Sistem Akutansi Dalam Menghitung Unit Cost

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 31

1

SISTEM AKUTANSI DALAM MENGHITUNG UNIT COST


PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Manajemen Pembiayaan PI”
Dosen Pengampu: Dr. H. Mulyono, M.Ag

Disusun Oleh :
Ali Makinudin
NIM: 18710014

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2019
KATA PENGANTAR
2

Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Sholawat serta salam semoga
dilimpahkan kepada Rasulullah SAW. Kami bersyukur kepada illahi Robbi yang
telah memberikan hidayah serta taufik-nya kepada kami sehingga makalah yang
berjudul “Manajemen Pembiayaan PI” dapat terselesaikan.
Dalam Penyusunan makalah ini, kami mendapatkan bantuan dari beberapa
pihak, untuk itu pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada :
1. Allah swt yang telah memberi rahmat dan karunia kepada kita, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
2. Bapak Dr. H. Mulyono, M.Ag, Selaku dosen pengajar yang telah banyak
membimbing dan memberi petunjuk kepada kami.
3. Pihak pengelola perpustakaan dan temen-teman yang telah menyediakan
dan meminjamkan buku-buku tentang ilmu kepesantrenan.
Kami menyadari bahwa penulis makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis sangat mengharapkan Kritik dan Saran dari pembaca yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua. Amien.

Malang, 30 Maret 2019

Penulis

DAFTAR ISI
3

HALAMAN JUDUL................................................................................ I
KATA PENGANTAR............................................................................. II
DAFTAR ISI............................................................................................ III
DAFTAR GAMBAR............................................................................... IV

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 3
C. Tujuan Masalah ............................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Sistem akutansi dalam manajemen keuangan................................ 4
B. Sistem akutansi dalam menghitung Unit Cors.............................. 7
keuangan pendidikan
C. Perhitungan Unit Cors per-siswa di lembaga pendidikan............ 11

BAB III KESIMPULAN......................................................................... 17


DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 18
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan,
penganggaran, pemeriksaan, pengolahan, pengendalian, pencarian dan
penyimpanan dana yang dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan.
Sedangkan implementasinya di sekolah, manajemen keuangan merupakan
salah satu subtansi manajemen sekolah yang akan turut menentukan
berjalannya kegiatan pendidikan di sekolah. Sebagaimana yang terjadi di
subtansi manajemen pendidikan pada umumnya, kegiatan manajemen
keuangan dilakukan melalui proses perencanaan, pengoordinasian,
pengawasan atau pengendalian.1 Sekolah harus menggunakan dana dengan
seefektif dan seefisien mungkin demi peningkatan pelayanan dan kualitas
pendidikan sekolah. Hal tersebut dapat dicapai apabila sekolah mampu
mengidentifikasi permasalahan perhitungan biaya di sekolah, baik tingkat
dasar maupun sekolah tingkat lainnya.
Berbicara mengenai kualitas pendidikan tidak akan terlepas dari
bagaimana pengelolaan administrasi pendidikan itu sendiri. Pengelolaan
administrasi pendidikan yang baik, efektif, dan dilakukan dengan
perencanaan yang matang akan sangat mendukung kelancaran proses
pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan. Oleh sebab itu, masalah
pengelolaan administrasi pendidikan merupakan masalah yang perlu
diperhatikan demi kelancaran pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan dan
untuk mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan pendidikan itu sendiri.
Analisis pembiayaan pendidikan merupakan salah satu alat yang
potensial dan kompeten untuk membantu administrator pendidikan melihat
secara lebih jelas berbagai alternatif dan “trade-offs” yang mungkin terjadi,

1
Mohamad Mustari, Manajemen Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014. Hal
163.
5

serta untuk mengidentifikasi keuntungan dan kemungkinan pelaksanaan


pembiayaan pendidikan.2 Melalui analisis pembiayaan, dapat diungkap
permasalahan pemborosan dan inefisiensi internal berikut alternatif
kemungkinan cara mengatasinya, serta memberikan saran cara untuk
meningkatkan produktivitas eksternal dan keuntungan pendidikan, baik bagi
individu maupun masyarakat melalui investasi pendidikan yang terarah.
Oleh sebab itu, analisis pembiayaan pendidikan sangat perlu
dilakukan oleh para administrator pendidikan. 3
menyatakan bahwa dalam
konsep pendidikan dasar ada dua hal penting yang perlu dikaji atau
dianalisis, yaitu biaya pendidikan secara keseluruhan (total cost) dan biaya
satuan per siswa (unit cost). Namun pada makalah ini fokus pada biaya
satuan per siswa (unit cost) terkait besarnya biaya satuan (unit cost)
pelayanan pendidikan yang sebenarnya memiliki jumlah cukup tinggi dan
tidak hanya dibebankan kepada orang tua/wali siswa, namun juga
ditanggung oleh pemeritah melalui bantuanoperasional sekolah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem akutansi dalam manajemen keuangan?
2. Bagaimana sistem akutansi dalam menghitung Unit Cors keuangan
pendidikan?
3. Bagaimana perhitungan Unit Cors per-siswa di lembaga pendidikan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sistem akutansi dalam manajemen keuangan?
2. Untuk mengetahui akutansi dalam menghitung Unit Cors keuangan
pendidikan?
3. Untuk mengetahui Unit Cors per-siswa di lembaga pendidikan?

