Pedoman Kemitraan Usaha Agribisnis
Pedoman Kemitraan Usaha Agribisnis
Pedoman Kemitraan Usaha Agribisnis
Usaha Agribisnis
Pedoman Kemitraan
Usaha Agribisnis
i
Kata Pengantar
.Sc ~
ii
Tim Penyusun
PENGARAH:
PENYUSUN:
Jamil Musanif
Siti Bibah lndrajati
Madah Putera
Sri Wahyuni
Alfiansyah
Harumi Mungilia Abidin
Dwi Eka Waty
Erniwati Saragih
Robinson Sinambela
Felix Marcelinus
Joko Mariyanto
iii
Daftar lsi
Halaman
Kata Pengantar
Tim Penyusun ii
Daftar lsi iii
Daftar Gambar v
BABI. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan dan Sasaran 5
BAB V. PENUTUP 57
v
Daftar Gambar
Gam bar
Halaman
1. Contoh (Salah Satu) lnteraksi Positif Antara
Kelompok Mitra dan Perusahaan Mitra
dalam Kemitraan 14
2. Empat Pilar Penunjang Agribisnis 21
3. Contoh Pola Kemitraan Unit Usaha Bersama 31
4. Contoh Pola Kemitraan Product Branding 32
5. Contoh Pola Kemitraan Inti - Plasma 34
6. Contoh Pola Kemitraan Competency Based
Value Chain 35
7. Contoh Pola Kemitraan
Participatory Guarantee System (PGS) 37
8. Pola Kemitraan Corporate Farming 38
Bab 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Usaha kecil termasuk koperasi merupakan bagian terbesar
sekaligus pilar penopang utama dari perekonomian nasional.
Kehadiran usaha kecil memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap pembangunan nasional, terutama mampu menyerap
tenaga kerja yang cukup besar. Permasalahan mendasar adalah
kurangnya kemampuan manajemen dan profesionalisme serta
terbatasnya akses terhadap permodalan, teknologi dan jaringan
pemasaran. Faktor ini merupakan penghambat berkembangnya
usaha kecil dan sering menjadi alasan bagi pengusaha besar
untuk tidak melakukan kerjasama dengan pengusaha kecil.
Salah satu upaya yang dianggap tepat dalam memecahkan
kesenjangan antara usaha kecil dan besar adalah melalui
kemitraan. Melalui kemitraan diharapkan dapat secara cepat
terjadi simbiose mutualistik antara kedua pelaku usaha tersebut,
2
Bab 2
Keragaan dan Konsepsi
Kemitraan Usaha Agribisnis
Gombar 1.
Con toh (Salah Satu) lnteraksi Positif Antara Kelompok Mi tra dan
Perusahaan Mitra dalam Kemitraan
15
Bab 3
Kebijakan dan Strategi dan
Langkah-langkah Operasional
Pengembangan Kemitraan Usaha
Agribisnis
A. Kebijakan Pengembangan
Kemitraan Usaha Agribisnis
Untuk mengembangkan kemitraan usaha agribisnis di era
globalisasi diperlukan iklim yang kondusif, dimana terdapat
suatu kondisi yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya
kemitraan usaha. Oleh karena itu, diperlukan seperangkat
kebijakan , baik menyangkut usaha kecil , usaha menengah/besar
maupun kebijakan yang mendukung terjadinya kemitraan usaha
agribisnis.
Secara umum terdapat tujuh kebijakan pokok dalam
mengembangkan kemitraan usaha agribisnis , yaitu :
B. Strategi
Disadari bahwa keberhasilan usaha di bidang agribisnis
ditentukan oleh 4 (empat) faktor utama yaitu : (1 ) Sumberdaya
(sumberdaya alam dan sumberdaya manusia); (2) Teknologi
(prasarana, sarana dan met ode) ; (3) Modal, dan (4) Pasar
(konsumen). Faktor-faktor tersebut dapat dikatakan sebagai pilar
utama penunjang/pendukung agribisnis, disamping faktor lainnya
yang juga sangat menentukan yaitu faktor politi k, keamanan ,
dan kebijakan Pemerintah.
21
Gambar 2.
Empat Pilar Penunjang Agribisnis
3. lnsentif Kemitraan
Dalam rangka mendorong pengembangan usaha dan
kemitraan di bidang agribisnis dikembangkan sistem insentif
kemitraan antara lain berupa pemberian insentif teknologi
dan permodalan melalui Pola Two in One, yaitu dengan
memberikan insentif teknologi (bantuan sarana/ prasarana
dan bimbingan teknis/pendampingan) , khususnya untuk
pengolahan dan pemasaran , kepada Kelompok Tani / Gapoktan
yang bermitra dengan Perusahaan Mitra. Di samping insentif
teknologi , Kelompok Tani/Gapoktan yang bersangkutan
difasilitasi untuk dapat mengakses sumber permodalan yang
diperlukan , baik melalui lembaga perbankan maupun non
bank.
