LAPSUS PSIKIATRI SKIZOFRENIA PARANOID Hikmah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN JANUARI 2023


UNIVERSITAS HASANUDDIN

SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)

DISUSUN OLEH:
Nurhikmatin
C0142121284

RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Sarah Amirah Syahrir

SUPERVISOR PEMBIMBING
dr. Erlyn Limoa, Sp. KJ, Ph.D

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa :


Nama : Nurhikmatin
NIM : C014212128
Judul Lapsus
Psikotik : Skizofrenia Paranoid

Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepaniteraan klinik pada
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, Januari 2023

Supervisor Pembimbing Residen Pembimbing

dr. Erlyn Limoa, Sp. KJ, Ph.D dr. Sarah Amirah Syahrir
LAPORAN KASUS
SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AB
Usia : 27 Tahun (26-11-1995)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Alamat / No. Telepon : Soppeng
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Petani

Pasien datang diantar oleh bapaknya ke Poli Jiwa RSKD Dadi Makassar pada
tanggal 20 Desember 2022.

II. RIWAYAT PSIKIATRI


A. Keluhan Utama
Mengamuk
B. Riwayat Gangguan Sekarang
a) Keluhan dan Gejala
Seorang laki-laki usia 27 tahun dimasukkan ke RS oleh keluarganya
karena pasien mengamuk setelah meminta uang kepada ibunya namun tidak
diberi, sehingga ia mencuri uang ibunya. Pasien juga memukul ibunya.
Selama 2 bulan terakhir pasien merasa gelisah. Keluhan memberat
seminggu terakhir. Selama 2 bulan itu pasien mendengar suara-suara yang
dianggap malaikat maut yang akan mencabut nyawanya dan menyuruh
pasien membunuh temannya. Pasien meyakini suara itu akan mencabut
nyawanya dan nyawa istrinya kalau tidak membunuh temannya itu.
Awal perubahan perilaku sejak tahun 2013, saat itu pasien sering keluar
rumah mengendarai motor tanpa tujuan. Di rumah pasien sering mengamuk,
merusak barang-barang, dan berbicara sendiri sehingga pasien dibawa ke
RSKD Dadi oleh keluarganya.
Pasien ada riwayat merokok 2 bungkus per hari sejak 13 tahun yang
lalu.
Riwayat pengobatan: pasien pertama kali dirawat di RSKD Dadi pada
tahun 2013, dirawat selama >1 bulan dan diberikan 3 macam obat, namun
keluarga tidak mengetahui jenisnya. Sejak saat itu hingga sekarang pasien
tidak teratur minum obat.
b) Hendaya / Disfungsi
- Bidang sosial : Ada
- Bidang pekerjaan : Ada
- Bidang waktu senggang : Ada
c) Faktor Stressor Psikososial : Masalah keluarga
d) Hubungan Gangguan Sekarang dengan Riwayat Penyakit Fisik dan
Psikis Sebelumnya.
● Riwayat infeksi (-)
● Riwayat trauma (-)
● Riwayat kejang (-)
● Riwayat NAPZA (+)
Alkohol (-)
Merokok (+)
Zat psikoaktif lain (-)

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


a) Riwayat Penyakit Fisik Sebelumnya
Tidak ada
b) Riwayat Penggunaan NAPZA
Tidak ada
c) Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya
Riwayat pengobatan : pasien pertama kali dirawat di RSKD Dadi pada
tahun 2013, dirawat selama >1 bulan dan diberikan 3 macam obat, namun
keluarga tidak mengetahui jenisnya. Sejak saat itu hingga sekarang pasien
tidak terkontrol minum obatnya.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
a) Riwayat Prenatal dan Perinatal (0-1 tahun)
Pasien lahir di rumah dan ditolong bidan, pasien lahir cukup bulan, BB
lahir tidak diketahui, Riwayat ASI sampai usia 2 tahun, tidak ada
kendala selama kehamilan Ibu dan persalinan.
b) Riwayat Kanak Awal (1-3 tahun)
Perkembangan masa kanak-kanak pasien seperti berjalan dan berbicara baik.
Perkembangan bahasa dan perkembangan motorik berlangsung baik.
c) Riwayat Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan dua saudaranya. Pada usia 6
tahun pasien mulai masuk SD. Pasien tidak pernah terlibat perkelahian atau
melakukan pelanggaran berarti.
d) Riwayat Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)
Setamat SMP, pasien melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang SMA hingga
tamat. Pasien mudah bergaul dan memiliki banyak teman. Hubungan pasien
dengan teman-temannta baik.
e) Riwayat Masa Dewasa
Riwayat Pekerjaan : Petani
Riwayat Pernikahan : Pasien sudah menikah
Riwayat Kehidupan Beragama : Pasien memeluk agama Islam
E. Riwayat Kehidupan Keluarga
Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara (♂,♂,♂). Pasien
sudah menikah dan memiliki 1 anak perempuan, hubungan dengan istri
kurang harmonis.
Genogram

