Thin Sonya Camel Fix.
Thin Sonya Camel Fix.
Thin Sonya Camel Fix.
DISUSUN OLEH :
ii
LEMBAR PENGESAHAN
THIN LAYER CHROMATOGRAPHY
NIM : 20 01 060
Grup :C
i
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur kita panjatkan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat kasih dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Tugas
Laporan Praktikum dengan modul “THIN LAYER CHROMATOGRAPHY”.
Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah praktikum Kimia Analisa Instrumen. Saya menyadari bahwa
masih banyak kekurangan yang terdapat dalam tugas laporan saya berikut.
Sehingga saya mengharapkan kritik dan saran agar dapat memperbaiki untuk
kedepannya.
Dengan ini saya berharap, agar tugas laporan ini dapat berguna bagi orang
yang membacanya, untuk menambah ilmu dan pengetahuan.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.3.1. Kromatografi......................................................................................1
1.3.2. Kromatografi lapis Tipis....................................................................3
2.1.1. Alat.....................................................................................................8
2.1.2. Bahan..................................................................................................8
iii
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
Halaman
6.1. Kesimpulan............................................................................................20
6.2. Saran......................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Data Pengamatan Analisa Kualitatif dengan KLT..................................16
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Beaker Glass 100 ml.........................................................................10
Gambar 2. Neraca Analitik.................................................................................10
Gambar 3. Penangas Air.....................................................................................10
Gambar 4. Pipet Ukur 50 ml...............................................................................10
Gambar 5. Bola Hisap.........................................................................................10
Gambar 6. Corong Kaca.....................................................................................10
Gambar 7. TLC Spray Chamber.........................................................................11
Gambar 8. Rak Corong Kaca..............................................................................11
Gambar 9. Chamber............................................................................................11
Gambar 10. Plat Silika........................................ ................................................11
Gambar 11. Pipet Kapiler.....................................................................................11
Gambar 12. Stopwatch........................................ ................................................11
Gambar 13. Pipet tetes.........................................................................................11
Gambar 14. Thermometer........................................ ...........................................11
Gambar 15. Beaker Glass 500 ml........................................................................11
Gambar 16. Batang Pengaduk........................................ .....................................11
Gambar 17. Spatula..............................................................................................11
Gambar 18. Labu Ukur 50 ml..............................................................................11
Gambar 19. Kertas Saring........................................ ...........................................11
Gambar 20. Penggaris..........................................................................................11
Gambar 21. Proses Penimbangan sampel berupa Dr. Pure Day..........................13
Gambar 22. Proses Pemipetan HCL 1N.............................................................. 13
Gambar 23. Proses Pemipetan Propanol............................................................. 13
Gambar 24. Proses Pemanasan dan pengadukan sampel.................................... 13
Gambar 25. Proses Pendinginan Sampel.............................................................13
vi
DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)
Halaman
Gambar 26. Proses pemisahan residu..................................................................13
Gambar 27. Proses penambahan propanol pada hasil saringan..........................14
Gambar 28. Proses pemasukan plat kedalam chamber kaca yang berisi
larutan Kloroform : Methanol (150:150)........................................14
Gambar 29. Proses eluen merambat naik hingga tanda batas: Methanol............14
Gambar 30. Proses pengamatan warna di bawah lampu TLC chamber..............14
Gambar 3.2.22........................................................................................................19
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3.1 Kromatografi
1
yang mengandung fasa diam, dan terjadi interaksi antara komponen-komponen
yangterbawa oleh fasa gerak dan fasa diam. Interaksi ini berbeda-beda untuk
masing-masing komponen yangterdapat dalam campuran tersebut, sehingga
terjadi proses pemisahan. Plot signal terhadap waktu ini disebut “kromatogram”.
Pada prinsipnya semua cara pemisahan kromatografi mengalami proses yang
sama yaitu adanya distribusi komponen-komponen dalam fasa diam dan fasa
gerak denganmemanfaatkan perbedaan-perbedaan sifat-sifat fisik komponen yang
akan dipisahkan (Yulia, 2013).
Kromatografi jenis ini memakai fase diam cair dan fasagerak cair. Pemisahan
komponen-komponen akan sangat tergantung pada perbedaan Kd (Koefisien
distribusi) molekul-molekul yang dipisahkan. Mekanisme pemisahan dengan
kromatografi kertas prinsipnyasama dengan mekanisme pada kromatografi
kolom. Adsorben dalam kromatografi kertasadalah kertas saring, yakni selulosa.
Sampel yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertasyang kemudian digantung
dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan kedalam pelarut yang
mengisi dasar wadah. Fasa mobil (pelarut) dapat saja beragam. Bisa
menggunakan: air, etanol, asam asetat atau campuran zat-zat ini dapat digunakan.
