Proposal Revisi Ujian

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 42

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA DENGAN UPAYA


PENCEGAHAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAROS
KOTA SUKABUMI

Oleh :
Moh Sopiyudin
1932311003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Penelitian

HUBUNGAN PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA DENGAN UPAYA


PENCEGAHAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAROS
KOTA SUKABUMI

telah disetujui untuk diujikan di hadapan Tim Penguji Proposal Penelitian


Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Sukabumi

Sukabumi,..................
Menyetujui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2

Irawan Danismaya, M.Kep Burhanudin Basri, M.Kep


NIDN. 0411037301 NIDN. 0906049002

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Ners

Ria Andriani, M.Kep., Sp. Kep. An


NIP 117803057

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..............................................................................................v
DAFTAR GAMBAR........................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan Penelitian...........................................................................................3
D. Manfaat Penelitian.........................................................................................4
BAB II KAJIAN TEORITIS............................................................................6
A. Tinjauan Pustaka...........................................................................................6
1. Konsep TB Paru......................................................................................6
2. Konsep Pengetahun...............................................................................11
3. Konsep pencegahan TB paru.................................................................11
4. Konsep Asuhan Keperawatan...............................................................12
B. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu..............................................................19
C. Kerangka Berpikir.......................................................................................25
D. Hipotesis Penelitian.....................................................................................25
BAB III METODE PENELITIAN................................................................26
A. Desain Penelitian.........................................................................................27
B. Definisi Operasional....................................................................................27
C. Populasi dan Sampel...................................................................................28
D. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................29
E. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................29
F. Analisa Data................................................................................................31
G. Etika Penelitian............................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................35

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kasus TB paru di Wilayah Puskesmas Baros.................................... 3


Tabel 2.1 Kajian Hasil Penelitian Terdahulu................................................... 19
Tabel 3.1 Definisi Operasional......................................................................... 27
Tabel 3.2 Indeks Reliabilitas.............................................................................33

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir.....................................................................24


Gambar 3.1 Skema........................................................................................26

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang merupakan penyebab
utama masalah kesehatan, salah satu dari 10 penyebab kematian tertinggi di
dunia dan penyebab utama kematian dari agen infeksi tunggal (peringkat di
atas HIV/AIDS). TB disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis, yang
menyebar ketika orang yang sakit TB mengeluarkan bakteri ke udara,
misalnya melalui batuk. Penyakit ini biasanya mempengaruhi paru-paru (TB
paru) tetapi juga dapat mempengaruhi tempat lain (TB ekstraparu). Sekitar
seperempat populasi dunia terinfeksi Mycobacterium tuberculosis (WHO,
2020).
Kasus TB secara global diperkirakan 10 juta (kisaran 8,9-11 juta) pada
tahun 2019. Penderita penyakit TB secara geografis pada tahun 2019 berada di
wilayah Asia Tenggara (44%), Afrika (25%) dan Pasifik Barat (18%), dengan
persentase yang lebih kecil di Mediterania Timur (8,2%), Amerika (2,9%) dan
Eropa (2,5%). Delapan negara menyumbang dua pertiga dari total global:
yaitu India (26%), Indonesia (8,5%), Cina (8,4%), Filipina (6,0%), Pakistan
(5,7%), Nigeria (4,4%), Bangladesh (3,6%) dan Afrika Selatan (3,6%) (WHO
2020).
Tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. Hal ini
sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030, WHO menargetkan
untuk menurunkan kematian akibat tuberkulosis sebesar 90% dan menurunkan
insidensi sebesar 80% pada tahun 2030 (Dinkes Jawa Barat, 2020). Indonesia
merupakan negara ke-2 tertinggi penderita tuberkulosis. Pada tahun 2019
jumlah kasus tuberkulosis yang ditemukan sebanyak 543.874 kasus, menurun
bila dibandingkan semua kasus tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2018
yang sebesar 566.623 kasus. Jumlah kasus tertinggi dilaporkan dari provinsi
dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa
Tengah. Kasus tuberkulosis di ketiga provinsi tersebut hampir mencapai
setengah dari jumlah seluruh kasus tuberkulosis di Indonesia (45%). Jumlah

1
2

kasus tuberkulosis yang terjadi di seluruh provinsi lebih tinggi 1,4 kali pada
laki-laki dibandingkan dengan perempuan, dan lebih banyak diderita oleh
kelompok umur 45-54 tahun sekitar 16,5% (Kemenkes RI, 2019).
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki kasus
tuberkulosis yang terbanyak pada tahun 2019. Berdasarkan profil kesehatan
Provinsi Jawa Barat tahun 2019 prevalensi tuberkulosis per 100.000 penduduk
memiliki kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015
sebesar 144 kasus per 100.000 penduduk, tahun 2016 mengalami peningkatan
menjadi 149 kasus per 100.000 penduduk, tahun 2017 sebesar 171 kasus per
100.000 penduduk, tahun 2018 mengalami penurunan menjadi 168 kasus per
100.000 penduduk dan tahun 2019 mengalami peningkatan kembali menjadi
221 kasus per 100.000 penduduk. Kejadian kasus tuberkulosis antara laki-laki
dan perempuan lebih banyak pada laki-laki dengan rasio 1.2 (Dinkes Jawa
Barat, 2020).
Menurut laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, sebagian
wilayah kabupaten sukabumi hingga kini masih berstatus endemik penyebaran
penyakit Tuberculosis (TBC). Pasalnya, penyakit infeksi pada saluran
pernafasan yang disebabkan bakteri itu masih belum tertangani secara optimal.
Dari 47 kecamatan yang ada di Kabupaten Sukabumi, di setiap desanya
terdapat warga yang menderita TBC. Kecamatan dengan jumlah kasus TBC
paling tinggi di Kecamatan Pelabuhan Ratu (Retno, 2018).
Pengidap TB atau disebut juga TBC (Tuberculosis) di Kota Sukabumi
masih tergolong tinggi pada tahun 2021 yakni mencapai di atas 1.000
penderita. Data dari berbagai rumah sakit menunjukkan, warga Kota
Sukabumi yang terkena TB mencapai 1.096 orang yang terdiri dari 597 laki
laki dan 499 perempuan (Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, 2021).
Tingginya angka penyakit tuberkulosis di Indonesia dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu pendidikan, pengetahuan dan sikap, kepadatan hunian,
pencahayaan, kelembaban, ventilasi, lantai rumah, dan dinding rumah
(Azzahra Z, 2017). Sanitasi lingkungan rumah sangat mempengaruhi
keberadaan bakteri Mycobacterium tuberculosis, dimana bakteri
Mycobacterium tuberculosis dapat hidup selama 1–2 jam bahkan sampai
3

