Proposal Jadi Niko Pemberdayaan Masyarkat Desa-Kirim 30 Maret

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 39

PENGELOLAANAN KEUANGAN DESA DAN

DAMPAKNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT DI KABUPATEN KETAPANG
(Studi pada Desa di Kecamatan Nanga Tayap)

PROPOSAL PENELITIAN

Disampaikan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister


Ekonomi (M.E.) pada Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Tanjungpura

Oleh :

NICO ALVAREZ
B205221..........

PROGRAM MAGISTER ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................1
DAFTAR TABEL..............................................................................................3
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................4
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1. Latar Belakang...............................................................................1
1.2. Permasalahan.................................................................................6
1.3. Tujuan Penelitian..........................................................................7
1.4. Kontribusi Penelitian.....................................................................7
1.4.1. Kontribusi Teoritis..............................................................7
1.4.2. Kontribusi Praktis................................................................7
1.5. Gambaran Kontekstual Penelitian..................................................8
BAB II TELAAH PUSTAKA..........................................................................9
2.1. Landasan Teori..............................................................................9
2.1.1. Pembangunan Desa.............................................................9
2.1.2. Pengalokasian Keuangan Desa............................................10
2.1.3.Pemberdayaan Masyarakat Desa..........................................11
2.1.4. Indikator Keberhasilan Pemberdayaan................................15
2.1.5. Indeks Desa Membangun (IDM).........................................17
2.2. Penelitian Terdahulu......................................................................17
2.3. Kerangka Konseptual Penelitian...................................................20
BAB IIIMETODE PENELITIAN...................................................................22
3.1. Bentuk Penelitian..........................................................................22
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................22
3.3. Jenis dan Sumber Data Penelitian.................................................22
3.3.1. Observasi/Pengamatan........................................................23
3.3.2. Kuesioner dengan Skala Likert..........................................23
3.3.3. Studi Dokumenter................................................................24
3.4. Populasi.........................................................................................24
3.5. Responden/Informan.....................................................................25
3.6. Variabel (Fokus) Penelitian...........................................................26
3.6. Teknik Pengukuran Variabel.........................................................26
3.6. Metode dan Teknik Analisis Data..................................................27
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................29

i
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Populasi........................................................................... 24


Tabel 3.2 Jumlah Responden Menurut Desa Dan Status............................. 25
Tabel 3.3 Variabel Penelitian Dan Indikator............................................... 26
Tabel 3.4 Nilai Jawaban Responden Berdasarkan Skala Likert.................. 27

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian.................................................21

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Pertanyaan Kepada Responden (Kuesioner).................... 32

Lampiran 2 Penduduk, Distribusi Persentase Penduduk, Kepadatan


Penduduk, Rasio Jenis Kelamin Penduduk Menurut
Desa/Kelurahan di Kecamatan Nanga Tayap, 2021.................... 34

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Paradigma lama dalam pembangunan dimana masyarakat hanya sebagai


objek serta pemerintah dan modal sebagai penopang utama sudah tidak efekltif
lagi, karena modal dan peran pemerintah harus selalu dipupuk terus dan harus
ditopang dengan pengelolaan secara politik, otorisasi dan sentralistik. Semantara
dalam konsep pemberdayaan dimana pembangunan yang dilakukan berbasis
kemasyarakatan, potensi, partisipatif dan sumberdaya lokal akan lebih efektif
tepat sasaran dan demokratis sehingga pembangunan akan berjalan dengan
sendirinya, sementara pemerintah berperan sebagai fasilitator, pendamping dan
pengawas. Masyarakat menempati posisi peran utama yang memulai, mengelola
dan menikmatinya sendiri hasilnya.

Menurut David Corten (2004) bahwa “Gerakan pemberdayaan yang


berpusat pada manusia (rakyat) sebagai pembangunan alternatif.” (Korten D.
2004; Lalaun A, Agus S (2015). Paradigma pemberdayaan dari David Corten ini
memberi peran kepada individu bukan sebagai obyek, melainkan sebagai aktor
“yang menetapkan tujuan, mengendalikan sumber daya, dan mengarahkan proses
yang mempengaruhi kehidupannya.” Konsekuensinya, pembangunan yang
berpusat pada rakyat memberikan nilai yang sangat tinggi pada inisisatif lokal dan
sistem-sistem untuk mengorganisasi diri sendiri melalui satuansatuan
organisasional yang berskala manusiawi dan komunitas-komunitas yang mandiri.

Dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa


telah memberi ruang untuk dipraktikan pada paradigma baru dalam pembangunan
desa di Indonesia. Untuk mewujudkannya diperlukan upaya agar desa mempunyai
kemampuan sendiri dalam membangun desanya. Paradigma pembangunan yang
dilakukan sendiri oleh Desa dikenal dengan istilah “Desa Membangun” diperlukan
upaya pengembangan masyarakat untuk memunculkan keberdayaan desa dalam usaha
peningkatan kualitas hidup dan ekonomi masyarakat desa.

1
”Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan,
sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan
sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan dan pendampingan
yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa.”
(Permen PDT No.17/2019). Sedangkan menurut Purbantara A (2019)
pemberdayaan masyarakat desa merupakan upaya meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat desa melalui penetapan kebijakan, program, dan
kegiatan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat
desa.

Konsep pemberdayaan menekankan pada proses memberikan atau


mengalihkan sebagian kekuasaan, daya atau kekuatan dan kemampuan kepada
masyarakat sehingga masyarakat baik secara individu maupun komunal menjadi
lebih berdaya. Pemberdayaan juga merupakan sebagai proses menstimulasi,
mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau
keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihannya, oleh karena itu
dalam pemberdayaan perlu dilakukan pembangunan berbasis masyarakat dan
sumber daya lokal dikarenakan terdapat perbedaan potensi, kultur, dan
karakteristik antara satu desa dengan desa lainnya. Terkait hal tersebut, Blakely
dalam Arsyad L. (1999) menyatakan bahwa:

“ Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah


dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor
swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan
kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Sebagai
tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi,
dan semakin kecilnya kesenjangan pendapatan antar penduduk, antar daerah
dan antar sektor.”

Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa dalam Pasal (1)


menyebutkan: “Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap,
keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya

2
melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai
dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa.”

Agar tujuan pembangunan tersebut dapat dicapai maka pemerintahan


pusat membuat beberapa kebijakan diantaranya adalah memberikan dukungan
anggaran berupa dana desa (DD) dan alokasi dana desa (ADD). Untuk itu
pemerintah pusat juga memberikan petunjuk penggunaan dana, dengan terbitknya
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 8 tahun 2016 tentang perubahan
kedua atas peraturan pemerintah nomor 60 tahun 2014 dan Peraturan Menteri
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 11 tahun 2019
tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2016 bahwa “Dana


Desa digunakan untuk membiayai Penyelenggaraan Pemerintahan, Pelaksanaan
Pembangunan, Pembinaan Kemasyarakatan, dan Pemberdayaan Masyarakat.”
Permendes No 11 tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa bahwa:
1. Penggunaan Dana Desa diprioritaskan untuk membiayai pelaksanaan program
dan kegiatan dalam bidang Pembangunan Desa dan adanya Pemberdayaan
Masyarakat Desa.
2. Prioritas penggunaan DD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat Desa seperti peningkatan
kualitas hidup, peningkatan kesejahteraan pada masyarakat, penanggulangan
kemiskinan dan peningkatan pada pelayanan publik.

Untuk mengetahui keberhasilan pembangunan di desa pemerintah pusat


melalui Kemanterian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
mengeluarkan intrumen untuk mengukur keberhasilan pembangunan di desa yaitu
dengan Indeks Desa Membangun (IDM). Indeks Desa Membangun (IDM)
merupakan indeks komposit yang dibentuk berdasarkan tiga indeks, yaitu Indeks
Ketahanan Sosial, Indeks Ketahanan Ekonomi dan Indeks Ketahanan
Ekologi/Lingkungan.

Seluruh desa di Kabupaten Ketapang telah menerima dana desa (DD dan
ADD) setiap tahunnya sejak bergulirnya dana desa tahun 2015 dan masuk sebagai

