Makalah - Hukum - Pidana (1) RM 100 %

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

HUKUM PIDANA DALAM SISTEM HUKUM

INDONESIA
PENGANTAR HUKUM INDONESIA
SEMESTER 1

DOSEN: ASNAWI, S.H., M.H.


KELOMPOK 7 KELAS 1 E

ANGGRAENI M PUTRI
MUHAMMAD NOVRI SUTIAWAN
RIDWAN MAULANA

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BINA BANGSA
TAHUN 2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat-Nyalah tulisan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan naskah yang
berjudul “Hukum Pidana Dalam Sistem Hukum Indonesia” ini dalam rangka
pengembangan salah satu tri darma perguruan tinggi, yaitu bidang penelitian.
Penulis Menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan- kekurangan.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki.
Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan penulis terima dengan senang hati
demi perbaikan naskah penelitian lebih lanjut.
Tulisan ini dapat penuh selesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak, terutama rekan- rekan dosen
Pengantar Hukum Indonesia yang telah memberikan masukan demi kelancaran dan
kelengkapan naskah tulisan ini. Akhimya, semoga tulisan yang jauh dari sempuma ini ada
manfaatnya.

Serang, November 2022

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
• BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................... 2
• BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
2.1 Pengertian dan Tujuan Hukum Pidana .................................................. 3
2.2 Sejarah Hukum Pidana .......................................................................... 4
2.3 Sumber-sumber Hukum Pidana ............................................................ 5
2.4 Asas-asas Hukum Pidana ...................................................................... 6
2.5 Ruang lingkup Hukum Pidana .............................................................. 7
2.6 Perkembangan Hukum Pidana .............................................................. 7

• BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 8


3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 8
3.2 Saran ..................................................................................................... 8

• DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 9

BAB I
PENDAHULUAN
• Latar Belakang

Hukum Pidana merupakan bagian dari ranah hukum publik. Hukum Pidana
di Indonesia diatur secara umum dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP), yang merupakan peninggalan zaman penjajahan Belanda. KUHP
merupakan lex generalis bagi pengaturan hukum pidana di Indonesia, dimana asas-
asas umum termuat dan menjadi dasar bagi semua ketentuan pidana yang diatur di
luar KUHP. Undang-undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional
mengamanatkan asas setiap warga negara sama kedudukannya dalam hukum dan
pemerintahan.
Hal ini tidak terbukti dengan adanya ketidakseimbangan antara
perlindungan hukum antara perlindungan korban kejahatan dengan pelaku
kejahatan karena masih sedikitnya hak-hak korban kejahatan diatur pada
perundang-undangan nasional. Segala aktivitas manusia dalam segala aspek
kehidupan sosial, politik, dan ekonomi dapat menjadi sebab terjadinya kejahatan.
Kejahatan akan selalu hadir dalam kehidupan ataupun lingkungan sekitar, sehingga
diperlukan upaya untuk menanganinya. Dengan upaya penanggulangan kejahatan,
diharapkan dapat menekan baik dari kualitas maupun kuantitasnya hingga pada
titik yang paling rendah sesuai dengan keadaannya.

• Rumusan Masalah
• Apa yang dimaksud dengan Hukum Pidana?

• Bagaimana sejarah Hukum Pidana?

• Apa saja Sumber Hukum Pidana?

• Ada yang dimaksud dengan Asas-asas Hukum Pidana?

• Tujuan
• Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Hukum Pidana

• Untuk mengetahui sejarah Hukum Pidana

• Untuk mengetahui sumber Hukum Pidana

• Untuk mengetahui Asas-asas Hukum Pidana


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Tujuan Hukum Pidana
Pengertian Hukum Pidana
Hukum pidana adalah kumpulan peraturan yang mengatur perbuatan, baik
menyerukan berbuat atau melakukan sesuatu, maupun melarang berbuat atau
melakukan sesuatu yang diatur di dalam undang-undang dan peraturan daerah
yang diancam dengan sanksi pidana. Hukum pidana adalah keseluruhan dasar dan
aturan yang dianut oleh negara dalam kewajibannya untuk menegakkan hukum,
yakni dengan melarang apa yang bertentangan dengan hukum dan mengenakan
suatu nestapa (penderitaan) kepada yang melanggar larangan itu.

