Bab 1 Padi
Bab 1 Padi
Bab 1 Padi
Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan utama masyarakat Indonesia. Rata-rata
konsumsi beras nasional pada Tahun 2018 mencapai 1,50 kg per kapita per minggu. Angka
konsumsi beras tersebut jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan komoditas pangan lain
seperti jagung yang hanya 0,05 kg per kapita per minggu, ketela pohon 0,09 kg per kapita per
minggu, dan ketela rambat 0,06 kg per kapita per minggu (BPS 2019). Upaya peningkatan
produksi padi harus selalu dilakukan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
tersebut.
Krisnawati et al.(2018) menyatakan bahwa peningkatan produksi padi harus disertai dengan
pengurangan biaya produksi agar dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Biaya produksi
yang rendah akan meningkatkan pendapatan petani sehingga berdampak pada kesejahteraan
petani, cateris paribus. Berdasarkan data BPS (2020), indeks nilai tukar petani tanaman pangan
(NTPP) pada periode desember tahun 2015 sampai desember tahun 2019 di Indonesia
cenderung statis atau tidak mengalami peningkatan. Meskipun bukan merupakan satu-satunya
indikator kesejahteraan petani, informasi tersebut mengindikasikan bahwa tingkat
kesejahteraan (daya beli) petani di Indonesia dari tahun ke tahun tidak banyak mengalami
perubahan. Kesejahteraan petani di Indonesia penting untuk ditingkatkan karena dua pertiga
penduduk Indonesia merupakan penduduk desa yang menggantungkan hidupnya di sektor
pertanian. Jika tingkat kesejahteraan petani tidak banyak mengalami peningkatan, maka diduga
minat petani untuk memproduksi padi akan cenderung menurun dan petani akan memilih
untuk berpindah ke sektor lain yang memberikan pendapatan lebih tinggi dan menjanjikan.
Menurut Krisnawati, (2018) salah satu faktor kesejahteraan petani ialah meningkatnya produksi
dan biaya produksi yang rendah sehingga pendapatan petani meningkat. Indeks nilai tukar
petani tanaman pangan (NTPP) di Indonesia cenderung tidak mengalami perubahan di lihat dari
desember tahun 2015 sampai desember tahun 2019 (BPS, 2020). Dari data tersebut bisa di
simpulkan bahwa dari tahun ke tahun tingkat kesejahteraan petani tidak mengalami banyak
perubahan. Kesejahteraan petani di Indonesia perlu ditingkatkan karena sebagian besar
penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani. Hal ini perlu di perhatikan agar minat
masyarakat terutama generasi muda tertarik melanjutkan pertanian di Indonesia agar tidak
terjadi kesulitan pangan dikemudian hari.
Bps
Luas panen padi pada 2022 diperkirakan sebesar 10,61 juta hektare, mengalami peningkatan
sebanyak 194,71 ribu hektare atau 1,87 persen dibandingkan luas panen padi di 2021 yang
sebesar 10,41 juta hektare.
Produksi padi pada 2022 diperkirakan sebesar 55,67 juta ton GKG, mengalami kenaikan
sebesar 1,25 juta ton GKG atau 2,31 persen dibandingkan produksi padi di 2021 yang sekitar
54,42 juta ton GKG.
Produksi beras pada 2022 untuk konsumsi pangan penduduk diperkirakan sekitar 32,07 juta
ton, mengalami peningkatan sebanyak 718,03 ribu ton atau 2,29 persen dibandingkan produksi
beras di 2021 yang sebesar 31,36 juta ton.
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang vital di kehidupan manusia. Sektor
pertanian memiliki kontribusi yang sangat signifikan terhadap pencapaian tujuan program
Sustainable Development Goals (SDG’s) kedua, yaitu tidak ada kelaparan, mencapai ketahanan
pangan, perbaikan nutrisi, serta mendorong budidaya pertanian yang berkelanjutan. Peran
sektor pertanian di Indonesia juga menjadi sangat penting karena merupakan penyumbang
terbesar kedua terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang berperan sebagai pendorong
pertumbuhan ekonomi nasional. Berdasarkan data BPS, sektor pertanian, kehutanan, dan
perikanan memberikan kontribusi sebesar 13,28 persen terhadap perekonomian Indonesia
pada tahun 2021.
Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki kontribusi penting dalam kehidupan
masyarakat dalam mencapai tujuan Sustainable Devolopment Goals (SDG's) kedua, berupa
tidak ada kelaparan, mencapai ketahanan pangan, perbaikan nutrisi dan mendorong budidaya
pertanian yang berkelanjutan. Pendorong pertumbuhan ekonomi nasional salah satunya ada
pada sektor pertanian sebagai penyumbang kedua Produk Domestik Bruto (PDB). Pada tahun
2021 sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi sebesar 13,28 persen
terhadap perekonomian indonesia tahun (BPS, 2021).
Pada kondisi pandemi Covid-19 yang berdampak cukup besar terhadap perekonomian nasional,
sektor pertanian justru menunjukkan kinerja yang cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan
perkembangan sektor pertanian yang tumbuh positif sebesar 1,77 persen di tengah kontraksi
perekonomian Indonesia sebesar 2,07 persen pada tahun 2020 dan hingga kini terus
bertumbuh positif mencapai 1,84 persen di tahun 2021 (BPS, 2022).
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tetap menunjukan kinerja baik meski dalam
kondisi pandemi Covid-19. Di tengah kontraksi perekonomian Indonesia sebesar 2,07 % pada
tahun 2020 sektor pertanian bekembang tumbuh positif sebesar 1,77 % dan terus bertumbuh
positif mencapai 1,84 % di tahun 2021 (BPS, 2022). Hal ini membuktikan bahwa sektor
pertanian berdampak cukup besar terhadap perekonomian nasional.
“Klaten merupakan daerah lumpung pangan nasional, dengan luasan lahan pertanian ada
31.943 ha. Pada 2021, luas tanam mencapai 73.842 ha dan luas panen 73.754 ha dengan
produktivitas 480.023 ton surplus 157.000 ton. Produksi panen padi mengalami peningkatan
dibandingkan tahun 2020 yang mencapai 448.686 ton. (Portal resmi provinsi jateng, 2021)
Lumpung pangan nasional salah satunya ialah daerah Klaten, dengan luas lahan pertanian
31.943 ha. Pada tahun 2021 produksi padi di Kabupaten Klaten mengalami peningkatan dengan
luas lahan mencapai 73.842 ha dan luas panen 73.754 ha dengan produktivitas 480.023 ton
surplus 157.000 ton di banding tahun 2020 dengan panen mencapai 448.686 ton. (Portal resmi
provinsi jateng, 2021).
Sektor pertanian dalam proses produksinya memerlukan berbagai jenis masukan (input),
seperti pupuk, pestisida, tenaga kerja, modal, lahan, irigasi dan lain sebagainya. Proses produksi
bisa berjalan bila persyaratan faktor produksi yang dibutuhkan sudah terpenuhi. Faktor
produksi terdiri atas empat komponen, yaitu tanah, modal, tenaga kerja, dan skill atau
manejemen (pengelolaan). Masing masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling
terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi atau
usahatani tidak akan berjalan, terutama ketiga faktor seperti luas lahan, benih dan tenaga kerja
(Daniel, 2004).
Capaian produktivitas padi tidak terlepas dari besarnya input sarana produksi (saprodi) yang
diberikan ke pertanaman padi. Saprodi mengambil porsi 18% dari struktur ongkos usaha tani
padi sawah, dengan 9,43% diantaranya digunakan untuk membeli pupuk, sedangkan pada
usaha padi ladang porsi saprodi sebesar 16,94% dengan 8,4% diantaranya untuk pupuk (BPS,
2019). Dengan besarnya kebutuhan pupuk dan biaya yang dikeluarkan petani dalam usaha tani
padi tersebut, ditambah lagi dengan tingginya harga pupuk kimia akibat kenaikan harga bahan
baku pupuk yang masih harus impor, maka keberadaan pupuk bersubsidi masih sangat
dibutuhkan.
