Amphibi Dan Reptil

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

AMPHIBI DAN REPTIL

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Zoolgi


yang dibina oleh Bapak Dwi Setyawan, S.Pd, M.Pd

Oleh :

1. Khurul Aini Karin 201710070311089


2. Siti Mubasiroh 201710070311099
3. Amanda Nurfajri H 201710070311102
4. Putri Adelia Andraina 201710070311122

POGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018

Biologi Intervertebrata/ Kel 9


Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam. Karena atas karunia dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat beserta salam semoga
tercurahkan kepada Nabi Muhamad saw yang telah membimbing kita dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang yakni Islam. Makalah ini kami
sampaikan kepada Bapak Dwi Dwi Setyawan, S.Pd, M.Pd dosen mata kuliah Zoologi
Invertebrata.
Makalah ini yang berisikan tentang pemaparan mengenai Amphibi dan Reptil
secara rinci mulai dari definisi, morfologi, ciri khusus, sistem reproduksi, sampai peranan
negatif dan peranan positif.
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat untuk kita semua, terutama untuk
meningkatkan pengetahuan kita tentang Amphibi dan Reptil. Tidak lupa penulis ucapkan
terimakasih kepada :
1. Bapak Dwi Setyawan, S.Pd, M.Pd selaku dosen pembina mata kuliah Zoologi
2. Teman-teman sekelompok yang telah berkerjasama dalam penyusunan makalah ini.
3. Teman-teman S-1 Pendidikan Biologi kelas III C, yang secara langsung maupun tidak
langsung turut membantu dan memperlancar penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah kami masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
sempurnanya makalah yang kami buat.

Malang, 8 November 2018

Penulis

ii

Biologi Intervertebrata/ Kel 9


Halaman cover……………………………………………………………………... i
Kata Pengantar……. ……………………………………………………................. ii
Daftar Isi ………………………………………………………………………....... iii
I. Pendahuluan ……..…..…………………………………………………………. 1
A. Latar Belakang …………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………….……………………. 1
C. Tujuan …………………..……………………..………………………….. 2
II. Pembahasan ……………………………… ………………………………….. 3
1. Platyhelmintes ………………………………………………………………... 3
A. Definisi Platyhelmintes………….…………………………………………. 3
B. Morfologi Platyhelmintes ………..…...………..………………………… 3
C. Sistem Pencernaan Platyhelmintes ……..……………..………………….. 4
D. Sistem Reproduksi Platyhelmintes ……………………………………….. 5
E. Klasifikasi Platyhelmintes ……………………………………………….... 6
F. Habitat Platyhelminte……………………..……………………………….. 10
G. Peranan Platyhelmintes ………………………………………………….. 10
2. Nemathelmintes……..........……..…….………….…………………………….. 10
A. Pengertian Nemathelmintes………………………………………………... 10
B. Morfologi Nemathelmintes ……………………………………………… 11
C. Pencernaan Nemathelmintes ………………………………………………. 11
D. Reproduksi Nemathelmintes ………………..…………………………… 12
E. Klasifikasi Nemathelmintes………………………………………………. 12
F. Habitat Nemathelmintes………………………………………………… 12
G. Peranan Nemathelmintes…………………………………………………. 13
III. Penutup ………………………………………………………………..
A. Kesimpulan…………………………………………………………. 14
B. Saran………………………………………………………………… 14
Lampiran…………………………………………………………………… 15

iii

Biologi Intervertebrata/ Kel 9


I
A. Latar Belakang
Amfibi adalah kelompok terkecil di antara vertebrata, dengan jumlah hanya
3.000 spesies. Seperti ikan dan reptilia, amfibi adalah hewan berdarah dingin. Ini
berarti amfibi tidak dapat mengatur suhu badannya sendiri. Untuk itu, amfibi
memerlukan matahari untuk menghangatkan badan. Awalnya amfibi mengawali
hidup di perairan dan melakukan pernapasan menggunakan insang. Seiring
dengan pertumbuhannya paru-paru dan kakinya berkembang dan amfibi pun dapat
berjalan di atas daratan.