Menurut Satochid Kartanegara bahwa hukum pidana itu dapat dipandang


dari sudut:

• Hukum pidana dalam arti objektif (ius poenale)

Hukum pidana dalam arti objektif (ius poenale) adalah sejumlah


perarturan yang mengandung larangan atau keharusan dimana terhadap
pelanggarannya diancam dengan hukuman.

• Hukum pidana dalam arti subjektif (ius puniendi)

Hukum pidana dalam arti subjektif (ius puniendi) adalah sejumlah


peraturan yang mengatur hak negara untuk menghukum seseorang yang
melakukan perbuatan yang dilarang.

Tujuan Hukum Pidana


Hukum pidana memiliki dua macam tujuan, yaitu:

• Untuk menakut-nakuti setiap orang agar tidak melakukan perbuatan pidana


(fungsi preventif/pencegahan).

• Untuk mendidik orang yang telah melakukan perbuatan pidana agar menjadi
orang yang baik dan dapat diterima kembali dalam masyarakat (fungsi
represif/kekerasan).

2.2 Sejarah Hukum Pidana

Sejarah hukum pidana Indonesia secara umum tidak dapat dilepaskan dari
keberadaan masyarakat Indonesia, masyarakat Indonesia yang terbagi dalam
banyak kerajaan, masyarakat Indonesia di bawah jajahan Belanda dan masyarakat
Indonesia setelah masa kemerdekaan. Hukum pidana modern Indonesia dimulai
pada masa masuknya bangsa Belanda di Indonesia, adapun hukum yang ada dan
berkembang sebelum itu atau setelahnya, yang hidup dimasyarakat tanpa
pengakuan pemeritah Belanda dikenal dengan hukum adat. Pada masa penjajahan
Belanda pemerintah Belanda berusaha melakukan kodifikasi hukum di Indonesia,
dimulai tahun 1830 dan berakhir pada tahun 1840, namun kodifikasi hukum ini
tidak termasuk dalam lapangan hukum pidana.

1. Masa Sebelum Penjajahan Belanda

Sebelum kedatangan bangsa Belanda yang dimulai oleh Vasco da Gamma


pada tahun 1596, orang Indonesia telah mengenal dan memberlakukan hukum
pidana adat. Hukum pidana adat yang mayoritas tidak tertulis ini bersifat lokal ,
dalam arti hanya diberlakukan di wilayah adat tertentu. Hukum adat tidak
mengenal adanya pemisahan yang tajam antara hukum pidana dan hukum perdata
(privaat). Pemisahan yang bersifat publik bersumber pada sistem Eropa yang
kemudian berkembang di Indonesia.
2. Masa Sesudah Kedatangan Penjajahan Belanda

Babak sejarah hukum pidana tertulis di Indonesia dapat dibagi menjadi 5


(lima ) babak, yaitu :

a. Masa Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) Tahun 1602 -


1799

Vereenigde Oost Indische Compagnie merupakan kongsi dagang atau


perusahaa Hindia Timur pada tanggal 20 Maret 1602. VOC adalah
persekutuan dagang asal Belanda yang memonopoli aktivitas
perdagangan di Asia.

Kedatangan pedagang-pedagang Belanda VOC di Indonesia membawa


susana “penjajahan” yaitu ditandai dengan diberlakukannya beberapa
peraturan pidana oleh VOC. VOC sebenarnya adalah kongsi dagang
Belanda yang diberikan "kekuasaan wilayah" di Nusantara oleh
pemerintah Belanda. Hak keistimewaan VOC berbentuk hak Octrooi
Staten General yang meliputi monopoli pelayaran dan perdagangan,
mengumumkan perang, mengadakan perdamaian dengan kerajaan-
kerajaan di Nusantara, dan mencetak uang. Untuk kepentingan
perdagangan mereka, berdasarkan Octrooi Staten General di negeri
Belanda, VOC telah melaksanakan berlakunya peraturan sendiri di
Indonesia.

