7971

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 127

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL 96% BEKATUL

(Rice bran) DAN PENGARUH TERAPINYA TERHADAP GAMBARAN


HISTOLOGI PANKREAS MENCIT (Mus musculus) DIABETES
MELLITUS

SKRIPSI

Oleh:
KHALIMATUL ULYAH
NIM. 14630014

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2019
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL 96% BEKATUL
(Rice bran) DAN PENGARUH TERAPINYA TERHADAP GAMBARAN
HISTOLOGI PANKREAS MENCIT (Mus musculus) DIABETES
MELLITUS

SKRIPSI

Oleh:
KHALIMATUL ULYAH
NIM. 14630014

Diajukan Kepada:
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2019

i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Khalimatul Ulyah


NIM : 14630014
Jurusan : Kimia
Fakultas : Sains dan Teknologi
Judul penelitian : Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 96% Bekatul
(Rice bran) dan Pengaruh Terapinya Terhadap Gambaran
Histologi Pankreas Mencit (Mus musculus) Diabetes
Mellitus

menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan data, tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri,
kecuali dengan mencantumkan sumber cuplikan pada daftar pustaka. Apabila
dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, maka saya
bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Malang, 14 Januari 2019


Yang membuat pernyataan,

Khalimatul Ulyah

v
MOTTO

‫اه ُد لِنَ ْف ِسه‬


ِ ‫ومن جاه َد فَِإنَّما يج‬
َُ َ َ َ ْ ََ
“Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka sesungguhnya
kesungguhan itu untuk dirinya sendiri”
(QS. Al-ankabut: 6)

“GOOD SCIENCE STARTS WITH GOOD ETHICS”

Ilmu yang baik dimulai dengan etika yang baik

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, sujud syukurku kusembahkan


kepadaMu tuhan yang Maha Agung. Curahan cinta, kasih sayang serta
hidayahMu, telah memberikanku kekuatan dan pelita dalam kegelapan. Atas
ridhoMu pula, telah memberikanku kemudahan dalam menimba ilmu dan
menyelesaikan skripsi yang sederhana ini. Semoga keberhasilan dalam
menyelesaikan skripsi yang sederhana ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk
meraih cita-cita besarku.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurah untuk sang revolusioner sejati, nabi
agung Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita dari jalan yang
gelap menuju jalan yang terang benderang yakni agama islam.
Sebuah karya sederhana dari perjuangan selama 4,5 tahun ini kupersembahkan
kepada orang-orang istimewa yang ku cinta dan sayangi.
Teruntuk Bapak Alm. Sopan dan Ibu Marliyan, yang tiada hentinya selama ini
memberiku semangat, do’a, motivasi, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan
yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada
dalam proses pendewasaan diri. Aku bersyukur bahwa Allah telah
menempatkanku diantara kedua malaikatNya yang setiap waktu ikhlas menjaga,
mendidik dan membimbingku dengan baik tanpa mengenal lelah. Terima kasih
Pak, Bu, semoga lembaran kertas yang kususun menjadi sebuah karya sederhana
ini menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri untuk kalian dan menjadi langkah awal
ku untuk mencapai cita-cita ku.
Kepada Ibu Diana Candra Dewi, Ibu Akyunul Jannah, Ibu Hafidatul Hasanah dan
Bapak Ahmad Hanapi sebagai dosen pembimbing. Terima kasih atas dukungan,
motivasi, arahan, nasehat, kesabaran serta waktu yang Ibu Bapak luangkan untuk
mengajarkan saya menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga saya ucapkan
kepada seluruh dosen jurusan kimia, seluruh laboran jurusan kimia dan laboran
biologi (Bapak M.Basyaruddin) atas seluruh bekal ilmu, jasa dan bantuan yang
telah diberikan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat, kesehatan
dan umur yang panjang.
Untuk kakak-kakakku (Mat Nafik, Nurgianto dan Mulyadi). Terima kasih untuk
segala bantuan baik secara moril maupun materiil, do’a dan semangat yang
diberikan. Semoga ini menjadi awal bagi saya untuk membanggakan kalian.
Terima kasih kepada teman-teman tim DM (Nafis dan Marsya) yang telah
bersedia menjadi teman penelitian, diskusi, berjuang bersama, tangis, canda dan
tawa. Teman-teman Kimia A yang selalu memberikan kritik dan saran yang
membangun serta Kimia Angkatan 2014 yang luar biasa.
Terima kasih kepada Ustadz Abu dan Ustadzah Nur Chanifah yang telah banyak
memberikan ilmu serta do’a dan semangat. Keluarga PPTQ Oemah Al-Qur’an
yang senantiasa memberikan semangat baik dalam hal agar rajin mengaji dan
menyelesaikan kuliah.

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji sykur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini
dengan judul “Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 96% Bekatul (Rice
bran) dan Pengaruh Terapinya Terhadap Gambaran Histologi Pankreas
Mencit (Mus musculus) Diabetes Mellitus”.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
memberikan kontribusi baik dukungan moral maupun spiritual demi suksesnya
penyusunan proposal peneitian ini. Seiring terselesaikannya skripsi ini, dengan
penuh kesungguhan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak dan Ibu tercinta yang telah banyak memberikan perhatian, nasehat,
do’a dan dukungan baik moral maupun materil yang tidak mungkin
terbalaskan.
2. Bapak Prof. Abdul Haris, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Maullana Malik Ibrahim Malang.
3. Ibu Dr. Sri Harini, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains Dan Tekonlogi
Universitas Islam Negeri Maulana Maik Ibrahim Malang.
4. Ibu Elok Kamilah Hayati, M.Si, selaku Ketua Jurusan Kimia Fakultas Sains
dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
5. Ibu Diana Candra Dewi, M.Si, selaku dosen pembimbing penelitian yang
telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan nasehat kepada penyusun
dalam menyelesaikan laporan hasil penelitian ini.
6. Ibu Akyunul Jannah, S.Si, M.P, selaku dosen konsultan yang telah
memberikan pengarahan, bimbingan, dan nasehat kepada penyusun dalam
menyelesaikan laporan hasil penelitian ini.
7. Bapak Ahmad Hanapi, M.Sc, selaku dosen pembimbing agama yang telah
memberikan pengarahan, bimbingan, dan nasehat kepada penyusun dalam
menyelesaikan laporan hasil penelitian ini.

vii
8. Seluruh dosen Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang yang telah memberikan ilmu, pengetahuan,
pengalaman, wacana dan wawasannya, sebagai pedoman dan bekal bagi
penyusun.
9. Teman-teman kelompok DM (Marsya dan Nafis) dan semua mahasiswa
kimia angkatan 2014 Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang yang telah memberikan motivasi dan informasi kepada
penulis.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan laporan hasil


penelitian ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
penyempurnaan Skripsi ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Malang, 11 Januari 2019

Penulis,

Khalimatul Ulyah

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................iii
LEMBAR ORISINALITAS ................................................................................iv
MOTTO .................................................................................................................v
HALAMAN PERSEMBAHAN ..........................................................................vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
ABSTRAK .......................................................................................................... xiv
ABSTRACT ......................................................................................................... xv
‫ الملخص البحث‬.......................................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 7
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 7
1.4 Batasan Masalah ................................................................................... 7
1.5 Manfaat Penelitian................................................................................ 8
1.6 Hipotesis ............................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 9


2.1 Bekatul (Rice Bran) ............................................................................. 9
2.2 Diabetes Mellitus................................................................................ 11
2.3 Antioksidan ........................................................................................ 12
2.3.1 Klasifikasi Antioksidan .......................................................... 13
2.3.2 Mekanisme Antioksidatif ....................................................... 14
2.3.3 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH .................. 16
2.4 Aloksan............................................................................................... 18
2.5 Hewan Coba Mencit (Mus musculus L.) ............................................ 19
2.6 Histologi Pankreas.............................................................................. 21
2.7 Metode Ekstraksi dengan Maserasi .................................................... 22
2.8 Pewarnaan Hematoxylin-Eosin (HE) ................................................. 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 27


3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 27
3.2 Alat dan Bahan Penelitian .................................................................. 27
3.2.1 Alat-alat .................................................................................. 27
3.2.2 Bahan ...................................................................................... 27
3.3 Rancangan Penelitian ......................................................................... 28
3.4 Tahapan Penelitian ............................................................................. 29
3.5 Prosedur Penelitian ............................................................................. 30
3.5.1 Preparasi Sampel .................................................................... 30

ix
3.5.2 Penentuan Kadar Air secara Thermogravimetri ..................... 30
3.5.3 Ekstraksi bekatul .................................................................... 31
3.5.4 Uji Aktivitas Antioksidan Menggunakan Metode DPPH (1,1-
difenil-2-pikrilhidrazil) ........................................................... 31
3.5.5 Persiapan Hewan Coba dan Pengkondisian Mencit Diabetes
mellitus ................................................................................... 33
3.5.6 Terapi Hewan Coba ................................................................ 35
3.5.7 Pengambilan Pankreas dan Pewarnaan Hematoxylin Eosin
(HE) ........................................................................................ 35
3.5.8 Analisis Data .......................................................................... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 38
4.1 Preparasi Sampel ................................................................................ 38
4.2 Analisis Kadar Air .............................................................................. 39
4.3 Ekstraksi Bekatul................................................................................ 40
4.4 Pengujian Aktivitas Antioksidan Pada Sampel .................................. 42
4.4.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum........................... 42
4.4.2 Pengukuran Aktivitas Antioksidan Pada Sampel ................... 43
4.5 Potensi Ekstrak Etanol 96% Bekatul Sebagai Antidiabetes Terhadap
Mencit (Mus Musculus, L.) Diabetes Mellitus ................................... 48
4.5.1 Pengkondisian Mencit Diabetes Mellitus ............................... 48
4.5.2 Pengaruh Esktrak Etanol 96% Bekatul Terhadap Histologi
Pankreas Mencit (Mus Musculus L.) Diabetes Mellitus ........ 50
4.6 Pemanfaatan Tanaman Bekatul Sebagai Antidiabetes dalam Perspektif
Islam....................................................................................................59

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 61


5.1 Kesimpulan......................................................................................... 61
5.2 Saran....................................................................................................61

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 62


LAMPIRAN ......................................................................................................... 69

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kandungan zat gizi bekatul beras putih .................................................. 9


Tabel 2.2 Klasifikasi diabetes mellitus ................................................................. 11
Tabel 2.3 Hasil pemeriksaan glukosa darah .......................................................... 12
Tabel 2.4 Ketentuan kekuatan antioksidan ........................................................... 17
Tabel 2.5 Aktivitas antioksidan berbagai jenis beras ............................................ 17
Tabel 4.1 Nilai IC50 aktivitas antioksidan ekstrak bekatul dan pembanding ........ 47
Tabel 4.2 Jumlah sel pankreas mencit sesudah terapi ekstrak etanol 96% bekatul
.............................................................................................................. 54
Tabel 4.3 Hasil perhitungan ANOVA jumlah sel pankreas mencit (Mus musculus)
setelah perlakuan terapi ekstrak etanol 96% bekatul beras pada α
0,5%.........................................................................................................57
Tabel 4.4 Ringkasan uji duncan α 5% pengaruh ekstrak etanol 96% bekatul beras
terhadap jumlah sel pankreas mencit (Mus musculus L.) yang diinduksi
aloksan .................................................................................................... 58

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema morfologi gabah kering ........................................................... 9


Gambar 2.2 Struktur vitamin C ............................................................................. 13
Gambar 2.3 Mekanisme reaksi antioksidan menghambat radikal bebas .............. 15
Gambar 2.4 Reaksi antara radikal bebas membentuk kompleks bukan radikal .... 15
Gambar 2.5 Reaksi DPPH dengan senyawa antioksidan ...................................... 16
Gambar 2.6 Struktur Aloksan ............................................................................... 18
Gambar 2.7 Reaksi hormon glukagon dan insulin ................................................ 18
Gambar 2.8 Hewan Coba Mencit (Mus musculus) ............................................... 20
Gambar 2.9 Organ Pankreas ................................................................................. 21
Gambar 2.10 Histologi Pankreas........................................................................... 24
Gambar 4.1 Sampel Bekatul ................................................................................. 39
Gambar 4.2 Ekstrak etanol 96% bekatul ............................................................... 42
Gambar 4.3 Spektra UV-Vis larutan DPPH 0,2 mM ............................................ 43
Gambar 4.4 Mekanisme reaksi DPPH dengan antioksidan .................................. 45
Gambar 4.5 Grafik aktivitas antioksidan ekstrak etanol 96% bekatul .................. 46
Gambar 4.6 Histologi organ pankreas mencit hasil pewarnaan HE (400x). ......... 52
Gambar 4.7 Grafik rata-rata kadar glukosa darah dan jumlah sel pankreas ......... 55

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rancangan Penelitian ....................................................................... 70


Lampiran 2. Diagram Alir ..................................................................................... 70
Lampiran 3. Perhitungan Pembuatan Larutan ....................................................... 76
Lampiran 4. Perhitungan Dosis ............................................................................. 79
Lampiran 5. Perhitungan Uji Kadar Air ................................................................ 81
Lampiran 6. Perhitungan Rendemen ..................................................................... 83
Lampiran 7. Pengujian Antioksidan ...................................................................... 84
Lampiran 8. Data Kadar Glukosa Darah dan Uji Gambaran Histologi Pankreas
Mencit .............................................................................................. 89
Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian ................................................................... 94

xiii
ABSTRAK

Ulyah, Khalimatul. 2019. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 96% Bekatul
(Rice Bran) dan Pengaruh Terapinya Terhadap Gambaran Histologi
Pankreas Mencit (Mus musculus) Diabetes Mellitus. Skripsi. Jurusan
Kimia Fakultas Sanis dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang. Pembimbing I: Diana Candra Dewi, M.Si.;
Pembimbing II: Ahmad Hanapi, M.Sc.; Konsultan: Akyunul Jannah, S.Si,
M.P.

Kata Kunci: Diabetes mellitus, bekatul beras padi, maserasi, antioksidan,


gambaran histologi organ pankreas

Diabetes mellitus merupakan sindrom metabolik paling umum yang


ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang disebabkan
oleh kegagalan sekresi insulin. Bekatul (Rice Bran) merupakan salah satu alternatif
yang berpotensi sebagai antidiabetes dan diduga mengandung senyawa antioksidan
yang dapat meningkatkan sensitivitas insulin. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak etanol 96% bekatul (rice bran) dan
pengaruh terapinya terhadap gambaran histologi pankreas mencit diabetes mellitus.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan hewan
coba mencit jantan putih galur BALB/C yang berumur 2-3 bulan dengan berat 20-
30 gram dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah
kontrol normal (tanpa perlakuan), kontrol positif (diinduksi aloksan dengan dosis
200 mg/KgBB) secara intraperitonial, kontrol dosis 1 (terapi dosis ekstrak 350
mg/KgBB), kontrol dosis 2 (dosis ekstrak 400 mg/KgBB), kontrol dosis 3 (dosis
ekstrak 500 mg/KgBB). Ekstrak etanol 96% bekatul diberikan secara oral selama
14 hari. Parameter yang diukur adalah aktivitas antioksidan, IC50, glukosa darah
dan jumlah sel pankreas secara mikroskopik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol 96% bekatul
memiliki aktivitas antioksidan sebesar 81,830% pada konsentrasi 800 ppm dan nilai
IC50 185,7 mg/L. Hasil terapi ekstrak etanol 96% bekatul secara oral mampu
menurunkan kadar glukosa darah dan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah sel
pankreas mencit diabetes mellitus pada dosis terbaik 400 mg/KgBB.

xiv
ABSTRACT

Ulyah, Khalimatul. 2019. Test of Antioxidant Activity of Ethanol Extract 96% Bran
(Rice Bran) and Effect of Treatment on Histology of Pancreas Diabetes
Mellitus Mice (Mus musculus). Essay. Department of Chemistry, Faculty
of Science and Technology, State Islamic University of Maulana Malik
Ibrahim Malang. Supervisor I: Diana Candra Dewi, M.Si.; Supervisor II:
Ahmad Hanapi, M.Sc.; Consultant: Akyunul Jannah, S.Si, M.P.

Keywords: Diabetes mellitus, rice rice bran, maceration, antioxidants, histology of


pancreatic organs

Diabetes mellitus is the commonest metabolic syndrome characterized by


hyperglycemia (increased blood sugar levels) caused by failure of insulin secretion.
Rice bran is one alternative that has the potential to be antidiabetic and is thought
to contain antioxidant compounds that can increase insulin sensitivity. This study
aims to determine the antioxidant activity of ethanol extract 96% rice bran and the
effect of its treatment on the histology of pancreas diabetes mellitus mice.
This study an experimental study using animals that tried to mice 2-3 years
old BALB / C strain white males weighing 20-30 grams with 5 treatments and 4
replications. The treatment used was normal control (without treatment), positive
control (induced by alloxan at a dose of 200 mg/KgBB) intraperitonially, control
dose 1 (therapy extract 350 mg/KgBB), control dose 2 (extract dose 400 mg/KgBB)
, control dose 3 (extract dose 500 mg/KgBB). Ethanol extract 96% bran was given
orally for 14 days. The parameters measured were antioxidant activity, IC 50, blood
glucose and pancreatic cell count microscopically.
The results showed that 96% ethanol extract of bran had an antioxidant
activity of 81.830% at a concentration of 800 ppm and an IC50 value of 185.7 mg/L.
Treatment results of 96% ethanol extract of bran orally can reduce blood glucose
levels and affect increase in the number of pancreatic cells in diabetes mellitus mice
at a dose of 400 mg / KgBB.

xv
‫الملخص البحث‬

‫العليا ‪ ،‬حليمة‪ .٩١٠٢ .‬اختبار مضادات األكسدة لمستخلص اإليثانول‪ ٢٩٪‬النخالة (نخالة‬
‫االرز) وتأثير العالج على األنسجة البنكرياس نظرة عامة على الفئران (‪ )Mus musculus‬داء‬
‫السكري ‪ .‬بحث جامعى‪.‬قسم الكيمياء‪,‬كليةالعلوم والتكنولوجيافي جامعة اإلسالمية الحكومية‬
‫موالنامالك إبراهيم ماالنج المشرفة األولى‪ :‬ديانا جندرا ديوي الماجستير ‪ ,‬المشرفة الثانية‪ :‬اعين‬
‫الجنة الماجستير ‪ ,‬المشرف الثالث‪ :‬أحمد حنفي الماجستير‪.‬‬
‫كلمات االمفتاح‪ :‬مرض السكري ‪ ،‬نخالة األرز‪ ،‬والتنعيم ‪ ،‬ومضادات األكسدة ‪ ،‬واألنسجة من‬
‫أعضاء البنكرياس‬
‫داء السكري هو أكثر متالزمة المراض شيوعا التي تتميز ارتفاع السكر في الدم (ارتفاع‬
‫مستويات السكر في الدم) الناجمة عن فشل إفراز األنسولين‪ .‬نخالة األرز هي أحد البدائل التي‬
‫لديها القدرة على أن تكون مضادات السكر ‪ ،‬ويعتقد أنها تحتوي على مركبات مضادة لألكسدة‬
‫التي يمكن أن تزيد من حساسية االنسولين‪ .‬تهدف هذه البحث إلى تحديد نشاط مضادات‬
‫األكسدة في استخراج اإليثانول ‪ ٢٩٪‬نخالة األرز وتأثير عالجه على نسيج البنكرياس الفئران الناجم‬
‫عن اللوكسان‪.‬‬
‫هذا البحث بحث تجريب باستخدام الحيوانات التي اختبرت ذكور الفئران البيضاء‬
‫)‪(BALB / C‬بالغ من العمر ‪ ٣-٩‬أشهر وزنها ‪ ٣١-٩١‬جر ًاما مع ‪ ٥‬معامالت و ‪ ٤‬مكررات‪.‬‬
‫كان العالج المستخدم هو السيطرة الطبيعية (دون معالجة) ‪ ،‬والتحكم اإليجابي (الناجم عن‬
‫آلوكسان بجرعة ‪ ٩١١‬ملغم ‪ /‬كلغ ب ب) داخل الصفاق ‪ ،‬جرعة السيطرة ‪( ٠‬استخراج عالجي‬
‫‪ ٣٥١‬مجم ‪ /‬كلغ ب ب) ‪ ،‬جرعة التحكم ‪( ٩‬جرعة استخراج ‪ ٤١١‬مجم ‪ /‬كلغ ب ب) ‪ ،‬جرعة‬
‫السيطرة ‪( ٣‬استخراج الجرعة ‪ ٥١١‬ملغ ‪ /‬كلغ ب ب)‪.‬استخراج اإليثانول أعطيت ‪ ٪ ٢٩‬نخالة‬
‫عن طريق الفم لمدة ‪ ٠٤‬يوما‪ .‬المعلمات قياس النشاط المضادة لألكسدة ‪ ، IC50 ،‬والجلوكوز‬
‫في الدم وعدد خاليا البنكرياس مجهريا‪.‬‬
‫أظهرت النتائج أن استخراج اإليثانول بنسبة ‪ ٪٢٩‬كان لديه نشاط مضاد لألكسدة بنسبة‬
‫‪ ٪.٠8.٣١‬وقيمة ‪ ٠.٥81 IC50‬ملغم ‪ /‬لتر‪ .‬نتائج معالجة استخراج االيثانول بنسبة ‪ ٪٢٩‬من‬
‫النخالة عن طريق الفم بجرعة قادرة على خفض مستويات الجلوكوز في الدم والتأثير على الزيادة في‬
‫عدد خاليا البنكرياس في الفئران المصابة بداء السكري بأفضل جرعة من ‪ ٤١١‬ملغم ‪ /‬كغ ب‪.‬‬

‫‪xvi‬‬
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus merupakan sindrom metabolik paling umum yang

menjadi ancaman utama bagi kesehatan manusia di abad 21. Berdasarkan data

International Diabetes Federation (IDF) jumlah penderita Diabetes Mellitus di

dunia pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang dan diperkirakan akan

meningkat dua kali lipat pada tahun 2030 (IDF, 2011). Diabetes mellitus merupakan

kelompok penyakit metabolisme yang ditandai dengan peningkatan kadar gula

darah (hiperglikemia) akibat kegagalan sekresi insulin serta terjadi perubahan

progresif terhadap struktur sel beta pankreas. Diabetes Mellitus dapat terjadi ketika

pankreas tidak mampu memproduksi insulin yang cukup, atau ketika tubuh tidak

dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Secara garis besar

diabetes mellitus dibagi menjadi dua kelompok, yaitu diabetes mellitus tipe I dan

diabetes mellitus tipe II (Rudy, 2003).

