Endrawan, 8 Artikel Kristiadi Oke
Endrawan, 8 Artikel Kristiadi Oke
Endrawan, 8 Artikel Kristiadi Oke
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji tentang pengaruh (1) beban kerja terhadap stres kerja, (2)
lingkungan kerja mampu memoderasi pengaruh beban kerja terhadap stres kerja. Desain penelitian
dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai
pada BPBD Kabupaten Buleleng, dan objek penelitian ini adalah beban kerja, lingkungan kerja, dan
stres kerja. Populasi penelitian ini berjumlah 78 pegawai. Seluruh populasi dijadikan unit pengumpulan
data dalam penelitian ini yaitu (1) wawancara, (2) pencatatan dokumen, (3) kuesioner, lalu dianalisis
menggunakan analisis regresi moderasi (selisih nilai mutlak). Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh (1) beban kerja berpengaruh positif signifikan terhadap stres kerja.
(2) lingkungan kerja tidak dapat memoderasi hubungan antara beban kerja dan stres kerja, variabel
lingkungan kerja menjadi variabel prediktor moderasi. (3) strategi yang dilakukan untuk mengurangi
stres kerja pada pegawai
Abstract
This study aims to examine the effect of (1) workload on work stress, (2) the work environment is
able to moderate the effect of workload on work stress. The research design in this research is
descriptive quantitative. The subjects in this study were all employees at BPBD Buleleng Regency, and
the objects of this study were workload, work environment, and work stress. The population of this
research is 78 employees. The entire population was used as a data collection unit in this study, namely
(1) interviews, (2) document recording, (3) questionnaires, then analyzed using moderation regression
analysis (difference in absolute values). The results obtained in this study indicate that (1) workload has
a significant positive effect on work stress. (2) the work environment cannot moderate the relationship
between workload and work stress, the work environment variable becomes a moderating predictor
variable. (3) strategies undertaken to reduce work stress on employees.
1. Pendahuluan
Indonesia dilihat dari demografis, geografis, geologis, hidrologis yang merupakan suatu
wilayah yang memiliki intensitas bencana yang rentan terkena bencana di dunia. Tragedi suatu
kebencanaan yang ada di Indonesia disini, yang diakibatkan oleh faktor non alam, faktor alam,
dan faktor manusia yang bisa mengakibatkan kerugian harta benda, yang akan menyebabkan
terjadinya korban jiwa manusia, dampak psikologis, dan kerusakan pada lingkungan.
Indonesia dilihat dari geologisnya dari jalur yang dilewati dua pegunungan muda yaitu
Pegunungan Pacific disebelah timur serta Pegunungan Mediterania disebelah barat yang
menyebabkan Indonesia banyak rawan terkena bencana dan memiliki gunung berapi yang
aktif. Bencana alam yang tak jarang terjadi di Indonesia yaitu: tanah longsor, banjir, gempa
bumi, tsunami, kemarau panjang, dan gunung meletus. Pada tahun 2019 provinsi Bali tercatat
mengalami 1.115 bencana alam, yaitu kebakaran 264 kejadian, gempa bumi 19 kejadian
banjir 14 kejadian, tanah longsor 75 kejadian, puting beliung 20 kejadian, dan gunung meletus
25 kejadian. Selain itu juga pohon tumbang 620 kejadian, bangunan roboh 18 kejadian, orang
hilang 6 kejadian, orang tenggelam 10 kejadian, penemuan mayat 12 kejadian, dan bencana
lainnya sebanyak 32 kejadian (data BPBD Provinsi Bali, 2019). BPBD (Badan
Penanggulangan bencana daerah) dalam pembentukan lembaga ini adalah suatu amanat
yang telah di atur Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 tahun 2007 mengenai
Hal tersebut mengindikasikan adanya permasalahan yang terjadi pada pegawai BPBD
Kabupaten Buleleng. Berikut adalah hasil wawancara dan pengamatan penulis dengan
pegawai BPBD Kabupaten Buleleng masih terdapat banyak fasilitas fisik dan non fisik yang
kurang seperti bangunan kantor di bawah aspal yang mengakibatkan banjir ketika bantuan
pada saat bencana gunung berapi logistik beras dan yang lainnya terendam banjir, terjadi
kebisingan karena di pinggir jalan, bangunannya tidak terlalu paten tidak tahan gempa,
ruangannya masih di sekat oleh triplek, fasilitas gudang logistik kurang memadai, gudang
penyimpanan alat-alat belum ada, luas area perkantoran tidak memadai karena tidak terlalu
luas, suhu agak panas dikarenakan luas ruangan kecil-kecil, garasi mobil tidak memadai,
ruangan pegawai kecil-kecil kalau dilihat dari jumlah pegawai yang sangat banyak, anggaran
dalam pengupahan gaji agak rendah, mobil ambulan dan dokter tidak ada, keamanan khusus
dengan satpam tidak ada justru yang jadi satpam pegawainya, dan uang jaga malam tidak
ada.
