Materi Agama
Materi Agama
Materi Agama
Agama
FITRAH MANUSIA
Manusia : makhluk yg berakal budi (mampu menguasai makhluk lain); insan; orang
Proses penciptaan manusia
1. Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman : “Sungguh Kami telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaikbaiknya. ” (Q.S. At Tin [95]: 4)
2. Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman kepada para Malaikat-Nya sebelum
menciptakan Adam as : “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.
” (QS Shad [38]: 71)
3. Ayat lain: Sungguh Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat. ” (QS Ash Shaffat
[37]: 11)
Tahapan-Tahapan Penciptaan Manusia
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk
(lain). Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. ” (Al Mukminun [23]: 12-14)
“Wahai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka
ketahuilah sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani,
kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya
dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim,
apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu
sebagai bayi … . ” (Al Hajj [22] : 5)
Ayat-ayat di atas menerangkan tahaptahap penciptaan manusia dari suatu keadaan
kepada keadaan lain, yang menunjukkan akan kesempurnaan kekuasaan-Nya . Begitu pula
penggambaran penciptaan Adam „Alaihis Salam yang Dia ciptakan dari suatu saripati yang
berasal dari tanah berwarna hitam yang berbau busuk dan diberi bentuk.
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang
berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. ” (Al Hijr [15]: 26)
Tanah tersebut diambil dari seluruh bagiannya, sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah
Shallallahu „Alaihi Wa Sallam : “Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari segenggam
(sepenuh telapak tangan) tanah yang diambil dari seluruh bagiannya. Maka datanglah anak
Adam (memenuhi penjuru bumi dengan beragam warna kulit dan tabiat). Di antara mereka ada
yang berkulit merah, putih, hitam, dan di antara yang demikian. Di antara mereka ada yang
bertabiat lembut, dan ada pula yang keras, ada yang berperangai buruk (kafir) dan ada yang
baik (Mukmin). ” (HR. Imam Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi, berkata Tirmidzi : „Hasan shahih‟.
Dishahihkan oleh Asy Syaikh Nashiruddin Al Albani dalam Shahih Sunan Tirmidzi juz 3 hadits
2355 dan Shahih Sunan Abu Daud juz 3 hadits 3925)
Setelah Allah SwT menciptakan Adam as dari tanah. Dia ciptakan pula Hawa,
sebagaimana firman-Nya : “Dia menciptakan kamu dari seorang diri, kemudian Dia jadikan
daripadanya istrinya … . ” (Az Zumar [39]: 6)
Dalam ayat lain : “Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia
menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya … . ” (Al A‟raf [7]: 189)
Dari Adam dan Hawa as inilah terlahir anak-anak manusia di muka bumi dan
berketurunan dari air mani yang keluar dari tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan
hingga hari kiamat nanti. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir juz 3 halaman 457)
Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman : “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan
sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan
keturunannya dari saripati air yang hina (mani). ” (As Sajdah [32]: 7-8)
Sembilan bulan dalam kandungan ibu kemudian melahirkan makhluk baru yang bernama
manusia. Sebelumnya dalam kandungan ibu sudah ditiupkan ruh ketika usia kandungan empat
bulan.
“Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan kejadiannya dalam rahim ibunya selama 40
hari berupa nuthfah. Kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga (40 hari). Kemudian
menjadi gumpalan seperti sekerat daging selama itu pula. Kemudian diutus kepadanya seorang
Malaikat maka ia meniupkan ruh kepadanya dan ditetapkan empat perkara, ditentukan
rezkinya, ajalnya, amalnya, sengsara atau bahagia.
Berita Nubuwwah di atas mengabarkan bahwa proses perubahan janin anak manusia
berlangsung selama 120 hari dalam tiga bentuk yang tiap-tiap bentuk berlangsung selama 40
hari. Yakni 40 hari pertama sebagai nuthfah, 40 hari kedua dalam bentuk segumpal darah, dan
40 hari ketiga dalam bentuk segumpal daging. Setelah berlalu 120 hari, Allah perintahkan
seorang Malaikat untuk meniupkan ruh dan menuliskan untuknya 4 perkara di atas. Mengenai
takdir dituliskan seperti ini :
1) Yang jelas penulisan takdir untuk janin di perut ibunya bukanlah penulisan takdir
yang ditetapkan untuk semua makhluk sebelum makhluk itu dicipta. Karena takdir
yang demikian telah ditetapkan 50. 000 tahun sebelumnya, sebagaimana sabda
Nabi SaW dari Abdullah bin „Amr r.a. : “Sesungguhnya Allah menetapkan
takdirtakdir makhluknya lima puluh ribu tahun sebelum menciptakan langit-langit
dan bumi. ” (HR. Muslim 2653, shahih)
2) Adapun orang yang bahagia akan dimudahkan baginya untuk beramal dengan
amalan orang yang bahagia. Adapun orang yang sengsara akan dimudahkan
baginya untuk beramal dengan amalan orang yang sengsara.
3) ” Kemudian beliau membaca : “Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan
Allah) dan bertakwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (Surga), maka
Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. ” (QS. Al Lail [92]: 5-7)
4) Bahagia atau sengsara seseorang ditentukan oleh akhir amalnya, Demikian pula
dalam hadits berikut, dari Sahl bin Sa‟ad ra dari Nabi SaW, beliau
bersabda :“Sesungguhnya hanyalah amal-amal ditentukan pada akhirnya
(penutupnya). ” (HR. Bukhari 11/330 Fathul Bari)
5) Dari tanah manusia berasal dan pada akhirnya akan kembali menjadi tanah.