Berdasarkan asas terjadinya proses pemisahan maka kromatografi dibedakan
menjadi,yaitu :
2
d) Kromatografi dengan asas suhu kritik
Pada dasarnya merupakan pengembangan dari kromatografi gas,
sebagai fasa mobil dipakai CO2 dalam keadaan super kritik. Secara
teori, pemisahan kromatografi yang paling baik akan diperoleh jika fase
diam mempunyai luas permukaan sebesar-besarnya sehingga terjadi
keseimbangan yang baik antara fase gerak dan fase diam. Persyaratan
kedua agar pemisahan baik adalah fase gerak bergerak dengan cepat
sehingga difusi yang terjadi sekecil-kecilnya. Untuk memperoleh
permukaan fase diam yang luas, maka penjerap ataufase diam harus
berupa serbuk halus. Sedangkan untuk memaksa fase gerak bergerak
cepatmelalui fase diam yang berupa serbuk halus, harus digunakan
tekanan tinggi (Yulia, 2013).
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu
sampel yang ingin di deteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran.Kromatografi lapis tipis adalah metode
pemisahan fisika-kimia dengan fase gerak (larutan pengembang yang cocok), dan
fase diam (bahan berbutir) yang diletakkan pada penyangga berupa plat gelas atau
lapisan yang cocok. Pemisahan terjadi selama perambatan kapiler
(pengembangan) lalu hasil pengembangan di deteksi. Zat yang memiliki
kepolaran yang sama dengan fase diam akan cenderung tertahan dan nilai Rf-nya
paling kecil. Kromatografi lapis tipis digunakan untuk memisahkan komponen-
komponen atas dasar perbedaan adsorpsi atau partisi oleh fase diam di bawah
gerakan pelarut pengembang. Pada identifikasi noda atau penampakan noda, jika
noda sudah berwarna dapat langsung diperiksa dan ditentukan harga Rf. Rf
merupakan nilai dari Jarak relative pada pelarut. Harga Rfdihitung sebagai jarak
yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak tempuh oleh eluen (fase
gerak) untuk setiap senyawa.Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen
dalam fase diam. Karena itu Rf juga disebut faktor referensi. Faktor-faktor yang
3
mempengaruhi gerakan noda dalam kromatografi lapisan tipis yang juga
mempengaruhi harga Rf adalah :
4
efek tak kesetimbangan lainnya, hingga akan mengakibatkan
kesalahan-kesalahan pada harga-harga Rf.
8. Suhu
Pemisahan-pemisahan sebaiknya dikerjakan pada suhu tetap, hal ini
terutama untuk mencegah perubahan-perubahan dalam komposisi
pelarut yang disebabkan oleh penguapan atau perubahan-perubahan
fase.
9. Kesetimbangan
Ternyata bahwa kesetimbangan dalam lapisan tipis lebih penting
dalam kromatografi kertas, hingga perlu mengusahakan atmosfer
dalam bejana jenuh dengan uap pelarut. Suatu gejala bila atmosfer
dalam bejana tidak jenuh dengan uap pelarut, bila digunakan pelarut
campuran, akan terjadi pengembangan dengan permukaan pelarut
yang berbentuk cekung dan fase bergerak lebih cepat pada bagian
tepi-tepi dan keadaan ini harus dicegah.Semua kromatografi
memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-
padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir
melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat
dalam campuran.Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada
laju yang berbeda. Sedangkan fase diam untuk kromatografi lapis tipis
seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendar
flour dalam sinar ultra violet.Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana
bercak pada kromatogram berada, meskipun bercak-bercak itu tidak
tampak berwarna jika dilihat dengan mata. Namun, apabila di sinarkan
dengan sinar UV pada lempengan, akan timbul pendaran dari posisi
yang berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak sebagai
bidang kecil yang gelap. Sementara UV tetap di sinarkan pada
lempengan, harus dilakukan penandaan posisi-posisi dari bercak-
bercak dengan menggunakan pensil dan melingkari daerah bercak-
bercak itu.Ketika sinar UV dimatikan, bercak-bercak tersebut tidak
tampak kembali (Ibnu Khaldun, 2018)
5
Pada proses pemisahan dengan kromatografi lapis tipis, terjadi hubungan
kesetimbangan antara fase diam dan fase gerak, dimana ada interaksi antara
permukaan fase diam dengan gugus fungsi senyawa organik yang akan
diidentifikasi yang telah berinteraksi dengan fasa geraknya. Kesetimbangan ini
dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : kepolaran fase diam, kepolaran fase gerak, serta
kepolaran dan ukuran molekul. Pemisahan dengan kromatografi lapis tipis
dilakukan beberapa kali menggunakan beberapa eluen dengan tingkat kepolaran
yang berbeda untuk mendpatkan pelarut yang mampu memberikan pemisahan
yang baik serta noda zat warna yang bagus. Pada kromatografi lapis tipis, eluent
adalah fase gerak yang berperan penting pada proses elusi bagi larutan umpan
(feed) untuk melewati fase diam (adsorbent). Interaksi antara adsorbent dengan
eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu
pemisahan komponen secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluent dan
jumlah umpan. Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan
teradsorpsinya pelarut atau campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam
hal ini yang banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis
tipis silika. Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut
yang tak polar dari ikatannya dengan alumina (gel silika). Semakin dekat
kepolaran antara senyawa dengan eluen maka senyawa akan semakin terbawa
oleh fase gerak tersebut. Hal ini berdasarkan prinsip “like dissolved like”.Pada
kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase
yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran
sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang
mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang
mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat. Semua kromatografi
memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan
fase gerak(berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan
membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-
komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. Pelaksanaan
kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika gel atau alumina
yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Gel
silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis
6
tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendar flour
dalam sinar ultra violet. Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina-
aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus -OH.