Sarana produksi (saprodi) berpengaruh 18 % dari total biaya usaha tani padi sawah, sebesar
9,42 % digunakan untuk membeli pupuk. Sedangkan Saprodi usaha padi ladang sebesar 16,94 %
digunakan untuk pupuk sebanyak 8,4 % (BPS, 2019). Produktivitas usaha tani padi tidak terlepas
dari besarnya input saprodi. Tanpa saprodi yang maksimal maka pertumbuhan tanaman padi
tidak bisa baik dan menurunkan hasil panen. Keberadaan pupuk sangat dibutuhkan petani,
tingginya harga pupuk anorganik menambah biaya produksi petani padi akibat kenaikan bahan
baku pupuk anorganik yang masih impor, akan tetapi keberadaan pupuk bersubsidi masih
sangat di butuhkan, namun ketersedian pupuk bersubsidi sangat terbatas.
Peningkatan produktivitas padi sangat terasa terutama di tahun 2018 sebagai dampak dari
penggunaan pupuk bersubsidi. Alokasi pupuk bersubsidi mencapai 9,29 juta ton (tertinggi sejak
2014) dengan biaya mencapai 31,20 trilyun mampu menaikan produksi padi nasional 5,18
ton/ha.
Target pemerintah tahun 2022 terkait alokasi pupuk bersubsidi sebanyak 10.99 juta ton.
Penyaluran pupuk bersubsidi nasional mencapai 3.48 juta ton atau sekitar 38% pada bulan mei
2022. Provinsi jawa menjadi penerima saluran pupuk bersubsidi tertinggi, Jawa Timur 2,26 juta
ton, Jawa Tengah 1,56 juta ton dan Jawa Barat 1,24 juta ton. Jenis pupuk yang disalurkan
adalah Urea, NPK, ZA dan SP36.
Pupuk bersubsidi mempunyai peran penting dalam sektor pertanian. “Peran pupuk bersubsidi
bagi petani adalah menyediakan pupuk dengan harga terjangkau sesuai harga eceran tertinggi
(HET) diseluruh pelosok tanah air” kata Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Kementan), Ali
Jamil. Selain itu, “kualitas pupuk bersubsidi juga terjaga karena sesuai dengan standar nasional
Indonesia (SNI)” tegasnya. Namun, ketersediaan pupuk bersubsidi sangat terbatas, sehingga
para petani harus memanfaatkannya secara maksimal di lapangan.
Dampak penggunaan pupuk bersubsidi terhadap peningkatan produktivitas padi sangat terasa
terutama pada tahun 2018, dimana alokasi pupuk bersubsidi yang mencapai 9,29 juta ton
(tertinggi sejak 2014) dengan biaya mencapai 31,20 Trilyun mampu mengungkit produktivitas
padi nasional ke angka 5,18t/ha. Hal ini sejalan dengan laporan Pusat Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian (PSEKP, 2020) bahwa peningkatan subsidi pupuk sebesar 14,18% per
tahun, akan meningkatkan produktivitas padi nasional sebesar 1,31% per tahun.
Pada tahun 2022, target pupuk bersubsidi yang dialokasikan Pemerintah adalah sebanyak 10.99
juta ton. Sampai dengan bulan Mei 2022, berdasarkan laporan Pupuk Indonesia total
penyaluran pupuk bersubsidi secara nasional mencapai 3.48 juta ton atau sekitar 38% dari
target alokasi pupuk subsidi tahun 2022. Jenis pupuk yang terbanyak disalurkan adalah Urea,
dan NPK, diikuti oleh ZA, dan SP36. Menurut Pupuk Indonesia, tiga provinsi dengan penyaluran
pupuk bersubsidi tertinggi adalahprovinsi Jawa Timur (2,26 juta ton), Jawa Tengah 1,56 jutra
ton) dan Jawa Barat (1,24 juta ton).