F. Situasi Sekarang
Pasien tinggal bersama orangtuanya.
G. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien menyadari bahwa dirinya sakit dam perlu bantuan tapi pada saat
yang bersamaan pasien menyangkal penyakit tersebut.
III. PEMERIKSAAN FISIS DAN NEUROLOGIS
a) Status Internus
Keadaan umum tampak sakit ringan, gizi cukup, kesadaraan compos mentis,
tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 kali/menit, frekuensi pernapasan 18
kali/menit, suhu tubuh 36,9°C, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus.
Jantung, paru-paru, dan abdomen kesan dalam batas normal, ekstremitas atas dan
bawah tidak ada kelainan.
b) Status Neurologi
Gejala rangsang selaput otak : kaku kuduk (-), Kernig’s sign (-)/(-), pupil bulat
dan isokor 2,5 mm/2,5 mm, refleks cahay (+)/(+), fungsi motorik dan sensorik
keempat ekstremitas dalam batas normal, tidak ditemukan refleks patologis.
IV. STATUS MENTAL
Tempat : Bangsal Palm RSKD Dadi
Waktu : Kamis, 12 Januari 2023. Pukul 13.00 WITA.
a) Deskripsi umum
Penampilan
Tampak seorang laki-laki berusia 27 tahun, wajah sesuai dengan umur.
Perawakan sedang, perawatan diri kurang, memakai kaos abu-abu dan celana
panjang. Kontak mata ada, verbal ada.
Kesadaran :
- Kuantitas : Compos mentis, GCS 15 (E4M6V5)
- Kualitas : Berubah
Aktivitas psikomotor : Cukup tenang
Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi biasa
Sikap terhadap pemeriksa : Cukup kooperatif

b) Keadaan Afektif (Mood), Perasaan, dan Empati


Mood : tidak bisa dinilai
Afek : terbatas
Keserasian : Serasi
Empati : Tidak dapat dirabarasakan
c) Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan : sesuai dengan
tingkat pendidikan.
2. Daya konsentrasi : Baik
3. Orientasi
Waktu : Baik
Orang : Baik
Tempat : Baik
4. Daya ingat
Jangka panjang : Baik
Jangka pendek : Baik
Jangka segera : Baik
5. Pikiran abstrak : Baik
6. Bakat kreatif : Tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
d) Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Halusinasi auditorik
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
e) Proses Berpikir
1. Arus pikiran
Produktivitas : Cukup
Kontinuitas : Kadang irelevan
Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa
2. Isi pikiran
Preokupasi : Selalu ingin cepat pulang dan rindu
bertemu dengan keluarga
Gangguan isi pikir : Waham persekutorik
f) Pengendalian impuls : Baik
g) Daya nilai
Norma sosial : Terganggu
Uji daya nilai : Terganggu
Penilaian realitas : Terganggu
h) Tilikan (insight)
Pasien merasa bahwa sakit dan butuh untuk diobati namun kadang-kadang
pasien merasa sudah sembuh (Tilikan 2)
i) Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya
j) Evaluasi Kondisi Gaduh Gelisah : PANSS-EC 15

