Buat Review Jurnal

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

AGRIKAN - Jurnal Agribisnis Perikanan

OPEN ACCES (E-ISSN 2598-8298, P-ISSN 1979-6072)


Vol. 15 No. 2: 668-682 URL: http://www.jurnal.ummu.ac.id/index.php/agrikan
Oktober 2022
https://doi.org/10.52046/agrikan.v15i2.668-682
Peer-Reviewed 

Identifikasi Peran Kelembagaan dalam Pengembangan Agribisnis


Cengkeh di Kota Tidore Kepulauan

(Identification of Institutional Role in Development Clove Agribusiness in the City of


Tidore Islands)

Nur Azizah HS 1
1
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian dan Kehutanan, Universitas Nuku, Jl. Sultan Mansyur Kota Tidore
Kepulauan, Indonesia
Email: [email protected]

 Info Article: Abstrak. Pengelolaan agribisnis cengkeh memerlukan upaya perbaikan kelembagaan. Studi ini bertujuan
Diterima: 12 Oktober 2022
untuk mengidentifikasi serta menganalisis peranan kelembagaan yang terkait dengan pengembangan agribisnis
Disetujui: 9 November 2022
cengkeh di Kota Tidore Kepulauan. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan dimulai dari bulan Januari-
Dipublikasi: 12 November 2022
Februari 2021di Kecamatan Tidore Timur Kota Tidore Kepulauan. Metode penelitian yang digunakan adalah
 Article type : metode deskriptif kualititatif .Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 8 (delapan) jenis
Riview Article kelembagaan yang terlibat dalam pengembangan agribisnis cengkeh diantaranya : 1). Kelompok Tani yang
Common Serv. Article berperan sebagai wadah kerjasama dalam kegiatan budidaya, pemeliharaan dan panen cengkeh. 2). Gapoktan
 Research Article sebagai wadah mediasi perpanjangan program pemerintah dalam menjalankan kebijakan-kebijakan dibidang
pertanian. 3). Dinas Pertanian berperan dalam memudahkan petani dalam kegiatan berusaha tani cengkeh
 Keyword: melalui berbagai kegiatan diantaranya pemberian bantuan bibit cengkeh siap tanam dan penyediaan
Peran, Kelembagaan, Agribisnis, infrastruktur jalan. 4). Dinas Perindagkop dan UKM berperan dalam kegiatan pengawasan penggunaan alat
Cengkeh. ukur, takar dan timbang dalam kegiatan perdagangan kebutuhan pangan. 5). Balai Penyuluh Pertanian
berperan sebagai lembaga penyampai kebijakan-kebijakan pemerintah. 6). Perusahaan Umum Daerah
 Korespondensi:
(Perumda) berperan dalam melakukan kegiatan pembelian cengkeh dengan harga yang berlaku di Ternate 7).
Nur Azizah HS
Pedagang Sarana Produksi berperan dalam menyediakan sarana produksi seprti bibit, pupuk, obat-obatan dan
Universitas Nuku alat-alat pertanian. 8). Pedagang Pengumpul berperan dalam kegiatan pembelian hasil produksi cengkeh dari
Kota Tidore Kepulauan,
petani.
Indonesian
Abstract. Clove agribusiness management requires institutional improvement efforts. This study aims to
Email: [email protected]
identify and analyze institutional roles related to the development of clove agribusiness in Tidore Kepulauan
City. This research was carried out for 2 months starting from January-February 2021 in East Tidore District,
Copyright©2022, Tidore City Islands. The research method used is a qualitative descriptive method. Based on the results of the
Nur Azizah HS research it shows that there are 8 (eight) types of institutions involved in the development of clove agribusiness
. including: 1). Farmers Group which acts as a forum for cooperation in clove agribusiness activities. 2).
Gapoktan as a forum for mediating the extension of government programs in carrying out policies in the
agricultural sector. 3). The Department of Agriculture plays a role in facilitating farmers in clove farming
activities through various activities including providing assistance with ready-to-plant clove seeds and
providing road infrastructure. 4). The Office of Perindagkop and UKM plays a role in monitoring the use of
measuring, measuring and weighing instruments in trading activities for food needs. 5). The Agricultural
Extension Center has a role as an institution that conveys government policies. 6). The Regional Public
Company (Perumda) plays a role in purchasing cloves at prices prevailing in Ternate 7). Traders of Production
Facilities play a role in providing production facilities such as seeds, fertilizers, medicines and agricultural
tools. 8). Collector traders play a role in buying clove products from farmers.

I. PENDAHULUAN dari total cukai nasional untuk tahun 2016 (Dirjen


Cengkeh merupakan tanaman perkebunan perkebunan, 2017). Selanjutnya cengkeh berperan
yang memiliki peran penting dan strategis serta dalam penyerapan tenaga kerja yang setiap
mempunyai nilai ekonomi tinggi bagi Indonesia. tahunnya mencapai sebesar Rp. 3 juta orang
Cengkeh juga sebagai bahan baku pembuatan (Rukmana dan Yudirachman, 2016) dan
rokok kretek mampu menghasilkan pendapatan peningkatan devisa negara yakni sebesar Rp.
negara melalui bea cukai industri rokok (Litbang 30.687 juta pada tahun 2013 menjadi Rp. 37.123 juta
Pertanian, 2007). Perkembangan industri rokok tahun 2014 (Renstra Kementerian Pertanian 2015-
kretek memberikan kontribusi pendapatan bagi 2019).
negara sebesar Rp.138,69 triliun atau 96,65 persen

668
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 14. No. 2 (Oktober 2021)

Pulau Tidore merupakan salah satu daerah produksi tanaman cengkeh adalah perbaikan
pusat rempah-rempah yaitu cengkeh yang sudah kelembagaan
dikenal sejak masa penjajahan Portugis. Kegiatan Perbaikan kelembagaan sebagai isu penting
agribisnis cengkeh berperan sebagai sumber mata dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
pencaharian sebagian besar masyarakat dengan Pertanian 2014-2019. Pengembangan sektor
luas areal keseluruhan sebesar 1.420 ha dari total pertanian yang bersandar pada pengelolaan
luas daratan wilayah Tidore sebesar 9.116,36 km2 sumberdaya alam perlu regulasi dan kelembagaan
(RPJMD, 2016-2021) dengan jumlah produksi yang untuk mensinergikan upaya yang saling
diperoleh sebesar 1.288 ton yang memberikan mendukung dalam pencapaian sasaran tersebut.
kontribusi terbesar kedua setelah tanaman kelapa Oleh karena itu, regulasi dan kelembagaan mutlak
untuk sektor perkebunan (BPS, 2017). diperlukan untuk menganalisis interaksi antara
Adanya ketersediaan potensi sumberdaya aktor sehingga tidak terjadi tumpang tindih
alam dengan kondisi tanah yang mendukung kewenangan dalam pengembangan agribisnis
pertumbuhan tanaman cengkeh, maka diperlukan cengkeh. Perbaikan kelembagaan dalam agribisnis
upaya dari semua pihak baik pemerintah maupun cengkeh meliputi: kelembagaan agribisnis mulai
masyarakat dalam pengembangan agribisnis dari hulu sampai hilir yang melibatkan
cengkeh. Agribisnis sangat diperlukan dalam kelembagaan petani, kelembagaan pemerintah dan
pengembangan komoditi cengkeh, oleh karena kelembagaan pelaku usaha. Semua lembaga yang
kenyataannya produksi yang diperoleh masih terlibat memiliki peranan dalam kegiatan
rendah serta menghadapi berbagai permasalahan agribisnis cengkeh di Tidore.
yang membutuhkan solusi bagi keberlanjutan Kelembagaan petani harus mampu
agribisnis cengkeh di masa yang akan datang. memenuhi kebutuhan-kebutuhan petani dalam
Agribisnis merupakan bisnis dibidang pertanian, mendukung kontinuitas usaha yang dilakukan.
namun secara luas agribisnis diartikan sebagai Namun realitanya, keberadaan Kelembagaan
keseluruhan aktivitas produksi dan distribusi petani tdak optimal dalam memberikan
sarana produksi usaha tani, aktivitas usaha tani, peranannya. Oleh karena pengelolaan usahatani
serta penyimpanan, pengolahan, distribusi seperti kegiatan pemasaran komoditas cengkeh
komoditas usaha tani, dan aktivitas lain yang belum bisa dijembatani secara baik oleh kelompok
membentuk produk tersebut. tani dan gapoktan yang terbentuk. Akibatnya
Siregar (2011); Yantu (2015); Lolowang, et al., kebutuhan petani terhadap sarana produksi
(2016); Rukmana dan Yudirachman (2016); Dirjen pertanian tidak dapat terpenuhi dengan baik.
Perkebunan (2016); dan Sryangreini (2017), Kelembagaan petani yang terbentuk
menegaskan bahwa rendahnya produktivitas biasanya difasilitasi karena kebutuhan program
cengkeh juga disebabkan oleh beberapa faktor atau proyek yang dilaksanakan oleh pemerintah.
sebagai berikut: 1). Menyempitnya luasan areal Peran kelembagaan petani yang optimal akan
tanaman cengkeh dalam kurun waktu 15 tahun memperluas kesempatan petani untuk
yakni pada tahun 1990 luasan areal 724.985 ha meningkatkan kapasitasnya (aspek sosial, ekologi
menurun pada tahun 2015 menjadi 535.694 ha dan ekonomi) melalui proses pembelajaran yang
2).Terjadinya perubahan iklim dan cuaca 3). efektif dan dinamis. Kapasitas kelembagaan
Kondisi kualitas tanah yang semakin menurun 4). kelompok tani dipengaruhi secara langsung oleh
Umur tanaman cengkeh 5). Kelembagaan petani tingkat kedinamisan dan partisipasi anggota serta
yang belum optimal 6). Keterbatasan akses petani secara tidak langsung oleh peran pemimpin,
terhadap teknologi 7). Keterbatasan petani dalam kapasitas anggota, peran penyuluh, dukungan
permodalan dan pembiayaan usahatani cengkeh pihak luar, dan karakteristik petani (Ruhimat,
8). Tidak terlaksananya dengan baik manajemen 2017).
usahatani meliputi: perencanaan, Kelembagaan petani terdiri dari kelompok
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. tani dan gabungan kelompok tani (Gapoktan).
Berbagai permasalahan dalam kegiatan Keberadaan kelompok tani diperlukan dalam
agribisnis cengkeh memerlukan adanya perhatian pengelolaan faktor-faktor produksi, proses
yang serius dari semua pihak baik pihak produksi, sampai pengolahan hasil sampai pada
pemerintah maupun masyarakat. Salah satu kegiatan pemasaran hasil pertanian. Menurut
strategi yang dilakukan dalam pengembangan Hasibuan et. al., (2012), Mayasari dan Nangameka
agribisnis cengkeh untuk tujuan meningkatkan (2013) dan Ikbal (2014), bahwa kelompok tani