2
Muljani. Dilema Kebijakan Pendanaan Pendidikan. Yogyakarta: Nurhadi Center, 2013.
Hal 16-17.
3
Nanang Fattah. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009. Hal 24.
6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem akutansi dalam Manajemen Keuangan.


Akuntan manajemen bertanggungjawab untuk mengidentifikasi,
mengumpulkan, mengukur, menganalisis, menyiapkan, menafsirkan, dan
mengkomunikasikan informasi yang dibutuhkan oleh manajemen untuk
pengambilan keputusan. Kualitas informasi akuntansi yang dihasilkan akan
mempengaruhi kualitas dari proses manajemen. Tanggungjawab tersebut
terangkum dalam fungsi perencanaan, pengevaluasian, pengendalian,
pertanggungjawaban sumberdaya, dan pelaporan eksternal. Akuntan
manajemen berfungsi sebagai penyedia informasi akuntansi yang
bermanfaat untuk pengelolaan aktivitas manajemen. Untuk itu akuntan
manajemen biasanya terlibat secara langsung dalam proses manajemen
sebagai anggota penting dari tim manajemen.4
Dalam rangka melaksanakan perannya tersebut, akuntan
manajemen terikat oleh kode etik akuntan. Kode etik akuntan berfungsi
sebagai alat kendali bagi akuntan manajemen dalam melaksanakan tugas
dan kewajibannya. Nilai-nilai dasar yang dijadikan dasar penentuan standar
etika bagi akuntan antara lain: kejujuran, integritas, komitmen terhadap
janji, kesetiaan, keadilan, kepedulian terhadap sesama, penghargaan
terhadap orang lain, dan tanggung jawab.5
Sebagai sebuah sistem, Akuntansi Manajemen mempunyai 2 (dua)
unsur penting yaitu : struktur dan proses. Struktur terkait dengan siapa dan
bagian apa yang terlibat dalam sistem, sedangkan proses terkait dengan
bagaimana sistem tersebut dijalankan. Secara konvensional rancangan
Sistem Akuntansi Manajemen terbatas pada informasi keuangan internal

4
Supriyono, RA. Akuntansi Manajemen I: Konsep Dasar Akuntansi Manajemen dan
Proses Perencanaan. Yogyakarta: . Edisi 1, Cetakan Ke-2. BPFE, 1991.
5
Sugiri, S; Sulastiningsih. Akuntansi Manajemen: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Edisi
ke-3. UPP AMP YKPN, 2004.
7

yang berorientasi historis. Tetapi meningkatnya peran Sistem Akuntansi


Manajemen untuk membantu manajer dalam pengarahan dan pemecahan
masalah telah mengakibatkan perubahan dari Sistem Akuntansi Manajemen
untuk memasukkan data eksternal dan non-keuangan dan informasi yang
berorientasi yang akan datang.
Sistem Akuntansi Manajemen merupakan sistem yang
menghasilkan output dengan menggunakan input tertentu dan
memprosesnya untuk mencapai tujuan manajemen. Suatu proses dapat
dijelaskan oleh aktivitas seperti pengumpulan (collecting), pengukuran
(measuring), penyimpanan (storing), analisa (analysis), pelaporan
(reporting), dan pengelolaan (managing) informasi. Sedangkan output dapat
berupa laporan khusus, biaya produk, biaya pelanggan, anggaran, laporan
kinerja, dan bahkan komunikasi personal. Sistem Akuntansi Manajemen
tidak terikat oleh suatu kriteria formal yang menjelaskan sifat dari input atau
proses dan output. Kriteria tersebut fleksibel dan berdasarkan pada tujuan
yang hendak dicapai.
Menurut Chenhall dan Morris terdapat empat karakteristik
informasi Sistem Akuntansi Manajemen yaitu sebagai berikut:6
1. Ruang Lingkup (scope)
Di dalam sistem informasi, broad scope (lingkup luas) mengacu
pada dimensi fokus, kuantifikasi, dan horison waktu. Sistem
Akuntansi Manajemen tradisional memberikan informasi yang
terfokus pada peristiwa-peristiwa dalam organisasi, yang
dikuantifikasi dalam ukuran moneter, dan yang berhubungan dengan
data historis. Lingkup Sistem Akuntansi Manajemen yang luas
memberikan informasi yang berhubungan dengan lingkungan
eksternal mungkin bersifat ekonomi seperti Gross National Product,
total penjualan pasar, dan pangsa pasar suatu industri, atau mungkin

