Policy Brief NBM Kota Bogor Tahun 2022

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 4

NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) KOTA BOGOR 2022 POLICY BRIEF

POLICY BRIEF
MENILIK KETAHANAN PANGAN KOTA BOGOR 2022
MELALUI ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN (NBM)
Vely Brian Rosandi1,2, Rian Diana3, Soni Gumilar4, Halimah4

1
Divisi Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian, IPB University, Indonesia
2
Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) LPPM - IPB University, Indonesia
3
Departemen Gizi, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia
4
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bogor

Pesan Utama:
1. Pentingnya menjaga stabilitas pasokan pangan melalui jaminan pasokan
pangan dan kerjasama antar daerah;
2. Pentingnya kemampuan masyarakat untuk mengolah, mengemas, dan
memasarkan pangan serta digitalisasi pasar untuk dapat meningkatkan
kuantitas maupun kualitas konsumsi pangan penduduk;
3. Pentingnya penyediaan sistem informasi pasokan pangan yang dapat
memberikan gambaran bagaimana ketersediaan dan juga konsumsi pangan;
4. Perlunya jaminan harga dan stok pangan strategis;
5. Perlunya peningkatan kualitas komoditas pangan dibandingkan dengan
kuantitasnya;
6. Pentingnya pencatatan data pertanian yang akurat dan berkelanjutan
(sustainable) baik dalam maupun luar daerah;
7. Perlunya peningkatan produksi perikanan budidaya.

PENDAHULUAN
Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan,
yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,
beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan
budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan (UU
Pangan No 18/2012). Berdasarkan definisi di atas, maka ketahanan pangan dipengaruhi oleh
ketersediaan pangan. Pembangunan Ketahanan Pangan diarahkan untuk mewujudkan

pg. 1
NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) KOTA BOGOR 2022 POLICY BRIEF

kemandirian pangan yang mampu menjamin ketersediaan pangan di tingkat nasional, daerah
hingga rumah tangga, serta menjamin konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi
seimbang di tingkat rumah tangga sepanjang waktu, melalui pemanfaatan sumber daya dan
budaya lokal, teknologi inovatif dan peluang pasar, peningkatan ekonomi kerakyatan dan
pengentasan kemiskinan. Oleh karena itu ketahanan pangan termasuk urusan yang wajib
diselenggarakan oleh pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota.

Kota Bogor adalah salah satu wilayah perkotaan di Provinsi Jawa Barat yang dihuni oleh
1,052,359 jiwa. Struktur perekonomian Kota Bogor terutama dibangun oleh perdagangan besar
dan eceran, industri pengolahan, transportasi dan pergudangan, serta konstruksi. Pertanian hanya
memberikan kontribusi yang sangat kecil terhadap perekonomian Kota Bogor, yakni hanya
0.69% dari PDRB Atas Harga Berlaku tahun 2020. Pembangunan ketahanan pangan dan gizi di
Kota Bogor dihadapkan pada tantangan pemenuhan pangan baik dari sisi penyediaan maupun
permintaan. Tantangan dari sisi penyediaan adalah tingkat ketergantungan pangan dari daerah
produsen. Hal ini menyebabkan kerentanan terhadap ketidakstabilan pasokan dan harga pangan.
Pada tahun 2019, hanya terdapat 320 Ha lahan sawah yang sebagian besar terletak di Kecamatan
Bogor Barat dan Bogor Selatan. Sementara itu, dari sisi permintaan, tantangan berasal dari
pertumbuhan penduduk salah satunya disebabkan oleh arus urbanisasi dan migrasi. Laju
pertumbuhan penduduk di Kota Bogor tahun 2022 mencapai 1,53%. Fenomena urbanisasi ini
menyebabkan permintaan pangan semakin meningkat. Di sisi lain, lahan pertanian diperkotaan
terus menurun karena dikonversi menjadi lahan pemukiman dan industri. Gambaran situasi
ketersediaan pangan di suatu wilayah pada periode tertentu dapat diketahui melalui Neraca Bahan
Makanan (NBM) atau Food Balance Sheet. Neraca Bahan Makanan/NBM menunjukkan
ketersediaan bahan pangan untuk setiap komoditas dan olahannya yang biasa dikonsumsi
penduduk berdasarkan sumber penyediaan dan penggunaannya.