Bab 4
Pelaksanaan Kemitraan
Usaha Agribisnis
A. Jenis Kemitraan
Beberapa jenis kerjasama kemitraan usaha agribisnis yang
dapat dilakukan antara lain :
1. Kemitraan lnvestasi (Penanaman Modal)
2. Kemitraan Produksi
3. Kemitraan Jual Beli
4. Kemitraan Pemasaran
Dalam melakukan hubungan kemitraan usaha tersebut,
masing-masing pihak mempunyai kedudukan hukum yang setara.
Hubungan kemitraan usaha agribisnis harus mempertimbangkan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Azas saling membutuhkan , saling memperkuat dan saling
menguntungkan.
2. Sasaran usaha diarahkan pada peningkatan nilai tambah dan
daya saing.
30
B. Pola-pola Kemitraan
Beberapa pola kemitraan yang dapat dipilih oleh pihak-
pihak yang akan melakukan kemitraan disajikan di bawah ini.
Pemilihan pola kemitraan yang tepat disesuaikan dengan tujuan
dan kesiapan dari masing-masing pihak yang akan bermitra.
• Sbg :S•h•m· ·
Potoo;(GI _j_L Sb~:Soh•m
sw,.O.ISI
•
J
( ~
-~---------- .-
Gambar 3.
Contoh Pola Kemitraan Unit Usaha Bersama
Gambar4.
Contoh Pola Kemitraan Product Branding
33
Gombar 5.
Contoh Polo Kemitraan Inti - Plasma
Gombar 6.
Contoh Pola Kemitraan Competency Based Value Chain
36
Gombar 7.
Contoh Polo Kemitraan Participatory Guarantee System (PGS)
Gambar 8.
Pola Kemitraan Corporate Farming
39
Gombar 9.
Polo Kemitraan Produksi Komponen Pendukung
40
lain -lain. Harapan yang ingin dicapai dari upaya ini ialah
meningkatnya kapasitas dan kesiapan kelompok dari segi
manajemen dan teknis dalam rangka melaksanakan kegiatan
usahanya di dalam sistem kemitraan usaha.
B. Koordinasi
Berkembangnya suatu kemitraan tidak terlepas dari adanya
dukungan dari lingkungan usaha yang kondusif seperti adanya
kebijakan yang mendukung bagi berkembangnya investasi
dan usaha di daerah , fasilitas atau kemudahan perizinan ,
pembiayaan , serta kemudahan -kemudahan lainnya.
Dalam mewujudkan hal tersebut sangat diperlukan adanya
koordinasi , persamaan persepsi dan sinergi antar lembaga/
instansi terkait mulai dari tingkat pusat sampai daerah.
Lemahnya koordinasi dan perbedaan persepsi dapat menjadi
kendala dalam mengembangkan kemitraan usaha.
9. Monitoring dan Evaluasi
Lemahnya monitoring, evaluasi dan pengawasan terhadap
kemitraan sering menyebabkan terjadinya eksploitasi oleh
pelaku usaha yang kuat terhadap pelaku usaha yang lemah ,
sehingga kemitraan semacam ini menjadi bersifat semu dan
tidak bertahan lama. Oleh sebab itu pelaksanaan kemitraan
usaha perlu dimonitor dan dievaluasi secara terus-menerus
agar target yang ingin dicapai benar-benar dapat menjadi
kenyataan .
52
1. Faktor Keberhasilan
a. Perusahaan Mitra dapat berlaku sebagai mitra ya ng baik sesuai
dengan prinsip kemitraan yaitu saling menguntungkan , saling
memerlukan dan saling memperkuat, apabila melakukan
53
antara lain :
1) Bimbingan teknis dan manajemen bagi Kelompok Mitra.
2) Membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh
Kelompok Mitra seperti masalah pembiayaan , teknologi
dan pemasaran.
b. Masing-masing pihak mematuhi/melaksanakan secara
konsisten ketentuan -ketentuan yang telah disepakati
bersama.
2. Faktor Kegagalan
a. Adanya kesenjangan komunikasi dan kurangnya keterbukaan
antara Kelompok Mitra dengan Perusahaan Mitra, seperti
masalah harga, informasi pasar dan lain -lain.
b. Salah satu pihak tidak dapat memenuhi pasal-pasal perjanjian
dan atau persyaratan yang telah disepakati.
c. Salah satu pihak terpengaruh oleh tawaran peluang dari pihak
lain untuk mengingkari perjanjian dan persyaratan yang telah
disepakati .
d. Salah satu pihak tidak mematuhi peraturan/kebijakan
pemerintah.
e. Lingkungan usaha yang kurang kondusif, seperti ketentuan
yang kontra produktif I menyebabkan inefisiensi (misalnya
pungutan yang tidak rasional) , gangguan keamanan dan
lain -lain .
54
Bab 5
Penutup