669
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 14. No. 2 (Oktober 2021)

berperan dalam pemenuhan kebutuhan sarana lokasi kecamatan Tidore Timur berdasarkan pada
produksi serta meningkatkan dan pertimbangan bahwa sebagian besar petani
mengembangkan kemampuan petani dan mengusahakan cengkeh dan merupakan sentral
keluarganya sebagai subjek pendekatan kelompok produksi cengkeh di wilayah Tidore. Informan
dalam pembangunan pertanian. penelitian terbagi dalam 3 (tiga) kategori pelaku
Menurut Anantanyu (2011), bahwa kelembagaan yaitu :
Keberadaan petani tanpa difasilitasi oleh 1. Lembaga pemerintah meliputi Dinas Pertanian,
kelompok tani akan mengakibatkan Dinas Perdagangan, Perindustrian dan
ketidakberdayaan posisi tawar petani dalam Koperasi dan UKM, Penyuluh Pertanian
menentukan harga jual cengkeh, sementara Lapangan, Kepala dan Staf Kelurahan lokasi
menurut Herdt (2012), Sutarto, et al., (2010) dan penelitian minimal 2 (dua) orang, Direktur dan
Pondaag (2015), bahwa kelembagaan kelompok Staf Perdagangan Perusahaan Umum Daerah
tani sangat penting dalam peningkatan (Perumda) minimal 2 (dua) orang.
produktivitas kerja anggota dalam upaya 2. Lembaga Masyarakat meliputi Ketua, Pengurus
membangun kerjasama dengan pihak lain untuk dan Anggota Kelompok tani minimal 3 (tiga)
menjaga pasokan cengkeh tetap stabil dan harga orang, Ketua, Pengurus dan Anggota. Gapoktan
jual cengkeh tidak berfluktuasi secara tajam minimal 3 (tiga) orang, Ketua, Pengurus dan
Kegiatan agribisnis cengkeh tidak terlepas Anggota, Perguruan Tinggi minimal 2 (orang),
dari keterlibatan kelembagaan pemerintah dalam Dosen dan Mahasiswa.
menciptakan suasana yang mendukung 3. Lembaga Pelaku Usaha meliputi Pedagang
pengembangan produksi dan peningkatan besar ditingkat kabupaten/kota minimal 2 (dua)
pendapatan petani. Kelembagaan pemerintah orang. Pedagang pengumpul cengkeh tingkat
merupakan wadah dimana pelaku-pelaku desa minimal 2 (dua) orang.
ekonomi dan komunitas petani berinteraksi dalam Data yang digunakan dalam penelitian adalah data
akses dan distribusi manfaat terhadap sumber- primer dan sekunder. Data primer diperoleh
sumber daya yang tersedia. Dalam perannya melalui hasil diskusi dan wawancara mendalam
sebagai pelayan, maka pemerintah harus melayani dengan menggunakan kuesioner dan pengamatan
pelaku bisnis maupun yang lainnya. langsung di lapangan. Sedangkan data sekunder
Salah satu isu yang menjadi kelemahan merupakan data penunjang seperti dokumen dan
dalam rencana strategi pembangunan dalam RPJM berkas laporan yang diperoleh dari instansi
(Rencana Pembangunan Jangka Menengah pemerintahan. Jenis data primer yang akan
Daerah) Tidore Kepulauan tahun 2016-2021 adalah dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi :
masih lemahnya koordinasi lintas sektor. Penjabaran aturan informal (sanksi, tabu, adat
Sementara Gurvich, (2016); Gustafsson dan Rolf, istiadat, tradisi, kode perilaku) yang berlaku pada
(2017) menegaskan bahwa koordinasi lintas sektor pengelolaan cengkeh di tingkat petani dan
yang lemah merupakan akibat dari kerangka pengaturan program yang berlaku di tingkat
kelembagaan yang kaku sehingga menghambat lembaga pemerintah serta identifikasi bentuk
perkembangan ekonomi suatu wilayah dan perdagangan yang dilakukan oleh lembaga pelaku
organisasi atau lembaga merupakan jalan untuk bisnis.
memfasilitasi interaksi. Dengan demikian sangat Teknik pengumpulan data meliputi :
diperlukan adanya identifikasi dari peran 1. Wawancara kepada semua informan dengan
kelembagaan sehingga tercipta koordinasi lintas menggunakan pedoman wawancara yang berisi
sektor yang terlibat dalam pengembangan aspek-aspek yang akan didalami sehingga
agribisnis cengkeh di Kota Tidore Kepulauan. memperoleh data yang sesuai dengan tujuan
Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan penelitian. Wawancara dilakukan secara bebas
permasalahan dalam penelitian ini adalah baik pada kondisi petani sedang melakukan
Bagaimana peran lembaga –lembaga yang terlibat proses kegiatan usaha tani maupun pada waktu
dalam pengembangan agribisnis cengkeh di senggang.
Tidore Kepulauan 2. Dokumentasi meliputi: pengambilan gambar
pada saat penelitian dan dokumen pribadi
II. METODE PENELITIAN seperti jurnal yang .bertujuan menunjang
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan visualisasi data-data yang telah diperoleh
Tidore Timur Kota Tidore Kepulauan. Pemilihan dalam bentuk pengambilan gambar.

670
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 14. No. 2 (Oktober 2021)

