suatu

1
komunitas panti werdha. Kematian Sebagai wujud kehilangan kehidupan dan abadi
sifatnya, baik bagi yang tengah menjalani proses kematian maupun bagi yang
ditinggalkan. kematian ini dapat bermakna berbeda bagi setiap orang. Wolf (1989:754)
mengemukakan bahwa setiap orang mempunyai kesempatan dan hak untuk meninggal
secara damai dan nyaman, dan perawat dapat menyediakan bantuan keperawatan yang
memungkinkan seseorang untuk meninggal secara damai menurut jalannya Pengalaman
dan Kesadaran seseorang dalam menjalani proses kematian (NDEs & NDAs).
Kehilangan adalah peristiwa dari pengalaman manusia yang bersifat unik secara
individual. Hidup adalah serangkaian kehilangan dan pencapaian. Seorang anak yang
mulai belajar berjalan mencapai kemandiriannya dengan mobilisasi. Seorang lansia
dengan perubahan visual dan pendengaran mungkin kehilangan keterandalan-dirinya.
Penyakit dan perawatan di rumah sakit sering melibatkan berbagai kehilangan. (potter dan
perry)
Kehilangan adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami
individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau
keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan.
Kehilangan dapat memiliki beragam bentuk, sesuai nilai dan prioritas yang dipengaruhi
oleh lingkungan seseorang yang meliputi keluarga, teman, atau masyarakat, dan budaya.
Kehilangan yang dirasakan kurang nyata dan dapat disalah artikan, seperti kehilangan
kepercayaan diri atau pretise. Kehilangan dapat bersifat aktual atau dirasakan. Kehilangan
yang bersifat aktual dapat dengan mudah diidentifikasi, misalnya seorang anak yang
temannya pindah rumah dan yang paling nyata adalah kematian.
Dalam kehidupan setiap individu hanya ada satu hal yang pasti, yaitu individu
tersebut akan meninggal dunia . Kematian  merupakan  suatu  hal yang alami. Saat
terjadinya kematian  merupakan saat-saat yang tidak diketahui waktunya. Kematian dapat
terjadi singkat dan tidak terduga seperti seorang anak yang meninggal akibat kecelakaan,
kematiaan dapat berlangsung mendadak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya,
misalnya seseorang yang pingsan dan dalam waktu 24 jam sudah meninggal, kematian
dapat diperkirakan sebelumnya melalui diagnosis medis tetapi saat kematian itu sendiri
biasa terjadi mendadak,atau pasien dapat mengalami dahulu stadium terminal penyakit
dalam waktu yang bervariasi mulai dari  berapa hari hingga berbulan-bulan.
Kematian dari masa lampau sampai saat ini selalu dikhaskan dengan kondisi
terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, serta hilangnya respon terhadap stimulus
eksternal, ditandai dengan terhentinya kerja otak secara menetap. Namun demikian,
2
kemajuan dalam teknologi kedokteran  berlangsung sedemikian cepat sehingga kalau satu
atau lebih sistem tubuh tidak berfungsi, pasien mungkin masih dapat dipertahankan
“hidupnya” dengan bantuan mesin, tindakan ini dapat dilakukan sehubungan dengan
pengangkatan organ tubuh untuk bedah transplantasi.
Kepercayaan yang ada pada agama memberitahukan konsep-konsep yang benar
dan yang salah, dan perilaku yang diharapkan untuk menjadi seseorang yang baik, penuh
tenggang rasa terhadap oranglain serta mempunyai rasa cinta kasih terhadap sesama, baik
dalam perkataan maupun perbuatannya.
Dengan memahami bahwa kematian merupakan suatu yang alami dari proses
kehidupan akan membantu perawat dalam memberikan respon terhadap kebutuhan pasien
dengan lebih murah hati.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kebutuhan perioperative dan perawatan jenazah?

2. Apa etiologi kebutuhan perioperative dan perawatan jenazah?

3. Apa saja patofisiologi kebutuhan perioperative dan perawatan jenazah?

4. Apa saja manifestasi klinis dalam kebutuhan perioperative perawatan jenazah?

5. Bagaimana pemeriksaan fisik yang dilakukan dalam kebutuhan perioperative


perawatan jenazah?