Penggunaan pupuk secara tepat baik pupuk bersubsidi maupun non subsidi tentu akan
berimbas pada hasil yang diterima oleh petani. Isu kelangkaan pupuk akibat harga yang tinggi,
kontroversi besarnya anggaran pupuk bersubsidi, kurang tepatnya penyaluran sehingga tidak
tepat sasaran dapat mengakibatkan rendahnya produktivitas hasil bertani terutama pada
komoditas padi yang akan pula berimbas pada kesejahteraan petani. Dengan tata kelola yang
tepat, keberadaan pupuk subsidi tetap dan masih dibutuhkan oleh petani terutama dalam
upaya peningkatan produktivitas tanaman, sehingga target peningkatan produksi padi dapat
tercapai dan berkesinambungan.
Hasil yang diterima petani dipengaruhi oleh penggunaan pupuk secara tepat, baik pupuk
bersubsidi maupun non subsidi. Kelangkaan pupuk bersubsidi dan mahalnya harga pupuk
nonsubsidi menaikan anggaran biaya petani. Permasalahan penyaluran pupuk yang tidak tepat
sasaran, menyebabkan turunnya produktivitas hasil tani terutama komoditas padi yang
berakibat pada kesejahteraan petani dan ketahanan pangan nasional.
Pupuk termasuk bahan yang digunakan sebagai salah satu cara intensifikasi dalam pertanian
padi nasional yaitu berupa perbaikan teknik budidaya. Penggunaan pupuk perlu diperhatikan
agar keseimbangan unsur hara di dalam tanah terjaga. Penggunaan pupuk anorganik dalam
dosis tinggi tanpa menambahkan pupuk organik secara terus menerus mengakibatkan struktur
tanah menjadi rusak, mikrobiologi di dalam tanah berkurang. Berkurangnya bahan organik
dalam tanah menyebabkan produktivitas padi menurun dari waktu ke waktu.
Pupuk anorganik yang digunakan terus menerus dengan tidak dilakukan penambahan pupuk
organik dapat mengakibatkan ketidak seimbangan unsur hara di dalam tanah, struktur tanah
menjadi rusak, mikrobiologi di dalam tanah sedikit. Selama ini penggunaan pupuk anorganik
berdosis tinggi tanpa menambahkan bahan organik pada budidaya padi sawah, akibatnya dapat
menurunkan kadar bahan organik tanah, sehingga produksi tinggi tidak dapat dicapai. Oleh
karena itu dalam budidaya padi sebaiknya digunakan secara tepadu dengan pupuk organik.
Tanah merupakan habitat dari organisme tanah yang bersifat krusial atau sangat penting untuk
menjaga kesuburan tanah, media bagi tanaman untuk tumbuh subur dan dengan kualitas yang
baik, serta sebagai penyedia dan penyaring air. Dengan demikian, tanahmerupakanhal
yangsangat pentingbagikehidupan dan dibutuhkan perawatan yang khusus agar
kualitastanahtetapterjaga. Tetapi jika kita lihat produktivitas tanah di Indonesia kian menurun
dari hari ke hari. Penurunan kualitas tanah tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor
seperti, faktorkelembabantanah dan kandungan yang ada di dalam tanah. (Arafat, 2021).