beberapa hari hingga berminggu-minggu tergantung ada tidaknya sinar


matahari, ventilasi, kelembaban, suhu, dan kepadatan penghuni rumah
(Azzahra Z, 2017). Beberapa faktor lain yang mempengaruhi penularan TB
secara umum antara lain konsentrasi jumlah kuman yang terhirup, lamanya
waktu sejak terinfeksi kuman, usia seseorang yang terinfeksi, serta tingkat
daya tahan tubuh seseorang (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Faktor-faktor
yang berhubungan dengan terjadinya penyakit tuberkulosis paru yaitu umur,
jenis kelamin, status bekerja, pendapatan, tingkat pendidikan, faktor
lingkungan rumah, kebiasaan merokok, riwayat kontak (Alberta, 2021).
Tanda dan gejala utama pasien tuberkulosis paru adalah batuk berdahak
selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan
yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat pada malam hari
tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Sari, 2018).
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap 6 anggota
keluarga di wilayah kerja Wilayah Puskesmas Baros, diperoleh suatu data
bahwa tidak semua keluarga mengetahui tentang penyakit TB Paru. Dari 6
keluarga yang di wawancara di dapatkan hasil sebanyak 4 keluarga yang
masih kurang mengenal penyakit TB Paru seperti pengertian TB Paru, tanda
dan gejala TB Paru, cara penularan TB Paru dan cara pencegahan TB Paru,
sedangka 2 keluarga sudah mengenal dan mengetahui tentang pengertian TB
Paru, tanda dan gejala TB Paru, cara penularan TB Paru dan cara pencegahan
TB Paru melalui informasi dari koran, televisi, dan tenaga kesehatan.
Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Baros terdapat empat
wilayah Kelurahan. Berdasarkan data Puskesmas Baros, terdapat 50 kasus TB
paru yang tersebar dari bulan Januari – bulan September tahun 2022 ialah
sebagai berikut:
Tabel 1.1 Kasus TB paru di Wilayah Puskesmas Baros
No Kelurahan Jumlah kasus
1 Baros 20
2 Jaya Mekar 15
3 Sudajaya Hilir 25
4 Jaya Raksa 15
4

Menurut penelitian Armando, (2021) yang berjudul hubungan


pengetahuan keluarga dengan pencegahan penularan TBC paru pada keluarga
di puskesmas Andalas tahun 2020 hasil penelitian didapatkan bahwa dari 49
orang keluarga pasien TB paru memiliki pengetahuan yang tinggi tentang TB
paru sebanyak 61,2% sedangkan 38,8% memiliki pengetahuan yang rendah.
Oleh karena itu sangat penting suatu keluarga dengan TB paru untuk memiliki
pengetahuan dalam perilaku pencegahan sehingga tidak menularkannya
kepada orang lain (Febriansyah, 2017).
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang tuberkulosis paru bisa
menimbulkan minimnya keperdulian terhadap akibat yang bisa ditimbulkan
oleh penyakit tuberkulosis sehingga membuat pengetahuan serta pemahaman
warga buat mengecek dahak selaku salah satu upaya penangkalan penyakit
tuberkulosis masih kurang dengan alibi mereka malu serta khawatir
didiagnosa mengidap tuberkulosis paru (Jehaman, 2020).
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang tuberkulosis paru dapat
menyebabkan kurangnya keperdulian terhadap dampak yang dapat
ditimbulkan oleh penyakit tuberkulosis sehingga membuat pengetahuan dan
kesadaran masyarakat untuk memeriksa dahak sebagai salah satu upaya
pencegahan penyakit tuberkulosis masih kurang dengan alasan mereka malu
dan takut divonis menderita tuberkulosis paru (Jehaman, 2020).
Pengetahuan dengan tindakan pencegahan penularan tuberkulosis paru
pada anggota keluarga penderita tuberkulosis paru memiliki hubungan yang
signifikan (Andriani & Sukardin, 2020). Hal ini menunjukkan bahwa yang
berpengetahuan baik dan cukup dalam tindakan pencegahan, dibandingkan
dengan berpengetahuan kurang (Eka, 2020).
Penelitian Maria (2020) juga menemukan ada hubungan antara
pengetahuan keluarga dengan pencegahan penularan tuberkulosis paru. Hal ini
menunjukkan bahwa keluarga yang memiliki pengetahuan yang baik memiliki
upaya pencegahan tuberkulosis yang tinggi daripada keluarga dengan
pengetahuan yang kurang (Maria, 2020). Penelitian lainnya juga terdapat hasil
bahwa ada hubungan anatara tingkat pengetahuan dengan upaya pencegahan
tuberkulosis paru. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang memiliki
5

pengetahuan yang kurang tentang upaya pencegahan tuberkulosis paru


berpeluang besar tertular penyakit tuberkulosis dibandingkan orang yang
memiliki pengetahuan yang baik dalam upaya pencegahan tuberkulosis paru
(Ridwan, 2019).
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Kepala Keluarga Dengan
Upaya Pencegahan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Baros”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut “Apakah terdapat hubungan pengetahuan kepala keluarga dengan
upaya pencegahan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Baros?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui apakah ada hubungan pengetahuan kepala keluarga
dengan upaya pencegahan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Baros.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan kepala keluarga tentang TB
Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Baros.
b. Untuk mengetahui upaya pencegahan TB Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Baros.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Umum
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan pustaka mengenai
hubungan pengetahuan kepala keluarga dengan upaya pencegahan TB
Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Baros.
2. Manfaat Bagi Instansi
Untuk memberikan pelayanan Kesehatan khusunya dalam pemberian
asuhan keperawatan TB paru. Petugas Kesehatan terutama perawat dapat
memberikan program pengontrolan TB paru dengan berfokus pada upaya
pencegahan TB paru kepada kepala keluarga.
6

3. Manfaat Bagi Penelitian Berikutnya


Hasil penelitian dapat di gunakan sebagai data dasar ataupun sebagai
pembanding bagi peneliti selanjutnya untuk meningkatkan pengetahuan
kepala keluarga dengan upaya pencegahan TB Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Baros.
4. Manfaat bagi Responden
Penelitian ini dapat dijadikan saran untuk menunjukkan manfaat bagi
Responden menunjukkan pengetahuan kepala keluarga dengan upaya
pencegahan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Baros.
7

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep TB Paru
a. Pengertian TB Paru
Tuberkulosis merupakan penyakit meluas yang paling utama
melanda parenkim paru, salah satu penyakit saluran respirasi dasar.
Sebagian besar kuman tuberculosis masuk ke jaringan paru lewat
peradangan hawa serta setelah itu hadapi proses yang diucap fokus
primer (Wijaya & Putri, 2013).
Mycobacterium tuberculosis yaitu basil tahan asam dengan
dimensi 0,5-3 meter. Mycobacterium tuberculosis menyebar lewat
tetesan hawa yang diucap droplet nuclei yang dihasilkan oleh pengidap
TB paru ataupun laring kala mereka batuk, bersin, berdialog ataupun
bernyanyi. Tetesan ini senantiasa terletak di hawa sepanjang sebagian
menit sampai sebagian jam sehabis ekspektorasi (Amanda, 2018).
b. Etiologi TB Paru
Tuberkulosis merupakan penyakit meluas yang diakibatkan oleh
kuman dari kelompok mikobakterium, Mycobacterium tuberculosis.
Terdapat sebagian tipe mikobakteri, antara lain: Mycobacterium
tuberculosis, Mycobacterium africanum, Mycobacterium bovis,
Mycobacterium leprae. Pula diketahui selaku kuman tahan asam
(BTA). Mempunyai watak selaku berikut: Corynebacterium, aerobik,
gampang mati dalam air mendidih (80 0C sepanjang 5 menit), gampang
mati bila terserang cahaya UV (cahaya matahari), bisa bertahan
sepanjang sebagian bulan pada temperatur kamar serta di ruangan
lembab (Kemenkes RI, 2014).
c. Patofisiologi TB Paru
Setelah seorang menghisap Mycobacterium tuberculosis, masuk
lewat mukosiliar saluran nafas, serta kesimpulannya Mycobacterium
tuberculosis menggapai alveoli (paru- paru), tempat kuman tumbuh
8