6. Apa saja data penunjang pada kebutuhan perioperative dan perawatan jenazah?

1.3. Tujuan
Tujuan umum :
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan parioperative
2. Untuk membantu mahasiswa dalam melakukan keperawatan jenazah.

Tujuan Khusus :

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perawatan jenazah

2. Untuk mengetahui apa saja etiologi dalam perawatan jenazah

3. Untuk mengetahui patofisiologi dalam perawatan jenazah

4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dalam perawatan jenazah

3
5. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan fisik pada perawatan jenazah

6. Untuk mengetahui data penunjang pada perawatan jenazah

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Kebutuhan Perioperative dan Perawatan Jenazah


Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Kata
“perioperatif” adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman
pembedahan, yaitu praoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif. Dalam setiap fase
tersebut dimuali dan diakhiri dalam waktu tertentu dalam urutan peristiwa yang
membentuk pengalaman bedah, dan masingmasing mencakup rentang perilaku dan
aktivitas keperawatan yang luas yang dilakukan oleh perawat dengan menggunakan
proses keperawatan dan standart keperawatan (Brunner & Suddarth, 2010). Masing-
masing tahap mencakup aktivitas atau intervensi keperawatan dan dukungan dari tim
kesehatan lain sebagai satu tim dalam pelayanan pembedahan (Majid, 2011).
Peroperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai dari
prabedah (preoperatif), bedah (intraoperatif), dan pascabedah (postoperatif) (Alimul Aziz,
2009).
Menurut Brunner dan Suddarth (2010) fase perioperatif mencakup tiga fase dan
pengertiannya yaitu :
a. Fase praoperatif dari peran keperawatan perioperatif dimulai ketika keputusan
untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke meja
operasi;
b. Fase intraoperatif dari keperawatan perioperatif dimulai ketika pasien masuk
atau dipindah ke bagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien
dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan
dapat meliputi : memasang infus (IV), memberikan medikasi intravena, dan
pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan
menjaga keselamatan pasien;
c. Fase Pascaoperatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan . dan
berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatana klinik atau di rumah. pada
fase pascaoperatif berlangsung fokus termasuk mengkaji efek agens anastesia,
dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi.

5
Sedangkan definisi dari Kematian suatu keadaan alamiah yang setiap individu
pasti akan mengalaminya. Secara umum, setiap manusia berkembang dari bayi, anak-
anak, remaja, dewasa, lansia dan akhirnya mati.
Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan
darah, serta hilangnya respon terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya
aktivitas listrik otak, atau dapat juga dikatakan terhentinya fungsi jantung dan paru secara
menetap atau terhentinya kerja otak secara menetap. Terdapat beberapa perubahan tubuh
setelah kematian, diantaranya :
1. Algor mortis (Penurunan suhu jenazah)
Algor mortis merupakan salah satu tanda kematian yaitu terhentinya produksi
panas, sedangkan pengeluaran berlangsung terus menerus, akibat adanya
perbedaan panas antara mayat dan lingkungan.
Faktor yang mempengaruhi Algor mortis yaitu :
a. Faktor lingkungan
b. Suhu tubuh saat kematian ( suhu meningkat, a.m.makin lama)
c. Keadaan fisik tubuh serta pakaian yang menutupinya
2. Livor mortis (Lebam mayat)
Livor mortis (lebam mayat) terjadi akibat peredaran darah terhenti
mengakibatkan stagnasi maka darah menempati daerah terbawah sehingaa tampak
bintik merah kebiruan.
3. Rigor mortis (Kaku mayat)
Rigor mortis adalah kekakuan pada otot tanpa atau disertai pemendekan
serabut otot.
Tahapan tahapan rigor mortis:
a. 0-2 sampai 4 jam : kaku belum terbentuk
b. 6 jam : Kaku lengkap
c. 12 jam : kaku menyeluruh
d. 36 j am : relaksasi sekunder
4. Dekomposisi ( Pembusukan)
Hal ini merupakan suatu keadaan dimana bahan-bahan organik tubuh
mengalami dekomposisi baik yang disebabkan karena adanya aktifitas bakteri,
maupun karena autolisis. Skala waktu terjadinya pembusukan