Hal ini masih banyak lokasi-lokasi yang pada saat terkena bencana tidak langsung
mendapatkan pertolongan, oleh karena itu Pegawai BPBD Kabupaten Buleleng didorong
untuk mampu bekerja keras dan selalu siap siaga apabila tiba-tiba terjadi insiden bencana
agar lokasi-lokasi yang mengalami bencana agar dapat segera menangani secara cepat dan
tepat. Peneliti melakukan survei pada wawancara awal beberapa pegawai dibeberapa bidang,
mempercayai bahwa kualitas lingkungan kerja akan mempengaruhi perilaku dari pegawai dan
akan meningkatkan produktifitasnya. Beban kerja adalah tuntutan tugas yang diberikan
kepada seseorang dan harus di selesaikan tepat waktu dengan kemampuan baik fisik maupun
non fisik, keahlian dan waktu yang tersedia. Beban kerja yaitu target yang harus dicapai,
mengenai kondisi pekerjaan, penggunaan waktu standar pekerjaan dalam melaksanakan
tugas-tugas, dan pelimpahan tugas serta wewenang yang dilaksanakan.
Lingkungan kerja yaitu lingkungan yang melibatkan semua aspek yang bergerak dan
bereaksi dalam tubuh dan pikiran dari pegawai seperti psikologi, organisasi, mental, fisik,
lingkungan sosial, hubungan atasan dengan bawahan yang dimana pegawai bekerja dan
pekerjaan yang harus di perhatikan untuk efektivitas yang lebih baik dalam meningkatkan
kinerja. Lingkungan kerja yang dipakai dalam penelitian ini mengacu pada pendapat
Sedarmayanti (2012), lingkungan kerja yaitu dilihat dari penerangan, suhu udaranya,
kebisingan di tempat kerja, ruang gerak yang diperlukan, fasilitas, dan hubungan pegawai
dengan atasan dan pegawai lainnya. Jika lingkungan kerja fasilitas dan kenyamanan dalam
bekerja telah tercipta, maka stres kerja dan beban kerja lebih bisa di tekan atau diminimalisir.
Lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat
mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas yang telah dibebankan oleh atasan.
Lahat dan Santoso (2018) menyebutkan akibat dari setiap aktifitas di dalam lingkungan
kerja yang bisa memberikan beban seperti tuntutan fisik yang berlebihan atau tuntutan
psikologis. Karena ketika menjalankan pekerjaan di lapangan, sehingga pegawai akan
berhubungan secara langsung bersama lingkungan kerja yang berada dalam bagian
organisasinya. Dimana lingkungan kerja tersebut bisa sangat mempengaruhi dengan mental
pegawai. Jika hubungan dengan lingkungan kerja dapat berjalan dengan sangat baik maka
bisa mengurangi tingkat stres yang dialami para pegawai, selain itu lingkungan kerja yang
sangat baik akan mengurangi kejenuhan dan keletihan dalam melakukan pekerjaannya.
Lingkungan kerja yang kondusif dan nyaman bisa sangat berpengaruh terhadap pegawai
ketika melaksanakan tugasnya dan secara bersama-sama bisa menurunkan tingkat stres para
pegawai, dan sebaliknya apabila lingkungan kerja tidak baik dan tidak kondusif maka bisa
sangat berakibat pada meningginya tingkat stres kerja pegawai nantinya.