Indikator Indikator Interpretasi


Gaduh Gelisah 3 Ringan: cenderung sedikit agitatif, waspada
berlebihan, atau sedikit mudah terangsang
selama anamnesis, tetapi tanpa episode gaduh
Permusuhan 3 Ringan : melampiaskan kemarahan secara
tidak langsung atau ditahan, seperti sarkasme,
sikap tidak sopan, ekspresi bermusuhan, dan
kadangkadang iritabilitas
Ketegangan 3 Ringan : postur dan gerakan-gerakan yang
menunjukkan kekhawatiran ringan,
ketidaktenangan yang sesekali timbul,
perubahan posisi, dan tremor tangan yang
halus dan cepat
Ketidakooperatifan 3 Ringan : patuh tapi disertai sikap marah,
tidak sabar, atau sarkasme, mungkin ada
penolakan yang tidak mengganggu
penyelidikan terhadap masalah-masalah
sensitif selama anamnesis
Pengendalian Impuls 3 Ringan : pasien cenderung mudah marah dan
frustasi bila menghadapi stress atau
yang Buruk pemuasannya ditolak, tapi jarang bertindak
impulsif
Total 15
Interpretasi: pasien diberikan terapi oral, dan dipindahkan ke ruangan akut.
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Dari anamnesis didapatkan :


Seorang laki-laki usia 27 tahun dimasukkan ke RS oleh
keluarganya karena pasien mengamuk setelah meminta uang kepada ibunya
namun tidak diberi, sehingga ia mencuri uang ibunya. Pasien juga memukul
ibunya. Selama 2 bulan terakhir pasien merasa gelisah. Keluhan memberat
seminggu terakhir. Selama 2 bulan itu pasien mendengar suara-suara yang
dianggap malaikat maut yang akan mencabut nyawanya dan menyuruh
pasien membunuh temannya. Pasien meyakini suara itu akan mencabut
nyawanya dan nyawa istrinya kalau tidak membunuh temannya itu.
Awal perubahan perilaku sejak tahun 2013, saat itu pasien sering keluar
rumah mengendarai motor tanpa tujuan. Di rumah pasien sering mengamuk,
merusak barang-barang, dan berbicara sendiri sehingga pasien dibawa ke
RSKD Dadi oleh keluarganya.
Pasien ada riwayat merokok 2 bungkus per hari sejak 13 tahun yang
lalu.
Riwayat pengobatan: pasien pertama kali dirawat di RSKD Dadi pada
tahun 2013, dirawat selama >1 bulan dan diberikan 3 macam obat, namun
keluarga tidak mengetahui jenisnya. Sejak saat itu hingga sekarang pasien
tidak teratur minum obat.
Hendaya dalam menilai realitas, bidang sosial, pekerjaan dan waktu
senggang ada. Stressor psikososial adalah masalah dengan keluarga. Riwayat
merokok ada 2 bungkus perhari sejak 13 tahun yang lalu. Riwayat konsumsi
shabu-shabu dan ganja ada sejak tahun 2018.
Dari pemeriksaan status mental didapatkan :
Laki-laki usia 27 tahun, wajah sesuai usia, perawakan sedang, memakai baju
warna abu-abu dan celana hitam pendek, rambut hitam, perawakan diri kesan
kurang. Kontak mata ada dan verbal ada.
Psikomotor cukup tenang, sikap terhadap pemeriksa cukup kooperatif,
verbalisasi spontan, lancar, intonasi meningkat. Afek terbatas, empati tidak dapat
dirabarasakan. Gangguan persepsi: Halusinasi auditorik ada, yaitu suara yang
akan membunuh pasien dan istrinyadan menyuruhnya untuk membunuh
temannya. Preokupasi tidak ada. Gangguan isi pikir ada berupa waham
persekutorik. Arus pikir irelevan.

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL


● Aksis I
Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan
gejala klinis yang bermakna yaitu halusinasi auditorik, waham persekutorik,
dan perilaku disorganisasi. Hal ini menimbulkan penderitaan (distress) pada
pasien, keluarga, dan masyarakat sekitar. Serta menimbulkan disabilitas dalam
bidang sosial, pekerjaan, dan waktu senggang yang merupakan tanda dari
adanya Gangguan Jiwa.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan adanya hendaya berat
dalam menilai realita berupa adanya halusinasi auditorik sehingga pasien
didiagnosis mengalami Gangguan Jiwa Psikotik.
Pada autoanamnesis, pemeriksaan status mental, dan observasi,
ditemukan adanya halusinasi yang meminta pasien untuk adu ayam, menyuruh
pasien untuk sholat dan waham persekutorik yaitu pasien merasa ada malaikat
yang akan mencabut nyawanya dan istrinya yang berlangsung sejak 5 minggu
terakhir sehingga berdasarkan PPDGJ III pasien didiagnosis sebagai
Skizofrenia (F20) berdasarkan kriteria 1 gejala. Adanya halusinasi auditorik
yang mengancam pasien serta waham persekutorik yang menonjol maka
pasien dapat digolongkan sebagai Skizofrenia Paranoid (F20.0)

