R2 - IMW - Pengembangan Ekonomi Kreatif Dalam Pengolahan Sampah

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 90

Pengembangan Ekonomi Kreatif

dalam Pengolahan Sampah dan


Kaitannya dengan Emisi Karbon

Webinar Memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) Tahun 2023


Rabu, 7 Februari 2023

Dr. Ir. I Made Wahyu Widyarsana, S.T., M.T.


Kepala Laboratorium Buangan Padat dan B3
Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Teknologi Bandung
Regulasi Terkait Pengelolaan
Sampah
Peraturan Judul Peraturan
Undang-undang No 32 Tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-undang No 11 Tahun 2020 Cipta Kerja
Undang-undang No 18 Tahun 2008 Pengelolaan Sampah
Peraturan Pemerintah No 81 Tahun 2012 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Peraturan Pemerintah No 2 Tahun 2021 Penyelenggaraan Perizinan Berbasis Risiko
Peraturan Pemerintah No 22 Tahun 2021 Penyelenggaraan dan Perlindungan Lingkungan Hidup
Peraturan Pemerintah No 27 Tahun 2020 Pengelolaan Sampah Spesifik
Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 3 Tahun 2013 Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2010 Pedoman Pengelolaan Sampah
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No Peta Jalan Pengurangan Sampah Oleh Produsen
75 Tahun 2019
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No Pengelolaan Sampah pada Bank Sampah
14 Tahun 2021
SNI 19-2452-2002 Tata Cara Pengelolaan Sampah Perkotaan.
SNI 3242:2008 Pengelolaan sampah di pemukiman
SNI 19-3964-1994 Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan
Regulasi Terkait Pengelolaan
Sampah
PENGELOLAAN
SAMPAH
SAMPAH
Kegiatan yang sistematis,
Sisa kegiatan sehari-hari menyeluruh, dan
manusia dan/atau proses berkesinambungan yang meliputi
alam yang berbentuk pengurangan dan penanganan
pada sampah.

Pengertian pengelolaan bukan


hanya terkait aspek teknis, tetapi
mencakup juga aspek non teknis,
mulai dari kelembagaan, peraturan,
pembiayaan, dan partisipasi
masyarakat
Pengelolaan Sampah

Teknis
Operasional

Peran Serta Kelembagaa


Masyarakat n
Aspek
Pengelolaan
Limbah
Padat

Peraturan/R
Pembiayaan
egulasi

Skema pengelolaan sampah


Aspek Pengelolaan Sampah
Permasalahan
Sampah di Indonesia

• Sampah berserakan, tumpukan, kotor dan terbengkalai mengganggu pemandangan


• Tempat berkumpulnya berbagai binatang vektor penyakit dan organisme patogen, sehingga akan membahayakan
kesehatan masyarakat.
• Dekomposisi sampah organik dan debu mencemari udara, bau, mengganggu kesehatan.
• Timbulan lindi (leachate), berpotensi mencemari badan air sekelilingnya, terutama air tanah di bawahnya.
• Sampah yang kering mudah beterbangan dan terbakar, menimbulkan bahaya kebakaran.
• Sampah yang dibuang ke saluran air buangan dan drainase berpotensi menyebabkan banjir
• Beberapa sifat dasar dari sampah, seperti kemampuan termampatkan yang terbatas, keanekaragaman komposisi,
waktu untuk terdekomposisi sempurna yang cukup lama, dan sebagainya, dapat menimbulkan beberapa
kesulitan dalam pengelolaannya.
Permasalahan
Sampah di Indonesia

• Kurangnya kesadaran penghasil sampah akan pentingnya penanganan sampah yang baik merupakan masalah
tersendiri dalam pengelolaan sampah, khususnya di kota-kota besar.
• Pembakaran sampah dapat berakibat terjadinya pencemaran udara yang dapat mengganggu kesehatan
masyarakat, dan memicu terjadinya pemanasan global;
• Pembusukan sampah yang tidak dikontrol dapat menimbulkan bau yang tidak sedap dan berbahaya bagi
kesehatan, cairan yang dikeluarkan dapat meresap ke tanah, dan dapat menimbulkan pencemaran sumur, air
tanah, dan yang dibuang ke badan air akan mencemari sungai; dan
• Pembuangan sampah kesungai atau badan air dapat menimbulkan pendangkalan sungai, sehingga dapat memicu
terjadinya banjir.
• Timbunan sampah jika dibiarkan terus-menerus dapat mencemari tanah, air, maupun udara, terlebih jika dalam
pengolahannya dilakukan dengan pembakaran terbuka yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca.
Pola Penanganan
Sampah
Pengelolaan
Sampah Terpadu
Kebijakan dan Strategi Provinsi Jawa
Barat dalam Pengelolaan Sampah
Berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 91 Tahun 2018 tentang Kebijakan dan Strategi Daerah Provinsi Jawa Barat
dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, arah kebijakan dalam
pengurangan dan penanganan sampah meliputi:
• Pengurangan sampah (pembatasan timbulan, pendaur ulang, pemanfaatan kembali)
• Penanganan sampah (pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir)
Era Berbeda Menuntut
Pertanyaan Berbeda
_ABAD KE-20_ _ABAD KE-21_

PENGELOLAAN SAMPAH PENGELOLAAN SUMBER DAYA

“ Bagaimana kita membuang limbah “ Bagaimana kita menangani sumber


secara efisien dengan kerusakan daya kita yang terbuang dengan cara
minimal terhadap kesehatan yang tidak menghilangkan sebagian,
masyarakat dan lingkungan? ” jika tidak semua, dari nilai mereka
pada generasi mendatang? ”

Isu utamanya adalah


Isu utamanya adalah
KEAMANAN, KESEHATAN
KEBERLANJUTAN
(sanitasi)

(GAIA, 2021)
Paradigma Baru: Pengelolaan
Sampah
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
Pasal 4 | Pengelolaan sampah bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas
lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.

Pengolahan Pengurangan
Ekonomi Circular Pengurangan
dan timbulan
kreatif economy emisi GRK
pemanfaatan sampah

Menuju #ZeroWaste

(GAIA, 2021)
Paradigma Baru:
Sampah = Sumber Daya
Ini memang
sampah Tapi ini adalah
sumber daya!

Kalau kita _Kertas dan kardus_ _Sisa makanan_


pilah...

_Logam_ _Daun dan ranting_

(GAIA, 2021)
Circular Economy

• Berdasarkan kebijakan dan paradigma baru tersebut, maka diperlukan upaya penerapan konsep zero waste secara merata ke
seluruh wilayah di Indonesia.
• Prinsip yang digunakan dalam konsep zero waste ini tidak hanya 3R (Reduce, Reuse, Recycle), namun juga 4R hingga 5R yaitu
Reduce, Reuse, Recycle, Recovery dan Repair
• Arah pengelolaan bukan lagi hanya sebagai bentuk pengelolaan lingkungan namun juga menjadi nilai tambah yang berpotensi
ekonomi atau biasa disebut dengan Circular Economy

1. Pengurangan pemakaian material mentah dari alam (reduce)


2. Penggunaan material dapat digunakan kembali (reuse)
3. Penggunaan material hasil dari proses daur ulang (recycle)
4. Penggunaan material hasil proses perolehan kembali (recovery)
5. Penggunaan material dengan melakukan perbaikan (repair)

Circular Economy : Mengurangi penggunaan material dan energi serta limbah melalui daur
ulang, perbaikan dan penggunaan kembali limbah yang menggabungkan keuntungan
ekonomi, lingkungan, dan sosial.

Circular juga memiliki penciptaan nilai tambah ekonomi baru dan juga nilai tambah sosial,
seperti halnya pemberdayaan masyarakat.
Linear vs Circular Economy
Framework

• Ekonomi sirkular mempertahankan nilai produk, bahan baku, dan sumber daya seoptimal mungkin.
• Aplikasi sirkular ekonomi menyebabkan hasil lebih besar dengan bahan baku lebih sedikit.
• Mencakup seluruh proses produksi, distribusi, dan konsumsi dari hulu ke hilir, bukan hanya
manajemen pengelolaan sampah/limbah
Sumber: Garcés-Ayerbe, C., Rivera-Torres, P., Suárez-Perales, I., & Hiz, D. I. L. D. La. (2019). Is it possible to change from a linear to a circular economy? An overview of opportunities and
barriers for european small and medium-sized enterprise companies. International Journal of Environmental Research and Public Health, 16(5). https://doi.org/10.3390/ijerph16050851
Strategi Menerapkan Circular Economy
• Ditujukan untuk menggunakan manfaat sebesar-besarnya dari sumber daya, siklus produksi, dan material.
• Bisa diterapkan dalam bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan konteks wilayah, kegiatan bisnis dan industri, dan produk yang dihasilkan di seluruh bagian rantai
pasoknya.
• Bila digunakan bersama, model-model tersebut berpotensi untuk menghasilkan dampak yang lebih besar dibandingkan bila digunakan sendiri-sendiri.