Dalam kromatografi, eluent adalah fase gerak yang berperan penting pada proses
elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fase diam (adsorbent). Interaksi
antara adsorbent dengan eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan
komponen. Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya
pelarut atau campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang
banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika.
Penggolongan ini dikenal sebagai deret eluotropik pelarut.Suatu pelarut yang
bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang relatif tak polar dari
ikatannya dengan alumina (gel silika).Kecepatan gerak senyawa-senyawa ke atas
pada lempengan tergantung padabagaimana besar atraksi antara molekul-molekul
senyawa dengan pelarut (Khopkar, 1990).
Contoh penggunaan metode pemisahan secara Kromatografi Lapis Tipis
(KLT) dapat diterapkan dalam menganalisis adanya senyawa paracetamol dan
kafein dalam sediaan obat paten seperti poldanmig yang beredar di pasaran
apakah memenuhi persyaratan mutu obat atau tidak. Sehingga dengan kadar yang
tepat obat dapat memberikan efek terapi yang dikehendaki.Setiap komponen
memiliki harga Rf sendiri-sendiri, dengan bantuan dari sinar ultraviolet maka
dapat ditentukan noda yang tidak tampak oleh kasat mata. Cara yang biasa
dilakukan dengan menyemprotkan KMnO4 dalam H2SO4 yang kemudian akan
berinteraksi dengan komponen-komponen sampel baik secara kimia maupun
berdasarkan kelarutan membentuk warna-warna tertentu. Noda kemudian dihitung
harga Rf-nya. Harga Rf dihitung dengan menggunakan perbandingan jarak yang
ditempuh solut dengan jarak yang ditempuh fase gerak. Nilai maksimum Rf
adalah 1 dan nilai minimumnya 0. Dengan menggunakan silika gel sebagai fase
diam, harga Rf 1 menunjukkan jika senyawa tersebut sangat nonpolar sedangkan
harga Rf 0 menunjukkan bahwa senyawa tersebut sangat polar (Day &
Underwood, 1980)
7
BAB II
PROSEDUR KERJA
2.1.2. Bahan
1. Dr.Eric Day : 1 botol
8
2. Larutan HCL 1 N : 1 botol
3. Larutan Propanol : 1 botol
4. Kertas label : 1 lembar
5. Tissue : 250 sheet
6. Hablur Hidrokuinon : 1 botol
7. Aluminium Foil : 1 gulung
8. Aquadest : 1 botol
1. Sampel dan Larutan baku ditotolkan diatas plat kaca menggunakan pipet
mikro dengan jarak 2 cm
9
2. Selanjutnya plat kaca dimasukkan ked ala chumber yang berisi kloroform
: methanol 1:1 dengan total volume 300 ml, dan didiamkan hingga fase
gerak (pelarut) naik ke atas
3. Kemudian plat kaca dikeringkan untuk mengetahui lokasi dari sampel
dengan menggunakan cahaya ultra violet dengan panjang gelombang 254
nm.
BAB III
GAMBAR RANGKAIAN
3.1.Gambar peralatan
10
Gambar 5. Bola Hisap Gambar 6. Corong Kaca
11
Gambar 11. Pipa Kapiler Gambar 12. Stopwatch
12
Gambar 17. Beaker Glass Gambar 18. Labu Ukur
13
Gambar 23. Gambar 24.
14
Gambar 29. Gambar 30.
15
BAB IV
DATA PENGAMATAN
16
5. Citra Gold Day 10 114 72 0,6316
BAB V
PENGOLAHAN DATA
17
Rf =
` =
= 0,6491
Rf =
` =
= 0,6491
18
Rf =
` =
= 0,6491
Rf =
` =
= 0,6403
Rf =
` =
19
= 0,6463
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Prinsip kerja kromatografi lapis tipis ialah : Distribusi senyawa antara fase
diam berupa padatan diletakkan pada plat silika dan fase gerak berupa
20
cairan,yang bergerak di atas fase diam. Sejumlah kecil dari senyawa
(analit) ditotolkan pda titik awal tepat di atas bagian bawah plat
kromatografi lapis tipis.
2. Nilai Rf dari masing masing sampel yang kita dapat adalahsebesar
a. Hidroquinon : 0,6491
b. Temulawak Day : 0,6491
c. Dr. Eric Day : 0,6491
d. Collagen Day : 0,6403
e. Citra Gold Day : 0,64161
6.2. Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu Khaldun . 2018. Kimia Analisa Instrumen : Buku Untuk Mahasiswa. Banda
Aceh : Universitas Syah Kuala.
Rohman, Abdul dan Ibnu Gholib G. 2007. Kimia Fisika Analisis. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Khopkar, S. M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas.
aaaaaaiIndonesia Press