Teknik analisis data yang digunakan dalam perlindungan dan pemberdayaan petani. Oleh
penelitian adalah metode analisis kualitatif- karena itu, petani dapat menumbuhkembangkan
deskriptif. Analisis data kualitatif adalah suatu kelembagaan dari, oleh, dan untuk petani guna
proses menata, menstrukturkan dan memaknai memperkuat dan memperjuangkan kepentingan
data yang tidak beraturan. Dalam penelitian ini, petani itu sendiri sesuai dengan perpaduan antara
data hasil wawancara dan pengamatan ditulis budaya, norma, nilai, dan kearifan lokal petani.
dalam suatu catatan lapangan untuk dianalisis Kelembagaan petani yang terlibat dalam agribisnis
secara kualitatif dan disajikan secara deskriptif. cengkeh meliputi: kelompok tani dan gabungan
kelompok tani (Gapoktan).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Kelompok tani Kota Mayou merupakan
Untuk mendeskripsikan peranan salah satu kelompok tani yang berada di
kelembagaan agribisnis meliputi kelembagaan Kecamatan Tidore Timur terbentuk pada bulan
petani, kelembagaan pemerintah dan kelembagaan Maret 2011 diketuai oleh Usman Jumati yang
pemasaran menggunakan konsep kelembagaan beranggotakan 10 (sepuluh) orang. Pembentukan
dari Uphoff (1986), bahwa kelembagaan kelompok tani Kota Mayou berangkat dari inisiatif
merupakan serangkaian norma (tata aturan), peran masyarakat dengan difasilitasi oleh tenaga
atau perilaku dan sumberdaya yang melembaga. penyuluh kecamatan. Pembentukan kelompok
Pembahasan lembaga mencakup tata aturan dalam tani Kota Mayou diharapkan dapat memberikan
kegiatan agribisnis cengkeh, dimana agribisnis solusi untuk para petani agar dapat meningkatkan
cengkeh sebagai serangkaian kegiatan usahatani sosial ekonomi mereka. dan tempat untuk belajar,
yang dimulai dari pengolahan lahan, pembibitan, mendapatkan pengalaman dan keterampilan yang
penanaman, pemupukan, pemanenan dan pasca belum pernah mereka dapat.
panen dengan melibatkan petani dan kelompok Peran kelompok tani Mayou dalam kegiatan
tani, pemerintah dan lembaga pemasaran yang agribisnis meliputi subsistem hulu, subsistem
dipandu oleh berbagai tata aturan yang disepakati produksi, subsistem hilir dan subsistem
untuk memenuhi kebutuhan hidup. penunjang. Peran kelompok tani dalam subsistem
hulu mencakup peran kelompok tani dari semua
3.1. Kelompok Tani Kota Mayou kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian produksi untuk terlaksananya penerapan usaha
Nomor.67/ Permentan/ SM. 050/12/2016, bahwa tani serta pemanfaatan sumber daya pertanian
dalam upaya peningkatan kemampuan kelompok secara optimal. Aspek-aspek yang ditangani dalam
tani harus dapat melaksanakan perannya sebagai subsistem agribisnis hulu meliputi penyediaan
berikut: (a) Kelas Belajar, kelompok tani bibit, pupuk, obat-obatan seperti pestisida, alat
merupakan wadah belajar mengajar bagi dan mesin pertanian serta informasi seputar
anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, pertanian (Hanafi, 2010). Peran kelembagaan
keterampilan dalam berusahatani; (b) Wahana petani dalam mendukung keberlanjutan pertanian
Kerjasama, kelompok tani merupakan tempat sangat diperlukan untuk memberikan masukan
untuk memperkuat kerjasama diantara sesama dan pertimbangan bagi pelaku pembangunan
petani dalam kelompok tani dan antar kelompok dalam rangka pengembangan ekonomi lokal
tani serta dengan pihak lain; (c). Unit Produksi, (Noviatirida, 2011).
kelompok tani diarahkan untuk memiliki Perkembangan kelompok tani Kota Mayou
kemampuan mengambil keputusan dalam dari waktu ke waktu belum mengalami
menentukan pengembangan produksi yang peningkatan peran dalam memenuhi kebutuhan
menguntungkan. Dibentuknya kelompok tani anggotanya. Hal ini disebabkan karena meskipun
juga dapat menumbuhkan partisipasi aktif petani telah membentuk kelompok namun dalam
masyarakat petani dalam pemenuhan kebutuhan. pelaksanaannya masih belum menunjukkan
Selain itu juga dapat berfungsi sebagai wadah eksistensi sebagai kelompok yang membantu
mediasi terhadap kebijakan pemerintah seperti mengembangkan para anggotanya agar mampu
berbagai penyaluran bantuan yang dilaksanakan meningkatkan penghasilan dan kesejahteraannya.
mulai dari Subsidi Sarana Produksi (SSP), Peran kelompok tani dalam subsistem hulu
Bantuan Modal Langsung (BML), simpan pinjam berfungsi sebagai wadah mediasi terhadap
terhadap anggotanya. Penguatan kelembagaan kebijakan pemerintah yaitu perpanjangan tangan
petani sangat diperlukan dalam rangka program penyaluran bantuan bibit cengkeh.

671
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 14. No. 2 (Oktober 2021)

Kebijakan pemberian bantuan bibit cengkeh dari yang berada dibawahnya yaitu kelompok tani.
Dinas Pertanian memang telah dilakukan, namun Gapoktan merupakan lembaga yang dibentuk
dalam jumlah yang belum memadai. Penyaluran oleh pemerintah pusat untuk membantu
bantuan bibit diberikan kepada ketua kelompok penyaluran bantuan kebutuhan petani di
dan selanjutnya dibagikan kepada anggota Indonesia, karena selama ini bantuan pemerintah
kelompok tani. Peran kelompok tani dalam tidak dirasakan merata oleh petani maka setiap
subsistem produksi (usaha tani) berupaya desa di Indonesia dibentuklah Gabungan
mengelola input-input (bibit, lahan, tenaga kerja, Kelompok Tani (GAPOKTAN) untuk
modal, teknologi) untuk menghasilkan produk mempermudah penyaluran bantuan pemerintah
pertanian. Petani melakukan kegiatan subsistem dan menampung kebutuhan yang dibutuhkan
agribisnis usaha tani cengkeh secara perorangan petani. Salah satu gapoktan yang ada di
dan berkelompok. Kegiatan penanaman cengkeh Kelurahan Mafututu adalah Gapoktan Aru Jaya
biasanya dilakukan oleh petani sendiri tanpa yang berdiri sejak tahun 2012 yang bergerak
melibatkan kelompok tani. dibidang budidaya tanaman pertanian. Gapoktan
Peran kelompok tani dalam subsistem Aru Jaya sebagai gabungan dari lima kelompok
usahatani sebagai wahana kerjasama antara tani yaitu kelompok tani Ake Lasa, kelompok tani
anggota kelompok tani yang terlibat dalam Dou Kalupa, kelompok tani Tabalou, kelompok
kegiatan pemeliharaan tanaman cengkeh dan tani Marimoi dan kelompok tani Kota Mayou.
pada saat panen. Petani melaksanakan kegiatan Terbentuknya gapoktan Aru Jaya merupakan
pemeliharaan tanaman cengkeh 3 (tiga) bulan hasil musyawarah beberapa ketua kelompok tani
sekali secara berkelompok baik yang tergabung yang difasilitasi oleh Badan Penyuluh Kecamatan
dalam kelompok tani atau bukan anggota dan berkembang dari adanya kepentingan dan
kelompok tani. tujuan yang ingin dicapai secara bersama. Untuk
Aturan menyangkut penggunaan anggota mencapai tujuan bersama, anggota gapoktan
kelompok tani dalam kegiatan pemeliharaan senantiasa melakukan pertemuan dalam bentuk
tanaman disepakati bersama secara lisan. Begitu kumpulan mengaji yang dilakukan pada setiap
pula dengan harga sewa berdasarkan aturan yang malam Jumat. Setelah melakukan pengajian
disepakati bersama atas dasar saling percaya bersama, anggota gapoktan membicarakan hal-hal
dalam bentuk lisan. yang berkaitan dengan gapoktan dan
Tenaga kerja yang digunakan untuk usahataninya. Meskipun pertemuan selalu
usahatani cengkeh adalah tenaga kerja dalam dilakukan, akan tetapi kepedulian anggota
keluarga dan tenaga kerja luar keluarga yang gapoktan terhadap program gapoktan masih
berasal dari anggota kelompok tani dan warga belum optimal. Pembentukan struktur organisasi
setempat. Penggunaan tenaga kerja yang lebih Gapoktan Aru Jaya dengan pembagian tugas
banyak untuk kegiatan panen dibandingkan bertujuan untuk mempermudah kelancaran
dengan kegiatan pengolahan tanah. Penggunaan program gapoktan dalam mencapai tujuan
anggota kelompok tani dalam kegiatan panen bersama.
didasarkan pada aturan yang telah disepakati
secara bersama. Aturan panen yang berlaku 3.3. Dinas Pertanian
berupa adanya pergiliran waktu naik cengkeh Dinas Pertanian merupakan lembaga yang
secara bergilir dari setiap anggota kelompok tani. bertanggung jawab dalam pengelolaan teknis
Norma yang berlaku dalam kegiatan panen yaitu pertanian di tingkat kabupaten/kota. Struktur
waktu panen dimulai pagi hari sampai menjelang organisasi Dinas Pertanian berdasarkan Peraturan
sore hari dan hasil yang diperoleh harus dalam Walikota Tidore Kepulauan dengan No.48/Tahun
jumlah 1 karung ukuran 30 kg. 2016 tertanggal 13 Desember 2016 tentang
kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi
3.2. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Aru serta tata kerja Dinas Pertanian Kota Tidore
Jaya Kepulauan. Lebih jelasnya mengenai struktur
Pengembangan gapoktan merupakan suatu organisasi dinas pertanian dapat dilihat pada
proses lanjut dari lembaga petani yang sudah lampiran.
berjalan baik sebagai kelompok tani. Gapoktan Dinas pertanian sebagai salah satu
diposisikan sebagai lembaga yang kelembagaan pemerintah yang berperan dalam
mengkoordinasi lembaga-lembaga fungsional kegiatan pertanian memiliki struktur organisasi

672
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 14. No. 2 (Oktober 2021)

