Bab I

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

PELAYANAN PENYULUH PENYULUHAN BAGI PETANI

BAWANG MERAH DI KECAMATAN WOHA KABUPATEN


BIMA

SKRIPSI

Oleh

M. Ainul Rizki Setiawan

C1G11862

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2022
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang menopang


kehidupan masyarakat, karena sektor pertanian menjadi mata pencaharian
sebagian besar penduduk Indonesia. Pertanian menjadi salah satu penopang
perekonomian nasional sehingga bahwa sektor pertanian memegang peran
penting dan seharusnya menjadi penggerak dari kegiatan perekonomian.
Berdasarkan data dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Republik Indonesia (Limanseto, 2022), sektor pertanian pada tahun 2021
tumbuh sebesar 1,84% (yoy) dan berkontribusi terhadap perekonomian
nasional sebesar 13,28%. Kemudian pada Q2-2022, sektor pertanian
menunjukan konsistensi dengan pertumbuhan positif 1,37% (yoy) dan
berkontribusi 12,98% terhadap perekonomian nasional. Tren positif tersebut
juga turut menjaga kesejahteraan petani dengan capaian Nulai Tukar Petani
(NTP) tertinggi pada Maret 2022 yakni sebesar 109,29 sedangkan NTP pada
Juli 2022 tercatat sebesar 104,25. Selain itu, data Badan Pusat Statistik (BPS)
juga melaporkan bahwa nilai ekspor pertanian pada April 2022 mengalami
pertumbuhan positif, yakni sebesar 15,89 persen (YonY) dibanding periode
yang sama tahun lalu (Mediaindonesia, 2022).
Sektor pertanian sendiri dalam penerapannya terbagi dalam berbagai
macam sub sektor. Di Indonesia sektor pertanian terbagi menjadi lima, yaitu
pertama sub sektor tanaman pangan, kedua sub sektor perkebunan, ketiga sub
sektor hortikultura, keempat sub sektor peternakan, dan kelima adalah sub
sektor perikanan (Ikbal, 2016). Dalam meningkatkan produksi pertanian
tersebut, pemerintah membentuk sebuah kebijakan ketahanan pangan untuk
memberi dukungan terhadap pasokan rantai makanan dan untuk
mensejahterakan para petani. Kebijakan tersebut salah satunya adalah
kebijakan peningkatan produksi pangan, yang ditempuh melalui penerapan
inovasi panca usaha tani, seperti penggunaan benih varietas unggul,
pemupukan, pengendalian hama terpadu, pengairan, peralatan untuk
pengolahan lahan (Kementerian Pertanian RI, 2022).
Kebijakan ketahanan pangan terbaru pada tahun 2021 ini berfokus pada
pengadaan alat dan mesin pertanian sebanyak 180 ribu unit, rehabilitasi
jaringan irigasi seluas 3,05 juta ha, peningkatan indeks pertanaman dan
asuransi pertanian (675 ribu ha) (Kementerian Pertanian RI, 2022). Oleh
karena itu, untuk memperkenalkan kebijakan tersebut dibutuhkan kegiatan
penyuluhan Oleh karena itu, dibutuhkannya kegiatan penyuluhan
(Widianengsi, 2018).
Penyuluhan pertanian merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk
merubah pola pikir pada petani, untuk memecahkan segala permasalahan
dalam kegiatan usahatani, dalam rangka peningkatan produksi pertanian di
Indonesia. Pelayanan penyuluhan pertanian akan berjalan dengan baik bila
terdapat persamaan persepsi antara penyuluh serta petani dan pihak-pihak
yang berkepentingan. Penyuluhan pertanian merupakan agen perubahan yang
langsung berhubungan dengan petani. Petani merupakan pelaku utama dalam
kegiatan produksi pertanian dan bagian dari masyarakat Indonesia yg perlu
ditingkatkan kesejahteraan serta kecerdasannya, salah satu upaya peningkatan
kecerdasan tersebut dilaksanakan melalui aktivitas penyuluhan. dengan
Kegiatan penyuluhan iniadanya penyuluh diharapkan semua informasi
pertanian yang berkembang bisa diserap serta diterima oleh petani, semakin
banyak informasi yg dimanfaatkan oleh petani maka semakin efektif
penyuluhan tersebut. Dalam pelayanan penyuluhan pertanian masyarakat
pertanian mendapat bekal dengan ilmu, pengetahuan, keterampilan dan
inovasi baru dibidang pertanian dengan penanaman prinsip agribisnis (Sundari
et al., 2015)