Model Bisnis
Input material yang Pemulihan Sumber
sirkular (Circular Jasa sebagai Produk Daya (Resource
Inputs) (Product as a Service) Recovery)

Perpanjangan Umur
Produk (Product
Model Berbagi Use/Life Extentsion)
(Sharing)
dengan menggunakan Yakni pemulihan sumber daya
energi terbarukan, material Dikenal dengan istilah Sistem atau energi dari limbah atau
berbasis biologis, atau Layanan Produk (Product by products menjadi bahan
material yang bisa didaur Service System) yang baku sekudner
ulang menawarkan produk lengkap
dengan jasanya untuk
pemeliharaan jangka
Berupaya untuk meningkatkan
panjang Upaya untuk memperpanjang umur
penggunaan produk melalui
produk melalui perbaikan (repair),
penggunanan kolaborasi
pemrosesan ulang (reprocessing),
upgrading, dan penjualan ulang

Peter Lacy, Jessica Long, and Wesley Spindler, The Circular Economy Handbook: Realizing the Circular Advantage (London: Palgrave Macmillan, 2020), diambil dari Workshop dan Capacity Building Ekonomi Sirkular:
Memperkuat Implementasi Ekonomi Sirkular di Indonesia, Modul Ajar 2: Konsep dan Model Bisnis Ekonomi Sirkular, Bappenas et al, Maret 2022
Strategi Menerapkan Circular Economy
• Selain transformasi bisnis, circular economy dapat dilakukan dengan melakukan trasformasi bentuk teknologi
• Utamanya untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk atau bahan baku yang tidak bisa diperbarui

Teknologi Disruptif

Teknologi Fisik Teknologi Digital Teknologi Biologis

3D Printing, robot,
Internet of Things, big Bio-energy material
penyimpanan energi,
data dan RFID untuk berbasis bio, bio-katalis
teknologi desain modular,
melacak dan memantau untuk mengurangi
dll untuk membantu biaya
penggunaan produk serta sumber energi berbasis
produksi dan material
kapasitas limbah fosil
serta mengurangi dampak
lingkungan

Sumber: Kemenperin, 2021


Potensi Ekonomi Sirkular Terhadap
Pengurangan Sampah

Penerapan Ekonomi Sirkular dapat


mengurangi limbah di setiap sektor
16-50% pada tahun 2030
(Bappenas, 2020)
Data Sampah Provinsi Jawa Barat

Timbulan sampah Provinsi Jawa Barat


Pada tahun 2021 mencapai
5.079.261,29 ton/tahun
atau 13.915,78 ton/hari

Komposisi didominasi oleh sampah


jenis sisa makanan (43,54%), plastik,
karton/kertas, dan kayu/ranting

Sumber: SIPSN, 2022


opendata.jabarprov.go.id
Data Sampah Provinsi Jawa Barat

Dari 5.079.261,29 ton/tahun sampah yang dihasilkan, pengelolaan sampah yang terjadi adalah pengurangan sampah
699.108,86 ton/tahun (14%) dan penanganan sampah 2.384,588,61 ton/tahun (47%)

Sumber: SIPSN, 2022


opendata.jabarprov.go.id
Pengolahan Sampah
Pengolahan : kegiatan mengubah karakteristik, komposisi, dan/atau Pengolahan
jumlah sampah, bertujuan untuk memroses sampah agar : Sampah meliputi:
✓ Berkurang volume atau beratnya, seperti insinerasi,
pengomposan
Pemadatan
✓ Berkurang sifat bahayanya terhadap manusia atau lingkungan Pengomposan
✓ Lebih memudahkan dalam penanganan selanjutnya, antara lain : Daur ulang materi
➢ Penghalusan (grinding)
Mengubah sampah
➢ Pemadatan menjadi sumber
energi
Alternatif Pengolahan Sampah

01 05
Proses mekanis
Reduksi volume-ukuran Sanitary landfill

Alternatif
02 Pengolahan 04
Pemanfaatan bahan dan Proses Termal
enersi o Insinerator
o Pirolisis

03

Proses pengomposan
Biogasifikasi
Model Pengolahan Sampah

Pengolahan sampah - fisik : proses pendahuluan


Pengolahan
rangkaian pengolahan sampah Sampah

Pengolahan sampah - biologi : aerobik &


anaerobik. Lebih berwawasan lingkungan. Fisik Biologi Termal
Manfaatkan mikroorganisme/ bioproses,
bercirikan kepada sistem kontrol lebih rumit &
waktu detensi panjang Pengomposan
Pencacahan Insinerasi
(aerob)

Proses pengolahan – kimia termal : pirolisis,


gasifikasi, insenerasi, plasma gasifikasi.
Anaerobic
Mereduksi volume sampah & daya cemar, Pemilahan
Digester (anaerob)
Pirolisis
tingkat oksidasi > proses fisika & biologi.
Gunakan eskalasi temperatur : kandungan air
sampah menguap & mengalami proses
Pemadatan BSF Gasifikasi
pembakaran.
Pengolahan Sampah Fisik
Pencacahan
Fraksi kasar Pengeringan Sreening
pertama
Size Reduction
• Pengurangan ukuran sampah
• Hammer mill
• Shear shredder
Pemilahan
• Screening (trommel dan disk screen)
• Belt conveyor
• Vibrating screen
• Air classifier Pencacahan
Pelet RDF Peletisasi
• Magnetic separator kedua
• Jig separator

Pemadatan
• Kompaksi

RDF
• Proses pemilahan mendapatkan sampah yang mudah terbakar seperti RDF
plastik, sampah mudah terurai dll, yang kemudian dikeringkan dan
kemudian dicacah untuk menaikkan nilai kalornya
Pengolahan Sampah Biologis
Pengomposan Aerob

Merupakan proses oksidasi parsial untuk Proses aerobik akan mengubah sampah
Reduksi volume yang
mereduksi volume dan daya cemar organik menjadi kompos padat, kompos cair,
dapat dihasilkan dalam
sampah dengan bantuan mikroorganisme dan gas karbon dioksida, dengan
proses ini mencapai 40-
aerobik dalam kondisi keberadaan menggunakan oksigen sebagai oksidatornya,
60 %.
oksigen (udara). serta waktu detensi 3-8 minggu.

Pengaruh C/N dan kadar air

Interval Pembalikan
Pengolahan Sampah Biologis
Pengomposan Aerob

SISTEM IN-VESSEL
KOMPOSTER TAKAKURA SISTEM WINDROW

KOMPOSTER PUSKIM SISTEM AERATED STATIC PILE


SISTEM BALOK (BOX)
Pengolahan Sampah Biologis
Pengomposan Aerob
mini
Kematangan sebuah kompos menurut SNI 19- No Parameter Satuan
m
Maks. No Parameter Satuan Minim. Maks.

7030-2004 dari Badan Standarisasi Nasional 1. Kadar air % 50 17. Cobalt (Co) mg/kg * 34
2. Temperatur 0C Suhu air tanah 18. Chromium (Cr) mg/kg * 210
• Rasio C/N = (10-20) : 1 3. Warna Kehitaman 19. Tembaga (Cu) mg/kg * 100
• Mempunyai warna, tekstur dan bau seperti 4. Bau Berbau tanah 20. Merkuri (Hg) mg/kg 0,8
5. Ukuran partikel mm 0,55 25 21. Nikel (Ni) mg/kg * 62
tanah
Kemampuan ikat
• Tidak mengandung pencemar logam, kaca, 6.
air
% 58 22. Timbal (Pb) mg/kg * 150