Stres kerja suatu respon fisik dan emosional yang dapat menyebabkan kesehatan
menurun dan bahkan bisa mengalami cidera (Niosh, 2014). Pendapat lain dikemukakan oleh
Veitzhal (2016), stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya
ketidakseimbangan fisik dan psikis yang mempengaruhi emosi , proses berpikir, dan kondisi
seorang pegawai. Indikator stres kerja yang dipakai oleh peneliti dibagi ke dalam lima aspek,
yaitu adalah: Tuntutan tugas, tuntutan peran, Tuntutan antar pribadi, Struktur organisasi,
Kepemimpinan organisasi memberikan gaya manajemen pada organisasi.
Penyebab stres dalam pekerjaan yaitu memiliki beban kerja yang berlebihan, kualitas
pengawasan yang kurang proporsional, merasa tertekan atau adanya desakan waktu,
ambiguitas peran, wewenang yang tidak mencukupi, umpan balik yang tidak memadai,
berbagai bentuk perubahan, dan konflik antar pribadi yang bisa menyebabkan stres kerja,
Wood et.al (dalam Bagia, 2015). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Suryaningrum (2015) yang menyatakan bahwa beban kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap stres kerja.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menguji pengaruh sebagai berikut: (1) Pengaruh
beban kerja terhadap stres kerja pada pegawai BPBD Kabupaten Buleleng. (2) Pengaruh
lingkungan kerja dalam memoderasi hubungan beban kerja dengan stres kerja pegawai BPBD
Kabupaten Buleleng. (3) Strategi mengurangi stres kerja pada pegawai BPBD Kabupaten
Buleleng.
2. Metode
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Variabel
bebas (Independen) yang digunakan dalam peneltian ini yaitu Beban Kerja (X), sedangkan
variabel terikat (dependen) yang digunakan yaitu Stres kerja, dan penelitian ini yang
memoderasi yaitu lingkungan kerja (Z). Desain penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif,
Desain kuantitatif deskriptif ini digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya (Sugiyono, 2008). Desain kuantitatif deskriptif
langkah langkahnya yaitu: Mengidentifikasi masalah, merumuskan permasalahan,studi
pustaka, menentukan kerangka berpikir, mendesain metode penelitian, mengumpulkan data,
dan membuat laporan penelitian.
Subjek dalam penelitian ini yaitu seluruh pegawai di BPBD Kabupaten Buleleng,
sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah beban kerja (X), stress kerja (Y), dan
lingkungan kerja (Z). Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh pegawai BPBD Kabupaten
Buleleng yang berjumlah 78 pegawai. Pada penelitian ini menggunakan prosedur
pengumpulan data yaitu kuesioner, kuesioner adalah suatu instrumen untuk pengumpulan
data dengan kemungkinan jawaban pernyataan yang telah disiapkan dalam bentuk lima
pilihan dan responden tinggal memilih salah satu dari lima pilihan jawaban tersebut, yang
nantinya dapat memudahkan penelitian dalam menganalisis data. Skala yang digunakan yaitu
skala likert yaitu berisi lima tingkat jawaban yang di susun dalam satu pertanyaan. Kuesioner
dalam suatu penelitian harus memenuhi syarat dalam validitas dan reliabilitas. Dalam
penelitian ini pengujian intrumen diperoleh dengan keakuratan data, suatu kuesioner
dinyatakan valid apabila kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh
kuesioner tersebut. Sebelum digunakan sebagai alat mengumpulkan data harus diuji dahulu
Untuk mendapatkan penelitian yang valid dan akurat, pengujian ini menggunakan program
SPSS (Statistical Package for Social Science) 22 for Windows. Uji coba tersebut dilakukan
terhadap diluar sampel yang ada. Intrumen dikatakan valid apabila p-value lebih kecil daripada
alpha (α) (α=0,05). Menurut Sugiyono (2007), Suatu variabel atau konstruk disebut reliabel
apabila nilai dari Cronbach alphanya lebih besar daripada 0,60.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi moderasi (moderated
regression analysis). Analisis ini biasanya mengukur variabel lingkungan kerja sebagai
variabel moderasi untuk mengetahui apakah variabel yang memperkuat atau memperlemah
hubungan variabel beban kerja (X) dan stress kerja (Y) BPBD kabupaten buleleng.