6
Muslichah. Pengaruh Tehnologi Informasi, Saling Ketergantungan, Karakteristik Sistem
Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial. Semarang: Prosiding Simposium Nasional
Akuntansi V. FE Universitas Diponegoro, 2002. Hal 790 – 803
8

juga bersifat non ekonomi seperti faktor demografi, cita rasa


konsumen, tindakan para pesaing dan perkembangan tehnologi.
Lingkup Sistem Akuntansi Manajemen yang luas mencakup
ukuran non moneter terhadap karakteristik lingkungan eksternal.
Disamping itu, lingkup Sistem Akuntansi Manajemen yang luas akan
memberikan estimasi tentang kemungkinan terjadinya peristiwa di
masa yang akan datang di dalam ukuran probabilitas.
2. Tepat Waktu (Timelines)
Kemampuan para manajer untuk merespon secara cepat
terhadap suatu peristiwa kemungkinan dipengaruhi oleh timelines
Sistem Akuntansi Manajemen. Informasi yang tepat waktu
meningkatkan fasilitas Sistem Akuntansi Manajemen untuk
melaporkan peristiwa paling akhir dan untuk memberikan umpan
balik secara cepat terhadap keputusan yang telah dibuat. Jadi tepat
waktu mencakup frekuensi pelaporan dan kecepatan pelaporan.
Timing informasi menunjuk kepada jarak waktu antara permintaan dan
tersedianya informasi dari Sistem Akuntansi Manajemen ke pihak
yang meminta.
3. Agregasi (Aggregation)
Sistem Akuntansi Manajemen memberikan informasi dalam
berbagai bentuk agregasi yang berkisar dari pemberian bahan dasar,
data yang tidak diproses hingga berbagai agregasi berdasarkan periode
waktu atau area tertentu, misalnya pusat pertanggungjawaban atau
fungsional. Tipe agregasi yang lain mengacu pada berbagai format
yang konsisten dengan model keputusan formal seperti analisis cash
flow yang didiskontokan untuk anggaran modal, simulasi dan
programasi linier untuk penerapan anggaran, analisis biaya-volume-
laba, dann model pengendalian persediaan. Dalam perkembangan
terakhir, agregasi informasi merupakan penggabungan informasi
fungsional dan temporal seperti area penjualan, pusat biaya,
9

departemen produksi dan pemasaran, dan informasi yang dihasilkan


secara khusus untuk model keputusan formal.
4. Integrasi (Integration)
Aspek pengendalian suatu organisasi yang penting adalah
koordinasi berbagai segmen dalam sub-sub organisasi. Karakteristik
Sistem Akuntansi Manajemen yang membantu koordinasi mencakup
spesifikasi target yang menunjukan pengaruh interaksi segmen dan
informasi mengenai pengaruh keputusan pada operasi seluruh sub unit
organisasi. Informasi yang terintegrasi dari Sistem Akuntansi
Manajemen dapat digunakan sebagai alat koordinasi antar segmen dari
sub unit dan antar sub unit. Kompleksitas dan saling ketergantungan
antar sub unit akan direfleksikan dalam informasi yang terintegrasi
dari Sistem Akuntansi Manajemen.

Sedangkan tujuan dari sistem akuntansi manajemen adalah:7


1. Untuk menyediakan informasi yang digunakan dalam perhitungan
biaya jasa, produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen.
2. Untuk menyediakan informasi yang digunakan dalam perencanaan,
pengendalian, dan pengevaluasian.
3. Untuk menyediakan informasi yang berguna dalam pengambilan
keputusan.
Ketiga tujuan ini mengungkapkan bahwa manajer dan pengguna
lainnya membutuhkan informasi akuntansi manajemen dan perlu
mengetahui bagaimana cara menggunakannya. Informasi akuntansi
manajemen dapat membantu manajer mengidentifikasi suatu masalah,
menyelesaikan masalah, dan mengevaluasi kinerja (informasi akuntansi
dibutuhkan dan digunakan dalam semua lingkup manajemen, meliputi
perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan). Selain itu,

7
Hansen, Don R & Marianne Mowen. Management Accounting. New York: Fourth
Edition. John Wiley & Sons, 1997.
10

kebutuhan akan informasi tidak terbatas hanya pada organisasi manufaktur,


tetapi juga perusahaan dagang dan jasa.
B. Sistem Kwitansi dalam Menghitung Unit Cors Keuangan Pendidikan.
Biaya satuan per siswa adalah biaya rata-rata per siswa yang dihitung
dari total pengeluaran sekolah dibagi seluruh siswa yang ada di sekolah
(enrollment) dalam kurun waktu tertentu. 8 Sedangkan konsep biaya satuan
adalah menunjuk kepada jumlah biaya rutin yang dihabiskan setiap siswa
selama satu tahun ajaran.9 Biaya satuan dapat disebut biaya pendidikan
untuk satu siswa dalam satu tahun pada jenjang pendidikan tertentu. biaya
unit per anak didik dihitung dengan menghitung jumlah biaya berulang atau
recurent cost tanpa menghitung jumlah biaya modal (capital cost) karena
menghitung ratio antara jumlah capital cost dengan jumlah pendaftaran
dalam tahun tersebut tidak akan banyak berguna.10
Biaya satuan per murid (unit cost) merupakan ukuran yang
menggambarkan seberapa besar uang yang dialokasikan ke sekolah-sekolah
secara efektif untuk biaya satuan ini diperoleh dengan memperhitungkan
jumlah murid pada masing-masing sekolah, maka ukuran biaya satuan
dianggap standar dan dapat dibandingkan antara sekolah satu dengan
sekolah lainnya.11 Konsep biaya satuan menunjuk kepada biaya rutin yang
dihabiskan setiap siswa selama satu tahun ajaran. Biaya satuan biasanya
dihitung untuk suatu sistem pendidikan secara keseluruhan, atau dilakukan
hanya untuk satu jenjang pendidikan tertentu.
Biaya satuan per murid (unit cost) merupakan ukuran yang
menggambarkan seberapa besar uang yang dialokasikan ke sekolah-sekolah
secara efektif untuk kepentingan murid dalam menempuh pendidikan.12
Biaya satuan ini diperoleh dengan memperhitungkan jumlah murid pada
8
Nanang Fattah. Op.cit . Hal 26
9
Matin. Perencanaan Pendidikan : Perspektif Proses dan teknik dalam Penyusunan
Rencana Pendidikan. Jakarta: PT Rajawali Pers, 2013. Hal 160-161
10
Moch. Idochi Anwar. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan.
Bandung: Alfabeta, 2003. Hal 151
11
Mulyono. Konsep Pembiayaanta: Ar-Ruzz Media, 2019. Hal 27
12
Nanang Fattah. Op.cit. Hal 24
11