3
komponen penerimaan (transfer), namun dari hasil pengamatan di lapangan
terindikasi bahwa dana desa tidak memberikan dampak kepada nilai IDM di
desa-desa di Kecamatan Nanga Tayap malah cenderung berbanding terbalik. Jika
dikaitkan dengan status desa maka jumlah DD dan ADD tidak menunjukkan
hubungan yang positif artinya tidak semua desa dengan DD dan ADD yang besar
berstatus sebagai desa maju atau mandiri. Hal ini menjadi salah satu alasan
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan
Pemberdayaan Masyarakat Terhadap Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat di
Kabupaten Ketapang ini (Studi pada Desa di Kecamatan Nanga Tayap).
Berdasarkan data Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan
Desa Kabupaten Ketapang, pada tahun 2022 status desa sebagian besar berstatus
berkembang sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Jumlah Desa Berdasarkan Nilai DD, ADD dan Status Desa di Kecamatan
Nanga Tayap Kabupaten Ketapang, Tahun 2021
No Nama Desa DD+ADD Nilai IDM Status Desa %
1 Nanga Tayap 1.675.438.429 0,8857 Mandiri
10%
2 Betenung 1.295.143.827 0,8302 Mandiri
3 Sungai Kelik 1.654.788.137 0,7816 Maju
4 Tajok Kayong 1.474.998.415 0,7222 Maju 15%
5 Cegolak 1.179.359.945 0,7092 Maju
6 Kayong Hulu 1.428.167.040 0,6837 Berkembang
7 Pangkalan Suka 1.736.651.981 0,6790 Berkembang
8 Sepakat Jaya 1.410.958.893 0,6781 Berkembang
9 Lembah H1jau I 1.273.455.498 0,6703 Berkembang
10 Pangkalan Telok 1.572.846.552 0,6644 Berkembang
50%
11 Batu Mas 1.530.772.077 0,6529 Berkembang
12 Lembah Hijau II 1.273.541.068 0,6159 Berkembang
13 Tanjung Medan 1.533.652.134 0,6127 Berkembang
14 Simpang Tiga S. 1.467.469.508 0,6056 Berkembang
15 Kayong Tuhe 1.156.462.424 0,6017 Berkembang
16 Sebadak Raya 1.982,230.000 0,5730 Tertinggal
17 Kayong Utara 1.357.241.149 0,5270 Tertinggal
18 Mensubang 1.502.052.003 0,5195 Tertinggal 25%
19 Pateh Benteng 1.172.590.049 0,5186 Tertinggal
20 Siantau Raya 1.435.990.037 0,5046 Tertinggal
Sumber : Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kab. Ketapang, 2022

Pada tabel 1.3 terlihat bahwa sebagian besar desa-desa di Kecamatan


Nanga Tayap tergolong desa bekembang dan desa teringgal mencapai 75%
sementara yang tergolong desa maju dan mandiri hanya 25%, Hal ini

4
menandakan bahwa efektivitas pengelolaan dana tidak sama ,masih terjadi
kesenjangan pembangunan di antara desa-desa di Kecamatan Nanga Tayap.
Sebagai contoh desa Sebadak Raya menerima DD dan ADD merupakan desa
dengan nilai DD dan ADD paling besar diantara desa lainnya yakni sebesar
Rp1.982,230.000 namun status desa masih tertinggal dengan IDM 0,573,
sementara Desa Betenung berstatus desa mandiri dengan IDM tertinggi padahal
DD dan ADDnya lebih kecil.
Beberapa penelitian berkaitan dengan pemberdayaan diantaranya penelitin
Suyanto dan Bambang Pudjianto (2015), berjudul Pemberdayaan Masyarakat
Menuju Desa Sejahtera. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa pemberdayaan
masyarakat berbasis paguyuban dengan pola keterpaduan berhasil dengan baik.
Kemudian penelitian Pratiwi D. Kurniati dkk (2013), berjudul
“Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Usaha Ekonomi pada Badan
Pemberdayaan Masyarakat Kota Mojokerto, menunjukkan hasil bahwa dampak
dari program pemberdayaan yang telah dilaksanakan dapat meningkatkan
kemandirian ekonomi terutama pada produktivitas dan pendapatan masyarakat
yang mendapat bantuan, tetapi ada juga dampak buruk yang timbul dalam
menjalankan usaha mereka.
Hasil penelitian Tulusan Femy M. G. dan Very Y. Londa (2014) bentuk
pemberdayaan diantaranya dengan pemanfaatan dana desa di desa Lolah II
Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasaa adalah dengan pelatihan yang
berhubungan dengan kegiatan pengembangan usaha, kemudian program
pemberdayaan melalui kegiatan bantuan pinjaman modal usaha, pengembangan
motivasi berusaha dan pelatihan keterampilan berusaha. Hasilnya sangat
berdampak pada pendapatan masyarakat terindikasi dari adanya peningkatan daya
beli keluarga untuk membiayai kebutuhan sehari-hari.
Pada dasarnya pembangunan pemberdayaan adalah model pembangunan
yang yang berorientasi pada kondisi dan kebutuhan rakyat kalangan bawah
sebagai subjek dan objek pembangunan dengan memandang inisiatif dan
kreatifitas rakyat sebagai sumber inisiatif utama pembangunan dengan pendapatan
dan kesejahteraan sebagai tujuan yang harus dicapai. Penelitian ini memliliki

5
beberapa persamaan perbedaan dengan penelitian sebelumnya yakni meneliti
tentang keberhasilan pembangunan melalui pemberdayaan masyarakat di desa,
sedangkan perbedaannya adalah pada lokasi, fokus dan orientasi penelitian,
variabel, data dan metode analisis.