Tanah merupakan media tumbuh bagi tanaman, didalamnya juga terdapat habitat
mincroorganisme yang sangat penting bagi kesuburan tanah. Kesuburan tanah perlu
diperhatikan, perawatan secara berkala diperlukan agar kualitas tanah tetap terjaga sehingga
berdampak baik terhadap keberlangsungan pertanian. Kualitas tanah di Indonesia dari hari ke
hari kian menurun. Faktor yang memengaruhi penurunan kualitas tanah di Indonesia ialah
faktor kelembaban dan kandungan yang ada di dalam tanah. (Arafat, 2021)
Seiring berkembangnya waktu, teknologi semakin canggih dan segala sektor kehidupan semakin
mudah dalam mencapai hasil tertentu atau masa serba instan. Hal ini juga berlaku pada sistem
pertanian di Indonesia yang cukup berkembang pesat, dimana sistem pertanian berevolusi dari
pertanian tradsional menuju pertanian modern. Kondisi ini erat kaitannya dengan penggunaan
pupuk. Pupuk ini berperan penting dalam menghasilkan kualitas maupun kuantitas hasil
pertanian. Penggunaan pupuk berdasarkan sistem pertanian cukup berbeda, jika sistem
pertanian tradisional penggunaan pupuk identik pupuk organik sedangkan pada sistem
pertanian modern didominasi oleh pupuk kimia. Penggunaan pupuk kimia dinilai cukup efektif
terhadap kesuburan tanah. Hal ini sebanding dengan anggapan petani tentang penggunaan
pupuk kimia dapat membunuh hama yang sering merusak tanaman sehingga bagi mereka
pupuk kimia ini dapat meningkatkan kuantitas hasil panen. Padahal penggunaan pupuk kimia
secara terus menerus dan melebihi batas normal akan berdampak buruk terhadap kualitas
tanah dan lingkungan. Dampak yang ditimbulkan seperti, kandungan organik tanah menurun
karena organisme tanah yang seharusnya dapat menyuburkan tanah ikut mati. Disamping itu,
kualitas kesehatan lingkungan juga akan turut menurun karena masuknya zat kimia yang
terkandung di dalam pupuk masuk ketubuh secara tidak langsung dan akan berdampak pada
kesehatan tubuh.
Semakin hari pertanian di Indonesia berkembang dari pertanian tradisional menjadi pertanian
maju akibat perkembangan teknologi yang terus meningkat.Teknologi memudahkan manusia
untuk mencapai hasil tertentu secara instan dalam segala sektor kehidupan termasuk sektor
pertanian. Kondisi ink sangat berkaitan dengan penggunaan pupuk. Sistem pertanian tradisional
menggunakan pupuk organik sedangkan sistem pertanian modern didominasi dengan pupuk
anorganik. Anggapan petani terhadap pupuk anorganik ini ialah cukup efektif terhadap
kesuburan tanah dapat membunuh hama yang sering merusak tanaman sehingga dianggap
penggunaan pupuk anorganik ini dapat meningkatkan kuantitas hasil panen. Petani kurang
memperhatikan dampak penggunaan pupuk anorganik jangka panjang. Dampak besar
penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus dapat menurunankan kualitas tanah,
lingkungan dan secara tidak langsung akan berdampak pada kesehatan akibat dari zat kimia
yang terkandung dalam pupuk masuk ketubuh.
Penggunaan pupuk erat kaitannya dengan kualitas tanah yang dihasilkan. Dimana tanah sendiri
tersusun dari beberapa komponen yaitu humus, air, dan mineral. Humus merupakan komponen
organik hasil dari dekomposisi hewan dan tumbuhan yang telah mati atau berasal dari kotoran
hewan. Humus merupakan sumber muatan negatif yang berfungsi membantu pertukaran
kation sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah, memiliki kandungan mineral dan nutrisi
yang baik bagi tanaman. Sedangkan komponen air di dalam tanah berfungsi untuk menjaga
kelembapan tanah supaya organisme di dalam tanah dan tumbuhan dapat tetap hidup.
Kemudian komponen mineral merupakan komponen yang mengandung ion-ion yang
bermuatan positif dan negatif sebagai nutrisi bagi tumbuhan agar tetap hidup (Irawan, 2021).
Di dalam tanah terdapat komponen penting yang mendukung kualitas tanah, komponem
tersebut diantaranya humus, air dan mineral. Humus merupakan komponen organik yang
berasal dari kotoran hewan atau dekomposisi hewan dan tumbuhan yang telah mati. Humus
memiliki kandungan nutrisi dan mineral yang baik bagi tanaman dan membantu pertukaran
kation sebagai sumber muatan negatif yang bisa meningkatkan kesuburan tanah. Komponen air
berfungsi menjaga kelembaban tanah sehingga organisme dalam tanah bisa tetap hidup.
Sedangkan komponen mineral mengandung ion-ion bermuatan positif dan negatif sebagai
nutrisi bagi tumbuhan agar tetap hidup. Penggunaan pupuk sangat berpengaruh terhadap
kualitas dari komponen-komponen tanah.