Makalah Standar Keperawatan Profsional
Makalah Standar Keperawatan Profsional
Makalah Standar Keperawatan Profsional
KELOMPOK 1
AGUSSALIM
AISYA MUNAWARAH
DESPI RAMADHAN
ERLI HASYIN
FADZIL AULIA
HAYATUN NUFUS
HIDAYATIL AZKIA
HUSMAR WINALDI
ISMAYANTI
KHAIRUL SHIDIQ
MARSHANDA
i
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kelancaran kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan I yang
diampu oleh Ibu Ns. Deswita, M. Kep, Sp. Kep. An. Makalah ini memuat tentang “Standar
Profesional Dalam Pelayanan Keperawatan”. Makalah ini tidak akan selesai tepat pada
waktunya tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang berkaitan dalam proses
penyelesaian makalah ini. Dalam membuat makalah ini tentu ada kurang dan salahnya,
sehingga penulis memiliki harapan besar kepada pembaca agar memberikan kritik dan saran
yang membangun. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman judul....................................................................................................................... i
Kata pengantar...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
I. Latar belakang.............................................................................................................. 1
III. Manfaat........................................................................................................................ 2
I. Pengertian.................................................................................................................... 3
I. Kesimpulan.................................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Standar praktek keperawatan adalah acuan untuk praktik keperawatan yang harus dicapai
oleh seorang perawat dan dikembangkan untuk membantu perawat melakukan validasi mutu
dan mengembangkan keperawatan. Keperawatan bertanggung jawab dalam pelayanan
profesional kepada klien yang diberikan secara manusiawi komprehensif dan
individual,berlanjut sejak klien membutuhkan pelayanan sampai klien mampu melakukan
kegiatan sehari-hari untuk diri sendiri maupun orang lain.
Oleh karena itu kita sebagai perawat yang mengedepankan profesionalitas harus mampu
memenuhi standar praktek keperawatan yang telah ditetapkan tersebut agar mampu
memelihara interaksi antara perawat dengan klien maupun tenaga kesehatan lainnya.
1
III. Manfaat
2
BAB II
KERANGKA TEORI
I. Pengertian
Praktik keperawatan profesional menurut (Gillies, 1989, hl.121) adalah sesuai dengan
yang diminta untuk melengkapi kualitas yang dibutuhkan terhadap pelayanan keperawatan
yang diberikanuntuk klien, sedangkan standar praktik keperawatan professional merupakan
pedoman bagi perawat di Indonesia dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui
pendekatan proses keperawatan. Standar praktik tersebut dilaksanakan oleh perawat generalis
maupun spesialis di seluruh tatanan pelayanan kesehatan di rumah sakit, puskesmas maupun
tatanan pelayanan kesehatan lain di masyarakat (PPNI, 2000).
Rasional
Kriteria Struktur
1. Metode pengumpulan data yang diguynakan dapat menjamin:
3
d. Terjaganya kerahasiaan.
Kriteria Proses
2. Sumber data adalah klien, keluarga atau orang terkait, tim kesehatan, rekam medis,
serta catatan lain.
f. Status spiritual
4
i. Resiko masalah potensial
Kriteria Hasil
1. Data dicatat dan dianalisis sesuai standar dan format yang ada.
2. Data yang dihasilkan akurat, terkini, dan relevan sesuai kebutuhan klien.
Rasional
Kriteria Struktur
Kriteria Proses
1. Proses dianogsis terdiri dari analisis, & interpretasi data, identifikasi masalah klien
dan perumusan diagnosis keperawatan.
2. Komponen diagnosis keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), gejala/
tanda (S) atau terdiri dari masalah dengan penyebab (PE).
3. Bekerjasama dengan klien, dekat dengan klien, petugas kesehatan lain untuk
memvalidasi diagnosis keperawatan.
5
4. Melakukan kaji ulang dan revisi diagnosis berdasarkan data terbaru.
Kriteria Hasil
Rasional
Perencanaan dikembangkan berdasarkan diagnosis keperawatan.
Kriteria Struktur
Tatanan praktek menyediakan :
Kriteria Proses
1. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan
keperawatan.