karet, pestisida 7. pH 6,8 7,49 23. Selenium (Se) mg/kg * 2


• Mikro elemen terutama Cu, Mo dan Zn 8. Bahan asing % * 1,5 24. Seng (Zn) mg/kg * 500
Unsur makro Unsur lain
• Fecal coli tidak melebihi 1000 MPN/g-total
9. Bahan organik % 27 58 25. Kalsium % * 25,50
padatan kering,
Magnesium
10. Nitrogen % 0,40 26. % * 0,60
• Salmonella sp tidak melebihi 3 MPN/4 g-total (Mg)
padatan kering, yang dicapai dengan proses 11. Karbon % 9,80 32 27. Besi (Fe) % * 2,00
12. Phosfor (P250) % 0,10 28. Aluminium (Al) % 2,20
pengomposan pada temperatur 55oC
13. C/N-rasio 10 20 29. Mangan (Mn) % 0,10
• Minimum material organic: 27%
14. Kalium (K20) % 0,20 * Bakteri
• Maksimum kandungan air: 50% Unsur mikro 30. Fecal coli MPN/gr 1000
• Indikator untuk agronomis yang perlu 15. Arsen mg/kg * 13 31. Salmonella sp. MPN/4gr 3
diperhatikan: pH, N, P2O5, K2O 16. Cadmium (Cd) mg/kg * 3
Pengolahan Sampah Biologis
Pengomposan Aerob Perbandingan proses pengolahan biologi aerob
Faktor Windrow Aerated static pile In-vessel dengan agitasi (dinamis) In-vessel tanpa agitasi (plug flow)
Biaya investasi Secara umum rendah1 Secara umum rendah pada skala Secara umum tinggi 1 Secara umum tinggi1
Rendah3 kecil, dapat tinggi pada skala Tinggi3 Tinggi3
besar1
Biaya operasional Secara umum rendah1 Tinggi (pada sistem lumpur Secara umum rendah1 Secara umum rendah1
dimana bulking agents
dibutuhkan) 1
Kebutuhan lahan Tinggi1 Tinggi1 Rendah, namun dapat Rendah, namun dapat meningkat jika
meningkat jika dibutuhkan dibutuhkan pengerinagan windrow atau
pengeringan windrow atau pematangan1
pematangan1
Pengendalian udara Terbatas kecuali digunakan forced Penuh1 Penuh1 Penuh1
aeration1
Pengendalian Frekuensi pembalikkan, Laju aliran udara1 Laju aliran udara, agitasi, Laju aliran udara, amendment, atau
operasional amendment, atau penambahan daur Sedang3 amendment, atau penambahan penambahan daur ulang kompos1
ulang kompos1 daur ulang kompos1 Tinggi3
Sedang3 Tinggi3
Sensitivitas Sensitif kecuali dilakukan tertutup1 Telah bisa diterapkan dalam cuaca Telah bisa diterapkan Telah bisa diterapkan dalam cuaca basah1
terhadap Tinggi3 basah1 dalam cuaca basah1 Rendah3
cuaca basah Sedang3 Rendah3
Pengendalian bau Tergantung feedstock Mungkin saat sumber area yang Secara potensial baik1 Secara potensial baik1
(input sampah), berpotensi ketika besar namun dapat dikendalikan1 Bervariasi3 Bervariasi3
sumber area yang besar1 Rendah/sedang3
Rendah3
Pengendalian suhu Sedang3 Sedang3 Bervariasi3 Bervariasi3
Pengolahan Sampah Biologis
Pengomposan Aerob
Perbandingan proses pengolahan biologi aerob
Faktor Windrow Aerated static pile In-vessel dengan agitasi (dinamis) In-vessel tanpa agitasi (plug flow)

Pengendalian suhu Sedang3 Sedang3 Bervariasi3 Bervariasi3


Resiko Mudah bermasalah Pengendalian laju aliran udara Fleksibilitas operasional tinggi, Berpotensi terjadi channeling atau
operasional pada cuaca yang sangat penting, berpotensi sistem mungkin kompleks secara sort circuiting pasokan udara,
berlawanan/ tidak cocok1 terjadi channeling atau mekanis1 sistem mungkin kompleks
sort circuiting pasokan udara1 secara mekanis1
Indoor atau outdoor Outdoor2 Indoor atau outdoor2 Indoor atau outdoor2 Outdoor2
Kapasitas tipikal (ton /tahun sumber < 50.0002 1000 hingga lebih dari 100.0002 100-15.0002 300-30.0002
terpilah)
Kebutuhan pretreatment tipikal Pencacahan2 Pencacahan/ pencampuran2 Pencacahan/ pencampuran2 Pencacahan/ pencampuran2
Waktu pengomposan 3-12 bulan2 3-8 minggu2 2-4 minggu2 2-4 minggu2
aktif tipikal
Metode aerasi Pasif dan agitasi Aeration fans2 Aeration fans dan agitasi mekanis2 Aeration fans2
mekanis2
Kebutuhan pasca pengolahan Pematangan2 Pematangan2 Pematangan2 Pematangan2
Kebutuhan air Rendah-sedang2 Rendah2 Rendah2 Rendah2
Kebutuhan listrik Tidak ada2 Rendah-sedang2 Sedang-tinggi2 Sedang2
Kebutuhan bahan bakar Tinggi2 Sedang2 Rendah2 Rendah2
Kuantitas lindi Rendah2 Rendah-sedang2 Rendah2 Sedang2
Referensi:
1Tchobanoglous dkk (1993)
2Environment Canada (2013)
3Panter dkk. (1996)
Pengolahan Sampah Biologis
Pengomposan Anaerob

Anaerobic digestion merupakan salah teknik pengolahan sampah organik secara biologi
yang dapat digunakan untuk mengolah sampah makanan dan menghasilkan gas metana,
karbon dioksida dan digestate.
Proses dilakukan dalam biodigester dimana materi organik didegradasi secara anaerob dan
menghasilkan bahan bakar berupa biogas
Proses oksidasi parsial ini akan mengunci nilai kalor pada senyawa produk dari proses
tersebut, di antaranya gas hidrogen (H2), gas metana (CH4), etanol (C2H5OH), isopropanol
(C3H7OH), dan butanol (C4H9OH).

Kriteria desain Anaerobic Digester


Parameter Nilai Satuan Sumber Tahapan proses kimia anaerobic digestion
Temperatur Mesofilik: 25-45 ˚C (Arsova, 2010)
Thermofilik: 50-65 Komposisi biogas secara umum
pH 6,5-8,2 (Kim et al, 2003) Komponen %
Organic loading rate Mesofilik: <2,5 g VS/L.hari (Ngai et al, 2012) Metana (CH4) 55-75
Thermofilik: >7,5 Karbon dioksida (CO2) 25-45
Waktu detensi Mesofilik: 10-40 Hari (Schaefer, 2006) Nitrogen (N2) 0-0,3
Termofilik: 14 Hidrogen (H2) 1-5
Rasio C/N 20:1 – 30:1 (Vandevivere et al, 2002)
Hidrogen Sulfida (H2S) 1-5
Oksigen (O2) 0,1-0,5
Kelembaban 70-80 % (Herrnandez –Berriel et al, 2008)
(Sumber: Pertiwiningrum, 2015)

Transformasi :
Pengolahan Sampah Biologis
Pengomposan Anaerob

Balloon Plant/ Tubular Anaerobic Digester


Pengolahan Sampah Biologis
Pengomposan Anaerob

Gasbio

• Pengolahan anaerob menghasilkan campuran gas yang disebut dengan biogas.


• Terdiri dari CH4 sebesar 55-70%, CO2sebesar 35-40% dan gas lain dengan Ekivalensi gasbio untuk kebutuhan sehari-hari
kandungan kecil seperti H sebesar 0-1% dan H2S sebesar 2%.
• Gasbio mempunyai nilai kalor sebesar 5500 Kkal/m3 yang bisa diharapkan
dengan metan 50 % metan atau 1 m3 gas bio ekuivalen. Nilai kalor tersebut
ekivalen dengan 0,58 liter bensin, 1,07 liter alcohol, 0,53 M3 gas alam, 2,24 Kg
kayu bakar atau 5,80 kWH listrik.

Nilai produksi biogas dan gas metana dari


berbagai jenis sampah

Proses Terbentuknya Biogas


Pengolahan Sampah Biologis
Pengomposan Anaerob

Digestate
Digestate adalah produk akhir dari proses AD selain biogas, bentuknya
bisa berupa campuran padatan dan cairan/semi-solid (contohnya
digestate dari sistem basah) dan padatan (digestate dari sistem kering)

Digestate dari AD sistem basah memiliki kandungan air yang tinggi


daripada sistem kering

Digestate dari sistem basah secara utuh dapat langsung digunakan


sebagai pupuk tanpa memisahkan fraksi padatan dan cairannya,

Pengeringan digestate untuk memisahkan fraksi padat dan cair


seringkali menjadi alternatif, dimana fraksi padat kemudian
dikomposkan dan fraksi cair dapat langsung dimanfaatkan sebagai
pupuk cair.
Tahapan penanganan digestate
Karakteristik dan Kuantitas Digestate

(Environment Canada, 2013)


Pengolahan Sampah Biologis
Perbandingan Pengolahan Aerobik dan Anaerobik

Karakteristik Aerob Anaerob


Eksotermis, butuh energi luar untuk Endotermis, tidak butuh energi luar,
Reaksi pembentukannya suplai oksigen, dihasilkan gasbio
dihasilkan panas sumber ener
Produk padatan akhir Humus (kompos), CO2, H2O Lumpur digestat, CO2, CH4
Tidak akan melebihi Tidak akan melebihi
Reduksi massa
kandungan C-organik kandungan C-organik
Reduksi sampah 40-60% 30-50%
Lahan Sedang Besar
Kestabilan proses Stabil Tidak stabil
Waktu proses (20-30) hari (1/2 matang) (20-40) hari
Gasbio, massa berkurang,
Reduksi volume (massa dan air), tetapi volume meningkat
Tujuan utama untuk sampah
menghasilkan kompos karena dicampur air dalam
bentuk digestat
Estetika Tidak bau Menimbulkan bau
Higenis Bebas bakteri pathogen Potensi bakteri patogen
Rp 500 juta – 2,4 milyar/ ton Rp 660 juta – 2,64 milyar/ ton
Biaya investasi
sampah/har sampah/hari
Biaya pengoperasian,
Rp 80 ribu – 200 ribu/ ton Rp 125 ribu – 250 ribu/ ton
pemeliharaan, perawatan
Pengolahan Sampah Biologis
Maggot Black Soldier Fly (BSF)