yang jelas, setiap pegawai telah ditentukan tugas 11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh
dan kewajibannya berdasarkan kewenangan yang Kepala Dinas baik lisan maupun tertulis guna
diberikan oleh kepala dinas pertanian. Adapun kelancaran pelaksanaan tugas.
bidang yang terkait dalam pengelolaan cengkeh Dinas Pertanian berperan dalam
adalah Bidang Perkebunan dan Bidang memudahkan petani dalam kegiatan berusaha
Penyuluhan. Bidang Perkebunan membawahi 3 tani cengkeh melalui berbagai kegiatan
seksi yaitu Seksi Produksi Perkebunan, Seksi diantaranya pemberian bantuan bibit cengkeh
Pengolahan dan Pemasaran, Seksi Perbenihan. siap tanam, dan penyediaan infrastruktur jalan.
Sedangkan Bidang Penyuluhan membawahi Seksi Berdasarkan Laporan Kinerja dan Keuangan
Programa dan Pembinaan Penyuluhan, Seksi Dinas Pertanian, maka program yang
kelembagaan, sarana dan prasarana penyuluhan. dilaksanakan meliputi : Program Peningkatan
Kepala Bidang Perkebunan memiliki pokok Produksi Produktivitas dan Mutu Tanaman
yaitu membantu kepala Dinas dalam merumuskan Perkebunan dan Program Pengembangan Pasca
dan melaksanakan kebijakan teknis bidang Panen dan Pemasaran Hasil Pertanian.
perkebunan. Adapun uraian tugas Kepala Bidang Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi
Perkebunan adalah sebagai berikut : Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan
1. Menyusun rencana kerja Bidang Perkebunan dalam bentuk kegiatan Intensifikasi Pala dan
berdasarkan rencana kerja Dinas untuk Cengkeh dengan indikator kinerja meningkatnya
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan tugas produksi dan produktivitas pala dan cengkeh
2. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan dengan realisasi anggaran sebesar Rp.9.000.000.
dengan sekretaris dan Kepala Bidang lain di Sedangkan Program Pengembangan Pasca Panen
lingkup Dinas guna kelancaran pelaksanaan dan Pemasaran Hasil Pertanian dalam bentuk
tugas monitoring dan evaluasi (monev) kegiatan
3. Membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan perkebunan dengan indikator kinerja tersedianya
bidang tugas masing-masing agar tercapai monev kegiatan perkebunan yang dilakukan di 8
efektifitas pelaksanaan tugas (delapan) kecamatan yang tersebar di wilayah
4. Mengarahkan dan memberi petunjuk kepada kota Tidore Kepulauan.
bawahan sesuai ketentuan dan prosedur kerja Selain itu Dinas Pertanian juga
untuk mengoptimalkan produktivitas kerja melaksanakan program pemberian bantuan bibit
bawahan cengkeh sebanyak 8000 di 4(empat) kecamatan
5. Memeriksa hasil kerja bawahan sesuai pada 11 (sebelas) kelompok tani. Kegiatan
petunjuk yang sudah diberikan untuk pemberian bantuan bibit cengkeh disalurkan
penyempurnaan hasil kerja melalui ketua kelompok tani yang selanjutnya
6. Menilai kinerja dan prestasi kerja bawahan dibagikan kepada anggotanya.
berdasarkan capaian hasil kerja sebagai bahan Setelah dilakukan pemberian bantuan bibit,
pengembangan karir selanjutnya dilakukan kegiatan monitoring
7. Mengatur pelaksanaan program dan kegiatan dengan mengirimkan petugas pendamping untuk
di lingkup bidang perkebunan sehingga melihat apakah sudah dilakukan penanaman atau
program dan kegiatan dapat terlaksana dengan belum. Dinas Pertanian bekerjasama dengan
baik Pemerintah Provinsi Maluku Utara melaksanakan
8. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan program pembukaan akses jalan tani menuju
berdasarkan rencana dan realisasinya untuk lokasi perkebunan cengkeh.
mengetahui tingkat pencapaian program dan Peranan Dinas Pertanian berdasarkan
permasalahan yang dihadapi serta pemecahan struktur organisasi cukup baik, terlihat dari
masalahnya adanya pembagian tugas dan kewajiban yang
9. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas Kepada jelas, namun disisi lain program kerja dan
Kepala Dinas baik secara lisan maupun tertulis anggaran yang ada dari segi realisasinya belum
sebagai bahan pertanggung jawaban menyentuh langsung pada petani cengkeh,
10. Memberi saran dan pertimbangan kepada sehingga peranan Dinas Pertanian dirasakan
Kepala Dinas baik lisan maupun tertulis belum efektif.
sebagai bahan pertimbangan keputusan lebih Untuk itu petani sangat mengharapkan agar
lanjut dinas pertanian harus lebih meningkatkan
perannya dalam membantu petani khususnya

673
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 14. No. 2 (Oktober 2021)

dalam proses penyediaan sarana produksi ,pupuk Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
organik dan anorganik sehingga petani tidak perlu Kota Tidore Kepulauan.
mengeluarkan biaya produksi yang banyak karena Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi
disamping mahal juga sering terjadinya dan Usaha Kecil Menengah (Perindagkop dan
kelangkaan pupuk, harus ada informasi dari dinas UKM) merupakan lembaga teknis yang
pertanian kepada petani cengkeh tentang jarak bertanggung jawab dalam kegiatan perdagangan
tanam, proses membasmi hama, penyakit, hasil pertanian di tingkat kabupaten/kota.
pemupukan, penyiangan, peremajaan pohon Struktur organisasi Dinas Perindagkop dan UKM
cengkeh dan pemanenan yang baik serta cara membawahi bidang yaitu Kemetrologian dan
pengolahan pasca panen bunga cengkeh yang Pengawasan Perdagangan. Bagian Seksi
dihasilkan dan bisa meningkatkan keuntungan Kemetrologian berperan dalam pengawasan
usaha tani serta kegiatan pemasaran cengkeh yang penyelenggaraan kegiatan metrologi legal,
berwawasan agribisnis. melaksanakan tera ulang dan pemetaan jumlah
potensi UTTP (Ukur, Takar, Timbang dan
3.4. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi , Pelaksanaannya) berdasarkan peraturan
Usaha Kecil dan Menengah (Perindagkop dan perundang-undangan yang berlaku. Bagian Seksi
UKM). Pengawasan Perdagangan berperan dalam
Berdasarkan Peraturan Walikota Tidore kegiatan pengawasan UTTP dan BDKT (Barang
Kepulauan Nomor 51 Tahun 2016 tentang Dalam Keadaan Terbungkus) serta penyidikan
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan tindak pidana dibidang kemetrologian
Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Perindustrian berdasarkan ketentuan dan prosedur yang berlaku
Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil dan bagi kelancaran pelaksanaan tugas. Lebih jelasnya
Menengah. Tugas Pokok Dinas Perindagkop dan mengenai struktur organisasi Dinas Perindagkop
UKM adalah membantu Walikota melaksanakan dan UKM dapat dilihat pada lampiran 6.
urusan pemerintahan di bidang perindustrian, Peranan Dinas Perindagkop dan UKM
perdagangan, koperasi dan usaha kecil dan dalam bentuk kegiatan pengawasan penggunaan
menengah yang menjadi kewenangan daerah dan UTT bagi perdagangan kebutuhan pangan dan
tugas pembantuan yang ditugaskan kepada perdagangan kopra. Sedangkan peran Dinas
daerah. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Perindagkop dan UKM bagi perdagangan cengkeh
Dinas Perindagkop dan UKM menyelenggarakan belum pernah dilaksanakan. Adapun bentuk
fungsi sebagai berikut : pengawasan yang dilakukan dengan cara turun
a. Perumusan kebijakan sesuai dengan lingkup langsung ke lapangan atau pasar untuk melihat
tugasnya; penggunaan alat ukur dan timbang yang
b. Pelaksanaan kebijakan sesuai dengan lingkup digunakan dalam kegiatan perdagangan.
tugasnya; Peran Disperindagkop dan UKM dalam
c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan sesuai mendukung perdagangan cengkeh dalam bentuk
dengan lingkup tugasnya; kebijakan transportasi dengan mendatangkan
d. Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan kapal-kapal sebagai perwujudan dari tol laut yang
lingkup tugasnya; bertujuan mempermudah arus perdagangan
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh cengkeh antar pulau. Selain itu pihak
Walikota terkait dengan tugas dan fungsinya. Disperindagkop dan UKM menyediakan gudang-
Sumber daya manusia Dinas Perindustrian, gudang penyimpanan cengkeh dalam jumlah yang
Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah besar. Peran Disperindagkop dan UKM juga
Kota Tidore Kepulauan sebanyak 113 orang menitikberatkan pada produksi turunan cengkeh
karyawan yang terdiri dari ASN 49 orang, 64 orang yaitu pengolahan pasca panen dari daun cengkeh
honorer daerah. Dari jumlah ini lulusan Pasca menjadi minyak atsiri.
Sarjana sebanyak 1 orang, Sarjana sebanyak 38 Peran Disperindagkop dan UKM dalam
orang, Diploma sebanyak 2 orang dan tamatan agribisnis cengkeh sangat dibutuhkan, karena
SMA 8 orang. Sedangkan sumber daya fisik memerlukan dukungan dalam kegiatan pemasaran
material berupa sarana prasarana pendukung cengkeh dengan terbukanya iklim pasar cengkeh
kegiatan perkantoran dan pelaksanaan tugas yang menguntungkan bagi petani. Selain itu
pokok dan fungsi Dinas Perindustrian, petani cengkeh memerlukan adanya stabilitas