Amfibi dijumpai diseluruh dunia kecuali di kutub. Mereka menempati


sejumlah habitat yang berbeda-beda seperti hutan hujan, kolam, dan danau.
Mereka juga ada di daerah berumput di lereng pegunungan tinggi, bahkan juga di
gurun. Meskipun amfibi dewasa dapat bertahan hidup selama periode kemarau
panjang, umumnya mereka membutuhkan tempat-tempat lembab seperti sungai
dan kolam. Di wilayah hutan hujan tropis yang lembab, banyak katak dapat
bertahan hidup tanpa memiliki sumber air tetap. Sebagai hewan yang berdarah
dingin, amfibi tidak aktif dalam kondisi dingin. Pada kondisi ini mereka
melakukan hibernasi, biasanya dalam lumpur di dasar kolam. Musim kawin
amfibi sering berlangsung kacau. Amfibi jantan dan betina berkumpul bersama
dalam jumlah besar. Setelah membuahi telur, biasanya amfibi tidak lagi
mempedulikan telurnya. Hanya sedikit jenis amfibi yang melindungi telur.
Umumnya spesies amfibi kecil mengandalkan penyamaran atau melarikan diri
saat terancam pemangsa. Ada pula amfibi yang mengandalkan kulit yang
mencolok untuk menakuti musuh. Ada jenis amfibi yang mempunyai racun. Katak
beracun dari Amerika Selatan memiliki warna yang mencolok sebagai tanda
bahaya pemangsanya. Racun katak sangat kuat ‘racun emas’ yang dimiliki kodok
dart dari kolombia misalnya, dapat menewaskan sekitar 1.000 orang sekaligus.
Kebanyakan orang kesulitan dalam membedakan anggota dari kelas amphibia
yaitu antara katak dan kodok. Maka dari itulah kita perlu mengenal kelas
amphibia lebih jauh lagi.

B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksut dengan Amphibi?
2) Bagaimana ciri-ciri dari Amphibi?
3) Bagaimana morfologi dari Amphibi?
4) Bagaimana anatomi Amphibi?
5) Bagaimana proses reproduksi Amphibi?
6) Jelaskan pengklasifikasian Amphibi?
7) Dimanakah habitat Amphibi?

Biologi Intervertebrata/ Kel 9


8) Jelaskan peranan dari Amphibi?
9) Apa yang dimaksut dengan Reptil?
10) Bagaimana ciri-ciri dari Reptil?
11) Bagaimana morfologi dari Reptil?
12) Bagaimana proses pencernaan Reptil?
13) Bagaimana proses reproduksi Reptil?
14) Jelaskan pengklasifikasian Reptil?
15) Dimanakah habitat Reptil?
16) Jelaskan peranan dari Reptil?
C. Tujuan
1) Dapat mengetahui pengertian Amphibi.
2) Dapat mengetahui ciri-ciri Amphibi.
3) Dapat menjelaskan morfologi dari Amphibi.
4) Dapat mengetahui bagaimana anatomi dari Amphibi.
5) Dapat mengetahui bagaimana proses reproduksi dari Amphibi.
6) Dapat menjelaskan klasifikasi Amphibi.
7) Dapat mengetahui habitat Amphibi.
8) Dapat menjelaskan peranan dari Amphibi.
9) Dapat mengetahui pengertian Reptil.
10) Dapat mengetahui ciri-ciri Reptil.
11) Dapat menjelaskan morfologi dari Reptil
12) Dapat mengetahui bagaimana proses pencernaan dari Reptil.
13) Dapat mengetahui bagaimana proses reproduksi dari Reptil.
14) Dapat menjelaskan klasifikasi Reptil.
15) Dapat mengetahu dimana habitat Reptil.
16) Dapat menjelaskan peranan dari Reptil.