masing-masing sekolah, sehingga ukuran biaya satuan dianggap standar dan


dapat dibandingkan antara sekolah satu dengan sekolah lainnya. Satuan
biaya pendidikan adalah biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk
melaksanakan pendidikan di sekolah per murid per tahun anggaran, yang
merupakan fungsi dari besarnya pengeluaran sekolah serta banyaknya murid
dari sekolah tersebut. Satuan biaya dapat diketahui dengan cara membagi
seluruh pengeluaran sekolah setiap tahun dengan jumlah murid di sekolah
pada tahun tersebut.13
Biaya satuan ini diperoleh dengan memperhitungkan jumlah murid
dalam masing-masing sekolah, untuk itu biaya satuan dianggap standar dan
dapat dibandingkan antar sekolah. Dengan menganalisis biaya satuin ini,
memungkinkan kita mengetahui efisiensi dalam penggunaan sumber-
sumber sekolah, keuntungan dari investasi pendidikan, dan pemerataan
pengeluaran masyarakat serta pemerintah untuk pendidikan. terdapat 2 (dua)
cara untuk menghitung unit cost:14
1. Biaya rata-rata per murid, yaitu biaya keseluruhan dibagi jumlah
murid yang mendaftar di suatu sekolah/suatu level.
2. Biaya rata-rata per lulusan adalah biaya total keseluruhan dibagi
jumlah lulusan.
Idealnya dalam sistem penganggaran di Indonesia adalah
menggunakan prinsip money folly function, yaitu di mana pengalokasian
anggaran untuk mendanai suatu kegiatan didasarkan pada tugas dan fungsi
dari masaing-masing satuan kerja (satuan kerja) / unit sesuai dengan amanat
undang-undang15 prinsip ini meneranhgkan bahwa biaya atau uang yang
dibutuhkan adalah sesuai dengan kegiatan atau aktifitas yang sudah dibuat
terlebih dahulu bukan uang terlebih dahulu ada kemudian baru menyusun
kegiatan. Prinsip ini mungkin seluruh kegiatan yang ada dapat terlaksana
secara tepat dan terencana.

13
Agus Irianto. Pendidikan sebagai Investasi dalam Pembangunan Suatu Bangsa. Jakarta:
Kencan, 2013. Hal 159
14
Nanang Fattah. Op.cit. Hal 11
15
www.anggaran.depkeu.go.id
12

Lain halnya dengan Matin, beliau mengungkapkan bahwa “Konsep


biaya satuan adalah menunjuk kepada jumlah biaya rutin yang dihabiskan
setiap siswa selama satu tahun ajaran. Biaya satuan dapat disebut biaya
pendidikan untuk satu siswa dalam satu tahun pada jenjang pendidikan
tertentu.16 Unit Cost dihitung hanya berdasarkan kepada biaya rutin atau
disebut juga dengan biaya operasional.
Menurut Piet A. Sahertian, penetuan unit cost dapat dibagin menjadi 2
(dua) macam, yaitu:
1. Unit cost untuk keperluan yaitu besarnya biaya yang diperlukan untuk
mendidik seseorang siswa pada satu tingkatan dan jenis pendidikan
tertentu selama satu tahun.
2. Unit cost untuk biaya modal yaitu besarnya yang diperlukan untuk
menyediakan tempat bagi seseorang siswa pada satu tingkatan dan
jenis pendidikan tertentu.17

pendapat di atas membedakan unit cost dalam biaya operasional dan


Unit cost dalam biaya modal atau ivestasi, masing-masing memiliki
kegunaan yang berbeda-beda. Jika kita ingin mengetahui berapa jumlah
keperluan untuk setiap siswa setiap tahunnya maka kita menggunakan Unit
cost untuk keperluan rutin, sedangkan jika ingin menambah sarana prasaran
sekolah maka menghitung unit cost untuk biaya modal.
Menteri Keungan Repuklik Indonesia sudah mengatur setiap
Kementrian Negara/Lembaga dalam menentukan biaya satuaannya dalam
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 37/PMK/.02/2012
tentang Standar Biaya Tahun Anggaran 2013. Disebutkan bahwa Standar
Biaya Masukan adalah satuan biaya berupa harga satuan, tarif, dan indeks
yang digunakan untuk menyusun biaya komponen masukan kegiatan.
Standar Biaya Masukan ini berfungsi sebagai acuan untuk untuk menyusun
16
Matin. Perencanaan Pendidikan: Perspektif Proses dan Teknik dalam Penyusunan
Rencana Pendidikan. Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2013. Hal 160-161
17
Piet A. Sahertian. Dimensi-Dimensi Admnistrasi Pendidikan di Sekolah. Surabaya: Usaha
Nasional, 1994. Cet. 1 Hal 215.
13

biaya komponen masukan kegiatan dalam RKA-K/L berbasis kinerja Tahun


2013 selain itu SBM juga berfungsi sebagai batas tertinggi dalam penetuan
biaya dan estimasi.18
Berbeda dengan beberapa pendapat lainnya di atas, Dedi Supriadi
membagi unit cost kedalam jenis/tingkat, satuan biaya (unit cost) terdiri atas
tiga jenis/tigkat. Pertama, di tingkat sekolah, satuan biaya siswa adalah rata-
rata biaya per siswa per tahun yang merupakan hasil dari total RAPBS dan
dana non – RAPBS oleh jumlah siswa. Kedua dari segi siswa, satuan biaya
menunjuk pada jumlah total pengeluaran (keluarga) siswa untuk pendidikan.
Ketiga, satuan biaya total per siswa adalah rata-rata dari seluruh dana
pemerintah dan masyarakat yang diterima oleh sekolah ditambah dengan
pengeluaran setiap siswa.19
Penjumlahan dari semua dana yang diperoleh oleh lembaga
pendidikan atau yang diperhitungkan terjadi merupakan total biaya yang
diterima oleh lembaga pendidikan yang bila dibagi dengan jumlah siswa
akan diperoleh unit cost biaya satuan per siswa.20
Dari uraian di atas mengenai pergantian biaya satuan (unit cost) dapat
ditarik kesimpulan bahwa biaya satuan (unit cost) pendidikan adalah biaya
rata-rata yang dikeluarkan oleh setiap siswa dalam kurun waktu tertentu
untuk mendapatkan pendidikan. Biya satuan (unit cost) dapat dijadikan
standar dalam pemenuhan kebutuhan untuk setiap siswa di sekolah.

C. Perhitungan Unit Cors Per-Siswa di Lembaga Pendidikan

18
Peraturan Menteri Keungan Republik Indonesia Nomor 37/PMK/.02/2012 tentang
Standar Biaya Tahun Anggaran 2013.
19
Dedi Supriadi. Stuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2003. Hal 202
20
Uhar Saputra. Administrasi Pendidikan. Bandung: PT. Refika Aditama, 2010. Hal 278
14

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional mengatur salah satu aspek penting yang menunjang sistem
pendidikan, yaitu pendanaan pendidikan. Dalam Bab XIII Pendanaan
Pendidikan diatur dalam empat bagian: tanggungjawab pendanaan, sumber
pendanaan pendidikan, pengelolaan dana pendidikan, dan pengalokasian
dana pendidikan. Secara lebih detail, pengaturan tentang pendanaan
pendidikan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008
tentang Pendanaan Pendidikan, Pasal 3 tentang biaya pendidikan. Dalam
pasal tersebut, komponen biaya pendidikan meliputi berikut ini.
Biaya satuan pendidikan, yaitu biaya investasi, yang terdiri atas biaya
investasi lahan pendidikan, biaya investasi selain lahan pendidikan, biaya
operasi, yang terdiri atas biaya personalia (gaji, tunjangan struktural dan
fungsional), biaya nonpersonalia (bantuan biaya pendidikan dan beasiswa).
Biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan, yang
terdiri atas biaya investasi (biaya investasi lahan pendidikan, biaya investasi
selain lahan pendidikan), dan biaya operasi, yang terdiri atas biaya
personalia (gaji, tunjangan struktural dan fungsional) dan biaya
nonpersonalia.
Biaya pribadi peserta didik, tidak ada penjelasan detil di dalam PP 48 Tahun
2008 mengenai yang dimaksud biaya pribadi peserta didik. Berdasarkan
penjelasan dalam PP 48 Tahun 2008 tentang Biaya Pendidikan, maka yang
dimaksud dengan biaya satuan pendidikan atau unit cost pendidikan
meliputi biaya investasi lahan pendidikan, biaya investasi selain lahan
pendidikan, biaya operasi, yang terdiri atas biaya personalia (gaji, tunjangan
struktural, dan fungsional), biaya nonpersonalia (bantuan biaya pendidikan
dan beasiswa).
Pertanyaan lebih lanjut adalah berapa sebenarnya unit cost
pendidikan untuk setiap peserta didik per tahun untuk jenjang SD, SMP,
SMA/SMK? Apakah selama ini perhitungannya tepat dan sesuai dengan
komponen unit cost pendidikan? Setiap tahun, terutama dalam pelaksanaan
PPDB (Penerimaan Peserta Didik baru), biaya pendidikan selalu menjadi
15

