Laporan KL Yola

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

APLIKASI METODE GEOLISTRIK DALAM MENDETEKSI

STRUKTUR CANDI YANG BERADA DI BAWAH PERMUKAAN


PADA MENAPO SUNGAI MELAYU 1 DIKAWASAN CAGAR
BUDAYA NASIONAL KOMPLEKS PERCANDIAN MUARA
JAMBI

LAPORAN SEKOLAH LAPANGAN

Disajikan sebagai salah satu syarat untuk melengkapi


laporan akhir sekolah lapangan Muara Jambi 2022

Oleh:
YOULANDA D NST
(F1D318023)

PROGRAM STUDI TEKNIK


GEOFISIKA JURUSAN TEKNIK
KEBUMIAN FAKULTAS SAINS DAN
TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa


atas segala rahmat dan karunia-Nya, karna atas rahmat
kesehatan jasmani dan rohaninya penulis dapat menyelesaikan
Laporan Sekolah Lapangan ini

Meskipun banyak hambatan dan rintangan yang penulis


hadapi untuk menbuat Laporan Kuliah Lapangan ini, laporan ini
tetap bisa penulis selesaikan sebagaimana mestinya. Terimakasih
penulis ucapkan sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing dari
Prodi Teknik Geofisika Unja maupun Kepala Sekolah Lapangan
dan semua panitia dan nara sumber serta teman -teman
seperjuangan sekolah lapangan yang telah membimbing
rombongan peserta Sekolah Lapangan Muara Jambi pada
pelaksanaa kegiatan Sekolah Lapangan sehingga kegiatan tersebut
dapat berjalan dengan lancar sebagaimana mestinya. Meskipun
kegiatan tersebut sangat melelahkan tetapi penulis tetap
bersemangat mengikutinya karena banyak ilmu yang penulis
dapatkan dari Sekolah Lapangan tersebut.

Penulis menyadari banyak kekurangan yang terdapat pada


laporan Sekolah Lapangan yang di penulis buat, maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang
bersifat membangun demi kesempurnaan laporan Sekolah
Lapangan ini.

Jambi, 15 Agustus 2022

Youlanda Damayanti Nst

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................ii
BAB I..............................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................3
I.1 Latar Belakang...........................................................................3
I.2 Tujuan Kuliah Lapangan.............................................................4
I.3 Waktu dan Pelaksanaan..............................................................5
I.4 Metodologi.................................................................................5
BAB II................................................................................................7
LANDASAN TEORI..............................................................................7
2.1 Geologi Regional Karangsambung..............................................7
2.2 Teori Dasar................................................................................9
2.2.1 Metode Gaya Berat..............................................................10
2.2.2 Metode Magnetik................................................................13
2.2.3 Metode Geolistrik...............................................................18
2.2.4 Metode Very Low Frequency...............................................20
2.3 Akuisisi....................................................................................25
2.3.1 Akuisisi Data Gaya Berat.....................................................25
2.3.2 Akuisisi Magnetik...............................................................26
2.3.4 Akuisisi Data Metode Very Low Frequency.......................30
BAB III.............................................................................................31
HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................31
3.1 Metode Magnetik......................................................................31
3.2 Metode Gravity........................................................................32
3.3 Metode VLF.........................................................................33
3.4 Metode Geolistrik................................................................36
BAB 4..............................................................................................39
GEOLOGI DAERAH KARANGSAMBUNG DAN SEKITARNYA...............39
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................51