biak, lewat kelenjar getah bening ke kelenjar getah bening hilus. Fokus
Ghon serta limfadenopati hilar membentuk lingkungan primer. Lewat
lingkungan primer inilah basil bisa menyebar lewat pembuluh darah ke
segala badan (Wijaya & Putri, 2013).
d. Tanda dan Gejala TB Paru
Pada stadium awal penyakit Tuberkulosis Paru tidak menunjukkan
tanda dan gejala yang spesifik. Namun seiring dengan perjalanan
penyakit akan menambah jaringan parunya pmengalami kerusakan,
sehingga dapat meningkatkan produksi sputum yang ditunjukkan
dengan seringnya klien batuk sebagai bantuk kompensasi pengeluaran
dahak. Selain itu, klien dapat merasa letih, lemah, berkeringat pada
malam hari dan mengalami penurunan berat badan yang berarti. Secara
rinci tanda dan gejala Tuberkulosis Paru ini dapat dibagi atas 2 (dua)
golongan yaitu gejala sistemik dan gejala respiratorik. (Wijaya &
Putri, 2013).
1) Demam
Demam merupakan gejala pertama dari Tuberkulosis Paru,
biasanya timbul pada sore dan malam hari disertai dengan keringat
mirip demam influenza yang segera mereda tergantung dari daya
tahan tubuh dan virulensi kuman, serangan demam yang berikut
dapat terjadi setelah 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan.
2) Malaise
Karena Tuberkulosis bersifat radang menahun, makan dapat
terjadi rasa tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang,
badan makin kurus, sakit kepala, mudah lelah pada wanita kadang-
kadang dapat terjadi gangguan siklus haid.
3) Batuk
Batuk darah terjadi akibat pecahnya pembuluh darah. Berat dan
ringannya batuk darah yang timbul, tergantung dari besar kecilnya
pembuluh darah yang pecah. Batuk darah tidak selalu timbul akibat
pecahnya aneurisme pada dinding kavitas, juga dapat terjadi karena
ulserasi pada mukosa bronchus (Wijaya & Putri, 2013).
9

4) Sesak nafas
Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan
kerusakan paru yang cukup luas. Pada awal gejala ini tidak pernah
ditemukan.
5) Nyeri dada
Gejala ini timbul apabila sistem persyarafan yang terdapat di
pleura terkena, gejala ini dapat bersifat lokal atau pleuriti
6) Faktor resiko TB Paru
Resiko penularan TB bergantung pada jumlah basil di droplet,
virulensi hasil TB, paparan basil TB terhadap cahaya ultraviolet,
terbentuknya aerosol dikala batuk, bersin, berdialog ataupun
bernyanyi, prosedur kedokteran berisiko besar semacam pada
otopsi, intubasi, tabung dll ataupun sepanjang perawatan. waktu
bronkoskopi.
Anak dengan TB primer umumnya tidak meluas. Sepanjang TB
ditemui dalam dahak penderita, penderita meluas. Penderita yang
tidak diatasi ataupun tidak diatasi dengan sempurna masih bisa
memiliki Mycobacterium tuberculosis dalam dahaknya sepanjang
bertahun-tahun (Kemenkes RI, 2014).

2. Konsep Pencegahan TB Paru


a. Upaya pencegahan TB Paru
Mencegah penularan TB paru yaitu dengan cara memberikan
imunisasi BCG pada anak sesuai dengan jadwal, memberi makanan
bergizi untuk menjaga kekebalan tubuh anak, pada bayi berikan asi
eksklusif minimal selama enam bulan penuh, menjaga kebersihan
lingkungan rumah dengan cara membersihan lantai rumah setiap hari,
bersihkan jamban dan kamar mandi, jaga sirkulasi udara dalam rumah,
usahakan jendela dan pintu di rumah setiap hari dibuka agar ruangan
dalam rumah terkena sinar matahari (bakteri TB paru akan mati bila
terkena matahari), lakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),
usahakan agar anak tidak kontak langsung dengan orang yang terkena
TB paru untuk meminimalkan penularan TB paru (Efendi M, 2012).
10

Salah satu langkah untuk mencegah TBC (tuberkulosis) adalah


dengan menerima vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Di
Indonesia, vaksin ini termasuk dalam daftar imunisasi wajib dan
diberikan sebelum bayi berusia 2 bulan. Bagi yang belum pernah
menerima vaksin BCG, dianjurkan untuk melakukan vaksin bila
terdapat salah satu anggota keluarga yang menderita TBC. TBC juga
dapat dicegah dengan cara yang sederhana, yaitu mengenakan masker
saat berada di tempat ramai dan jika berinteraksi dengan penderita
TBC, serta sering mencuci tangan. Walaupun sudah menerima
pengobatan, pada bulan-bulan awal pengobatan (biasanya 2 bulan),
penderita TBC juga masih dapat menularkan penyakit. Jika Anda
menderita TBC, langkah-langkah di bawah ini sangat berguna untuk
mencegah penularan, terutama pada orang yang tinggal serumah
dengan Anda:
1) Tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa, atau kenakan Apabila
menggunakan tisu untuk menutup mulut, buanglah segera setelah
digunakan.
2) Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.
3) Pastikan rumah memiliki sirkulasi udara yang baik, misalnya
dengan sering membuka pintu dan jendela agar udara segar serta
sinar matahari dapat masuk.
Sedangkan menurut Oktavia, (2016) upaya pencegahan adalah
sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya
sesuatu yang tidak diinginkan. Preventif secara etimologi berasal dari
bahasa latin pravenire yang artinya datang sebelum/antisipasi/
mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang luas
preventif diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan untuk
mencegah terjadinyan gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi
seseorang. Dengan demikian upaya pencegahan adalah tindakan yang
dilakukan sebelum sesuatu terjadi. Hal tersebut dilakukan karena
sesuatu tersebut merupakan hal yang dapat merusak ataupun
merugikan menurut Oktavia, (2016).
11