Peran penyuluh pertanian sangat menentukan keberhasilan


pembangunan pertanian (Sundari et al., 2015). Peran penyuluh pertanian
dapat dikatakan sebagai garda terdepan untuk meningkatkan kualitas petani
saat ini. Penyuluh berperan sebagai perantara dan penghubung informasi
untuk petani maupun dari petani. Penyuluh menyampaikan informasi dari
balai pengkajian maupun peneliti ke petani dan menyampaikan aspirasi dari
petani ke pembuat kebijakan. Peran aktif penyuluh pertanian sebagaimana
dalam kebijakan penyuluhan diantaranya sebagai inisiator dalam pembuatan
gagasan/ide baru, fasilitator, motivator, penghubung antara pemerintah dan
masyarakat tani, penghubung antara masyarakat tani dan peneliti,
pembimbing masyarakat tani, organisator dan dinamisator, penganalisa serta
sebagai agen perubahan (Room, 2019).
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa dukungan penyuluhan
merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan penerapan suatu
adopsi inovasi (Jamalet al.2014 dan Abdollahzadeh et al.2015). Hortikultura
berkelanjutan dapat dikatakan sebagai suatu inovasi. Keberhasilan
penyuluhan sangat bergantung pada materi, metode dan SDM agen
penyuluhan dan juga keterlibatan petani. Materi penyuluhan harus memenuhi
aspek hortikultura berkelanjutan dan juga kelayakan teknis, kelayakan
ekonomi, penerimaan sosial serta keamanan bagi lingkungan (Euriga et al.,
2018).

Indonesia memiliki tanaman hortikultura yang cukup potensial untuk


penyediaan vitamin dan mineral masyarakat. Dengan adanya kebijaksanaan
baru di sub sektor hortikultura, maka beberapa komoditi hortikultura dari
kelompok sayuran menjadi tanaman unggulan. Komoditi tanaman unggulan
tersebut salah satunya adalah tanaman sayuran jenis bawang merah (BPS,
2019). Bawang merah dihasilkan hampir di seluruh wilayah Indonesia, .namun
hingga saat ini, terdapat 18 sentra bawang merah nasional meliputi Bandung,
Garut, Cirebon, Majalengka, Grobogan, Pati, Demak, Temanggung, Brebes,
Kulonprogo, Malang, Probolinggo, Nganjuk, Pamekasan, Lombok Timur,
Bima, Solok dan Enrekang. Diperkirakan jumlah produksinya mencapai
125.363 ton (rogol kering askip) dengan luas panen sekitar 15.014 hektare.
Berdasarkan data Early Warning System (EWS) Direktoral Jenderal
Hortikultura Kementerian Pertanian, produksi bawang merah nasional April
2022 sebesar 157.121 ton sementara Mei sebesar 153.513 ton. Meskipun 
produksi April-Mei 2022 turun sebesar 11 persen,  namun secara neraca
kumulatif dari produksi bulan sebelumnya terkalkulasi masih mampu
memenuhi kebutuhan nasional (Wally, 2022).
Provinsi penghasil utama bawang merah di Indonesia adalah Nusa
Tenggara Barat, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan.
Delapan provinsi tersebut menyumbang 96,8% dari produksi total
bawang merah di Indonesia pada tahun 2013. Sementara itu lima provinsi di
Pulau Jawa yang terdiri dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten memberikan kontribusi sebesar 78,1%
dari produksi total bawang merah nasional. (Fauzan, 2016)
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang
mempunyai arti penting bagi masyarakat baik dilihat dari nilai ekonomisnya
yang tinggi maupun dari kandungan gizinya. Meskipun disadari bahwa
bawang merah bukan merupakan kebutuhan pokok akan tetapi kebutuhannya
hampir tidak dapat dihindari oleh konsumen rumah tangga sebagai pelengkap
bumbu masak sehari - hari. Di Nusa Tenggara Barat (NTB) tanaman bawang
merah telah lama diusahakan oleh petani sebagai usahatani yang bersifat
komersial yang dihasilkan oleh sebagian besar atau seluruh hasil produksinya
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar (Samawati.
Di Kecamatan Woha Kabupaten Bima terdiri dari 15 desa yaitu
Dadibou, Donggobolo, Kalampa, Keli, Naru, Nisa, Pandai, Penapali,
Rabakodo, Risa, Samili, Talabiu, Tente, Tenga dan Waduwani. Kecamatan
Woha sendiri merupakan salah satu daerah yang menjadi sentra budidaya
bawang merah di Kabupaten Bima sehingga sebagian besar masyarakat di
Kecamatan Woha berprofesi sebagai petani bawang merah. Adapun
produktivitas rata-rata per tahun bawang merah di Kecematan Woha
Kabupaten Bima menurut data yang didapatkan dari Sistem Informasi Dinas
Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bima tahun 2017-2021 yaitu :
Tabel 1.1. Produktivitas Rata-Rata per tahun Bawang Merah di
Kecamatan Woha Kabupaten Bima