Biologi Intervertebrata/ Kel 9


II
1. Amphibi
A. Definisi Amphibi
Kata amphibi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu
“Amphi” (rangkap) dan “bios” (hidup). Atau dapat diartikan sebagai hewan
bertulang belakang (vertebrata) dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak
tertutupi oleh rambut yang hidup di dua alam; yakni di air dan di daratan. Karena
itu amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu
di darat dan di air. Pada umumnya, amphibia mempunyai siklus hidup awal di
perairan dan siklus hidup kedua adalah di daratan. ( Zug, 1993)

B. Ciri-ciri Amphibi
Amphibia memiliki kelopak mata dan kelenjar air mata yang berkembang
baik. Pada mata terdapat membrana nictitans yang berfungsi untuk melindungi
mata dari debu, kekeringan dan kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada
mata. Sistem syaraf mengalami modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup.
Otak depan menjadi lebih besar dan hemisphaerium cerebri terbagi sempurna.
Pada cerebellum konvulasi hampir tidak berkembang. Pada fase dewasa mulai
terbentuk kelenjar ludah yang menghasilkan bahan pelembab atau perekat.
Walaupun demikian, tidak semua amphibi melalui siklus hidup dari kehidupan
perairan ke daratan. Pada beberapa amphibi, misalnya anggota Plethodontidae,
tetap tinggal dalam perairan dan tidak menjadi dewasa. Selama hidup tetap dalam
fase berudu, bernafas dengan insang dan berkembang biak secara neotoni. Ada
beberapa jenis amphibi lain yang sebagian hidupnya berada di daratan, tetapi pada
waktu tertentu kembali ke air untuk berkembang biak. Tapi ada juga beberapa
jenis yang hanya hidup di darat selama hidupnya. Pada kelompok ini tidak
terdapat stadium larva dalam air. (Duellman and Trueb, 1986)

Amfibia mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut:

Penutup tubuh Kulit yang berlendir

Biologi Intervertebrata/ Kel 9


Alat gerak Dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput
renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya
berfungsi untuk melompat dan berenang.

Alat pernapasan Pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah
dewasa alat pernapasannya berupa paru-paru dan kulit dan
hidung amfibi mempunyai katup yang mencegah air masuk ke
dalam rongga mulut ketika menyelam

Suhu tubuh tidak tetap, berubah-ubah mengikuti suhu lingkungannya


(berdarah dingin/poikiloterm)

Peredaran darah Tertutup

Alat Mata dan matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut


penglihatan membrana niktitans yang sangat berfungsi waktu menyelam

Berkembang Dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang jantan
biak di luar tubuh induknya (pembuahan eksternal

Jantung Terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik

Sedangkan, ciri-ciri khusus dari amphibi yaitu:

 Tubuh diselubungi kulit yang berlendir serta tidak mempunyai sisik


 Merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm)
 Mempunyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan
satu bilik
 Mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput
renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi
untuk melompat dan berenang
 Memiliki dua lubang hidung yang berhubungan dengan ruang mulut yang
mempunyai klep untuk menahan air
 Umumnya pada mulut terdapat gigi dan lidah sering kali dapat dikeluarkan

Biologi Intervertebrata/ Kel 9


 Matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membrana niktitans
yang sangat berfungsi waktu menyelam
 Pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat
pernapasannya berupa paru-paru dan kulit dan hidungnya mempunyai
katup yang mencegah air masuk ke dalam rongga mulut ketika menyelam
 Berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang
jantan di luar tubuh induknya (pembuahan eksternal).
 Otak memiliki 10 pasang sarang krainal
 Fertilisasi secara internal dan ekternal dan umumnya ovivar dengan
stadium larva dalam air dan bermetamorfosis menjadi dewasa.
C. Morfologi Amphibi

Kelompok hewan amfibi adalah binatang bertulang belakang berkulit


lembab tanpa bulu yang hidup di dua alam. Kebanyakan hewan amfibi pada
waktu berupa berudu hidup di air dan bernapas dengan insang. Selanjutnya setelah
dewasa hidup di darat dan bernapas dengan paru-paru dan kulit. Hewan amfibi
termasuk kelompok hewan berdarah dingin, artinya hewan yang memanfaatkan
suhu lingkungan untuk mengatur suhu tubuhnya. Kepala dan badan lebar bersatu,
ada dua pasang kaki atau anggota, tak ada leher dan ekor. Bagian dalam ditutupi
dengat kulit basah halus lunak. Pada kepala mempunyai mulut yang lebar untuk
mengambil makanan, 2 lubang hidung/ nares externa yang kecil dekat ujung
hidung yang berfungsi dalam pernapasan, terdapat sepasang mata yang bulat,
5