b. Menurut Naga (2012) Tindakan atau upaya yang dapat dilakukan oleh
keluarga dalam penatalaksanaan dalam merawat penderita TB paru
diantaranya:
1) Mengawasi klien dalam meminum obat secara teratur hingga klien
menelan obatnya, pasien harus meminum obatnya pada pagi hari
karena obat tersebut paling baik bekerja ketika pagi hari
2) Keluarga juga harus dapat memotivasi pasien agar sabar dalam
pengobatannya.
3) Menempatkan obat di tempat yang bersih dan kering, tidak
terpapar langsung dengan sinar matahari dan aman dari jangkauan
anak-anak.
4) Keluarga dapat membawa atau mengajak pasien ke fasilitas
kesehatan setiap dua minggu sekali untuk melihat perkembangan
penyakitnya atau jika pasien mengalami keluhan-keluhan yang
harus segera di tangani.
5) Keluarga juga harus lebih terbuka dan memahami serta menghargai
perasaan klien, mendengarkan keluhan-keluhan yang disampaikan
klien, menanyakan apa yang saat ini klien rasakan, ini merupakan
salah satu bentuk dukungan dari keluarga secara psikis.
6) Untuk kebutuhan nutrisinya keluarga harus memberikan makan
yang cukup gizi pada pasien untuk menguatkan dan meningkatkan
daya tahan tubuh agar bisa menangkal kuman TB yang merusak
paru-paru
7) Menjaga kebersihan lingkungan rumah juga harus diperhatikan
misalnya dengan pengaturan ventilasi yang cukup, ajarkan pada
keluarga untuk tidak meludah sembarangan, menutup mulut ketika
batuk atau bersin, keluarga juga dapat menjemur tempat tidur
bekas pasien secara teratur, membuka jendela lebar-lebar agar
udara segar dan sinar matahari dapat masuk, karena kuman TB
paru akan mati bila terkena sinar matahari.
12

3. Konsep Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan tingkat perilaku pasien dalam
melaksanakan pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter
atau orang lain. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan yang harus
dimiliki oleh pasien hipertensi meliputi arti penyakit hipertensi,
penyebab hipertensi, gejala yang sering menyertai dan pentingnya
melakukan pengobatan yang teratur dan terus-menerus dalam jangka
panjang serta mengetahui bahaya yang ditimbulkan jika tidak minum
obat (Hananditia et al., 2016).
Secara bersama-sama akan mempengaruhi tingkat kepatuhan
berobat. Apabila pengetahuan pasien mengenai penyakitnya dan
pengendalian penyakitnya ditingkatkan bersamaan dengan
pengetahuan mengenai obat antihipertensi maka kepatuhan minum
obat akan meningkat (Nurhanani, 2020).
b. Pengukuran Tingkat Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menyatakan tentang isi materi yang akan diukur dari
responden atau subjek penelitian (Notoadmodjo, 2018). Kedalaman
pengetahuan yang ingin diukur atau diketahui dapat disesuaikan
dengan tingkat pengetahuan (Sunarti, 2018). Kuesioner tingkat
pengetahuan terdiri atas 12 Soal dengan ketentuan benar nilai 1 dan
salah nilai 0.

Tabel 2.1. Skala Pengukuran Tingkat Pengetahuan


Skala Skore
Baik 76 - 100 %
Cukup 56 - 75%
Kurang < 56 %
Sumber: (Sunarti, 2018).
13

c. Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan


1) Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan
sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.
2) Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih
banyak akan mempunyai pengetahuan lebih luas.
3) Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam
memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.
4) Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami akan menambah pengetahuan
tentang sesuatu yang bersifat informal.
5) Lingkungan
Merupakan segala sesuatu yang ada disekitar individu yang
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam
individu. Tingkatan seseorang untuk memnuhi kebutuhan hidup
disesuaikan dengan penghasilan yang ada, sehingga menuntut
pengetahuan yang dimiliki harus dipergunakan semaksimal
mungkin, begitu pula dalam mencari bantuan ke sarana kesehatan
yang ada,mereka sesuaikan dengan pendapatan keluarga.
6) Usia
Mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia semakin berkembang pula daya tangkap
dan pola pikirnya.

B. Kajian Hasil-hasil Penelitian Terdahulu


Tabel 2.2 Kajian Penelitian
No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil penelitian
1. Insana Maria Hubungan Penelitian ini menunjukkan
2020 Pengetahuan bawah anggota keluarga yang
Keluarga dengan memiliki pengetahuan baik
Perilaku tentang pencegahan penularan TB
14

Pencegahan Paru sebanyak 86,7% dan


Penularan keluarga yang memiliki
Tuberculosis Paru di pengetahuan cukup sebanyak
Wilayah Kerja 13,3%. Pengetahuan dengan
Puskesmas kriteria baik diperoleh sebagian
Martapura II besar responden dapat
dipengaruhi oleh informasi yang
diterima, baik secara formal
maupun informal, juga dapat
dipengaruhi oleh pendidikan dan
usia responden (Martini, 2019).
2. Rizal Paisal Hubungan Penyakit tuberkulosis paru
2022 Pengetahuan merupakan infeksi penyakit
Keluarga Pasien menular yang disebabkan oleh
Tentang mycobakterium tuberkulosis.
Tuberkulosis Paru Suatu basil aerobik tahan asam,
Dengan Perilaku yang di tularkan melalui udara
Keluarga Pasien (airborne). Pada hampir semua
Dalam Upaya kasus, infeksi tuberkulosis paru di
Pencegahan dapat melalui inhalasi partikel
Tuberkulosis Paru kuman yang cukup kecil. Apabila
Di Ruang Poli tidak ditangani dengan tepat,
Penyakit Paru Rsud maka setiap penderita
Palabuhan Ratu tuberkulosis paru akan
Kabupaten menginfeksi 10-15 orang
Sukabumi pertahun (Makhfudli, 2016).
Jenis penelitian ini menggunakan
korelasional dengan pendekatan
cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini berjumlah 87 orang
dan sampel berjumlah 71 orang.
Teknik pengambilan sampel
dengan accidental sampling.
Seluruh instrumen dinyatakan
valid dan reliabel. Pengambilan
data menggunakan kuisioner dan
analisis statistik menggunakan chi
kuadrat.
3. Anggraini Gambaran Tigkat Pengetahuan adalah hasil tau dari
2022 Pengetahuan seseorang setelah melakukan
Keluarga Tentang pengindraan terhadap suatu objek
Penyakit seperti melihat, mencium,
Tuberkulosis Paru mendengar, meraba dan merasa.
Puskesmas Kota Pengetahuan keluarga penderita
Bengkulu tuberkulosis adalah semua
informasi yang diperoleh
keluarga penderita tuberkulosis
mengenai program pengobatan.
15