6
Mulai terjadi setelah kematian seluler. Lebih dari 24 jam mulai tampak warna
kehijauan di perut kanan bawah (caecum).

Perawatan jenazah adalah suatu tindakan medis melakukan pemberian bahan kimia
tertentu pada jenazah untuk menghambat pembusukan serta menjaga penampilan luar
jenazah supaya tetap mirip dengan kondisi sewaktu hidup.
Perawatan jenazah dapat dilakukan langsung pada kematian wajar, akan tetapi
kematian pada tidak wajar pengawetan jenasah baru boleh dilakukan setelah
pemeriksaan jenasah atau otopsi dilakukan.

Perawatan jenazah dilakukan karena ditundanya penguburan/kremasi, misalnya


untuk menunggu kerabat yang tinggal jauh diluar kota/diluar negri.
Pada kematian yang terjadi jauh dari tempat asalnya terkadang perlu dilakukan
pengangkutan atau perpindahan jenasah dari suatu tempat ketempat lainnya. Pada
keadaan ini, diperlukan pengawetan jenasah untuk mencegah pembusukan dan
penyebaran kuman dari jenasah kelingkungannya.

Jenazah yang meninggal akibat penyakit menular akan cepat membusuk dan
potensial menular petugas kamar jenasah. Keluarga serta orang-orang disekitarnya.
Pada kasusu semacam ini, kalau pun penguburan atau kremasinya akan segera
dilakukan tetap dilakukan perawatan jenasah untuk mencegah penularan kuman atau
bibit penyakit disekitarnya.

Perawatan jenasah penderita penyakit menular dilaksanakan dengan selalu


menerapkan kewaspadaan unifersal tanpa mengakibatkan tradisi budaya dan agama
yang dianut keluarganya. Setiap petugas kesehatan terutama perawat harus dapat
menasihati keluarga dan mengambil tindakan yangs sesuai agar penanganan jenasah
tidak menambah resiko penularan penyakit seperti halnya hepatits/B, AIDS, Kolera
dan sebagainya. Tradisi yang berkaitan dengan perlakuan terhadap jenasah tersebut
dapat diizinkan dengan memperhatikan hal yang telah disebut diatas, seperti misalnya
mencium jenasah sebagai bagian dari upacara penguburan. Perlu diingat bahwa virus
HIV hanya dapat hidup dan berkembang dalam manusia hidup, maka beberapa waktu
setelah penderita infeksi HIV meninggal, Virus pun akan mati.

2.2. Etiologi
A. Etiologi perioperative

7
Pembedahan dilakukan untuk berbagai alasan (Buku ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth ) seperti :
a.       Diagnostik, seperti dilakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi
b.      Kuratif, seperti ketika mengeksisi masa tumor atau mengangkat apendiks yang
inflamasi
c.       Reparatif, seperti memperbaiki luka yang multipek
d.      Rekonstruktif atau Kosmetik, seperti perbaikan wajah
e.       Paliatif, seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah,
Contoh ketika selang gastrostomi dipasang untuk mengkompensasi terhadap
kemampuan untuk menelan makanan
B. Etiologi perawatan jenazah
Kematian menurut ilmu kedokteran tidak berhubungan dengan jatuhnya
manusia ke dalam dosa atau dengan Allah, melainkan diakibatkan tidak berfungsinya
organ tertentu dari tubuh manusia.
Kematian menurut dokter H. Tabrani Rab disebabkan empat faktor:
1. berhentinya pernafasan
2. matinya jaringan otak
3. tidak berdenyutnya jantung
4.adanya pembusukan pada jaringan tertentu oleh bakteri-bakteri
Seseorang dinyatakan mati menurut Dr. Sunatrio bilamana fungsi pernafasan/paru-paru
dan jantung telah berhenti secara pasti atau telah terbukti terjadi kematian batang
otak. Dengan demikian, kematian berarti berhentinya bekerja secara total paru-
paru dan jantung atau otak pada suatu makhluk. Dalam ilmu kedokteran, jiwa dan
tubuh tidak dapat dipisahkan. Belum dapat dibuktikan bahwa tubuh dapat
dipisahkan dari jiwa dan jiwa itu baka.