Biologi Intervertebrata/ Kel 9


dibelakangnya terdapat 2 lubang pipih tertutup oleh membrane tympani yang
berfungsi sebagai telinga untuk menerima gelombang suara. Tiap mata
mempunyai kelopak mata atas dan bawah, serta di dalamnya mempunyai selaput
mata bening membrane nictitans untuk menutupi mata apabila berada di dalam
air. Di bagian ujung belakang badan dijumpai anus, lubang kecil untuk membuang
sisa-sisa makananyang tak dicerna, urine dan sel-sel kelamin/ telur atau sperma
dari alat reproduksi. Kaki katak terdiri atas sepasang kaki depan dan sepasang
kaki belakang. Kaki depan terdiri atas lengan atas (brancium), lengan bawah
(antebrancium), tangan (manus), dan jari-jari (digiti). Pada kaki belakang terdiri
atas paha (femur), betis (crus), kaki (pes) dan jari-jari (digiti).

D. Anatomi Amphibi
E. Sistem Reproduksi Amphibi

Kelompok amphibia, misalnya katak, merupak jenis hewan ovipar. Katak


betina dan katak jantan tidak memiliki alat kelamin luar. Pembuahan katak juga
terjadi di luar tubuh. Pada saat kawin, katak betina dan katak jantan akan
melakukan ampleksus, yaitu katak jantan akan menempel pada punggung katak
betina dan menekan perut katak betina. Kemuidan katak betina akan
mengeluarkan ovum ke dalam air. Setiap ovum yang dikeluarkan katak betina
diselaputi oleh selaput telur atau membran vitelin. Sebelumnya, ovum katak yang
telah matang dan berjumlah sepasang ditampung oleh suatu corong. Perjalanan
ovum dilanjutkan melalui saluran telur atau oviduk. Dekat opangkal oviduk pada
katak betina dewasa, terdapat saluran yang menggembung yang disebut kantung
telur atau uterus. Oviduk katak betina terpisah dengan ureter (saluran kemih).
Oviduk berkelok-kelok dan bermuara di kloaka.Segera setelah katak betina
mengeluarkan ovum, katak jantan juga akan menyusul mengeluarkan sperma.
Soperma yang dihasilkan oleh testis yang berjumlah sepasang dan disalurkan ke
dalam saluran sperma (vas deferens). Vas deferens katak jantan bersatu dengan
ureter (saluran kemih). Dari vas deferens sperma bermuara di kloaka. Setelah
terjadi fertilisasi eksternal, ovum akan diselimuti oleh cairan kental, sehingga
kelompok telur tersebut berbentuk gumpalan telur. Gumpalan telur yang telah
dibuahi kemudian berkembang menjadi berudu. Berudu awal yang keluar dari

Biologi Intervertebrata/ Kel 9


gumpalan telur bernafas dengan insang dan melekat pada tumbuhan air dengan
alat isap. Makanannya berupa pitoplankton sehingga berudu tahap awal
merupakan herbivor. Berudu awal berkembang lebih lanjut dari herbivor menjadi
karnivor atau insektivor (pemakan serangga). Bersamaan dengan itu mulai
terbentuk lubang hidung dan paru-paru, serta celah-celah insang mulai tertutup.
Selanjutnya, celah insang digantikan dengan anggota gerak depan.

Setelah tiga bulan sejak terjadi fertilisasi, mulailah terjadi metamorfosis.