2
BAB I

PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam
bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan dalam kerak
bumi. Akumulasi energi penyebab terjadinya gempa bumi dihasilkan dari pergerakan
lempeng-lempeng tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa
gelombang gempa bumi sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan
bumi. Energi penyebab terjadinya gempabumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-
lempeng tektonik yaitu saling bertabrakan (Konvergen), bergerak terpisah (Divergen)
dan meluncur (Transform). Pergerakan lempeng-lempeng tektonik tersebut terjadi
secara terus menerus serta menjadi salah satu pemicu terjadinya peristiwa geologi
seperti gempabumi, peristiwa gunung berapi, munculnya gunung api bawah laut dan
sebagainya.
Situs percandian Muarajambi terletak lebih kurang 40 kilometer dari Kota Jambi,
atau 30 kilometer dari ibukota Kabupaten Muara Jambi, Provinsi Jambi. Secara
administratif situs Muarajambi meliputi tiga wilayyah desa dalam dua kecamatan,
yaitu Kemingkingluar dan Desa Muarajambi yang masuk Kecamatan Sekernan; Desa
Danau Lamo termasuk dalam Kecamatan Marosebo. Secara administrative situs
Muarajambi terletak pada koordinat 1024’ - 1033’ Lintang Selatan sampai dengan
103022’ – 103045’ Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata 8 sampai dengan 12 meter
diatas permukaan air laut (Mundardjito, 2009).
Bangunan-bangunan purbakala situs Muarajambi berada di atas tanggul alam
purba yang terbentuk dari proses pengendapan tanah alluvial asal sungai Batanghari,
yang pada suatu ketika pernah berada di dekat laut. Keadaan tanah relatif sempit
dengan lebar tanggul rata-rata tujuh ratus meter, menyebabkan tinggalan-tinggalan
arkeologiss sebagian besar terakumulasi pada daerah-daerah tinggi yang bebas
genangan air, sehingga tidak mengherankan bila pada akhirnya pola permukiman di
Muarajambi mempunyai corak linier mengikuti bentangan alam.
Ilmu geofisika merupakan salah satu ilmu yang mempelajari kondisi
bawah permukaan bumi. Geofisika pada penerapannya, menggunakan kaidah
atau prinsip prinsip fisika. Penelitian geofisika untuk mengetahui struktur
bawah permukaan melakukan pengukuran di atas permukaan bumi dari
parameter parameter fisika di dalam bumi. Dari parameter parameter ini yang
3
kemudian akan diinterpretasikan menjadi sebuah gambaran bawah
permukaan bumi.
Prinsip pengukuran metode geolistrik adalah dengan mengukur sifat kelistrikan batuan.
Arus listrik searah ataupun bolak-balik berfrekuensi rendah dialirkan ke dalam bumi melalui
kontak dua elektroda arus (C1C2), kemudian diukur besarnya potensial melalui dua elektroda
potensial (P1P2). Dengan mengetahui besar arus dan potensial, maka dapat diketahui besar
tahanan jenis (ρ) dari media (batuan) yang dilaluinya (Dobrin & Savit, 1988).
Konsep dasar pengukuran resistivitas batuan dimodifikasi dari teori pengukuran suatu
batuan di laboratorium yang didefinisikan sebagai berikut (Telford, 1976) :
R= ρ L/A sehingga ρ = R A/L
Keterangan :
R : hambatan (Ohm)
ρ : resistivitas batuan (Ohm-meter)
L : panjang batuan (Meter)
A : luas penampang (Meter2)

Gambar 1. Contoh batuan yang dialiri arus (Telford, 1976)

I.1. Tujuan Kuliah Lapangan


Maksud dari kegiatan kuliah lapangan ini adalah sebagai
berikut.
1. Peserta dapat memahami cara excavasi pada kegiatan sekolah
lapangan Muara Jambi
2. Peserta dapat menjelaskan kaitan antara metode geofisika
dengan aerkeologi
3. Peserta dapat mengetahui dan memahami cara pengambilan
dan pengolahan data geolistrik.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