(Notoatmodjo, 2019). Menurut


Sarmin (2017), ada 2 faktor yang
mempengaruhi pengetahuan
adalah faktor internal
(pendidikan, pekerjaan, dan
umur) dan faktor eksternal
(lingkungan dan budaya).
Berdasarkan hasil pengukuran
tingkat pengetahuan keluarga
pasien tuberkulosis paru di
Puskesmas Sukamerindu sudah
cukup baik.
4 Anisa Yulia Analisis Spasial Hasil analisis spasial
Nafsi, Sri Tuberkulosis Paru menunjukkan bahwa sebanyak
Ratna Rahayu Ditinjau dari Faktor 65,22% dari total kasus berjenis
Demografi dan kelamin laki-laki. Kasus lebih
Tingkat banyak terjadi pada usia produktif
Kesejahteraan sebanyak 86,96%. Terdapat
Keluarga di Wilayah 69,6% kasus yang ditemukan
Pesisir pada daerah dengan kepadatan
penduduk rendah dan 30,4%
kasus ditemukan pada daerah
dengan kepadatan penduduk
tinggi, 100% kasus berada pada
daerah dengan kepadatan rumah
yang tinggi. Tingkat Keluarga
Prasejahtera tertinggi berada di
Kelurahan Dadapsari sebanyak
25,89%.
5 Eliza Zihni Hubungan Tingkat Pengetahuan merupakan hasil
Zatihulwani, Pengetahuan terhadap suatu objek setelah
Hany Puspita Keluarga Dengan melakukan dapat dipengaruhi
Aryani, Adji Sikap Pencegahan oleh faktor internal dan eksternal,
Soelistyo. Penularan dimana faktor eksternal terdiri
Tuberkulosis Paru dari pendidikan, pekerjaan dan
umur. Sedangkan faktor eksternal
dipengaruhi oleh lingkungan dan
sosial budaya. Pada pengetahuan
responden juga dapat dipengaruhi
oleh umur, daya tangkap dan pola
fikir seseorang sehingga
pengetahuan yang diperoleh akan
semakin baik. Sebagian besar
pengetahuan dipengaruhi oleh
pendidikan, umur, pekerjaan dan
pengalaman (Nurfadillah, 2014).
16

C. Kerangka Berpikir

Upaya Pencegahan TB
Pengetahuan TB Paru
Paru

Variabel Compounding
Usia
Tingkat pendidikan
Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang berhubungan

: Variabel tidak diteliti

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan


kepala keluarga sedangkan variable dependen pada penelitian ini
adalah upaya penecegahan TB Paru pada kepala keluarga. Kerangka
diatas menjelaskan bahwa pengetahuan berhubungan dengan upaya
pencegahan TB Paru pada kepala keluarga seperti etika batuk,
membuka jendela tiap pagi hari, tidak membuang dahak atau meludah
sembabarangan, dan PHBS.

B. Hipotesis Penelitian
H0 : Tidak ada hubungan pengetahuan kepala keluarga dengan upaya
pencegahan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Baros.
H1 : Ada hubungan pengetahuan kepala keluarga dengan upaya
pencegahan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Baros.
17
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain atau rancangan penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan
untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi kesulitan yang
dapat terjadi selama proses penelitian. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode Deskriptif Analitik dengan pendekatan cross-
sectional. Desain ini dimulai dengan peneliti melakukan observasi atau
pengukuran variabel pada satu saat, pada saat yang sama dan satu kali saja,
tidak dilakukan pemeriksaan/pengukuran ulangan (Hasibuan, 2016). Pada
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan kepala
keluarga dengan upaya pencegahan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas
Baros.

B. Definisi Operasional
Variabel merupakan perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai
beda terhadap suatu benda, manusia, dan lain-lain. Variabel dalam penelitian
ini adalah Variabel Independent pengetahuan kepala keluarga dan Variabel
Dependennya pencegahan TB Paru.
Tabel 3.1 Definisi Operasional

Definisi
Variabel Cara ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Pengetahuan Adalah wawasan Diukur dengan Kuesioner Kategori Skor: Ordinal
kepala atau ilmu yang menggunakan 1. Baik : 76 -
keluarga dimiliki oleh kuesioner yang terdiri 100 %
kepala keluarga dari 12 item pertanyan 2. Cukup
mengenai yang di ukur dengan Baik : 56 -
pengertian, skala Likert yaitu 75%
penyebab, jawaban: 3. Kurang Baik
pencegahan, dan Benar di beri skor : 1 : < 56 %
penanganan TB Salah di beri skor : 0
paru.
Upaya Adalah tindakan Meminta responden Kuesioner Dinyatakan Ordinal
pencegahan yang dilakukan untuk mengisi dalam tingkatan:

18
tb paru oleh oleh kepala pernyataan pada 1. Kurang
kepala keluarga untuk kuesioner, yang berisi Apabila skor
keluarga. mencegah tb paru. tentang pelaksanaan responden <
upaya pencegahan 55%
penyakit tuberkulosis 2. Cukup
menggunakan skala Apabila skor
Likert dan skoring. responden
Pertanyaan terdiri dari antara 56-
pernyataan positif dan 74%
negatif dengan pilihan 3. Baik
jawaban; selalu, sering, Apabila skor
kadangkadang, tidak responden ≥
pernah. 75%
1) Pernyataan positif
di beri nilai selalu:
4, sering: 3,
kadangkadang: 2,
tidak pernah: 1
2) Pernyataan negatif
di beri nilai tidak
pernah: 4, kadang-
kadang: 3, sering:
2, selalu: 1.
C. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua kepala keluarga yang salah
satu anggota keluarga menderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas
Baros sebanyak 50 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang digunakan untuk penelitian. Sampel juga diambil dari
populasi yang benar-benar mewakili dan valid yaitu dapat mengukur
sesuatu yang seharusnya diukur (Komala, 2017). Menurut Arikunto (2012)
jika jumlah populasinya kurang dari 100 orang, maka bisa diambil secara
keseluruhan, tetapi jika populasinya lebih besar dari 100 orang, maka bisa
diambil 10-15% atau 20-25% dari jumlah populasinya. Sampel adalah
suatu himpunan bagian dari unit populasi. Berdasarkan jumlah populasi
yang didapatkan tidak lebih dari 100 orang respondent, maka dalam
penelitian ini sampel yang di ambil adalah 100% jumlah populasi yaitu
semua kepala keluarga yang salah satu anggota keluarga menderita TB
Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Baros sebanyak 50 orang.

19
3. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total
sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana
jumlah sampel sama dengan populasi. Alasan mengambil total sampling
karena menurut (Sugiyono, 2014) jumlah populasi yang kurang dari 100,
seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya.

D. Tempat Dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Baros.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini mulai dilakukan pada bulan Desember 2022.

E. Teknik Pengumpulan Data


1. Data Primer
Data Primer merupakan data yang diperoleh dari sumber langsung.
Dikatakan data primer bila pengumpulan data dilakukan secara langsung
oleh peneliti terhadap sasaran (Riwidikdo, 2013). Data yang digunakan
penulis dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara langsung
dari responden yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Baros
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan tidak dari sumber langsung.
Dikatakan data sekunder apabila pengumpulan data yang diinginkan
diperoleh dari orang lain atau tempat lain dan bukan dilakukan oleh peneliti
sendiri (Riwidikdo, 2013). Data sekunder dalam penelitian ini didapatkan
dari dinas Kesehatan Kota Sukabumi, dan Puskesmas Baros.
3. Tahap Persiapan
a. Surat Penelitian dari Universitas Muhammadiyah Sukabumi
b. Peneliti memberikan surat permohonan izin melakukan penelitian
kepada pihak dinas kesehatan kota sukabumi.
c. Peneliti setelah di berikan izin oleh dinas kesehatan kota sukabumi
melakukan penelitian kepada pihak puskesmas sukabumi kota
sukabumi.