Penyakit diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit kronik yang tidak

dapat disembuhkan, oleh karena itu beberapa penanganan telah dilakukan.

Pengobatan diabetes mellitus yang telah dilakukan yaitu injeksi insulin dan

pemberian obat oral antidiabetes (OAD) yang diketahui memiliki efek samping dan

membutuhkan biaya yang besar. Mahalnya biaya pengobatan bagi penderita

penyakit diabetes mellitus memicu para ahli untuk mencari obat alternatif dari

bahan alami yang dapat dijangkau oleh masyarakat serta meminimalkan efek

samping yang diperoleh dibandingkan dengan pengobatan kimia. Sebagai seorang

hamba Allah SWT yang beriman, senantiasa diperintahkan untuk berfikir dan

1
2

mencari manfaat dari apa-apa yang diciptakan oleh Allah di muka bumi untuk

pengobatan. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an pada surat Qaf

ayat 9:

          

“Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan
dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam” (QS. Qaf: 9).

Berdasarkan surat Qaf ayat 9, Allah SWT memberikan rahmatnya kepada

manusia di muka bumi yakni dengan diturunkannya air dari langit yang membawa

kebaikan dan manfaat serta ditumbuhkannya dengan air itu, kebun-kebun yang

mempunyai pohon-pohonan, bunga-bungaan, buah-buahan, dan biji tumbuhan

yang dituai (Shihab, 2002). Tujuan diturunkan dan ditumbuhkan pula aneka

tumbuhan adalah agar manusia senantiasa mencari dan mengambil manfaat dari

setiap sesuatu yang diciptakan oleh Allah SWT. Salah satu pemanfaatan tumbuhan

adalah sebagai obat dari suatu penyakit (Handayani, 2015).

Setiap manusia yang hidup pasti akan diuji oleh Allah SWT misalnya berupa

sebuah penyakit. Maka sebagai hambanya yang beriman juga dibekali sebuah akal

oleh Allah SWT mempunyai kewajiban untuk senantiasa berfikir dan mencari

sebuah pengobatan untuk mengobatinya misalnya dengan memanfaatkan tumbuhan

sebagai pengobatan alternatif karena sesungguhnya Allah SWT menciptakan segala

sesuatu yang ada di bumi tiadalah yang sia-sia. Allah SWT memberikan suatu

penyakit tentu ada penawarnya (obat), hal ini diperkuat dengan hadits yang

diriwayatkan oleh imam Bukhari, Rasulullah bersabda:


3

ِ ِ ِ
َّ َ ‫ضي اللهُ َع ْنهُ َع ِن النَّبِِّي‬
ُ‫اء إِال أَنْ َز َل لَه‬
ً ‫صلى اللهُ َعلَْيه َو َسلِّم َما أَنْ َز َل اللهُ َد‬ ِ ‫َع ْن أ‬
َ ‫َبى ُه َريْ َرَة َر‬
‫اء‬ ِ
ً ‫ش َف‬
“Tidaklah Allah turunkan penyakit kecuali Allah turunkan pula obatnya.” (HR.
Imam Bukhari No.5678) (Al-albani, 2008).

Sebuah usaha untuk senantiasa berfikir dan mencari manfaat tersebut adalah

pemanfaatan bekatul. Bekatul (Rice bran) merupakan lapisan terluar dari beras

yang terlepas dari proses penggilingan gabah (padi) atau hasil samping

penggilingan padi. Beras sebagai makanan utama masyarakat indonesia, jumlah

padi yang dipanen di seluruh dunia kurang lebih sekitar 600 juta ton setiap tahun

(Esa, dkk., 2013). Hasil dari penggilingan padi yang melimpah menyebabkan

kelimpahan bekatul tinggi. Ketidaktahuan masyarakat tentang bekatul yang

memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, sehingga selama ini hanya dimanfaatkan

sebagai pakan ternak. Oleh karena itu, sehingga perlu adanya pemanfaatan bekatul

lebih luas.

Beberapa peneliti telah melaporkan bahwa bekatul memiliki kandungan

antioksidan yang dapat menurunkan kadar gula darah di dalam tubuh atau bahkan

hampir normal. Adom K dan Liu R (2002) melaporkan bahwa bekatul beras

mengandung total fenol 5,56 µmol/g, asam ferulat total 153,39 µmol/100g,

Flavonoid total 0,92 µmol/g dan aktivitas antioksidan total 71%. Penelitian lain dari

Xu, Z., Hua, N., dan Godber, J (2002) menunjukkan bahwa bekatul beras dari

penggilingan riviana memiliki senyawa antioksidan γ-oryzanol (cycloartenyl

ferulate, 24-methylenecycloartanyl ferulate, dan campesteryl ferulate) yang

memiliki aktivitas antioksidan 4 kali lebih efektif dibandingkan vitamin E (α-

tocopherol, α-tocotrienol, γ-tocopherol, dan γ-tocotrienol), dan lemak tidak

jenuhnya mampu menurunkan kolesterol.


4

Bekatul yang digunakan untuk uji coba merupakan ekstrak bekatul. Untuk

mendapatkan ekstrak bekatul digunakan metode ekstraksi dengan cara maserasi.

Maserasi menggunakan prinsip like dissolve like, yakni zat yang bersifat polar akan

larut dalam pelarut polar dan zat yang bersifat non polar akan larut dalam pelarut

non polar (Khopkar, 2008). Maserasi dilakukan menggunakan pelarut etanol 96%

karena etanol mempunyai titik didih yang rendah (78,5ºC), tidak beracun dan tidak

berbahaya serta mempunyai polaritas yang tinggi sehingga dapat mengekstrak

senyawa antioksidan lebih banyak dibandingkan jenis pelarut organik yang lain.

Widarta dkk (2013) telah melakukan ekstraksi maserasi pada bekatul beras putih

dengan berbagai pelarut yakni metanol pa, etanol 96% dan aqua DM, diperoleh

rendemen aqua DM sebesar 6,42%, etanol 96% sebesar 5% dan metanol pa sebesar

3,91%. Rima dkk (2014) telah melakukan ekstraksi dengan cara maserasi

menggunakan pelarut etanol 96% selama 3 × 24 jam dengan bantuan shaker dan

diperoleh rendemen ekstrak tertinggi yakni 38,55 (%b/b) dibandingkan etanol 70%,

80%, dan 95%. Kelebihan dari metode maserasi adalah biayanya yang murah,

mudah untuk dilakukan dan tanpa pemanasan sehingga tidak merusak senyawa

antioksidan (Kemit, dkk., 2017).

Ekstrak bekatul akan diterapikan ke hewan coba berupa mencit (Mus

Musculus) putih jantan yang diinduksi agen diabetagonik. Pada penelitian ini

menggunakan agen diabetagonik aloksan. Kelebihan aloksan menurut Ratimanjari

(2011) aloksan dapat meningkatkan kadar glukosa darah dalam waktu 2-3 hari

tanpa menimbulkan kematian pada dosis 32 mg/200g BB. Pasaribu (2015)

menginjeksikan mencit dengan dosis aloksan 5,04 mg/ 20gBB secara intraperitonial

dan rata-rata kadar gula darah (KGD) pada hari ke-4 menunjukkan terjadinya
5

peningkatan KGD mencit sebesar 300 mg/dL. Sinata dan Arifin (2016) juga

melakukan perlakuan induksi aloksan terhadap mencit putih jantan diabetes dengan

dosis 200 mg/KgBB secara intraperitonial dan tidak menyebabkan kematian.

Akibat dari pemberian aloksan menyebabkan meningkatnya radikal bebas

di dalam tubuh sehingga menimbulkan kerusakan pada sel β pankreas dan karena

jumlah antioksidan tubuh yang mengikat radikal bebas tidak seimbang sehingga

membutuhkan antioksidan sekunder untuk memperbaiki kerusakan sel.

Antioksidan sekunder diperoleh melalui terapi ekstrak etanol 96% bekatul beras.

Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi aktivitas antioksidan pada

penelitian ini adalah dengan DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Keuntungan

menggunakan metode DPPH merupakan metode yang sederhana, cepat dan mudah

untuk screening aktivitas penangkap radikal beberapa senyawa. Pengukuran

aktivitas antioksidan dengan DPPH diukur absorbansinya menggunakan

spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 517 nm (Hanani, 2005).

Penentuan aktivitas antioksidan mengunakan Asam Askorbat (vitamin C)

sebagai pembanding. Parameter lain untuk mengetahui kekuatan antioksidan ialah

IC50 (Inhibition Concentration 50 Value). IC50 merupakan konsentrasi yang dapat

menghambat aktivitas radikal bebas DPPH sebanyak 50%. Berdasarkan penelitian

Widarta dkk (2013) aktivitas antioksidan bekatul beras putih pada berbagai pelarut

yang sudah diasamkan dengan HCl 37% pH 1 diperoleh pada pelarut aqua DM

53,11%, etanol 96% 49,14% dan metanol pa 78,61%. Berdasarkan penelitian

Widarta dkk (2013) melaporkan bahwa ekstraksi bekatul beras merah

menggunakan pelarut etanol 96% yang diasamkan dengan HCl 37% pH 1 dengan

waktu maserasi 36 jam memiliki aktivitas antioksidan lebih tinggi dibandingkan


6

dengan pelarut yang tidak diasamkan sebesar 88,10%. Ulfa, S.M (2016) juga

melaporkan telah melakukan pengujian aktivitas antioksidan bekatul beras putih

dengan pelarut etanol 99%, kloroform dan petroleum eter dan menunjukkan bahwa

pada pelarut etanol 99% memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dibanding pelarut

kloroform dan petroleum eter sebesar 61,17% pada konsentrasi maksimum 800

ppm. Adanya potensi bekatul sebagai antidiabetes maka pada penelitian ini

dilakukan terapi ekstrak bekatul dengan dosis terapi dikembangkan dari penelitian

Dwinani (2014) dan Arifah (2015) dengan dosis 350 mg/KgBB, 400 mg/KgBB dan

500 mg/KgBB.

Adanya kerusakan struktur organ pankreas yang tidak tampak oleh

pengamatan makroskopik pada mencit yang menderita diabetes mellitus maka

dilakukan uji gambaran histologi melalui pemeriksaan histopatologi dengan cara

pewarnaan Hematoxylin-Eosin (HE). Pewarnaan menggunakan Hematoxylin-Eosin

(HE) dapat mengetahui Gambaran kerusakan jaringan yang diakibatkan oleh benda

toksik yang masuk dalam tubuh, yakni meningkatnya radikal bebas. Penelitian ini

akan dilakukan untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak etanol 96% bekatul

dan pengaruh terapinya terhadap Gambaran histologi organ pankreas mencit

diabetes mellitus.

Berdasarkan uraian diatas, maka akan dilakukan penelitian tentang aktivitas

antioksidan ekstrak etanol 96% bekatul dengan metode DPPH (1,1-difenil-2-

pikrilhidrazil dan pengaruh terapinya terhadap Gambaran histologi pankreas mencit

diabetes mellitus dan hasil penelitian akan dapat dijadikan sebagai obat alternatif

bagi penderita diabetes mellitus.


7

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana aktivitas antioksidan ekstrak etanol 96% bekatul dengan metode

DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil)?

2. Bagaimana pengaruh terapi ekstrak bekatul terhadap gambaran histologi

organ pankreas mencit diabetes mellitus?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak etanol 96% bekatul dengan

metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil).

2. Untuk mengetahui terapi ekstrak bekatul terhadap gambaran histologi organ

pankreas mencit diabetes mellitus.

1.4 Batasan Masalah

1. Bahan yang digunakan adalah bekatul hasil dari proses penggilingan beras

putih yang berasal dari Desa Lasem Kabupaten Gresik.

2. Hewan coba yang digunakan adalah mencit (Mus Musculus) putih jantan

galur BALB/C.

3. Hewan Coba diinduksi aloksan dengan dosis 200 mg/KgBB mencit.

4. Variasi dosis terapi ekstrak etanol 96% bekatul yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 350 mg/KgBB, 400 mg/KgBB dan 500 mg/KgBB.

5. Gambaran histologi organ pankreas mencit menggunakan pewarnaan

Hematoxylin-Eosin (HE).
8

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memperoleh informasi tentang aktivitas antioksidan ekstrak etanol 96%

bekatul dan pengaruh terapinya terhadap gambaran histologi organ pankreas

mencit diabetes mellitus.

2. Pemanfaatan limbah penggilingan padi yang tersedia di masyarakat untuk

mencegah dan terapi alternatif khususnya bagi penderita diabetes mellitus.

3. Meningkatkan nilai guna limbah penggilingan padi sebagai obat herbal

alternatif penyakit diabetes mellitus.

1.6 Hipotesis

H0 = Terapi ekstrak etanol 96% bekatul tidak berpengaruh terhadap Gambaran

histologi organ pankreas mencit diabetes mellitus.

H1 = Terapi ekstrak etanol 96% bekatul berpengaruh terhadap Gambaran

histologi organ pankreas mencit diabetes mellitus.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bekatul (Rice Bran)

Bekatul merupakan limbah dari proses penggilingan padi yang jarang

dimanfaatkan sebagai produk pangan oleh masyarakat. Mayoritas masyarakat

memanfaatkan bekatul sebagai pakan ternak. Bekatul diperoleh dari proses

penggilingan padi yang berasal dari lapisan terluar beras yaitu antara butir beras dan

kulit padi berwarna cokelat (Sukma, 2010). Bekatul merupakan produk samping

penggilingan beras jumlahnya mencapai 8-12%, sekam 15-20% dan menir 5%

(Damardjati, dkk., 1990 dalam Wirawati dan Nirmagustina, 2009).

Gambar 2.1 Skema morfologi gabah kering (Champagne, 1994 dalam Swastika,
2009)

Menurut Susanto (2010) berikut kandungan zat gizi bekatul beras putih yang

dapat dilihat pada Tabel 2.1:

Tabel 2.1 Kandungan zat gizi bekatul beras putih


Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat (%) Abu (%) Serat kasar (%) Air (%)
15,34 14,85 56,33 9,15 10,76 4,33

9
10

Penelitian Chen dan Bergman (2005) menyatakan bahwa bekatul beras

mengandung komponen bioaktif seperti tokoferol, tokotrienol, γ-oryzanol.

Antioksidan fenolik dan β-karoten (Chanprom, 2007). Beberapa peneliti telah

melaporkan bahwa bekatul memiliki banyak manfaat. Hal ini telah dijelaskan dalam

Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 11 :

        

        


Artinya: “Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman;
zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan) Allah bagi yang mau
memikirkan” (Q.S. An-Nahl: 11).

Allah SWT menciptakan segala sesuatu yang ada di muka bumi ini tidak

ada yang sia-sia. Berdasarkan Q.S. An-Nahl: 11 menjelaskan bahwa hanya Allah

SWT yang mampu menumbuhkan tanam-tanaman seperti zaitun, kurma, anggur

dan segala macam buah-buahan dengan air yang diturunkan dari langit sebagai rizki

dan makanan pokok bagi manusia dengan maksud agar menjadi nikmat dan tanda

kekuasaan-Nya bagi hamba-Nya yang mempergunakan akalnya dan

memikirkannya (Shihab, 2002). Salah satu manfaat dari bekatul adalah dapat

dimanfaatkan sebagai salah satu obat alternatif untuk penyakit diabetes mellitus dan

hal tersebut merupakan salah satu wujud bahwa kita mampu mengambil dan

memikirkan tentang kekuasaan Allah SWT.

Menurut Mas’ud dan Pabbenteng (2016) kandungan bekatul padi yakni

tokoferol, γ-oryzanol dan ß-karoten yang merupakan golongan antioksidan non

polar mampu menghambat proses peroksidasi lemak dan mencegah stres oksidatif.
11

Penelitian lain juga telah dilakukan oleh Chen dan Cheng (2006) pada tikus yang

menderita diabetes dengan perlakuan diet minyak bekatul selama 4 minggu

menujukkan bahwa bekatul beras mengandung γ-oryzanol dan γ-tokotrienol

mampu meningkatkan sensitivitas insulin sebesar 78,5%, menurunkan plasma

trigliserida, LDL kolesterol dan hepatik trigliserida.

2.2 Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang ditandai degan

hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,

lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan

sensitivitas insulin, atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis

mikrovaskular dan makrovaskular (Sukandar, dkk., 2008). Klasifikasi diabetes

mellitus dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2 Klasifikasi diabetes mellitus


No Diabetes Mellitus Keterangan
Disebabkan gangguan produksi insulin akibat penyakit
1 Tipe 1
autoimun. Pasien mutlak membutuhkan insulin
Terjadinya resistensi insulin, sehingga cukup ditangani
2 Tipe 2
dengan diet dan antidiabetik oral
Diabetes yang terjadi akibat adanya infeksi obat atau zat
3 Tipe Lain
zat kimia, penyakit eksokrin pankreas dan endokrinopati
Muncul pada masa kehamilan, bersifat sementara,
4 Gestasional
merupakan faktor resiko untuk diabetes mellitus tipe 2
[Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2005]

Diabetes mellitus tipe I atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)

merupakan jenis diabetes yang mengalami kerusakan pankreas berat yang memiliki

ketergantungan pada asupan hormon insulin dari luar. Sedangkan diabetes mellitus
12

tipe II atau Insulin Non-Dependent Diabetes Mellitus (INDDM) merupakan jenis

diabetes yang tidak memiliki ketergantungan asupan hormon insulin dari luar,

namun jumlah insulin yang disekresikan berkurang, dan pada organ pankreas tidak

mengalami kerusakan yang berat (Widowati, 2008). Ketentuan glukosa darah

diabetes mellitus dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut:

Tabel 2.3 Hasil pemeriksaan glukosa darah


Glukosa darah puasa Glukosa darah postprandial
Kelompok
(mg/dL) (mmol/L) (mg/dL) (mmol/L)

Normal < 100 < 5,6 < 140 < 7,8


Pradiabetes 100-125 5,6-6,9 140-199 7,8-11,1
Diabetes Mellitus ≥ 126 ≥ 7,0 ≥ 200 ≥ 11.1
(Departemen Kesehatan RI, 2005).

Apabila penderita telah menunjukkan gejala diabetes mellitus yang khas,

hasil pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu 200 mg/dL. Hasil pemeriksaan

kadar glukosa darah puasa 126 mg/dL juga dapat digunakan sebagai patokan

diagnosis diabetes mellitus (Departemen Kesehatan RI, 2005).

2.3 Antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa donor elektron atau reduktan. Senyawa

antioksidan memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu menghambat dan

menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi dengan mengikat radikal bebas dan

molekul yang sangat raktif sehingga mencegah terbentuknya radikal (Winarsi,

2007).
13

2.3.1 Klasifikasi Antioksidan

a) Antioksidan Alami

Antioksidan alami adalah antioksidan yang umumnya diisolasi dari sumber

alami yang mayoritas berasal dari tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Senyawa

antioksidan alami diantaranya vitamin A, vitamin C, vitamin E, Antosianin,

Isoflavon, Selenium, Karotenoid. Menurut Madhavi, dkk (1996) antioksidan alami

secara toksikologi lebih aman untuk dikonsumsi dan lebih mudah diserap oleh

tubuh daripada antioksidan sintesis. Salah satu antioksidan alami yang sering

digunakan sebagai pembanding untuk uji aktivitas antioksidan adalah vitamin C.

Vitamin C (asam askorbat) merupakan antioksidan alami yang mudah dan murah

apabila dikonsumsi dari alam. Vitamin C sebagai atioksidan berfungsi untuk

mengikat O2 sehingga tidak terjadi reaksi oksidasi. Vitamin C mempunyai berat

molekul 178 gr/mol dengan rumus molekul C6H8O6, dalam bentuk kristal tidak

berwarna, memiliki titik leleh 190-192ºC, bersifat larut dalam air, sedikit larut

dalam aseton/alkohol dan sukar larut dalam kloroform, eter, dan benzen. Berikut

struktur senyawa vitamin C (Sayuti dan Yenrina, 2015):

Gambar 2. 2 Struktur vitamin C


14

b) Antioksidan Sintetis

Beberapa antioksidan sintetik yang lebih populer digunakan adalah senyawa

fenolik seperti BHA (butylated hydroxy anisole), BHT (butylated hydroxy toluene),

TBHQ (tersier butylhydroquinone) dan ester dari asam galat, misalnya propil

gallate ( PG ). Antioksidan sintetik utama yang digunakan mempunyai batas

penggunaan yaitu 0,2% dari kandungan lemak atau minyak. Penambahan

antioksidan sintetik ini harus memenuhi beberapa syarat, misalnya tidak berbahaya

bagi kesehatan, tidak menimbulkan warna yang tidak diinginkan, efektif pada

konsentrasi rendah, mudah didapat, dan ekonomis (Winarno, 2008).

2.3.2 Mekanisme Antioksidatif

Radikal bebas (free radical) adalah suatu senyawa atau molekul yang

mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital luarnya.

Adanya elektron yang tidak berpasangan menyebabkan senyawa tersebut sangat

reaktif mencari pasangan, dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul

yang berada disekitarnya (Soematmadji, 1998). Dampak reaktifitas senyawa radikal

bebas bermacam-macam, mulai dari kerusakan sel atau jaringan, penyakit

autoimun, penyakit degeneratif seperti kanker, asterosklerosis, penyakit jantung

koroner (PJK), dan diabetes Mellitus.

Mekanisme kerja antioksidan secara umum adalah menghambat oksidasi

lemak. Oksidasi lemak terdiri dari tiga tahap utama yaitu inisiasi, propagasi, dan

terminasi. Pada reaksi 1 atau tahap inisiasi terjadi pembentukan radikal asam lemak

yang bersifat tidak stabil dan sangat reaktif yang disebabkan oleh hilangnya satu

atom hidrogen. Pada tahap selanjutnya yaitu propagasi (reaksi 2 dan 3), radikal

asam (R∙) lemak yang telah terbentuk pada reaksi 1 akan bereaksi dengan oksigen
15

sehingga membentuk radikal peroksi (ROO∙). Radikal peroksi tersebut selanjutnya

akan menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal

asam lemak baru (reaksi 3) (Nugroho, 2007).

Inisiasi : RH →R∙ + H∙ (1)

Propagasi : R∙ + O2 → ROO∙ (2)

ROO∙ + RH → ROOH + R∙ (3)

Gambar 2.3 Mekanisme reaksi antioksidan menghambat radikal bebas

Hidroperoksida yang terbentuk bersifat tidak stabil dan akan terdegradasi

lebih lanjut menghasilkan senyawa-senyawa karbonil rantai pendek seperti

aldehida dan keton yang bertanggung jawab atas flavor makanan berlemak. Tanpa

adanya antioksioksidan, reaksi oksidasi lemak akan mengalami terminasi melalui

reaksi antara radikal bebas membentuk kompleks bukan radikal (reaksi 4)

(Nugroho, 2007).

Terminasi: ROO∙ + ROO∙ →Non Radikal (4)

R∙ + ROO∙ →Non Radikal

R∙ + R∙ →Non Radikal

Gambar 2.4 Reaksi antara radikal bebas membentuk kompleks bukan radikal
16

N N

N* N H

O2N NO2 O2N NO2


A H A

NO2 NO2

Gambar 2. 5 Reaksi DPPH dengan senyawa antioksidan (Windono, dkk., 2001).

2.3.3 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH

Analisis aktivitas antioksidan dapat diukur berdasakan kemampuannya

untuk menangkap radikal bebas. Salah satu metode yang digunakan untuk

pengukuran yaitu metode DPPH, karena merupakan metode yang sederhana,

mudah, cepat dan membutuhkan sedikit sampel. DPPH merupakan radikal bebas

sintetik berwarna ungu. Aktivitas peredaman DPPH dari zat antioksidan didasarkan

pada kemampuan zat antioksidan dalam menetralkan radikal DPPH dengan cara

menyumbangkan protonnya sehingga membentuk radikal yang lebih stabil.

Penambahan zat yang bersifat antioksidan akan menyebabkan berkurangnya warna

ungu dari larutan DPPH dan semakin aktif zat yang ditambahkan maka larutan

DPPH akan berubah menjadi warna semakin kuning (Muharni, dkk., 2013).

Aktivitas tersebut dinyatakan dalam konsentrasi efektif (effective concentration),

EC50 (inhibitory concentration), IC50. Parameter IC50 menunjukkan bahwa

konsentrasi ekstrak uji yang mampu menangkap radikal bebas sebanyak 50% yang

diperoleh melalui persamaan regresi. Pengukuran aktivitas antioksidan


17

menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 517 nm (Dewi,

dkk., 2007).

Aktivitas penangkapan radikal bebas dapat dinyatakan dalam satuan persen

(%) aktivitas antioksidan. Nilai ini diperoleh dengan persamaan berikut (Molyneux,

2004):

𝐴0−𝐴1
% Aktivitas Antioksidan = 𝐴0
x 100%

Keterangan: A0 = Abs kontrol


A1 = Abs Perlakuan

Nilai IC50 berbanding terbalik dengan kemampuan antioksidan suatu

senyawa yang terkandung dalam ekstrak uji. Semakin kecil nilai IC 50 maka

kemampuan senyawa sebagai penangkal radikal bebas semakin besar (Indranila dan

Ulfah, 2015). Ketentuan kekuatan antioksidan dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut:

Tabel 2.4 Ketentuan kekuatan antioksidan (Afriani, dkk., 2014)


Nilai IC50 Kekuatan
˂50 ppm Sangat Kuat
50-100 ppm Kuat
100-150 ppm Sedang
150-200 ppm Lemah
˃200 Sangat Lemah

Berdasarkan penelitian Wanti (2008) menyatakan bahwa aktivitas

antioksidan beras putih lebih rendah dibandingkan dengan beras hitam dan beras

merah, dapat dilihat pada Tabel 2.5 berikut:

Tabel 2.5 Aktivitas antioksidan berbagai jenis beras


Sampel Aktivitas Antioksidan (%)
Beras Putih 18,40
Beras Merah 39,50
Beras Hitam 46,20
18

2.4 Aloksan

Aloksan (2,4,5,6-tetraoksipirimidin; 5,6-dioksiurasil) merupakan senyawa

hidrofilik dan tidak stabil (Gambar 2.6). Sebagai agen diabetogenik, aloksan dapat

digunakan baik secara intravena, intraperitoneal maupun subkutan. Dosis intravena

yang digunakan biasanya adalah 65 mg/kg BB, sedangkan intraperitoneal dan

subkutan adalah 2-3 kalinya. Memiliki waktu paro pada suhu 37ºC dan pH netral

adalah 1,5 menit dan bisa lebih lama pada suhu yang rendah (Szkudelski, 2001;

Rees dan Alcolado, 2005 dalam Nugroho, 2006). Aloksan memiliki struktur yang

dapat dilihat pada Gambar 2.6 berikut:

O
NH
O O
NH
O
alloxan

Gambar 2.6 Struktur Aloksan

Gambar 2.7 Reaksi hormon glukagon dan insulin


19

Mekanisme toksisitas aloksan diawali dengan masuknya aloksan ke dalam

sel-sel β pankreas sehingga menghasilkan radikal superoksida (H2O2) dan radikal

hidroksil. Aloksan secara cepat dapat mencapai pankreas dan kecepatan

pengambilan tersebut akan menentukan sifat diabetogenik aloksan. Peningkatan

radikal superoksida pada sel β pankreas menyebabkan peningkatan hidrogen

peroksida dan radikal hidroksil yang menyebabkan kerusakan sel β pankreas.

Kerusakan pada sel β terjadi melalui beberapa proses secara bersamaan, yaitu

melalui oksidasi gugus sulfidril dan pembentukan radikal bebas. Mekanisme

kerusakan pada sel-sel β pankreas terutama menyerang senyawa-senyawa seluler

yang mengandung gugus sulfidril, asam-asam amino sistein, dan protein yang

bereaksi dengan gugus SH. Aloksan bereaksi dengan dua gugus SH yang berikatan

pada bagian sisi dari protein atau asam amino membentuk ikatan disulfida sehingga

menginaktifkan protein yang berakibat pada gangguan fungsi protein tersebut

(Szkuldelski, 2001).

Aloksan memiliki efek yang selektif sitotoksik terhadap β pankreas karena

dapat terakumulasi di sel-sel β sebagai analog yang masuk ke dalam sel melalui

transporter glukosa GLUT2, sehingga menyebabkan tidak berfungsinya pankreas.

Karena kerusakan pada jaringan pankreas menyebabkan terhambatnya sinntesis dan

sekresi insulin sehingga menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam tubuh atau

keadaan hiperglikemia (Lenzen, 2008).

2.5 Hewan Coba Mencit (Mus musculus L.)

Menurut Arrington 1972 dalam Wardani (2016) Taksonomi mencit adalah

sebagai berikut:
20

Kingdom: Animalia
Filum: Chordota
Kelas: Mamalia
Ordo:Rodentia
Famili: Muridae
Genus: Mus
Spesies: Mus musculus L.

Gambar 2.8 Hewan coba mencit (Mus musculus L.)

Mencit (Mus musculus L.) merupakan hewan pengerat yang memiliki

rambut berwarna keabu-abuan atau putih, warna perut sedikit lebih pucat, mata

berwarna hitam, dan kulit berpigmen. Berat badan bervariasi, tetapi umumnya pada

umur empat minggu berat badan mencapai 18-20 gram. Makanan yang diberikan

untuk Mus musculus biasanya berbentuk pelet secara tanpa batas (ad libitum). Air

minum dapat diberikan dengan botol-botol gelas atau plastik dan Mus musculus

dapat minum air dari botol tersebut melalui pipa gelas. Kandang Mus musculus

berupa kotak sebesar kotak sepatu yang terbuat dari bahan plastik (propilen atau

polikarbonat), alumunium atau baja tahan karat. Syarat kandang mudah

dibersihkan, tahan lama, tahan gigitan dan aman (Smith dan Mangkoewidjojo,

1988).
21

Mencit merupakan hewan percobaan yang efisien karena mudah dipelihara

dan tidak memerlukan tempat yang luas. Keuntungan mencit yang tinggi membuat

hewan ini memiliki banyak fungsi diantaranya dimanfaatkan sebagai hewan

percobaan dalam model penelitian penyakit pada manusia seperti diabetes mellitus

(Rakhmadi, dkk., 2009).

2.6 Histologi Pankreas

Gambar 2.9 Organ Pankreas

Organ pankreas terdiri atas eksokrin dan endokrin. Bagian sel-sel endokrin

membentuk pulau Langerhans (Gambar 2.9). Pulau Langerhans dikelilingi oleh

jaringan ikat retikulum dan berada tersebar diantara asini, yaitu bagian eksokrin

pankreas. Diameter pulau Langerhans sebesar 0,1-0,2 mm dan di dalamnya berisi

ribuan sel. Pulau Langerhans tampak lebih pucat dibandingkan dengan area

eksokrin karena tidak memiliki granul zimogen (Gartner, 2012).

Penentukan adanya kerusakan organ pankreas yang tidak tampak oleh

pengamatan makroskopik pada mencit yang terserang diabetes mellitus maka


22

dilakukan pemerksaan histopatologi dengan cara pewarnaan Hematoxylin-Eosin

(HE). Kondisi hiperglikemia menurut Robertson, dkk (2003) dapat menghasilkan

pembentukan spesies oksigen relatif (ROS= reactive oxygen spesies). ROS yang

terbentuk secara berlebihan dapat menyebabkan stres oksidatif dan dapat

memperparah kerusakan sel beta pankreas. Kerusakan sel beta pankreas

menyebabkan tubuh tidak bisa menghasilkan insulin sehingga menyebabkan kadar

glukosa darah meningkat (terjadi keadaan hiperglikemia) (Suarsana, dkk., 2010).

Laju kerusakan sel beta pankreas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

konsumsi diet tinggi karbohidrat dan diet tinggi lemak yang akan menyebabkan

peningkatan glukosa darah dan plasma insulin, dislipidemia serta resisten insulin.

Adanya perubahan konsentrasi glukosa akan menyebabkan perubahan pada

metabolisme karbohidrat dan lemak, sehingga memicu terjadinya stress oksidatif,

dan banyak sel mengalami apoptosis termasuk sel beta pankreas. Sel beta pankreas

mempunyai resiko yang paling tinggi terjadinya kerusakan oksidatif serta

meningkatkan sensitifitas terjadinya kematian sel (apoptosis) karena sel beta

pankreas mempunyai kadar enzim antioksidan yang relatif lebih rendah

dibandingkan dengan sel-sel yang lainnya, seperti katalase, gluthation peroksidase

dan superoxide dismutase (Mutiyani, dkk., 2014).

2.7 Metode Ekstraksi dengan Maserasi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan

kelarutannya terhadap dua cairan yang tidak saling larut. Prinsip dari ekstraksi

adalah Like Dissolve Like, bahwa sebuah senyawa polar hanya dapat larut pada

pelarut yang polar dan senyawa non polar larut dalam pelarut non polar. Faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap proses ekstraksi adalah lama ekstraksi, suhu,
23

jenis pelarut, titik didih, sifat toksik, dan sifat korosif terhadap peralatan ekstraksi

(Khopkar, 2008).

Maserasi merupakan proses perendaman sampel dalam pelarut organik yang

digunakan pada temperatur ruangan. Penekanan utama pada maserasi adalah

tersedianya waktu kontak yang cukup antara pelarut dan jaringan yang akan

diekstraksi. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi bahan alam karena

dalam perendaman sampel metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan

terlarut dalam pelarut, sehingga senyawa akan terekstrak sempurna (Guenther,

2006).

2.8 Pewarnaan Hematoxylin-Eosin (HE)

Pewamaan Hematoksilin clan Eosin (H&E) adalah jenis pewarnaan rutin

yang paling umum dipakai . Prosedur ini digunakan dalam proses pembuatan

preparat histopatologi dari berbagai spesies hewan sakit atau mati clan memerlukan

pemeriksaan histopatologi untuk peneguhan diagnosis hewan yang bersangkutan

(Muntiha, 2001). Prinsip pewarnaan jaringan adalah berdasarkan pada afinitas

antara bahan cat (zat warna) dengan bahan yang diwarnai (sel/jaringan).

Hematoksilin merupakan zat yang diambil dari ekstrak getah pohon haematoxylon

compechianus yang memiliki afinitas sangat kecil yang perlu dikombinasikan

dengan bahan lain agar dapat mempercepat proses pewarnaan, yaitu mewarnai inti

sel. Eosin merupakan zat warna pembanding (counter stain) yang digunakan untuk

mewarnai sitoplasma sel, agar pengamatan inti nampak dengan jelas (Sudiana, 2004

dalam Putra 2012).

Hasil penampakan pewarnaan menggunakan hematoxylin eosin (HE) dapat

mengetahui Gambaran kerusakan jaringan, diakibatkan oleh benda toksik yang


24

masuk dalam tubuh, meningkatnya radikal bebas. Prinsip pewarnaan hematoxylin

eosin (HE) adalah inti yang bersifat akan menarik zat/larutan yang bersifat basa

sehingga berwarna biru. Sedangkan sitoplasma yang bersifat basa akan menarik

zat/larutan yang bersifat asam sehingga berwarna merah.

Organ pankreas mencit yang normal dapat dilihat pada Gambar 2.10 berikut

(Nubatonis, 2017):

Gambar 2.10 Histologi Pankreas ; A. Pankreas mencit kontrol negatif (normal)


perbesaran 400X; B. Perbesaran 1000X; C. Pankreas mencit kontrol
Positif perbesaran 400X; D. Perbesaran 1000X (Walvekar, dkk.,
2016 dalam Nubatonis, 2017).

Berdasarkan Gambar 2.10 diatas dapat diketahui bahwa dengan metode

pewarnaan Hematoxylin-Eosin (HE), terlihat pulau Langerhans tersebar diseluruh

organ pankreas, berbentuk seperti pulau dan banyak dilalui oleh kapiler kapiler
25

darah yang terlihat lebih pucat dibandingkan dengan sel-sel kelenjar asinar yang

berada disekelilingnya. Secara mikroskopikmorfologi pankreas mencit normal

terdiri dari duktus kelenjar, bagian eksokron dan bagian endokrin. Kelenjar

eksokrin terdiri atas kumpulan-kumpulan sel-sel serous yang berbentuk piramid

dengan sel-sel asinarnya. Bagian sitoplasma dari sel-sel di pulau Langerhans yang

mengambil warna bersifat eosinofilik lemah dan lebih muda pada pewarnaan HE

sehingga sangat mudah untuk dibedakan dengan bagian eksokrin sel-sel asinar serta

daerah pulau Langerhans menunjukkan batas yang jelas. Sel-sel yang terdapat di

dalam pulau Langerhans ada;ah sel alfa dan sel beta. Sel beta berperan dalam proses

sekresi insulin 70% dari sel-sel endokrin pulau langerhans dan terletak di tengah

pulau Langerhans serta mempunyai inti besar dan bulat, sedangkan sel alfa berperan

dalam proses sekresi glukagon (Nubatonis, 2017).

Sel alfa merupakan 15% dari sel-sel endokrin pulau Langerhans dan terletak

sepanjang bagian perifer pulau Langerhans serta mempunyai inti yang berbentuk

tidak teratur dan granula sekretori yang mengandung glukagon. Berdasarkan

Gambar 2.10 bagian C dan D pada kontrol positif yang dinduksi aloksan secara

intraperitonial mampu merusak pulau langerhans, hal tersebut dapat diketahui

melalui histopatologi dari pulau Langerhans yang menunjukkan bahwa sebagian

sel-sel atau hampir seluruhnya di dalam pulau Langerhans mengalami nekrosis

(kematian dini sel sebagai akibat adanya kerusakan sel akut atau trauma), selain itu

batas dari pulau Langerhans yang tidak jelas lagi, sel alfa dan sel beta terlihat tidak

jelas sehinggga sulit untuk membedakan antara sel alfa dan sel beta, warna tampak

pucak atau keruh dan ukuran pulau Langerhans yang mengecil (atrofi) (Nubatonis,

2017).
26

Sandberg dan Philip (2008) menyatakan bahwa pada penderita diabetes

mellitus tipe I ditemukan perubahan-perubahan pada pankreas berupa pengecilan

ukuran pankreas, atrofi pada bagian eksokrin pankreas, dan atrofi sel-sel asinar di

sekitar pulau Langerhans yang mengalami degenerasi. Sedangkan pada diabetes

mellitus tipe II yang terjadi adalah ketidakseimbangan dari sekresi endokrin dan

gangguan kontrol glukosa darah.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi hewan Jurusan

Biologi dan Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang pada bulan Februari sampai Agustus 2018.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

3.2.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat gelas,

ayakan 40 mesh, oven, cawan porselen, neraca analitik, kertas saring Whatman,

penangas air, desikator, batang pengaduk, spatula, bola hisap, pipet tetes, tabung

reaksi, rak tabung reaksi, penjepit kayu, shaker, aluminium foil, penyaring Buchner,

rotary evaporator, kandang pemeliharaan mencit berupa kotak berukuran 20 × 30

× 40 cm, sarung tangan, tempat air minum, tempat makan, spuit 1 mL, sonde

lambung, jarum suntik, meja preparat, pisau bedah, gunting, pinset, lemari freezer,

neraca analitik, mikropipet, incubator, spektrofotometer UV-Vis, dan mikroskop.

3.2.2 Bahan

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bekatul dari hasil

penggilingan padi beras putih yang diperoleh dari mesin penggilling padi di Desa

Lasem Kab. Gresik Jawa Timur. Bahan-bahan yang digunakan adalah aquades,

etanol 96%, DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil), asam askorbat (Vitamin C),

aloksan, ekstrak bekatul, gas N2, NaCl 0,9%, CMC-Na 0,5%, larutan Netral buffer

27
28

Formalin 10%, plastik, alkohol 70%, 80%, 90%, alkohol absolut I, absolut II, xylol

dan air hangat.

3.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui pengujian eksperimental di laboratorium

untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak etanol 96% bekatul beras putih dan

pengaruh terapinya terhadap Gambaran histologi organ pankreas hewan coba

mencit (Mus musculus L.) diabetes mellitus. Sampel bekatul diayak dengan ayakan

40 mesh dan diuji kadar air. Serbuk yang diperoleh dimaserasi menggunakan

pelarut etanol 96% selama 3x24 jam. Ekstrak yang diperoleh dipisahkan dari

pelarutnya menggunakan rotary evaporator dan dialiri dengan gas N2. Ekstrak

pekat yang diperoleh dimasukkan ke dalam gelas vial yang dilapisi alumunium dan

disimpan pada suhu 4°C. Ekstrak selanjutnya, diuji aktivitas antioksidan dengan

DPPH (1,1-difenil-hidrazil) pada konsentrasi ekstrak bekatul sebesar 10, 50, 100,

150, 200, 400 dan 800 ppm. Pembanding yang digunakan adalah asam askorbat

(vitamin C). Selain itu, penentuan nilai aktivitas antioksidan menggunakan

parameter lain yaitu nilai IC50.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) dengan menggunakan subjek uji sebanyak 20 ekor mencit (Mus musculus

L.) putih jantan galur BALB/C yang memiliki berat rata-rata 20-30 gram, dibagi

secara acak sederhana menjadi 5 kelompok. Mencit putih jantan galur BALB/C

sebagai hewan coba diinduksi dengan senyawa diabetagonik aloksan 200 mg/kgBB

untuk menjadikan hewan tersebut menderita penyakit diabetes mellitus (Sinata dan

Arifin, 2016). Variasi dosis terapi yang digunakan dikembangkan dari penelitian

Dwinani (2014) yakni 350 mg/KgBB, 400 mg/KgBB dan 500 mg/KgBB. Pada hari
29

ke-15 dilakukan pembedahan terhadap mencit (Mus Musculus L.) putih jantan galur

BALB/C diabetes, dan dilakukan pengambilan organ pankreas dengan cara satu

irisan kelenjar pankreas pada tiap ulangan dalam satu perlakuan dan untuk

mengetahui gambaran histologinya dilakukan pengamatan menggunakan

mikroskop olympus dengan pembesaran 400x per lapang pandang. Perolehan data

dari beberapa perlakuan tersebut kemudian diolah menggunakan uji statistik one

way ANOVA (Analysis Of Variance) pada tingkat kepercayaan 5% yang

selanjutnya dapat diketahui pengaruh perlakuan terhadap gambaran histologinya.

3.4 Tahapan Penelitian

Penelitian ini dirancang dengan tahapan sebagai berikut:

1. Preparasi Sampel

2. Penentuan Kadar Air

3. Ekstraksi Bekatul menggunakan Metode Maserasi

4. Uji Aktivitas Antioksidan menggunakan Metode DPPH (1,1-difenil-2-

pikrilhidrazil)

5. Persiapan Hewan Coba dan Pengkondisian Mencit Diabetes Mellitus

6. Terapi variasi dosis terhadap hewan coba (350 mg/KgBB, 400 mg/KgBB

dan 500 mg/KgBB)

7. Pengambilan Organ Pankreas untuk mengetahui Gambaran Histologi

Pankreas

8. Analisis data
30

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Preparasi Sampel

Bekatul yang digunakan dalam penelitian ini adalah bekatul dari jenis beras

putih hasil penggilingan padi. Bekatul sebanyak 250 gram diayak dengan ayakan

ukuran 40 mesh dan dibungkus dengan alumunium foil. Setelah itu, sampel

diinkubasi menggunakan oven selama 3 menit pada suhu 102 °C, kemudian

didinginkan pada suhu ruang. Sampel kering disimpan pada suhu 4 °C untuk

analisis lebih lanjut (Moko, dkk., 2014).

3.5.2 Penentuan Kadar Air secara Thermogravimetri

Sampel yang telah dipreparasi, selanjutnya dilakukan penetapan kadar air

pada sampel bekatul. Disiapkan cawan porselen kemudian di oven pada suhu 100-

105 °C sekitar 15 menit untuk menghilangkan kadar air yang terdapat pada cawan

porselen. Kemudian, cawan porselen kering disimpan dalam desikator selama 10

menit, kemudian ditimbang berat cawan porselen kosong hingga diperoleh berat

cawan yang konstan. Selanjutnya, ditimbang dan dimasukkan 5 gram sampel

bekatul ke dalam cawan porselen dan di oven pada suhu 100-105 °C sekitar 15

menit untuk menghilangkan kadar air yang terdapat pada sampel. Kemudian sampel

didinginkan dalam desikator selama 10 menit dan ditimbang. Selanjutnya sampel

dipanaskan kembali dalam oven sekitar 15 menit dan didinginkan dalam desikator

selama 10 menit dan ditimbang kembali hingga diperoleh berat konstan. Diulang

perlakuan ini hingga diperoleh berat konstan. Kadar air dalam bekatul dapat

dihitung menggunakan persamaan (3.1) dengan keterangan a = bobot cawan

kosong, b = bobot sampel + cawan sebelum dikeringkan, c=bobot cawan + sampel

setelah dikeringkan (AOAC, 1984):


31

(𝑏−𝑐)
Kadar air = (𝑏−𝑎) 𝑥 100%

3.5.3 Ekstraksi bekatul

Ekstraksi bekatul menggunakan metode maserasi. Masing-masing 40 gram

bekatul direndam menggunakan pelarut etanol 96% sebanyak 240 mL.

Perbandingan bahan dengan pelarut adalah 1:6 b/v (Widarta, 2013). Kemudian di-

shaker selama 24 jam dan disaring menggunakan penyaring vacum. Ampas yang

diperoleh dimaserasi kembali sebanyak dua kali dengan perlakuan yang sama.

Filtrat bekatul dipekatkan dengan rotary evaporator. Kemudian, dialiri dengan gas

N2 untuk menghilangkan pelarut yang masih tersisa pada filtrat etanol. Ekstrak

pekat dimasukkan ke dalam gelas vial yang dilapisi aluminium dan disimpan pada

suhu 4°C (Moko dkk., 2014). Kemudian dihitung rendemen dari ekstrak bekatul

dengan rumus berikut (Harborne, 1987).

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
%Rendemen = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 100% ........................................................3.2

3.5.4 Uji Aktivitas Antioksidan Menggunakan Metode DPPH (1,1-difenil-2-

pikrilhidrazil)

3.5.4.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Dimasukkan etanol 96% sebanyak 3 mL ke dalam kuvet, kemudian

ditambahkan larutan DPPH 0,2 mM sebanyak 1 mL. Selanjutnya dicari λmaks larutan

pada rentangan panjang gelombang 500-600 nm dan dicatat hasil pengukuran untuk

digunakan pada tahap selanjutnya (Dewi, dkk., 2007).

3.5.4.2 Pengukuran Aktivitas Antioksidan Pada Sampel

Absorbansi kontrol: larutan DPPH dengan konsentrasi 0,2 mM dipipet

sebanyak 1 mL, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan


32

etanol 96% sebanyak 3 mL. Tabung reaksi ditutup dengan alumunium foil, lalu

diinkubasi pada suhu 37ºC selama 30 menit (Dewi, dkk., 2007). Setelah itu larutan

dimasukkan ke dalam kuvet hinga penuh dan diukur absorbansinya dengan

menggunakan Spektrofotometer UV-Vis pada λmaks yang didapatkan pada tahap

sebelumnya.

Absorbansi sampel: Sampel ekstrak kasar dilarutkan dalam etanol 95%

dengan konsentrasi 10, 50, 100, 150, 200, 400 dan 800 ppm. Disiapkan tabung

reaksi untuk masing-masing ekstrak kasar dan diisi dengan 3 mL ekstrak dan

ditambahkan DPPH 0,2 mM sebanyak 1 mL (perbandingan larutan DPPH : ekstrak

yang dilarutkan dengan konsentrasi tertentu 1:3). Setelah itu larutan ditutup dengan

alumunium foil dan diinkubasi pada suhu 37ºC selama 30 menit, kemudian

dimasukkan ke dalam kuvet hingga penuh dan diukur absorbansinya menggunakan

spektrofotometer UV-Vis pada λmaks yang telah didapatkan sebelumnya (Dewi,

dkk., 2007). Perlakuan tersebut diulangi sebanyak tiga kali. Pembanding asam

askorbat (vitamin C) diperlakukan seperti sampel.

Data absorbansi yang diperoleh dari masing-masing konsentrasi ekstrak

dihitung nilai persen (%) aktivitas antioksidannya. Persentase aktivitas antioksidan

dihitung dengan menggunakan rumus (Indranila dan Ulfah, 2015):

𝐴𝑏𝑠 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙−𝐴𝑏𝑠 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛


% Aktivitas Antioksidan = 𝐴𝑏𝑠 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙
x 100%……….(3.3)

Keterangan: Abs kontrol = Absorbansi larutan DPPH 0,2 mM


Abs perlakuan = Absorbansi konsentrasi ekstrak etanol bekatul atau
baku pembanding vitamin C
33

3.5.5 Persiapan Hewan Coba dan Pengkondisian Mencit Diabetes mellitus

Mencit diaklimatisasi di laboratorium selama 1 minggu dalam kandang

khusus untuk menyeragamkan cara hidup, makan dan kondisi kandang percobaan,

seluruh mencit diberi pakan komersial dan air secara ad libitum. Sebelum diinduksi

dengan diabetogenik aloksan, mencit terlebih dahulu diukur kadar glukosa dalam

darah dengan pengambilan sampel melalui ujung ekor yang dipotong sedikit,

diteteskan pada kapiler trip dan diukur dengan alat glukometer.

Penentuan jumlah mencit pada setiap kelompok dihitung berdasarkan rumur

federer: (n-1)(t-1) ≥ 15, dimana n menunjukkan jumlah ulangan minimal dari tiap

perlakuan dan t menunjukkan jumlah perlakuan (Jusman & Halim, 2009).

Penelitian ini menggunakan 5 kelompok. Penentuan jumlah hewan uji dan

pembagian kelompok adalah sebagai berikut (yayasan pengembangan obat bahan

alam phyto medica, 1993):

(n-1)(t-1) ≥ 15

(n-1)(6-1) ≥ 15

5n ≥ 20

n≥4

Berdasarkan perhitungan tersebut maka jumah ulangan minimal yang

diperlukan adalah 4 ekor mencit untuk setiap kelompok perlakuan. Sehingga jumlah

minimal seluruh sampel yang digunakan adalah 20 ekor mencit. Ketentuan dari

tiap-tiap kelompok adalah sebagai berikut:

1. Kelompok kontrol normal, yaitu kelompok tanpa induksi aloksan

dengan pemberian CMC-Na 0,5% secara peroral.


34

2. Kelompok kontrol positif, yaitu diperlakukan dengan pemberian

aloksan 200 mg/KgBB + NaCl 0,9% tanpa terapi ekstrak bekatul.

3. Kelompok perlakuan dosis 1, yaitu mencit diabetes mellitus dan

diterapi dengan ekstrak bekatul dosis 350 mg/KgBB + CMC-Na 0,5%

secara peroral.

4. Kelompok perlakuan dosis 2, yaitu mencit diabetes mellitus dan

diterapi dengan ekstrak bekatul dosis 400 mg/KgBB + CMC-Na 0,5%

secara peroral.

5. Kelompok perlakuan dosis 3, yaitu mencit diabetes mellitus dan

diterapi dengan ekstrak bekatul dosis 500 mg/KgBB + CMC-Na 0,5%

secara peroral.

Sebelum pemberian aloksan, mencit dipuasakan selama 18 jam. Kemudian

aloksan yang akan diinjeksikan diambil dari larutan stok. Volume yang diambil

disesuaikan dengan berat badan mencit yang akan diinjeksi. Digunakan dosis 200

mg/KgBB yang dilarutkan dalam 1 mL NaCl 0,9% untuk 1 kali injeksi (Sinata dan

Arifin, 2016). Cara penginjeksian aloksan menggunakan langkah injeksi

interpritonial, yaitu mencit diposisikan menghadap kearah frontal hingga terlihat

bagian abdomennya. Pada bagian atas abdomen, mencit disemprotkan dengan

alkohol 70%, kulit dicubit hingga terasa bagian ototnya. Kemudian spuit

dimasukkan pada bagian abdomen dan dicoba digerakkan, apabila terasa berat,

berarti sudah masuk pada daerah intraperitonial. Setelah yakin pada daerah

intraperitonial maka segera diinjeksikan aloksan secara perlahan dan abdomen

mencit disemprot dengan alkohol 70% kembali (Nahari, 2015).


35

3.5.6 Terapi Hewan Coba

Mencit diabetes mellitus hasil induksi aloksan selanjutnya diterapi dengan

variasi dosis ekstrak bekatul. Perlakuan kelompok D1, D2 dan D3 diberikan ekstak

etanol bekatul dengan dosis yang berbeda yaitu 350 mg/KgBB (KD1), 400

mg/KgBB (KD2) dan 500 mg/KgBB (KD3) yang diberi perlakuan secara oral

menggunakan sonde lambung dengan pencekokan 1 kali sehari selama 14 hari

berturut-turut. Sedangkan untuk kelompok kontrol negatif hanya diberikan suspensi

CMC-Na 0,5% tanpa ekstrak etanol bekatul.

3.5.7 Pengambilan Pankreas dan Pewarnaan Hematoxylin Eosin (HE)

3.5.7.1 Pengambilan Organ Pankreas

Mencit terlebih dahulu dilakukan dislokasi leher dengan cara bagian pundak

mencit ditekan menggunakan benda tumpul dan tarik bagian ekor mencit, pastikan

saat melakukan penarikan hanya satu kali agar tidak menyakiti mencit. Skalpel dan

alat bedah disiapkan untuk membantu mengambil organ pankreas. Setelah mati,

mencit diletakkan pada papan fiksasi dan ditata pada posisi ventral diatas. Organ

pankreas diambil masing-masing 1 irisan kelenjar pankreas tiap ulangan dalam satu

perlakuan selanjutnya direndam dengan larutan buffer formalin 10% sebagai tahap

fiksasi pembuatan preparat histopatologi (Pasaribu, dkk., 2015).

3.5.7.2 Pembuatan Preparat Histopatologi dan Pewarnaan Hematoxylin Eosin


(HE) (Pasaribu dkk., 2015)

Mencit kelompok kontrol negatif, kontrol positif, dan hasil terapi ekstrak

bekatul masing-masing dibedah setelah terap terakhir yaitu pada hari ke-15.

Langkah-langkah pembuatan preparat histopatologi adalah dilakukan dengan cara

organ pankreas difiksasi dengan menggunakan larutan buffer formalin 10% selama
36

24 jam, kemudian dipotong dan dimasukkan ke dalam tempat spesimen yang

terbuat dari plastik. Selanjutnya dilakukan proses dehidrasi. Jaringan pankreas

dimasukkan ke dalam alkohol konsentrasi bertingkat yaitu alkohol 70%, 80%, 90%,

alkohol absolut I, absolut II masing-masing 2 jam. Kemudian jaringan pankreas

dimasukkan ke dalam paraffin cair dengan suhu 56ºC selama 2 jam sebanyak 2 kali.

Jaringan kemudian diambil menggunakan pinset dan dilakukan pemblokan

menggunakan paraffin blok. Blok-blok paraffin tersebut kemudian dipotong tipis

menggunakan mikrotom dengan ketebalan 4-5μm. Hasil potongan diapungkan

dalam air hangat bersuhu 60°C untuk meregangkan agar jaringan tidak berlipat.

Sediaan kemudian diangkat dan diletakkan dalam gelas objek untuk dilakukan

pewarnaan Hematoxylin dan Eosin (HE).

Tahapan pewarnaan HE adalah sebagai berikut, preparat dalam gelas objek

direndam dalam larutan xylol dengan konsentrasi bertingkat yaitu xylol I, xylol II,

dan xylol III masing-masing selama 5 menit. Kemudian preparat direndam dalam

alkohol 100% I dan II masing-masing selama 5 menit, selanjutnya dicelupkan

dalam aquades dengan cara mengangkat dan menurunkannya. Kemudian direndam

dalam larutan Hematoxylin selama 15 menit. Preparat kemudian dicelupkan ke

dalam acid alkohol 1% selama 7-10 celupan lalu direndam dalam aquades seama

15 menit, kemudian direndam dalam larutan eosin selama 2 menit. Selanjutnya

preparat direndam dengan alkohol absolut I dan II masing-masing selama 3 menit

dan dalam xylol IV dan V masing-masing selama 5 menit. Preparat selanjutnya

dikeringkan dan dilakukan mounting menggunakan entelan. Preparat siap

dilakukan pengamatan.
37

Pengamatan terhadap setiap preparat dilakukan menggunakan mikroskop

olympus. Pada setiap pulau langerhans yang dipilih dihitung jumlah sel yang berada

didalamnya tanpa melihat tipe sel yang ada didalamnya karena teknik pewarnaan

HE tidak dapat membedakkan jenis sel yang ada secara spesifik (Sumarsono, dkk.,

2014). Penghitungan sel-sel pankreas dilakukan per lapang pandang pada

pembesaran 400x (Suarsana, dkk., 2010).

3.5.8 Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah dengan menginterpretasikan data

baik berupa Gambar, Tabel, dan grafik. Data analisis antioksidan yang diperoleh

berupa absorbansi-absorbansi dari kontrol, sampel, dan pembanding asam askorbat

(Vitamin C). Setelah didapatkan data persen (%) aktivitas antioksidan pada masing-

masing konsentrasi sampel dan pembanding. Selanjutnya, data persen (%) aktivitas

antioksidan diolah menggunakan GraphPad Prism8 untuk mengetahui nilai IC50

sampel dan pembanding. Sedangkan data gambaran histologi pankreas dianalisis

menggunakan program Statistical Analysis Software (SPSS) secara statistik

menggunakan one way ANOVA pada tingkat kepercayaan 5% dan apabila terdapat

perbedaan nyata antar perlakuan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Preparasi Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah bekatul beras putih

lokal sebesar 250 gram yang diperoleh dari penggilingan di daerah Lasem, Gresik

Jawa Timur. Proses preparasi diawali dengan pengayakan sampel bekatul

menggunakan ayakan berukuran 40 mesh. Hal tersebut bertujuan untuk

menyeragamkan ukuran sampel, memperluas permukaan sampel sehingga interaksi

antara sampel dan pelarut menjadi lebih efektif serta mempermudah kelarutan

komponen bioaktif dan meningkatkan rendemen ekstraksi. Kemudian sampel

diinkubasi dengan menggunakan oven selama 3 menit pada suhu 102 ºC. Hal

tersebut merupakan bentuk stabilisasi bekatul yang bertujuan untuk inaktivasi

enzim lipase agar sampel tidak mengalami kerusakan dan dapat bertahan lama.

Menurut Siswanti, dkk (2018) kandungan lemak pada bekatul yang cukup tinggi

menyebabkan bekatul mudah mengalami kerusakan yang disebabkan oleh adanya

aktivitas mikroba maupun enzim lipase yang dapat menghidrolisa trigliserida

sehingga menghasilkan asam lemak dan gliserol yang sangat mudah dioksidasi.

Bekatul kering diperoleh dengan karakteristik warna coklat kekuning-kuningan.

Hasil preparasi bekatul dapat dilihat pada Gambar 4.1.

38
39

Gambar 4. 1 Sampel Bekatul


4.2 Analisis Kadar Air

Penentuan kadar air merupakan salah satu analisis penting dan paling luas

dilakukan dalam pengolahan dan pengujian bahan, karena kadar air berkaitan

dengan kualitas dan stabilitas bahan. Analisis kadar air pada sampel bekatul

dilakukan dengan menggunakan metode Thermogravimetri. Prinsip metode

thermogravimetri yaitu dengan menguapkan air yang terdapat dalam bahan melalui

proses pemanasan. Penguapan air yang terdapat dalam sampel bekatul dilakukan

pada suhu 100-105ºC hingga diperoleh berat konstan. Selisih kadar air sebelum dan

setelah pengeringan merupakan kadar air yang menguap. Menurut Indah, dkk

(2017) apabila kadar air masih tinggi maka hal tersebut merupakan media yang baik

untuk pertumbuhan mikroba utamanya jenis kapang, sehingga perlu dilakukan

stabilisasi pada sebuah bahan. Berdasarkan hasil penelitian, kadar air sampel

bekatul diperoleh sebesar 1,211% (b/b) (lampiran 5). Kadar air yang diperoleh telah

memenuhi kriteria menurut BPOM (2014) tentang persyaratan mutu obat

tradisional bahwa kadar serbuk simplisia adalah ≤ 10%. Menurut Ketaren (1986)

semakin rendah kandungan kadar air pada simplisia maka semakin tinggi nilai

rendemen ekstrak yang berarti bahwa interaksi pelarut dan sampel bekerja

maksimal. Sedangkan menurut Winarno (1997) dalam Fauziyah (2011) kadar air

umumnya berbanding lurus dengan aktivitas air (aw), yaitu semakin kecil kadar air,
40

maka semakin kecil aw sehingga semakin awet bahan pangan tersebut. Nilai aw yang

rendah akan menghambat pertumbuhan mikroba pada bahan pangan sehingga

bahan pangan menjadi lebih awet.

4.3 Ekstraksi Bekatul

Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan

kelarutannya terhadap dua cairan yang tidak saling larut yang berbeda, biasanya air

dan yang lainnya pelarut organik. Pada penelitian ini, metode ekstraksi yang

digunakan adalah maserasi karena metode maserasi dapat menghindari rusaknya

senyawa-senyawa yang bersifat termolabil (Mukhriani, 2014). Maserasi dilakukan

dengan cara merendam sampel uji dalam cairan pada temperatur ruang.

Ekstraksi maserasi bekatul dilakukan menggunakan pelarut etanol 96%

dengan perbandingan 1:6 (b/v). Ulfa (2016) dan Syafitri (2016) melaporkan bahwa

bekatul mengandung senyawa alkaloid, tanin, saponin, steroid, triterpenoid dan

flavonoid. Oleh karena senyawa flavonoid dan tanin bersifat polar, alkaloid bersifat

semi polar, sedangkan steroid dan triterpenoid bersifat non polar. Sehingga etanol

merupakan pelarut yang cocok digunakan sebagai pelarut untuk proses ekstraksi

bekatul. Hal ini sesuai menurut Sa’adah (2015) bahwa etanol merupakan pelarut

yang bersifat semi polar, dapat membentuk ikatan hidrogen antara molekul-

molekulnya. Sehingga dapat menarik seluruh senyawa aktif yang terdapat dalam

bekatul, baik senyawa polar, semi polar maupun non polar. Dalam maserasi, pelarut

akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel, zat aktif dalam rongga

sel karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di

luar sel, maka larutan dengan konsentrasi lebih tinggi akan terdesak keluar.

Peristiwa ini berulang sehingga terjadi kesetimbangan antara konsentrasi senyawa


41

dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman (Hargono, 1986 dalam

Sundaryono, dkk, 2016).

Ekstraksi maserasi dilakukan dengan merendam sampel selama 24 jam dan

dibantu proses pengadukan menggunakan shaker dengan kecepatan 120 rpm

(rotation per minutes) untuk memaksimalkan interaksi antara pelarut dengan

senyawa yang terdapat dalam sampel, sehingga pelarut mampu menembus dinding

sel dan masuk ke dalam rongga sel dan zat aktif dalam sampel dapat terdesak keluar

dan menghasilkan ekstrak yang optimum. Proses perendaman dapat meluruhkan

susunan sel dalam tanaman sehingga zat aktif yang terkandung di dalam sampel

akan terlarut dalam pelarut. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel

menggunakan corong Buchner karena proses penyaringan menjadi lebih cepat

karena memisahkan endapan dari pelarutnya dari residunya dengan cara menyedot

udara di dalam corong dengan pump Buchner atau pompa vakum sehingga tekanan

didalamnya lebih kecil daripada yang didalamnya sehingga filtrat dapat mengalir

dengan cepat. Filtrat yang diperoleh berwarna coklat kekuningan. Ampas hasil

penyaringan pertama dilakukan remaserasi selama 48 jam (±2 hari) dengan

pengadukan menggunakan shaker pada kecepatan 120 rpm dan disaring

menggunakan corong Buchner. Filtrat kedua diperoleh berwarna kekuningan.

Filtrat hasil ekstraksi dipekatkan dengan rotary evaporator vacum yang

bertujuan untuk memisahkan antara zat pelarut dengan minyak bekatul berdasarkan

perbedaan titik didih. Prinsip utama dari rotary evaporator terletak pada penurunan

tekanan pada labu alas bulat dan pemutaran labu alas bulat hingga berguna agar

pelarut dapat menguap lebih cepat dengan ketentuan bahwa pelarut yang memiliki

titik didih lebih rendah dibandingkan minyak bekatul akan menguap terlebih dahulu
42

karena pemanasan dan akan diembunkan oleh kondensor yang selanjutnya akan

dialirkan ke wadah penampung limbah, dari proses pemisahan ini akan didapat

ekstrak pekat dari minyak bekatul beserta zat-zat pengotor. Proses evaporasi

dilakukan hingga didapatkan ekstrak etanol 96% bekatul kental. Hasil rendemen

ekstraksi maserasi diperoleh sebesar 14,65% (lampiran 6) dan berwarna hijau

kecoklatan. Hasil ekstraksi maserasi etanol 96% bekatul dapat dilihat pada Gambar

4.2.