2.3. Patofisiologi
A. Patofisiologi Kebutuhan Perioperative
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman
pembedahan pasien. Kata “perioperatif” adalah suatu istilah gabungan yang
mencakup tiga fase pembedahan yaitu pre operatif, intra operatif, dan post operatif
(Hipkabi, 2014). Keahlian seorang perawat kamar bedah dibentuk dari pengetahuan

8
keperawatan profesional dan keterampilan psikomotor yang kemudian diintegrasikan
kedalam tindakan keperawatan yang harmonis. Kemampuan dalam mengenali
masalah pasien yang sifatnya resiko atau aktual pada setiap fase perioperatif akan
membantu penyusunan rencana intervensi keperawatan (Muttaqin, 2009).
B. Patofisiologi Perawatan Jenazah
Kematian menurut ilmu kedokteran tidak berhubungan dengan jatuhnya
manusia ke dalam dosa atau dengan Allah, melainkan diakibatkan tidak berfungsinya
organ tertentu dari tubuh manusia.
Kematian menurut dokter H. Tabrani Rab disebabkan empat faktor:
(1) berhentinya pernafasan
(2) matinya jaringan otak
(3) tidak berdenyutnya jantung
(4) adanya pembusukan pada jaringan tertentu oleh bakteri-bakteri
Seseorang dinyatakan mati menurut Dr. Sunatrio bilamana fungsi
pernafasan/paru-paru dan jantung telah berhenti secara pasti atau telah terbukti terjadi
kematian batang otak. Dengan demikian, kematian berarti berhentinya bekerja secara
total paru-paru dan jantung atau otak pada suatu makhluk. Dalam ilmu kedokteran,
jiwa dan tubuh tidak dapat dipisahkan. Belum dapat dibuktikan bahwa tubuh dapat
dipisahkan dari jiwa dan jiwa itu baka.

2.4. Manifestasi Klinis


A. Menifstasi Parioperative
Perioperatif adalah waktu sejak keputusan untuk operasi diambil hingga
sampai ke meja pembedahan, tanpa memandang riwayat atau  klasifikasi
pembedahan. Keahlian seorang perawat perioperatif dibentuk dari pengetahuan
keperawatan professional dan keterampilan psikomotor yang kemudian diintegrasikan
ke dalam tindakan keperawatan yang harmonis. Kemampuan dalam mengenali
masalah pasien yang sifatnya risiko atau actual pada setiap fase perioperatif yang
didasarkan atas pengetahuan dan pengalaman keperawatan perioperatif akan
membantu penyusunan rencana intervensi keperawatan. Staf keperawatan yang
merawat pasien bertanggung jawab untuk mengelola aspek-aspek penting perawatan
pasien dengan cara mengimplementasikan rencana perawatan  yang berdasarakan

9
pada tujuan yang diprioritaskan, koordinasi seluruh anggota tim perioperatif, dan
melibatkan tindakan mandiri dan kolaboratif.
Asuhan keperawatan praoperatif pada praktiknya akan dilakukan secara
berkesinambungan, baik asuhan keperawatan praoperatif dibagian rawat inap,
poliklinik, bagian bedah sehari (one day care) atau di unit gawat darurat yang
kemudian dilanjutkan kamar operasi oleh perawat praoperatif. Asuhan keperawatan
praoperatif yang terintegrasi secara berkesinambungan terjadi saat beberapa masalah
pasien yang belum teratasi di ruang rawat inap, poliklinik, bedah sehari, atau unit
gawat darurat akan tetap dilanjutkan oleh perawat perioperatif di kamara operasi.
Dokumentasi yang optimal dapat membantu terciptanya komunikasi yang baik antara
perawat ruangan dengan perawat kamar operasi.
B. Manifestasi Perawatan Jenazah
Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, termasuk
menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan kepada anggota keluarga yang bersangkutan,
transportasi ke kamar jenazah dan melakukan disposisi (penyerahan barang-baran)
milik pasien. Perawatan jenazah biasanya dilakukan karena ditundanya
penguburan/kremasi, misalnya untuk menunggu kerabat yang tinggal jauh di luar kota
atau di luar negeri.
Perawatan jenazah pada penderita penyakit menular dilaksanakan dengan
selalu menerapkan kewaspadaan universal tanpa mengakibatkan tradisi budaya dan
agama yang dianut keluarganya. Setiap petugas kesehatan terutama perawat harus
dapat menasehati keluarga jenazah dan mengambil tindakan yang sesuai agar
penanganan jenazah tidak menambah risiko penularan penyakit seperti halnya
hepatitis-B, AIDS, kolera dsb.
Tradisi yang berkaitan dengan perlakuan terhadap jenazah tersebut dapat
diizinkan dengan memperhatikan hal yang telah disebut di atas, seperti misalnya
mencium jenazah sebagai bagian dari upacara penguburan. Perlu diingat bahwa virus
HIV hanya dapat hidup dan berkembang dalam tubuh manusia hidup, maka beberapa
waktu setelah penderita infeksi-HIV meninggal, virus pun akan mati.