674
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 14. No. 2 (Oktober 2021)

jaminan harga jual cengkeh yang berlaku di percontohan dan pengembangan model usaha tani
pasaran. bagi pelaku utama dan pelaku usaha.
Struktur organisasi Dinas Perindustrian, Peran kelembagaan penyuluhan di tingkat
Perdagangan, Koperasi dan UKM yang terbentuk Kabupaten kota, kecamatan, dan tingkat
sudah cukup baik, tetapi disisi lain jika dilihat kelembagaan petani antara lain: (1) Sebagai sentra
dari segi program kerja dan alokasi anggaran maka pelayanan pendidikan non formal dan
peranan dinas belum mampu menyentuh langsung pembelajaran petani dan kelompoknya dalam
pada petani cengkeh. Peran Dinas Perindustrian, usaha agrobisnis. (2) Sebagai sentra komunikasi,
Perdagangan, Koperasi dan UKM perlu informasi dan promosi teknologi, sarana produksi,
ditingkatkan dalam upaya mengendalikan pengolahan hasil dalam berbagai model
stabilitas harga jual cengkeh serta perluasan agrobisnis. (3) Sebagai sentral pengembangan
jaringan pemasaran hasil produksi cengkeh SDM pertanian dan penyuluhan berbasis
melalui integrasi dan konsolidasi para pedagang kerakyatan, sesuai kebutuhan petani dan
pengumpul dan pedagang antar pulau dalam satu profesionalisme penyuluhan pertanian (4) Sebagai
mata rantai distribusi dan pemasaran. sentra pengembangan kelembagaan sosial
ekonomi petani. (5) Sebagai sentra pengembangan
3.5. Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) kompetensi dan profesionalisme penyuluh
Program pembangunan Pertanian dan pertanian. (6) Sebagai sentra pengembangan
program pembangunan Penyuluhan Pertanian kemitraan dengan dunia usaha agribisnis dan
merupakan 2 (dua) program Nasional yang tidak lainnya (Syaifuddin, 2017).
dapat dipisahkan dalam upaya meningkatkan Adapun visi dari BPP kecamatan Tidore
produktivitas dan pendapatan pelaku utama. Timur adalah Menjadikan Kelembagaan
Lahirnya Undang-undang 32 Tahun 2004 tentang Penyuluhan Pertanian yang handal untuk
Pemerintahan Daerah, dimana salah satu meningkatkan kesejahteraan Pelaku Utama dan
kewenangan Pemerintah Daerah adalah Keluarganya, sedangkan misinya adalah:
Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian sesuai 1). Menjadikan BPP sebagai lembaga
dengan kondisi masing-masing Daerah, namun Penyuluhan yang produktif, efektif dan
penyelenggaraan penyuluhan Pertanian tidak efisien,
berjalan sesuai harapan. 2). Mengembangkan program penyuluhan sesuai
Program Revitalisasi Penyuluhan Pertanian spesifik lokalita
Tahun 2005 dan lahirnya Undang-undang Nomor 3). Menjadikan BPP sebagai kebutuhan bagi
16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pemerintah dan Pelaku Utama
Pertanian Perikanan dan Kehutanan ( SP3K ), telah 4). Menjadikan BPP sebagai klinik konsultasi
dapat menata kembali kelembagaan penyuluhan Agribisnis
Pertanian dan memberikan arah yang jelas Penyuluh pertanian merupakan tenaga atau
terhadap penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian. aparat pemerintah yang bertugas memberikan
Balai Penyuluhan Pertanian sebagai salah informasi dan penyuluh mengenai cara bercocok
satu kelembagaan penyuluhan di tingkat tanam cengkeh yang sesuai dengan standar
Kecamatan sesuai Undang-undang Nomor 16 operasional prosedur serta memberikan pelatihan
Tahun 2006 pasal 8 tentang Kelembagaan dan agar petani memperoleh produksi cengkeh yang
Pasal 15 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 optimal dan berkesinambungan. Peranan
mempunyai tugas : 1). Menyusun Programa penyuluh pertanian sebagai fasilitator, motivator
Pertanian tingkat Kecamatan 2). Melaksanakan dan pendukung gerak usaha petani merupakan
penyuluhan Pertanian sesuai Programa Penyuluh titik sentral dalam memberikan penyuluhan
Pertanian 3). Menyediakan dan menyebarkan kepada petani, berkaitan dengan pengelolaan
informasi Teknologi Pembiayaan dan pasar 4). usahatani yang berkesinambungan dan ramah
Memfasilitasi pengembangan kelembagaan dan lingkungan. Kesalahan dalam memberikan
kemitraan pelaku utama dan pelaku usaha 5). penyuluhan kepada petani nantinya akan
Memfasilitasi peningkatan kapasitas penyuluh menimbulkan dampak negatif yang dapat
PNS, Penyuluh swadaya dan penyuluh Swasta membahayakan lingkungan. Pada prinsipnya
melalui proses pembelajaran secara berkelanjutan proses penyelenggaraan penyuluhan pertanian
6). Melaksanakan proses pembelajaran melalui dapat berjalan dengan baik dan benar apabila
didukung dengan tenaga penyuluh yang

675
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 14. No. 2 (Oktober 2021)

profesional, kelembagaan penyuluhan yang (Wardani, 2005). Keterbatasan kemampuan


handal, materi penyuluhan yang berkelanjutan, penyuluh dalam menyediakan dan menyebarkan
sistem penyelenggaraan penyuluhan yang benar informasi mengenai pasar, permodalan dan
serta metode penyuluhan yang tepat dan sumber daya lain menyebabkan kualitas
manajemen penyuluhan yang sinergi. Dengan pelayanan penyuluh dalam penguatan kinerja
demikian maka penyuluhan pertanian sangat agribisnis cengkeh dirasakan petani belum
penting artinya dalam memberikan modal bagi optimal. Padahal seharusnya penyuluh secara
petani dan keluarganya. Sehingga terbentuk normatif dapat menjalankan fungsi sebagai
kapasitas kemampuan menolong dirinya sendiri jembatan penghubung antara pelaku usaha,
dalam mencapai tujuan, memperbaiki instansi dan lembaga terkait dengan pelaku utama
kesejahteraan hidup petani dan keluarganya, agar kemitraan dapat tumbuh dan berkembang.
tanpa harus merusak lingkungan sekitarnya.
Selain itu penyuluh pertanian hendaknya 3.6. Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Aman
berperan sebagai penghubung antara program- Mandiri
program pemerintah dengan para petani sebagai Terbentuknya Perusahaan Umum Daerah
sasaran dari program tersebut. Namun kenyataan (Perumda) Aman Mandiri didorong oleh adanya
di lapangan, kegiatan penyuluh pertanian tentang keinginan dari pemerintah untuk mengelola
usahatani cengkeh belum pernah dilaksanakan. sektor perdagangan hasil pertanian. Perumda
Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas Aman Mandiri berdiri sejak tahun 2007 dibawah
penyuluh pertanian, mengatakan bahwa selama kepemimpinan Bapak Rudy M.Yamin, S.Sos
ini petani tidak pernah memberitahukan adanya dengan dibantu oleh beberapa perangkat kerja
permasalahan dalam budidaya cengkeh, sehingga dalam suatu struktur organisasi. Lebih jelasnya
kami dari penyuluh berkesimpulan bahwa struktur organisasi Kelembagaan Perumda Aman
pengetahuan dan keterampilan petani sudah Mandiri dapat dilihat pada lampiran.
memadai. Kelembagaan Perumda Aman Mandiri berada
Kinerja penyuluh pertanian, yang dibawah koordinasi dan pengawasan langsung
dipersepsikan oleh petani cengkeh masih kurang Bapak Walikota Tidore Kepulauan. Pada awal
pada aspek layanan. Petani cengkeh memerlukan berdirinya, Perumda Aman Mandiri hanya
adanya informasi mengenai informasi kondisi mengelola sektor perdagangan Kopra dan Pala.
pasar kegiatan pemasaran yang berwawasan Pada tahun 2019 barulah Perumda Aman Mandiri
agribisnis sehingga mampu menambah melakukan pembelian cengkeh yang berasal dari
pendapatan hasil penjualan panen cengkeh. Selain petani. Perumda Aman Mandiri berperan dalam
itu petani membutuhkan adanya penyuluhan menstabilkan kondisi harga jual cengkeh yang
mengenai peremajaan pohon cengkeh, mengingat berlaku dipasaran, sehingga petani tetap
pohon cengkeh yang ada sudah tua dan kurang memperoleh harga yang wajar agar dapat
produktif lagi. membiayai kegiatan produksi cengkeh.
Kurangnya kualitas pelayanan penyuluh
pertanian disebabkan adanya perubahan ruang 3.7. Perguruan Tinggi
lingkup kegiatan penyuluhan pertanian. Kegiatan Salah satu perguruan tinggi swasta yang
penyuluhan yang dilaksanakan hanya berfokus berada di Tidore Kepulauan adalah Univeristas
pada penyediaan dan penyebaran informasi yang Nuku dengan SK Pendirian No.218/D/O/2001,
berkaitan dengan teknologi budidaya. Akan tetapi tepatnya pada tanggal 28 September 2011 dibawah
jika mengacu pada definisi penyuluhan, maka kepemimpinan Bapak Drs.Aziz Beru, M.Si yang
kegiatan penyuluhan tidak hanya berfokus pada beralamat di Jl. Sultan Mansyur Kecamatan
transfer teknologi tetapi mencakup keseluruhan Tidore. Sejak berdirinya dari tahun 2011sampai
proses pembelajaran bagi pelaku utama agar 2021 telah mengalami pergantian rektor sebanyak
mereka mau dan mampu menolong dan 6 kali. Saat ini rektor Universitas Nuku dijabat
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses oleh Bapak Idris Sudin, SP, M.Si periode 2018-2022
informasi pasar, teknologi, permodalan, dan dengan beberapa fakultas diantaranya; Fakultas
sumberdaya lainnya sebagai upaya meningkatkan Pertanian dan Kehutanan, Fakultas Hukum,
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas
kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran Kelautan, Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik.
dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup Adapun program studi yang dilaksanakan sebagai