● Aksis II : tidak ada gangguan kepribadian


● Aksis III : tidak ada
● Aksis IV : masalah keluarga
● Aksis V : GAF Scale 60-51 (gejala sedang, kesulitan sedang dalam
melakukan kegiatan sosial dan pekerjaan sehari-hari).
VII. DAFTAR PROBLEM
1. Organobiologik
Tidak ditemukan adanya kelainan fisik. Namun, hendaya dalam
menilai realitas disebabkan oleh abnormalitas pengeluaran
neurotransmitter sehingga farmakoterapi untuk memperbaiki
abnormalitas tersebut diperlukan oleh pasien.
2. Psikologik
Ditemukan adanya hendaya berat dalam kehidupan pribadi dan
menimbulkan gejala psikis sehingga pasien memerlukan psikoterapi.
3. Sosiologik
Pasien mengalami hendaya dalam penggunaan waktu senggang,
hubungan sosial, dan pekerjaan.

VIII. PROGNOSIS
Quo Ad Vitam : Dubia ad Malam
Quo Ad Functionam : Dubia ad Malam
Quo Ad Sanationam : Dubia ad Malam
Faktor Pendukung:
a. Peserta merupakan peserta BPJS sehingga dapat terus berobat
b. Tidak ada gangguan organik yang menyertai
c. Dukungan keluarga dalam pengobatan pasien
d. Keluarga teredukasi dengan baik terkait penyakit skizofrenia
Faktor Penghambat
a. Tilikan 2
b. Kepatuhan meminum obat kurang
c. Perjalanan penyakit yang kronik episodik sejak tahun 2013
d. Stressor yang sudah lama berlangsung

IX. RENCANA TERAPI


● Risperidon 2 mg/12 jam/oral
● Clorilex 25 mg/24 jam/oral (malam)

X. PEMBAHASAN DAN DISKUSI


Skizofrenia merupakan gangguan neuropsikiatri kronis dan kompleks,
menyebabkan dampak yang signifikan terhadap kualitas hidup pasien,
keluarganya, lingkungan sosial, dan sistem kesehatan 1,2. Gangguan spektrum
skizofrenia mempengaruhi lebih dari 21 juta orang di seluruh dunia 3 ;
diperkirakan sekitar tujuh orang per 1000 penduduk akan mengalami
skizofrenia selama hidup mereka3,4, dengan onset gejala biasanya selama
dekade kedua atau ketiga. 4,5 Terjadinya penyakit dapat dikaitkan dengan faktor

genetik, sosio-demografis dan lingkungan. 5–7


Ada tiga hipotesis utama mengenai perkembangan skizofrenia8.
Hipotesis kelainan neurokimia berpendapat bahwa ketidakseimbangan
dopamin, serotonin, glutamat, dan GABA menghasilkan manifestasi kejiwaan
dari penyakit tersebut8,9. Ini mendalilkan bahwa empat jalur dopaminergik
utama terlibat dalam perkembangan skizofrenia. Hipotesis dopamin ini
mengaitkan gejala positif penyakit dengan aktivasi reseptor D2 yang
berlebihan melalui jalur mesolimbik, sementara kadar dopamin yang rendah di
jalur nigrostriatal diteorikan menyebabkan gejala motorik melalui efeknya
pada sistem ekstrapiramidal. Tingkat dopamin mesokortikal rendah yang
dihasilkan dari jalur mesokortikal dianggap menimbulkan gejala negatif dari
penyakit ini. Gejala lain seperti amenore dan penurunan libido dapat
disebabkan oleh peningkatan kadar prolaktin karena penurunan ketersediaan
dopamin tuberoinfundibular akibat penyumbatan jalur tuberoinfundibular.
Bukti yang menunjukkan eksaserbasi gejala positif dan negatif pada
skizofrenia oleh antagonis reseptor NMDA menyindir peran potensial
hipoaktivitas glutaminergik sementara hiperaktif serotonergik juga telah
terbukti berperan dalam perkembangan skizofrenia.9
Ada juga argumen bahwa skizofrenia adalah gangguan perkembangan
saraf berdasarkan kelainan yang ada pada struktur serebral, tidak adanya
gliosis yang menunjukkan perubahan dalam rahim, dan pengamatan bahwa
gangguan motorik dan kognitif pada pasien mendahului timbulnya penyakit.10,11
Sebaliknya, hipotesis pemutusan berfokus pada perubahan
neuroanatomi yang terlihat pada pemindaian PET dan fMRI. Ada pengurangan
volume grey matter pada skizofrenia, tidak hanya di lobus temporal tetapi juga
di lobus parietal. Perbedaan pada lobus frontal dan hippocampus juga terlihat,
berpotensi berkontribusi terhadap berbagai gangguan kognitif dan memori
yang terkait dengan penyakit ini.8–10
Pedoman Diagnostik menurut PPDGJ III12