Mungkin ini bisa menjadi bahan renungan untuk kita semua.
Hakikat Manusia
3. Ditinjau dari segi jasmaniah, perbedaan manusia dan hewan adalah gradual: berangsur-
angsur; sedikit demi sedikit dan fundamental : bersifat dasar (pokok); mendasar.
4. Ditinjau dari segi rohaniah, perbedaan antara manusia dan hewan adalah prinsip dan asasi.
Keyakinan kepada :
1. Allah
2. Malaikat-Nya
3. Kitab-Nya
4. Rasul-Nya
5. Hari Akhir
b) Islam
1. Syahadatain
2. Shalat
3. Zakat
4. Puasa
5. Haji
c) Ihsan
Berakhlak shalih (pendekatan mikro) yang melaksanakan ibadat kepada Allah dan
bermuamalah dengan sesama makhluk dengan penuh keikhlasan seakan-akan disaksikan oleh
Allah, meskipun dia tidak melihat Allah Keterangan bermuamalah dengan sesama makhluk:
Mentaati
Meniru
Mencintai
Salawat/mendoakan
Macam-Macam Agama
1. Agama Wahyu
Ajaran Allah yang disampaikan kepada para Rasul-Nya, yaitu Islam. Agama wahyu (agama
langit/samawi) diturunkan melalui Malaikat kepada utusan Allah (Rasul) Ciri-ciri agama wahyu
(langit/samawi):
(a) Secara pasti dapat ditentukan lahirnya dan bukan tumbuh dari masyarakat, melaikan
diturunkan kepada masyarakat.
(b) disampaikan oleh manusia yang dipilih Allah sebagai utusan-Nya, bukan menciptakan
agama tetapi menyampaikannya.
(c) memiliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia
(d) Ajaran serba tetap, walaupun tafsirannya dapat berubah sesuai dengan kecerdasan dan
kepekaan manusia
(e) konsep ketuhannya adalah : monotheime mutlak (Tauhid) (f) kebenarannya adalah
universal yaitu berlaku bagi setiap manusia, masa dan keadaan.
2. Agama Budaya a
Ajaran yang dihasilkan pikiran dan atau persamaan manusia secara kumulatif. Ciri-ciri:
(c) umumnya, tidak memiliki kitab suci, kalaupun ada akan mengalami perubahanperubahan
dalam perjalanan sejarahnya
(d) Ajarannya dapat berubah-ubah, sesuai dengan perubahan akal pikiran masyarakatnya
(penganutnya).
(e) konsep ketuhanannya, dinamisme, anismisme, politeisme, dan paling tinggi adalah
monoteisme nisbi.
Keterangan:
Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW ialah: apa yang diturunkan Allah di
dalam Qurân dan yang tersebut dalam sunnah yang shahih, berupa perintah-perintah dan
laranganlarangan, serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat.
Agama adalah apa yang disyariatkan Allah dengan perantaraan Nabi-nabi-Nya, berupa
perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia di
dunia dan akhirat.
Asal Kata Islam
Ditinjau dari segi bahasa yang dikaitkan dengan asal kata, Islam memiliki beberapa
pengertian, di antaranya adalah:
1. Berasal dari „salam‟ ( ٌ ) َمالَ ) س selamat dan sejahtera. Maknanya adalah bahwa Islam
merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia pada keselamatan dan
kesejahteraan.
2. Berasal dari kata ‘aslama’ ( َ ) ) َمل َْسأ menyerahkan diri. Artinya Islam mengajarkan kepada
pemeluknya untuk tunduk dan berserah diri pada kebenaran yang datang dari Allah.
3. Berasal dari kata „saliim‟ ( ٌ ) ) ْن ِيلَسyang berarti bersih dan suci. Hal ini menunjukkan bahwa
Islam merupakan agama yang suci dan bersih, yang mampu menjadikan para pemeluknya
untuk memiliki kebersihan dan kesucian jiwa yang dapat mengantarkannya pada kebahagiaan
hakiki, baik di dunia maupun di akhirat.
3. Islam minhajul hayat ( Islam pedoman kehidupan ) Al minhaj wal manhaj at thorighul wadih
artinya minhad (pedoman / sistem) atau manhad adalah jalan yang jelas. Islam adalah
pedoman dalam seluruh aspek kehidupan politik, sosial dan budaya meliputi dimensi ruang dan
waktu. Islam merupakan ajaran yang universal.
Pengertian agama
Agama, religi, dan din pada umumnya merupakan suatu sistem credo tata keimanan dan tata
keyakinan atas adanya sesuatu Yang Mutlak di luar manusia. Selain itu, ia juga merupakan
suatu sistema ritus tata peribadahan manusia kepada sesuatu yang dianggap Yang Mutlak ,
juga sebagai sistem norma tata kaidah yang mengatur hubungan antara manusia dengan
manusia dan alam lainnya sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadahan.
huwallażī arsala rasụlahụ bil-hudā wa dīnil-ḥaqqi liyuẓ-hirahụ ‘alad-dīni kullihī walau karihal-
musyrikụn
Dialah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dia
memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci. (QS
Ash-Shaf:9)
Kesimpulan:
Din agama secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua bagian besar.:
a. Agama thabii, yaitu agama bumi, agama filsafat, agama budaya, natural religion, dinul thabii,
dinul ardhi.
b. Agama samawi yaitu agama langit, agama wahyu, agama profetis, revealed religion, dinus
samawi.
c. Islam adalah satu-satunya agama samawi. Agama sepanjang zaman, agama semua nabi,
Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Zakaria, Yahya, Isa, dan Nabi Muhammad.
d. Menurut Al-Qur‟an agama Yahudi dan Nasrani seperti yang kita lihat saat ini – bukan lagi
agama murni samawi karena yang satu merupakan penyimpangan dari agama asli nabi Musa
as dan yang lainnya merupakan agama asli Nabi Isa as.