2.5. Pemeriksaan Fisik


A. Pemeriksaaan Fisik Perioperative
Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital

10
Pemeriksaan keadaan umum pasien praoperatif meliputi penampilan umum
dan prilaku, pangkajian tingkat kesadaran dan pengkajian status nutrisi.
Penampilan Umum
Pada pengkajian keadaan umum, secara ringkas perawat melakukan survei
keadaan umum untuk mengobservasi panampilan umum pasien. Bentuk dan
pergerakan tubuh dapat menggambarkan kelemahan yang disebabkan oleh penyakit
yang berhubungan dengan adanya intervensi pembedahan. secara ringkas, pengkajian
yang berhubungan dengan praoperatif meliputi elemen-elemen berikut ini:
 Usia
Usia akan memengaruhi karakteristik fisik normal. Kemampuan untuk
berpartisipasi dalam beberapa bagian pemeriksaan fisik praoperatif juga
dipengaruhi oleh usia.
 Tanda distres
Terdapat tanda dan gejala distress nyata yang mengindikasikan nyeri,
kesulitan bernapas, atau kecemasan. Tanda tersebut dapat membantu perawat
dalam membuat prioritas yang berkaitan dengan apa yang akan diperiksa terlebih
dahulu.
 Jenis tubuh
Perawat mengobservasi jika pasien tanpak ramping, berotot, obesitas, atau
sangat kurus. Jenis tubuh dapat mencerminkan tingkat kesehatan, usia, dan gaya
hidup.
 Postur
Perawat mengkaji postur tubuh pasien. Apakah pasien memiliki postur tubuh
yang merosot, tegak, dan bungkuk. Postur dapat mencerminkan alam perasaan
atau adanya nyeri.
 Gerakan tubuh
Observasi gerakan tersebut bertujuan untuk memperhatikan apakah terdapat
tremor di ekstremitas. Tentukan ada atau tidaknya bagian tubuh yang tidak
bergerak.
 Kebersihan diri dan bau badan
Tingkat kebersihan diri pasien dicatat dengan mengobsevasi penampilan
rambut, kulit, dan kuku jari. Bau badan yang tidak sedap dapat terjadi karena
kebersihan diri yang buruk atau akibat patologi penyakit tertentu. Kondisi

11
kebersihan praoperatif merupakan hal yang penting diperhatikan karena dapat
memengaruhi konsep asepsis intraoperasi dan akan memberikan data dasar pada
perawat untuk memberikan intervensi praoperatif terkait kebutuhan pemenuhan
kebersihan area pembedahan.
 Afek dan alam perasaan
Afek adalah perasaan seseorang yang terlihat oleh orang lain. Alamperasaan
atau status emosi diekpresikan secara verbal dan nonverbal.
 Bicara
Bicara normal adalah bicara yang dapat dipahami, diucapkan dengan
kecepatan sedang dan menunjukkan hubungan dengan apa yang dipikirkan.
B. Pemeriksaan Fisik Perawatan Jenazah
1. Pemeriksaan Status Antropometri dan Ciri Fisik
Deskripsikan ciri-ciri fisik jenazah seperti: Jenis kelamin, yakni melalui
inspeksi alat kelamin dan tanda-tanda
 perkembangan seks sekunder Perkiraan usia
 Ras
 Warna kulit
 Status gizi
 Rambut-rambut pada jenazah, mulai dari rambut kepala, alis, bulu mata,
 kumis dan janggut, rambut di tubuh dan ekstremitas, rambut kemaluan
(catat warna, ukuran terpanjang, jenis [lurus/ikal], serta mudah/tidaknya
dicabut)
2. Pemeriksaan Tanda-Tanda Asfiksia
● Buka kedua mata mayat dan periksa konjungtiva palpebra serta
konjungtiva bulbi, cari ada tidaknya petekia dan tanda-tanda anemis
● Periksa bibir, bagian dalam bibir, gusi dan palatum, cari ada tidaknya
petekia, tanda-tanda sianosis, atau tanda-tanda anemis
● Periksa ujung-ujung jari tangan dan kaki mayat, nilai apakah terdapat
tandatanda anemis atau sianosis.