Anggota gerak depan menjadi sempurna. Anak katak mulai berani muncul ke
permukaan air, sehingga paru-parunya mulai berfungsi. Pada saat itu, anak katak
bernafas dengan dua organ, yaitu insang dan paru-paru. Kelak fungsi insang
berkurang dan menghilang, sedangkan ekor makin memendek hingga akhirnya
lenyap. Pada saat itulah metamorfosis katak selesai. "Reproduksi pada katak yaitu
dengan cara fertilisasi eksternal, katak jantan menjepit katak betina ketika
perkawinan (yaitu ketika telur dilepaskan dan sperma disemprotkan)"

F. Klasifikasi Amphibi

Anggota amphibia terdiri dari 4 ordo yaitu Apoda (Caecilia), Urodela


(Salamander), dan Anura ( katak dan kodok), Proanura (telah punah).

1. Ordo Caecilia

Ordo ini mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai
kaki sehingga disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing (gilig), bersegmen, tidak
bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata
tereduksi, tertutup oleh kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi
sebagai fotoreseptor. Di bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai
organ sensory. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada
fase larva hidup dalam air dan bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang
mengalami reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan
akuatik. Fertilisasi pada Caecilia terjadi secara internal. ( Webb et.al, 1981)

Ordo Caecilia mempunyai 5 famili yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae,


Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan Caecilidae. Famili Caecilidae

Biologi Intervertebrata/ Kel 9


mempunyai 3 subfamili yaitu Dermophinae, Caecilinae dan Typhlonectinae. (
Webb et.al, 1981)

Famili yang ada di indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota famili ini


mempunyai ciri-ciri tubuh yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif
berkembang. Reproduksi dengan oviparous. Larva berenang bebas di air dengan
tiga pasang insang yang bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan
waktu yang lama di air sebelum metamorphosis. Anggota famili ini yang
ditemukan di indonesia adalah Ichtyophis sp., yaitu di propinsi DIY.

2. Ordo Urodela (Caudata)

Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai anggota


gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara
kepala, leher dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya
bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan
pada beberapa jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan
fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas
dari air. Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah,
Jepang dan Eropa. Urodella mempunyai 3 sub ordo yaitu Sirenidea,
Cryptobranchoidea dan Salamandroidea. Sub ordo Sirenidae hanya memiliki 1
famili yaitu Sirenidae, sedangkan sub ordo Cryptobranchoidea memiliki 2 famili
yaitu Cryptobranchidae dan Hynobiidae. Sub ordo Salamandroidea memiliki 7

Biologi Intervertebrata/ Kel 9


famili yaitu Amphiumidae, Plethodontidae, Rhyacotritoniade, Proteidae,
Ambystomatidae, Dicamptodontidae dan Salamandridae. ( Pough et. al., 1998)

Salamander memiliki tubuh yang memanjang dan memiliki ekor. Sebagian besar
Salamander memiliki empat kaki, meskipun tungkai pada beberapa spesies
akuatik jelas sekali mereduksi. Ada 2 kecenderungan yang cukup menonjol dalam
proses evolusi Salamander yaitu hilangnya (mereduksi) paru-paru serta adanya
paedomorphosis (adanya karakteristik larva pada Salamander dewasa) (Pough et
al., 1998).

Sangat mengherankan jika suatu hewan terestrial dapat bertahan hidup


tanpa adanya paru-paru akan tetapi pada family terbesar Salamander
yaituPlethodontidae memiliki karakteristik tidak adanya paru-paru. Tidak adanya
paru-paru mungkin terjadi pada Salamander karena kulit Salamander
memungkinkan terjadinya pertukaran gas. Beberapa penjelasan telah disusun
untuk menunjukkan keuntungan dari hilangnya paru-paru pada Plethodontidae,
hipotesis yang paling mudah diterima berkaitan dengan evolusi hilangnya paru-
paru adalah spesialisasi dari apparatus hyoideus yang terdapat di dalam
tenggorokan sebagai suatu mekanisme dalam menjulurkan lidah untuk menangkap
mangsa. Kartilago hyoideus merupakan bagian dari alat bantu pernapasan pada
Salamander yang memiliki paru-paru. Jadi pada Plethodontidae, apparatus
hyoideus yang seharusnya berperan sebagai alat bantu pernapasan jika dia
memiliki paru-paru mengalami modifikasi menjadi mekanisme penjuluran lidah
9

Biologi Intervertebrata/ Kel 9


untuk menangkap mangsa dikarenakan paru-paru mereduksi. Anggota
dari Pletodhontidae yang mampu menjulurkan lidah lebih jauh daripada panjang
kepala dan tubuh dikelompokkan dalam Bolitoglossine (Pough et al., 1998).