Kriteria Hasil
6
1. Tersusunnya suatu rencana asuhan keperawatan klien
Rasional
Kriteria Struktur
3. Ada mekanisme untuk mengkaji dan merevisi pola ketenagaan secara periodik.
Kriteria Proses
7
4. Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana keperawatan dibawah tanggung
jawabnya.
Kriteria Hasil
E. Standar V : Evaluasi
Rasional
Kriteria Struktur
8
1.Tatanan praktek menyediakan : sarana dan lingkungan yang mendukung
terlaksananya proses evaluasi.
Kriteria Proses
1.Menyusun rencanaan evaluasi hasil tindakan secara komprehensif, tepat waktu dan
terus-menerus.
2.Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan kearah
pencapaian tujuan.
Kriteria Hasil
A. Jaminan Mutu
Perawat secara sitematis melakukan evaluasi mutu dan efektifitas praktek keperawatan.
9
a. Rasional
b.Kriteria Struktur
3.Perawat menjadi anggota telaah sejawat dan angggota program evaluasi terdisiplin
untuk menilai hasil akhir asuhan kesehatan.
c. Kriteria Proses
10
1. Perawat berperan serta secara teratur dan sistematis pada evaluasi praktek
keperawatan melalui :
d.Kriteria Hasil
B. Pendidikan
Kualitas pelayanan kesehatan sangat berkaitan erat dengan kualitas tenaga perawat,
karena sebagian besar tenaga kesehatan Indonesia adalah perawat. Selain itu tenaga
perawat juga mempunyai kedudukan yang penting dalam menghasilkan kualitas
pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan perawatan yang diberikannya
berdasarkan pendekatan biopsikososial-spiritual, dilaksanakan selama 24 jam secara
berkesinambungan.
11
diperlukan perawat yang mempunyai kemampuan profesional dengan standar
internasional dalam aspek intelektual, interpersonal, dan teknikal, bahkan peka terhadap
perbedaan sosial budaya, serta mempunyai pengetahuan yang luas dan mampu
memanfaatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek).
Tindakan yang dilakukan dengan konsekuensi dapat digugat secara hukum apabila
tidak melakukan praktik keperawatan sesuai dengan standar profesi, kaidah etik dan
moral (Darmawan, 2003). Di Indonesia, selama ini pengaturan mengenai pendirian dan
penyelenggaraan pendidikan keperawatan masih belum tegas dan jelas, sehingga banyak
sekali berdiri institusi pendidikan keperawatan yang kualitasnya masih diragukan. Selain
itu standardisasi dalam penyelenggaraan uji kompetensi masih belum ada, sehingga hasil
yang dicapai juga beragam kualitasnya.
12
tenaga yang pada gilirannya memiliki tingkat kemampuan dan mampu memfasilitasi
pembentukan komunitas keperawatan dalam memberikan suara dan sumbangsih bagi
profesi dan masyarakat (Ma’rifin, 1999). Selain itu, ada beberapa perubahan mendasar
terkait pelayanan kesehatan di era globalisasi dan perubahan-perubahan tersebut
merupakan dampak dari perubahan: ekonomi, kependudukan, perkembangan ilmu
pengetahuan dan Iptek, serta tuntutan profesi.
a. Rasional
b. Kriteria Struktur
1. Adanya kebijakan di tatanan praktek untuk tetap memberi peluang dan fasilitas pada
perawat untuk mengikuti kegiatan yang terkait dengan pengembangan keperawatan.
2. Tersedianya peluang dan fasilitas belajar pada tatanan praktek.
3. Adanya peluang untuk berpartisipasi dalam kegiatan organisasi profesi untuk
mengembangkan profesi.
c. Kriteria Proses
C. Penilaian Kinerja
a. Defenisi
13
Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh manajer
perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas (swanburg,1987).
Proses penilain kinerja dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan prilaku
pegawai dalam rangka menghasilkan jasa kperawatan dalam kualitas dan volume yang
tinggi. Perawat manajer dapat menggunakan proses aprassial kinerja untuk mengatur
arah kerja dalam memilih, melatih, bimbingan perencanaan karir, serta pemberian
penghargaan kepada perawat yang berkompeten.