Berdasarkan dari persamaan analisis regresi moderasi (selisih nilai mutlak), yaitu
Untuk menguji variabel lingkungan kerja (Z) apakah benar sebagai pure moderator,
quasi moderator, prediktor moderasi variable atau bukan variabel moderating sama sekali,
dapat diamati pengaruh dari X terhadap Y, pengaruh dari Z terhadap Y, dan pengaruh selisih
mutlak X-Z. Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 1 lingkungan kerja (Z) termasuk ke dalam
predictor moderasi variable, karena pengaruh dari Z terhadap Y (β2) dengan p-value uji t =
0,000 < α = 0,05 berpengaruh signifikan dan pengaruh nilai selisih mutlak X-Z dengan p-value
uji t = 0,087 > α = 0,05 berpengaruh tidak signifikan.
Dari persamaan tersebut diperoleh nilai konstan sebesar 20,606 yang menunjukkan
bahwa stres kerja pada pegawai BPBD Kabupaten Buleleng akan bernilai konstan atau tetap
sebesar 20,606 apabila variabel beban kerja (X) dan variabel lingkungan kerja (Z) sama
dengan nol dengan catatan faktor-faktor lainnya dianggap tetap. Nilai variabel beban kerja (X)
sebesar 0,742 (positif) terhadap variabel stres kerja (Y) memiliki arti besar pengaruh beban
kerja terhadap stres kerja pegawai BPBD Kabupaten Buleleng berkorelasi positif sehingga
setiap kenaikan pada beban kerja menyebabkan naiknya stres kerja pada pegawai BPBD
Kabupaten Buleleng sebesar 0,742 satuan. Selanjutnya nilai variabel lingkungan kerja (Z)
sebagai variabel moderasi hubungan variabel beban kerja (X) dan variabel stres kerja (Y)
sebesar -0,371 (negatif) terhadap variabel stres kerja (Y) memiliki arti besar pengaruh
lingkungan kerja terhadap stres kerja pegawai BPBD Kabupaten Buleleng berkorelasi negatif
sehingga setiap kenaikan pada lingkungan kerja menyebabkan turunnya stres kerja pada
pegawai BPBD Kabupaten Buleleng sebesar -0,371 satuan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ini, maka dapat ditemukan temuan bahwa
variabel beban kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap stres kerja pada pegawai
BPBD Kabupaten Buleleng. Hal ini sejalan dengan teori Suryaningrum (2015) yang
menyatakan bahwa beban kerja yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap stres kerja,
penyebab stres dalam pekerjaan yaitu memiliki beban kerja yang berlebihan, kualitas
pengawasan yang kurang proporsional, merasa tertekan atau adanya desakan waktu,
ambiguitas peran, wewenang yang tidak mencukupi, berbagai bentuk perubahan, dan konflik
antar pribadi yang dirasakan.
Dilihat dari beban kerja yang dirasa oleh pegawai BPBD Kabupaten Buleleng yaitu
memiliki pekerjaan yang harus siap siaga kapan pun 24 jam dalam tugas yang diberikan, selain
itu juga pegawai harus memiliki skill dalam melakukan penanganan ketika terjadinya bencana,
dan mampu mengatasinya dengan cepat dan tepat. Dilihat dari data bencana dalam 8 bulan
tersebut dari bulan Juli hingga bulan februari 2020 sebanyak 236 kejadian bencana, pada
bulan Oktober 2019 terjadinya bencana yang diatasi dan ditangani oleh BPBD Kabupaten
Buleleng paling banyak yaitu 54 kasus kejadian bencana dalam 1 bulan tersebut. Pada tahun
2020 mulai bulan maret BPBD Kabupaten Buleleng fokus mengatasi virus Covid-19 yang ada
di Kabupaten Buleleng seperti mengantar jenasah, membantu rumah sakit menguburkan
jenazah yang terindikasi terkena Covid-19 atau yang tidak terindikasi, menggunakan alat
pelindung diri berjam-jam yang bisa membuat sesak nafas dan dehiderasi, menyemprot di
seluruh kota Singaraja hingga ke desa-desa yang membuat pegawai BPBD Kabupaten
Buleleng yang akan menimbulkan beban kerjanya bertambah yang bisa mempengaruhi orang-
orang disekitarnya akibat stres, kepanikan, ketakutan, Resiko terkena Covid 19 lebih besar,
dan hal tersebut akan mengancam keluarga di rumah yang bisa menimbulkan kematian dan
Resiko terkena penyakit dari Covid-19 yang menakutkan.
Dalam menjalankan tugas dan profesinya pegawai BPBD Kabupaten Buleleng juga
rentan mengalami stres, setiap hari dalam melaksanakan pengabdiannya demi menangani
masyarakat yang terkena bencana atau musibah, yang harus berjaga dan bersedia selama 24
jam. Menurut Haѕіbuan (2007), mengatakan ѕtreѕ kerja adalah suatu keadaan yang
menimbulkan ketegangan serta bisa mempengaruhі proѕeѕ berfіkіr, kondіѕі ѕeѕeorang, dan
emoѕі. Hal yang dilakukan yang membuat stres kerja di BPBD Kabupaten Buleleng biasanya
pada saat membawa jenazah, pegawai yang bertugas dihalau atau dihalangi dan dimarahi
oleh masyarakat ketika membawa jenazah untuk dikuburkan di daerah setempat, melakukan
evakuasi bencana di lokasi yang sangat jauh yang mengakibatkan korban jiwa, fasilitas
penanganan yang masih kurang, bekerja setiap hari, dan harus siap siaga.
Hasil penelitian selanjutnya menemukan bahwa lingkungan kerja berpengaruh negatif
terhadap variabel stres kerja, hal ini tidak sesuai dengan teori Lahat dan Santosa (2018)
menyebutkan apabila hubungan dengan lingkungan kerja bisa berjalan dengan sangat baik
maka bisa mengurangi tingkat stres yang dirasakan pegawai, disamping lingkungan kerja yang
sangat baik juga bisa mengurangi kejenuhan dan keletihan dalam bekerja di lapangan.
Penelitian ini didukung oleh Ambarwati (2016), bahwa semakin tinggi beban tuntutan tugas
yang diberikan atau kerjaan maka bisa menyebabkan perasaan yang tertekan bagi para
pegawainya, selain itu juga dengan lingkungan kerja yang ada di dalam organisasi tersebut,
sehingga hal itu bisa dengan sangat mudah menyebabkan rasa stres kepada para pegawai.
Setelah melakukan wawancara mendalam di Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kabupaten Buleleng lingkungan kerjanya masih memiliki sarana dan prasarana yang
kurang seperti dari segi fasilitas dalam penanganan masih ada yang kurang untuk mengatasi
kejadian bencana dengan cepat, isi dan kantor masih kurang memadai seperti parkir pegawai
dan mobil operasional, ruangan disekat oleh triplek dan kaca, luas area kurang luas, suhu
diruangan juga kurang dikarenakan disekat oleh triplek dan kaca, terjadi ketidaknyaman
diruangan harus menggunakan protokol kesehatan di kantor, menggunakan sarana alat
pelindung diri sewaktu waktu setiap menangani Covid-19 atau menangani bencana yang
lainnya yang justru menyebabkan makin stres itu timbul ketika di kantor atau dalam
melaksanakan tugasnya.