Kawasan Cagar Budaya Nasional Muarajambi merupakan kawasan


percandian agama Buddha yang tumbuh dan berkembang pada abad ke 7-13 M.
KCBN Muarajambi mengandung tinggalan purbakala berupa candi, menapo,
kolam kuno, kanal kuno, dan artefak-artefak berbahan batu, tanah liat, logam,
keramik, dan lain-lain. Kawasan ini dilalui sungai terpanjang di Pulau Sumatera
yaitu Sungai Batanghari yang membagi dua kawasan ini menjadi sisi utara dan
sisi selatan. Informasi awal mengenai sejarah Jambi diperoleh dari kitab sejarah
Dinasti Tang (618-906 M) yang menyebutkan kedatangan utusan kerajaan Mo-
lo-yeu ke Cina pada tahun 644 dan 645 M. Nama Mo-loyeu ini dapat dikaitkan
dengan sebuah kerajaan tua bernama Malayu di pantai timur Sumatera yang
berpusat di sekitar Kota Jambi. Berita lain tentang Jambi diceritakan oleh I-tsing,
seorang pendeta Buddha yang dalam perjalanannya dari Kanton (Cina) menuju
Nalanda (India) untuk memperdalam agama Buddha pada tahun 671 M, tinggal
sementara di Mo-lo-yeu selama 2 bulan sambil memperdalam bahasa Sansekerta.
Namun, ketika dia kembali dari India pada tahun 685 M, Mo-lo-yeu telah
menjadi bagian dari Shih-li-fo-shih yaitu Kerajaan Sriwijaya. Mo-lo-yeu dalam
berita tersebut oleh para ahli dikaitkan dengan Kawasan Cagar Budaya Nasional
Muarajambi. Dalam buku Kerajaan-Kerajaan Nusantara: Sumatera terbitan
Kemendikbud dijelaskan bahwa Kawasan Muarajambi adalah pusat pendidikan
agama Buddha pada abad ke-10. Hal tersebut diperkuat dengan adanya berita
India dan Cina mengenai pusat pendidikan agama Buddha di suwarnabhumi atau
suwarnadwipa serta kunjungan sejumlah pendeta dari Cina yang belajar agama
Buddha di Kawasan Muarajambi. Dengan nilai historis yang begitu dalam,
KCBN Percandian Muarajambi merupakan salah satu kawasan cagar budaya
yang penting bagi bangsa Indonesia. Sebagai suatu kawasan percandian yang
telah berumur ratusan tahun, memiliki sifat rapuh, tidak terperbaharui dan
terbatas, tentunya pemerintah merasa perlu untuk melestarikan Kawasan
Percandian Muarajambi dari ancaman kerusakan, termasuk melindungi,5
mengembangkan dan memanfaatkannya. Upaya pemerintah untuk melindungi
sudah berlangsung dari tahun ke tahun dan pada 2013 secara resmi Percandian
Muarajambi ditetapkannya menjadi Kawasan Cagar Budaya Nasional dengan
nomor 259/M/2013 yang luas kawasannya 3.981 Hektar. Kawasan Cagar Budaya
Nasional Muarajambi, berdasarkan buku Candi Indonesia seri Sumatera,
Kalimantan, Bali, Sumbawa terbitan Kemendikbud, memiliki 82 buah sisa
bangunan bata diantaranya masih ada yang belum dibuka dan dilakukan
pemugaran. Data tersebut menggambarkan bahwa hingga saat ini Kawasan Cagar
Budaya Nasional Muarajambi masih menyimpan banyak potensi arkeologis yang
penting untuk diungkap.

Gambar 1. Peta Geologi Regional Muara Jambi

6
BAB III
ARKEOLOGI

Pemugaran Situs Gedong


(20 - 23 Juli 2022)
Progres
N Struktur Tugas dalam
Kegiata Dokumentasi
o Kegiatan Kegiatan
n
√ Kami ditugaskan
untuk membuat
layout kotak gali
(di kotak T17.U4)
dengan ukuran 4 m
x 4 m dan batas gali
seluas 3,5 m x 3,5
Melaksanakan m, membersihkan
1
ekskavasi kotak gali,
pengukuran dan
penggambaran
kontur,
penggambaran
sketsa lot kotak
gali, dan juga
penggalian.

7
√ Kami diajarkan
membersihkan
temuan, pelabelan,
Melaksanakan dan
penanganan pendokumentasian
2 temuan temuan.
arkeologis hasil
ekskavasi

√ Kami
mengidentifikasi
Melaksanakan temuan
identifikasi dan berdasarkan
3 registrasi batu ukuran, bahan,
bata hasil warna, bentuk, dan
pembongkaran memberi label
pada temuan

Melaksanakan X - -
4 konservasi
temuan batu bata
Melaksanakan X - -
kajian
5 rekonstruksi
temuan
arkeologis
Melaksanakan X - -
upaya
pemugaran
6
(konsolidasi,
rehabilitasi, dan
restorasi)
X Kami ditugaskan
untuk
mendokumentasik
an kondisi
sebelum dan
Melaksanakan sesudah kotak gali
7 pendokumentasi diekskavasi, kami
an pemugaran juga diajarkan
bagaimana dasar-
dasar fotogrametri
atau fitur yang
tersedia di kamera
DSLR

