Sistem Akutansi Dalam Menghitung Unit Cost
Sistem Akutansi Dalam Menghitung Unit Cost
Sistem Akutansi Dalam Menghitung Unit Cost
Disusun Oleh :
Ali Makinudin
NIM: 18710014
Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Sholawat serta salam semoga
dilimpahkan kepada Rasulullah SAW. Kami bersyukur kepada illahi Robbi yang
telah memberikan hidayah serta taufik-nya kepada kami sehingga makalah yang
berjudul “Manajemen Pembiayaan PI” dapat terselesaikan.
Dalam Penyusunan makalah ini, kami mendapatkan bantuan dari beberapa
pihak, untuk itu pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada :
1. Allah swt yang telah memberi rahmat dan karunia kepada kita, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
2. Bapak Dr. H. Mulyono, M.Ag, Selaku dosen pengajar yang telah banyak
membimbing dan memberi petunjuk kepada kami.
3. Pihak pengelola perpustakaan dan temen-teman yang telah menyediakan
dan meminjamkan buku-buku tentang ilmu kepesantrenan.
Kami menyadari bahwa penulis makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis sangat mengharapkan Kritik dan Saran dari pembaca yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua. Amien.
Penulis
DAFTAR ISI
3
HALAMAN JUDUL................................................................................ I
KATA PENGANTAR............................................................................. II
DAFTAR ISI............................................................................................ III
DAFTAR GAMBAR............................................................................... IV
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 3
C. Tujuan Masalah ............................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Sistem akutansi dalam manajemen keuangan................................ 4
B. Sistem akutansi dalam menghitung Unit Cors.............................. 7
keuangan pendidikan
C. Perhitungan Unit Cors per-siswa di lembaga pendidikan............ 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan,
penganggaran, pemeriksaan, pengolahan, pengendalian, pencarian dan
penyimpanan dana yang dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan.
Sedangkan implementasinya di sekolah, manajemen keuangan merupakan
salah satu subtansi manajemen sekolah yang akan turut menentukan
berjalannya kegiatan pendidikan di sekolah. Sebagaimana yang terjadi di
subtansi manajemen pendidikan pada umumnya, kegiatan manajemen
keuangan dilakukan melalui proses perencanaan, pengoordinasian,
pengawasan atau pengendalian.1 Sekolah harus menggunakan dana dengan
seefektif dan seefisien mungkin demi peningkatan pelayanan dan kualitas
pendidikan sekolah. Hal tersebut dapat dicapai apabila sekolah mampu
mengidentifikasi permasalahan perhitungan biaya di sekolah, baik tingkat
dasar maupun sekolah tingkat lainnya.
Berbicara mengenai kualitas pendidikan tidak akan terlepas dari
bagaimana pengelolaan administrasi pendidikan itu sendiri. Pengelolaan
administrasi pendidikan yang baik, efektif, dan dilakukan dengan
perencanaan yang matang akan sangat mendukung kelancaran proses
pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan. Oleh sebab itu, masalah
pengelolaan administrasi pendidikan merupakan masalah yang perlu
diperhatikan demi kelancaran pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan dan
untuk mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan pendidikan itu sendiri.
Analisis pembiayaan pendidikan merupakan salah satu alat yang
potensial dan kompeten untuk membantu administrator pendidikan melihat
secara lebih jelas berbagai alternatif dan “trade-offs” yang mungkin terjadi,
1
Mohamad Mustari, Manajemen Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014. Hal
163.
5
2
Muljani. Dilema Kebijakan Pendanaan Pendidikan. Yogyakarta: Nurhadi Center, 2013.
Hal 16-17.
3
Nanang Fattah. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009. Hal 24.
6
BAB II
PEMBAHASAN
4
Supriyono, RA. Akuntansi Manajemen I: Konsep Dasar Akuntansi Manajemen dan
Proses Perencanaan. Yogyakarta: . Edisi 1, Cetakan Ke-2. BPFE, 1991.
5
Sugiri, S; Sulastiningsih. Akuntansi Manajemen: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Edisi
ke-3. UPP AMP YKPN, 2004.