• Fasilitas Black Soldier Fly (BSF) adalah suatu fasilitas yang berfungsi untuk mengolah sampah organik, khususnya
sampah sisa makanan. Proses pengolahan ini memanfaatkan larva BSF untuk memakan sampah mudah membusuk
sehingga volume dan berat sampah tereduksi
• Pada saat BSF memasukki fase larva (maggot), BSF ini membutuhkan
bahan organik sebagai sumber makanan.
• Hal ini dapat dimanfaatkan sebagai metode pengolahan
limbah organik yang dijadikan bahan makanan larva BSF. 100
gram maggot mampu mengurai 250 gram sampah organik
dengan waktu 7 hari (Putra dan Ariesmayana, 2020)

Fasilitas sampah organik dengan BSF:


1. Unit pembiakan masal BSF
2. Unit penerimaan sampah dan pra-proses
3. Unit pengolahan sampah dengan BSF
4. Unit pemanenan produk
5. Unit pasca pengolahan (pemurnian larva
dan pemrosesan residu)
Pengolahan Sampah Biologis
Maggot Black Soldier Fly (BSF)

Tingkat
Sampah Sampah Biaya Pendap
pengem
/ / investa atan
balian
hari tahun si awal tahunan
investasi

1.825
5.000 kg 3,5 M 5,65 M 161,7%
ton

10.000 3.650
7M 11,32 M 161,7%
kg ton

20.000 7.300
14 M 22,64 M 161,7%
kg ton

(Agus P, 2021)
Pengolahan Sampah Secara Termal

Insinerasi Gasifikasi

Oksigen berlebih Oksigen Terbatas

→ Produk utama: Panas (Heat recovery) → Produk utama: Syngas


- Potensi timbulnya dioksin ketika
ada senyawa chlorine
- Kebutuhan Alat Pengendali
Pencemaran Udara

Pirolisis Hydrothermal
Tanpa Oksigen Menggunakan uap air
→ Produk utama: Char, Tar,
Biofuel → Produk utama: Biochar
(coal)
Perbandingan Alternatif Teknologi Pengolahan
Sampah
Perbandingan Alternatif Teknologi Pengolahan
Sampah
Perbandingan Alternatif Teknologi Pengolahan
Sampah

Proses Pengolahan
Anaerobik Aerobik Pirolisis Gasifikasi Insenerasi
Sampah
Reduksi Sampah 30-50% 40-60% 70-80% 70-80% 80-90%
Kompos cair
Air lindi, kompos
Residu (lindi), Kompos Char, tar, syngas Syngas Abu
padat
padat, gas bio
Lahan Besar Sedang Kecil Kecil Kecil
Kestabilan proses Tidak stabil Stabil Tidak stabil Tidak stabil Stabil

Rp 660 juta- 2,64 Rp 640 juta- 1,7


Rp 500 juta- 2,4 Milyar Rp 160 juta- 1,3 Milyar Rp 225 juta- 3,3 Milyar
Biaya Investasi Milyar /ton Milyar /ton
/ton sampah/hari /ton sampah/hari /ton sampah/hari
sampah/hari sampah/hari

Biaya pengoperasian, Rp 125-250 Rp 300-400 Rp 350-500


Rp 80-200 ribu/ton Rp 400-600 ribu/ton
pemeliharaan, perawatan ribu/ton ribu/ton ribu/ton
Potensi sampah yang besar
untuk dikembangkan menjadi
ekonomi kreatif
Keberadaan sampah ternyata sangat
Ke depannya sampah tak lagi jadi masalah berpotensi terhadap penciptaan
justru dapat mendatangkan rupiah dan dapat pendapatan rumah tangga.
dijadikan eduwisata pengolahan limbah.

Sampah yang sudah terpilah dengan baik


menjadi modal awal untuk dimodifikasi
menjadi aneka kerajinan, pembuatan Pengelolaan sampah belum maksimal
pupuk, dan budidaya ulat maggot karena pengelolaan sampah baru
sebatas penyadaran masyarakat
untuk mensukseskan program pilah
Peluang yang cukup bagus untuk dikembangkangkan sampah.
menuju ekonomi kreatif berbasis technopreneurship
mengingat di era society 5.0 ini seluruh sektor termasuk
ekonomi telah dijamah oleh kecanggihan teknologi. Terdapat dampak yang positif terhadap kehidupan
sosial ekonomi masyarakat setelah adanya
Sampah yang dikelola dengan baik selain mendapatkan pembangunan Bank Sampah (Novianty, 2013)
keuntungan ekonomi juga mendapatkan keuntungan sosial
seperti kesehatan dan estetika lingkungan (bau dan
pemandangan yang tidak sedap). (Wardi, 2011)
Kemajuan teknologi di era society 5.0
membawa perubahan terhadap
Pengelolaan sampah secara bijak kegiatan ekonomi kreatif berbahan
ternyata dapat memberikan berbagai baku sampah dengan bantuan
benefit, mulai dari: kecanggihan teknologi.
• pemberdayaan masyarakat secara
organisir,
• membuka lapangan pekerjaan baru,
• mengurangi emisi gas rumah kaca
akibat proses pembakaran, hingga
menyelamatkan bumi dari
pencemaran. Selain murah, sampah juga dapat
diperoleh dengan mudah.
Pupuk kompos dan maggot
mampu menjadi produk
unggulan sampah apabila dalam
pengelolaan maupun
pemasarannya dijalankan
secara konsisten.
Ekonomi Kreatif

Ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep untuk merealisasikan


pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan berbasis kreativitas.

Pemanfaatan sumber daya yang tidak terbatas meliputi : ide, gagasan,


bakat (talenta) dan kreativitas merupakan salah satu nilai ekonomi.

Nilai ekonomi dari produk atau jasa di era kreatif tidak lagi ditentukan oleh
bahan baku atau sistem produksi seperti pada era industri, tetapi lebih
kepada pemanfaatan kreativitas dan penciptaan inovasi melalui
perkembangan teknologi yang semakin berkembang.

Industri tidak dapat lagi bersaing di pasar global dengan hanya


mengandalkan harga atau kualitas produk saja, tetapi harus bersaing
berbasiskan inovasi, kreativitas dan imajinasi.

(Purnomo, 2010 : 6).


Ekonomi Kreatif

Sifat ekonomi kreatif sebagai ekosistem yang melibatkan


pekerja kreatif secara kontinyu, memerlukan bahan baku kreatif dan aktor
kreatif yang tak terbatas atau lalu lintas batas.

Ekonomi kreatif mencakup aspek lingkungan pengembangan (nurturance


environment) yang berperan sebagai sarana untuk mengoptimalkan
efektivitas dan kualitas produksi serta penciptaan nilai kreatif.

Pasar (market) juga menjadi indikator yang dapat mengukur sejauh mana
kegiatan industri kreatif tersebut dapat memiliki pasar atau konsumen.

Ekonomi kreatif hakikatnya mampu membangun pasar berkelanjutan dan


menjadi unsur pokok utama dari kebutuhan dasar yang sudah ada (Ginting,
2020).
Technopreneurship

Menurut Depositario (2011) (dalam Mopangga, 2015), Technopreneurship berasal dari


gabungan kata “technology” (teknologi) dan “entrepreneurship” (kewirausahaan).

Technopreneurship yaitu kolaborasi antara teknologi dengan jiwa usaha mandiri dengan
semangat membangun usaha sehingga menghasilkan lapangan pekerjaan dan membangun
perekonomian sekaligus teknologi Indonesia (Sakti & Prasetyo, 2018).

• Metode daur ulang sampah anorganik melalui aplikasi perwujudan dari konsep
technopreneurship
• Pengolahan sampah organik menjadi kompos, gas bio, atau produk BSF adalah contoh
dari konsep ekonomi kreatif
• Pemanfaatan sampah anorganik menjadi barang kreasi, eco brick, dan paving block
merupakan contoh penerapan ekonomi kreatif
• Pemanfaatan dan pengolahan sampah menjadi salah satu bentuk penerapan circular
economy
Pemanfaatan Sampah Organik
sebagai Pengembangan Ekonomi Kreatif

Pengomposan menjadi salah satu alternatif pengembangan pengolahan sampah


menjadi ekonomi kreatif

Dapat berupa kompos cair atau kompos padat tergantung pengolahan dan jenis
sampah

Ciri-ciri kompos yang baik biasanya akan berwarna kehitaman, bertekstur remah,
tidak larut dalam air, dan tidak berbau.