1. Wahyu yang diturunkan Allah swt kepada Rasul-Nya untuk disampaikan kepada umat
manusia sepanjang masa dan di setiap persada.
2. Satu sistem akidah dan tata kaidah yang mengatur segala perikehidupan dan penghidupan
manusia dalam pelbagai hubungan, baik hubungan antara manusia dan dan Tuhannya, sesama
manusia, dan hubungan antara manusia dan alam lainnya (nabati, hewani, dan lain
sebagainya).
3. Bertujuan untuk mencari keridhaan Allah, rahmat bagi segenap alam, kebahagiaan di dunia
dan akhirat.
4. Secara garis besar terdiri dari akidah dan syariah (yang meliputi ibadah dalam arti khusus
dan muamalah dalam arti luas);
5. Bersumber dari Kitab Suci, yaitu kodifikasi wahyu Allah swt untuk umat manusia di atas bumi
ini, dalam bentuknya yang terakhir berupa Al-Qur‟anul karim sebagai penyempurna wahyu-
wahyu Allah sejak manusia hadir yang ditafsirkan oleh sunnah Rasulullah saw.
Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia
termasuk orang yang rugi.
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenarbenar takwa kepada-Nya
dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.
Ajaran Islam terdapat pada:
2. Sunah Rasulullah saw Yang berisi semua perkataan dan perbuatan Rasulullah saw
Al-Qur‟an dan sunnah ini berisi perintah, larangan, dan petunjuk untuk kebaikan
manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Keduanya menjadi pegangan utama
bagi penganut Islam dalam kehidupan. Al-Qur‟an diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw. Al-Qur‟an tidak diturunkan sekaligus melainkan tahap demi
tahap selama kurun waktu 23 tahun masa kenabian Nabi saw.
Islam merupakan agama yang yang diterima oleh Nabi Muhammad saw lewat
wahyu pertama di Gua Hira, beberapa km dari kota Mekah, kawasan Arab
Saudi, pada tahun 610M ketika berumur 40th. Islam adalah agama yang
universal (agama yang berlaku bagi seluruh umat manusia) --- rahmatan lil
‘alamin dan Muhammad saw adalah sebagai penutup Nabi.
Rasul Allah yang disebut dalam Al-Quran berjumlah 25 orang.
Sedang jumlah Nabi yang disebut dalam salah satu hadis riwayat Ibnu
Mardawaih dari Abu Dzar RA sebanyak 124.000.
Adapun Nabi Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasul Allah yang terakhir
seperti yang diberitakan oleh Al-Quran dalam Q.S. Al- Ahzab [33]: 40 :
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu,
tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabinabi. Dan adalah Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.
Hubungan Antara Iman, Ilmu, dan Amal
Dalam islam, antara iman, ilmu dan amal terdapat hubungan yang terintegrasi
kedalam agama Islam.
Islam adalah agama wahyu yang mengatur sistem kehidupan. Agama islam
terkandung tiga ruang lingkup, yaitu akidah, syariah dan akhlak.
Iman, ilmu dan amal berada di dalam ruang lingkup tersebut.
Iman berorientasi terhadap rukun iman yang enam,
sedangkan ilmu dan amal berorientasi pada rukun islam yaitu tentang tata cara
ibadah dan pengamalannya.
Hubungan Iman dan Ilmu
Beriman berarti meyakini kebenaran ajaran Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Serta dengan penuh ketaatan menjalankan ajaran tersebut. Untuk dapat
menjalankan perintah Allah SWT dan Rasul harus memahaminya terlebih dahulu
sehingga tidak menyimpang dari yang dikehendaki Allah dan Rasulnya. Cara
memahaminya adalah dengan selalu mempelajari agama (Islam).
Iman dan Ilmu merupakan dua hal yang saling berkaitan dan mutlak adanya.
Dengan ilmu keimanan kita akan lebih mantap. Sebaliknya dengan iman orang
yang berilmu dapat terkontrol dari sifat sombong dan menggunakan ilmunya untuk
kepentingan pribadi bahkan untuk membuat kerusakan.
Amal (amal sholeh) merupakan wujud dari keimanan seseorang.
Artinya orang yang beriman kepada Allah SWT harus menampakan keimanannya
dalam bentuk amal sholeh.
Iman dan Amal Sholeh ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.
Iman tanpa amal sholeh juga dapat diibaratkan pohon tanpa buah.
Difokuskan pada dua hal: Pertama, ilmu adalah pemimpin dan pembimbing amal perbuatan.
Amal boleh lurus dan berkembang bila didasari dengan ilmu. Dalam semua aspek kegiatan
manusia harus disertai dengan ilmu baik itu yang berupa amal ibadah atau amal perbuatan
lainnya. Kedua jika orang itu berilmu maka ia harus diiringi dengan amal. Amal ini akan
mempunyai nilai jika dilandasi dengan ilmu. Begitu juga dengan ilmu akan mempunyai nilai atau
makna jika diiringi dengan amal. Keduanya tidak dapat dipisahkan dalam perilaku manusia.