Tahun
Komoditi Bawang Merah
2017 2018 2019 2020 2021
Luas Panen (Ha) 1.727 1.265 1.215 1.183 1.025
Produktivitas (Ton/Ha) 12,09 12,15 118,01 117,01 119,48
Produksi (Ton) 20.886 15.373 14.338 13.842 12.968
Sumber Data : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab.Bima.

Berdasarkan Tabel 1.1. dapat dijelaskan bahwa hasil pertanian


bawang merah dinas pertanian dan perkebunan dalam kurun waktu terakhir
yaitu data luas panen (Ha), produktivitas (Ton/Ha), dan produksi (Ton).
Produksi bawang merah paling tinggi yaitu terjadi pada tahun 2017 dengan
produksi 20.886 Ton dengan luas lahan 1.727 hektar, sedangkan produksi
paling rendah yaitu terjadi pada tahun 2021 denga produksi 12.968 Ton
dengan luas lahan 1.025 hektar.
Balai Penyuluhan Pertanian mulai dari tingkat desa hingga tingkat
pusat mengembang tugas dan berperan sebagai motivator,dinamisator,dan
fasilitator. Dari tugasnya tersebut maka diperlukannya kerjasama yang baik
dan erat dari petani sayuran termasuk bawang merah di Kecamatan Woha
Kabupaten Bima.
Produksi bawang merah di Kabupaten Bima masih dapat ditingkatkan
dengan cara memanfaatkan seluruh potensi dan menerapkan pelayanan
penyuluhan budidaya bawang merah yang sesuai dengan kondisi agro-
ekosistem setempat. Apabila seluruh potensi yang ada dapat dimanfaatkan
secara baik dan optimal maka Kabupaten Bima akan menjadi sentra produksi
bawang merah bagi Nusa Tenggara Barat dan Indonesia bagian timur.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti melakukan penelitian dengan
judul “ Pelayanan Penyuluhan Bagi Petanian Bawang Merah di
Kecamatan Wohnta Kabupaten Bima”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang dapat
dikemukakan yaitu :
1. Bagaimana pelayanan penyuluhan kegiatan – kegiatan dalam usahatani
bawang merah di Kecamatan Woha Kabupaten Bima?
2. apa Apa jenis – jenis layanan lembaga penyuluhan dalam dalam
mendukung petani pengelola usahatani bawang merah di Kecamatan Woha
Kabupaten Bima?
3. Apa saja fakctor – fakctor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani
bawang merah di Kecamatan Woha Kabupaten Bima?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kegiatan – kegiatan dalam Usahatani bawang merah di
Kecamatan Monta Kabupaten Bima
2. Untuk mengetahui jenis – jenis layanan lembaga penyuluhan dalam
mendukung petani pengelola usahatani bawang merah di Kecamatan
Woha Kabupaten Bima.
3. Untuk mengetahui factor – factor yang mempengaruhi keberhasilan
usahatani bawang merah di Kecamatan Woha Kabupaten Bima.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan informasi untuk peneliti yang akan melakukan
penelitian ini.
2. Bagi peneliti dan akademisi diharapkan penelitian ini dapat dijadikan
rujukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai