Tugas Resume Formulasi Kebijakan Publik
Tugas Resume Formulasi Kebijakan Publik
Tugas Resume Formulasi Kebijakan Publik
PROGRAM STUDI S2
ADMINISTRASI PUBLIK
KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PERSPEKTIF
TEORITIS
A. Formulasi Kebijakan
Dimana :
O Top Down-Approach : Pendekatan dari atas ke bawah
O Bottom Up-Approach : Pendekatan dari bawah ke atas
O Integrated-Approach : Pendekatan yang terpadu
TBI-Approach ini sebagai model pendekatan dalam perspektif lokal
ke-Indonesia-an, setelah mengkaji berbagai model formulasi kebijakan,
maka penulis mencoba menawarkan model TBI-Approach ini.
Untuk menghasilkan produk kebijakan publik yang memiliki : (i)
keberterimaan publik, (ii) daya dukung masyarakat, dan (iii)
keberlanjutan yang handal, maka membutuhkan pendekatan yang
terpadu (Integrated-Approach) sebagai upaya mewujudkan : (i)
Sinergisitas, dan (ii) Kemitraan yang bermakna, dan tentunya hal ini
bisa tercapai ketika terjadi pertemuan ideal antara Top Down-Approach
dan Bottom Up-Approach.
a. Dimensi Top Down-Approach
Dalam dimensi ini eksistensi Government (penyelenggara
pemerintahan daerah) yaitu: Eksekutif dan Legislatif, sebagaimana
ditegaskan dalam UU Nomor 23 Tahun 2014 pasal 57 bahwa :
“Penyelenggara Pemerintahan Daerah provinsi dan kabupaten/kota
terdiri atas kepala daerah dan DPRD dibantu oleh Perangkat Daerah”.
Tegaslah, bahwa pemerintah dimaksud disini adalah Kepala Daerah
(Eksekutif) dan DPRD (Legislatif).
Sebagai intitusi yang didalamnya terdapat public figur yang dalam
kapasitas elitnya berada dalam level sebagai Top Leader, yang secara
faktapun sebagai regulator kebijakan, maka tidak dapat dipungkiri
kenyataannya masih terjebak pada pendekatan Top Down (Top
Down-Approach), namun demikian sebagai pemerintah sudah
seharusnya tampil sebagai figur yang memiliki : (i) sikap keteladanan,
(ii) jiwa yang menjunjung tinggi konsistensi,
(iii) komitmen terhadap kepentingan rakyat, dan (iv) Mindset
(perubahan pola pikir yang lebih positif)
b.Dimensi Bottom Up-Approach
Dimensi ini menjelaskan tentang eksistensi dari Private Sector
(kalangan Enterpreneur) dan Civil Society (masyarakat sipil), yang
secara praktik adalah : (i) kalangan perguruan tinggi/akademisi, (ii)
aktivis Non Government Organization atau LSM yang benar-benar
independent dan kredibel, (iii) insan pers, dan (iii) komunitas
masyarakat lainnya.
Dalam kapasitasnya Civil Society bagaimana dapat tergugah dalam
meningkatkan : (i) partisipasi, (ii) sebagai pihak yang selalu berada di
garda terdepan dalam menunjukkan ekspektasi nyata terhadap
kebijakan pemerintah, (iii) yang tidak kalah pentingnya adalah upaya
kalangan Civil Society dalam mempengaruhi kebijakan sekaligus
mendobrak dan melakukan penolakan (resistensi) terhadap setiap
kebijakan publik pemerintah yang tidak berpihak kepada Civil Society,
dan (iv) tingkat pendidikan (edukasi) masyarakat dalam memahami
dan mengetahui betapa pentingnya keterlibatan masyarakat dalam
setiap sendi kehidupan masyarakat.
c. Dimensi Integrated-Approach
Dimensi ini menegaskan bahwa formulasi kebijakan publik untuk
menjadi sebuah produk kebijakan publik yang terterima dan memiliki
daya dukung serta akan berlanjut pada tahapan berikutnya adalah, jika
secara ideal bertemunya level Top Down-Approach dengan Bottom Up-
Approach yang hasilnya terwujudnya pendekatan yang terpadu
(Integrated-Approach), yang dalam hal ini terciptanya sinergitas,
kemitraan dan kesetaraan antara Government dengan Civil Society
dalam merumuskan dan melahirkan produk kebijakan, yang pada
muara akhirnya kembali kepada publik, dan jika keterpaduan itu
terwujud maka dipastikan pula setiap produk kebijakan publik akan
terterima dan beroleh dukungan secara berkelanjutan dari masyarakat
secara luas. Dan yang tentunya pula haruslah disadari bahwa dalam
proses perumusan kebijakan publik melalui model TBI-Approach,
sampai melahirkan produk kebijakan publik yang ideal, dipastikan
berada pada lingkungan global maupun lingkungan mikro sebagai
sistem dan sub sistem yang tidak bisa terhindarkan dalam proses
formulasi kebijakan publik yang se ideal apapun.
Tegasnya, bahwa Model TBI-Approach lebih menekankan bahwa tidak
pada tempatnya lagi di era demokratisasi saat ini, jika pemerintah
masih mengandalkan pendekatan Top Down (Top Down-Approach)
dalam merumuskan setiap kebijakan, tapi seharusnya memberikan
ruang gerak yang lebih leluasa lagi untuk tumbuh berkembanganya
daya dukung dan partisipasi aktif dari kalangan private sector dan civil
society melalui pendekatan bottom up (Bottom Up-Approach), sehingga
secara ideal pula kedua level ini akan mewujudkan pendekatan yang
terpadu bersinergitas dalam kemitraan dan kesetaraan yang kokoh
(Integrated-Approach), dalam kerangka merumuskan dan melahirkan
produk kebijakan publik yang memiliki keberterimaan publik, dan
beroleh dukungan yang kuat dari masyarakat serta dijamin
keberlanjutan kebijakanuntuk kemaslahatan rakyat itu sendiri.
Dalam rangkaian proses dan tahapan Model TBI-Approach semestinya
memperhatikan apa yang menjadi Inputs, Process, Outputs, dan
Outcomes, demikian juga pengaruh langsung atau tidak langsung dari
Lingkungan Mikro dan
Lingkungan Global.