Kinerja adalah pekerjaan yang merupakan gabungan dari karakteristik pribadi dan
pengorganisasian seseorang (Kurb, 1986 dalam As’ad, 2003). Sementara As’ad,
(2003) mendefinisikan kinerja sebagai keberhasilan seseorang dalam melaksanakan
suatu pekerjaan.
Sedangkan Yaslis Ilyas (2002) yang dimaksud dengan kinerja adalah penampilan
hasil kerja pegawai baik secara kuantitas maupun kualitas. Kinerja dapat berupa
penampilan kerja perorangan maupun kelompok. Kinerja organisasi merupakan hasil
interaksi yang kompleks dan agregasi kinerja sejumlah individu dalam organisasi.
b. Prinsip-Prinsip Penilaian
Menurut Gillies (1996), untuk mengevaluasi bawahan secara tepat dan adil, manajer
sebaiknya mengamati prinsip-prinsip tertentu:
1) Evaluasi pekerja sebaiknya didasarkan pada standar pelaksanaan kerja orientasi
tingkah laku untuk posisi yang ditempati (Rombert, 1986 dikutip Gillies , 1996).
Karena diskripsi kerja dan sstandar pelaksanaan kerja disajikan ke pegawai selama
masa orientasi sebagai tujuan yang harus diusahakan, pelaksanaan kerja sebaiknya
dievaluasi berkenaan dengan sasaran-sasaran yang sama.
2) Sample tingkah lakku perawat yang cukup representatif sebaiknya diamati
dalam rangka evaluasi pelaksanaan kerjanya. Perhatian haarus diberikan untuk
mengevaluasi tingkah laku konsistennya serta guna menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan.
3) Perawat sebaiknya diberi salinan deskripsi kerjanya, standar pelaksanan kerja,
dan bentuk evaluasi untuk peninjauan ulang sebelum pertemuan evaluasi sehingga
baik perawat maupun supervisor dapat mendiskusikan evaluasi dari kerangka kerja
yang sama.
4) Di dalam menuliskan penilaian pelaksanaan kerja pegawai, manajer sebaiknya
menunjukan segi-segi dimana pelaksanaan kera itu bias memuaskan dan perbaikan
apa yang diperlukan. Supervisor sebabnya merujuk pada contoh-contoh khusus
14
mengenai tingah laku yang memuaskan maupun yang tidak memuaskan supaya
dapat menjelaskan dasar-dasar komentar yang bersifat evaluative.
5) Jika diperlukan, manajar sebaiknya menjelaskan area mana yang akan
diprioritaskan seiring dengan usaha perawat untuk meningkatkan pelaksanaan kerja.
6) Pertemuan evaluasi sebaiknya dilakukan pada waktu yang cocok bagi perwat
dan manajer, diskusi evaluasi sebaiknya dilakukan dalam waktu yang cukup bagi
keduanya.
7) Baik laporan evaluasi maupun pertemuan sebaik nya disusun denga terencana
sehingga perawat tidak merasa kalau pelaksanaan kerjanya sedang dianalisa
(Simpson, 1985). Seorang pegawai dapat bertahan dari kecamatan seorang manajer
yang menunjukan pertimbangan atas perasaanya serta menawarkan bantuan untuk
menigkatkan pelaksanaan kerjanya.
15
1)Merumuskan tanggung jawab dan tugas apa yang harus dicapai oleh staf
keperawatan. Rumusan tersebut telah disepakati oleh atasannya sehingga langkah
perumusan tersebut dapat memberikan konstribusi berupa hasil.
2)Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai oleh karyawan
untuk kurun waktu tertentu dengan penempatan standar prestasi dan tolak ukur yang
telah ditetapkan.
3)Melakukan monitoring, koreksi dan memberikan kesempatan serta bantuan yang
diperlukan oleh stafnya.
4)Menilai prestasi kerja staf dengan cara membandingkan prestasi yang dicapai
dengan standar atau tolak ukur yang telah ditetapkan.
5) Memberikan umpan balik kepada staf/karyawan yang dinilai.