ANALISIS NBM KOTA BOGOR 2022


Data yang digunakan dalam penyusunan NBM adalah data sekunder dengan tahun dasar analisis
2021 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, Dinas
Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan, dan Susenas 2021. Data tersebut meliputi
data jumlah penduduk; laju pertumbuhan penduduk; besaran dan angka konversi; data produksi
padi, palawija, dan hortikultura; data produksi pangan hewani (daging ruminansia, daging unggas,
telur, susu); data produksi pangan hewani (ikan); data industri pengolah ikan skala besar,
menengah, kecil, dan mikro, data ketersediaan minyak, kacang kedelai, dan gula, serta data impor
pangan dan ekspor pangan. Tidak tersedianya atau tidak lengkapnya beberapa data (data impor
dan ekspor pangan, data penggunaan bahan makanan untuk pakan, bibit, tercecer dan kebutuhan
industri makanan beberapa komoditas, serta data perubahan stok), merupakan keterbatasan pada
kajian ini. Dengan demikian penghitungan neraca dilakukan dengan pendekatan estimasi dari data
Susenas tahun 2021 (konsumsi rumah tangga), Kajian konsumsi bahan pokok untuk konsumsi di
luar rumah tangga (khusus untuk beras, jagung, daging ayam, telur ayam ras, bawang merah, dan

pg. 2
NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) KOTA BOGOR 2022 POLICY BRIEF

cabai), dan data yang ditambah 10%, untuk menghindari underestimate dan overestimate NBM
yang dihasilkan.

PEMBAHASAN NBM KOTA BOGOR TAHUN 2022


Ketersediaan pangan di Kota Bogor pada Tahun 2021 secara kuantitas dan kualitas sudah baik dan
cukup beragam. Secara kuantitas ketersediaan energi sebesar 2.403 kkal/kap/hari (106% AKE)
dan ketersediaan protein mencapai 81,2 gram/kap/hari (126,3% AKP). Ketersediaan energi dan
protein telah melebihi angka kecukupan energi ideal yaitu 2400 kkal/kap/hari dan 63
gram/kap/hari. Kualitas ketersediaan pangan yang dilihat dari skor PPH juga menunjukkan Kota
Bogor telah memiliki ketersediaan pangan yang cukup beragam (Skor PPH 84,5), namun masih
perlu untuk ditingkatkan. Tingkat ketersediaan energi aktual tahun 2021 berdasarkan NBM tahun
2022 per kelompok pangan yaitu diantaranya kelompok padi-padian 1.509 g/kap/hr, umbi-umbian
43 g/kap/hr, pangan hewani 302 g/kap/hr, minyak dan lemak 293 g/kap/hr, kacang-kacangan 128
g/kap/hr, buah/biji berminyak 1 g/kap/hr, gula 36 g/kap/hr, sayur dan buah 90 g/kap/hr. capaian
kuantitas dan kualitas ketersediaan pangan Kota Bogor tahun 2022 sudah melebihi target yang
ditetapkan. Ketersediaan energi 2.403 kkal/kap/hari dan skor PPH 84,5.

Terdapat beberapa jenis pangan yang memiliki tingkat ketersediaan energi di atas kondisi ideal
(sudah cukup baik) di Kota Bogor seperti padi-padian, pangan hewani, minyak dan lemak, serta
kacang-kacangan. Potensi ekonomi dari tingginya distribusi pangan dari berbagai daerah perlu
mendapat perhatian dari pihak pemerintah agar pasokan ketersediaan pangan tetap terjaga. Agar
ketersediaan pangan yang ada dapat dimanfaatkan dengan maksimal di dalam wilayah Kota Bogor.
Kemampuan pengolahan pangan, pengemasan pangan, dan penciptaan pasar, serta digitalisasi
pasar ada akhirnya dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas konsumsi penduduk.

