Filum Platyhelminthes
Filum Platyhelminthes
Filum Platyhelminthes
Nama: NPM:
Dasmon Deri : 2111060180
Reza Alfidiansyah : 2111060183
Syahnaz Aulia Saqinah : 2111060088
Vita Arizca : 2111060093
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat
nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW,yang telah menjadi suritauladan bagi umat manusia,sehingga
sampai detik ini kami masih merasakan indahnya iman dan islam.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu Bapak Mahmud
Rudini,M.Pd. yang telah memberikan tugas makalah ini dalam rangka melengkapi
tugas dari mata kuliah Taksonomi Invertebrata Program Studi Pendidikan Biologi
dengan materi “Filum Platyhelminthes”.
Mungkin makalah ini kurang dari sempurna,penyusun mohon maaf yang sebesar-
besarnya serta kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya, sehingga dapat menambah wawasan serta pengetahuan sesuai
dengan bidang studi yang di tekuni.
Penyusun
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………. i
Daftar Isi……………………………………………………………….... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………….. 2
C. Tujuan …………………………………………………………… 2
D. Manfaat………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Platyhelminthes............................................................ 3
B. Ciri-Ciri Platyhelmintes................................................................. 4
C. Struktur Tubuh Platyhelminthes................................................... 5
D. Klasifikasi Platyhelminthes........................................................... 8
E. Peran Platyhelminthes dalam Kehidupan...................................... 12
A. Kesimpulan.................................................................................... 15
B. Saran............................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 16
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
tidak sempurna, tanpa anus.Platyhelminthes terbagi dalam 3 kelas, yaitu
Kelas Turbellaria, Kelas Trematoda dan kelas Cestoda.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat kita ambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Platyhelminthes?
2. Apa Ciri-Ciri Platyhelmintes?
3. Bagaimana Struktur Tubuh Platyhelminthes?
4. Apa saja Klasifikasi Platyhelminthes?
5. Apa Peran Platyhelminthes dalam Kehidupan?
C. Tujuan
Ditinjau dari rumusan masalah diatas ,maka tujuan dalam makalah ini
adalah untuk:
1. Mengetahui Pengertian Platyhelminthes.
2. Mengetahui Ciri-ciri Platyhelminthes.
3. Mengetahui Struktur Tubuh Platyhelminthes..
4. Mengetahui Klasifikasi Platyhelminthes.
5. Mengetahui Peranan Platyhelminthes.
D. Manfaat
Berdasarkan tujuan diatas,maka manfaat yang diharapkan dalam makalah
ini adalah sebagai berikut:
Secara teoritis makalah ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan
ilmu dan wawasan serta menjadi sumber referensi dan informasi bagi
orang yang membacanya agar mengetahui dan lebih mendalami
pemahaman materi dalam mata kuliah Taksonomi Invertebrata dengan
materi tentang “Filum Platyhelminthes”.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Platyhelminthes
Secara bahasa platyhelminthes berasal dari dua kata bahasa yunani
yaitu “Platy” yang artinya pipih dan “helmin” yang artinya cacing.
Platyhelminthes dikelompokkan kedalam Taksonomi berikut:1
1. Kingdom : Animalia
2. Phylum : Platyhelminthes
3. Class: Rhapdhitophora
4. Ordo: Tricladida
5. Subordo: Continencola
6. Family: Planariidae
7. Genus: Planaria
8. Spesies: P.torva
1
Nurhadi.2018.Buku Ajar Taksonomi Invertebrata.Yogyakarta:Deepublish.Hal.46.
2
Diah Aryulina, dkk. 2007. Biologi 1 SMA. Jakarta:Erlangga.Hal.53.