Sebuah perpaduan yang saling melengkapi dalam kehidupan manusia yaitu setelah berilmu lalu
beramal.
Ajaran Islam sebagai mana tercermin dari AlQuran sangat kental dengan nuansa–nuansa yang
berkaitan dengan ilmu.
Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam. Tampak jelas bahwa
keimanan yang dibarengi dengan ilmu akan membuahkan amal–amal shaleh.
Maka dapat disimpulkan bahwa keimanan dan amal perbuatan beserta ilmu membentuk segi
tiga pola hidup yang kokoh. Ilmu, iman dan amal shaleh merupakan faktor menggapai
kehidupan bahagia.
Sabda Rasul: “Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal
perbuatan tanpa iman” [HR. Ath-Thabrani] .
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim” [HR. Ibnu Majah dari Anas, HR. Al Baihaqi] .
Seorang sahabat (Imran) pernah bertanya, :"Wahai Rasulullah, amalan-amalan apakah yang
seharusnya dilakukan orang-orang?".
Rasul menjawab: "Masing-masing dimudahkan kepada suatu yang diciptakan untuknya" [HR.
Bukhari]
“Barangsiapa mengamalkan apa yang diketahuinya, niscaya Allah mewariskan kepadanya ilmu
yang belum diketahuinya.” [HR. Abu Na‟im] .
”Ilmu itu ada dua, yaitu ilmu lisan, itulah hujjah Allah Ta‟ala atas makhlukNya, dan ilmu yang di
dalam qalb, itulah ilmu yang bermanfaat.” [HR. At Tirmidzi] .
”Seseorang itu tidak menjadi „alim (ber-ilmu) sehingga ia mengamalkan ilmunya.” [HR. Ibnu
Hibban].
Dalam sejarah kehidupan manusia, Allah swt memberikan kehidupan yang sejahtera, bahagia,
dan damai kepada semua orang yang mau melakukan amal kebaikan yang diiringi dengan
iman, dengan yakin dan ikhlas karena Allah swt semata (QS. At – Thalaq : ayat 2 – 3 ).
Perbuatan baik seseorang tidak akan dinilai sebagai suatu perbuatan amal sholeh jika
perbuatan tersebut tidak dibangun di atas nilai iman dan takwa, sehingga dalam pemikiran
Islam perbuatan manusia harus berlandaskan iman dan pengetahuan tentang pelaksanaan
perbuatan.
Wahyu , yaitu sesuatu yang dibisikkan dan diilhamkan ke dalam sukma serta isyarat cepat
yang lebih cenderung dalam bentuk rahasia yang disebut ayat Allah swt (Quraniyah)
Akal, yaitu suatu kesempurnaan manusia yang diberikan oleh Allah swt untuk berpikir dan
menganalisis semua yang ada dan wujud di atas dunia yang disebut ayat Allah (Kauniyah)
Allah swt akan mengangkat harkat dan martabat manusia yang beriman kepada Allah swt dan
berilmu pengetahuan luas, (Q.S. Al Mujadilah : 11) Isinya bahwa Allah akan mengangkat
tinggi-tinggi kedudukan orang yang berilmu pengetahuan dan beriman kepada Allah swt , orang
yang beriman diangkat kedudukannya karena selalu taat melaksanakan perintah Allah swt dan
rasulnya, sedangkan orang yang berilmu diangkat kedudukannya karena dapat memberi
banyak manfaat kepada orang lain.
Iman, ilmu dan amal merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak dapat dipisahkan antara satu
dengan lainnya.
Aqa’id (bentuk jamak dari dari akidah) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini
kebenarannya oleh hati (mu), mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan
yang tidak tercampur sedikit pun dengan keragu-raguan. (Hasan alBana)
Akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum (axioma) oleh
manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. (Kebenaran) itu dipatrikan (oleh manusia)
di dalam hati (serta) diyakini kesahihan dan keberadaannya (secara pasti) dan ditolak
dengan segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu. (Abu Bakar Jabir al-
Jazairy).
Akidah adalah keyakinan khusus, yakni pengikraran yang bertolak dari hati.
QS Muhammad [47]: 19: “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan
melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi orang-orang mukmin,
laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui hilir mudik kamu berusaha dan
kediaman kamu.”
Ayat di atas juga memerintahkan Nabi Saw untuk bermohon kepada Allah, setelah
perintah “mengetahui” tentang keesaan-Nya
Walaupun dosa Nabi yang dimaksud bukanlah seperti dosa manusia yang lain. Dosa
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw hanyalah sekadar melakukan hal yang baik,
padahal mestinya beliau selaku insan kamil/manusia sempurna melakukan hal yang
lebih baik.
Dalam surah Al-Ikhlas menetapkan keesaan Allah secara murni dan menafikan
segala macam kemusyrikan terhadap-Nya. Rasul Saw menilai surah ini sebagai
“sepertiga Al-Qur‟an” (HR Malik, Bukhari dan Muslim), dalam arti makna yang
dikandungnya memuat sepertiga AlQur‟an, karena keseluruhan Al-Qur‟an mengandung
akidah, syariat dan akhlak, sedang surah ini adalah puncak akidah.
Sumber Aqidah Islam adalah Al-Qur‟an dan Sunnah. Artinya apa saja yang
disampaikan oleh Allah dalam Al-Qur‟an dan oleh Rasulullah dalam sunnahnya wajib
diimani (diyakini dan diamalkan)
Akal pikiran tidaklah menjadi sumber aqidah, tetapi hanya berfungsi memahami nash-
nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba – kalau diperlukan –
membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan oleh AlQur‟an dan sunnah
Kata benda Al-Qur’an, berasal dari kata kerja qara’a yang berarti mengumpulkan
atau menghimpun dan membawa atau mengkaji.