b. Masa Besluiten Regering Tahun 1814 - 1855

Setelah Inggris meninggalkan Nusantara pada tahun 1810, Belanda


menduduki kembali wilayah Nusantara. Pada masa ini, peraturan
terhadap koloni diserahkan kepada raja sepenuhnya sebagai penguasa
mutlak, bukan kepada kongsi dagang sebagaimana terjadi pada masa
VOC. Dengan dasar Besluiten Regering, yaitu berdasarkan pasal 36
UUD Negeri Belanda, raja mempunyai kekuasaan mutlak dan tertinggi
atas daerah-daerah jajahan. Dengan demikian Negara Belanda pada
masa itu menggunakan sistem pemerintahan monarki konstitusional.
Raja berkuasa mutlak, namun kekuasaannya diatur dalam sebuah
konstitusi. Untuk mengimplementasikannya, raja kemudian
mengangkat komisaris jenderal yang ditugaskan untuk melaksanakan
pemerintahan di Netherlands Indie (Hindia Belanda). Mereka adalah
Elout, Buyskes, dan Vandr Capellen. Mereka tetap memberlakukan
peraturan-peraturan yang berlaku pada masa Inggris dan tidak
mengadakan perubahan peraturan karena menunggu terbentuknya
kodifikasi hukum.

C. Masa Regering Reglement Tahun 1855-1926

Regering Reglement artinya, peraturan tentang kebijaksaan


pemerintahan di Hindia Belanda.

Masa Regering Reglement dimulai karena adanya perubahan sistem


pemerintahan di Negara Belanda, dari monarki konstitusional menjadi
monarki parlementer. Perubahan ini terjadi pada tahun 1848 dengan
adanya perubahan dalam Grond Wet (UUD) Belanda. Perubahan ini
mengakibatkan terjadinya pengurangan kekuasaan raja, karena
parlemen (Staten Generaal) mulai campur tangan dalam pemerintahan
dan perundang-undangan diwilayah jajahan Negara Belanda. Raja
Belanda terhadap daerah jajahan di Indonesia berkurang. Peraturan-
peraturan yang menata daerah jajahan tidak semata-mata ditetapkan raja
dengan Koninklijk Besluit, namun harus melalui mekanisme perundang-
undangan di tingkat parlemen. Peraturan dasar yang dibuat bersama
raja dan parlemen untuk mengatur pemerintahan negara jajahan adalah
Regering Reglement (RR).

d. Masa Indische Staatregeling Tahun 1926-1942

Indische Straatregeling adalah undang-undang dasar yang mengatur


tata negara dan pemerintahan Hindia Belanda. Pembaruan dari
Regering Reglement yang mulai berlaku sejak 1 Januari 1926 dengan
diundangkan melalui Staatblad Nomor 415 tahun 1925. Terjadinya
perubahan diakibatkan pemerintahan Hindia Belanda yang berawal dari
perubahan Grond Wet Negara Belanda pada tahun 1922. Perubahan ini
mengakibatkan perubahan pada pemerintahan di Hindia Belanda.

Pada masa ini, keberadaan sistem hukum di Indonesia semakin jelas


khususnya dalam pasal 131 jo. pasal 163 IS yang menyebutkan
pembagian golongan penduduk Indonesia beserta hukum yang berlaku.
Dengan dasar hukum pidana Belanda tetap diberlakuakan pada seluruh
masyarakat Indonesia. Pasal 163 IS mempertegas pemberlakuan hukum
pidana Belanda semenjak diberlakukan 1 Januari 1918.

e. Masa Pendudukan Jepang Tahun 1942-1945

Pada waktu Indonesia diduduki oleh Jepang pada Tahun 1942, maka
pemerintah Jepang mengeluarkan peraturan yang bernama Osamu
Seirei Nomor 1 Tahun 1942 yang berlaku pada tanggal 7 Maret 1942
sebagai peraturan peralihan Jawa dan Madura

• Masa Setelah Kemerdekaan

Masa pemberlakuan hukum pidana di Indonesia setelah proklamasi


kemerdekaan 17 Agustus 1945, dibagi empat masa sebagaimana dalam
sejarah tata hukum Indonesia yang didasarkan pada berlakunya empat
konstitusi Indonesia, yaitu pertama masa setelah kemerdekaan dengan
konstitusi UUD 1945, kedua masa setelah Indonesia menggunakan
konstitusi negara serikat (Konstitusi Republik Indonesia Serikat), ketiga
masa Indonesia menggunakan konstitusi sementara (UUDS 1950), dan
ke empat masa Indonesia kembali ke UUD 1945.