3. Pemeriksaan Gigi Jenazah

12
A. Buka mulut mayat dan periksa kelengkapan gigi-geligi, bedakan antara
gigi susu dan gigi dewasa
B. Jika gigi dewasa, lihat apakah gigi geraham belakang (molar III) sudah
erupsi atau belum Periksa ada tidaknya karang gigi
C. Amati kelainan pada gigi (gigi hilang, gigi palsu, dsb)
D. Pemeriksaan gigi dapat digunakan untuk menentukan perkiraan umur,
ras, dan identitas mayat
E. Interpretasi lanjut untuk kondisi gigi dapat dikonsultasikan kepada ahli
odontologi forensik.

2.6. Data Penunjang


Fase Pelayanan Perioperatif Keahlian seorang perawat kamar bedah dibentuk dari
pengetahuan keperawatan professional dan keterampilan psikomotor yang kemudian
diintegrasikan kedalan tindakan keperawatan yang harmonis. Kemampuan dalam
mengenali masalah pasien yang sifatnya resiko atau actual pada setiap fase perioperative
akan membantu penyusunan rencana intervensi keperawatan (Muttaqin & Sari, 2009).
a. Fase Pre Operatif Fase praoperatif adalah waktu sejak keputusan untuk operasi
diambil hingga sampai ke meja pembedahan, tanpa memandang riwayat atau
klasifikasi pembedahan. Asuhan keperawatan pre operatif pada prakteknya akan
dilakukan secara berkesinambungan, baik asuhan keperawatan pre operatif di
bagian rawat inap, poliklinik, bagian bedah sehari (one day care), atau di unit
gawat darurat yang kemudian dilanjutkan di kamar operasi oleh perawat kamar
bedah (Muttaqin & Sari, 2009).
b. Fase Intra Operatif Fase intra operatif adalah suatu masa dimana pasien sudah
berada di meja pembedahan sampai ke ruang pulih sadar. Asuhan keperawatan
intraoperative merupakan salah satu fase asuhan yang dilewati pasien bedah dan
diarahkan pada peningkatan keefektifan hasil pembedahan. Pengkajian yang
dilakukan perawat intraoperative lebih kompleks dan harus dilakukan secara cepat
dan ringkas agar dapat segera dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai.
Kemampuan dalam mengenali masalah pasien yang bersifat resiko atau aktual
akan didapatkan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman keperawatan.
Implementasi dilaksanakan berdasarkan pada tujuan yang di prioritaskan,