Kompos yang sudah matang ditandai dengan hancurnya bahan baku sehingga
teksturnya lebih halus dan remah, berwarna coklat tua atau kemerahan, kompos
tidak panas (stabil pada suhu ruang), serta bahan baku tidak berbau busuk.

Teknologi paling murah namun membutuhkan waktu lama

(Fitriani dkk, 2022)


Pemanfaatan Sampah Organik
sebagai Pengembangan Ekonomi Kreatif

BSF menjadi alternatif pengolahan sampah organik selain pengomposan

Produk yang dihasilkan terbagi menjadi 2, yakni maggot sebagai pakan


ternak (ayam,burung,ikan) dan pupuk kasgot (bekas maggot).

Maggot yang akan dijadikan pakan ternak biasanya diambil yang masih
dalam fase prepupa.

Beberapa kandungan nutrisi yang terdapat pada maggot yang diklaim


mampu membantu menyuburkan tanah dan pakan ternak alternatif

(Fitriani dkk, 2022)


Pemanfaatan Sampah Anorganik
sebagai Pengembangan Ekonomi Kreatif

Ecobrick dan paving block merupakan salah satu upaya kreatif untuk mengelola sampah plastik menjadi benda-benda
yang berguna, mengurangi pencemaran dan racun yang ditimbulkan oleh sampah plastic (Widodo, et al. 2019; Suminto,
2017; Amran, 2015).

Ecobrick adalah salah satu usaha kreatif bagi penanganan sampah plastic,
yang fungsinya bukan untuk menghancurkan sampah plastik, melainkan
untuk memperpanjang usia plastik-plastik tersebut dan mengolahnya
menjadi sesuatu yang berguna, yang bisa dipergunakan bagi kepentingan
manusia pada umumnya (Suminto, 2017).

Pemanfaatan limbah plastik juga dapat dilakukan


dengan mengolahnya menjadi paving block.

Pemanfaatan cacahan limbah plastik polypropylene (PP) sebagai


substitusi agregat dalam pembuatan paving block terbukti mampu
meningkatkan nilai kuat tekan paving block (Amran, 2015).

Pengolahan sampah plastik dalam skala rumah tangga, yang dioleh menjadi produk-
produk yang bernilai tinggi, misalnya menjadi tas, tempat gelas, dan lainnya
Optimalisas Fasilitas Pengolahan
sebagai Pengembangan Ekonomi Kreatif

Fasilitas pengolahan dan daur ulang sampah dapat dikategorikan sebagai Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM)

UMKM adalah usaha produktif yang dimiliki orang perorangan dan atau badan
usaha perorangan yang bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya
dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi
ekonomi yang berkeadilan (UU 20/2008)

Fasilitas daur ulang dan pengolahan sampah seperti TPS3R, Bank sampah, PDU,
FPS Skala Mikro, Recycle Centre, ITF, TPST, dan kegiatan daur ulang lainnya
merupakan contoh dari UMKM

Secara tidak langsung merupakan bagian dari ekonomi kreatif karena penggunaan
sampah sebagai sumber daya
Optimalisas Fasilitas Pengolahan
sebagai Pengembangan Ekonomi Kreatif

Pengembangan ekonomi kreatif pada pengolahan sampah dapat


memanfaatkan teknologi berbasis aplikasi ataupun startup yang bergerak
di bidang pengelolaan sampah

Apabila sampah anorganik yang dipilah sudah cukup banyak, maka akan
dijual melalui aplikasi berbasis android yaitu Rapel.

Beberapa start up yang bergerak dalam pengumpulan sampah terpilah


khususnya sampah anorganik : Octopus, Kang Asoi, Kamibox, Duitin,
rekosistem, kebunkumara, magalarva, waste4change, dll

Dengan melibatkan teknologi berbasis aplikasi/start up maka bukan hanya


ekonomi kreatif yang dituju namun juga technopreneurship
Potensi Pengolahan Sampah dalam
Ekonomi Kreatif
Waste Diversion Rate & Recycling Potential di Landfill
Waste Diversion Rate menjelaskan jumlah sampah yang dialihkan dari TPA.
Mempertimbangkan limbah yang berpotensi daur ulang, yaitu Reduce, Reuse,
dan Recycle. Saat ini, kota-kota menggunakan tingkat pengalihan sampah
mereka untuk mengukur sistem pengelolaan sampah mereka.

Waste Recycling Rate akan dihitung untuk setiap komponen sampah yang
ditemukan. Untuk menghitung Potensi Daur Ulang Sampah, diperlukan nilai
recovery rate dari masing-masing sampah. Tingkat pemulihan dapat
menentukan berapa banyak komponen limbah yang dapat didaur ulang.
Potensi Pengolahan Sampah dalam Ekonomi Kreatif

Zero Waste Index di Kota Bandung (dengan pendekatan sistem dinamik)


Perbandingan Kondisi Eksisting Penelitian
Sistem pengelolaan Sampah terkelola Nilai subtitusi Potensi subtitusi
Kategori sampah Unit sektor ZWI
Tingkat Pengurangan Penanganan sampah (ton/tahun)a materialb material (ton/tahun)
Tahun pelayanan Target Capaian Target Capaian TPS3R (semiformal) 36,06 0,91 32,81
(%) (%) (%) (%) (%) Kertas Bank sampah (Semiformal) 916,15 0,91 833,70
2019a 84 20 8,4 80 75,53 Pemulung (Informal) 16.406,58 0,91 14.929,98
2019b 98 20 14,56 80 83,43 Bank sampah (Semiformal) 102,20 0,95 97,09
Kaca
a. Data penelitian. Pemulung (Informal) 6.542,70 0,95 6.215,57
b. DLHK Kota Bandung, 2020 TPS3R (semiformal) 1,70 0,88 1,50
Logam Bank sampah (Semiformal) 65,70 0,88 57,82
Daur ulang Pemulung (Informal) 6.144,16 0,88 5.406,86
Sektor Pengurangan Sampah Ton/tahun %
PDU (Formal) 179,21 0,94 168,46
Semiformal TPS3R (semiformal) 34,14 0,94 32,09
Pengurangan sampah KBS 93,45 0,01 Plastik Bank sampah (Semiformal) 930,75 0,94 874,91
0,07
Komposting TPS3R 779,54 0,12 Pemulung (Informal) 14.878,84 0,94 13.986,11
Biodigester TPS3R 182,50 0,03 Bank sampah (semiformal) 21,90 0,35 7,67
Tercampur Pemulung TPA (Informal) 3.650,00 0,35 1.277,50
Daur ulang bank Sampah 2.036,70 0,32
KBS (Semiformal) 21,25 0,35 7,44
TPA (formal) 1.460,00 0,63 919,80
Biodigester (tiap skala) 248,20 0,04 TPST/POO (formal) 1.179,09 0,63 742,83
Komposting
KBS (Semiformal) 72,20 0,63 45,486
Daur ulang TPS3R 71,90 TPS3R (semiformal) 779,54 0,63 491,11
Formal Daur ulang TPST 1.358,30 0,21 Biodigester (tiap skala) 248,20 0,00 0,00
Biodigester
Komposting TPA 1.460,00 0,23 TPS3R (semiformal) 182,50 0,00 0,00
Landfill TPA (formal) 483.996,44 0,00 0,00
Tidak terkelola 102.916,59 0,00 0,00
Informal Daur ulang pemulung TPA 3.650,00 0,57 Total 640.765,90 46.128,72

Daur ulang pemulung 43.972,28 6,86


● Efisiensi pengurangan sistem adalah sebesar 8,4% atau 53.852,87 ton dan persentase penanganan
Formal Landfilled 483.996,44 75,53
75,53% atau 483.996,4 ton pada tahun 2019.
● Total timbulan sampah tidak terkelola 16,06% atau 102.916,59 ton terhadap total timbulan sampah
Pengurangan sampah 53.852,87 8,40
Kota Bandung tahun 2019.
Penanganan sampah 537.849,31 83,94
Sampah tidak terkelola 102.916,59 16,06
● Nilai ZWI kota Bandung adalah 0,07
Total timbulan sampah 640.765,90 100,00
Sumber: Widyarsana & Christiady, 2021
Potensi Pengolahan Sampah dalam Ekonomi Kreatif

Zero Waste Index di Kota Bandung (dengan pendekatan sistem dinamik)


Potensi Pengolahan Sampah dalam Ekonomi Kreatif

Timbulan Sampah Kota Bandung (Hasil Studi pada tahun 2019)


Berdasarkan data
sekunder pada Tahun
2006 - 2019, sampah
plastik di sumber 91,08% 90,58%
mengalami kenaikan
yang cukup signifikan Sumber TPA