a. Masa Tahun 1945-1949

Dengan diproklamirkannya negara Indonesia sebagai negara yang


merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa indonesia menjadi
bangsa yang bebas dan berdaulat. Selain itu, proklamasi kemerdekaan
dijadikan tonggak awal mendobrak sistem hukum kolonial menjadi
sistem hukum nasional yang sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa
Indonesia. Konstitusi yang menjadi dasar dalam penyelenggaraan
negara kemudian ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945. konstitusi
tersebut adalah UUD 1945. Mewujudkan cita-cita bahwa proklamasi
adalah awal pendobrakan sistem tata hukum kolonial menjadi sistem
tata hukum nasional bukanlah hal yang mudah dan secara cepat dapat
diwujudkan.

b. Masa Tahun 1949-1950

Pada tahun 1949-1950 negara Indonesia menjadi negara serikat, sebagai


konsekuensi atas syarat pengakuan kemerdekaan dari negara Belanda.
Dengan bentuk perubahan negara ini, maka UUD 1945 tidak berlaku
lagi dan diganti dengan Konstitusi Republik Indonesia Serikat. Dengan
adanya ketentuan ini maka praktis hukum pidana yang berlaku pun
masih tetap sama dengan dahulu, yaitu Wetboek van Strafrecht yang
berdasarkan Pasal 6 ayat 2 UU Nomor 1 Tahun 1946 dapat disebut
sebagai kitab undang-undang hukum pidana.

c. Masa Tahun 1950-1959

Setelah indonesia menjadinegara yang berbentuknegara serikat selama


7 bulan 16 hari,sebagai trik politik agar belanda mengakui kedaulatan
indonesia, maka pada tanggal 17 agustus 1950 indonesia

kembali menjadi negara republik kesatuan. Dengan perubahan ini,


maka konstitusi yang berlaku pun berubah yakni di ganti dengan UUD
sementara. Sebagai peraturan peralihan yang tetap memberlakukan
hukum pidana masa sebelum nya pada masa UUD sementara.

Dengan adanya ketentuan pasal 142 UUD Sementara ini maka hukum
pidana yang berlaku pun masih tetap sama dengan masa-masa
sebelumnya yaitu Wetboek van Strafrecht ( Kitab Undang-undang
Hukum Pidana ).

d. Tahun 1959-sekarang

Setelah keluarnya Dekrit Presiden tanggal 5 juli 1959, yang salah


satunya berisi mengenai berlakunya kembali UUD 1945, maka sejak itu
indonesia menjadi negara kesatuan yang berbentuk republik dengan
UUD 1945 sebagai konstitusinya.

Indonesia telah mengalami empat pergantian mengenai bentuk negara


dan konstitusi, ternyata sumber utama hukum pidana tidak mengalami
perubahan, yaitu tetap pada Wetboek van Strafrecht ( Kitab Undang-
undang Hukum Pidana ) walaupun pemberlakuannya tetap
mendasarkan diri pada ketentuan peralihan pada masing-masing
konstitusi.

2.3 Sumber-sumber Hukum di Indonesia

Sumber hukum adalah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan


yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, memaksa, yakni aturan-aturan
yang kalau dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.
Terdapat 2 (dua) sumber hukum di Indonesia yaitu :

• Sumber hukum formal

Sumber hukum formal adalah sumber hukum yang dirumuskan peraturannya


dalam suatu bentuk. Karena bentuknya itu menyebabkan hukum berlaku
umum, mengikat, dan ditaati. Sumber hukum dalam arti formal dalam bentuk
lahiriah/tertulis contoh :

• Hukum perundang-undangan;

• Hukum yurisprudensi;

• Hukum traktat/perjanjian;

• Hukum doktrin.

• Sumber hukum Materil.

Sumber hukum materil adalah faktor-faktor/ kenyataan-kenyataan yang turut


menentukan isi dari hukum. Isi hukum ditentukan oleh dua faktor, yaitu:

• Faktor idiil, yaitu faktor yang berdasarkan kepada cita-cita masyarakat akan
keadilan.