REKOMENDASI KEBIJAKAN UNTUK PEMERINTAH TERKAIT KETAHANAN


PANGAN
Potensi ekonomi dari tingginya distribusi pangan dari dan ke Kota Bogor perlu mendapatkan
perhatian oleh Pemerintah Kota Bogor, agar pasokan pangan tetap stabil dan tetap terjaga;Perlu
adanya kemampuan bagi masyarakat untuk mengolah pangan, mengemas pangan, dan
menciptakan pasar serta digitalisasi pasar untuk dapat meningkatkan kuantitas maupun kualitas
konsumsi pangan penduduk Kota Bogor; Kemudian penyediaan sistem informasi pasokan pangan
yang dapat memberikan gambaran bagaimana ketersediaan dan juga konsumsi pangan di Kota
Bogor, terlebih saat ini terkait dengan sistem informasi pasokan pangan perlu mendapat perhatian
khusus sebab pencatatan terkait data-data pasokan pangan masih belum sempurna (perlu adanya
terobosan baru dengan penyediaan sistem informasi pasokan pangan); Perlu terus ditingkatkannya
stabilisasi harga dan stok pangan (pemerintah Kota Bogor perlu menjamin dan menjaga pasokan
pangan strategisnya agar tetap stabil dari berbagai daerah yang ada di sekitarnya);

pg. 3
NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) KOTA BOGOR 2022 POLICY BRIEF

Perlu adanya peningkatan kualitas komoditas pangan dibandingkan dengan kuantitasnya, sebab
selama ini penilaian terhadap komoditas pangan selalu dilihat dari segi kuantitas yang tinggi
(keunggulan komparatifnya saja), padahal jika dilihat dari studi Kota Bogor, kuantitas penyediaan
pangan di Kota Bogor tentunya masih lebih rendah dibandingkan dengan wilayah-wilayah
kabupaten sekitarnya , sebab fungsi Kota Bogor memang tidak difokuskan pada kegiatan pertanian
intensif, melainkan kota dengan fungsi kegiatan utama perdagangan dan jasa. Sehingga shifting
dari kuantitas dan lebih mengarah pada kualitas (keunggulan kompetitif) akan memberikan
dampak yang jauh lebih baik. Berdasarkan hasil analisis NBM 2022 diperoleh beberapa komoditas
pangan masih sangat rendah dari segi ketersediaannya semisal sayur-sayuran dan buah-buahan,
sehingga diperlukan adanya terobosan baru pada level terkecil yaitu dengan memanfaatkan
penyediaan pangan pada level rumah tangga melalui penyediaan sayur-sayuran dan buah-buahan
dengan teknik hidroponik maupun akuaponik.

Perlu adanya pencatatan data pertanian yang akurat dan berkelanjutan (sustainable) baik dalam
maupun luar daerah, sebab pencatatan data-data pertanian yang baik (minimal tercantum nama
pangan/ barang, jumlah (satuan berat), nama pemilik, dan tujuannya) tentunya akan mencerminkan
baiknya inventarisasi kondisi yang ada di lapangan dengan yang dicatat, juga mempermudah
analisis NBM pada tahun-tahun berikutnya dan dapat dikomparasikan antar titik waktu, serta
mempermudah melihat dinamika. Ketersediaan maupun konsumi pangan yang ada juga
memudahkan untuk adanya evaluasi dan melakukan intervensi program. Perlu adanya peningkatan
produksi perikanan budidaya (ikan lele, nila, dan mujair) sebab konsumsi pangan hewani oleh
masyarakat Kota Bogor perlu diimbangi dengan stabilisasi dari ketersediaan pasokan pangan
tersebut.

pg. 4

Anda mungkin juga menyukai