Tahun 2019 Sumber (ton) TPA (ton)


Komposisi Sampah Hasil Sampling dan daur ulang di TPA Sarimukti
Total sampah 446.969,85 is 418.422,13 (PT. LAPI ITB, 2019)
Berdasarkan komposisi sampah tersebut, maka diketahui bahwa:
Sampah plastik 112.368,22 111.918,22
1. Sampah mudah membusuk sebesar 34.28%
2. Sampah organik sebesar 52.02%
Sumber: 3. Sampah yang dapat didegradasi secara biologis sebesar 64.94%
Data Sampah di TPA Sarimukti, PT. LAPI ITB, 2019; Sampah di Sumber Kota Bandung 4. Sampah yang dapat dikelola secara termal sebesar 67.06%, dan
oleh Merdiekawati, 2008; Sampah di Sumber & TPA Kota Bandung oleh Christiady,
5. Sampah yang dapat di daur ulang sebesar 15.99%, dimana salah satu sampah tersebut adalah
2020; Sampah di Sumber Kota Bandung oleh Rahardyan, et, al., 2007
plastik.
Potensi Pengolahan Sampah dalam Ekonomi Kreatif

Potensi Daur Ulang Food Waste di Kota Bandung

● Komposisi food waste


mayoritas disusun oleh
buah dan sayur (65%)
disusul oleh nasi/mie/roti
(17%), kacang-kacangan
(6%), daging (5%), dst.
● Data antara kelas ekonomi
tidak terlalu berbeda
karena kondisi ekonomi di
Kota Bandung tidak
timpang

Timbulan Food Waste per Kecamatan di Kota Bandung Tahun 2020 Komposisi Food Waste di Kota Bandung Tahun 2020

● Timbulan food waste yang dikelola hanya sebesar 8,95% atau 21,43 ton/tahun.
● Sedangkan, food waste yang dibuang ke TPA sebesar 91,05% atau 217,99 ton/tahun, merupakan angka besar yang berpotensi untuk didaur
ulang.
● Pengelolaan terhadap food waste termasuk pembakaran, pengomposan, dan pakan ternak.
Potensi Pengolahan Sampah dalam Ekonomi Kreatif
Potensi Pengolahan Sampah dalam Ekonomi Kreatif
Potensi Pengolahan Sampah dalam Ekonomi Kreatif
Potensi Pengolahan Sampah dalam Ekonomi Kreatif
Potensi Pengolahan Sampah dalam Ekonomi Kreatif
Potensi Pengolahan Sampah dalam Ekonomi Kreatif
Potensi Pengolahan Sampah dalam Ekonomi Kreatif
Potensi Pengolahan Sampah dalam Ekonomi Kreatif

Rancangan Pusat Daur Ulang: Recycle Centre

Material flow - Rancangan recycle center (contoh untuk skala 50 ton/hari)


Sumber: Standard Desain PDU (Pusat Daur Ulang), I Made Wahyu Widyarsana dkk, 2020 didanai KLHK

Reaktor Pirolisis yang


dikembangkan Laboratorium
Desain TPST Ubud, Bali
Buangan Padat dan B3, ITB
(I Made Wahyu Widyarsana dkk, 2018)
(Inisiasi Prof. Enri Damanhuri)
Potensi Pengolahan Sampah dalam Ekonomi Kreatif

Rancangan Fasilitas Pengolahan Sampah Skala Mikro (FPS Skala Mikro)

• Pengolahan sampah organik: metode pengomposan


aerated static pile (ASP) dengan waktu pengomposan
total selama 5 minggu.

• Pengolahan sampah anorganik

material plastik layak


Material kertas dan jual yang telah
pemilahan
logam/kaleng terpilah dilakukan
berdasarkan jenisnya
dipadatkan dengan proses pencacahan
yang lebih spesifik.
mesin press hidraulik sebelum dijual ke
pihak-3.

Residu spesifik
disimpan sementara
Sampah tidak laku jual
kemudian diangkut
diangkut ke TPA
menuju pihak
pengelola limbah B3.

Alur pengelolaan sampah di Fasilitas Pengelolaan Sampah Skala Mikro (FPS


Skala Mikro) Tipe I (Skala Kelurahan)
Potensi Pengolahan Sampah dalam Ekonomi Kreatif

Rancangan Fasilitas Pengolahan Sampah Skala Mikro (FPS Skala Mikro)

• Pengolahan sampah organik: metode pengomposan aerated


static pile (ASP) dengan waktu pengomposan total selama 5
minggu.

• Pengolahan sampah anorganik

Material kertas dan


pemilahan
logam/kaleng Peletisasi sampah
berdasarkan jenisnya
dipadatkan dengan plastik laku jual
yang lebih spesifik.
mesin press hidraulik

Residu spesifik
disimpan sementara
Pirolisis sampah Furnace sampah
kemudian diangkut
plastik tidak laku jual residu
menuju pihak
pengelola limbah B3.

Alur pengelolaan sampah di Fasilitas Pengelolaan Sampah Skala Mikro (FPS Skala Mikro)
Tipe II (Skala Kecamatan)
Potensi Pengolahan Sampah dalam Ekonomi Kreatif
RancanganFasilitas
Rancangan Fasilitas Pengolahan
Pengolahan Sampah
Sampah Skala Skala
Mikro Mikro (FPSMikro)
(FPS Skala Skala Mikro):
Integrasi dengan Ekonomi Kreatif
FPS Skala Mikro Tipe II dengan
teknologi yang lebih advance
Kegiatan pengolahan sampah di FPS Mikro dapat
menyebabkan tingkat recycling
didefinisikan kegiatan ekonom kreatif karena
sampah anorganik mencapai
adanya pengelolaan sampah berbasis kreativitas
53,4% dan residu akhir berupa
dan berkelanjutan. Hal ini didukung dengan
abu membuat pengangkutan
kegiatan adanya kegiatan pemulihan material
lebih mudah dan murah.
sampah (kertas, plastik, logam, tekstil, dan karet)
dan pengolahan sampah (organik) menjadi produk
laku jual.

FPS Mikro bukan hanya


FPS Skala Mikro menghasilkan produk berupa memiliki nilai tambah bagi
kompos, material daur ulang, bahkan pelet pengelolaan lingkungan
plastik (opsional) dan minyak hasil pirolisis yang namun juga menciptakan nilai
memiliki nilai jual cukup baik, bahkan tambah ekonomi baru
kemungkinan dapat digunakan sebagai bahan
baku dan bahan bakar (minyak).
Tingkat pengurangan yang tinggi
diharapkan mampu meningkatkan
Jika operasional berjalan optimal FPS Mikro ini nilai ZWI dan memenuhi target
diperkirakan mampu mengurangi jumlah pengurangan (30%) dan penanganan
timbulan sekitar 60% untuk FPS Skala Mikro (70%) pada tahun 2025 sampah sesuai
Tipe I dan lebih dari 90% untuk FPSS Tipe II. Jakstrada dan Jakstranas 69
Teknologi Pengolahan Sampah Plastikk
Material/ Mechanical Recycling

Sampah plastik jenis PP dan PET dilakukan


pengolahan mekanikal melalui shredding,
washing, drying, packaging sehingga
menghasilkan produk virgin atau raw
material.

Chemical Recycling
(Feedstock Recycling)

Sampah plastik selain jenis PP dan PET


sebagai input ke proses pirolisis untuk
mendaur ulang sampah plastik menjadi oli
(Liquefaction).

Thermal Recycling
(Energy Recovery)

Sampah plastik yang masuk ke landfill dapat


dikelola menggunakan teknologi berbasis
termal/suhu tinggi. Tidak menghasilkan gas
berbahaya berupa dioksin. Produk dapat
dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik
(PLTSa). Source: Originally from Prof. Dr. Ir. Enri Damanhuri, Department of Environmental Engineering, Faculty of Civil and Environmental Engineering,
Institute of Technology Bandung, modified by Makoto Tsukiji [23]
National Plastic Waste Reduction Strategic Actions for Indonesia (KLHK, 2020) [23] 8
RDF

• Refuse Derived Fuel (RDF) adalah hasil proses pemisahan limbah padat
antara fraksi sampah mudah terbakar dan tidak mudah terbakar seperti Fraksi kasar Pencacahan pertama Pengeringan Sreening
metal dan kaca.
• Produksi RDF merupakan bagian dari sistem pengolahan thermal, yang
bertujuan untuk valorize bagian dari aliran limbah dengan memulihkan
konten energi.
• Pembakaran RDF, dapat terjadi pada tempat yang sama atau RDF dapat
diangkat untuk pembakaran di tempat yang lain.
• Produk dari hasil pengolahan Refuse Derived Fuel (RDF) merupakan Pelet RDF Peletisasi Pencacahan kedua
bahan bakar yang diciptakan dari hasil pemrosesan sampah untuk
menjadi bahan bakar atau bahan baku yang memiliki kualitas yang
konsisten.
• Biasanya sampah dipilah-pilah untuk mendapatkan sampah yang mudah
terbakar seperti plastik, sampah mudah terurai dll, yang kemudian RDF
dikeringkan dan kemudian dicacah untuk menaikkan nilai kalornya.