676
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 14. No. 2 (Oktober 2021)

berikut: Teknik Elektro, Teknik Sipil, Agribisnis, lembaga pendukungnya, seperti kelompok tani,
Ilmu Kelautan, Kehutanan, Manajemen, pedagang saprodi, pedagang hasil pertanian,
Akuntansi, Ilmu Administrasi Negara, Ilmu penyuluh, koperasi, bank, dan pemerintah daerah
Komunikasi. (Cahyono dan Tjokropandojo, 2012).
Adapun visi Universitas Nuku adalah Kelembagaan sarana produksi pada dasarnya
Unggul dalam pendidikan dan penelitian, digunakan untuk meningkatkan aksesibilitas
menghasilkan lulusan yang bertaqwa kepada petani secara fisik maupun secara finansial
Tuhan Yang Maha Esa. mampu membelajarkan terhadap input yang dibutuhkan. Dalam
diri dan bersaing melewati batas Nasional. Serta penelitian ini aspek yang dilihat dalam
berperan aktif dalam Pembangunan Daerah dan kelembagaan sarana produksi meliputi
Nasional. Sedangkan misinya adalah : ketersediaan input usaha tani yang dibutuhkan
1).Menyelenggarakan pendidikan untuk berdasarkan pernyataan petani, cara pembelian
membantu peserta didik menjadi manusia yang input, serta cara pembayaran input usaha tani oleh
berkemampuan akademik atau profesional petani.
sehingga mampu bermakna dalam kehidupan Kecukupan sarana produksi sangat terkait
bermasyarakat. 2). Mengembangkan dan dengan keberadaan kios sarana produksi di
menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi kelurahan. Khususnya di kelurahan Mafututu,
serta mengupayakan penggunaanya untuk hanya ada satu kios sarana produksi yang dikelola
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. 3). oleh gapoktan Aru Jaya. Kios gapoktan Aru Jaya
Mendorong, penyediaan fasilitas administrasi ini hanya menyediakan jenis pupuk dan obat-
akademik dalam kerangka penyediaan dan obatan untuk keperluan usaha tani hortikultura,
penguatan Tri Dharma Perguruan Tinggi. 4). belum melayani kebutuhan sarana produksi
Menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi se tanaman cengkeh.
Indonesia dan lembaga – lembaga pengguna jasa. Petani memperoleh pupuk dan alat-alat
Keluaran Universitas Nuku untuk memberikan pertanian dengan membeli pada toko-tako tani
manfaat akseleratif terhadap pertumbuhan dan yang berada di pasar Sarimalaha terletak pusat
peningkatan mutu pengelolaan Pendidikan di kota Tidore. Salah satu toko tani yang berada di
Universitas Nuku. pasar Sarimalaha adalah Rahmawati Tani yang
Rektor Universitas Nuku dalam dikelola oleh bapak Fahrul dan sudah berjalan
pengembangan kampus dibantu oleh beberapa sekitar 4 (empat) tahun.
perangkat kerja yang dapat dilihat pada struktur Toko Rahmawati Tani menyediakan
organisasinya. Lebih jelasnya struktur organisasi berbagai sarana produksi seperti benih, pupuk,
dapat dilihat pada lampiran. Program studi yang obat-obat dan alat-alat pertanian seperti
berkaitan dengan pengembangan agribisnis handsprayer dan polybag. Berdasarkan hasil
cengkeh adalah agribisnis, namun kenyataannya wawancara Rahmawati Tani belum menjual bibit
keberadaan program studi agribisnis ini belum tanaman cengkeh. Oleh karena selama ini tidak
mampu memberikan kontribusi dari hasil-hasil ada permintaan bibit cengkeh dari konsumen.
penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Petani memperoleh bibit cengkeh dari hasil
fakultas pertanian. Sejak awal berdirinya pembibitan yang dilakukannya sendiri. Petani
Universitas Nuku pada tahun 2001, mahasiswa melakukan pembelian input usaha tani secara
fakultas pertanian dan kehutanan lebih banyak tunai dengan membayar langsung sesuai dengan
berminat melakukan penelitian-penelitian yang jumlahnya.
menyangkut industri rumah tangga seperti
industri tempe, industri mebel dan penelitian 3.9. Pedagang Pengumpul
tanaman-tanaman hortikultura. Keberadaan Kelembagaan pemasaran mempunyai arti
Universitas Nuku sebagai wadah bagi penting dalam pendistribusian hasil panen
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi cengkeh hingga ke konsumen. Kegiatan
harus mampu menciptakan teknologi baru dalam pemasaran cengkeh melibatkan berbagai lembaga
agribisnis cengkeh. pemasaran. Lembaga pemasaran dalam usaha tani
cengkeh merupakan badan usaha atau individu
3.8. Pedagang Saprodi yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan
Petani dalam melakukan usaha taninya jasa dan komoditas pertanian dari produsen
mempunyai hubungan kerja dengan lembaga- kepada konsumen akhir serta memiliki hubungan

677
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 14. No. 2 (Oktober 2021)

dengan badan usaha atau individu lainnya pedagang yang mau meminjamkan uangnya
Lembaga pemasaran yang terlibat dalam kegiatan kepada petani yang membutuhkannya.
pemasaran cengkeh meliputi pedagang Bagi pedagang pengumpul yang memiliki
pengumpul kecil (tingkat kecamatan), pedagang sumber daya modal yang besar mendatangi rumah
pengumpul besar (tingkat kota), pemasok petani untuk membeli cengkeh setelah tercapai
cengkeh (pihak industri rokok). kesepakatan harga antara keduanya. Selanjutnya
Cengkeh sebagai bahan baku berbagai pedagang pengumpul di tingkat Tidore akan
industri dalam kegiatan pemasarannya melalui membawa cengkehnya dan menjualnya ke
berbagai saluran dan tahapan untuk mencapai pedagang pengumpul besar di Ternate. Pedagang
konsumen akhir. Dari hasil penelitian pengumpul sebagai salah satu kelembagaan
menunjukkan bahwa pemasaran cengkeh melalui pelaku usaha akan mampu bertahan dalam
4 (empat) saluran yaitu: perdagangan cengkeh, apabila memiliki sumber
1. Petani ke pedagang pengumpul kecil daya modal dalam jumlah besar serta menjunjung
2. Petani ke pedagang pengumpul Ternate ke tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Pedagang Pengumpul Besar (Tingkat Petani juga menjual cengkehnya ke
Ternate) ke Pemasok Industri rokok Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Mandiri.
(Surabaya) ke konsumen akhir Perumda Mandiri merupakan perusahaan
3. Petani ke Pedagang Pengumpul Besar dibawah naungan Pemerintah Kota yang secara
(Tingkat Ternate) ke Pemasok Industri manajemen berada dibawah pengawasan
rokok (Surabaya) ke konsumen akhir Walikota Tidore. Perumda Mandiri dalam
4. Petani ke Perumda ke Pedagang Pengumpul penentuan harga beli cengkeh berdasarkan harga
Besar (Ternate) ke Pemasok Industri Rokok yang berlaku di pasaran atau harga yang
ke Konsumen ditentukan oleh pedagang besar di tingkat
Cara penjualan cengkeh yang dilakukan Ternate. Penentuan harga jual cengkeh yang
oleh petani yaitu dengan membawa hasil panen berlaku di pasaran Tidore senantiasa merujuk
cengkeh yang sudah kering untuk dijual ke pada harga yang berlaku di pasaran Ternate.
pedagang pengumpul. Petani menjual hasil panen Tingkat perbedaan selisih harga hanya sekitar Rp
cengkehnya dalam bentuk per kilogram berat 2.000 – Rp. 3.000. Sedangkan untuk harga yang
cengkeh kering. Petani biasanya menjual ditetapkan oleh pedagang pengumpul tingkat
cengkehnya pada waktu hari-hari pasar yaitu hari Ternate selalu berpatokan pada harga pembelian
Selasa dan Jumat. Pada hari Selasa dan Jumat, yang dilakukan oleh pihak pemasok industri
para pedagang pengumpul datang untuk membeli rokok yang berada di Surabaya. Petani cengkeh
hasil panen cengkeh dari petani. Sebelum tidak memiliki kekuatan tawar menawar harga,
dilakukan pembayaran, terlebih dahulu cengkeh yang pada akhirnya petani akan menerima
diperiksa apakah sudah kering atau belum. berapapun harga (price taker) yang ditentukan
Pengukuran tingkat kadar air cengkeh hanya oleh pedagang. Menyangkut harga jual cengkeh
dengan melihat secara kasat mata, oleh karena selalu berubah-ubah, yang biasa terjadi pada saat
pedagang pengumpul sudah berpengalaman. musim panen harga akan turun. Dari hasil
Setelah diperiksa dan cengkeh sudah kering, wawancara dengan pedagang pengumpul tingkat
maka dilakukan kegiatan penimbangan. Ternate diketahui bahwa terjadinya kenaikan dan
Selanjutnya dilakukan pembayaran sesuai dengan penurunan harga cengkeh sangat tergantung pada
harga yang berlaku dan beratnya cengkeh sesuai kekuatan atau daya beli pihak pemasok industri
hasil penimbangan dalam bentuk Rp/kg. rokok.
Kegiatan perdagangan antara pedagang Sistem pembelian cengkeh yang diterapkan
pengumpul dengan petani ataupun anggota yaitu harga/kilogram cengkeh kering. Sistem
kelompok tani yang terjadi di lokasi penelitian pembayaran antara petani dengan pedagang
tidak hanya melihat dari harga jual yang berlaku, adalah pembayaran kontan/tunai. Namun ada juga
melainkan terdapat norma-norma timbal balik sebagian petani yang sudah meminjam uang ke
antar keduanya. Hubungan kekerabatan dan pedagang sebelum panen, sehingga pada saat
kedekatan merupakan salah satu faktor petani panen petani menjual cengkehnya untuk melunasi
memilih kepada siapa akan menjual cengkehnya. hutang-hutangnya.
Hubungan kedekatan dan timbal balik Sedangkan sistem pembayaran antara
ditunjukkan atas dasar adanya rasa kepedulian pedagang pengumpul tingkat Ternate dengan