persoalan bagi orang tua calon peserta didik. Oleh karena, biaya yang harus
dibayarkan sangat membebani, terutama untuk masuk sekolah menengah
atas. Dari data pengaduan yang masuk di Lembaga Ombudsman DIY, setiap
tahun, pada saat PPDB, orang tua dipungut biaya antara Rp1.000.000,00-
Rp1.500.000,00 per siswa untuk jenjang SMP dan antara Rp3.000.000,00-
Rp7.000.000,00 per siswa untuk jenjang SMA/SMK. 21
Kondisi ini mengindikasikan bahwa biaya pendidikan belum
mampu dipenuhi semua oleh pemerintah, terutama untuk sekolah negeri
sehingga harus meminta tambahan pendanaan pendidikan dari calon siswa.
Pada sisi yang lain, timbul masalah baru ketika siswa tidak mampu
membayar atau belum melunasi pembayaran pada saat kelulusan, maka
siswa tidak tidak diperkenankan mengambil ijazah. Tanpa ijazah menjadi
masalah bagi siswa karena tidak bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan
selanjutnya. Bahkan, bisa jadi terhambat untuk mencari pekerjaan bagi para
lulusan SMK, dan berdampak kepada angka putus sekolah serta angka
pengangguran. Oleh karena itu, membahas tentang biaya satuan pendidikan
secara partisipatif sangat penting sebagai solusi penting mengatasi masalah
akses pendidikan bagi semua.
Anggaran Pendidikan di Indonesia setiap tahun selalu meningkat.
Data dari Kementerian Keuangan tentang dokumen APBN, pada tahun 2017
APBN menganggarkan sebesar 441 triliun rupiah untuk pendidikan. Dana
tersebut dipergunakan dalam Program Indonesia Pintar untuk 19,7 juta
siswa, beasiswa bidik misi untuk 401.500 mahasiswa, dan Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) untuk 262.200 sekolah. Selain itu, anggaran
pendidikan juga akan digunakan untuk tunjangan profesi 435.000 guru non-
PNS, 257.000 guru PNS, dan 1,2 juta Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD).
Dengan alokasi yang sudah cukup besar untuk pemenuhan layanan publik
21
Tenti Novari Kurniawati. Unit Cost Pendidikan, Efisiensi dan Efektifitas Pengelolaan
Biaya Pendidikan. Artikel 24 September 2018. Akses 31/3/2019 Jam 08.17.
http://pundi.or.id/2018/09/24/unit-cost-pendidikan-efisiensi-dan-efektifitas-pengelolaan-biaya-
pendidikan/
16

bidang pendidikan, sudah selayaknya tidak ada lagi biaya pendidikan yang
memberatkan bagi masyarakat, terutama warga tidak mampu. Oleh karena,
kewajiban Negara memenuhi hak pendidikan atas seluruh warganya.
Dengan berbagai alokasi anggaran pendidikan yang sudah
digelontorkan oleh pemerintah, sudah selayaknya sistem pendidikan di
Indonesia juga sesuai dengan harapan, yaitu gratis dan berkualitas.
Anggaran pendidikan harus dimonitor oleh masyarakat, mengingat hampir
semua kebutuhan pendanaan pendidikan telah dipenuhi oleh pemerintah.
Seharusnya tidak ada lagi pungutan oleh sekolah yang membebani siswa,
terutama siswa tidak mampu. Dengan demikian, setiap anak usia sekolah
mampu bersekolah tanpa memikirkan pembiayaan pendidikan.
Penting untuk memastikan mekanisme perhitungan unit cost
pendidikan per peserta didik agar masyarakat, terutama orang tua atau wali
siswa mengetahui komponen biaya satuan pendidikan dan alokasi
penggunaan biaya tersebut. Penghitungan Biaya Satuan Pendidikan Biaya
satuan pendidikan per peserta didik terdiri atas biaya operasi dan biaya
investasi, selain lahan pendidikan. Pertama, biaya operasi adalah biaya yang
dikeluarkan untuk membiayai kegiatan operasional sekolah.
Biaya operasi terdiri dari biaya operasi personalia dan biaya operasi
nonpersonalia. Biaya operasi personalia antara lain untuk kesejahteraan
pendidik dan tenaga kependidikan. Biaya operasi nonpersonalia antara lain
biaya alat tulis sekolah/bahan dan alat habis pakai, biaya pemeliharaan dan
perbaikan ringan, biaya daya dan jasa, biaya transport/perjalanan dinas,
biaya konsumsi, biaya asuransi, biaya pembinaan peserta
didik/ekstrakurikuler, biaya uji kompetensi, biaya prakerin, biaya pelaporan,
dan kebutuhan-kebutuhan operasi lainnya, selain gaji dan tunjangan.
Apabila sekolah mendapatkan bantuan beasiswa dan pemerintah
kabupaten/kota memberikan wewenang kepada sekolah untuk mengolahnya
sendiri, maka bantuan beasiswa dapat ditambahkan ke dalam biaya operasi.
Penghitungan biaya operasi per peserta didik dengan cara menjumlahkan
semua komponen biaya operasi dibagi dengan jumlah peserta didik. Kedua,
17