8
BAB IV

METODE GEOFISIKA (Geolistrik)

4.1 Teori Dasar


Prinsip pengukuran metode geolistrik adalah dengan mengukur sifat kelistrikan batuan.
Arus listrik searah ataupun bolak-balik berfrekuensi rendah dialirkan ke dalam bumi melalui
kontak dua elektroda arus (C1C2), kemudian diukur besarnya potensial melalui dua elektroda
potensial (P1P2). Dengan mengetahui besar arus dan potensial, maka dapat diketahui besar
tahanan jenis (ρ) dari media (batuan) yang dilaluinya (Dobrin & Savit, 1988).
Konsep dasar pengukuran resistivitas batuan dimodifikasi dari teori pengukuran suatu
batuan di laboratorium yang didefinisikan sebagai berikut (Telford, 1976) :
R= ρ L/A sehingga ρ = R A/L
Keterangan :
R : hambatan (Ohm)
ρ : resistivitas batuan (Ohm-meter)
L : panjang batuan (Meter)
A : luas penampang (Meter2)

Gambar 2. Contoh batuan yang dialiri arus (Telford, 1976)


4.1.1 Resistivitas Semu (Rho Apperent)
Dengan asumsi bahwa bumi bersifat homogen isotropis, resistivitas yang terukur
merupakan resistivitas sebenarnya dan tidak tergantung atas spasi elektroda. Pada kenyataannya,
bumi terdiri dari lapisan-lapisan dengan ρ yang berbeda-beda, sehingga potensial yang terukur
merupakan pengaruh dari lapisan tersebut.. Resistivitas semu ini dirumuskan dengan :
∆V
ρa =K
I

4.1.2 Konfigurasi Elektroda Metode Geolistrik

9
Gambar 3. Konfigurasi Elektroda (Loke, 1999)
Konfigurasi Wenner, merupakan salah satu konfigurasi yang sering digunakan dalam
eksplorasi geolistrik dengan susunan jarak spasi sama panjang. Jarak antara elektroda arus adalah
tiga kali jarak elektroda potensial, jarak potensial dengan titik soundingnya adalah a/2, maka
jarak masing-masing elektroda arus dengan titik soundingnya adalah 3a/2. Dalam akuisisi
lapangan susunan elektroda arus dan potensial diletakkan simetri dengan titik sounding (Wijaya,
2015). Seperti pada gambar dibawah ini :

Gambar 4. Konfigurasi Wenner (Telford, 1990)


Konfigurasi Schlumberger, merupakan konfigurasi yang sering digunakan dalam
pengukuran sounding. Prinsip dari konfigurasi ini menempatkan elektroda arus dengan jarak
yang lebih besar dibandingkan dengan jarak elektroda potensialnya. Konfigurasi schlumberger
memiliki keunggulan untuk mendeteksi adanya non homogenitas lapisan batuan pada
permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas semu ketika terjadi perubahan jarak
elektroda P1P2/2. Dipandang dari sudut pelaksanaan, konfigurasi schlumberger lebih mudah
dilakukan (Harmoko,dkk, 2014).

Gambar 5. Konfigurasi Schlumberger (Telford, 1990)