7
6
Muslichah. Pengaruh Tehnologi Informasi, Saling Ketergantungan, Karakteristik Sistem
Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial. Semarang: Prosiding Simposium Nasional
Akuntansi V. FE Universitas Diponegoro, 2002. Hal 790 – 803
8
7
Hansen, Don R & Marianne Mowen. Management Accounting. New York: Fourth
Edition. John Wiley & Sons, 1997.
10
13
Agus Irianto. Pendidikan sebagai Investasi dalam Pembangunan Suatu Bangsa. Jakarta:
Kencan, 2013. Hal 159
14
Nanang Fattah. Op.cit. Hal 11
15
www.anggaran.depkeu.go.id
12
18
Peraturan Menteri Keungan Republik Indonesia Nomor 37/PMK/.02/2012 tentang
Standar Biaya Tahun Anggaran 2013.
19
Dedi Supriadi. Stuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2003. Hal 202
20
Uhar Saputra. Administrasi Pendidikan. Bandung: PT. Refika Aditama, 2010. Hal 278
14
persoalan bagi orang tua calon peserta didik. Oleh karena, biaya yang harus
dibayarkan sangat membebani, terutama untuk masuk sekolah menengah
atas. Dari data pengaduan yang masuk di Lembaga Ombudsman DIY, setiap
tahun, pada saat PPDB, orang tua dipungut biaya antara Rp1.000.000,00-
Rp1.500.000,00 per siswa untuk jenjang SMP dan antara Rp3.000.000,00-
Rp7.000.000,00 per siswa untuk jenjang SMA/SMK. 21
Kondisi ini mengindikasikan bahwa biaya pendidikan belum
mampu dipenuhi semua oleh pemerintah, terutama untuk sekolah negeri
sehingga harus meminta tambahan pendanaan pendidikan dari calon siswa.
Pada sisi yang lain, timbul masalah baru ketika siswa tidak mampu
membayar atau belum melunasi pembayaran pada saat kelulusan, maka
siswa tidak tidak diperkenankan mengambil ijazah. Tanpa ijazah menjadi
masalah bagi siswa karena tidak bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan
selanjutnya. Bahkan, bisa jadi terhambat untuk mencari pekerjaan bagi para
lulusan SMK, dan berdampak kepada angka putus sekolah serta angka
pengangguran. Oleh karena itu, membahas tentang biaya satuan pendidikan
secara partisipatif sangat penting sebagai solusi penting mengatasi masalah
akses pendidikan bagi semua.
Anggaran Pendidikan di Indonesia setiap tahun selalu meningkat.
Data dari Kementerian Keuangan tentang dokumen APBN, pada tahun 2017
APBN menganggarkan sebesar 441 triliun rupiah untuk pendidikan. Dana
tersebut dipergunakan dalam Program Indonesia Pintar untuk 19,7 juta
siswa, beasiswa bidik misi untuk 401.500 mahasiswa, dan Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) untuk 262.200 sekolah. Selain itu, anggaran
pendidikan juga akan digunakan untuk tunjangan profesi 435.000 guru non-
PNS, 257.000 guru PNS, dan 1,2 juta Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD).
Dengan alokasi yang sudah cukup besar untuk pemenuhan layanan publik
21
Tenti Novari Kurniawati. Unit Cost Pendidikan, Efisiensi dan Efektifitas Pengelolaan
Biaya Pendidikan. Artikel 24 September 2018. Akses 31/3/2019 Jam 08.17.
http://pundi.or.id/2018/09/24/unit-cost-pendidikan-efisiensi-dan-efektifitas-pengelolaan-biaya-
pendidikan/
16
bidang pendidikan, sudah selayaknya tidak ada lagi biaya pendidikan yang
memberatkan bagi masyarakat, terutama warga tidak mampu. Oleh karena,
kewajiban Negara memenuhi hak pendidikan atas seluruh warganya.
Dengan berbagai alokasi anggaran pendidikan yang sudah
digelontorkan oleh pemerintah, sudah selayaknya sistem pendidikan di
Indonesia juga sesuai dengan harapan, yaitu gratis dan berkualitas.
Anggaran pendidikan harus dimonitor oleh masyarakat, mengingat hampir
semua kebutuhan pendanaan pendidikan telah dipenuhi oleh pemerintah.