3
B. Ciri-ciri Platyhelminthes
Platyhelminthes (cacing pipih) merupakan salah satu filum dalam
kingdom Animalia yang masuk dalam subfilum Avertebrata atau
hewan tidak bertulang belakang. Hewan-hewan yang termasuk dalam
filum ini memiliki ciri dan sifat sebagai berikut:3
1. Memiliki bentuk tubuh pipih, tidak bersegmen dan simetris.
2. Ukuran tubuhnya mikroskopi, namun ada yang panjangnya
20 cm yaitu cacing pita.
3. Memliki satu lubang dimulut dan tidak punyak dubur.
4. Regenerasi yang cenderung tinggi dan bersifat Hermafrodit
(dua kelamin).
5. Cacing pipih tidak memiliki sistem pernapasan dan
menggunakan pori-pori sebagai tempat masuknya oksigen.
Oksigen masuk ke pori-pori dengan cara difusi.
6. Cacing pipih tidak memiliki rongga sejati, akan tetapi
memiliki bentuk simetris bilateral.
7. Tidak memiliki sistem pencernaan lengkap. Pencernaan
platyhelminthes bekerja melalui rongga gastrovaskular.
8. Mempunyai sistem saraf tangga tali dan memiliki mata.
9. Tidak memiliki pembuluh darah sehingga rongga
gastrovaskular berfungsi untuk mendistribusikan nutrisi ke
seluruh tubuh.
10. Cacing pipih bersifat triploblastik (memiliki tiga lapisan
sel) yaitu epidermis (lapisan luar), mesodermis (lapisan
tengah), dan endodermis (lapisan dalam).
11. Hidup secara parasit dan ada yang hidup bebas.
12. Tinggal di habitat air tawar, air laut, tempat yang lembab
dan hidup di dalam organisme lain.
3
Sri Maya.2020.Zoologi Invertebrata Cetakan I.Bandung:Widina Bhakti Persada.Hal 69.
4
13 Bereproduksi secara generatif dengan perkawinan silang dan
bereproduksi secara vegetatif yaitu membelah diri.
14 Cacing pipih sangat sensitif terhadap cahaya.
4
Sugiarti Suwignyo.2005.Avertebrata Air Jilid 1.Jakarta:Swadaya.Hal.70.
5
Wiwik Endang,M.2010.Mengenal Hewan Invertebrata.Bekasi:Mitra Utama.Hal.23.
5
2. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan cacing pipih disebut sistem
gastrovaskuler, dimana peredaran makanan tak melewati darah
tetapi oleh usus.Sistem pencernaan cacing pipih dimulai dari
mulut, faring, dan dilanjutkan ke kerongkongan. Di belakangan
kerongkongan ini terdapat usus yang memiliki cabang ke seluruh
tubuh.6Dengan demikian, selain mencerna makanan, usus juga
mengedarkan makanan ke seluruh tubuh.Selain itu, cacing pipih
juga memainkan pembuangan sisa makanan melewati mulut
karena tak memiliki anus.Cacing pipih tak memiliki sistem
transpor karena makanannya diedarkan melewati sistem
gastrovaskuler.Sementara itu, gas O2 dan CO2 dikeluarkan dari
tubuhnya melewati ronde difusi.
3. Susunan Saraf
beberapa macam sistem saraf pada cacing pipih:7
Sistem saraf tangga tali merupakan sistem saraf yang
paling sederhana. Pada sistem tersebut, pusat susunan
saraf yang disebut sbg ganglion otak terdapat di bagian
kepala dan berjumlah berpasangan. Dari kedua ganglion
otak tersebut keluar tali saraf sisi yang memanjang di
bagian kiri dan kanan tubuh yang dihubungkan dengan
serabut saraf melintang.
Pada cacing pipih yang semakin tinggi tingkatannya,
sistem saraf dapat tersusun dari sel saraf (neuron) yang
dibedakan menjadi sel saraf sensori (sel pembawa sinyal
dari indera ke otak), sel saraf motorik (sel pembawa dari
otak ke efektor), dan sel asosiasi (perantara)
4. Sistem Indera
platyhelmintes memiliki alat deteksi sekitar atau indera
yaitu oseli. Oseli merupakan bintik mata yang mengandung
pigmen yang peka terhadap cahaya.Akan tetapi kepekaan
tersebut tidak dianggap sebagai alat visual, karena itu untuk
mendeteksi apakah ada cahaya atau tidak karena tubuh
platyhelmintes sangat rentang terhadap kekeringan. Oseli atau
6
Wiwik Endang,M.2010.Mengenal Hewan Invertebrata.Bekasi:Mitra Utama.Hal.24.