6)Dalam proses pemberian umpan balik ini atasan dan bawahan perlu membicarakan
cara-cara untuk memperbaiki kelemahan yang telah diketahui untuk meningkatkan
prestasi pada periode berikutnya.
e. Rasional
f. Kriteria Struktur
g. Kriteria Proses
1. Perawat berperan serta secara teratur dan sistematis pada penilaian kinerja melalui:
c. Perumusan hasil penilaian kinerja meliputi area yang baik dan yang kurang
16
2. Perawat memanfaatkan hasil penilaian untuk memperbaiki dan mempertahankan
kinerja
h. Kriteria Hasil
D. Kesejawatan (Collegial)
a. Rasional
b. Kriteria Struktur
2.Adanya perawat yang berperan sebagai telaah sejawat yang mengevaluasi hasil
c. Kriteria Proses
d. Kriteria Hasil
17
E. Etik Kolaborasi
Kolaborasi adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan kepada pasien/klien dalam melakukan diskusi tentang diagnosa, melakukan
kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau komunikasi serta masing-
masing bertanggung jawab pada pekerjaannya.
a. Tujuan Kolaborasi
Tujuan kolaborasi perawat adalah:
1. Untuk membahas masalah-masalah tentang klien.
2. Untuk meningkatkan pamahaman tentang kontrbusi setiap anggota tim.
3. Untuk mengidentifikasi cara-cara meningkatkan mutu asuhan klien.
b. Manfaat Kolaborasi
Manfaat yang didapatkan dengan diterapkannya kolaborasi antar profesi kesehatan,
antara lain:
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan
keahlian unik profesional.
2. Memaksimalkan produktivitas serta efektifitas dan efisiensi sumber daya.
3. Meningkatkan profesionalisme, loyalitas, dan kepuasan kerja.
4. Meningkatkan kohesivitas antar tenaga kesehatan profesional.
5. Memberikan kejelasan peran dalam berinteraksi antar tenaga kesehatan
c. Karakteristik Kolaborasi
Menurut Carpenter (1990), kolaborasi mempunyai 8 karakteristik, yaitu:
1. Partisipasi tidak dibatasi dan tidak hirarkis.
2. Partisipan bertanggung jawab dalam memastikan pencapaian kesuksesan.
3. Adanya tujuan yang masuk akal.
4. Ada pendefinisian masalah.
5. Partisipan saling mendidik atau mengajar satu sama lain.
6. Adanya identifikasi dan pengujian terhadap berbagai pilihan.
7. Implementasi solusi dibagi kepada beberapa partisipan yang terlibat.
8. Partisipan selalu mengetahui perkembangan situasi.
d. Dasar – Dasar Kompetensi Kolaborasi
1.Komunikasi
Kolaborasi membutuhkan pemecahan masalah yang lebih komplek, dibutuhkan
komunikasi efektif yang dapat dimengerti oleh semua anggota tim.
2.Respek dan kepercayaan
18
Respek dan kepercayaan dapat disampaikan secara verbal maupun non verbal
serta dapat dilihat dan dirasakan dalam penerapannya sehari-hari.
3. Memberikan dan menerima feed back
Feed back dipengaruhi oleh persepsi seseorang, pola hubungan, harga diri,
kepercayaan diri, emosi, lingkungan serta waktu, feed back juga dapat bersifat
negative maupun positif.
e. Pihak – Pihak Yang Terlibat Dalam Kolaborasi
1. Pasien secara integral adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam
pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi
efektif. Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai jika
pasien sebagai pusat anggota tim.
2. Perawat sebagai anggota membawa perspektif yang unik dalam interdisiplin tim.
Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan dari praktik profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung
penting antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan
3. Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati, dan mencegah
penyakit. Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti
pemberian obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim
lainnya sebagaimana membuat referal pemberian pengobatan.
4. Selain itu, keluarga serta orang-orang lain yang berpengaruh bagi pasien juga
termasuk pihak-pihak yang terlibat dalam kolaborasi. Karena keluarga merupakan
orang terdekat dari pasien atau individu yang memiliki pengaruh sangat besar
terhadap individu. Melalui keluarga tenaga kesehatan bisa mendapatkan data-data
mengenai pasien yang dapat mempermudah dalam mendiagnosis penyakit dan
proses penyembuhan pasien
f. Proses kolaborasi .