Paedomorphosis adalah salah satu contoh dari fenomena evolusi yang


disebut dengan heterochrony. Herterochorny terkait dengan perubahan waktu dan
tingkat dari proses perkembangan (terutama dalam masa embryonik) yang
merubah bentuk tubuh hewan dewasanya. Hewan dewasa yang paedomorphic
biasanya memiliki habitat aquatic dan memiliki karakteristik larva seperti adanya
insang luar, hilangnya kelopak mata serta perubahan pola gigi dewasanya.
Paedomorphosis merupakan karakteristik pada beberapa Salamander aquatic
seperti Proteidae. Pada family lain, seperti Ambystomatidae, beberapa spesies
paedomorphic tetap bermetamorfosis menjadi Salamander dewasa yang terrestrial
(Pough et al., 1998).

Cau data atau Urodela mempunya anggota sekitar 350 spesies, tersebar
terbatas di belahan bumi utara; Amerika Utara, Amerika Tengah, Asia Tengah
(Cina, Jepang) dan Eropa. Bentuk tubuh setiap anggota Salamander sangat
berbeda, sehingga mudah untuk mengidentifikasi. Kebanyakan family-family dari
urodela terdapat di amerika dan tidak terdapat di Indonesia. Sebagian besar masa
hidupnya di darat. Pembuahan ada yang eksternal dan ada yang internal.
Reproduksinya ovipar dan ovovivipar. Ciri yang lainnya yaitu tidak memiliki
tympanum, mempunyai insang atau tanpa insang dan mata kecil atau mereduksi.
Salamander merupakan kelompok Amphibia yang berekor. Semua anggota dari
family ini memiliki ekor yang panjang, tubuh silinder yang memanjang serta
kepala yang berbeda. Sebagian besar memiliki tungkai yang berkembang dengan
baik, biasanya pendek tergantung pada ukuran tubuh. Tengkoraknya mereduksi
dikarenakan adanya beberapa bagian yang menghilang. Sebagian besar
anggotanya memiliki fertilisasi internal meski tak satu pun anggota dari family ini
yang memiliki organ kopulasi. Fertilisasi internal terjadi ketika jantan
mendepositkan spermatopora yang kemudian akan diterima oleh betina melalui
bibir kloakanya.

3. Ordo Anura
10

Biologi Intervertebrata/ Kel 9


Nama anura mempunyai arti tidak memiliki ekor. Seperti namanya,
anggota ordo ini mempunyai ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu
dengan badan, tidak mempunyai leher dan tungkai berkembang baik. Tungkai
belakang lebih besar daripada tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya
yaitu dengan melompat. Pada beberapa famili terdapat selaput diantara jari-
jarinya. Membrana tympanum terletak di permukaan kulit dengan ukuran yang
cukup besar dan terletak di belakang mata. Kelopak mata dapat digerakkan. Mata
berukuran besar dan berkembang dengan baik. Fertilisasi secara eksternal dan
prosesnya dilakukan di perairan yang tenang dan dangkal. (Duellman and Trueb,
1986)

Ordo Anura dibagi menjadi 27 famili, yaitu:

Ascaphidae Leiopelmatidae

Bombinatoridae Discoglossidae

Pipidae Rhinophrynidae

Megophryidae Pelodytidae

Pelobatidae Allophrynidae

Bufonidae Branchycephalidae

Centrolenidae Heleophrynidae

Hylidae,Leptodactylidae Myobatrachidae

Pseudidae Rhinodermatidae

Sooglossidae Arthroleptidae

Dendrobatidae Hemisotidae

Hyperoliidae Microhylidae,

Ranidae Rachoporidae

11

Biologi Intervertebrata/ Kel 9


Ada 5 Famili yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae, Megophryidae,
Ranidae, Microhylidae dan Rachoporidae. Adapun penjelasan mengenai kelima
famili tersebut adalah sebagai berikut:

a. Bufonidae

Famili ini sering disebut kodok sejati. Ciri-siri umumnya yaitu kulit kasar
dan berbintil, terdapat kelenjar paratoid di belakang tympanum dan terdapat
pematang di kepala. Mempunyai tipe gelang bahu arciferal. Secara diapophisis
melebar, Bufo mempunyai mulut yang lebar akan tetapi tidak memiliki gigi.
Tungkai belakang lebih panjang dari pada tungkai depan dan jari-jari tidak
mempunyai selaput. Fertilisasi berlangsung secara eksternal. Famili ini terdiri dari
18 genus dan kurang lebih 300 spesies. Beberapa contoh famili Bufo yang ada di
Indonesia antara lain: Bufo asper, Bufo biporcatus, Bufo melanosticus dan
Leptophryne borbonica. ( Eprilurahman, 2007)

(Bufo melanostictus)

b. Megophryidae

Ciri khas yang paling menonjol adalah terdapatnya bangunan seperti tanduk di
atas matanya, yang merupakan modifikasi dari kelopak matanya. Pada umumnya
famili ini berukuran tubuh kecil. Tungkai relatif pendek sehingga pergerakannya
lambat dan kurang lincah.

12

Biologi Intervertebrata/ Kel 9


Gelang bahu bertipe firmisternal. Hidup di hutan dataran tinggi. Pada fase berudu
terdapat alat mulut seperti mangkuk untuk mencari makan di permukaan air.
Adapun contoh spesies anggota famili ini adalah Megophrys
montana danLeptobranchium hasselti. ( Eprilurahman, 2007)

Megophrys montana

c. Ranidae

Famili ini sering disebut juga katak sejati. Bentuk tubuhnya relatif ramping.
Tungkai relatif panjang dan diantara jari-jarinya terdapat selaput untuk membantu
berenang. Kulitnya halus, licin dan ada beberapa yang berbintil.

Gelang bahu bertipe firmisternal. Pada kepala tidak ada pematang seperti pada
Bufo. Mulutnya lebar dan terdapat gigi seperti parut di bagian maxillanya. Sacral
diapophysis gilig. Fertilisasi secara eksternal dan bersifat ovipar.

Famili ini terdiri dari 36 genus. Adapun contoh spesiesnya adalah: Rana
chalconota, Rana hosii, Rana erythraea, Rana nicobariensis, Fejervarya
cancrivora, Fejervarya limnocharis, Limnonectes kuhli, Occidozyga sumatrana.(
Eprilurahman,2007).

13

Biologi Intervertebrata/ Kel 9


Rana temporaria

d. Microhylidae

Famili ini anggotanya berukuran kecil, sekitar 8-100 mm. Kaki relatif panjang
dibandingkan dengan tubuhnya. Terdapat gigi pada maxilla dan mandibulanya,
tapi beberapa genus tidak mempunyai gigi.

Karena anggota famili ini diurnal, maka pupilnya memanjang secara horizontal.
Gelang bahunya firmisternal. Contoh spesiesnya adalah: Microhyla achatina. (
Eprilurahman, 2007)

e. Rachoporidae

Famili ini sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis mempunyai kulit yang
kasar, tapi kebanyakan halus juga berbintil.

Tipe gelang bahu firmisternal. Pada maksila terdapat gigi seperti parut. Terdapat
pula gigi palatum. Sacral diapophysis gilig. Berkembang biak dengan ovipar dan
fertilisasi secara eksternal. ( Eprilurahman, 2007).

4. Ordo Proanura
Anggota-anggota ordo ini tidak dapat diketemukan atau dapat dikatakan
telah punah. Anggota-anggota ordo ini hidupnya di habitat akuatik sebagai larva
dan hanya sedikit saja yang menunjukkan perkembangan ke arah dewasa.