Gambar 4.2 Ekstrak etanol 96% bekatul

4.4 Pengujian Aktivitas Antioksidan Pada Sampel

4.4.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan untuk mengetahui

besarnya panjang gelombang yang dibutuhkan oleh larutan DPPH untuk mencapai

serapan maksimal. Menurut Rohman dan Gandjar (2007) pengukuran sampel harus

dilakukan pada panjang gelombang maksimum agar kepekaannya lebih dan

meminimalkan kesalahan. Hasil penentuan panjang gelombang maksimum larutan

DPPH 0,2 mM dapat ditunjukkan pada Gambar 4.3:


43

Gambar 4.3 Spektra UV-Vis larutan DPPH 0,2 mM

Berdasarkan spektra pada Gambar 4.3, panjang gelombang (λ) maks DPPH

0,2 mM pada penelitian ini adalah 514,9 nm dengan absorbansi 0,241 yang

memiliki warna ungu. Panjang gelombang maksimum yang diperoleh tidak jauh

berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Kuntorini dkk (2010) dan

Hartati dkk (2015) bahwa panjang gelombang maksimum DPPH adalah 515 nm.

Hal ini sesuai menurut Prakash (2001) bahwa panjang gelombang maksimum

DPPH dengan menggunakan pelarut etanol adalah 515 – 520 nm. Panjang

gelombang maksimum yang diperoleh akan digunakan untuk uji aktivitas

antioksidan pada ekstrak etanol 96% bekatul.

4.4.2 Pengukuran Aktivitas Antioksidan Pada Sampel

Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan pada ekstrak etanol 96%

bekatul. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode DPPH.

Metode ini menggunakan radikal DPPH sebagai radikal yang akan bereaksi dengan

senyawa antioksidan. Kontrol yang digunakan pada pengukuran aktivitas

antioksidan yaitu larutan DPPH 0,2 mM yang dilarutkan pada pelarut etanol 95%.
44

Kontrol digunakan sebagai pembanding pada saat pengukuran kapasitas

antioksidan pada sampel dan mengetahui absorbansi radikal DPPH pada saat

sebelum direduksi oleh sampel. DPPH memiliki warna komplementer ungu karena

memiliki elektron yang tidak berpasangan.

Sampel ekstrak etanol 96% bekatul dengan variasi konsentrasi yang diuji

yaitu 10, 50, 100, 150, 200, 400 dan 800 ppm, ditambahkan larutan DPPH dan

diinkubasi pada suhu 37ºC selama 30 menit untuk mengoptimalkan terjadinya

pengikatan antara senyawa antioksidan dalam menangkap elektron yang tidak

berpasangan dari radikal bebas. Berdasarkan penelitian Irianti, dkk (2016)

menyatakan bahwa DPPH memiliki kestabilan absorbansi pada menit ke-30 sampai

40. Pada waktu tersebut merupakan waktu yang dibutuhkan oleh radikal DPPH

untuk bereaksi dengan senyawa antioksidan. Setelah dilakukan inkubasi selama 30

menit diketahui ekstrak etanol 96% bekatul mengalami perubahan warna.

Perubahan warna yang terjadi yaitu dari warna ungu menjadi kekuningan. Hal ini

sesuai menurut Molyneux (2004) DPPH yang bereaksi dengan antioksidan akan

mengalami perubahan warna dari ungu menjadi kuning yang disebabkan oleh

antioksidan akan bereaksi dengan DPPH yang menstabilkan radikal bebas dan

mereduksi DPPH. Kemudian DPPH bereaksi dengan atom hidrogen dari senyawa

peredam radikal bebas membentuk DPPH-H yang lebih stabil.

Perubahan warna DPPH dari ungu menjadi kuning juga disebabkan karena

atom N pada radikal DPPH memiliki elektron tidak berpasangan menyebabkan

terjadinya transisi n-π*. Keadaan dasar pada transisi ini lebih bersifat polar

dibandingkan keadaan tereksitasi sehingga ketika DPPH direaksikan dengan

senyawa antioksidan maka akan membentuk ikatan hidrogen antara elektron dari
45

atom N dan atom H dari antioksidan. Ikatan hidrogen pada transisi n-π* akan

mempunyai energi yang lebih besar sehingga menyebabkan pergeseran ke arah

panjang gelombang yang lebih pendek (pergeseran hipsokromik). Hal ini

meyebabkan warna DPPH yang awalnya berwarna ungu menjadi DPPH-H

yang berwarna kuning. Berdasarkan hal tersebut, berubahnya warna dari larutan

esktrak etanol 96% bekatul dari ungu menjadi kuning menunjukkan bahwa ekstrak

etanol 96% bekatul memiliki potensi sebagai antioksidan yang ditunjukkan dengan

perubahan warna menjadi kekuningan.

Selanjutnya pengujian antioksidan sampel dilakukan menggunakan

spektrofotometri UV-Vis dan diukur pada panjang gelombang 514,9 nm. Selisih

absorbansi kontrol dengan absorbansi sampel yang telah direduksi oleh DPPH

merupakan sisa radikal DPPH. Mekanisme reaksi DPPH dengan senyawa

antioksidan ditunjukkan pada Gambar 4.4.

N N

N* N H

O2N NO2 O2N NO2


RH R*

NO2 NO2

Gambar 4.4 Mekanisme reaksi DPPH dengan antioksidan (Prakash, dkk., 2001)

Hasil pengukuran antioksidan menggunakan spektrofotometri UV-Vis

diperoleh berupa absorbansi dari kontrol dan sampel yang selanjutnya digunakan
46

untuk menentukan persen (%) aktivitas antioksidan. Hasil persentase ekstrak etanol

96% bekatul ditunjukkan pada Gambar 4.5.

120
% Aktivitas Antioksidan

100

80

60 Pembanding (Vitamin C)

40 Ekstrak Etanol 96%


Bekatul
20

0
10 50 100 150 200 400 800
Konsentrasi (ppm)

Gambar 4.5 Grafik aktivitas antioksidan ekstrak etanol 96% bekatul

Berdasarkan Gambar 4.5 dapat diketahui bahwa semakin besar konsentrasi

ekstrak maka semakin besar pula nilai % aktivitas antioksidannya. Menurut Rahayu

dkk (2010) persen (%) aktivitas antioksidan menunjukkan kemampuan suatu

senyawa antioksidan dalam menghambat radikal bebas yaitu banyaknya atom

hidrogen dari suatu senyawa antioksidan menangkap radikal DPPH sehingga

tereduksi menjadi DPPH-H yang lebih stabil.

Sampel pembanding yang digunakan yaitu vitamin C. Pada penelitian ini

diperoleh hasil persentase aktivitas antioksidan vitamin C pada konsentrasi 800

ppm sangat aktif dalam meredam radikal DPPH yaitu sebesar 96,098% lebih besar

dibandingkan ekstrak etanol bekatul yaitu 81,830%. Selain persen (%) aktivitas

antioksidan, parameter lain yang digunakan adalah IC50 (Inhibitation Concentration


47

50%) merupakan bilangan yang menunjukkan konsentrasi ekstrak (mg/ml) yang

mampu menghambat proses oksidasi sebesar 50%. Persen (%) aktivitas antioksidan

yang diperoleh dianalisis menggunakan persamaan regresi non linier dengan

GraphPad Prism 8 software sehingga didapatkan nilai IC50. Data nilai IC50

ditunjukkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4. 1Nilai IC50 aktivitas antioksidan ekstrak bekatul dan pembanding


No Sampel IC50 (ppm)
1 Ekstrak Etanol Bekatul 185,7
2 Asam Askorbat (Vitamin C) 0,6100

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa nilai IC50 ekstrak etanol bekatul

lebih besar daripada nilai IC50 asam askorbat. Hal tersebut menunjukkan bahwa

ekstrak etanol 96% bekatul memliki kemampuan yang lebih rendah dibandingkan

dengan asam askorbat dalam menghambat aktivitas radikal bebas DPPH. Menurut

Molyneux (2004) jika nilai IC50 suatu ekstrak berada dibawah 50 ppm maka

aktivitas antioksidannya kategori sangat kuat, nilai IC50 berada diantara 50-100 ppm

berarti aktivitas antioksidannya kategori kuat, nilai IC50 berada di antara 100-150

ppm berarti aktivitas antioksidannya kategori sedang, nilai IC50 berada di antara

150-200 ppm berarti aktivitas antioksidannya kategori lemah, sedangkan apabila

nilai IC50 berada diatas 200 ppm maka aktivitas antioksidannya dikategorikan

sangat lemah. Sehingga dapat diketahui bahwa ekstrak etanol 96% bekatul memiliki

aktivitas antioksidan yang termasuk dalam kategori lemah.

Hasil aktivitas antioksidan yang diperoleh berbeda dan lebih baik

dibandingkan dengan hasil penelitian dari Ulfa (2016) yang melaporkan bahwa
48

nilai IC50 bekatul beras dengan pelarut etanol 99% sebesar 437 mg/L dan positif

mengandung senyawa steroid dan triterpenoid. Syafitri (2016) juga melaporkan

bahwa aktivitas antioksidan ekstrak etanol bekatul memiliki nilai IC50 sebesar 29,27

µg/mL dan positif mengandung senyawa alkaloid, tanin, saponin, steroid dan

flavonoid. Diketahui pada hasil penelitian ini menghasilkan nilai IC50 bekatul beras

putih lokal dengan pelarut etanol 96% sebesar 185,7 ppm (lampiran 7) dan positif

mengandung saponin, tanin, steroid dan alkaloid.

4.5 Potensi Ekstrak Etanol 96% Bekatul Sebagai Antidiabetes Terhadap


Mencit (Mus Musculus, L.) Diabetes Mellitus

4.5.1 Pengkondisian Mencit Diabetes Mellitus

Penelitian ini dilakukan secara in-vivo menggunakan hewan coba mencit

putih jantan (Mus musculus L.) galur BALB/C yang berumur 2-3 bulan dengan

berat badan 20-30 gram, yang sebelumnya diaklimitisasi selama satu minggu agar

dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Pada penelitian ini mencit yang

digunakan sebanyak 20 ekor yang dibagi menjadi 5 kelompok dengan masing-

masing kelompok terdiri dari 4 ekor mencit. Masing-masing diberi makan dan

minum setiap hari secara ad libitum, dan mengganti sekam setiap alas sekam basah

(± 2 hari).

Penelitian ini terdiri dari 5 kelompok diantaranya, kelompok kontrol Normal

(KN) adalah kelompok yang tidak diberikan perlakuan (hanya aquades), kelompok

kontrol positif (KP) adalah kelompok mencit yang diinduksi aloksan, kelompok

kontrol dosis (KD 1-3) adalah kelompok mencit yang diinduksi aloksan dan diterapi

dengan ekstrak etanol 96% bekatul dengan variasi dosis 350 mg/KgBB; 400

mg/KgBB; 500 mg/ KgBB. Kelompok kontrol positif dan semua kelompok kontrol
49

dosis diberikan agen diabetagonik untuk induksi diabetes mellitus. Agen

diabetagonik yang digunakan adalah aloksan.

Aloksan termasuk bahan kimia yang digunakan sebagai agen diabetagonik

pada binatang percobaan. Pembuatan larutan aloksan dilakukan dalam keadaan

fresh karena aloksan termasuk dalam bahan yang mudah teroksidasi dan tidak stabil

sehingga perlakuan induksi terhadap mencit dengan warna larutan berwarna merah

jambu dilakukan sesegera mungkin. Apabila larutan aloksan telah teroksidasi maka

larutan aloksan akan mengalami perubahan warna dari merah jambu menjadi

bening. Dosis aloksan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 200 mg/kgBB

dan mencit dikategorikan diabetes apabila kadar glukosa ≥ 200 mg/dL. Pemilihan

dosis induksi aloksan sesuai dengan penelitian Sinata dan Arifin (2016) yang telah

melakukan perlakuan induksi aloksan monohidrat terhadap mencit putih jantan

secara intraperitonial dengan dosis 200 mg/kgBB dan tidak menyebabkan kematian

terhadap mencit.

Mekanisme aloksan merusak jaringan sel didahului dengan penyerapan oleh

sel β Langerhans yang menyebabkan pembentukan oksigen reaktif. Diawali dengan

reduksi aloksan menjadi asam dialurat, yang kemudian mengalami reoksidasi

menjadi aloksan, menentukan siklus redoks untuk membangkitkan radikal

superoksida. Pembentukan ROS (reactive oxygen spesies) dimulai dengan

penyerapan cepat oleh oksigen, aktivasi NADPH oksidase dan produksi radikal

anion superoksida.

2O2 + NADPH oksidase 2O2•− + NADP+ + H+


50

Kemudian radikal anion superoksida (O2•−) dengan cepat dikonversi

menjadi hidrogen peroksida (H2O2) oleh SOD (super okside dismutase) (Nimse dan

Pal, 2015).

2O2•−+ 2H+ SOD


H2O2 + O2

Radikal superoksida yang terbentuk dapat membebaskan ion ferri dari

ferinitin, dan mereduksi menjadi ion ferro. Adanya ion ferro dan hidrogen peroksida

membentuk radikal hidroksil yang sangat reaktif melalui reaksi fenton (szkuldezki,

2001).

Fe2+ + H2O2 → Fe3+ + OH− + OH•

Radikal hidroksil (OH•) merupakan suatu molekul yang sangat reaktif

dalam upaya untuk mendapatkan pasangan elektron. Radikal hidroksil

menyebabkan fragmentasi DNA nukleus, kemudian terjadi aktivasi poli (ADP-

Ribosa) sintetase, penyusutan nikotinamid adenine dinukleotida (NAD) intrasel,

dan menimbulkan kematian sel (Takasu, dkk., 1991 dalam Widowati, dkk., 2004).

Kerusakan dan kematian sel pada pankreas menyebabkan sel mengalami disfungsi

sehingga menyebabkan sekresi dan sensitivitas insulin mengalami penurunan

mengakibatkan kadar glukosa darah meningkat (hiperglikemia).

4.5.2 Pengaruh Esktrak Etanol 96% Bekatul Terhadap Histologi Pankreas


Mencit (Mus Musculus L.) Diabetes Mellitus

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari ekstrak etanol 96%

bekatul (Rice Bran) terhadap pankreas mencit dalam berbagai variasi dosis yaitu

350 mg/KgBB; 400 mg/KgBB; 500 mg/KgBB. Pankreas merupakan sebuah organ

yang memiliki 2 fungsi utama menjalankan fungsi eksokrin dan endokrin. Eksokrin

adalah kelenjar yang mengeluarkan cairan berupa enzim. Sedangkan endokrin


51

berperan dalam menghasilkan hormon insulin, glukagon dan somatostatin. Insulin

mengubah glukosa (gula) menjadi sumber energi. Pankreas mencit diambil setelah

14 hari terapi (hari ke-15). Preparat histologi dibuat dengan metode blok paraffin

dengan pewarnaan Hematoxylin-Eosin dan untuk mengetahui kerusakan setiap

preparat dapat diamati dengan mikroskop. Hasil pengamatan histologi pankreas

mencit kontrol normal, kontrol positif, dan kontrol dosis 350 mg/KgBB; 400

mg/KgBB; 500 mg/KgBB. Parameter histologi pankreas mencit yang diamati

adalah jumlah sel pankreas secara umum. Data pengamatan histologi dapat dilihat

pada Gambar 4.6.


52

Gambar 4. 6 Histologi organ pankreas mencit hasil pewarnaan HE (400x). A (Kontrol


Normal), B (Kontrol Positif), C (Terapi dosis 350 mg/KgBB), D (Terapi 400
mg/KgBB) dan E (Terapi dosis 500 mg/KgBB). Keterangan: →
Nekrosis adanya area kosong

Sel yang terdapat dalam pulau Langerhans ada empat jenis sel (alfa, beta,

delta dan F). Oleh karena hasil pengamatan pulau Langerhans menggunakan
53

mikroskop sel-sel hasil penelitian tersebut tidak dapat dibedakan, sehingga pada

penelitian ini hanya fokus terhadap jumlah sel pankreas. Berdasarkan hasil

penelitian yang terdapat pada Gambar 4.6 diketahui bahwa pada Gambar A

(Kontrol Normal) yakni tanpa diberi perlakuan menunjukkan kondisi sel pankreas

yang normal, terlihat bahwa susunan sel teratur menyebar di dalam pulau

langerhans dan bentuk sel yang seragam. Menurut Zubaidah (2014) pulau

langerhans dikatakan normal apabila terdapat susunan sel endokrin yang teratur

yang menyebar di pulau langerhans dengan bentuk sel yang seragam, bentuk bulat

dan inti sel nampak jelas serta sel-sel tidak mengalami edema (pembengkakan).

Pada Gambar B (Kontrol Positif) yang telah diinduksi aloksan terjadi perubahan sel

dengan susunan sel tidak teratur menyebar di pulau langerhans, bentuk sel tidak

seragam dan adanya ruang kosong pada islet langerhans disebabkan oleh sel telah

mengalami nekrosis. Hal ini menunjukkan bahwa mencit mengalami gangguan

sekresi insulin sehingga tidak mampu bekerja dengan baik, sehingga mencit

menderita penyakit yaitu diabetes mellitus.

Sedangkan pada Gambar (C), (D) dan (E) masih nampak ruang kosong akan

tetapi lebih baik dibandingkan dengan perlakuan kontrol positif, akan tetapi kondisi

islet langerhans masih belum seperti kondisi sel pankreas normal. Hal tersebut

dapat terlihat dengan luas area kosong relatif berkurang dan terlihat adanya

perbaikan jaringan yang ditandai dengan adanya pertambahan jumlah inti sel islet

langerhans. Namun pada Gambar (D) yaitu hasil terapi dosis 400 mg/KgBB terlihat

lebih baik dibandingkan Gambar (C) dan (E) ditandai dengan jumlah sel pankreas

lebih padat dan area kosong relatif kecil. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2.
54

Tabel 4.2 Jumlah sel pankreas mencit sesudah terapi ekstrak etanol 96% bekatul
Perlakuan Rata-rata ± SD
Kontrol Normal 86 ± 15.77
Kontrol Positif 36,75 ± 13.60
Kontrol Dosis 1 36 ± 7.11
Kontrol Dosis 2 52 ± 5.16
Kontrol Dosis 3 50,5 ± 18.50

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa rata-rata jumlah sel pankreas mencit

kontrol normal yaitu 86 buah sel, lebih banyak dibandingkan dengan jumlah sel

pankreas mencit kontrol positif dan kontrol dosis. Pada kontrol positif hanya

terdapat 36,75 buah sel, tidak jauh berbeda dengan jumlah sel dari kontrol dosis 1

yaitu 36 buah sel. Sedangkan pada kontrol dosis 2 dan 3 juga tidak jauh berbeda

yaitu 52 dan 50,5 buah sel. Namun rata-rata jumlah sel pankreas pada kontrol dosis

2 lebih baik dibandingkan kontrol dosis 1 dan 3. Terapi ekstrak etanol 96% bekatul

dilakukan selama 14 hari sehingga diperoleh data kadar glukosa darah dan jumlah

sel pankreas hasil pengamatan menggunakan mikroskop. Data tersebut dapat dilihat

pada Gambar 4.7 berikut.


55

Rata-rata Kadar Glukosa Darah


dan Jumlah Sel Pankreas

Kadar Glukosa Darah (mg/dL) dan Sel


299,75
278,5 266,75
300
250
Pankreas (Buah) 177,75
200
150
84,4 86
100 52 50,5
36,75 36
50
0
KN KP KD1 KD2 KD3
Perlakuan

Kadar glukosa darah jumlah sel pankreas

Gambar 4. 7 Diagram batang rata-rata kadar glukosa darah dan jumlah sel
pankreas
Keterangan: KN : Kontrol Normal
KP : Kontrol Positif
KD1 : Kontrol Dosis 1 (350 mg/KgBB)
KD2 : Kontrol Dosis 2 (400 mg/KgBB)
KD3 : Kontrol Dosis 3 (500 mg/KgBB)

Berdasarkan Gambar 4.7, terlihat bahwa jumlah sel pankreas dengan kadar

glukosa darah memiliki diagram yang sama, yang menunjukkan bahwa pada

perlakuan dosis 2 memiliki grafik lebih baik namun belum seperti keadaan pada

perlakuan kontrol normal. Namun, secara keseluruhan dapat diketahui bahwa

terdapat penurunan kadar glukosa darah setelah terapi ekstrak etanol 96% bekatul

beras padi selama 14 hari dan kenaikan jumlah sel pankreas. Hal tersebut

menunjukkan bahwa terdapat senyawa dalam ekstrak etanol 96% bekatul yang

dapat membantu memperbaiki jaringan pankreas yang rusak sehingga sel-sel

pankreas yang mati dapat beregenerasi kembali yang ditunjukkan dengan jumlah

sel pankreas yang bertambah dan penurunan kadar glukosa darah. Akan tetapi, hasil

penelitian yang telah diperoleh tidak sesuai menurut Rizkayanti, dkk (2017) yang
56

mengatakan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak maka partikel-partikel

senyawa antioksidan yang terkandung akan semakin banyak, sehingga semakin

besar pula kemampuan untuk meredam radikal bebas. Hal ini disebabkan oleh

metabolisme masing-masing hewan coba yang berbeda, serta terdapat

kemungkinan bahwa pada perlakuan dosis 3, senyawa sudah berubah menjadi

senyawa prooksidan karena menurut Gordon (1993) pada konsentrasi tinggi,

aktivitas antioksidan grup fenolik sering lenyap bahkan berubah menjadi

prooksidan karena besar konsentrasi antioksidan yang ditambahkan dapat

berpengaruh terhadap laju oksidasi.

Adanya perbaikan jaringan sel pankreas yang ditunjukkan dengan

penurunan kadar glukosa darah dan peningkatan jumlah sel pankreas oleh ekstrak

etanol 96% bekatul disebabkan oleh adanya kandungan antioksidan yang terdapat

dalam ekstrak tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui

bahwa ekstrak etanol 96% bekatul memiliki aktivitas antioksidan pada konsentrasi

800 ppm sebesar 81,830% dan nilai IC50 sebesar 185,7 ppm dan positif

mengandung senyawa aktif saponin, tanin, steroid dan alkaloid. Adanya kandungan

senyawa alkaloid pada ekstrak etanol 96% bekatul termasuk dalam senyawa yang

berpotensi sebagai antioksidan yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen.

Sebagaimana menurut Rohim (2016) yang menyatakan bahwa senyawa berbasis

nitrogen dari bahan alam dapat menghambat proses oksidatif. Karena senyawa

radikal turunan dari senyawa amina memiliki tahap terminasi yang sangat lama,

sehingga mampu menghentikan reaksi rantai radikal secara efisien. Menurut Zahra,

dkk (2017) menyebutkan bahwa tanin dan alkaloid berpotensi menurunkan kadar

glukosa darah dengan cara mengurangi resistensi insulin sehingga meningkatkan


57

sekresi insulin oleh adanya protein kinase C-dependent up-regulation pada

reseptor insulin, namun bukan hanya itu senyawa fitokimia tersebut dapat memiliki

kemampuan untuk meningkatkan regenerasi sel β pankreas.

Selain alkaloid, bekatul pada penelitian ini juga positif mengandung

senyawa saponin dan tanin. Saponin bekerja dengan cara menghambat kerja

enzim α-glukosidase yaitu enzim yang ada di dalam usus yang berfungsi untuk

mengubah karbohidrat menjadi glukosa. Enzim α-glukosidase inhibitor ini

menghambat absorpsi glukosa pada usus halus, sehingga berfungsi sebagai anti

hiperglikemi (penurun kadar glukosa darah). Selain saponin, tanin juga memiliki

peranan dalam menurunkan kadar glukosa darah. Tanin bersifat astringen (zat

yang menyebabkan pengerutan jaringan sehingga dapat mengurangi sekresi) yang

bekerja dalam membentuk lapisan dari protein selaput lendir yang melindungi

usus sehingga dapat menghambat penyerapan glukosa (Fiana dan Oktaria, 2016).

Data pengamatan yang diperoleh selanjutnya diuji normalitas dan

homogenitasnya. Hasilnya menunjukkan bahwa data penelitian yang diperoleh

terdistribusi normal dan homogen. Setelah itu data diuji menggunakan analisis

variansi (ANOVA) satu arah dengan taraf signifikansi 5%. Hasil analisis ANOVA

dilakukan untuk mengetahui pengaruh terapi ekstrak etanol 96% bekatul terhadap

jumlah sel pankreas mencit (Mus musculus) dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:

Tabel 4. 3 Hasil perhitungan ANOVA jumlah sel pankreas mencit (Mus musculus
L.) setelah perlakuan terapi ekstrak etanol 96% bekatul beras pada α
0,5%

SK Db JK KT Fhitung Ftabel Sig.


Perlakuan 4 6586.000 1646.500 9.648 3.06 .000
Galat 15 2559.750 170.650
Total 19 9145.750
58

Berdasarkan Tabel 4.3 hasil yang diperoleh dari uji ANOVA dengan taraf

signifikansi α 5%, didapatkan silai signifikansi 0,000 < 0,05 dan nilai Fhitung (9.648)

> FTabel 3,06, sehingga H0 ditolak. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh terapi ekstrak etanol 96% bekatul terhadap jumlah sel pankreas

mencit (Mus musculus L.) (Lampiran 8).

Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan pengaruh pada setiap perlakuan,

maka dilakukan uji lanjut dengan uji jarak duncan pada α 5% sebagaimana

pernyataan oleh Hanafiah (2014), bahwa jika KK bernilai besar (minimal 10% pada

kondisi homogen atau minimal 20% pada kondisi heterogen) karena data yang

diperoleh yakni data jumlah sel pankreas memiliki koefisien keragaman 25%.

Berdasarkan uji duncan 5% maka didapatkan notasi seperti pada Tabel 4.4 berikut:

Tabel 4. 4 Ringkasan uji duncan α 5% pengaruh ekstrak etanol 96% bekatul beras
terhadap jumlah sel pankreas mencit (Mus musculus) yang diinduksi
aloksan
Perlakuan Jumlah sel dan notasi pada α 5%
KN 86a
K+ 36,75b
KD1 36 b
KD2 52 b
KD3 50,5 b

Keterangan: KN = kontrol normal


K+ = kontrol positif
KD1 = Kontrol dosis 1
KD2 = Kontrol dosis 2
KD3 = Kontrol dosis 3
Notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata

Hasil uji duncan pada Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

pengaruh yang tidak nyata pada jumlah sel pankreas mencit (Mus musculus L.)

kelompok K+ dengan 3 kelompok perlakuan terapi ekstrak etanol 96% bekatul


59

beras yakni dosis 1, 2 dan 3. Namun pada dosis 2 dan 3 memiliki peningkatan

jumlah sel pankreas yang lebih baik dibandingkan dengan dosis 1. Berdasarkan hal

tersebut, ekstrak etanol 96% bekatul beras memiliki pengaruh terhadap jumlah sel

pankreas mencit (Mus musculus) namun 3 dosis perlakuan memiliki pengaruh yang

tidak berbeda nyata.

4.6 Pemanfaatan Tanaman Bekatul Sebagai Antidiabetes dalam Perspektif


Islam

Allah SWT menciptakan segala sesuatu yang ada di dunia ini tidak ada yang

sia-sia. Allah menghamparkan bumi dan menurunkan air hujan dari langit sehingga

tumbuh bermacam-macam tumbuhan. Menurut Shihab (2002) Allah

menganugerahkan nikmat kehidupan dan pemeliharaan kepada hamba-hamba-Nya.

Dengan kekuasaan-Nya, Allah telah menjadikan bumi sebagai hamparan untuk

manusia, membuka jalan-jalan untuk dapat dilalui dan menurunkan hujan diatas

bumi sehingga terciptalah sungai-sungai dan dengan air itu Allah menumbuhkan

tumbuh-tumbuhan yang berbeda-beda warna, rasa dan manfaatnya. Ada yang

berwarna putih dan hitam, ada pula yang rasanya manis dan pahit.

Kekuasaan Allah SWT yang tidak berbatas bagi makhluk hidup yang ada di

bumi merupakan suatu tanda bagi mereka yang dibekali oleh Allah sebuah

pemikiran, serta nikmat kehidupan dan pemeliharaan tentang adanya sang pencipta.

Salah satu nikmat terbesar Allah SWT yang seringkali terlupakan adalah berupa

nikmat sehat. Allah juga akan menguji hamba-Nya melalui nikmat sehat dengan

dicabutlah nikmat sehat tersebut dari manusia dan diuji dengan sebuah penyakit,

misalnya menderita diabetes mellitus. Namun, sebagai hamba-Nya, kita harus tetap

bertawakkal kepada Allah SWT. Karena Allah SWT dalam firmannnya yang

terdapat dalam surat Asy-Syuaraa ayat 80.


60

 
 
 
   
  
 
     

“dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku”

Berdasarkan firman Allah SWT diatas, menunjukkan bahwa sesungguhnya

Allah yang memberikan ujian sebuah penyakit juga yang akan menyembuhkan.

Allah SWT menganjurkan kepada hambanya untuk selalu berserah diri dan

berusaha apabila sedang ditimpa ujian ketika sakit. Salah satu bentuk usaha yang

dapat dilakukan adalah dengan mencari obat yang terdapat di alam. Salah satunya

menggunakan tanaman sebagai obat. Pada penelitian ini digunakan tanaman

bekatul yang dimanfaatkan sebagai obat alternatif untuk penyakit diabetes mellitus.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan hasil bahwa ekstrak

etanol bekatul memiliki kemampuan sebagai antioksidan yang ditunjukkan dengan

nilai aktivitas antioksidan pada konsentrasi maksimum yaitu 800 ppm sebesar

81,830 % dan nilai IC50 sebesar 185,7 ppm. Pada penelitian ini juga dilakukan

secara in-vivo dengan menggunakan mencit sebagai hewan coba. Berdasarkan hasil

terapi terhadap mencit dengan variasi dosis yaitu 350 mg/KgBB; 400 mg/KgBB;

500 mg/KgBB, menunjukkan bahwa ekstrak etanol bekatul mampu memperbaiki

jaringan sel pankreas mencit yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan jumlah

sel pankreas mencit (Tabel 4.2).


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Ekstrak etanol 96% bekatul mempunyai kemampuan sebagai antioksidan

dengan nilai aktivitas antioksidan sebesar 81,830 % pada konsentrasi 800

ppm dan nilai IC50 185,7 mg/L.

2. Terapi ekstrak etanol 96% bekatul berpengaruh terhadap jumlah sel

pankreas mencit diabetes mellitus dan pada dosis 400 mg/KgBB merupakan

dosis terbaik.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan proses fermentasi, fraksinasi, isolasi senyawa aktif untuk

meningkatkan aktitivas antioksidan.

2. Perlu dilakukan pewarnaan jaringan menggunakan pewarnaan

imunohistokimia agar mengetahui perbedaan sel beta dan sel alfa.

61
DAFTAR PUSTAKA

Adom, K.K dan Liu, R.H. 2002. Antioxidant Activity Of Grains. Journal of
Agricultural and Food Chemistry. 50(21):6182-6187.

Afriani, S., Idiawati, N., Destianti, L. Arianie, L. 2014. Uji Aktivitas Antioksidan
Daging Buah Asam Paya (Eleiodoxa conferta Burret) dengan Metode
DPPH dan Tiosianat. JKK, 3 (1): 49 –56.

Al-albani, M.N. 2008. Ringkasan Shahih Bukhari 3 & 4. Depok: Gema Insani.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional.

Chanphrom, P. 2007. Antioxidants and Antioxidant Activities Of Pigmented Rice


Varieties and Rice Bran. [Thesis]. Thailand: Faculty of Gratuated Studies,
Mahidol University.

Chen, C.W and Cheng, H.H. 2006. A Rice Bran Oil Diet Increases LDL-Receptor
and HMGCoA Reductase mRNA Expressions and Insulin Sensitivity in
Rats with Streptozotocin/Nicotinamide-Induced Type 2 Diabetes. Journal
of Nutrition. 136:1472-1476.

Chen, M.H. dan Bergman, C.J. 2005. A Rapid Procedure for Analysing Rice Bran
tocopherol, Tocotrienol and ϒ-Oryzanol Contents. Journal Food Compos
Analysis. 18: 139-151.

Damardjati, D.S., santosa, B.A., dan Munarso, J. 1990. Studi Kelayakan dan
Rekomendasi Teknologi PabrikPengolahan Bekatul. Laporan akhir. Balai
penelitian Tanaman Pangan Sukamandi.

Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical care untuk penyakit diabetes


mellitus. Jakarta: Departemen kesehatan RI, 85 hlm.

Dewi, D. 2007. Aktivitas Antioksidan Dedak Sorgum Lokal Varietas Coklat


(Sorghum Bicolor) Hasil Ekstraksi Berbagai Pelarut. Jurnal teknologi
penelitian. 8(3):188-197.

Esa, N.M., Ling, T.B., dan Peng, L.S. 2013. By-Products Of Rice Processing. An
Overview Of Health Benefits And Applications. Journal Of Rice
Research, 1(1): 107-117.

Fauziyah, A. 2011. Analisis Potensi Dan Gizi Pemanfaatan Bekatul dalam


Pembuatan Cookies. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat Fakultas
Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.

62
63

Fiana, Z dan Oktaria, D. Pengaruh Kandungan Saponin dalam Daging Buah


Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Penurunan Kadar
Glukosa Darah. Majority, 5 (4).

Gordon, M.H. 1993. The Mechanism Of Antioxidant Action In Vitro. Food


Antioxidants.

Guenther, E. 2006. Minyak Atsiri. Jilid I. Terjemahan Ketaren S. Jakarta:


Universitas Jakarta.

Hanani, E. 2005. Identifikasi Senyawa Antioksidan dalam Spons Callyspongia Sp


dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian. II (3).

Handayani, A. 2015. Pemanfaatan Tumbuhan Berkhasiat Obat Oleh Masyarakat


Sekitar Cagar Alam Gunung Simpang Jawa Barat. Pros Sem Nas Masy
Biodiv Indo. 1 (6).

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa


Tumbuhan, Terbitan Ke-2, Terjemahan K. Padmawinata dan I. Soediro.
Bandung: ITB.

Hartati, S., Marsono, Y., Suparmo dan Santoso, S. 2015. Komposisi Kimia Serta
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Hidrofilik Bekatul Beberapa Varietas Padi.
Agritech, 35 (1).

Indah., Mappiratu dan Musafira. 2017. Produksi Enzim Lipase Dari Aspergillus
Niger Isolat Kapang Kopra dengan Menggunakan Medium Kelapa Parut.
Kovalen, 3 (3):269-276.

Indranila dan Ulfah, M. 2015. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun
Karika (Carica Pubescens) Dengan Metode DPPH Beserta Identifikasi
Senyawa Alkaloid, Fenol dan Flavonoid. Prosiding seminar nasional
peluang sebagai alternatif medicine.

International Diabetes Federation. 2011. One Adult In Ten Will Have Diabetes By
2030. http://www.idf.org/media-events/press-releases/2011/diabetes-
atlas-8thedition. Diakses 6 Mei 2017.

Irianti,T., Murti,Y.B., Kanistri,D.N., Pratiwi, D.R., Kuswandi dan


Kusumaningtyas, R.A. 2016. DPPH Radical Scavenging Activity Of
Aqueous Fraction From Ethanolic Extract Of Talok Fruit (Muntingia
calabura L.). Traditional Medicine Journal, 21 (1).

Jusman, S. W., & Halim, A. 2009. Oxidative Stress In Liver Tissue Of Rat Induced
By Chronic Systemic Hypoxia. Makara kesehatan, 13(1):34-38.

Kemit, N., Widarta, W.R., Nocianitri, K.A. Pengaruh Jenis Pelarut Dan Waktu
Maserasi Terhadap Kandungan Senyawa Flavonoid Dan Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Daun Alpukat. Jurnal Online. Diakses pada tanggal
7 November 2017.
64

Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.

Kuntorini, E.M dan Astuti, M.D. 2010. Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Etanol Bulbus Bawang Dayak (Eleutherine Americana Merr.). Sains dan
Terapan Kimia, 4 (1).

Lu, F.C. 1995. Toksikologi Dasar. Asas, Organ Sasaran dan Penilaian Resiko.
Edisi ke 2. Jakarta: UI Press.

Mas’ud, F dan Pabbenteng. 2016. Rasio Bekatul Padi Dengan Pelarut Pada
Ekstraksi Minayk Bekatul Padi. Journal INTEK. 3(2): 82-86.

Moko, E. M., Purnomo, H., Kusnadi, J. Dan ijong, F.G. 2014. Phytochemical
Content And Antioxidant Properties of Colored and non Colored Varieties
ff Rice Bran Form Minahasa, North Sulawesi, Indonesia. International
Food Research Journal 21(3): 1053-1059.

Molyneux, P. 2004. The Use Of The Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl


(DPPH) For Estimating Antioxidant Activity. Original
Article:Songklanakarin J. Sci. Technol. 26(2).

Muharni, Elfita dan Amanda. 2013. Aktivitas Antioksidan Senyawa (+)


Morelloflavon dari Kulit Batang Tumbuhan Gamboge (Garcinia
Xanthochymus). Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung.

Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif.


Jurnal Kesehatan, 7(2).

Mutiyani, M., Soeatmadji, D.W., Sunindya, B.R. 2014. Efek Diet Tinggi
Karbohidrat dan Diet Tinggi Lemak Terhadap Kadar Glukosa Darah Dan
Kepadatan Sel Beta Pankreas Pada Tikus Wistar. Indonesian Journal Of
Human Nutrition 1(2): 106-113.

Muntiha, M. 2001. Teknik Pembuatan Preparat Histopatologi Dari Jaringan


Hewan Dengan Pewarnaan Hematoksilin Dan Eosin (H&E). Temu teknis
fungsional non peneliti

Nahari, D.S. 2014. Pemisahan Golongan Senyawa Aktif Dan Penentuan


Kandungan Fenolik Total Umbi Binahong (Anredera Cordfolia (Ten.)
Steens) Serta Efek Terapinya Terhadap Aktivitas Seperoksida Dismutase
Hati Tikus Diabetes. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia
Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim
Malang.

Nanggiang, D. 2016. Pengaruh Perbandingan Bubur Rumput Laut (Eucheuma


Cottonii) dengan Bubur Sawi (Brassica Juncea) dan Konsentrasi Ekstrak
Daun Suji Terhadap Karakteristik Mix Vegetable Leather Panggang.
Artikel.
65

Nimse, S.B dan Pal, D. 2015. Free Radicals, Natural Antioxidants, and Their
Reaction Mechanisms. Royal society of chemistry Advances, (5).

Nubatonis, D. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Sambiloto (Andrographis


paniculata Nees) Terhadap Histopatologi Pankreas Mencit (Mus
musculus) Diabetes Melitus (DM) Tipe I. Jurnal Kajian Veteriner. 3 (1) :
31-40.

Nugroho, A.E. 2006. Review Hewan Percobaan Diabetes Mellitus : Patologi dan
Mekanisme Aksi Diabetogenik. Biodiversitas. ISSN: 1412-033X.
7(4):378-382.

Nugroho.2007.Antioksidan.https://nugrohob.wordpress.com/2007/12/03/antioksid
an/ diakses pada tanggal 24 Desember 2017.

Prakash, A. 2001. Antioxidant Activity. Journal of analytical chemistry. Medallion


laboratories: analytical progress. 10 (2).
Putra, D.A.D. 2012. Identifikasi Komponen Kimia Minyak Atsiri Daun Bunga Tahi
Ayam (Tagetes Erecta L.) Serta Uji Aktivitas Antibakteri Dan
Antioksidan. Skripsi. Tidak diterbitkan. Universitas Sumatera Utara.

Putrawan IDG, Maryana R, Rosmayanti I. 2009. Ekstraksi minyak Dedak Padi


menggunakan Isopropil Alkohol. Seminar Nasional Teknik Kimia
Indonesia. Bandung.

Rahayu, D.R., Kusrini, D dan Fachriyah, E. 2010. Penentuan Aktivitas Antioksidan


dari Ekstrak Etanol Daun Ketapang (Terminalia catappa L) dengan
Metode 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH). Diponegoro: Jurusan Kimia
FMIPA Universitas Diponegoro.

Rakhmadi, I., Muladno., Siregar, H.C.H dan Siagian, P.H. 2009. Performa Mecit
Jantan (Mus musculus) Umur 28-63 Hari Pada Alas Kandang Sekam, Pasir
Dan Zeolit Dengan Dan Tanpa Sekat Alas. Jurnal Zeolit Indonesia,
8(2):1411-6723.

Ratimanjari, D.A. 2011. Pengaruh Pemberian Infusa Herba sambiloto


(Andrographis Paniculata Ness) Terhadap Glibenklamid dalam
menurunkan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan yang dibuat
Diabetes. Skripsi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengertahuan Alam.
Universitas Indonesia. 1-17.

Rima, Y.S. 2014. Perbandingan Metode Ekstraksi Dan Variasi Pelarut Terhadap
Rendemen Dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kubis Ungu (Brassica
oleracea L. Var. Capitata f. Rubra).

Rizkayanti, Anang, W.M., Diah dan Jura, M.R. 2017. Uji Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Air Dan Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa Oleifera LAM).
Jurnal Akademika Kimia, 6 (2): 125-131.
66

Robertson, R.P., Harmon, P.O.T, Tanaka, Y., dan Takahashi, H. 2003. Glucose
Toxicity In Beta-Cells: Type 2 Diabetes, Good Radicals Gone Bad, And
The Glutathione Connection. Diabetes 52: 581-587.

Rohim, A. 2016. Uji Fitokimia, Toksisitas Serta Antioksidan Ekstrak Propolis


Pembungkus Madu Lebah Trigona Incisa Dengan Metode 2,2-Diphenyl-
1-Picrylhidrazyl (DPPH). Jurnal Kimia Mulawarman, 14 (1).

Rohman, A dan Gandjar, I.G. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Rudy, W.B. 2003. Seri kesehatan bimbingan dokter pada diabetes. Jakarta: Dian
Rakyat.

Sa`adah, H dan Nurhasnawati, H. 2015. Perbandingan Pelarut Etanol Dan Air Pada
Pembuatan Ekstrak Umbi Bawang Tiwai (Eleutherine Americana Merr)
Menggunakan Metode Maserasi. Jurnal Ilmiah Manuntung, 1(2):149-153.

Sandberg, A.A dan Philip, D.H. 2008. Interactions Of Exocrine And Endocrine
Pancreatic Diseases. J. Pancreas, 9(4): 541-575.

Sayuti, K dan Yenrina, R. 2015. Antioksidan, Alami dan Sintetik. Padang: Andalas
University Press.

Shihab. 2002. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an Volume
10. Jakarta: Lentera Hati.

Sinata, N dan Arifin, H. 2016. Antidiabetes Dari Fraksi Air Daun Karaunting
(Rhodomytrus Tomentosa (Ait.) Hassk.) Terhadap Kadar Glukosa Darah
Mencit Diabetes. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 03 (01).

Siswanti., Nurhartadi, E., Anandito, R.B.K dan Setyaningrum, E.A. 2018.


Karakterisasi Sifat Fisik dan Kimia Bekatul Beras Hitam (Oryza sativa L.)
Kultivar Melik dengan Berbagai Teknik Stabilisasi. Seminar Nasional
dalam Rangka Dies Natalis UNS ke-42 Tahun 2018, 02 (01).

Smith, J.B. dan S. Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan


Penggunaan Hewan Percobaan Di Daerah Tropis. Jakarta: UI Press.

Soematmadji, D.W. 1998. Peran Stress Oksidatif dalam Patogenesis Angiopati


Mikro dan Makro DM. Medica. 5 (24): 318-325.

Sompong, R., Siebenhandl-Ehn, S., Linsberger-Martin, G. dan Berghofer, E. 2011.


Physichemical And Antioxidative Propertise Of Red And Black Rice
Varieties From Thailand, China And Sri Lanka. Food Chemistry. 124:
132-140.

Suarsana, I-N., B.P. Priosoeryanto, M. Bintang dan T. Wresdiyati. 2010. Profil


Glukosa Darah Dan Ultrastruktur Sel Beta Pankreas Tikus Yang Diinduksi
Senyawa Aloksan. JITV 15(2): 118-123.
67

Sukandar,Y.E., Andrajati, R., Sigit, I.P., Adyana, K.I., Setiadi, P., Adji, A.,
Kusnandar. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan, 26-8.

Sukma, L.N., Zackiyah, dan Gumilar, G.G. 2010. Pengkayaan Asam Lemak Tak
Jenuh Pada Bekatul dengan Cara Fermentasi Padat Menggunakan
Aspergillus terreus. Jurnal Sains dan Teknologi Kimia. 1(1): 66-72.

Sumarsono, P., Wdjiati, dan Madyawati.S.P. 2014. Pengaruh Pemberian Ekstrak


Daun Sambiloto (Andrographis Paniculata Ness) Terhadap Gambaran
Histopatologi Sel Dalam Pulau Langerhans Pankreas Pada Tikus Putih
(Rattus Novergicus) Model Sistik Ovarium. Veterinaria Medika 7(2).

Sundaryono, A., Firdaus, M.L. Firdaus, S., Karyadi, B. 2016. Potensi Ekstrak Daun
Tanaman Betadin Untuk Meningkatkan Jumlah Trombosit Penderita DBD
Melalui Uji Terhadap Mus Musculus. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Sains (SNPS) 2016.

Susanto, D. 2011. Potensi Bekatul Sebagai Sumber Antioksidan Dalam Produk


Selai Kacang. Artikel penelitian.

Swastika, N. D. 2009. Stabilisasi Tepung Bekatul melalui Metode Pengukusan dan


Pengeringsan RAK Serta Pendugaan Umur Simpannya. Skripsi.
Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor. Jawa Barat.

Syafitri, S. 2016. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol dan Fraksi Bekatul Dengan
Metode 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil. Bogor: Biokimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.

Szkudelski, T. 2001, The Mechanism Of Alloxan And Streptozotocin Action In β


Cells Of The Rat Pancreas. Physiology Research, 50: 536-54.

Tazakori Z, Dehghan MH, Iranparvar M, Zare M, Foladi N, Mohmmadi R. 2007.


Effect Of Rice Brand Powder On B Glucose Levels And Serum Lipid
Parameters In Diabetes Patient II. Res J Biol Sci 2: 252-255.

Ulfa, S.M. 2016. Identifikasi Dan Uji Aktivitas Senyawa Antioksidan Dalam
Bekatul Dengan Menggunakan Variasi Pelarut. Skripsi. Malang:
Universitas Islam Negeri Malang.

Wanti, S. 2008. Pengaruh Berbagai Jenis Beras Terhadap Aktivitas Antioksidan


Pada Angkak Oleh monascues porporues. Skripsi.

Wardani, N.P. 2016. Uji Aktivias Antidiabtes Ekstrak Kering Biji Mahoni
Terstandar (Swietenia Mahagoni Jacq) Pada Mencit Yang Diinduksi
Aloksan. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga.

Widarta, I.W.R, Nocianitri K. A. Sari L.P.I.P. 2013. Ekstraksi Komponen Bioaktif


Bekatul Beras Lokal dengan Beberapa Jenis Pelarut. Jurnal Aplikasi
Teknologi Pangan. 2 (2).
68

Widowati, W. 2008. Potensi Antioksidan sebagai Antidiabetes. JKM, 7 (2): 1-9.

Widowati, L. Sadikin, M dan Wahjoedi, B. 2004. Aktivitas Antioksidan Ekstrak


Bijiklabet (Trigonellla Foenum-Graeucum L,): Pengukuran Kadar
Glutation Tkus Diabetes. Media Litbang Kesehatan, 14 (4).

Winarsi. 2007. Antioksidan Alami Dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisisus.

Windono, T., Soedirman, S., Yudawati, U., Ermawati, E., Srielia, Erowati, T.I.
2001. Uji Peredam Radikal Bebas Terhadap 1,1-Diphenyl-2-
Picrylhydrazyl (DPPH) Dari Ekstrak Kulit Buah dan Biji Anggur (Vitis
Vinfera L.) Probolinggo Biru Dan Bali. Artocarpus. 1: 34-44.

Wirawati, C.U dan Nirmagustina, D.E. Studi In Vivo Produk Sereal Dari Tepung
Bekatul dan Tepung Ubi Jalak Sebagai Pangan Fungsional. Jurnal
teknologi industri dan hasi pertanian. 14 (2).

Xu, Z., Hua, N., dan Godber, J. 2002. Rice And Rice Bran Oil In Functional Foods
Development. Louisiana Agriculture. 45(4):9-10.

Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam. 1993. Penapisan farmakologi,


pengujian fiokimia dan pengujian klinik. Jakarta: Yayasan Pengembangan
Obat Bahan Alam.

Zahra, F., Budhiarta, A.A.G dan Pangkahila, W. 2017. Pemberian Ekstrak Daun
Cincau (Mesona Palustris BL) Oral Meningkatkan Jumlah Sel Β Pankreas
dan Menurunkan Gula Darah Puasa Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus)
Jantan Galur Wistar Diabetes. Jurnal e-Biomedik (eBm), 5 (1).

Zubaidah, E dan Izzati, N.F. 2014. Efek Cuka Apel dan Cuka Salak terhadap
Penurunan Glukosa Darah dan Histopatologi Pankreas Tikus Wistar
Diabetes. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 28 (4).
LAMPIRAN

Lampiran 1. Rancangan Penelitian

Bekatul Preparasi Sampel Uji Kadar Air

Uji Aktivitas Antioksidan Ekstraksi Sampel

Pengkondisian lingkungan

Randomisasi mencit 5 kelompok

Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3


Kontrol Kontrol (D1) (D2) (D3)
Normal Positif (KP)
(KN) Mencit Mencit Mencit
Aloksan Diabetes + Diabetes + Diabetes +
CMC-Na 200 mg/Kg ekstrak ekstrak ekstrak
0,5% BB bekatul 350 bekatul 400 bekatul 500
mg/KgBB/ mg/KgBB/ mg/KgBB/
mencit/hari mencit/hari mencit/hari

Pengukuran kadar glukosa darah mencit pada hari


ke-0, 4,8, dan 15.

Pewarnaan HE (Hematoxylin-Eosin) dan


pengamatan histologi organ pankreas mencit

Analisis Data

69
70

Lampiran 2. Diagram Alir


2.1 Preparasi Sampel
Sampel bekatul

- Ditimbang 40 gram sampel bekatul


- Diayak dengan ayakan 40 mesh
- Dibungkus dengan alumunium foil
- Diinkubasi menggunakan oven selama 3 menit pada suhu 102°C
- Didinginkan pada suhu ruang
- Disimpan pada suhu 4°C

Hasil

2.2 Penentuan Kadar Air

Sampel bekatul

- Disiapkan cawan porselen dan di oven pada suhu 100-105 °C


sekitar 15 menit
- Disimpan cawan porselen dalam desikator selama 10 menit
- Ditimbang berat cawan porselen kosong hingga diperoleh
berat cawan yang konstan
- Ditimbang dan dimasukkan 5 gram sampel bekatul ke dalam
cawan porselen dan di oven pada suhu 100-105 °C sekitar 15
menit
- Didinginkan sampel dalam desikator selama 10 menit dan
ditimbang
- Diulang perlakuan ini hingga diperoleh berat konstan dan
kadar air ≤ 10%

Hasil
71

2.2 Ekstraksi Bekatul


Sampel bekatul 250 gram

- Direndam setiap 40 gram bekatul menggunakan pelarut etanol 96%


sebanyak 240 mL
- Dishaker selama 3 jam dan disaring menggunakan penyaring
vakum
- Ampas yang diperoleh dimaserasi kembali sebanyak dua kali
dengan perlakuan yang sama
- Diambil filtrat
- Filtrat bekatul dipekatkan dengan rotary evaporator dan dialiri
dengan gas N2
- Ekstrak pekat disimpan pada suhu 4°C
- Dihitung rendemen

Hasil

2.3 Uji Aktivitas Antioksidan

a. Penentuan panjang gelombang maksimum


Larutan DPPH 0,2 mM

- Diambil sebanyak 1 mL
- Ditambahkan etanol 95% 3 mL
- Dimasukkan dalam kuvet
- Diukur panjang gelombang maksimum dengan
spektrofotometer UV-Vis
Hasil
72

b. Pengukuran DPPH 0,2 mM


Larutan DPPH 0,2 mM

- Diambil 1 mL
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan etanol 95% 3 mL
- Diinkubasi pada suhu selama waktu kestabilan yang telah
didapatkan
- Dimasukkan ke dalam kuvet hingga penuh
- Diukur pada yang didapatkan dengan spektrofotometer UV-Vis

Ekstrak Bekatul

- Disiapkan tabung reaksi


- Dimasukkan 3 mL larutan sampel ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan DPPH 0,2mM sebanyak 1 mL
- Diinkubasi pada suhu selama waktu kestabilan yang telah
didapatkan
- Dimasukkan ke dalam kuvet hingga penuh
- Diukur pada yang didapatkan dengan spektrofotometer UV-Vis
- Dilakukan cara yang sama untuk vitamin C
- Dihitung nilai persen (%) aktivitas antioksidannya dengan
persamaan:
% Aktivitas Antioksidan
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 −𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙
× 100%

Hasil

2.4 Persiapan hewan coba


Hewan Coba

- Digunakan mencit (Mus Musculus L. ) BALB/C jantan umur


2-3 bulan dengan berat 20-30 g
- Dipelihara dalam kandang berukuran 20 x 30 x 40 cm yang
diberi allas serbuk kayu dan anyaman kawat sebagai penutup
- Diberikan makan dan minum setiap hari secara ad libitum

Hasil
73

2.5 Perlakuan Hewan Coba


20 ekor Hewan Coba

- Dipelihara dalam animal house Laboratorium Biologi UIN


Maulana Malik Ibrahim Malang
- Disamakan berat badannya
- Dibagi menjadi 5 kelompok
Ketentuan dari tiap-tiap kelompok adalah sebagai berikut:
a. Kelompok kontrol Normal (KN) kelompok tanpa induksi
aloksan dengan pemberian CMC-Na 0,5% secara peroral
b. Kelompok kontrol positif yang diinduksi aloksan dengan dosis
200 mg/KgBB dengan Pelarut NaCl 0,9% (KDM)
c. Kelompok kontrol ekstrak, yaitu mencit diabetes mellitus yang
diterapi ekstrak etanol bekatul dosis 350 mg/KgBB + CMC-
Na 0,5% secara peroral (KD1)
d. Kelompok kontrol ekstrak, yaitu mencit diabetes mellitus yang
diterapi ekstrak etanol bekatul dosis 400 mg/KgBB + CMC-
Na 0,5% secara peroral (KD2)
e. Kelompok kontrol estrak, yaitu mencit diabetes mellitus yang
diterapi ekstrak etanol bekatul dosis 500 mg/KgBB + CMC-
Na 0,5% secara peroral (KD3)

Hasil

2.6 Pengkondisian Mencit Diabetes Melitus

Mencit

- Diukur kadar glukosa darah dalam dalam darah sebagai kadar


glukosa awal
- Disemprotkan alkohol 70% pada bagian abdomen mencit
- Dicubit hingga terasa bagian ototnya
- Diinjeksidengan aloksan (200 mg/Kg BB) dibagian abdomennya
- Diinkubasi selama 3 hari
- Dipantau kadar glukosa darah mencit selama 5 hari menggunakan
glucometer untuk mengetahui kadar glukosa darah mencit diabetes
- Mencit sudah menjadi diabetes mellitus apabbila kadar glukosa
darahnya lebih dari 200 mg/dL

Hasil
74

2.7 Perlakuan Eksperimen

Mencit DM terapi

- Dijepit kepala mencit diantara jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri
dan diangkat
- Diposisikan dalam keadaan terlentang dan mulut terbuka
- Diambil ekstrak etanol bekatul dengan variasi dosis 350 mg/KgBB,
400 mg/KgBB dan 500 mg/KgBB menggunakan alat sonde
- Diterapikan ekstrak secara oral
- Dilakukan terapi setiap hari selama 14 hari

Hasil

2.8 Pengukuran Kadar Glukosa Darah

Mencit

- Diletakkan pada sungkup, ekor mencit dipegang dan diurut


- Dibersihkan dengan alkohol
- Dipotong ujung ekor
- Diambil darah dan diteteskan pada strip glukotest

Hasil

2.9 Pengambilan sampel dan pengujian Hematoxylin Eosin (HE)


2.9.1 Pengambilan sampel

Organ Pankreas

- Diambil organ pankreas dan dicuci


- Direndam dengan larutan formalin 10%
- Disimpan dalam wadah tertutup

Hasil
75

2.9.2 Pewarnaan Hematoxylin Eosin (HE)

Organ pankreas

- Difiksasi dengan menggunakan larutan netral buffer formalin 10%


- Dipotong dan dimasukkan ke daam tempat spesimen yang terbuat dari
plastik
- Dilakukan proses dehdrasi pada alkohol konsentrasi bertingkat yaitu
alkohol 70%, 80%, 90% alkohol absolut I, absolut II masing-masing
2 jam
- Dilakukan penjernihan dengan xylol
- Dicetak menggunkan paraffin sehingga sediaan tercetak di dalam blok-
blok praffin dan disimpan dalam lemari es
- Dipotong tipis blok-blok paraffin setebal 4-5μm mengunakan
mikrotom
- Diapungkkan hasil potongan dalam air hangat bersuhu 40-50ºC untuk
meregangkan agar jaringan tidak berlipat
- Diangkat dan diletakan dalam geas objek untuk dilakukan pewarnaan
- Diperiksa dibawah mikroskop Hematoxylin Eosin (HE)

Hasil
76

Lampiran 3. Perhitungan Pembuatan Larutan


3.1 Pembuatan Larutan

3.1.1 Larutan NaCl 0,5%

Kristal NaCl ditimbang sebanyak 0,9 g menggunakan neraca analitik dalam

gelas arloji, dimasukkan ke dalam beaker glass 50 mL untuk dilarutkan dengan ± 3

mL aquades. Aquades dialirkan pada gelas arloji (untuk mengambil sisa NaCl yang

terdapat pada gelas arloji). Dilakukan pengadukan dengan gelas pengaduk sampai

larut sempurna. Setelah larut sempurna, dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL

dengan menggunakan corong gelas dan ditambahkan aquades dengan

menggunakan pipet tetes hingga tanda batas dan dikocok hingga homogen.

3.1.2 Larutan Aloksan

Aloksan sebanyak 112 mg dilarutkan pada NaCl 0,9% sampai volumenya 20 mL,

selanjutnya divortex hingga homogen.

Dosis aloksan yang digunakan = 5,6 mg/20 gr BB

Jumlah aloksan yang dibutuhkan tiap injeksi: 5,6 mg x 20 = 112 mg

Keterangan: Angka 20 = jumlah volume larutan

Jadi, volume injeksi untuk tiap tikus adalah 1 mL.

3.1.3 Larutan CMC-Na 0,5%

Serbuk CMC-Na ditimbang sebanyak 0,25 g dengan menggunakan neraca analitik,

dimasukkan ke dalam beaker glass 50 mL dan dilarutkan dengan aquades hangat ± 25 mL

(dilarutkan pengadukan dengan spatula hingga larut sempurna). Setelah larut

semua, dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL dan ditandabataskan. Sehingga

diperoleh larutan CMC-Na 0,5% sebanyak 50 mL.


77

3.1.4 Larutan alkohol 70%, 80%, dan 90%

3.1.4.1 Pembuatan alkohol 70%

M1 x V 1 = M 2 x V 2
96% x V1 = 70% x 100 mL
V1 = 72,9 mL
V1 = 73 mL

Cara pembuatannya adalah diambil larutan alkohol 96% sebanyak 73 mL, kemudian

dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Selanjutnya ditambahkan aquades sampai tanda

batas dan dikocok hingga homogen.

3.1.4.2 Pembuatan alkohol 80%

M1 x V 1 = M 2 x V 2
96% x V1 = 80% x 100 mL
V1 = 83 mL

Cara pembuatannya adalah diambil larutan alkohol 96% sebanyak 83 mL, kemudian

dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Selanjutnya ditambahkan aquades sampai tanda

batas dan dikocok hingga homogen.

3.1.4.3 Pembuatan alkohol 90%

M1 x V 1 = M 2 x V 2
96% x V1 = 90% x 100 mL
V1 = 93,7 mL
V1 = 94 mL

Cara pembuatannya adalah diambil larutan alkohol 96% sebanyak 94 mL, kemudian

dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Selanjutnya ditambahkan aquades sampai tanda

batas dan dikocok hingga homogen.


78

3.1.4.4 Pembuatan Larutan Formalin 10%

M1 x V 1 = M 2 x V 2
37% x V1 = 10% x 100 mL
V1 = 13,513 mL
V1 = 13,52 mL

Cara pembuatannya adalah diambil larutan formalin 37% sebanyak 13,52 mL,

kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Selanjutnya ditambahkan aquades

sampai tanda batas dan dikocok hingga homogen.

3.1.5 Pembuatan Larutan DPPH 0,2 mM

DPPH 0,2 mM dalam 10 mL etanol 95%


Mr DPPH = 394,33 g/mol
0,2 𝑀
Mol DPPH = 10 mL x 0,2 mM = 10 x
1000 𝑚𝐿
= 0,002 mmol

Mg DPPH = 0,002 mmol x Mr DPPH

= 0,002 mmol x 394,33 g/mol

= 0,78866 mg

= 0,8 mg

Cara pembuatannya adalah ditimbang DPPH 0,8 mg, kemudian dilarutkan dan

ditandabataskan dengan etanol 95% dalam labu takar 10 mL dan dikocok hingga homogen.
79

Lampiran 4. Perhitungan Dosis


Tabel L.4.1 Konversi perhitungan dosis untuk hewan dan manusia berdasarkan

konversi Laurence & Bacharach (1964):

Hewan Mencit Tikus Marmut Kelinci Kucing Kera Anjing Manusia


dan BB 20 g 200 g 400 g 1,5 Kg 4 Kg 4 Kg 12 Kg 70 Kg
rata-rata

Mencit 1,0 7,0 12,29 27,8 28,7 64,1 124,2 387,9


20 g
Tikus 0,14 1,0 1,79 3,9 4,2 9,2 17,8 60,5
200 g
Marmut 0,06 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5
400 g
Kelinci 0,04 0,25 0,44 1,0 2,25 2,4 4,5 14,2
1,5 Kg
Kucing 4 0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0
Kg
Kera 4 0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1
Kg
Anjing 0,008 0,06 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1
12 Kg
Manusia 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,76 0,16 0,32 1,0
70 Kg

4.1 Dosis aloksan

Berdasarkan penelitian Sinata dan Arifin (2016) dosis aloksan yang digunakan

adalah 200 mg/KgBB yang merupakan konversi dari dosis aloksan untuk tikus

menjadi dosis aloksan untuk mencit.

Dosis aloksan untuk tikus adalah 200 mg/kgBB.

200 𝑚𝑔 200 𝑔 40 𝑚𝑔
Pada tikus 200 g = 𝑘𝑔𝐵𝐵
𝑥 1000 𝑔 = 200 𝑔𝐵𝐵

Faktor konversi dari tikus 200 g ke mencit 20 g adalah 0,14. Sehingga dosisnya

menjadi:

40 mg x 0,14 = 5,6 mg
80

4.2 Dosis Terapi

Dosis terapi yang digunakan mengacu pada penelitian Dwinani (2014)

yakni 350 mg/kgBB, 400 mg/kgBB dan 500 mg/kgBB. Namun Dwinani

menggunakan hewan coba tikus, sehingga dosis yang digunakan harus dikonversi

terlebih dahulu. Setiap variasi dosis terapi dilarutkan dalam 1 mL CMC-Na 0,5%

untuk 1x terapi terhadap 1 mencit.

4.2.1 Dosis 350 mg/KgBB

350 𝑚𝑔 200 𝑔 75 𝑚𝑔
Pada tikus 200 g= 𝑘𝑔𝐵𝐵
𝑥 1000 𝑔 = 200 𝑔𝐵𝐵

Faktor konversi dari tikus 200 g ke mencit 20 g adalah 0,14.

Sehingga dosisnya menjadi: 70 mg x 0,14 = 9,8 mg.

4.2.2 Dosis 400 mg/KgBB

400 𝑚𝑔 200 𝑔 80 𝑚𝑔
Pada tikus 200 g= 𝑘𝑔𝐵𝐵
𝑥 1000 𝑔 = 200 𝑔𝐵𝐵

Faktor konversi dari tikus 200 g ke mencit 20 g adalah 0,14.

Sehingga dosisnya menjadi: 80 mg x 0,14 = 11,2 mg.

4.2.3 Dosis 500 mg/KgBB

500 𝑚𝑔 200 𝑔 100 𝑚𝑔


Pada tikus 200 g= 𝑘𝑔𝐵𝐵
𝑥 1000 𝑔 = 200 𝑔𝐵𝐵

Faktor konversi dari tikus 200 g ke mencit 20 g adalah 0,14.

Sehingga dosisnya menjadi: 100 mg x 0,14 = 14 mg.


81

Lampiran 5. Perhitungan Uji Kadar Air


Berikut rumus perhitungan kadar air, yaitu:

(b-c)
Kadar air = x 100 %.
(b-a)

Keterangan : a = berat konstan cawan kosong


b = berat cawan + sampel sebelum dioven
c = berat konstan cawan + sampel setelah dikeringkan

Data Pengukuran Kadar Air Sampel Bekatul


1. Pengukuran berat cawan kosong
Cawan Berat cawan kosong (gram)
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-rata
1 54.259 54.259 54.259 54.259
2 49.822 49.822 49.822 49.822
3 55.769 55.769 55.769 55.769

2. Pengukuran berat cawan + sampel sebelum dioven


Sampel Berat cawan + sampel sebelum dioven (gram)
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-rata
1 58.850 58.853 58.856 58.853
2 54.404 54.393 54.399 54.398
3 60.358 60.361 60.364 60.361

3. Pengukuran berat cawan + sampel setelah dioven

Sampel Berat cawan + sampel setelah dioven (gram)


Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-rata
1 58.789 58.792 58.794 58.792
2 54.342 54.344 54.347 54.344
3 60.307 60.309 60.312 60.309
82

a. Kadar air ulangan ke 1

(b-c)
Kadar air = x 100 %
(b-a)

58.853 − 58.792
= × 100%
58.853 − 54.259
0.061
= × 100%
4.594

= 1.323 %

b. Kadar air ulangan ke 2


(b-c)
Kadar air = x 100 %.
(b-a)

54.398 − 54.344
= × 100%
54.398 − 49.822

0.054
= × 100%
4.576

= 1.18 %

c. Kadar air ulangan ke 3


(b-c)
Kadar air = x 100 %.
(b-a)

60.361 − 60.309
= × 100%
60.361 − 55.769

0.052
= × 100%
4.592

= 1.132 %

Kadar air rata-rata dari ulangan ke 1 sampai ulangan ke 3 adalah sebagai berikut:

1.323 % + 1.18 % + 1.132 %


Rata-rata kadar air =
3

= 1.211
83

Lampiran 6. Perhitungan Rendemen


Ekstrak etanol 96% Bekatul

Berat ekstrak pekat = 36,6335 gram

Berat sampel = 250 gram

berat ekstrak pekat


Rendemen = berat sampel
× 100%

36,6335 gram
= 250 gram
× 100%

= 14,6534 %
84

Lampiran 7. Pengujian Antioksidan


7.1 Hasil uji aktivitas antioksidan

 Ekstrak Etanol 96% Bekatul


Konsentrasi Absorbansi
%
Sampel
Kontrol 1 2 3 Rata-rata Antioksidan
(ppm)
10 0.6031 0.4685 0.4768 0.4658 0.4703 22.016
50 0.606 0.4239 0.4097 0.4255 0.4197 30.742
100 0.6044 0.3849 0.3950 0.3919 0.3906 35.374
150 0.6040 0.3640 0.3518 0.3481 0.3546 41.291
200 0.6050 0.3296 0.3271 0.3389 0.3318 45.140
400 0.6035 0.2102 0.2086 0.2040 0.2076 65.606
800 0.6032 0.0767 0.1241 0.1280 0.1096 81.830

 Asam Askorbat (Vitamin C)

Konsentrasi Absorbansi %
sampel (ppm) Kontrol Asam askorbat Antioksidan
10 0.6556 0.1309 80.033
50 0.4656 0.0513 88.982
100 0.4645 0.0315 93.218
150 0.4650 0.025 94.624
200 0.4640 0.0217 95.323
400 0.4637 0.0198 95.730
800 0.4639 0.0181 96.098

7.2 Hasil nilai IC50 menggunakan GraphPad Prism8

 Ekstrak etanol 96% bekatul


% Aktivitas
Antioksidan Global (shared)
Comparison of Fits Can't calculate
Null hypothesis Different curve for each data set
Alternative hypothesis One curve for all data sets
P value
Conclusion (alpha = 0.05) Models have the same DF
Preferred model Different curve for each data set
F (DFn, DFd)

Different curve for each data set


Best-fit values
Bottom = 0.000
85

Top = 100.0
LogIC50 2.269
HillSlope 0.6923
IC50 185.7
Span = 100.0
95% CI (profile likelihood)
LogIC50 2.046 to 2.499
HillSlope 0.3746 to 1.173
IC50 111.1 to 315.5
Goodness of Fit
Degrees of Freedom 5
R squared 0.8968
Sum of Squares 269.6
Sy.x 7.343
Constraints
Bottom Bottom = 0
Top Top = 100

One curve for all data sets


Best-fit values
Bottom = 0.000
Top = 100.0
LogIC50 2.269 2.269
HillSlope 0.6923 0.6923
IC50 185.7 185.7
Span = 100.0
95% CI (profile likelihood)
LogIC50 2.046 to 2.499 2.046 to 2.499
HillSlope 0.3746 to 1.173 0.3746 to 1.173
IC50 111.1 to 315.5 111.1 to 315.5
Goodness of Fit
Degrees of Freedom 5
R squared 0.8968 0.8968
Sum of Squares 269.6 269.6
Sy.x 7.343
Constraints
Bottom Bottom = 0
Top Top = 100
LogIC50 LogIC50 is shared
HillSlope HillSlope is shared

Number of points
# of X values 7
# Y values analyzed 7
86

Ekstrak Etanol 96% Bekatul


100

% Aktivitas Antioksidan
80

60

40

20

0
0 1 2 3 4
Log ppm

 Asam askorbat (Vitamin C)

% Aktivitas
antioksidan Global (shared)
Comparison of Fits Can't calculate
Null hypothesis Different curve for each data set
Alternative hypothesis One curve for all data sets
P value
Conclusion (alpha = 0.05) Models have the same DF
Preferred model Different curve for each data set
F (DFn, DFd)

Different curve for each data set


Best-fit values
Bottom = 0.000
Top = 100.0
LogIC50 -0.2147
HillSlope 0.4955
IC50 0.6100
Span = 100.0
95% CI (profile likelihood)
LogIC50 -0.5572 to 0.03474
HillSlope 0.4167 to 0.5805
IC50 0.2772 to 1.083
Goodness of Fit
Degrees of Freedom 5
R squared 0.9819
87

Sum of Squares 3.668


Sy.x 0.8565
Constraints
Bottom Bottom = 0
Top Top = 100

One curve for all data sets


Best-fit values
Bottom = 0.000
Top = 100.0
LogIC50 -0.2147 -0.2147
HillSlope 0.4955 0.4955
IC50 0.6100 0.6100
Span = 100.0
95% CI (profile likelihood)
LogIC50 -0.5572 to 0.03474 -0.5572 to 0.03474
HillSlope 0.4167 to 0.5805 0.4167 to 0.5805
IC50 0.2772 to 1.083 0.2772 to 1.083
Goodness of Fit
Degrees of Freedom 5
R squared 0.9819 0.9819
Sum of Squares 3.668 3.668
Sy.x 0.8565
Constraints
Bottom Bottom = 0
Top Top = 100
LogIC50 LogIC50 is shared
HillSlope HillSlope is shared

Number of points
# of X values 7
# Y values analyzed 7
88

Asam Askorbat
100

% Aktivitas antioksidan
95

90

85

80

75
0 1 2 3 4
log ppm
89

Lampiran 8. Data Kadar Glukosa Darah dan Uji Gambaran Histologi


Pankreas Mencit
8.1 Data Kadar Glukosa Darah

Kelompok Ulangan H0 H1 H15 Rata-rata H15

1 105 103 100


KN 2 117 120 108
3 83 79 74 84.4
4 64 64 56
1 72 600 470
KP 2 40 409 111
3 56 600 261 278,5
4 68 570 272
1 52 581 476
KD1 2 67 247 424
3 87 264 221 299,75
4 96 597 320
1 82 210 141
KD2 2 101 600 192
3 125 600 217 177,75
4 74 394 161
1 70 317 120
KD3 2 115 528 418
3 66 395 377 266,75
4 67 284 152

8.2 Jumlah Sel Pankreas

Mencit ke- Rata-rata ± SD


Perlakuan Total
1 2 3 4
Kontrol Normal 83 65 96 100 344 86 ± 15.77
Kontrol Positif 17 48 42 40 147 36,75 ± 13.60
Kontrol Dosis 1 30 30 40 44 144 36 ± 7.11
Kontrol Dosis 2 54 50 46 58 208 52 ± 5.16
Kontrol Dosis 3 78 38 42 44 202 50,5 ± 18.50
90

8.3 Hasil Uji Normalitas (Saphiro-wilk) Jumlah Sel Pankreas Mencit Dengan

Menggunakan SPSS 16.00

Tujuan : Untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal

Hipotesis : H0 : Data tidak terdistribusi normal

H1 : Data terdistribusi normal

α : 0,05

Penarikan kesimpulan: H0 diterima apabila nilai signifikansi ≤ 0,05

H0 ditolak apabila nilai signifikansi ≥ 0,05

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Perlakuan Statistic Df Sig. Statistic df Sig.


Jumlah_Sel_Pankreas Kontrol Normal .237 4 . .921 4 .544
Kontrol Positif .344 4 . .844 4 .207
Dosis 1 .300 4 . .838 4 .189
Dosis 2 .151 4 . .993 4 .972
Dosis 3 .387 4 . .754 4 .042
a. Lilliefors Significance Correction

Kesimpulan : Perlakuan 3 memiliki nilai signifikansi ≤ 0,05 sehingga H0 diterima


dan data tidak terdistribusi secara normal. Namun, pada perlakuan
yang lain memiliki nilai signifikansi ≥ 0,05 sehingga data terdistribusi
secara normal.
91

8.4 Hasil Uji Homogenitas Jumlah Sel Pankreas Mencit dengan Menggunakan

SPSS 16.00

Tujuan : Untuk mengetahui apakah kelima perlakuan mempunyai varian yang

sama

Hipotesis : H0 : Kelima perlakuan adalah sama

H1 : Kelima perlakuan adalah tidak sama

α : 0,05

Penarikan kesimpulan: H0 diterima apabila nilai signifikansi ≥ 0,05

H0 ditolak apabila nilai signifikansi ≤ 0,05

Test of Homogeneity of Variances

Jumlah_Sel_Pankreas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.579 4 15 .231

Kesimpulan : Nilai signifikansi > 0,05 sehingga H0 diterima dan kelima perlakuan
adalah sama.

8.5 Hasil Uji ANOVA Jumlah Sel Pankreas Mencit Dengan Menggunakan

SPSS 16.00

Tujuan : Untuk mengetahui apakah kelima perlakuan mempunyai rata-rata

yang sama

Hipotesis : H0 : Tidak ada pengaruh perlakuan terhadap jumlah sel pankreas

H1 : Ada pengaruh perlakuan terhadap jumlah sel pankreas

α : 0,05

Penarikan kesimpulan:
92

H0 diterima apabila nilai signifikansi ≥ 0,05 dan Fhitung ≤ FTabel

H0 ditolak apabila nilai signifikansi ≤ 0,05 dan Fhitung ≥ FTabel

ANOVA

Jumlah_Sel_Pankreas

Sum of Squares df Mean Square F Sig.


Between Groups 6586.000 4 1646.500 9.648 .000
Within Groups 2559.750 15 170.650

Total 9145.750 19
Kesimpulan: Nilai signifikansi ≤ 0,05 dan nilai Fhitung (9.648) ≥ FTabel 3,06. Sehingga
H0 ditolak dan terdapat pengaruh perlakuan terhadap jumlah sel pankreas.
Post Hoc Test

Jumlah_Sel_Pankreas

Duncan

Subset for alpha = 0.05

Perlakuan N 1 2

Dosis 1
4 36.0000

Kontrol Positif
4 36.7500

Dosis 3
4 50.5000

Dosis 2
4 52.0000

Kontrol Normal
4 86.0000

Sig.
.130 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa:


Perlakuan kontrol positif, dosis 1,2 dan 3 memiliki pengaruh namun tidak memiliki
perbedaan yang nyata. Namun, terlihat bahwa dosis 2 memiliki jumlah sel pankreas
yang lebih tinggi dibandingkan dosis 3 dan 1.
93

8.6 Koefisien Keragaman

SK Db JK KT F Sig.
Perlakuan 4 6586.000 1646.500 9.648 .000
Galat 15 2559.750 170.650
Total 19 9145.750
√𝑲𝑻𝒈𝒂𝒍𝒂𝒕
KK = 𝒀
× 100%
√𝟏𝟕𝟎,𝟔𝟓𝟎
= 𝟓𝟐,𝟐𝟓
× 100%

= 25 %

8.7 Hubungan Rata-rata Kadar Glukosa Darah dengan Jumlah Sel Pankreas
Kelompok Kadar Glukosa Jumlah Sel
Perlakuan Darah Pankreas
KN 84.4 86
KP 278.5 36.75
KD1 299.75 36
KD2 177.75 52
KD3 266.75 50.5

Rata-rata Kadar Glukosa Darah


dan Jumlah Sel Pankreas
Kadar Glukosa Darah (mg/dL) dan Sel

299,75
278,5 266,75
300
250
177,75
Pankreas (Buah)

200
150
84,4 86
100 52 50,5
36,75 36
50
0
KN KP KD1 KD2 KD3
Perlakuan

Kadar glukosa darah jumlah sel pankreas


94

Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian


9.1 Dokumentasi Penelitian

Bekatul Kasar Bekatul Halus Bekatul Kering

Preparasi Ekstraksi Ekstraksi Penyaringan

Filtrat Bekatul Rotary Evaporator Ekstrak Bekatul


95

Larutan DPPH 0,2 mM Mencit Putih Terapi Ekstrak Bekatul

Pengukuran KGD Dislokasi Leher Preparasi pembedahan

Organ Mencit Pewarnaan HE Preparat dan Pengamatan Histologi


96

9.2 Dokumentasi Hasil penelitian

9.2.1 Uji Antioksidan

Blanko dan Kontrol Asam Askorbat (Vit.C) Sampel 10 dan 50 ppm

Sampel 100 dan 150 ppm Sampel 200 dan 400 ppm Sampel 800 ppm

9.2.2 Hasil Pengamatan Histologi

Normal U1 Normal U2
97

Normal U3 Normal U4

Positif U1 Positif U2

Positif U3 Positif U4
98

Dosis 1 U1 Dosis 1 U2

Dosis 1 U3 Dosis 1 U4

Dosis 2 U1 Dosis 2 U2
99

Dosis 2 U3 Dosis 2 U4

Dosis 3 U1 Dosis 3 U2

Dosis 3 U3 Dosis 3 U4
100

Lamdha Maks DPPH


Tanggal Analisa : 06 Juni 2018

Scan Analysis Report

Report Time : Wed 06 Jun 02:05:20 PM 2018

Method:

Batch: D:\Khalimatul Ulyah\Lamdha Maks DPPH (06-06-2018).DSW

Software version: 3.00(339)

Operator: Rika

Sample Name: DPPH


Collection Time 6/6/2018 2:05:55 PM

Peak Table

Peak Style Peaks

Peak Threshold 0.0100

Range 800.0nm to 400.0nm

Wavelength (nm) Abs

________________________________

514.9 0.241
101

Absorbansi DPPH Sampel Vitamin C


Tanggal Analisa : 07 Agustus 2018

Advanced Reads Report

Report time 8/7/2018 3:44:26 PM

Method

Batch name D:\Khalimatul Ulyah\Absorbansi DPPH Sampel

Vitamin C (07-08-2018).BAB

Application Advanced Reads 3.00(339)

Operator Rika

Instrument Settings
Instrument Cary 50

Instrument version no. 3.00

Wavelength (nm) 514.9

Ordinate Mode Abs

Ave Time (sec) 0.1000

Replicates 3

Sample averaging OFF

Comments:

Zero Report

Read Abs nm

________________________________________________

Zero (0.0957) 514.9

Analysis
Collection time 8/7/2018 3:44:26 PM
102

Sample F Mean SD %RSD Readings

____________________________________________________________

Kontrol 0.6560

0.6561

0.6556 0.0007 0.11 0.6548

10 ppm 0.1302

0.1310

0.1309 0.0006 0.46 0.1314

Kontrol 0.4651

0.4658

0.4656 0.0005 0.10 0.4660

50 ppm 0.0511

0.0515

0.0513 0.0002 0.41 0.0514

Kontrol 0.4646

0.4646

0.4645 0.0001 0.03 0.4643

100 ppm 0.0315

0.0315

0.0315 0.0000 0.11 0.0316

Kontrol 0.4646

0.4653

0.4650 0.0003 0.07 0.4650

150 ppm 0.0251

0.0248

0.0250 0.0002 0.70 0.0251

Kontrol 0.4639

0.4639

0.4640 0.0002 0.03 0.4641


103

200 ppm 0.0217

0.0218

0.0217 0.0000 0.08 0.0217

Kontrol 0.4639

0.4636

0.4637 0.0001 0.03 0.4636

400 ppm 0.0197

0.0199

0.0198 0.0001 0.41 0.0198

Kontrol 0.4640

0.4639

0.4639 0.0001 0.01 0.4639

800 ppm 0.0181

0.0181

0.0181 0.0000 0.19 0.0181

Results Flags Legend


R = Repeat reading
104

Absorbansi DPPH Sampel Ekstrak Bekatul


Tanggal Analisa : 31 Agustus 2018

Advanced Reads Report

Report time 8/31/2018 1:39:57 PM

Method

Batch name D:\Khalimatul Ulyah\Absorbansi DPPH Sampel

Ekstrak Bekatul (31-08-2018).BAB

Application Advanced Reads 3.00(339)

Operator Rika

Instrument Settings
Instrument Cary 50

Instrument version no. 3.00

Wavelength (nm) 514.9

Ordinate Mode Abs

Ave Time (sec) 0.1000

Replicates 3

Sample averaging OFF

Comments:

Zero Report

Read Abs nm

________________________________________________

Zero (0.1091) 514.9

Analysis
Collection time 8/31/2018 1:39:57 PM

Sample F Mean SD %RSD Readings


105

____________________________________________________________

Kontrol 0.6065

0.6002

0.6031 0.0032 0.53 0.6025

10 ppm U1 0.4681

0.4685

0.4685 0.0004 0.08 0.4688

Kontrol 0.6044

0.6038

0.6038 0.0005 0.09 0.6033

10 ppm U2 0.4780

0.4765

0.4768 0.0010 0.22 0.4760

Kontrol 0.6027

0.6026

0.6026 0.0001 0.02 0.6025

10 ppm U3 0.4659

0.4662

0.4658 0.0005 0.10 0.4653

Kontrol 0.6088

0.6094

0.6092 0.0003 0.05 0.6094

50 ppm U1 0.4241

0.4241

0.4239 0.0003 0.08 0.4235

Kontrol 0.6043

0.6042

0.6045 0.0004 0.07 0.6049


106

50 ppm U2 0.4096

0.4098

0.4097 0.0001 0.03 0.4098

Kontrol 0.6047

0.6043

0.6044 0.0003 0.04 0.6043

50 ppm U3 0.4252

0.4255

0.4255 0.0003 0.06 0.4257

Kontrol 0.6050

0.6054

0.6053 0.0002 0.04 0.6055

100 ppm U1 0.3850

0.3847

0.3849 0.0002 0.04 0.3850

Kontrol 0.6041

0.6037

0.6041 0.0005 0.08 0.6046

100 ppm U2 0.3947

0.3942

0.3950 0.0010 0.24 0.3960

Kontrol 0.6035

0.6039

0.6039 0.0004 0.07 0.6043

100 ppm U3 0.3923

0.3916

0.3919 0.0004 0.10 0.3917

Kontrol 0.6031
107

0.6026

0.6030 0.0003 0.05 0.6032

150 ppm U1 0.3643

0.3640

0.3640 0.0003 0.09 0.3637

Kontrol 0.6038

0.6044

0.6043 0.0004 0.07 0.6047

150 ppm U2 0.3518

0.3519

0.3518 0.0001 0.03 0.3518

Kontrol 0.6044

0.6048

0.6048 0.0004 0.07 0.6052

150 ppm U3 0.3483

0.3478

0.3481 0.0003 0.08 0.3483

Kontrol 0.6045

0.6046

0.6045 0.0001 0.01 0.6044

200 ppm U1 0.3298

0.3295

0.3296 0.0001 0.04 0.3296

Kontrol 0.6041

0.6037

0.6037 0.0004 0.06 0.6033

200 ppm U2 0.3269

0.3272
108

0.3271 0.0002 0.06 0.3273

Kontrol 0.6072

0.6070

0.6068 0.0005 0.08 0.6063

200 ppm U3 0.3371

0.3381

0.3389 0.0022 0.66 0.3414

Kontrol 0.6040

0.6042

0.6041 0.0001 0.01 0.6041

400 ppm U1 0.2102

0.2101

0.2102 0.0002 0.09 0.2104

Kontrol 0.6036

0.6032

0.6034 0.0002 0.03 0.6033

400 ppm U2 0.2086

0.2084

0.2086 0.0001 0.06 0.2087

Kontrol 0.6032

0.6030

0.6032 0.0003 0.05 0.6035

400 ppm U3 0.2043

0.2033

0.2040 0.0006 0.31 0.2045

Kontrol 0.6035

0.6034

0.6033 0.0003 0.05 0.6029


109

800 ppm U1 0.0762

0.0773

0.0767 0.0006 0.72 0.0766

Kontrol 0.6032

0.6037

0.6033 0.0003 0.05 0.6031

800 ppm U2 0.1239

0.1243

0.1241 0.0002 0.17 0.1242

Kontrol 0.6029

0.6031

0.6030 0.0001 0.02 0.6030

800 ppm U3 0.1282

0.1276

0.1280 0.0003 0.25 0.1282

Results Flags Legend


R = Repeat reading
110

Anda mungkin juga menyukai