Al-Qur’an memang merupakan himpunan ajaran agama terbaik yang harus dibaca
dan dikaji.
2. al-Furqan artinya yang membedakan antara yang benar dan yang salah, antara baik
dan buruk , dan seterusnya.
3. al-Mauidhah - pelajaran/nasehat
8. al-Hukm - peraturan/hukum
a. akidah
c. akhlak
d. kisah-kisah lampau
Terdiri dari 6.247 ayat atau 6.360 ayat bila setiap ayat bismillah pada awal setiap surah
dihitung, 85 surah Makiyah dan 29 surah Madaniyah.
Al-Qur’an diturunkan Allah SwT kepada Nabi Muhammad saw dengan perantara Jibril,
dalam kenyataan historisnya tidaklah sekaligus secara utuh, akan tetapi memakan
waktu yang cukup lama, yaitu sejak Muhammad diangkat menjadi Rasul sampai
wafatnya, kurang lebih selama 23 tahun (22 tahun 2 bulan 22 hari). Menggunakan
bahasa Arab.
Hal ini mengandung arti bahwa Al-Qur’an turun dalam ruang dan waktu tertentu dalam
konteks masyarakat Arab.
Objek Al-Qur’an adalah manusia . Manusia melihat dan menilai dirinya lewat petunjuk
Allah, di samping melalui hakikat ilmiah yang diisyaratkan Al-Qur’an agar diungkap
lewat teori, penelitian dan eksprimen.
Apabila manusia mau berpikir tentu akan menyadari bahwa sesungguhnya berkah Al-
Qur’an yang terbesar adalah dalam memikirkan dan memahami maksudmaksud dan
makna yang terkandung di dalamnya, kemudian mewujudkan dengan perbuatan yang
bersifat keagamaan dan keduniaan.
Berinteraksi dengan Al-Qur’an antara lain dengan belajar membaca Al-Qur’an dan
memahaminya melalui terjemahannya, memahami Al-Qur’an melalui tafsirnya,
kemudian mengamalkan apa yang telah difahami.
KARAKTERIKSTIK AL-QURAN
Al-Quran berasal dari Allah SWT, baik secara lafal maupun makna.
Diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw melalui ‘wahyu aljaliy’ (wahyu
yang jelas)
Yaitu dengan turunnya malaikat utusan Allah, Jibril untuk menyampaikan wahyu kepada
Nabi saw yang manusia, bukan melalui jalan wahyu yang lain seperti ilham, pemberian
inspirasi dalam jiwa, mimpi yang benar atau cara lainnya.
Artinya : Alif laam raa, (Inilah) suatu Kitab yang ayat-ayat-Nya disusun dengan rapi
serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana
lagi Maha tahu (QS Hud [11]:1)
Allah SWT sendiri yang menjamin pemeliharaannya, serta tidak membebankan hal itu
pada seorang pun. Tidak seperti yang dilakukan pada kitab-kitab suci selainnya, yang
hanya dipelihara oleh umat yang menerimanya. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam
firman Allah SWT :
Al-Quran adalah kitab agama yang menyeluruh, pokok agama terdapat konsep akidah
Islam, ibadah, akhlak
ِ ي ش ِّلُكِ ا ل ً ان َ ْي
Allah SWT berfirman : ٍ ب ت َ ا َبتِكْ ال َ ْك َي َل ا ع َ ْنلَ َز َن و َ ْ ء Artinya : ..dan kami
turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu (Q.S.
AnNahl [16]: 89)
Makna Al-Quran sebagai kitab keseluruhan zaman adalah sebagai kitab yang abadi,
bukan kitab bagi suatu masa tertentu, yang kemudian habis masa berlakunya.
7. Al-Quran adalah Kitab suci bagi Seluruh Umat ManusiaAllah SWT berfirman :
َ ين ِ َمال َعْ ِل ل ٌرْ كِ ذ َ ِ َّل إ َوُ ه ِْن إ Artinya : Al-Quran itu tiada lain hanyalah peringatan bagi
alam semesta (At-Takwir [81]:27)
AKHLAK DALAM ISLAM
PENGERTIAN AKHLAQ
Secara etimologi (lughatan) akhlâq (Bahasa Arab), adalah bentuk jamak dari khuluq
yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.
Berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata Khâliq
(Pencipta), makhlûq (yang diciptakan) dan khalq (penciptaan).
Kata akhlak juga banyak ditemukan dalam hadis-hadis Nabi Saw dan salah satunya
yang paling populer adalah:
“Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (Innama bu’isthu li
utammima makaarimal akhlak ) (Hadis Riwayat Malik).
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan akhlak sebagai budi pekerti atau
kelakuan.
Kesamaan akar kata di atas mengisyaratkan bahwa dalam akhlak tercakup pengertian
terciptanya keterpaduan antara kehendak Khâliq (Tuhan) dengan perilaku makhlûq
(manusia)
Atau dengan kata lain, Tata perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya,
baru mengandung nilai akhlak yang hakiki manakala tindakan atau perilaku tersebut
didasarkan kepada kehendak Khâliq (Tuhan).
Dari pengertian etimologis seperti ini, akhlak bukan saja merupakan tata aturan atau
norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia, tetapi juga norma
yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam
semesta sekalipun.
“Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan
dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.”
Pendapat lain bahwa “Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya
lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan
pertimbangan.”
Definisi di atas sepakat menyatakan bahwa akhlak atau khuluq itu adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana
diperlukan tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak
memerlukan dorongan dari luar.
Sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan tercela.
Sumber akhlak dalam ajaran Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah bukan akal pikiran
atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral.
Dalam konsep akhlak, segala sesuatu itu dinilai baik atau buruk, terpuji atau tercela,
semata-mata karena Syara’ (Al-Qur’an dan Sunnah) menilainya demikian.
Akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika, jika etika dibatasi
pada sopan santun antar sesama manusia, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku
lahiriah. Akhlak lebih luas maknanya serta mencakup pula beberapa hal yang tidak
merupakan sifat lahiriah. Misalnya berkaitan dengan sikap batin maupun pikiran.
Beberapa sasaran akhlak Islamiyah ada tiga seperti yang dijabarkan Muhammad
Quraish Shihab yaitu:
(a) Akhlak terhadap Allah yakni pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan
melainkan Allah. Al-Qur’an mengajarkan kepada manusia untuk memuji-Nya.
(b) Akhlak terhadap sesama manusia yakni petunjuk mengenai hal ini bukan hanya
dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negatif seperti membunuh, menyakiti badan,
atau mengambil harta tanpa alasan yang benar. Melainkan juga sampai kepada
menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib seseorang di belakangnya, tidak perduli
aib itu benar atau salah, walaupun sambil memberikan materi kepada yang disakitinya
itu.
c. Akhlak terhadap lingkungan yakni segala sesuatu yang berada di sekitar manusia,
baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun bendabenda tak bernyawa.
Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari
fungsi manusia sebagai khalifah.
Hal ini disebabkan karena setiap individu – yang merupakan unsur masyarakat –
memiliki potensi positif dan negatif sehingga tidak mustahil mereka yang lebih menonjol
potensi negatifnya dapat mewarnai masyarakat sehingga tidak sejalan dengan nilai-nilai
moral dan agama.
Ini karena setiap individu lahir dalam keadaan hampa budaya, lalu masyarakat yang
membentuk budayanya. Budaya itu lahir dari nilai-nilai yang mereka anut.
Manusia adalah makhluk bidimensional (dua dimensi) tercipta dari tanah dan ruh
Ilahi. Manusia, dalam komposisi kejadiannya dapat diibaratkan dengan air dan yang
terdiri dari kadar-kadar tertentu dari hidrogen dan oksigen. Gabungan keduanya
menghasilkan air. Jika salah satu unsur itu berlebih atau berkurang dari kadar yang
semestinya, maka tidak akan ada air. Demikian juga manusia jika hanya unsur ruh Ilahi
saja yang diperhatikannya, maka dia bukan manusia, mungkin dia menjadi seperti
malaikat, dan jika unsur jasmaniah saja, maka ketika itu dia menjadi binatang.
Yunahar Ilyas membagi ruang lingkup akhlak menjadi lima bagian yaitu:
(a) kewajiban timbal balik orang tua dan anak (wâjibat nahwa al-ushûl wa al-furû’),
(a) hubungan antara pemimpin dan rakyat (al-’alaqah baina ar-raîs wa as-sya’b),
(5) Akhlak beragama (al-Akhlâq ad- dîniyyah) yaitu kewajiban terhadap Allah Swt
(wâjibât nahwa Allah).
(1) Akhlak Rabbani adalah ajaran akhlak dalam Islam bersumber dari wahyu Ilahi
yang termaktub dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Di dalam Al-Qur’an terdapat kira-
kira 1500 ayat yang mengandung ajaran akhlak, baik yang teoritis maupun yang
praktis. Demikian juga dalam hadis-hadis Nabi banyak yang memberikan
pedoman akhlak.
Ciri rabbani juga menegaskan bahwa akhlak dalam Islam bukanlah moral yang
kondisional dan situasional, tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilai yang
mutlak. Akhlak rabbani lah yang mampu menghindari kekacauan nilai moralitas
dalam hidup manusia.
(2) Akhlak Manusiawi adalah ajaran yang diperuntukkan bagi manusia yang
merindukan kebahagiaan dalam arti hakiki, bukan kebahagiaan semu. Akhlak
Islam adalah akhlak yang benar-benar memelihara eksistensi manusia sebagai
makhluk terhormat, sesuai dengan fitrahnya. Dan akan terpenuhi dengan
mengikuti ajaran akhlak dalam Islam.
(3) Akhlak Universal adalah ajaran akhlak dalam Islam sesuai dengan kemanusiaan
yang universal dan mencakup segala aspek hidup manusia, baik yang
dimensinya vertikal maupun horisontal. Contoh dalam Al-Qur’an disebutkan
sepuluh macam keburukan yang wajib dijauhi oleh setiap orang, yaitu
menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh anak karena
takut miskin, berbuat keji baik secara terbuka maupun tersembunyi, membunuh
orang tanpa alasan yang sah, makan harta anak yatim, mengurangi takaran dan
timbangan, membebani orang lain kewajiban melampaui kekuatannya,
persaksian tidak adil, dan mengkhianati janji dengan Allah.
(4) Akhlak Keseimbangan
Manusia menurut pandangan Islam memiliki dua kekuatan dalam dirinya,
kekuatan baik pada hati nurani dan akalnya dan kekuatan buruk pada hawa
nafsunya. Manusia memiliki naluriah hewani dan juga ruhaniah malaikat.