biaya investasi selain lahan pendidikan adalah biaya yang dikeluarkan


sekolah untuk keperluan pengadaan barang dan jasa selain lahan pendidikan
(tanah), yang mempunyai manfaat lebih dari satu tahun untuk
penyelenggaraan pendidikan. Biaya investasi selain lahan pendidikan antara
lain biaya untuk pengadaan alat, pengadaan bangunan, dan pengadaan buku.
Penghitungan biaya investasi selain lahan pendidikan per peserta didik
dengan cara menjumlahkan semua komponen biaya investasi selain lahan
pendidikan dibagi dengan jumlah peserta didik.
Skema pendanaan pendidikan dari biaya satuan pendidikan yang
selama ini diketahui publik adalah biaya nonpersonalia seperti dana BOS
(Bantuan Operasional Sekolah), biaya investasi yang didukung melalui
DAK (Dana Alokasi Khusus) Pendidikan, biaya personalia seperti gaji dan
sertifikasi guru, dan beasiswa atau BSM (Beasiswa Siswa Miskin). Untuk
skema dana BOS, pada tahun 2015 BOSNAS atau BOS Nasional
mengalokasikan anggaran untuk SD sebesar Rp.800.000,00 per siswa per
tahun, dan SMP Rp.1.000.000,00 per siswa per tahun. Untuk BOSDA atau
BOS Daerah dari Provinsi DIY dialokasikan anggaran untuk SD sebesar
Rp.100.000,00 per siswa per tahun, dan SMP Rp.190.000,00 per siswa per
tahun. DAK Pendidikan tahun 2015 dialokasikan sebesar 10,07 triliun
rupiah, dengan rincian DAK SD 3,5 triliun rupiah, DAK SMP Rp.2,5 triliun
rupiah, DAK SMA 1,6 triliun rupiah, dan DAK SMK 2,4 triliun rupiah.
Hasil-hasil penelitian dengan biaya satuan pendidikan
menggambarkan bahwa hasil penghitungan setiap daerah berbeda-beda.
Penelitian dari Hapsari (2015) tentang penghitungan biaya satuan
pendidikan di salah satu SMK di Jawa Tengah didapatkan biaya satuan
pendidikan peserta didik Rp.6.416.502,00 dengan rincian biaya operasi per
peserta didik Rp.5.416.538,00 dan biaya investasi selain lahan pendidikan
Rp.999.963,00. Sumber pendanaan berasal dari APBN (23,6%), APBD
provinsi 0,1%, APBD kabupaten 44%, SOT (Sumbangan Orang Tua)
32,1%, dan sumber lain 0,2%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan
biaya satuan pendidikan per peserta didik sebesar 6,4 juta rupiah, sekitar
18

32,1% masih bersumber dari sumbangan orang tua atau kira-kira 2 juta
rupiah. Khusus penghitungan unit cost pendidikan di DIY, peneliti tersebut
tidak banyak menemukan literatur tentang studi penghitungan unit cost
pendidikan jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK di DIY. Kalaupun ada studi
tersebut, hasil studi hanya menjadi konsumsi bagi dinas terkait untuk dasar
menentukan biaya unit cost pendidikan, tidak ada mekanisme konsultasi
publik atau diseminasi hasil studi kepada publik.
Selama ini masyarakat, terutama orang tua, tidak pernah
memahami yang dimaksud dengan biaya pendidikan. Masyarakat hanya
berpedoman pada prinsip bahwa pendidikan membutuhkan biaya dan
berusaha semaksimal mungkin untuk mampu membayar atau memenuhi
biaya pendidikan tersebut. Lalu, seberapa penting masyarakat harus
mengetahui komponen biaya pendidikan dan cara menghitungnya? Perlukah
pengambil kebijakan melibatkan publik dalam menghitung komponen biaya
pendidikan?. Tulisan ini tidak bisa mencakup semua aspek tentang
perhitungan unit cost biaya pendidikan secara menyeluruh dan detail, tetapi
paling tidak dapat memberikan gambaran bahwa biaya pendidikan bisa
dihitung dan dapat diproyeksi kebutuhan biaya pendidikan yang sebenarnya
sesuai dengan jenjang pendidikan.
Transparansi perhitungan biaya satuan pendidikan dan pelibatan
publik menjadi kata kunci untuk mewujudkan tata kelola pengelolaan
pendidikan yang lebih baik. Selama ini dinas terkait, terutama dinas
pendidikan, belum sepenuhnya melibatkan publik dalam perhitungan biaya
satuan pendidikan. Seharusnya, dinas pendidikan melibatkan para orang tua
siswa, masyarakat sipil, LSM, lembaga pengawasan pelayanan publik,
komisi informasi, dan para pihak lainnya dalam perhitungan biaya satuan
pendidikan. Forum-forum komite sekolah ataupun rapat dengan persatuan
orang tua murid tidak memberikan ruang yang cukup memadai untuk
membahas dan mendiskusikan tentang penghitungan biaya satuan
pendidikan. Forum sangat terbatas untuk sosialisasi RKAS (Rencana Kerja
19

Anggaran Sekolah) dan tidak cukup waktu untuk mendiskusikan komponen


dan unsur-unsur biaya satuan pendidikan.
Oleh karena itu, membuka diskusi-diskusi lebih masif dengan para
pihak yang peduli akan pendidikan gratis dan berkualitas harus dilakukan
agar formula biaya pendidikan diketahui banyak pihak. Selain itu, ruang-
ruang partisipasi publik juga harus dibuka lebih luas melalui forum-forum
diskusi terbatas, terutama melibatkan orang tua dan masyarakat, untuk
membahas perhitungan biaya satuan pendidikan. Dengan demikian, kondisi
akses pendidikan yang terjangkau dan berkualitas akan terpenuhi dan tidak
ada lagi aduan-aduan yang masuk terkait beban masyarakat atas biaya
pendidikan.
20