678
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 14. No. 2 (Oktober 2021)

pemasok industri yaitu pembayaran uang muka Ternate. 3. Kelembagaan swasta mencakup
sebesar 50% dari keseluruhan pembayaran Pedagang Saprodi dan Pedagang Pengumpul.
pengiriman cengkeh. Pedagang pengumpul Pedagang saprodi berperan dalam menyediakan
tingkat Ternate menanggung semua biaya dan sarana produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan
resiko selama pengiriman cengkeh sampai dan alat-alat pertanian. Sedangkan peran
diterima oleh pihak pemasok industri rokok. pedagang pengumpul pada subsistem hilir adalah
melakukan kegiatan pembelian hasil produk
IV. PENUTUP cengkeh dari petani.
Berdasarkan hasil penelitian yang Adapun saran-saran dalam upaya
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan agribisnis cengkeh adalah sebagai
Kelembagaan yang terlibat dalam pengembangan berikut:
agribisnis cengkeh meliputi. 1. Kelembagaan 1). Pemerintah sebaiknya memberikan penguatan
petani mencakup kelompok tani dan gapoktan. dan pendampingan kelembagaan petani untuk
Kelompok tani berperan sebagai wadah kerjasama meningkatkan peran kelompok tani dan gapoktan
dalam kegiatan pemeliharaan dan panen cengkeh, sebagai unit usaha. Dengan demikian posisi tawar
sedangkan gapoktan berperan sebagai wadah petani lebih meningkat dalam dalam kegiatan
mediasi perpanjangan program pemerintah dalam perdagangan cengkeh.
menjalankan kebijakan-kebijakan dibidang 2). Agar petani mampu meningkatkan
pertanian. 2. Kelembagaan pemerintah mencakup produktivitas dan nilai jual cengkeh, maka
Dinas Pertanian berperan dalam memudahkan diperlukan adanya kegiatan-kegiatan penyuluhan
petani dalam kegiatan berusahatani cengkeh pertanian tentang cara bercocok tanam,
melalui berbagai kegiatan diantaranya pemberian peremajaan pohon cengkeh dan pengolahan
bantuan bibit cengkeh siap tanam, dan penyediaan cengkeh.
infrastruktur jalan, Dinas Perindagkop dan UKM 3). Diperlukan adanya pengembangan dan
berperan dalam kegiatan pengawasan penguatan modal keuangan kepada Perumda
penggunaan alat ukur, takar dan timbang bagi Aman Mandiri sebagai lembaga bentukan
perdagangan kebutuhan pangan dan pemerintah yang menangani kegiatan pembelian
perdagangan kopra, Penyuluh pertanian berperan hasil pertanian seperti: Cengkeh, Pala dan Kopra.
sebagai penyampai kebijakan-kebijkan Dengan demikian pemasaran cengkeh mengarah
pemerintah, belum menyentuh pada kepada stabilitas harga jual yang lebih baik dan
pengembangan agribisnis cengkeh. Peran petani mendapat harga yang layak bagi
Perumda berperan dalam melakukan kegiatan penghidupannya.
pembelian cengkeh dengan harga yang berlaku di

REFERENSI

Abubakar, I., Yantu, M.R., & Asih, D. N. (2013). Kinerja kelembagaan Pemasaran Kakao Biji Tingkat
Petani Pedesaan Sulawesi Tengah: Kasus Desa Ampibabo Kecamatan Ampibabo Kabupaten
Parigi Moutong, (Online), (e-J. Agrotek bisnis, 1(1), 74-80 diakses 20 Desember 2017).
Acemoglu, D., & Robinson, J. (2012). Why Nations Fail. The Origins of Power, Prosperity and Poverty.
New York: Crown Publishers
Anindita, Ratya dan Nur Baladina, 2017. Pemasaran Produk Pertanian, CV. Andi Offset, Yogyakarta
Ala, Ambo. 2015. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan, Bahan Kuliah Program Studi Doktor Ilmu
Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Alam, Monirul, Khorshed Alam, Shabaz Mushtaq. 2016. Influence Of Institutional Access And Social
Capital On Adaptation Decision: Empirical Evidence From Hazard-Prone Rural Households In
Bangladesh, Journal Ecological Economics, Vol. 130, diakses 2 Februari 2018.
Anantanyu, Sapja. 2009. Partisipasi Petani dalam Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan Kelompok
Petani (Kasus di Provinsi Jawa Tengah), (Online), http://repository.ipb.ac.id diakses 5 Januari
2018
Anantanyu, Sapja. 2011. Kelembagaan Petani: Peran dan Strategi Pengembangan Kapasitasnya, (Online),
ISSN : 1829-9946. Vol. 7 No. 2. 102 – 109

679
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 14. No. 2 (Oktober 2021)

Andries, Juvensius R. Paulina N. Gunawan, Aurelia Supit. 2014. Uji Efek Anti Bakteri Ekstrak Bunga
Cengkeh Terhadap Bakteri Streptococcus Mutans Secara In Vitro, (Online), Jurnal e- GiGi (eG),
Vol. 2, No. 2.
Anggara, Sahya. 2013. Sistem Politik Indonesia, Pustaka Setia, Bandung.
Aoki, Masahiko. 2001. Toward a Comparative Institutional Analysis, USA: MIT Pres
Arinda, Widya, M.R. Yantu. 2015. Analisis Produksi Tanaman Cengkeh di Desa Tondo Kecamatan Sirenja,
Kabupaten Donggala.
Astuti Am, Yuni. 2016. Analisis Kelayakan Usahatani Cengkeh dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan
Petani di Kabupaten Trenggalek, (Online), http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/74606
diakses 10 Januari 2018.
Assiamah, Emmanuel Yeboah, Kwame Ameyaw Domfeh. 2017. Institutional Assessment In Natural
Resource Governance: A Conceptual Journal Forest Policy and Economics, (Online), Vol.74
diakses 3 Februari 2018.
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis
Cengkeh, Edisi Kedua, Jakarta
Badan Pusat Statistik. 2017. Kota Tidore Dalam Angka. Katalog BPS; 1102001.8272. Badan Pusat Statistik
(BPS) Kota Tidore Kepulauan.
Beunen, Raoul, James Patterson, Kristof Van Assche. 2017. Governing for Resilience: the role of
institutional Jurnal Current Opinion Environmental Sustainability, Vol.28. diakses 29 Januari
2018.
Bernardo, Mueller, Charles. 2016. The Political Economy of The Brazilian : Model Agricultural
Development; Institutions versus Sectoral, diakses 3 Januari 2018.
Berger L. dan Thomas Luckman. 1997 The Social Construction of Reality (A Treatise in the Sociology of
Knowledge, Penguin books. Hal 68
Boardman and Brian. 2010. Systemic Thinking: Building Maps for Worlds of
Systems. Wiley (1th-ed).
Bournakis,Loannis and Christopher Tsoukis. 2016. Government Size, Institutions and Export Performance
among OECD Economic,(Online), Journal Economic Modelling, Vol.53 diakses 2 Februari 2018.
Brinkerhoff, Derick W. Arthur A. & Goldsmith. 1990. Institutional Sustainability in Agriculture and Rural
Development, Library Of Congress,1990.
Cahyono, S. dan D.S. Tjokropandojo. 2012. Peran Kelembagaan Petani dalam Mendukung Keberlanjutan
Pertanian sebagai Basis Pengembangan Ekonomi Lokal. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
B SAPPK V2N1:15-23
Caporaso, James A. David P.Levine. 2015. Teori-Teori Ekonomi Politik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Carvalho, Andriele De, Sieglinde Kindl da Cunha, Luciano Ferreira deLima, Danielle Denes Carstens,
2017 The Role And Contributions Of Sociological Institutional Theory To The Socio-Technical
Approach To Innovation Heory, (Approach To Innovation Theory), (Online), Journal RAI Revista
de Administração e Inovação 14 (2017) 250–259. Diakses 2 Februari 2018
Challen, Ray. 2000. Institutions,Transaction Cost and Environmental Policy : Institutional Reform For
Water Resources, Journal Edwar Elgar,Aldershot and Vermont (USA)
(https://www.sciencedirect.com /science/article, diakses 26 Januari 2018).
Cunha, Sieglinde Kindla. 2017. The Role Contributions Of Sociologi Technical Institutional Theory to
TheSociotechnical approach To innovation Theory, Online, Journal RAI Revista de
Administracao e Inovacao diakses tanggal 20 Januari 2018.
Corsi, Stefano, Laura Viviana, Marchisio Luigi Orsi, 2017. Connecting Smallholder Farmers to Local
Markets: Drivers of Collective Action, Land Tenure and Food Security in East Chad, (Online),
(Juornal Land Use Policy, Vol.68,Pages39-47, diakses 15 Januari 2018).
Creswell, John, W. 2016.Research Design,Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif dan Campuran,
Pustaka Pelajar,Yogyakarta.
Daly, Herman. 1992. Transitions to a Sustainable System, Beyond TheLimits: Confronting Global Collapse,
Envisioning a Sustainable Future.Vermont: Chelsea Green Publishing Company.
Damsar dan Indriyani, 2013. Pengantar Sosiologi Ekonomi, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta.