• Faktor sosial masyarakat, antara lain:

-Struktur ekonomi;

- Kebiasaan-kebiasaan;

- Tata hukum negara lain;

- Agama dan kesusilaan;

- Kesadaran hukum.

• Asas-asas Hukum Pidana

Asas-asas hukum pidana dibagi menjadi 4 (empat) yaitu:

• Asas teritorial adalah asas yang didasarkan pada kedaulatan atau kekuasaan
negara atas wilayahnya. Jika dielaborasikan, negara berhak untuk menerapkan
hukum yang berlaku di wilayahnya untuk warga negaranya (semua orang)
tanpa tekanan kekuasaan dari negara lain.

• Asas Nasional Aktif adalah berlakunya undang-undang hukum pidana suatu


negara disnadarkan pada kewarganegaraan atau nasionalitasnya seseorang
yang melakukan sesuatu perbuatan, bukan pada tempat dimana perbuatan itu
dilakukan.

• Asas Nasionalitas Pasif adalah berlakunya undang-undang hukum pidana


sesuatu negara disandarkan kepada kepentingan hukum yang dilanggarnya.

• Asas Universal adalah undang-undang hukum pidana dari sutu negara yang
menganutnya dapat diperlakukan terhadap siapapun, yang melanggar
kepentingan hukum dari seluruh dunia.

2.5 Ruang Lingkup

Hukum Pidana mempunyai ruang lingkup yaitu apa yang disebut dengan
peristiwa pidana atau delik ataupun tindak pidana. Menurut Simons peristiwa
pidana ialah perbuatan salah dan melawan hukum yang diancam pidana dan
dilakukan seseorang yang mampu bertanggung jawab.

2.6 Perkembangan Hukum Pidana di Indonesia


Perkembangan hukum pidana di Indonesia setelah kemerdekaan, Indonesia
bertekad untuk membangun hukum nasional yang berdasarkan kepribadian bangsa
melalui pembangunan hukum. Secara umum hukum pidana di Indonesia diarahkan
kebentuk hukum tertulis. Pada awal kemerdekaan dalam kondisi yang belum
stabil, masih belum dapat membuat peraturan untuk mengatur segala
aspekmkehidupan bernegara. Untuk mencegah kekosongan hukum, hukum lama
masih berlaku dengan dasar pasal (2) atruran peralihan UUD 1945, Pasal 192
konstitusi RIS.
BAB III
PENUTUP
• Kesimpulan
Hukum pidana adalah kumpulan peraturan yang mengatur perbuatan, baik
menyerukan berbuat atau melakukan sesuatu, maupun melarang berbuat atau
melakukan sesuatu yang diatur di dalam undang-undang dan peraturan daerah
yang diancam dengan sanksi pidana. Hukum pidana adalah keseluruhan dasar dan
aturan yang dianut oleh negara dalam kewajibannya untuk menegakkan hukum,
yakni dengan melarang apa yang bertentangan dengan hukum dan mengenakan
suatu nestapa (penderitaan) kepada yang melanggar larangan itu.

• Saran
Tulisan hanyalah bersifat pendahuluan. Untuk itu perlu dilakukan
penyempurnaan oleh semua pihak yang berkecimpung dalam bidang akademik.
Demikian pula penyempurnaan dari segala aspek perlu dilakukan demi
kesempurnaan tulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA

• Abdullah, Mustafa,dan Ruben Ahmad,1986,Intisari Hukum Pidana,Jakarta:


Ghalia Indonesia.
• Abdurahman,1989,Perkembangan Pemikiran Tentang Pembinaan Hukum Nasional
Di Indonesia,Jakarta: Akademika Pressindo.
• https://fh.unikama.ac.id/id/2017/05/24/pengertian-hukum-pidana/
• https://jdih.situbondokab.go.id/barang/buku/Dasar-Dasar%20Hukum%20Pidana%20di
%20Indonesia%20by%20Dr.%20Fitri%20Wahyuni.,%20S.H.,%20M.H.%20(z-
lib.org).pdf
• https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/25029/uu-no-1-tahun-1946

Anda mungkin juga menyukai