20
d. Peneliti melakukan pengumpulan data klien TB paru.
e. Peneliti melakukan kunjungan rumah dan memberikan undangan untuk
melakukan pertemuan di Puskesmas sukabumi serta memberikan lembar
permohonan menjadi responden.
f. Menanyakan kesediaan para responden untuk menjadi responden, jika
bersedia maka wajib menandatangani lembar persetujuan menjadi
responden.
g. Jika responden menolak, peneliti tidak akan memaksa dan menghormati
hak – haknya.
h. Setelah responden terpilih, peneliti membagikan kuesioner kepada
responden satu persatu.
i. Kemudian, setelah kuesioner dibaca dan diisi oleh responden, kuesioner
tersebut diambil kembali oleh peneliti pada hari yang sama.
j. Peneliti melakukan cek ulang lembar kuesioner, apakah semua
pertanyaan sudah terjawab dengan lengkap.
4. Kuesioner
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan wawancara
menggunakan kuisioner, dimana mendapatkan suatu informasi secara lisan
dari responden, berhadapan atau tatap muka (face to face). Untuk
memperoleh data mengenai pengetahuan kepala keluarga dengan upaya
pencegahan TB paru.

F. Analisa Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer,
dilakukan dengan software program SPSS 20.0. Teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis univariat dan bivariat.
1. Analisa Univariat
Analisis ini dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karaketristik masing-masing variabel yang diteliti sehingga kumpulan data
tersebut dapat disederhanakan dan diringkas menjadi informasi yang
berguna. Variabel independen dan dependen dianalisis dengan
menggunakan statistik deskriptif. Statistik deskriptif digunakan untuk

21
mendapatkan gambaran tentang sebaran distribusi frekuensi dan tendensi
sentral (mean, median, modus). Pada analisis univariat, data yang
diperoleh dari hasil pengumpulan dapat disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi, ukuran tendensi sentral atau grafik. Analisis ini
dilakukan untuk melihat deskripsi masing-masing variabel penelitian yang
diukur baik tentang karakteristik maupun masing-masing variabel, dengan
menggunakan rumus sebagai berikut (Notoatmodjo, 2016).
F
P= × 100 %
N

Keterangan :

F = Frekuensi

N = Jumlah responden

P = Presentase

2. Analisis bivariat
Analisa bivariat merupakan analisis yang dilakukan oleh 2 variabel
yang dianggap berkorelasi (Notoatmodjo, 2018). Bertujuan untuk melihat
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Analisis bivariat
penelitian ini menggunakan uji statistik chi-square.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

(fo−fe)
X² = ∑ fe
Keterangan:
x² : Nilai Chi-Square
fo : Nilai hasil pengamatan untuk tiap kategori
fe : Nilai hasil yang diharapkan untuk tiap kategori
Berdasarkan uji statistik dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1
diterima bila didapatkan nilai p ≤ 0,05 dan Ho diterima dan H1 ditolak bila
didapatkan nilai p > 0,05.

G. Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen


a. Uji Validitas

22
Validitas adalah ukuran validitas atau tingkat validitas suatu instrumen.
Instrumen yang valid atau efektif yang memiliki efisiensi yang tinggi.
Sebaliknya, instrumen yang kurang efektif berarti validitasnya kurang
efektif. Uji validitas dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment
dan dapat dilihat penafsiran dari indeks korelasinya (Mukhsinah, 2014).
Uji validitas menggunakan Rumus Pearson Product Moment:
r hitung =n ¿¿
Keterangan:
r hitung : Koefisien korelasi
∑X : Jumlah skor item

∑Y : Jumlah skor total


N : Jumlah responden
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS 20.0 for
windows. Pengambilan kesimpulan jika nilai p-value pearson product
moment < 0,05 maka butir tersebut dinyatakan valid (Arikunto, 2012).
Peneliti menggunakan kuesioner Pengetahuan Kepala Keluarga TB Paru di
ambil dari penelitian Tiara, (2013) serta telah dilakukan uji validitas
dengan hasil koefisien korelasi item berkisar antara 0,68-0,89. Kuesioner
Upaya Pencegahan TB Paru di ambil dari penelitian Budiman, (2013) serta
telah dilakukan uji validitas dengan hasil koefisien korelasi item berkisar
antara 0,74-0,83. Sehingga kuesioner pengetahuan kepala keluarga dan
kuesioner upaya pencegahan TB paru ini valid dan sahih.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atas pengamatan
bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam
waktu yang berlainan (Nursalam, 2017). Uji reliabilitas yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan Cronbach Alpha (Arikunto, 2019).

Dengan rumus:
K 1 – Σsj2

K–1 sx2

23
r=
Keterangan:
r : Koefisien reliabilitas instrument
k : Banyaknya butir pertanyaan
∑sj² : Total varians butir
sx² : Total varians
Tabel 3.2
Indeks reliabilitas menurut aturan Guilford (Guilford’s Empirical Rule)
0,00 – 0,19 Reliabilitas sangat lemah
0,20 – 0,39 Reliabilitas lemah
0,40 – 0,69 Reliabilitas cukup kuat
0,70 – 0,89 Reliabilitas kuat
0,90 – 1,00 Reliabilitas sangat kuat
Peneliti menggunakan kuesioner Pengetahuan Kepala Keluarga TB Paru di
ambil dari penelitian Tiara, (2013) serta telah dilakukan Reliabilitas dengan
hasil Cronbach Alpha sebesar antara 0,89. Kuesioner Upaya Pencegahan TB
Paru di ambil dari penelitian Budiman, (2013) serta telah dilakukan
Reliabilitas dengan hasil Cronbach Alpha sebesar antara 0,78. Sehingga
kuesioner pengetahuan kepala keluarga dan kuesioner upaya pencegahan TB
paru ini telah memenuhi keandalan alat ukur atau reliabel.

H. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, apalagi jika subjek penelitiannya adalah
manusia, maka penelitian tersebut harus memahami hak asasi manusia yang
fundamental. Manusia memiliki kebebasan untuk menentukan sendiri,
sehingga penelitian yang akan dilakukan benar-benar menjaga kebebasan
manusia.

1. Menjunjung Martabat

24
Penelitian dilakukan untuk menjaga harkat dan martabat seseorang
(subjek penelitian). Ketika melakukan penelitian, hak asasi subjek harus
dihormati.
2. Asas Kemanfaatan
Penelitian yang dilakukan harus memperhitungkan kemungkinan
manfaat dan risiko. Jika manfaat yang diperoleh lebih besar daripada
risiko yang akan terjadi, maka penelitian dapat dilakukan. Selain itu,
penelitian yang dilakukan tidak boleh merugikan dan harus menjaga
kesejahteraan.
3. Berkeadilan
Ketika melakukan penelitian, perlakuannya sama karena setiap
orang diperlakukan sama atas dasar moralitas, martabat dan hak asasi
manusia. Hak dan kewajiban peneliti dan subjek juga harus seimbang.
4. Informed Consent
Subyek penelitian harus menunjukkan kesediaan mereka untuk
berpartisipasi dalam penelitian dengan mengisi formulir persetujuan. Ini
juga merupakan bentuk partisipasi sukarela subjek penelitian dalam
penelitian.
5. Tanpa Nama
Merupakan pertanyaan yang menjamin penggunaan subjek penelitian
dengan tidak mencantumkan atau mencantumkan nama responden pada
formulir alat ukur, tetapi hanya menuliskan kode pada formulir
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
6. Kerahasiaan
Kerahasiaan dirancang untuk memastikan keberhasilan informasi
penelitian dan masalah lainnya. Peneliti menjamin kerahasiaan semua
informasi yang dikumpulkan dan hanya kumpulan data tertentu yang akan
dilaporkan dalam hasil penelitian.