10
Menurut Harmoko,dkk (2014) konfigurasi ini hanya elektroda arus saja yang dipindahkan,
sedangkan elektroda potensial tetap. Konfigurasi ini bertujuan untuk mencatat gradient potensial
atau intensitas medan listrik dengan menggunakan pasangan elektroda detector (potensial) yang
berjarak relatif dekat dibandingkan dengan jarak elektroda arus. Elektroda potensial ditempatkan
pada pertengahan elektroda arus. Seperti pada gambar 3, elektroda arus dipindah-pindahkan
sesuai jarak tertentu sampai hasil beda potensial sudah dianggap kecil.
Konfigurasi Dipole-Dipole, merupakan konfigurasi yang diterapkan untuk tujuan
mendapatkan gambaran bawah permukaan pada objek yang penetrasinya relatif lebih dalam
dibandingkan dengan metode sounding lainnya seperti konfigurasi wenner dan konfigurasi
schlumberger. Metode ini sering digunakan dalam survei-survei resistivitas karena rendahnya
efek elektromegnetik yang ditimbulkan antara sirkuit arus dan potensial. Spasi antara dua
elektroda arus dan elktroda potensial yaitu L. konfigurasi ini mempunyai rasio jarak antar
elektroda A-C dan C-D dengan jarak suatu pisah a. Pengukuran ini dilakukan dengan
memindahkan elektroda potensial pada suatu penampang dengan elektroda erus tetap, kemudian
pemindahan elektroda arus pada spasi L berikutnya diikuti oleh pemindahan elektroda potensial
sepanjang penampang seterusnya hingga pengukuran elektroda arus pada titik akhir berada pada
penampang itu.

Gambar 6. Konfigurasi Dipole-Dipole


4.1.3 Tipe Pengukuran Data Geolistrik
Akuisisi metode geolistrik dilakukan dengan memilih konfigurasi elektroda yang akan
digunakan terlebih dahulu. Konfigurasi dilakukan dengan memasang elektroda arus dan potensial
dalam arah linear. Desain elektroda bergantung pada konfigurasi yang akan digunakan. Berikut
beberapa konfigurasi yang digunakan pada metode geolistrik.
Metode Resistivity Mapping, merupakan metode resistivitas yang bertujuan
mempelajari variasi rasistivitas lapisan bawah permukaan secara horisontal. Oleh karena itu,
pada metode ini digunakan jarak spasi elektrode yang tetap untuk semua titik datum di
permukaan bumi.

Gambar 7. Metode Resistivity Mapping


Metode Resistivitas Sounding, bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas lapisan
11
bawah permukaan bumi secara vertikal. Pada metode ini pengukuran pada satu titik ukur
dilakukan dengan cara mengubah-ubah jarak elektrode. Pengubahan jarak elektrode tidak
dilakukan secara sembarang, tetapi mulai jarak elektrode kecil kemudian membesar secara
gradual. Jarak elektrode ini sebanding dengan kedalaman lapisan yang terdeteksi

Gambar 8. Metode Resistivitas Sounding


Metode Resistivitas Tomografi, merupakan gabungan dari lateral mapping dan vertikal
sounding, digunakan untuk menentukan distribusi tahanan jenis semu secara vertikal per
kedalaman (yang akan kita lakukan pada kuliah lapangan kali ini). Pengukurannya disesuaikan
dengan konfigurasi yang digunakan. Untuk wenner, pengukuran dilakukan dengan cara
memasang elektroda arus dan potensial pada satu garis lurus dengan spasi tetap, kemudian semua
elektroda dipindahkan atau digeser sepanjang permukaan sesuai dengan arah yang telah
ditentukan sebelumnya (Gambar 7.9). Untuk setiap posisi elektroda akan didapatkan harga
tahanan jenis semu. Hasil yang didapat berupa pseudosection. Pseudosection menggambarkan
aproksimasi dari distribusi resistivitas sebenarnya bawah permukaan (Loke, 1999).

Gambar 9. Susunan Elektroda dan Urutan Pengukuran untuk Survey 2D Menggunakan


Konfigurasi Wenner (Loke, 1999)
4.2 Akuisisi Data
4.2.1 Instrumen Pengukuran Lapangan
Alat utama yang digunakan dalam kegiatan akuisisi data lapangan adalah
Resistivitymeter dengan seperangkat elektroda arus (I) dan potensial (V).

12
Gambar 10. Instrumen Pengukuran Lapangan data Geolistrik
Alat Resistivitymeter ini memiliki spesifikasi sebagai berikut:
1 Resistivitymeter NANIURA yang berguna untuk memberikan informasi nilai beda potensial
(V) dan kuat arus (I).
2 Elektroda besi sejumlah 6 buah
3 Palu
4 Aki (elemen kering) sebagai sumber arus.
5 Meteran untuk mengukur panjang lintasan dan jarak antar elektroda yang akan diteliti.
6 Kabel listrik sebagai kabel penghubung antara elektroda dengan alat resistivity meter.
7 Laptop yang dihubungkan ke alat resistivitimeter untuk mengoperasikan alat menggunakan
software.
8 Global Positioning System (GPS) digunakan untuk mengetahui posisi dan ketinggian titik
ukur.