13
koordinasi seluruh anggota tim intraoperative, dan melibatkan tindakan
independen dan dependen. Pada fase intra operatif, pasien akan mengalami
berbagai prosedur. Prosedur pemberian anestesi, pengaturan posisi bedah,
manajemen asepsis, dan prosedur tindakan invasive akan memberikan implikasi
pada masalah keperawatan yang akan muncul (Muttaqin & Sari, 2009).
c. Fase Post Operatif Fase pasca operatif adalah suatu kondisi dimana pasien sudah
masuk di ruang pulih sadar sampai pasien dalam kondisi sadar betul untuk dibawa
ke ruang rawat inap. Raung pulih sadar (recovery room) atau unit perawatan
pascaanestesi (PACU) merupakan suatu ruangan 7 untuk pemulihan fisiologis
pasien pascaoperatif. PACU biasanya terletak berdekatan dengan ruang operasi
(Muttaqin & Sari, 2009).
B. Dalam menangani jenazah perawat harus melakukannya dengan hormat dan sebaik-
baiknya. Rasa hormat ini dapat dijadikan prinsip, dengan kata lain, seseorang telah
diperlakukan secara manusiawi dan sama seperti orang lain. Seorang perawat harus
memperlakukan tubuh jenazah dengan hormat. Sebelum kematian terjadi, anggota
tubuh harus diikat dan kepala dinaikkan ke atas bantal. Tubuh harus dibersihkan
dengan membasuhnya dengan air hangat secara perlahan. Segala sesuatu yang keluar
dari tubuh pasien harus dicuci dan dibersihkan rawatan posmortem,
Perawatan tubuh setelah kematian disebut perawatan postmortem. Hal ini
dapat menjadi tanggung jawab perawat. Perawat akan lebih mudah melakukannya
apabila bekerja sama dengan staf kesehatan lainnya. Adapun hal yang harus
diperhatikan :
1. Perlakukan tubuh dengan rasa hormat yang sama perawat lakukan terhadap
orang yang masih hidup.
2. Beberapa fasilitas memilih untuk meninggalkan pasien sendiri sampai petugas
kamar jenazah tiba.
3. Periksa prosedur manual rumah sakit sebelum melanjutkan perawatan
postmortem.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebutuhan perioperative adalah periode sebelum, selama dan sesudah operasi


berlangsung, yang mana tugas seorang perawat yaitu memberikan kenyamanan
terhadap pasien supaya saat dilaksanakannya operasi hingga paska operasi sampai
pemulihan pasien, sampai pasien sembuh, pasien merasa nyaman dan tercukupi
kebutuhan-kebutuhannya
Dalam fase penyembuhan apabila pasien sudah di perbolehkan pulang, tugas
perawat yaitu memeberikan penyuluhan tindakan perawatan diri pasien, terhadap
keluarga dan pasien itu sendiri, supaya terjaga kesehatan pasien dan terawatt dengan
baik, sehingga pasien sehat seperti sedia kala.
Adapun kesimpulan dari perawatan jenazah yaitu :
Perawatan jenazah dilakukan untuk membersihkan pasien yang baru
meninggal serta memberikan penghormatan terakhir kepada pasien selama dirawat di
rumah sakit.
Jenazah yang belum langsung dikuburkan akan diawetkan dengan pemberian bahan
kimia tertentu untuk menghambat terjadinya pembusukan serta menjaga penampilan
jenazah supaya tetap mirip dengan kondisi sewaktu hidup. Pengawetan jenazah dapat
dilakukan pada jenazah yang dalam beberapa hari tidak dikubur.

15
Dalam perawatan jenazah tidak boleh diotopsi. Dalam hal tertentu otopsi dapat
dilakukan setelah mendapat persetujuan dari pimpinan rumah sakit serta keluarga
yang bersangkutan dan dilaksanakan oleh petugas yang mahir dalam hal tersebut.

3.2 Saran

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini untuk itu
kritik dan saran diperlukan serta harus danya penyesuaian dan pembelajaran lebih baik
dari mahasiswa perawat dalam mengetahui dan mengaplikasikan pengetahuan
mengenai Kebutuhan Perioperative dan Perawatan Jenazah

DAFTAR PUSTAKA

Atma Dja DS. 2002. Perawatan jenasah dan aspek medikolegalnya. Jakarta: Majalah
kedokteran Indonesia

Hamzah A. 1996. Hukum acara Pidana Indonesia. Jakarta: CV.Aapta Artha Jaya.
Moeljotno. 1992. Kitab Undang-Undang Hukum pidana. Jakarta: Bumi
Aksara.

https://seputarkuliahkesehatan.blogspot.com/2018/03/makalah-perawatan-
jenazah.html

https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2018/04/Manual-CSL-
Forensik-Medikolegal-3-Pemeriksaan-Luar-pada-Jenazah.pdf

http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1621/6/BAB%20II.pdf

https://anestesi12.blogspot.com/2012/11/fase-preintrapost-operasi.html

http://data.kalbarprov.go.id/dataset/sop-bidang-penunjang/resource/91ac4ffb-79f9-
4928-8cba-ca0fbdcdcfe9

16

Anda mungkin juga menyukai