Aspal Plastik 02 06
04 Penggelaran aspal
Penggunaan Dikumpukan,
produk plastik yang telah dicampur
dibersihkan, dicacah dengan sampah
(proses recycle) plastik

01 03 05
Produksi plastik/ Sampah Kantong Cacahan sampah
manufaktur plastik plastik dicampur
dengan agregat aspal
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam
Pengembangan Ekonomi Kreatif Pengolahan
Berbasis Masyarakat
• Pembangunan fasilitas untuk pengolahan sebagai modal awal penggerak
Modal fisik • Perlu dibarengi dengan pembangunan non fisik (pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lainnya)
agar tujuan dari pembangunan fisik dapat tercapai

• Kebutuhan SDM yang terlatih dan memiliki kemauan tinggi untuk mencapai tujuan bersama
Sumber daya
manusia • bukan hanya menambah penghasilan tetapi juga menjadi lahan hidup dari masyarakat setempat
(Huda et al., 2019).

• Langkah-langkah strategis dalam meningkatkan kapasitas manusia untuk meningkatkan


Proses
kemandirian dan kekuatan internal atas sumber daya materi dan nonmaterial.
pemberdayaan
• Dapat dilakukan melalui sosialisasi, edukasi, dan pelatihan

• sumber daya yang dapat dipandang sebagai investasi untuk mendapatkan sumber daya baru.
Modal sosial
• Sifat gotong royong masyarakat yang dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat

Keberdayaan • Kemampuan masyarakat mengelola fasilitas secara mandiri


masyarakat • Termasuk mengembangkan fasilitas untuk meningkatkan pengelolaan sampah

(Pengembangan dari Astuti, 2010)


Pengembangan Ekonomi Kreatif
dalam Pengolahan Sampah dan
Hubungan dengan GRK
Perubahan Iklim

“Gas Rumah Kaca”


Perubahan iklim adalah perubahan termasuk
yang signifikan dalam pengukuran Dampak
iklim seperti temperatur, hujan, • Karbon dioksida (CO2)
angin) yang terjadi dalam periode • Metan (CH4)
yang lama seperti 10 tahun atau • Nitrus oksida (N2O) Ketahanan Pangan: gagal panen dan
lebih. menurunnya tingkat produksi

Gas-gas ini berasal dari Laut dan air: glasier menghilang,


kenaikan air laut, banjir
United Nations Forum Convention
on Climate Change (UNFCCC)
• Deforestasi dan kebakaran
mendefinisikan Perubahan Iklim hutan Ekosistem: kerusakan ekosistem,
sebagai perubahan dalam iklim yang • Konversi daerah lahan basah,
terancamnya habitat penting

disebabkan oleh langsung atau tidak gambut dan mangrove


langsung dari kegiatan manusia • Petanian padi Cuaca ektrem: banjir, kebakaran hutan,
yang mengubah komposisi dari • Peternakan awal musim yang tidak menentu.
atmosfir global. • Pemakaian Pupuk
Kondisi Konsentrasi Metana di Indonesia

• Rata-rata peningkatan konsentrasi CH4 Indonesia terus Selama 2 (dua) dasawarsa terakhir, sektor
menanjak hingga tahun 2021 mencapai 1923,6 ppb (laju pembuangan limbah; baik yang bersumber dari
peningkatan sebesar +7,7 ppb/tahun). tempat pembuangan akhir maupun limbah
• Kondisi CH4 di Indonesia ini dapat menjadi kontributor perairan menjadi penyumbang gas CH4 terbesar
perubahan iklim global dan regional karena karakteristik gas di Indonesia yakni 57% dari keseluruhan emisi
CH4 di atmosfer yang berpotensi menyimpan panas lebih tahun 2001-2020.
kuat daripada CO2 sehingga dapat memperkuat proses (BMKG, 2022)
pemanasan global.
Kondisi Konsentrasi Metana di Indonesia

(BMKG, 2022)
Kontribusi emisi terbesar ada dari sektor hulu

Hanya 9% dari semua plastik


yang pernah ada
dibuang sejak 1950 telah
didaur ulang, dan sisanya
menjadi sampah…

Tanpa intervensi yang signifikan,


maka pada tahun 2050 produksi
plastik akan mewakili 15%
dari carbon budget global.
Source:
Recycling is Not Enough
(GAIA/ZWE, 2018) dalam GAIA, 2021)
2

Dengan laju produksi plastik saat ini, emisi GRK dari plastik akan
Sumber: Material Economics (2018).
The Circular Economy – A Powerful Force meningkat dua kali lipat pada tahun 2050 dalam skenario baseline
for Climate Mitigation dengan tingkat daur ulang hari ini, menjadi lebih dari 200 juta ton CO2
per tahun - jauh melebihi tingkat yang sesuai dengan komitmen Uni
Eropa berdasarkan Perjanjian Paris
Emisi CO2 e dari Pembakaran Sampah
dibandingkan dengan lainnya options

Sumber: Plastic and Climate (CIEL, 2019


dalam GAIA, 2021)
Target Penurunan Emisi di Indonesia
“ Melalui Kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim atau COP26, Indonesia bersama lebih dari 100
negara lainnya berkomitmen untuk memangkas emisi metana global sebesar 30% sebelum 2030.
Jumlah negara tersebut juga termasuk enam dari 10 negara penghasil metana teratas dunia: Amerika
Serikat, Brazil, Eropa, dan Indonesia”
Diharapkan dengan adanya perjanjian tersebut, negara-negara yang berkomitmen dapat mengatasi 46% emisi global yang secara
bersamaan juga menjaga agar peningkatan suhu bumi tetap berada pada ambang batas 1,5˚Celcius (BMKG, 2022).

Target dan pencapaian penurunan emisi Jawa Barat

Dibandingkan dengan sektor lain, sektor limbah masih


memiliki target dan pencapaian yang rendah
Pada tahun 2021, target pengurangan emisi untuk
sektor limbah adalah 12,21% namun capaian-nya
hanya 0,81%
(operndata.jabarprov.go.id)
Gas Rumah Kaca Akibat Penanganan
Sampah
Pada timbunan sampah
organik, proses dekomposisi
anarobik, akan menghasilkan
salah satu gas rumah kaca yaitu
01 CH4 atau metana dan efek yang
Selain itu pembakaran bahan
organik juga menghasilkan 04
ditimbulkannya adalah 20-30 metan.
kali lipat dibandingkan dengan
gas CO2”( KLH,2011).

Gas metan yang terbentuk


Jumlah metan yang menyebar dalam tumpukan
02 dihasilkan bergantung sampah baik secara secara 05
kepada komposisi sampah. horizontal dan vertikal dan
akhirnya lepas ke atmosfer.

Metan berkontribusi sebesar Secara global kira-kira 66%


15% pada pemanasan global emisi metan dari TPA berasal
03 dan secara teoritis dari setiap
kilogram sampah dapat
dari negara-negara maju, 15%
dari negara-negara transisi
06
memproduksi 0.5 m3 gas secara ekonomi dan 20% dari
metan. negara-negara berkembang.
Gas Rumah Kaca Akibat Penanganan
Sampah

Tidak semua gas metan yang terbentuk di TPA dapat lepas ke atmosfer. Ketika metan
01 bergerak dari dalam lapisan timbunan sampah menuju permukaan, bila terdapat oksigen
maka bakteri aerobik akan mengoksidasi metan menjadi karbon dan air .

Berdasarkan pengukuran yang dilakukan oleh Jegers & Peters (1985) hanya 70% dari gas metan yang terbentuk di
02
TPA yang diemisikan ke dalam atmosfer, dengan demikian sekitar 30% gas metan yang terbentuk dioksidasi oleh
bakteri aerob ketika bergerak menuju permukaan timbunan sampah di TPA (Purwanta W,2009) .