7
Ibid.Hal.25.
6
pigmen mata cacing pipih terletak sepasang dan dibagian anterior
cacing pipih.
Selain oseli atau pigmen mata, cacing pipih juga
mempunyai indera peraba dan sel kemoreseptor diseluruh bagian
tubuhnya. Bahkan untuk sebagian spesies cacing pipih, ada yang
mempunyai indera tambahan seperti aurikula (sejenis telinga),
reoreseptor (mengetahui arah aliran air) serta statosista
(pengatur keseimbangan tubuh cacing pipih).
5. Sistem Ekksresi(Regulasi)
Sistem regulasi disebut osmoregulasi. Cacing pipih
menggunakan saluran pengeluaran disebut protonefridiofor yang
hadir sepasang atau lebih. Sistem osmoregulasi secara
keseluruhan disebut protonefridia. Sisa metabolisme tubuh
cacing pipih dikeluarkan dengan difusi pada dinding sel tubuh
cacing pipih.
6. Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi terjadi secara aseksual dan seksual.
Secara aseksual, proses reproduksi terjadi melalui fragmentasi,
sementara secara seksual, difusi gamet jantan dan betina terjadi.
Secara umum, cacing ini bersifat hemafrodit, yaitu dalam satu
tubuh terdapat 2 alat kelamin (pria dan wanita). Telur yang
dihasilkan bersifat mikroskopis. Pemupukan terjadi secara
internal, baik sendiri atau melalui fertilisasi silang
7
D. Klasifikasi Platyhelminthes
Klasifikasi filum platyhelminthes Filum platyhelminthes memiliki
tiga kelas, yaitu turbellaria, trematoda dan cestoda.
1. Kelas Turbellaria (cacing berambut getar)
Turbellaria merupakan kelompok Platyhelminthes yang
hidup secara bebas dan tidak memiliki alat isap. Nama kelompok
hewan ini berasal dari kata turbulensi yang diakibatkan di dalam
habitat airnya berkat silianya yang berdenyut dengan keras
8
Salah satu contoh spesies kelas turbellaria adalah Planaria
sp. berbentuk pipih dengan bagian kepala mirip segitiga. Pada
tengah bagian kepalanya, ada bintik mata yang berfungsi
membedakan gelap dan terang. Planaria hidup bebas di perairan
tawar yang jernih dan tidak mengalir. Biasanya berlindung di
tempat yang teduh, seperti balik batu dan bawah daun. Sistem
pencernaan planaria terdiri dari: : Mulut, Faring, Esofagus
(lambung) dan usus halus.
9
Sugiarti Suwignyo.2005.Avertebrata Air Jilid 1.Jakarta:Swadaya.Hal.73.
9
3. Memiliki alat isap yang memiliki pengait yang berfungsi
sebagai pelekat agar tubuhnya menempel pada inangnya
4. Biasanya hidup ektoparasit dan endoparasit
5. Ada banyak jenis Trematoda. Jenis parasit ini bahkan
banyak ditemukan dalam tubuh hewan dan manusia
10
dalam tubuh siput mirasidium akan tumbuh menjadi
sporosista lalu berkembang menjadi media atau larva kedua
kemudian menjadi serkaria atau larva ketiga.
Serkaria mempunyai bentuk tubuh seperti berudu yang dapat
berenang bebas. Serkaria kemudian keluar tubuh siput lalu hidup
menempel di rumput kemudian membentuk metaserkaria. Jika
rumput yang terdapat meta serkaria tersebut dimakan oleh
hewan ternak lain maka metaserkaria akan tumbuh besar di organ
hati.