Seharusnya tidak ada lagi pungutan oleh sekolah yang membebani siswa,
terutama siswa tidak mampu. Dengan demikian, setiap anak usia sekolah
mampu bersekolah tanpa memikirkan pembiayaan pendidikan.
Penting untuk memastikan mekanisme perhitungan unit cost
pendidikan per peserta didik agar masyarakat, terutama orang tua atau wali
siswa mengetahui komponen biaya satuan pendidikan dan alokasi
penggunaan biaya tersebut. Penghitungan Biaya Satuan Pendidikan Biaya
satuan pendidikan per peserta didik terdiri atas biaya operasi dan biaya
investasi, selain lahan pendidikan. Pertama, biaya operasi adalah biaya yang
dikeluarkan untuk membiayai kegiatan operasional sekolah.
Biaya operasi terdiri dari biaya operasi personalia dan biaya operasi
nonpersonalia. Biaya operasi personalia antara lain untuk kesejahteraan
pendidik dan tenaga kependidikan. Biaya operasi nonpersonalia antara lain
biaya alat tulis sekolah/bahan dan alat habis pakai, biaya pemeliharaan dan
perbaikan ringan, biaya daya dan jasa, biaya transport/perjalanan dinas,
biaya konsumsi, biaya asuransi, biaya pembinaan peserta
didik/ekstrakurikuler, biaya uji kompetensi, biaya prakerin, biaya pelaporan,
dan kebutuhan-kebutuhan operasi lainnya, selain gaji dan tunjangan.
Apabila sekolah mendapatkan bantuan beasiswa dan pemerintah
kabupaten/kota memberikan wewenang kepada sekolah untuk mengolahnya
sendiri, maka bantuan beasiswa dapat ditambahkan ke dalam biaya operasi.
Penghitungan biaya operasi per peserta didik dengan cara menjumlahkan
semua komponen biaya operasi dibagi dengan jumlah peserta didik. Kedua,
17
32,1% masih bersumber dari sumbangan orang tua atau kira-kira 2 juta
rupiah. Khusus penghitungan unit cost pendidikan di DIY, peneliti tersebut
tidak banyak menemukan literatur tentang studi penghitungan unit cost
pendidikan jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK di DIY. Kalaupun ada studi
tersebut, hasil studi hanya menjadi konsumsi bagi dinas terkait untuk dasar
menentukan biaya unit cost pendidikan, tidak ada mekanisme konsultasi
publik atau diseminasi hasil studi kepada publik.
Selama ini masyarakat, terutama orang tua, tidak pernah
memahami yang dimaksud dengan biaya pendidikan. Masyarakat hanya
berpedoman pada prinsip bahwa pendidikan membutuhkan biaya dan
berusaha semaksimal mungkin untuk mampu membayar atau memenuhi
biaya pendidikan tersebut. Lalu, seberapa penting masyarakat harus
mengetahui komponen biaya pendidikan dan cara menghitungnya? Perlukah
pengambil kebijakan melibatkan publik dalam menghitung komponen biaya
pendidikan?. Tulisan ini tidak bisa mencakup semua aspek tentang
perhitungan unit cost biaya pendidikan secara menyeluruh dan detail, tetapi
paling tidak dapat memberikan gambaran bahwa biaya pendidikan bisa
dihitung dan dapat diproyeksi kebutuhan biaya pendidikan yang sebenarnya
sesuai dengan jenjang pendidikan.
Transparansi perhitungan biaya satuan pendidikan dan pelibatan
publik menjadi kata kunci untuk mewujudkan tata kelola pengelolaan
pendidikan yang lebih baik. Selama ini dinas terkait, terutama dinas
pendidikan, belum sepenuhnya melibatkan publik dalam perhitungan biaya
satuan pendidikan. Seharusnya, dinas pendidikan melibatkan para orang tua
siswa, masyarakat sipil, LSM, lembaga pengawasan pelayanan publik,
komisi informasi, dan para pihak lainnya dalam perhitungan biaya satuan
pendidikan. Forum-forum komite sekolah ataupun rapat dengan persatuan
orang tua murid tidak memberikan ruang yang cukup memadai untuk
membahas dan mendiskusikan tentang penghitungan biaya satuan
pendidikan. Forum sangat terbatas untuk sosialisasi RKAS (Rencana Kerja
19
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
\
31