14

Biologi Intervertebrata/ Kel 9


Ciri-ciri umumnya adalah mata kecil, tungkai depan kecil, tanpa tungkai
belakang, kedua rahang dilapisi bahan tanduk, mempunyai 3 pasang insang luar
dan paru-paru mengalami sedikit perkembangan. Amphibi ini tidak menunjukkan
adanya dua bentuk dalam daur hidupnya. (Duellman and Trueb, 1986)

G. Habitat Amphibi

Amphibi muncul pada pertengahan periode Jura, pra era Paleozoik sebagai
vertebrata yang tertua. Kebanyakan Amfibi adalah hewan tropis, karena sifatnya
yang poikiloterm atau berdarah dingin. Amphibi memerlukan sinar matahari
untuk mendapatkan panas ke tubuhnya, karena tidak bisa memproduksi panas
sendiri. Oleh karena itu banyak amphibi yang ditemukan di wilatah tropis dan sub
tropis, termasuk di seluruh indonesia. Amphibi umumnya merupakan makhluk
semi akuatik, yang hidup di darat pada daerah yang terdapat air tawar yang tenang
dan dangkal. Tetapi ada juga amphibi yang hidup di pohon sejak lahir sampai
mati, dan ada juga yang hidup di air sepanjang hidupnya. Amphibi banyak
ditemukan di areal sawah, daerah sekitar sungai, rawa, kolam, bahkan di
lingkungan perumahan pun bisa ditemukan.

H. Peranan Amphibi
Amfibi banyak dimanfaatkan manusia, antara lain sebagai berikut :

 Katak diambil daging dan telurnya untuk dimakan


 Kulit Katak dapat diberi samak, untuk dibuat jaket dan barang kerajinan
lainnya
 Katak berfungsi sebagai pemberantas nyamuk secara biologis dan sebagai
pengendali serangga hama pertanian
 Katak dapat digunakan untuk tes kehamilan (missal Bufo melanostictus),
karena menghasilkan hormone perangsang gonad yang memiliki efek yang
sama dengan hormone gonad pada urin wanita hamil
 Racun bufotalin dan bufotenin yang dihasilkan oleh kodok Bufo marinus
dimanfaatkan sebagai penguat denyut jantung
 Orang Indian menggunakan racun katak untuk racun panah

15

Biologi Intervertebrata/ Kel 9


II

A. Kesimpulan
Amphibi adalah kelompok terkecil di antara vertebrata, dengan jumlah hanya
3.000 spesies. Seperti ikan dan reptilia, amfibi adalah hewan berdarah dingin .
hidup di perairan dan melakukan pernapasan menggunakan insang. Seiring
dengan pertumbuhannya paru-paru dan kakinya berkembang dan amfibi pun dapat
berjalan di atas daratan. Anggota ini memiliki 4 ordo.

Saran
Mahasiswa diharapkan lebih teliti dan juga pencarian referensi menggunakan data
yang lebih akurat.

16

Biologi Intervertebrata/ Kel 9


II

Campbell, Neil. A and Reece, Jane B.2008. Biologi edisi


kedelapan.Jakarta:Erlangga.

Duellman, W. E. and L. Trueb. 1986. Biology of Amphibians. McGraw – Hill


Book Company. New York

Eprilurahman, 2007. Frogs and Toads of Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.


International Seminar

Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematik Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Surabaya.


Sinar Wijaya

Iskandar, D. T. and E. Colijn. 2000. Preliminary Checklist of Southeast Asian and


New Guinean Herpetofauna: Amphibians. Treubia 31 (3): 1-133.

Kastawi Y., Indriwati S.E., Ibrohim., Masjhudi., dan Rahayu S.E. 2003. Zoologi
Invertebrata. Malang : Jurusan Biologi FMIPA UM.

Pough, F. H, et. al. 1998. Herpetology. Prentice-Hall,Inc. New Jersey. Pp. 37-131

Rusyana, Adun.2011.Zoologi Invertebrata.Bandung:IKAPI

Zug, George R. 1993. Herpetology : an Introductory Biology of Ampibians and


Reptiles. Academic Press. London, p : 357 – 358.

17

Biologi Intervertebrata/ Kel 9

Anda mungkin juga menyukai