Manusia memiliki unsur ruhani dan jasmani yang memerlukan pelayanan
masing-masing secara seimbang. Manusia tidak hanya hidup di dunia kini, tetapi
dilanjutkan dengan kehidupan di akhirat nanti. Hidup di dunia merupakan ladang
bagi akhirat. Akhlak Islam memenuhi tuntutan kebutuhan manusia, jasmani dan
ruhani secara seimbang, memenuhi tuntutan hidup bahagia di dunia dan akhirat
secara seimbang pula.
(5) Akhlak Realistik.
Akhlak Realistik dalam Islam memperhatikan kenyataan hidup manusia.
Meskipun manusia telah dinyatakan sebagai makhluk yang memiliki kelebihan
dibanding makluk-makluk yang lain, tetapi manusia mempunyai kelemahan-
kelemahan, memiliki kecenderungan manusiawi dan berbagai macam kebutuhan
material dan spritual. Dengan kelemahan-kelemahan itu sangat mungkin
manusia melakukan kesalahan-kesalahan dan pelanggaran. Oleh sebab itu
Islam memberikan kesempatan kepada manusia yang melakukan kesalahan
untuk memperbaiki diri dengan bertaubat.
Moral adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat
peran lain, kehendak, pendapat, atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan
benar, salah, baik, dan buruk. Etika dan moral apabila dihubungkan satu dengan
yang lainnya memiliki objek yang sama-sama membahas tentang perbuatan manusia
untuk selanjutnya ditentukan posisinya baik atau buruk.
Dengan demikian tolak ukur yang digunakan untuk mengukur tingkah laku manusia
adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di masyarakat. Etika dan
moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral
dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk nilai sistem
yang ada.
ISLAM DAN UMAT ISLAM
Masyarakat adalah kumpulan sekian banyak individu – kecil atau besar – yang terikat
oleh satuan, adat, ritus atau hukum khas, dan hidup bersama.
Masyarakat atau kumpulan manusia dalamAl-Quran antara lain: qawn, ummah, syu’ub,
dan qabail.
Dalam Al-Quran QS Sl-An’am: [6]: 108 disebutkan: Demikianlah Kami jadikan indah [di
mata] setiap masyarakat perbuatan mereka..
Dari sini lahirlah gagasan amar makruf nahi munkar serta konsep fardu kifayah dalam
arti semua anggota masyarakat memikul dosa bila sebagian mereka tidak
melaksanakan kewajiban tertentu.
Al-Quran syarat dengan uraian tentang hukum-hukum yang mengatur lahir, tumbuh dan
runtuhnya suatu masyarakat.
Dari segi kepastian tidak berbeda dengan hukum-hukum alam. Hukum-hukum ini
2. makhluk manusia
Kata umat terambil dari kata amma-yaummu yang berarti menuju, menumpu dan
meneladani.
Dari akar yang sama lahirlah kata um yang berarti ibu dan imam yang maknanya
pemimpin
Karena keduanya menjadi teladan, tujuan pandangan dan harapan anggota
masyarakat.
Umat mengandung arah gerak dinamis, arah, waktu, jalan yang jelas, serta gaya, dan
cara hidup.
Untuk menuju satu arah, harus jelas jalannya, serta harus bergerak maju dengan gaya
dan cara tertentu, dan pada saat yang sama membutuhkan waktu untuk mencapainya..
QS Az-Zukhruf [43]:22 untuk arti jalan, atau gaya dan cara hidup.
Umat Islam disebut Al-Quran dalam QS AlBaqarah[2]: 143 sebagai ummat[an] wasatha:
Umattan wasatha adalah umat moderat yang posisinya berada di tengah, agar dilihat
oleh semua pihak dan dari segenap penjuru.
QS Al-Baqarah [2]: 143 : Demikian Kami menjadikan kamu ummatan wasatha agar
kamu menjadi saksi-saksi atas [perbuatan] manusia dan agar Rasul [Muhammad]
menjadi saksi-saksi atas [perbuatan] kamu
Ayat di atas berbicara tentang penciptaan manusia dari seorang lelaki dan perempuan
sekaligus berbicara tentang kemuliaan manusia baik lelaki dan perempuan yang dasar
kemuliannya bukan keturuna, suku, jenis kelamin, tetapi ketakwaan kepada Allah swt.
Tabiat kemanusiaan antara lelaki dan perempuan hampir dapat [dikatakan] sama.
Ayat Al-Quran yang populer tentang penciptaan perempuan yaitu QS An-Nisa [4]:
1: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan mu yang telah menciptakan kamu
dari nafs yang satu [sama], dan darinya Allah menciptakan pasangannya; dan dari
keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
nafs= jenis
Ada yang berpendapat bahwa nafs adalah Adam, dipahami pula kata zaujaha yang arti
Pendapat lain menyatakan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam .
Tidak ada petunjuk yang pasti dari ayat AlQuran yang menyatakan bahwa perempuan
diciptakan dari tulang rusuk atau unsur penciptaannya berbeda dengan lelaki.
Umat manusia lelaki dan perempuan berasal dari pertemuan ovum perempuan dan
sperma lelaki.
Kedua jenis kelamin ini sama-sama manusia dan tidak ada perbedaan di antara mereka
dari hasil kejadian serta kemanusiaannya.
Ditegaskan oleh Allah swt dalam firman-Nya: Sesungguhnya Allah tidak mensia-siakan
amal orang-orang yang beramal, baik lelaki maupun perempuan (QS Ali Imran [3]: 195).