Beban kerja pegawai yang berlebih bisa diatasi dengan strategi yang dilakukan,
menurut hasil wawancara dengan bapak Gede Mahendra kepala sub bidang kepegawaian
pada tanggal 16 Desember 2020 yang mengatakan:
“Untuk menurunkan stres kerja yang dialami pegawai BPBD Kabupaten Buleleng yaitu dengan
cara menghibur dirinya dengan bermain smartphonenya seperti membuka facebook atau
youtube, dan ketika merasakan stres atau lingkungan kerja yang membosankan pegawai
BPBD menghibur diri dengan bermain atau menonton ping-pong battle bersama rekan
kerjanya, terkadang juga karaoke bersama untuk menghilangkan rasa stres setelah
melaksanakan tugas dilapangan ketika memiliki waktu luang, berbicara kepada rekan kerja
untuk mengurangi rasa kepanikan, dan saling mengingatkan untuk memberikan support atau
dukungan emosional agar tidak membawa masalah kerumah nantinya”
Agar emosi yang dirasakan pegawai saat bertugas dilapangan tidak terbawa ke dalam
keluarga atau rumah tangga disinilah perlunya memiliki kecerdasan emosional. Kecerdasan
emosional adalah suatu kemampuan mengenali perasaan diri kita sendiri dan perasaan ke
orang lain, yang harus memiliki kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan
mengelola emosi dengan bijaksana kepada diri sendiri dan dengan orang lain (Goleman,
2014). Pelatihan kecerdasan emosional yang dapat di terapkan kepada pegawai menurut
Goleman (2014) adalah kemampuan pribadi seperti memotivasi memiliki kesadaran diri,
pengaturan diri yang baik, dan memiliki kecakapan sosial seperti tenggang rasa atau empati
dan memiliki keterampilan dalam bersosialisasi.
pada kondisi emosi seseorang, kondisi fisik dari pegawai sehingga pegawai dapat bekerja
secara maksimal. Dalam lingkungan kerja juga seperti ruangan yang terlalu sempit dengan
kapasitas pegawai yang banyak bisa diperlebar lagi, dan menganggarkan tempat mobil
operasional agar pada tempatnya tidak terkena sinar matahari sehingga kerusakan cat,
keropos, dan karat bisa diminimalisir, dan penambahan mobil operasional seperti mobil
ambulan khusus untuk BPBD, mobil penanganan untuk pemotongan pohon agar segera
direaliasasikan sehingga penanganan bencana dalam pohon tumbang dan yang lainnya bisa
segera diatasi dengan cepat pada saat musim hujan dengan bersinergi bersama dinas PU.
Bagi yang meneliti selanjutnya, kususnya yang berminat dan tertarik mengkaji dapat
mendalami tentang variabel beban kerja, dan lingkungan kerja diharapkan untuk bisa
mengembangkan penelitian ini dengan variabel yang lain seperti variabel kompetensi,
kepemimpinan, dan kompensasinya yang ada di BPBD Kabupaten Buleleng.
Daftar Pustaka
Ambarwati. 2016. Pengaruh Beban Kerja Terhadap Stress Perawat Igd Dengan Dukungan
Sosial Sebagai Variabel Moderating.
Bagia, I Wayan. 2015. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Bowling, N. A., & Kirkendall, C. 2012. Beban Kerja: Tinjauan tentang penyebab,
konsekuensi, dan kemungkinan intervensi. Psikologi kesehatan kerja kontemporer:
Perspektif global tentang penelitian dan praktik, 2, 221-238.
Goleman, Daniel, 2014. Kepemimpinan Mendatangkan Hasil. Cetakan Pertama , Amara
Books, Jogjakarta.
Niosh. 2016. Pengaruh Beban Kerja Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Dimediasi Stres Kerja. Jurnal Universitas Islam Indonesia
Rizki, M. 2016. Studi Pada Karyawan PT ( Persero ) Distribusi Jawa Timur Area Pelayanan.
Jurnal Penelitian Ekonomi dan Bisnis Vol 2. No.2 Desember 2018
Rizky dan Wulida. 2018. Pengaruh Beban Kerja terhadap Stres Kerja dengan Work Life
Balance sebagai Variabel Intervening (Studi pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur
Surabaya). Diakses pada 22 Desember 2019. Jurnal Administrasi Bisnis. Universitas
Brawijaya.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2007. Statiska Untuk Penelitian, Penerbit CV. Alfabeta, Bandung.
Suryaningrum, T. 2015. Pengaruh Beban Kerja dan Dukungan Sosial terhadap Stres Kerja
pada Perawat RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Skripsi, Universitas Negeri
Yogyakarta.
Veithzal. 2016. Efek Lingkungan Kerja Sosial Dan Kepuasan Kerja Pada Loyalitas Karyawan
Dalam Industri Jasa Properti. Journal of Business Education. Volume 4, Number 3