Skizofrenia (F20.0)
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya 2 gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang
jelas) :
(a)
● “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau
● “thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
● “thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya;
(b)
● “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar atau
● “delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar atau
● “delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara
jelas merujuk ke pergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran,
tindakan, atau pengideraan khusus);
● “delusional perception” = pengalaman inderawi yang tidak wajar,
yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat;
(c) Halusinasi auditorik :
● suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien atau
● mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
● jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian
(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
atau politik tertentu, atau kekuatan di atas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia
lain.
- Atau paling sedikit dua gejala di bawa ini yang harus selalu ada secara jelas :
(e) Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-
valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
(f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posis tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, dan stupor;
(h) Gejala-gejala “negative”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang
dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja
social; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neuroleptika;
- Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal);
- Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan
penarikan diri secara social.

Skizofrenia Paranoid (F20.0)


- Memenuhi criteria umum diagnosis skizofrenia
- Sebagai tambahan: halusinasi dan / atau waham harus menonjol;
a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit
(whistling), mendengung (humming) atau bunyi tawa (laughing);
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau
lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol;
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control) dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity
(delusion of passivity) dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka
ragam, adalah yang paling khas;
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik, secara relative tidak nyata / tidak menonjol.
Penatalaksanaan pasien dengan gangguan jiwa skizofrenia tidak hanya
memerlukan obat-obatan (farmakologis) berupa antipsikotik, namun tentunya
juga dukungan dan terapi psikososial. Terapi farmakologis yang digunakan
pada pasien ini adalah risperidone. Risperidon merupakan antagonis kuat
terhadap reseptor dopamin D2 dan reseptor 5- HT2A. Risperidone juga
memiliki afinitas tinggi terhadap reseptor alfa 1, alfa 2 adrenergik, sehingga
baik untuk mengatasi gejala positif dan negatif. Pemberiannya dimulai dari
dosis minimal sebesar 0,5 – 1 mg, dimana dosis akhir ideal untuk sebagian
pasien adalah 4 – 6 mg/hr dimana dosis lebih dari ini akan memberikan efek
yang menyerupai obat antipsikotik tipikal. Efek samping yang dapat
ditemukan tardif diskinesia dan sedikit peningkatan berat badan. Risperidone
tidak menyebabkan gangguan pada fungsi kognitif. Di samping itu,
Risperidone menyebabkan efek samping ekstrapiramidal yang jauh lebih kecil
jika dibandingkan dengan obat antipsikotik tipikal, sehingga relatif aman bila
dikonsumsi untuk jangka waktu yang lebih lama.10,11,13
Perawatan inap mungkin diperlukan apabila pasien mengalami agitasi
berat atau beresiko untuk melukai diri sendiri maupun orang lain. Perawatan
inap ini juga berguna untuk mencegah kemungkinan resiko bunuh diri yang
berkisar 10% pada pasien dengan skizofrenia. Pasien juga dapat diberikan
terapi non medikamentosa yaitu psikoterapi suportif dan sosioterapi yang
dianjurkan setelah pasien tenang. Psikoterapi dilakukan untuk memperbaiki
kemampuan sosial pasien dan memperbaiki hubungan interpersonal. Selain
itu, terapi sosioterapi dilakukan untuk keluarga pasien atau orang-orang
disekitar pasien sehingga mereka dapat menerima keadaan pasien dan
menciptakan suasana yang dapat mempercepat penyembuhan pasien.10,11

Lampiran: Transkrip Wawancara Autoanamnesis


dilakukan pada tanggal 12 Desember 2022 di RS Dadi pukul 13.00 WITA

D: Selamat siang pak, perkenalkan saya dr. Hikmah, dokter muda yang sedang dinas
di rumah sakit saat ini. Saya akan mengajukan beberapa pertanyaan dalam sesi
wawancara terkait keluhan anggota keluarganya bapak. Semua yang nantinya
dikeluhkan atau diceritakan akan menjadi rahasia medis antara dokter dan pasien
sehingga tidak perlu khawatir. Saya sebagai dokter akan menjaga rahasia tersebut.
Apakah bersedia untuk dilakukan wawancara?

P: Siang dokter, Bersedia dok


D: Baik, kalau boleh tau namanya siapa pak?

P: Nama saya Baasith dok

D: baik pak Baasith umurnya berapa pak?

P: 27 dok

D: bapak tinggal di mana pak?

P: di Soppeng dok

D: pak Baasith pekerjaan sehari-harinya sebelum ke sini apa, pak?

P: saya berkebun, dok.

D: Oke pak, sebelumnya pak Baasith ingat kenapa pak Baasith dimasukkan ke sini
pak?

P: Ini dok, saya sudah lama merasa gelisah terus dok

D: sejak kapan pak kita rasakan itu?

P: sudah sejak 2 bulan yang lalu dok saya merasa gelisah, sering keluar malam naik
motor tanpa arah, tapi saya dimasukkan ke sini sebenarnya karena saya mengamuk
dok

D: kenapa pak Baasith mengamuk?

P: itu dok, kan saya minta uang sama mama saya, tapi katanya dia tidak punya uang,
padahal saya tau dia punya uang, akhirnya saya mengamuk dan mengambil uang
mama saya di lemari.

D: saat pak Baasith mengamuk apa yang pak Baasith lakukan, apakah pak Baasith
menyakiti ibu pak Baasith, berteriak, atau berkata kasar?

P: iya saya berteriak dok, saya juga pukul mama saya, jadi mama saya lapor ke kakak
saya akhirnya saya dibawa ke sini sama bapak saya.

D: apa pak Baasith menghancurkan barang-barang di sekitar pak Baasith juga?


P: tidak dok.

D: pak Baasith apakah bapak mendengar suara-suara yang membisiki bapak?

P: iya dok, ada saya dengar.

D: seperti apa pak suara-suara itu? Apa bapak kenal dengan orang yang membisiki
bapak?

P: saya tidak kenal, tapi dia malaikat maut yang selalu mau cabut nyawa saya dan
selalu suruh saya membunuh teman saya, kalau tidak dia ancam mau bunuh istri saya.
Dia juga suruh saya adu-adu ayam.

D: jadi pak Baasith, apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah bapak
melakukan apa yang disuruh?

P: kalau bunuh teman saya tidak lakukan, tapi saya lakukan yang adu ayam.

D: selain itu pak, apa lagi yang disuruh?

P: ada juga suara malaikat baik yang suruh saya terus untuk sholat, jadi saya shalat
terus dok.

D: Baik pak, selain itu ada lagi yang dibilang suara-suara itu?

P: sudah tidak ada dok, itu saja.

D: baik pak Baasith apa sebelumnya bapak pernah masuk juga ke RS Dadi atau ini
ynag pertama kalinya?

P: pernah dok tahun 2013 saya juga dimasukkan ke sini

D: kenapa waktu itu pak Baasith dimasukkan ke sini?

P: sama dok, saya juga dulu sering merasa gelisah, sering mengamuk, di rumah saya
kasih rusak barang-barang, menyanyi sendiri. Tapi tidak apa-apa menyanyi kan dok,
untuk menghibur diri sendiri?

D: kalua menyanyi tidak apa-apa pak, tapi kalua pak Baasith mengamuk dan merusak
barang-barang itu perbuatan tidak baik.
P: iya dok, sekarang saya sudah tidak begitu lagi dok. Saya sudah mau pulang ketemu
istri dan anak saya.

D: pak Baasith di rumah tinggal sama siapa?

P: sama mama bapak saya, istri dan anak saya.

D: baik, pak Baasith merasa cocok tidak kalua pak Baasith dirawat di rumah sakit?

P: tau dok, saya sakit stress. Itu kenapa saya dimasukkan ke sini tapi saya tidak tau
kenapa stress saya bikin saya begini

D: baik pak, sebelumnya pak Baasith apakah bapak ada Riwayat konsumsi obat-
obatan?

P: iya dok saya ada konsumsi shabu-shabu dan ganja karena dikasih sama kakak saya

D: sejak kapan itu pak pak Baasith konsumsi?

P: sudah lama dok, sejak sebelum saya menikah, tahun 2018

D: kapan terakhir bapak konsumsi obat tersebut?

P: 2 minggu sebelum masuk ke sini dok saya pake karena dikasih kakak saya.

D: Baik pak apakah ada riwayat bapak kepalanya terbentur?

P: tidak ada dok

D: Kalau riwayat kejang?

P: Tidak ada juga dokter

D: Bapak merokok?

P: Iya dok, 2 bungkus per hari ada itu habis

D: Sejak usia berapa bapak merokok?

P: Dari SMP dok

D: Baik pak, saya akan lanjutkan pertanyaan, terkait masa kecil dan kanaknya yah.
Dulu bapak lahirnya cukup bulan dan berat badan lahirnya berapa?

P: Cukup bulan dok, kalau berat lahir saya tidak tahu dok

D: Dimasa kecil dulu pasien tinggal dengan siapa?

P: Tinggal dengan orang tua dan kakak saya dok

D: Oke dikeluarga ada juga anggota keluarga yang mengalami hal yang sama
mungkin?

P : Tidak adaji dok Cuma saya

D: Baik pak, sebelum saya tutup ada mungkin yang mau bapak sampaikan lagi?

P: tidak ada dokter

D: Baik pak terima kasih atas informasinya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Baser O, Xie L, Pesa J, Durkin M. Healthcare utilization and costs of Veterans


Health Administration patients with schizophrenia treated with paliperidone
palmitate long-acting injection or oral atypical antipsychotics. J Med Econ.
2015;18(5):357–65.
2. Orrico-Sánchez A, López-Lacort M, Muñoz-Quiles C, Sanfélix-Gimeno G, Díez-
Domingo J. Epidemiology of schizophrenia and its management over 8-years
period using real-world data in Spain. BMC Psychiatry. 2020 Dec 5;20(1):149.
3. McGrath J, Saha S, Chant D, Welham J. Schizophrenia: a concise overview of
incidence, prevalence, and mortality. Epidemiol Rev. 2008;30(1):67–76.
4. Keskinen E, Marttila A, Marttila R, Jones PB, Murray GK, Moilanen K, et al.
Interaction between parental psychosis and early motor development and the risk
of schizophrenia in a general population birth cohort. European Psychiatry.
2015;30(6):719–27.
5. Tsapakis EM, Dimopoulou T, Tarazi FI. Clinical management of negative
symptoms of schizophrenia: An update. Pharmacol Ther. 2015;153:135–47.
6. Baser O, Xie L, Pesa J, Durkin M. Healthcare utilization and costs of Veterans
Health Administration patients with schizophrenia treated with paliperidone
palmitate long-acting injection or oral atypical antipsychotics. J Med Econ. 2015
May;18(5):357–65.
7. McGrath J, Saha S, Welham J, el Saadi O, MacCauley C, Chant D. A systematic
review of the incidence of schizophrenia: the distribution of rates and the
influence of sex, urbanicity, migrant status and methodology. BMC Med.
2004;2(1):1–22.
8. Patel KR, Cherian J, Gohil K, Atkinson D. Schizophrenia: overview and
treatment options. P T. 2014 Sep;39(9):638–45.
9. Brisch R, Saniotis A, Wolf R, Bielau H, Bernstein HG, Steiner J, et al. The Role
of Dopamine in Schizophrenia from a Neurobiological and Evolutionary
Perspective: Old Fashioned, but Still in Vogue. Front Psychiatry. 2014 May 19;5.
10. Yang A, Tsai SJ. New Targets for Schizophrenia Treatment beyond the
Dopamine Hypothesis. Int J Mol Sci. 2017 Aug 3;18(8):1689. 25
11. Rubio JM, Kane JM. The pharmacological treatment of schizophrenia: How far
have we come? Psychiatry and Clinical Neurosciences Reports. 2022 Jun 30;1(2).
12. Maslim R. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III. 2nd ed.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; 2019.
13. Sylvia D Elvira. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FKUI Publishing; 2017.

Anda mungkin juga menyukai