Al-Quran menempatkan perempuan pada posisi yang setara dengan pria dalam derajat
kemanusiaan.
Namun, karena ada perbedaan menyangkut masalah fisik maupun psikis, Islam
kemudian membedakan keduanya dalam berapa persoalan, terutama yang
menyangkut fungsi dan peran masing-masing.
Pembedaan ini dapat dikategorikan ke dalam dua hal, yaitu dalam kehidupan keluarga
dan kehidupan publik.
Ayat yang sering kali dijadikan dasar untuk memandang kedudukan masing-masing
lakilaki dan perempuan adalah Firman Allâh pada surat al-Nisâ’ [4]: 34,“Kaum laki-laki
adalah pemimpin [qowammun] bagi kaum perempuan, oleh karena Allâh telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan
karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian harta mereka”
maksud “qowwamun” adalah penanggung jawab untuk mendidik dan membimbing istri
agar mentaati kewajibannya kepada Allah dan suami.
Ibnu Abbas mengartikan kata “qowwâmun” sebagai pihak yang mempunyai kekuasaan
untuk mendidik perempuan.
Dalam tafsir al-kasysyâf, al-Zamakhsyari menjelaskan bahwa kaum laki-laki
berkewajiban melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar kepada perempuan sebagai
mana penguasa pada rakyatnya.
Kelebihan laki-laki atas perempuan terjadi karena beberapa faktor, di antaranya karena
sifat hakikinya dan hukum syara’ yang menetapkan demikian.
Sifat hakiki bersumber pada dua hal, yaitu pengetahuan dan kemampuan.
Tidak diragukan lagi bahwa akal dan ilmu laki-laki lebih banyak dan kemampuan laki-
laki untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang berat lebih sempurna.
Karena dua hal inilah laki-laki mempunyai kelebihan dari perempuan dalam penalaran
tekad yang kuat, kekuatan menulis dan keberanian.
Karena laki-laki lebih potensial dari perempuan, maka dari laki-laki lah lahir para nabi,
ulama, dan imam. Mereka berperan dalam jihad, adzan, khotbah, persaksian dalam
hudûd dan qishâs. Mereka Juga menerima bagian lebih dalam waris, menjadi wali
dalam nikah, menentukan talak, rujuk dan lain sebagainya
Kelebihan laki-laki atas perempuan karena dua sebab, yaitu fitri dan kasbi, laki-laki
sejak penciptaannya sudah diberi kelebihan kekuatan dan kemampuan.
Harus juga diakui bahwa ternyata ada beberapa perempuan yang punya kelebihan dari
pria.
Akan tetapi hal itu sangat bersifat kasuistik dan tidak bisa digeneralisir untuk kemudian
ditarik darinya suatu hukum.
Karena perbedaan itulah maka al-Qur’ân memberi hak dan kewajiban masing-masing
secara berbeda.
Namun yang perlu ditekankan, pembedaan tersebut bukanlah diskriminasi dan wujud
ketidakadilan, tetapi justru agar tercapai keseimbangan dan keharmonisan dalam
menjalani bahtera rumah tangga.
Perempuan pun dijadikan sebagai penanggung jawab dalam rumah tangga suaminya,
sebagai pemimpin atas anak-anaknya.
Sabda Nabi SAW :“Perempuan adalah pemimpin atas rumah tangga suaminya dan
anak suaminya, dan ia akan ditanya tentang mereka.” (HR Bukhari dan Muslim).
hak untuk bekerja, hak dan kewajiban belajar [Tholabul’ilmi fariidhotun alaa kulli
muslim= Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim (dan muslimah)] HR
Thabarani melalui Ibnu Mas’ud
KBBI online:
madani /ma·da·ni/ a
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, masyarakat madani adalah masyarakat yang
menjunjung tinggi norma, nilai-nilai, dan hukum yang ditopang oleh penguasaan
teknologi yang beradab, iman dan ilmu.
Menurut Nurcholis Madjid, masyarakat madani adalah masyarakat yang merujuk pada
masyarakat Islam yang pernah dibangun Nabi Muhammad SAW di Madinah, sebagai
masyarakat kota atau masyarakat berperadaban dengan ciri antara lain
egaliteran(kesederajatan), menghargai prestasi, keterbukaan, toleransi dan
musyawarah.
Masyarakat Madani dalam Islam istilah masyarakat madani itu sebenarnya merujuk
pada masyarakat Islam yang pernah dibangun nabi Muhammad di Madinah.
Perkataan Madinah dalam bahasa arab dapat dipahami dari dua sudut pengertian.
Menjunjung tinggi nilai, norma, dan hukum yang ditopang oleh iman dan teknologi.
Ruang publik yang diartikan sebagai wilayah di mana masyarakat sebagai warga
negara memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, warga negara berhak
melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat,
berkumpul serta mempublikasikan pendapat, berserikat, berkumpul serta
mempublikasikan informasi kepada publik.
Demokratisasi
Pluralisme
Pluralisme adalah sikap mengakui dan menerima kenyataan disertai sikap tulus bahwa
masyarakat itu majemuk. Kemajemukan itu bernilai positif dan merupakan rahmat
tuhan.
Partisipasi sosial
Partisipasi sosial yang benar-benar bersih dari rekayasa merupakan awal yang baik
bagi terciptanya masyarakat madani. Partisipasi sosial yang bersih dapat terjadi apabila
tersedia iklim yang memungkinkan otonomi individu terjaga.
Supremasi hukum