25
DAFTAR PUSTAKA

Alberta, L. T., Tyas, D. T. P., Muafiroh, A., & Yuniarti, S. (2021). Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah Puskesmas
Pacarkeling Surabaya. Jurnal Penelitian Kesehatan, 19(1), 20–25. https://
doi.org/10.35882/jpk.v19i1.5
Amanda, Gina. (2018). Peran Aerosol M. Tuberculosis Pada Penyebaran Infeksi
Tuberkulosis. Cermin Dunia Kedokteran 45(1):62–65.
Andriani, D., & Sukardin, S. (2020). Pengetahuan dan Sikap Keluarga Dengan
Pencegahan Penularan Penyakit Tuberculosis (TBC) Di Wilayah Kerja
Puskesmas Penana’e Kota Bima. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan
Indonesia, 10(03), 72–80.
Arikunto, S. (2019). Prosedur Penelitian. Rineka Cipta
Armando, Hardin. (2021). Hubungan Pengetahuan Keluarga denganPencegahan
Penularan TBC Paru Pada Keluarga diPuskesmas Andalas Tahun 2020.
Jurnal Kesehatan Lentera‘Aisyiyah. ISSN 2654-8445 Vol 4, No 2,
Desember 2021, 446-454.
Azzahra, Z. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit
Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Muliorejo Kecamatan
Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017.
Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, (2021). Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun
2021. Kota Sukabumi.
Dinkes Jawa Barat. (2020). Profil Kesehatan Jawa Barat Tahun 2020. Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 103–111.
Efendi M, (2012). Hubungan Kontak dengan Penderita Dewasa dan Imunisasi
BCG dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Balita di Poli Anak RSUD Dr.
M. Yunus Bengkulu Tahun 2012, Skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Dehasen, Bengkulu.
Eka Rustia Purnama Sari, D. S. (2020). Hubungan Pengetahuan Dengan
Pencegahan Penularan TB Paru Pada Anggota Keluarga Di Wilayah
Kerja Puskesmas Depok III Sleman. 09(2), 115–123.
Febriansyah, Rizki and , Fahrun Nur Rosyid, S.Kep., Ns.,
M.Kes. (2017) Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga dengan Upaya

26
Pencegahan Penularan Tuberkulosis Paru Pada Keluarga di Wilayah
Kerja Puskesmas Nguter Sukoharjo. Skripsi thesis, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Hananditia, R.P., Nina, S. (2016). Tingkat Pengetahuan Pasien Hipertensi Tentang
Penggunaan Obat Di Puskesmas Kota Malang. Jurnal farmasi klinik
Indonesia. Vol.5 No.1, hlm.26-34.
Hasibuan. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Bumi Aksara
Jehaman, T. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku
Terhadap Pencegahan Penularan Tuberculosis (TB) Di UPT Puskesmas
Sabbang Tahun 2020. 6(2).
Kemenkes RI. (2019). Tuberkulosis (TB). www.kemenkes.go.id
Kementerian Kesehatan RI, (2014). Strategi Nasional Pengendalian TB di
Indonesia 2010-2014, Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan.
Kementerian Kesehatan RI. (2019). Profil kesehatan Indonesia tahun 2018.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2019.
Komala, R. D. (2017). Tinjauan Implementasi personal Selling Pada PT. Astra
Internasional daihatsu astra biz Center Bandung Pada Tahun 2017. Jurnal
Fakultas Ilmu Terapan Universitas Telkom, 3(2), 330–337.
Maria, I. (2020). Hubungan Pengetahuan Keluarga dengan Perilaku Pencegahan
Penularan Tuberculosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Martapura II.
Jurnal Keperawatan Suaka Insan (Jksi), 5(2), 182–186.
https://doi.org/10.51143/jksi.v5i2.242
Naga, S.Sholeh. (2012). Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam.
Jogjakarta: Diva Press.
Notoatmojo, Soekidjo, (2018). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka
Cipta : Jakarta.
Notoatmodjo, S. (2016). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Nurhanani, H. S. Susanto, and A. Udiyono. (2020). Hubungan faktor pengetahuan
dengan tingkat kepatuhan minum obat antihipertensi (Studi Pada Pasien
Hipertensi Essential di Wilayah Kerja Puskesmas Bandarharjo Kota

27
Semarang)," Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), vol. 8, no. 1, pp. 114-
121, Jan. 2020. https://doi.org/10.14710/jkm.v8i1.25932
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.
Salemba Medika.
Oktavia S, Mutahar R, Destriatania S. (2016). Analisis Faktor Risiko Kejadian TB
Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kertapati Palembang. Ilmu Kesehatan
Masyarakat. 2016;7(2).
Retno Ardanari. (2018). Tuberkulosis, Yogyakarta: CV Budi Utama
Ridwan, O. M. M. dan A. (2019). Hubungan Tingkatan Pengetahuan dengan
Upaya Pencegahan Penularan TB Paru. JIM FKep, IV (2), 42–47.

28
LAMPIRAN

29
SKEMA PENELITIAN

Persiapan

Studi Kasus

Perizinan

Pengumpulan Data

Data Sekunder
Data Primer
Pengetahuan TB
Wawancara
Paru

Pengolahan Data

Pengetahuan Kepala Upaya Pencegahan TB


Keluarga Paru

Analisa dan
Pembahasan

Kesimpulan

30
Lampiran 2

PENJELASAN PENELITIAN

KepadaYth
Bapak/Ibu Pasien
Di_
Puskesmas Baros Kota Sukabumi
Dengan hormat,
Saya bernama, Moh Sopiyudin, NIM.1932311003 adalah
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Sukabumi memohon bantuan Anda, yaitu
Bapak/Ibu/Sdr/Sdri Pasien Puskesmas Baros, agar berkenan memberikan
jawaban kuesioner yang telah saya sajikan dalam lembar berikutnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji Hubungan Pengetahuan Kepala
Keluarga Dengan Upaya Pencegahan TB Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Baros Kota Sukabumi.
Daftar pertanyaan dalam kuesioner berjumlah pertanyaan yang
hendaknya diisi dengan lengkap dan mohon jangan dibiarkan tidak
terjawab. Kelengkapan jawaban akan sangat mempengaruhi hasil analisis
dalam penelitian ini dan tidak mempengaruhi penilaian Puskesmas Baros
terhadap anda. Data pribadi anda tidak akan dipublikasikan, sehingga anda
dapat memberikan opini secara bebas. Kerahasiaan informasi yang
diperolehakan dijaga dengan baik dan informasi tersebut hanya akan
digunakan untuk kepentingan akademik.
Besar harapan saya atas partisipasi Anda terhadap pengisian
kuesioner ini karena jawaban Anda tersebut merupakan kontribusi yang
berharga baik bagi peneliti dan ilmu pengetahuan, maupun bagi
kemajukan Puskesmas Baros. Atas perhatian Anda, saya ucapkan
terimakasih.
Sukabumi, Oktober 2022
Peneliti,

31
Moh Sopiyudin
NIM.1932311003

Lampiran 3

Perihal : Permohonan Pengisian Kuesioner

KepadaYth,
Bapak/Ibu Pasien Puskesmas Baros
Di_
Tempat

Dengn hormat,
Dalam rangka memenuhi syarat penyelesaian proses pendidikan sebagai
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Sukabumi, dengan ini saya meminta kesediaan
bapak/ibu untuk mengisi kuesioner yang diberikan. Saya mengharapkan bapak/ibu
mengisi kuesioner sesuai dengan kondisi yang dirasakan saat ini di rumah sakit
saudara. Saya akan menjamin kerahasiaan setiap informasi yang bapak/ibu
sampaikan.
Demikian permohonan ini saya sampaikan, atas partisipasinya diucapkan terima
kasih.