680
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 14. No. 2 (Oktober 2021)

Darma, Rahim. 2015. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan, Bahan Kuliah Program Studi Doktor Ilmu
Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Daymon, Christine dan Immy Halloway. 2008. Metode-metode Riset Kualitatif Dalam Public Relations
dan Marketing Communications. Penerjemah Cahya Wiratam, Bentang Pustaka.Yogyakarta.
Death, Carl. 2014. Mengelola Pembangunan Yang Berkelanjutan : Kemitraan, Protes, dan Kekuasaan di KTT
Dunia. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 72
Declerck, FAJ., SK Jones.., S. Attwood., D. Bossio., E Girvetz., B. Chaplin-Kramer., E Enfors., AK.
Fremier., LJ Gordon., F Kizito., I Lopez Noriega., N Matthews., m McCartney., M Meacham., A
Noble., M Quintero., Roseline Remans., Richard Soppe., L Willemen., SLR Wood and W Zhang.
2016. Agricultural ecosystems and their services : the vanguard of sustainability?. Current
Opinion in Environmental Sustainability, (Online) http://dx.doi. org/10. 1016/j. cosust .2016. 11.
016 Vol. 23, 92-99 diakses 11 Desember 2017
Denzin, Norman K, Yvonna, S. Lincolin. 2011. Handbook Of Qualitative Research, Pustaka
Pelajar,Yogykarta.
Djohanputro, Bramantyo. 2006 Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro, PPM Jakarta.
Dolo, Kornelis, Yohanes Nangameka, 2015. Analisa Produksi Dan Pendapatan Usaha Tani Cengkeh Dan
Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga, ( Studi Kasus di Desa Takatunga, Kecamatan
Golewa, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur), Online, https://jurnal.unars.ac.id diakses 15
Januari 2017.
Downey, W. David, Steven P Erickson. 1987, Manajemen agribisnis, Erlangga, Jakarta
Eaton, Joseph, W. 1986. Pembangunan Lembaga dan Pembangunan Nasional Dari Konsep Ke Aplikasi,
Universitas Indonesia, Jakarta.
Embuscado, Milda E. 2015. Spices and herbs: Natural Sources of antioxidants- a mini review, Journal Of
Functional Foods (Online), Vol 18 Pages 811-819. (https://www.sciencedirect.com, diakses 10
Februari 2018.
Evelin, Akgun, A. A V. L., Peter, N. 2012.Multi-ActorMulti-criteria Scenario analysis of regional
Sustainable Resource Policy.(Online),Vol.78 (http:// Journal Ecological Economics/htm, diakses 3
Februari 2018).
Fudjaja, Letty. 2015. Strategi Kolaborasi Multipihak Dalam Pengelolaan Perikanan Rajungan (Portunus
Pelagicus Linn) Berkelanjutan, Disertasi Program Doktor Ilmu Pertanian Universitas
Hasanuddin.
Faria, J,Hugo, 2016. Unbundling The Roles Of Human Capital And Institutions In Economics Development,
(Online), European Journal Of Political Economy, Page 108-128, diakses 30 Desember 2017
Friel, Daniel. 2017. Understanding Institutions: Different Paradigms, Different Conclusions Revista De
Administracao, (Online) Vol. 52 Pages 12–214,diakses 19 Januari 2018
Fuad , Idah Lumhatul, 2014. Analisis kelayakan usaha pembibitan cengkeh (Studi Kasus Desa Kedunglurah
Kecamatan Pogalan Kabupaten Trenggalek),(Online), Jurnal.yudharta.ac.id diakses 19 Januari
2018).
Gilles, Robert P, Emilia A.Lazarova, Pieter H.M.Ruys, 2015. Stability In A Network Economy ; The Role
Of Institutions, (Online), Vol. 119 (http//Journal Of Economic Behavior and Organizations,
diakses 3 Februari 2018)
Gusmawati, Alimudin Laapo, Dafina Howara. 2014. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Cengkeh di
Desa Bou Kecamatan Sojol Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah, (Online),
(jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/Agrotekbis/article/viewFile/3539/2558 2 (3) : 325-331,
diakses 21 januari 2018)
Gustafsson, Karin M, Rolf Lidskog. 2017. Boundary Organizations and Environmental Governance:
Performance, Institutional Design, and Conceptual Development Environmental Sociology
Section, Örebro University, (Online), (Juornal Climate Risk Management, diakses 22 Januari
2018).
Gow.D.D. 1987. Sustainable Development Of Fragile Lan.Ds:The Case Of Extensive Livestock Production
In Afrika. Agricultural Administration and Extension.

681
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 14. No. 2 (Oktober 2021)

Goodfred, A.Bokpin. 2016. Sectoral Policy Foreign Direct Investment and Environmental Sustainability in
Africa: The Rule Of Institutions and Governance Department of Finance,University of
Ghana,(Online) diakses 26 Januari 2018.
Gurvich, Eysey, 2016. Institutional Constraints and Economic Development, (Online), Jurnal Russian
Economics, Vol.2 diakses 3 Februari 2018.
Handayani, S. 2013. Kelembagaan Agribisnis, (Online) (http://shsis kahan dayani.blogspot.com/2013/
04/kelembagaan-agribisnis.htmi diakses 2 Desember 2018)
Hariyani, Unun Eka, , 2016. Keberlanjutan Usaha Tani Cengkeh, Studi Sosiologi di Desa Cengkeh
Wonosalam Jombang, (Online), Journal.unair.ac.id diakses 4 Maret 2018
Hasibuan, Dewi Citra, Luhut Sihombing dan Emalisa, 2012. Peranan Kelompok Tani Terhadap
Keberhasilan Penyaluran Pupuk Bersubsidi, Journal On Social Economic Of Agriculture And
Agribusiness, (Online), diakses 8 Maret 2018
Herdt, Robert W. 2012. People, Institutions and Technology A Personal View The Role of Foundations in
International Agricultural Research and Development 1960 -2010, (Online), Journal Food
Policy,Cornell University Adjunct, United States, diakses 2 Januari 2018.
Hermanto. 2007. Rancangan Kelembagaan Tani. Bogor: Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Hoffman, Richard C. Jonathan Munemo, Sharon Watson, International Franchise Expansion: The Role of
Institutions and Transaction Costs, (Online), (Jurnal Manajemen Vol. 22. 2016 Pages 101-114),
diakses 16 Desember 2017).
Ikbal, Muhammad. 2014. Peranan Kelompok Tani dalam Meningkatkan Pendapatan Petani Padi sawah di
Desa Margamulya Kecamatan Bungku Barat Kabupaten Morowali, (Online), e-J. Agrotekbis Vol.
2: 505-509, diakses tanggal 6 Maret 2018.
Ilham, Herry Purnomo, Tri Nugroho, 2016. Analisis Pemangku Kepentingan dan Jaringan Sosial Menuju
Pengelolaan Multipihak di Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Qori Pebrial Jurnal Ilmu
Pertanian Indonesia (JIPI), (Online), (http://journal.ipb.ac.id/index.php/JIPI Vol. 21 ISSN 0853-
4217 diakses 4 Februari 2018)
Irawan, Bambang dan Sri Hastuti Suhartini, 2012. Kelembagaan Agribisnis Pada Berbagai Tipe Desa,
(Panel Petani Nasional: Mobilisasi Sumber Daya dan Penguatan Kelembagaan Pertanian,
diakses 10 Maret 2018)
Istianah. 2013. Analisis Efesiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Cengkeh di Kecamatan Jatiyoso
Kabupaten Karanyar, (Online) (https://digilib.uns.ac.id, diakses 23 Januari 2018).
Jacobi, Van Nadia. 2017, Institutional Interconnections: Understanding Symbiotic Relationships,
(Online), Journal of Institutional Economics, :
(https://www.researchgate.net/publication/321917630 diakses Januari 2019)
Juniati, Silviana, Imam Buchori. 2016. Efektivitas Kelembagaan Pemerintah dalam Integrasi Pola
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (Studi Kasus: Provinsi Jawa
Tengah) Jurnal Wilayah dan Lingkungan, (On line), Journal Homepage
:http://ejournal2undip.ac.id/index. php/jwl) , P-ISSN: 2338-1604 dan E-ISSN: 2407-8751 Volume 4
No. 1diakses tanggal 1 Maret 2018.
Kario, Nelson, H. 2014, Analisis Usaha Panen Cengkeh Di Kabupaten Minahasa Tenggara Propinsi
Sulawesi Utara, (Online), Jurnal Agritech: Vol. XVI No. 2 Desember 2014 : 146 – 156 ISSN
diakses 28 Juli 2018.
Kristiawati, Endang. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan Akuntansi
Berbasis Akrual pada Pemerintahan Daerah Kalimantan Barat, (Online), Jurnal
Akuntabilitas, Vol. VIII No.3 diakses 25 Januari 2018.
Litbang. (2007). Analisis Kebijakan Pertanian (Online), (http://www.Litbang. deptan.go.id/rppk Volume
5, No 1 Maret 2007. Diakses dari tanggal 14 Februari 2018)
Lei, Wei. 2016. Diference In Herding: Individual Institutional : Investor , China, (Online)), diakses
21Januari 2018.

682

Anda mungkin juga menyukai