1. Kontrol Kekuasaan.
Kontrol kekuasaan dapat terbina apabila dokter dan perawat mendapat
kesempatan yang sama mendiskusikan pasien tertentu. Kemitraan terbentuk apabila
interaksi yang diawali sama banyaknya dengan yang diterima dimana terdapat
beberapa kategori antara lain: menanyakan informasi, memberikan informasi,
menanyakan dan memberi pendapat, memberi pengarahan atau perintah,
pengambilan keputusan, memberi pendidikan, memberi dukungan/persetujuan,
menyatakan tidak setuju, orientasi dan humor.
2. Lingkungan Praktik
19
Menunjukkan kegiatan dan tanggung jawab masing-masing pihak. Perawat dan
dokter memiliki bidang praktik yang berbeda dengan peraturan masingmasing tetapi
tugas-tugas tertentu dibina yang sama. Universitas Sumatera Utara
3. Kepentingan Bersama.
Kepentingan bersama merupakan tingkat ketegasan masing-masing (usaha
untuk memuaskan kepentingan sendiri) dan faktor kerjasama (usaha untuk
memuaskan pihak lain).
4. Tujuan Bersama.
Tujuan bersama pada proses ini bersifat lebih terorientasi pada pasien dan dapat
membantu menentukan bidang tanggung jawab yang berkaitan dengan prognosis
pasien.
g. Elemen Kunci Kolaborasi
Kunci kolbarosi dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien diantaranya
yaitu :
1. Kerjasama
Kerjasama adalah saling bekerja sama dan menghargai pendapat orang lain
dan bersedia untuk memeriksa beberapa alternatif pendapat dan perubahan
kepercayaan.
2. Komunikasi
Komunikasi artinya bahwa setiap anggota bertanggung jawab untuk membagi
informasi penting mengenai perawatan pasien dan issu yang relevan untuk
membuat keputusan klinis. Otonomi mencakup kemandirian anggota tim dalam
batas kompetensinya.
3. Koordinasi
Kordinasi adalah efisiensi organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan
pasien, mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalam
menyelesaikan permasalahan.
4. Kepercayaan
Kepercayaan adalah konsep umum untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa
rasa pecaya, kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi ancaman, menghindar dari
tanggung jawab, terganggunya komunikasi.
h. Kolaborasi di Rumah Sakit
Kolaborasi merupakan hubungan kerja sama antara anggota tim dalam
memberikan asuhan kesehatan. Pada kolaborasi terdapat sikap saling menghargai antar
20
tenaga kesehatan dan saling memberikan informasi tentang kondisi klien demi
mencapai tujuan (Hoffart & Wood, 1996; Wlls, Jonson & Sayler, 1998).
Tim Kerja di Rumah Sakit :
a.Tim satu disiplin ilmu:
1) Tim Perawat
2) Tim dokter
3) Tim administrasi
b.Tim multi disiplin :
1) Tim operasi
2) Tim nosokomial infeksi
i. Perawat Sebagai Kolabolator
Sebagai seorang kolaborator, perawat melakukan kolaborasi dengan
klien.Kolaborasi yang dilakukan dalam praktek di lapangan sangat penting untuk
memperbaiki. Agar perawat dapat berperan secara optimal dalam hubungan kolaborasi
tersebut, perawat perlu menyadari akuntabilitasnya dalam pemberian asuhan
keperawatan dan meningkatkan otonominya dalam praktik keperawatan.
Menurut Baggs dan Schmitt, 1988, ada atribut kritis dalam melakukan kolaborasi,
yaitu melakukan sharing perencanaan, pengambilan keputusan, pemecahan masalah,
membuat tujuan dan tanggung jawab, melakukan kerja sama dan koordinasi dengan
komunikasi terbuka.
F. Riset
a. Rasional
b. Kriteria Stuktur
c. Kriteria Proses
21
1. Perawat mengidentifikasi masalah keperawatan terkait praktik yang memerlukan ris
et.
2. Perawat menggunakan hasil riset yang dapat dipertanggung jawabkan dalam upaya i
nvestigasi.
3. Perawat melaksanakan riset.
4. Perawat menggunakan hasil riset.
5. Perawat menjamin adanya mekanisme untuk melindungi manusia sebagai subjek. Pe
rawat mengembangkan, mengimplementasikan dan mengevaluasi riset sesuai tingka
t pendidikan.
6. Perawat mendapatkan konsultasi dan supervisi dari pakar bila diperlukan.
7. Perawat berkewajiban dalam mendiseminasikan hasil riset.
d. Kriteria Hasil
1. Meningkatkan praktik yang dapat meningkatkan pelayanan dan membuat hasil yang
positif dalam melayani pasien.
3. Membuat pengalaman yang lebih baik dan nyaman dalam belajar bagi peserta didik.
22
Hal tersebut juga dijelaskan oleh World Health Organization (WHO, 2010) tentang
salah satu manfaat dari pelaksanaan praktek IPE kolaboratif yaitu strategi ini dapat mengubah
cara berinteraksi tenaga kesehatan dengan profesi kesehatan lain dalam memberikan
perawatan. Adanya proses IPE dapat menjadikan profesi kesehatan lebih memahami peran
antar profesi dan menerapkan sikap saling menghormati dengan menjalakan peran sesuai
profesinya
2. Tutorial Problem Based Learning (PBL) Setting kuliah tutorial dapat dilakukan dengan
diskusi kelompok kecil yang melibatkan mahasiswa yang berasal dari berbagai profesi
kesehatan. Mahasiswa membahas suatu masalah dan mencoba mengindentifikasi dan
mencari penyelesaian dari masalah yang dihadapi. Modul yang digunakan adalah modul
10 terintegrasi. Dosen berupa team teaching dari beberapa profesi yang terkait dan
bertugas sebagai fasilitator dalam diskusi tersebut.
4. Skill laboratorium merupakan metode yang baik bagi IPE karena dapat mensimulasikan
bagaimana penerapan IPE secara lebih nyata. Dalam pembelajaran skill, mahasiswa
dapat mempraktekkan cara berkolaborasi dengan mahasiswa dari berbagai profesi
kesehatan yang lain dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien.
23
nyata. Melalui pendidikan profesi, mahasiswa dapat dilatih untuk berkolaborasi dengan
mahasiswa profesi lain dalam kurikulum IPE.
24
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
Standar praktek keperawantan adalah suatu pernyataan yang menguraikan suatu kualitas
yang diinginkan terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan untuk klien. Fokus utama st
andar praktek keperawatan adalah klien. Digunakan untuk mengetahui proses dan hasil pelay
anan keperawatan yang diberikan dalam upaya mencapai pelayanan keperawatan.
Standar praktik keperawatan merupakan acuan untuk praktik keperawatan yang harus dic
apai oleh seorang perawat dan dikembangkan untuk membantu perawat melakukan validasi
mutu dan mengembangkan keperawatan. Menurut PPNI standar praktik keperawatan merupa
kan komitmen profesi keperawatan dalam melindungi masyarakat terhadap praktik yang dila
kukan oleh anggota profesi. Kegunaan standar praktik keperawatan yaitu bisa digunakan seba
gai acuan pencapaian dibidang pendidikan, puskesmas dan rumah sakit.
II. Saran
Penulis menyarankan agar semua perawat dan tenaga medis lainnya bekerja sesuai etik
serta bekerja secara kolaborasi dengan menjadikan keamanan dan keselamatan pasien sebagai
prioritas utama sehingga berbagai bentuk kelalaian dapat dihindari atau diminimalisir.
Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat menambah pengetahuan dan wawasan para
pembaca mengenai standar praktek keperawatan dan standar kinerja keperawatan profesional.
25
DAFTAR PUSTAKA
Muhith,abdul. 2012. Mutu Asuhan Keperawatan Berdasarkan Analisis Kinerja Perawat dan
Kepuasan Perawat dan Pasien. Jurnal of Nurse, 7, 47-55.
https://prezi.com/277bmfpu0lpd/standar-kinerja-profesional/
https://visidanmisiiso.wordpress.com/2012/08/23/standar-kinerja-profesional-untuk-
keperawatan/
http://repository.umy.ac.id
https://studylibid.com/doc/40653/kolaborasi-dalam-keperawatan
https://www.slideshare.net/FransiskaOktafiani/kolaborasi-dalam-keperawatan
konsep-kolaborasi-dalam-keperawatan.html
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-pujiutamin-6602-3-babii.pdf
https://www.dictio.id/t/bagaimanakah-standar-praktik-keperawatan-bagi-profesi-perawat/
5355
26