10
Adun Rusyana.2011.Zoologi Invertebrata.Bandung:Alfabeta.Hal.64-65.
11
hati, otak atau jaringan dibawah kulit inang antara (intermediary
host).11
11
Sarayo Sumarto.2016.Ekologi Hewan.Bandung:CV Patra Media Grafindo.Hal.9.
12
b. Sebagai Indikator Kualitas Air Bersih
Keberadaan hewan Planaria biasa dimanfaatkan untuk
menjadi tolak ukur kualitas air bersih sebab hewan ini
hanya mampu hidup di air yang belum sama sekali
tercemar
13
penyakit Schistosomiasis haematobium atau adanya
pendarahan di urine.
Schistosoma japonicum, yaitu jenis parasit yang terdapat
dalam perut manusia yang bisa menyebabkan gangguan
pencernaan.
Fasciola hepatica, yakni jenis parasit yang ada dalam organ
hati yang bisa mengakibatkan munculnya penyakit
fascioliasis.
Fasciolopsis buski, yaitu jenis cacing yang menjadi faktor
penyebab adanya penyakit fasciolopsiasis.
Paragonimus westermani, yakni jenis cacing isap yang
berhabitat di paru-paru yang bisa menimbulkan penyakit
paragonimiasis.
Taenia saginata, yaitu jenis cacing pita dalam usus yang
bisa menyebabkan munculnya Taeniasis saginata.
Diphyllobothrium latum, yakni jenis cacing yang
kekurangan vitamin B12 dan anemia megaloblastik
Taenia solium, yaitu jenis parasit berhabitat pada tubuh
babi yang mengakibatkan penyakit Taeniasis solium.
Dibothriocephalus, yakni jenis cacing yang banyak
ditemukan pada ikan yang bisa menyebabkan gangguan
pencernaan.
Echinococcus granulosus, yakni jenis cacing yang banyak
ditemukan pada tubuh anjing yang bisa menimbulkan
penyakit Echinococcosis cystic.
Taenia taeniaeformis, yaitu jenis parasit yang menginfeksi
kucing dan menyebabkan gangguan kesehatan.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Platyhelminthes berasal dari Bahasa yunani, dari kata Platy=pipih dan
Helminthes=cacing.Jadi berarti cacing bertubuh pipih.
2. Ciri ciri Platyhekminthes yaitu Tidak memiliki rongga tubuh yang
sebenarnya atau aselomata. Tubuhnya bersimetri bilateral dan
triploblastik (terdiri dari tiga lapisan tubuh) dan Tidak punya organ
khusus untuk pertukaran gas.
3. Struktur Tubuh Platyhelminthes yaitu hewan yang tidak memiliki
rongga tubuh sehingga disebut hewan aselomata. Platyhelminthes
memiliki tubuh simetri bilateral,tubuhnya tersusun oleh tiga lapisan
(triploblastik), yaitu lapisan luar (ektoderm), lapisan tengah
(mesoderm) dan lapisan dalam (Endoderm).
4. Platyhelminthes terbagi menjadi kelas, yaitu Turbellaria (cacing
rambut getar), Termatoda (cacing hisap), dan Cestoda (cacing pita).
5. Platyhelminthes yang hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan tempat-
tempat yang lembab, sedangkan Platyhelminthes yang parasit hidup di
dalam tubuh inangnya(endoparasit).
6. Peranan platyhelminthes dalam kehidupan adalah Planaria menjadi
salah satu makanan bagi organisme lain, cacing hati maupun cacing
pita merupakan parasit pada manusia.
B. Saran
Makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menambah
pengetahuan dan pemahaman dan dapat dijadikan sebagai sumber
referensi tambahan yang dapat memperluas wawasan terkait materi yang
dibahas yaitu “Filum Platyhelminthes”
15
DAFTAR PUSTAKA
16