4.2.2 Tahapan Akuisisi


Konfigurasi yang digunakan pada pengambilan data kali ini adalah konfigurasi wenner.

4.3 Pengolahan Data


Perangkat lunak Res2dinv adalah sebuah perangkat lunak komputer yang secara
langsung menghitung resistivitas dan gambar kontur penampang resistivitas pada suatu lintasan
survey.
4.3.1 Input Data Notepad

4.3.2 Masuk ke program Res2Dinv


1 Dari tampilan windows Res2Dinv, buka menu file untuk membaca data yang disimpan dalam
program Notepad (file data1.dat). Kemudian pilih menu Inversi, lalu pilih least-squares
inversion.
2 Untuk meminimalkan nilai error pada tiap iterasi, dilakukan penghapusan titik datum yang
13
jelek. Dilakukan dengan pilih Edit lalu Exterminate Bad Datum Point. Pick datum yang jauh
dari pola lintasan.
3 Setelah dilakukan iterasi dan penghilangan datum yang jelek, masukan data topografi dengan
cara Klik Display, lalu Show Inversion Result. Kamudian Pilih Display Sectiont lalu Include
Topografi in model display, enter 5 lalu pilih Logarithmic Contour Intervals.

4.3.3 Interpretasi Data


Hasil pengolahan data geolistrik menggunakan RES2INV. Dapat dilihat pada gambar
dibawah dengan gambar yang pertama merupakan model hasil pengolahan data di lapangan.
Gambar kedua adalah model dari perhitungan oleh software, dan hasilnya oleh software dibuat
mendekati gambar pertama. Dan gambar terakhir merupakan hasil inversi dari gambar kedua dan
merupakan penampang inversi yang perlu diamati.

Gambar 2. Peta Geologi Lembar Jambi, Sumatra

14
Gambar 3. Data akuisisi

Berdasarkan data yang diperoleh diatas maka dapat diolah menggunakan soffware
res2dinv

Gambar 4. Peta Penampang Resitivitas 2d hasil dari res2dinv


Berdasarkan peta geologi regional lembar jambi, lokasi penelitian terletak pada
formasi muara enim batuan penyusun ini adalah batuan Perselingan antara batupasir
tufan dan batulempung tufan, perselingan batupasir kuarsa dan batulempung kuarsa,
bersisipan batubara dan oksida besi. Interpretasi penampang 2d bawah permukaan diatas
dilakukan dengan menggunakan table tellford, hasil interpretasi menunjukan bahwa
warna biru tua dengan nilai resistivitas 2000-8000 menunjukan litologi batupasir, bagian
15
dari warna biru mudadari nilai 10000-40000 menunjukan litologi kuwarsa, warna hijau
dari nilai 40000-1.000.000 menunjukan litologi batu basalt. Bagian berwarna hijau muda
hingga unggu menunjukan nilai resistivitas yang sangat tinggi dan diduga sebagai
anomaly hal ini di perkuat dengan titik lokasi penelitian terletak pada formasi muara
enim yang seharus nya memiliki nilai resistivitas rendah dan diduga terdiri atas susunan
atas batuan sedimen.
Penampang 2d bawah permukaan diatas diperoleh dengan pengolahan menggunakan
software res2din invers terdapat 3 buah penampang yang berbeda yaitu penampang 1
merupakan hasil data yang didapat pada daerah pengukuran, penampang 2 merupakan
hasil dari perhitungan yang mendekati penampang 1 dan dan penampang 3 merupakan
invers dari gambar kedua sehingga didapat nilai error yang terdapat pada penampang
ketiga adalah nilai yang merepresentasikan perbedaan antara hasil penampang satu dan
penampang dua semakin besar nilai errornya maka data yang dihasilkan akan semakin
jauh dari dari model struktur bawah permukaan dan sebaliknya semakin kecil nilai error
yang diperoleh maka data yang dihasilkan akan semakin dekat dengan model struktur
bawah permukaannya