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat disimpulkan antara lain:


1. Sistem Akuntansi Manajemen merupakan sistem yang menghasilkan
output dengan menggunakan input tertentu dan memprosesnya untuk
mencapai tujuan manajemen. Tujuannya adalah Untuk menyediakan
informasi yang digunakan dalam perhitungan biaya jasa, produk, dan
tujuan lain yang diinginkan manajemen, Untuk menyediakan informasi
yang digunakan dalam perencanaan, pengendalian, dan pengevaluasian,
Untuk menyediakan informasi yang berguna dalam pengambilan
keputusan.
2. Biaya satuan (unit cost) pendidikan adalah biaya rata-rata yang
dikeluarkan oleh setiap siswa dalam kurun waktu tertentu untuk
mendapatkan pendidikan. Biya satuan (unit cost) dapat dijadikan standar
dalam pemenuhan kebutuhan untuk setiap siswa di sekolah.
3. Penghitungan biaya operasi per peserta didik dengan cara
menjumlahkan semua komponen biaya operasi dibagi dengan jumlah
peserta didik, biaya investasi selain lahan pendidikan adalah biaya yang
dikeluarkan sekolah untuk keperluan pengadaan barang dan jasa selain
lahan pendidikan (tanah), seperti biaya untuk pengadaan alat, pengadaan
bangunan, dan pengadaan buku. Penghitungan biaya investasi selain
lahan pendidikan per peserta didik dengan cara menjumlahkan semua
komponen biaya investasi selain lahan pendidikan dibagi dengan jumlah
peserta didik.
21

DAFTAR PUSTAKA

Agus Irianto. Pendidikan sebagai Investasi dalam Pembangunan Suatu Bangsa.


Jakarta: Kencan, 2013
Dedi Supriadi. Stuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2003.
Hansen, Don R & Marianne Mowen. Management Accounting. New York: Fourth
Edition. John Wiley & Sons, 1997.
Matin. Perencanaan Pendidikan : Perspektif Proses dan teknik dalam
Penyusunan Rencana Pendidikan. Jakarta: PT Rajawali Pers, 2013
Mohamad Mustari, Manajemen Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2014.
Moch. Idochi Anwar. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya
Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2003
Muljani. Dilema Kebijakan Pendanaan Pendidikan. Yogyakarta: Nurhadi Center,
2013.
Mulyono. Konsep Pembiayaanta: Ar-Ruzz Media, 2019
Muslichah. Pengaruh Tehnologi Informasi, Saling Ketergantungan, Karakteristik
Sistem Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial. Semarang:
Prosiding Simposium Nasional Akuntansi V. FE Universitas Diponegoro,
2002.
Nanang Fattah. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009.
Peraturan Menteri Keungan Republik Indonesia Nomor 37/PMK/.02/2012 tentang
Standar Biaya Tahun Anggaran 2013.
Supriyono, RA. Akuntansi Manajemen I: Konsep Dasar Akuntansi Manajemen
dan Proses Perencanaan. Yogyakarta: . Edisi 1, Cetakan Ke-2. BPFE,
1991.
Sugiri, S; Sulastiningsih. Akuntansi Manajemen: Sebuah Pengantar.
22

Tenti Novari Kurniawati. Unit Cost Pendidikan, Efisiensi dan Efektifitas


Pengelolaan Biaya Pendidikan. Artikel 24 September 2018. Akses
31/3/2019 Jam 08.17. http://pundi.or.id/2018/09/24/unit-cost-pendidikan-
efisiensi-dan-efektifitas-pengelolaan-biaya-pendidikan/
Uhar Saputra. Administrasi Pendidikan. Bandung: PT. Refika Aditama,
2010.Yogyakarta: Edisi ke-3. UPP AMP YKPN, 2004
www.anggaran.depkeu.go.id
23

LAMPIRAN

Contoh hasil penelitian


Analisi perhitungan biaya satuan (Unit Cost) model ABC (Activity Based
Costing) untuk menentukan standar biaya di SMK Negeri 3 Kota Tangerang
Selatan
By: Santi Setyaningrum
Manajemen Pendidikan Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta 2014

Suatu sistem perhitungan biaya di mana tempat penampungan biya overhead


yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang mencakup
satu lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume. Suatu pendekatan
perhitungan yang didasarkan pada aktifitas.
Aktifitas : pekerjaan yang dilakukan dalam suatu organisa
Suber daya : bentuk akhir dimana pengukuran biaya diperlukan. Jasa /
Pelayanan Jasa
Elemn biaya : jumlah yang dibayarkan untuk sumber daya. Ex: biaya ujian,
biaya penerimaan siswa baru, biaya praktek dll
Cost driver : faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya aktifitas. Ex;
jumlah siswa, jumlah guru, jumlah tenaga pendidikan, frekuensi kegiatan,
frekuensi perbaikan.
24
25
26
27
28
29
30

\
31

Anda mungkin juga menyukai