Jumlah gas CH4 yang terbentuk dari proses dekomposisi sampah akan berkurang sejalan
03 dengan pertambahan waktu dekomposisi sampah, sehingga jumlah yang diemisikan juga
berkurang
Potensi Pengurangan Emisi GRK pada
Pengolahan Sampah Kota Bandung
Dilakukan penelitian terhadap pengelolaan sampah pada data dasar
2017 dan potensi pengurangan GRK dengan menggunakan 2 model,
yakni model Business as Usual (BAU) dan model Road to zero dengan
skenario pengolahan sebagai berikut:

Dengan skenario road to zero waste, diprediksi pada


tahun 2030, Koa Bandung dapat mengurangi emisi
CO2 sebesar 42%

(Artiningrum, 2018) GAIA, 2022


Potensi Emisi Metana (CH4) dari Timbulan
Sampah Kota Bandung
Nilai emisi yang dihasilkan belum merupakan nilai total dari sumber emisi
Hasil penelitian oleh Artiningrum, diperoleh emisi gas metana yang limbah padat secara total.
dihasilkan dari timbulan sampah Kota Bandung tahun 2018 adalah
2.655,02 ton/tahun. Sedangkan diperkirakan pada tahun 2025
mencapai 2.730,26 ton/tahun. Nilai total merupakan hasil pengukuran langsung ditambah nilai hasil
estimasi dikurangi nilai penyerapan oleh alam atau hutan yang dikenal
sebagai offset.

Nilai hasil estimasi diatas belum menunjukkan nilai sebenarnya karena


pengukuran secara langsung belum dapat dilakukan, sehingga nilai Net
dari emisi GRK untuk methan belum dapat ditentukan (KLH,2011).

Tingginya potensi gas metan ini disebabkan kondisi TPA dan juga
komposisi sampah organiknya yang hampir 60% – 70%

Gas metan (CH4) merupakan gas dominan yang dihasilkan dari proses
degradasi sampah taman, kayu dan sampah sisa makanan ini selain
sebagai sumber penyebab pemanasan global juga berpotensi untuk
dimanfaatkan sebagai energi alternatif yang ramah lingkungan.
(Artiningrum, 2018)
Hubungan Ekonomi Kreatif Pengolahan
Sampah terhadap Penurunan GRK
Pengumpulan dan pengolahan sampah organik yang sudah terpilah dari
sumber berpotensi mengurangi emisi metana di TPA sebesar 62%

Pengolahan secara mekanis-biologis dan penutupan TPA yang aktif secara biologis
merupakan pengukuran pelengkap yang baik untuk pengumpulan sampa organik terpilah dari
sumber; jika strategi ini diterapkan, akan mengurangi emisi metana rata-rata 95%

Pengelolaan sampah ideal seperti pemilahan sampah, daur ulang, dan pengomposan dapat menguangi
emisi dari sektor hingga 84% atau 1,4 miliar ton

Pengurangan sampah di sumber adalah strategi penting untuk mengatasi sampah makanan, saat ini sepertiga dari
produksi makanan bertanggung jawab atas 10% dari emisi GRK

Pengurangan plastik di sumber sangat penting, sebagian plastik tidak dapat didaur ulang dan produksinya meningkat setiap 20
tahun menjadi dua kali lipat

Daur ulang sampah plastik sangat penting karena pembakaran plastik dapat melepaskan 1,43 ton C02 bahkan setelah dilakukan pemulihan
energi

GAIA, 2022
Hubungan
Ekonomi
Kreatif
Pengolahan
Sampah
terhadap
Penurunan
GRK

GAIA, 2022
Strategi Hulu Pengurangan GRK

1. Tingkatkan investasi pada sistem pengumpulan terpilah


dari sumber dengan berbagai instrumen kebijakan (tidak
hanya untuk plastik dan daur ulang; tapi juga untuk guna
ulang dan keperluan penelitian desain produk)

2. Disinsentif pada penerapan teknologi di hilir sistem


seperti pajak TPA dan insinerator; pemberian insentif
pada model bisnis baru: sistem isi ulang/curah (Alternative
Delivery Systems) - contoh: Deposit Refund Schemes,
refillable products, packageless delivery system, dsb

3. Regulasi untuk pengelolaan pasar produk guna ulang dan


daur ulang, agar model bisnis berkembang.

4. Standarisasi produk untuk meningkatkan kualitas


material/produk sekunder hasil daur ulang (tidak hanya
plastik) - misal: terkait penggunaan zat aditif dan pewarna
pada material

GAIA, 2022
Referensi
• Agustina, Elprida dkk. (2020). Evaluasi Sistem Pengelolaan Sampah di Kawasan Perumahan di Kota Bandung. Jurnal Teknik Lingkungan Volume 26 Nomor 2, Oktober 2020
(Hal 89 – 102)
• Alexander, MA. Neraca Massa dan Neraca Energi Pengelolaan Sampah Terpadu-Penujah Kabupaten Tegal. Jurnal Ilmiah TEKNOBIZ Vol. 8 No.3
• Bappenas. 2020. Kajian Pengelolaan Limbah B3 Indonesia
• Damanhuri, Enri dan Tri Padmi. 2016. Pengeloleaan Sampah Terpadu. Bandung: Penerbit ITB
• Damanhuri, Enri dan Tri Padmi. 2010. Diktat Kuliah Pengelolaan Persampahan
• Diseminasi Permen PU 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga
• Diseminasidan sosialisasi Keteknikan Bidang PLP: Persampahan, Ditjen Cipta Karya, Kementerian PU
• KLHK. 2020. PENYUSUNAN DAN REVIEW DETAIL ENGINEERING DESAIN PDU 5 TON/HARI DAN 10 TON/HARI
• Laporan Keberlanjutan PT Astra International Tbk 2021
• Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga
• Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah. (2018). Modul Pengantar Pengolahan Sampah Secara Umum
• Rahardyan, Benno dkk. (2007), Analisis Aliran Sampah Plastik Sebagai Penentu Kebutuhan Kapasitas Infrastruktur Daur Ulang di Kota Bandung. Jurnal Purifikasi, Vol. 8, No.
2, Desember 2007: 157 – 162
• Standar Nasional Indonesia, SNI 19-2452-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengolahan Sampah Perkotaan.
• Widyarsana, I Made W, Enri Damanhuri, Elprida Agustina dan Rizkia Nur Aulia. (2019). Risk Assesment and Rehabilitation Potential of Municipal Solid Waste Landfills in Bali
Province, Indonesia. International Journal of Geomate, Nov., 2019 Vol 17, Issue 63, pp.164-171.
• Widyarsana, I Made W dan Kania Salmaa. (2019) Evaluation of Waste Management Achievement in Padantegal Pekraman Village, Ubud Sub District, Gianyar District, Bali.
Indonesian Journal of Urban and Environmental Techonology, April, 2019 Vol 2, Issue 2, pp.102-119.
• Widyarsana, I Made W, Enri Damanhuri dan Elprida Agustina. (2020). Municipal Solid Waste Material Flow in Bali Province, Indonesia. Journal of Material Cycle and Waste
Management (2020) 22:405-415.
• Wdiyarsana, I Made dan Elprida Agustina. (2019). Waste Management Study In The Archipelago Tourism Area
• (Case Study: Nusa Penida District, Bali Province, Indonesia). E3S Web of Conferences 148, 05002 (2020) https://doi.org/10.1051/e3sconf/202014 02. ETMC and RC EnvE
2019
• Wuryanti, Sri. (2016). Neraca Massa dan Neraca Energi. Politeknik Negeri Bandung. Jurusan Teknik Konversi Energi
Referensi
Agus P. (2021). Pengolahan Sampah Organik Sejenis Rumah Tangga Berbasis Biokonversi BSF. Materi webinar Kebijakan Pengelolaan Sampah & Sosialisasi
Pedoman Pengolahan Sampah Organik dengan Biokonversi BSF 2021
Dortmans, Bram dkk. 2017. Proses Pengolahan Sampah Organik dengan Black Soldier Fly (BSF). Swiss: Eawag.
PUPR. 2018. Modul 02 – Pengantar Pengolahan Sampah Secara Umum
PUPR. 2018. Modul 08 - Teknologi Termal WtE Berbasis Gasifikasi
PUPR. 2018. Modul 09 – Teknologi Termal WtE Berbasis Proses Pembakaran (Insinerasi)
Damanhuri, Enri. (2016). Buku Pengelolaan Sampah. Bandung: ITB Press.
Artiningirum, Tati. 2018. Potensi Emisi Metana (CH4) dari Timbulan Sampah Kota Bandung
BMK, 2022. Buletin Gas Rumah Kaca. Volume 2 Nomor 1 Februari 2022. ISSN 2809-0845
GAIA, 2022. Bandung, Indonesia GHG Reduction Potential in Road to ZW Scenario: 50%
GAIA, 2022. A key to Rapid Methane Reduction: Keeping Organic Waste from Landfill
GAIA, 2022. Executive summary: Dari Nol Sampah ke Nol Emisi Bagaimana Pengurangan Sampah menjadi Pendobrak Iklim
Firiani, Isah dkk. 222. Strategi Pemanfaatan Limbah dan Budidaya Maggot Menuju Wirausaha Ramah Lingkungan. 208 J-Abdipamas, Vol 6, No 1 April, 2022
TERIMA
Hatur Nuhun….
KASIH
Dr. Ir. I Made Wahyu Widyarsana S.T., M.T.
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Teknologi Bandung
[email protected]

Anda mungkin juga menyukai