16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan metode geofisika yang digunakan dan
mengkorelasikan dengan data geologi, maka dapat disimpulkan:

1. Orientasi dan mapping geologi yang dapat diaplikasikan


adalah menentukan pola persebaran batuan dan zona
struktur, kemudian diinterpretasikan bawah permukaan
dengan menggunakan metode geofisika berdasarkan sifat
fisika batuan.
2. Pengolahan data geofisika hasil pengukuran dilakukan untuk
menghasilkan persebaran anomali bawah permukaan dengan
menggunakan metode geofisika.
3. Pemetaan geologi bertujuan untuk mengetahui kondisi geologi
daerah penelitian yang outputnya dapat membuat peta kerja berisi
informasi geologi yang menggambarkan persebaran batuan,
struktur dan kenampakan bentang alam. Kegiatan pemetaan
geologi ini dilakukan dengan memanfaatkan informasi dari peta
kontur topografi kavling 2, gps dan juga kompas geologi.
4. Metoda Gayaberat Hasil pemodelan menunjukkan bahwa di daerah
pengukuran terdapat intrusi diabas yang dilapisi dengan batuan
lempung. Diabas memiliki densitas sebesar 3,1 g/m3 , sedangkan
lempung memiliki densitas berkisar dari 2,1 g/m3 hingga 2,6 g/m3
.
5. Metode Geomagnetik Berdasarkan metode geomagnetik terdapat
lapisan dengan masing-masing nilai suseptibilitas batuan 0,0009
cgs, 0,006 cgs, 0,0052 cgs, dan 0,0001 cgs. Hasil yang didapat
antara lain ada batuan pasir yang bercampur dengan beberapa
batuan beku, dan terdapat patahan yang diapit oleh kedua lapisan
yang sama namun patahan tersebut diisi oleh batuan yang
berbeda.
6. Analisa data geologi dan geofisika yang dihasilkan dilakukan
dengan melihat parameter observasi yang didapatkan baik 17
kerapatan batuan, kerentanan magnet pada batuan, sifat
resistivitas, kecepatan gelombang, litologi, struktur, tektonik dan
lain lain. Dari parameter yang didapatkan dihubungkan dengan
informasi geologi daerah penelitian, sehingga dapat diketahui
integrasi dari data geologi dan geofisika serta potensi yang terdapat
didaerah tersebut.

5.6 Saran
Jadi setelah melalukan penelitian geologi serta melakukan
pengukuran dengan masing-masing metode, data diolah dan akan
didapatkan anomali atau harganya masing-masing. Hasil
pengolahan data kemudian dicocokkan dengan peta hasil
pengamatan geologi agar mendapatkan model atau struktur
bawah permukaan Karangsambung yang sesuai. Dari metoda-
metoda yang digunakan, diantaranya gayaberat, magnetik,
conductivitymeter, seismik refraksi, dan geolistrik; daerah
Karangsambung sangat baik dijadikan sebagai daerah penelitian
atau studi lapangan. Hal itu dikarenakan secara geologi,
Karangsambung memiliki fenomena geologi yang menarik serta
koleksi batuan yang lengkap, baik batuan beku, sedimen, ataupun
metamorf.