Sukabumi, Oktober 2022


Peneliti,

Moh Sopiyudin
NIM.1932311003

32
Lampiran 4

SURAT PERNYATAAN

PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN

Setelah saya mendapatkan informasi dengan jelas dan membaca

penjelasan penelitian pada lembar penjelasan penelitian, maka saya

memahami dan bersedia menjadi respon den dalam penelitian ini. Saya

mengetahui bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan

Pengetahuan Kepala Keluarga Dengan Upaya Pencegahan TB Paru di

Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

Saya mengetahui bahwa penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi

saya. Segala informasi yang saya berikan pada penelitian ini akan dijaga

dan dijamin kerahasiaannya. Informasi dan penjelasan yang diberikan

membuat saya percaya bahwa penelitian ini bermanfaat bagi

pengembangan keperawatan di Puskesmas Baros.

Saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini dengan

menandatangani lembar persetujuan ini dalam keadaan sadar dan tanpa

adanya paksaan dari siapapun.

Tanda tangan responden, Peneliti,

33
(……………………………..) (Moh Sopiyudin)

Lampiran 5

KUESIONER PENELITIAN

Kode koisioner :

A. Karakteristik Responden
Pilih salah satu jawaban yang menurut persepsi rekan sejawat paling
sesuai, caranya dengan memberikan tanda check list (√) pada kotak yang
tersedia.

1. Nama (Inisial) :
2. Umur :………. Tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki Wanita
4. Pendidikan terahir : SD SMP SMA PT

B. KUESIONER PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG TB PARU


Cara pengisian:
a. Pertanyaan dibawah ini adalah pertanyaan yang berisi pengetahuan respon
tentang TBC.
b. Berikan tanda checklist (√) pada jawaban yang ada di bawah pada masing-
masing pernyataan dengan pilihan yang sesuai dengan yang anda ketahui.

1. Apa yang dimaksud dengan TB paru ?


a. Penyakit menular yang menyerang paru-paru yang disebabkan
oleh kuman tuberkulosis.
b. Penyakit paru-paru yang berupa penumpukan cairan pada paru-
paru
c. Penyakit paru-paru yang ditandai dengan sesak saat udara dingin
saja

34
d. Sesak nafas yang disebabkan karena alergi.
2. Tanda dan gejala dari TB paru adalah
a. Batuk pilek 2 sampai 3 hari
b. Bersin-bersin dan hidung tersumbat
c. Batuk berdahak terkadang disertai darah selama 2 minggu atau
lebih
d. Badan meriang dan nyeri pada kaki
3. Komplikasi penyakit TB paru adalah?
a. Sakitn perut.
b. Infeksi ke organ otak, tulang, persendian, ginjal
c. Sakit pinggang
d. Pusing
4. Bagaimana cara penularan dari TB paru?
a. Melalui batuk dan bersin
b. Melalui sentuhan kulit
c. Melalui air kencing
d. Melalui keringat tubuh
5. Bagaimana cara mencegah penularan TB paru?
a. Menutup mulut ketika batuk
b. Memalingkan ke wajah orang lain
c. Menutup hidung saat batuk
d. Menutup mulut ketika ada orang dihadapan kita
6. Prinsip pengobatan TB paru yang benar adalah?
a. Pergi ke dukun
b. Pengobatan saat timbul gejala
c. Dosis secara tepat selama 6-8 bulan secara teratur
d. Dosis secara tepat selama 3-4 bulan secara teratur

7. Penularan TB paru melalui ?


a. Alat-alat elektronik
b. Alat Kontrasepsi
c. Alat Pencuci

35
d. Alat-alat makan
8. Penyebab penyakit TB Paru?
a. HIV
b. Salmonela
c. Virus
d. Mycobacterium tuberculosis
9. Peran keluarga yang bisa dilakukan dalam mencegahan penularan TB
paru adalah?
a. Selalu memberi dukungan dengan cara berada di dekat pasien
tanpa menggunakan masker.
b. Membiarkan sampah dan barang-barang pasien berserakan karena
takut tertular
c. Menjauhi pasien karena takut tertular
d. Melakukan pengawasan terhadap keteraturan pasien minum obat.
10. Bagaimana tanda gejala TB paru adalah
a. Berkeringat pagi hari
b. Berkeringat siang hari
c. Berkeringat malam hari
d. Berkeringat pada sore hari.
Sumber: Tiara Emilia Sari, (2013).

C. KUESIONER UPAYA PENCEGAHAN TB PARU OLEH KEPALA


KELUARGA
1. Pertanyaan dibawah ini adalah pertanyaan yang berisi Kuesioner Upaya
pencegahan TB paru oleh kepala keluarga.
2. Berikan tanda checklist (√) pada kolom yang ada disebelah kanan pada
masing-masing pernyataan dengan pilihan yang sesuai dengan yang Anda
alami dengan pilihan jawaban:
SL : Selalu
S : Sering
KK : Kadang-kadang,
TP : Tidak Pernah

36
JAWABAN
NO PERNYATAAN
SL S KK TP
1. Membuka jendela setiap pagi hari merupakan
salah satu tindakan pencegahan TBC
2 Pencegahan TBC dapat dilakukan dengan
menyediakan makanan dengan gizi seimbang
seperti nasi, lauk, sayur, dan buah.
3 Tidur dan istirahat yang cukup dapat mencegah
tertularnya TBC
4 Meminum obat secara tekun dan teratur bagi
penderita TBC merupakan tindakan yang efektif
untuk mencegah penularan penyakit
5 Supaya tidak tertular penyakit TBC, maka
sebaiknya anak balita diberikan imunisasi BCG
6 Membersihkan lingkungan rumah setiap hari
merupakan tindakan efektif dalam pencegahan
TBC
7 Upaya pencegahan yang lain yaitu dengan
membuang dahak atau ludah tidak disembarang
tempat
8 Membatasi kontak dengan kelompok rentan TBC
9 Menjaga daya tahan tubuh agar tidak terkena TBC
10 Memakai masker apabila dilingkungan rumah ada
yang terkena TBC
11 Cahaya yang terang dan sinar matahari yang
dapat masuk ke rumah dapat membunuh kuman
TBC
12 Tutup mulut saat batuk dan bersin
13 Istirahat dan tidur yang cukup dapat dapat
mencegah penularan TBC
14 Berhenti merokok agar tidak terkena TBC
Sumber : Budiman, (2013)

37

Anda mungkin juga menyukai