18
DAFTAR PUSTAKA
Abdelrahman. 1996. Shape and depth solutions from moving
average residual gravity anomalies. Egypt: Journal of
Applied Geophysics, Vol. 36, pp.89– 95.
Blakely, R.J. 1995. Potential Theory in Gravity and Magnetic
Applications. New York: Cambridge University Press.
Breiner, S., 1973. Applications Manual for Portable Magnetometers.
GeoMetrics,
Sunnyvale : California.
Dobrin, B.M., and Savit, C.H., 1988, Introduction to Geophysical
Prospecting, 4Th ed., Mc Graw Hill Bool Company.
Harmoko, udi, dkk. 2014. Interpretasi Lapisan Bawah
Permukaan Di Area Panas Bumi Gunung Telomoyo,
Kebupaten Semarang Menggunakan Metode Geolistrik
Resistivity Konfigurasi Schlumberger. Youngster Physics
Journal : Universitas Diponegoro Semarang.
Hartono, U., Baharuddin dan Brata, K., 1992, Geologi Lembar
Madiun, Jawa Skala 1:100.000, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung.
Indratmoko, P., Nurwidyanto, M.N dan Yulianto, T., 2009.
Interpretasi Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Panas
Bumi Parang Tritis Kabupaten Bantul DIY Dengan Metode
Magnetik. Berkala Fisika FMIPA UNDIP, Semarang.
Indriana, R.D. “Estimasi Ketebalan Sedimen
dan Kedalam Diskontinuitas Mohorivicic Daerah Jawa
Timur dengan Analisis Power Spectrum Data Anomali
Gravitasi,” Fis. Univ. Diponegoro, vol. 11, no. 2, 2008.
Jensen, J., and MacKintosh, A.R., 1991. Rare Earth Magnetism.
Clarendon Press, Oxford.
Karunianto, A.J., Haryanto, D., Hikmatullah, F., dan
Laesanpura, A. 2017. Penentuan Anomali Gaya Berat 19
Regional dan Residual Menggunakan Filter Gaussian
Daerah Mamuju, Sulawesi Barat. “Jurnal Eksplorium”.
Volume 38, No 2, Hal 89-98.

20
Latifah, Iif. 2010. Penentuan Anomali Bourguer dan Densitas
Rata-Rata Batuan Berdasarkan Data Gravitasi di Daerah
Semarang. Fisika. Fakultas Sains dan Teknologi.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Loke, M.H., 1999. Electrical Imaging Surveys For Environmental
And Engineering Studies 2D and 3D Electrical Imaging
Surveys. Penang: Malaysia.
Reynolds, J. M. 1997. An Introduction to Applied and Environmental
Geophysics.
England : John Wiley and Sons Inc.
Reynolds, J. M. 1997. An Introduction to Applied and Environmental
Geophysics.
England : John Wiley and Sons Inc.
Santoso, Djoko. 2002. Pengantar Teknik Geofisika. Bandung: ITB.
Sarkowi, M 2009. Modul praktikum metode gayaberat. Bandar
lampung : Universitas Lampung.
Sutandi, Maria C. Ir, M.Sc. 2012. Air Tanah. Fakultas Teknik
Universitas Kristen Maranatha: Bandung.
Telford, M.W., Geldart, L.P., Sheriff, R.E . 1990. Applied
Geophysics Second Edition. New York : Cambridge
University Press
Telford, W.M., 1976, Applied Geophysics, Cambridge University
Press.
Telford, W.M., Geldart, L.P., and Sheriff, R.E., 1990. Applied
Geophysics, 2nd edition. Cambridge University Press,
Cambridge.
Telford. W. M, Geldart. L. P, & Sheriff. R. E. 1982. Applied
Geophysics. Applied Geophysics. Cambridge. University
Press: Cambridge.
Telford. W. M, Geldart. L. P, & Sheriff. R. E. 1990. Applied
Geophysics. Applied Geophysics. Second Edi. New York:
Cambridge and Hall.
21
Tood,D.K. 1980. Groundwater Hydrology. John Wiley and Sons:
New York. Wijaya, Sanggra Andrias. 2015.
Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas
Konfigurasi Wenner Untuk Menentukan Struktur Tanah Di
Halaman Belakang SCC ITS Surabaya. Jurnal Fisika
Indonesia: Surabaya.
Winarti dan Joko Sungkono, 2013, Studi Geolistrik Untuk
Mengetahui Akuifer Airtanah di Desa Bajulan, Kecamatan
Loceret, Kabupaten Nganjuk, Seminar Nasional SNTEKPAN
2013, ITAT Surabaya.

22
Winarti. 2013. Metode Geolistrik Untuk Mendeteksi Akuifer Air
tanah Di Daerah Sulit Air (Studi Kasus Di Kecataman
Takeran, Poncol Dan Parang, Kabupaten Magetan). Jurusan
Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta: Sleman Yogyakarta.
Zhou X., Zhong B., and Li X., 1990. Gravimetric Terrain
Correction by TriangularElement Method, Geophysics, vol.
55, pp. 232-238.

23

Anda mungkin juga menyukai