1.2. Permasalahan

1.2.1. Pernyataan Permasalahan

Program pembangunan yang dilaksanakan di desa-desa di Kecamatan


Nanga Tayap adalah bagian tak terpisahkan dari program dan kebijakan
pembangunan di Kabupaten Ketapang dan merupakan implementasi dari
kebijakan pemerintah pusat dimana setiap desa mendapatkan dana berupa DD dan
ADD berdasarkan ketentuan yang adil dan proporsional berdasarkan kriteria
kondisi desa, jumlah penduduk dan tingkat kesulitan. Bahwa dana tersebut
digunakan diantaranya adalah untuk Pembinaan dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa. Kegiatan pembangunan dengan pola Pemberdayaan Masyarakat Desa
menjadi prioritas pertama (Permendes No 11 tahun 2019). Namun berdasarkan
angka IDM beberapa desa di Kecamatan Nanga Tayap masih terindikasi sebagai
desa tertinggal dan sebagain besar berkembang. Dari pengamatan penulis juga
beberapa desa masih miskin dan terbelakang, dapat dilihat dari masih banyaknya
penduduk yang kesulitan ekonomi dan tidak bekerja dan/atau dengan bekerja
dengan hasilnya yang tidak mencukupi untuk kebutuhan hidupnya.

1.2.2. Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan dalam penelitian ini adalah

1. Apakah pengalokasian keuangan desa telah digunakan untuk membiayai


Penyelenggaraan Pemerintahan, Pelaksanaan Pembangunan, Pembinaan dan
Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Nanga Tayap ?
2. Program pembangunan apa saja yang telah dilaksanakan dalam rangka
pemberdayaan masyarakat di Kecamatan Nanga Tayap Kabupaten Ketapang ?

6
3. Apakah program-program pembangunan dengan pola pemberdayaan
masyarakat telah dilaksanakan dan telah memberikan dampak atau
keberhasilan dalam pemberdayaan masyarakat di Kecamatan Nanga Tayap ?

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun pertanyaan dalam penelitian ini adalah:

1. Mengkaji dan menganalisis pengalokasian keuangan desa yang digunakan


untuk membiayai Penyelenggaraan Pemerintahan, Pelaksanaan Pembangunan,
Pembinaan dan Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Nanga Tayap.
2. Mengetahui dan menganalisis program pembangunan yang telah dilaksanakan
dalam rangka pemberdayaan masyarakat di Kecamatan Nanga Tayap
Kabupaten Ketapang.
3. Mengkaji dan menganalisis keberhasilan program-program pembangunan
dengan pola pemberdayaan yang telah dilaksanakan dalam rangka
pemberdayaan masyarakat desa di Kecamatan Nanga Tayap.

1.4. Kontribusi Penelitian

1.4.1. Kontribusi Teoritis

Kontribusi yang diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini bagi


akademisi dapat berkontribusi dengan meningkatkan kajian empiris yang
berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat, pembangunan desa, serta
memberikan konsep pemikiran baru, kebijakan dan strategi dalam membangun
daerah pedesaan melalui pemberdayaan. Hasil temuan dalam penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya terkait
dengan pengelolaan keuangan dan pemberdayaan masyarakat desa.

1.4.2. Kontribusi Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan dan menjadi


referensi bagi masyarakat dan pihak-pihak terkait bagaimana upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat khususnya
di Kecamatan Nanga Tayap guna memperkuat dan mengembangkan konsep dan

7
teori yang berkaitan dengan peningkatan pendapatan masyarakat melalui program
pemberdayaan. Selain itu diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan
bagi pemerintah daerah Kabupaten Ketapang dalam peningkatan pendapatan
masyarakat melalui program pemberdayaan di setiap desa.

1.5. Gambaran Kontekstual Penelitian

Penelitian ini pada dasarnya akan menggambarkan kondisi yang terjadi saat
ini secara deskriptif dalam hal pembangunan pemberdayaan sebagai implementasi
dari pengelolaan keuangan desa di Kecamatan Nanga Tayap yang bersumber dari
APBN berupa DD dan ADD berkaitan dengan program pemberayaan masyarakat
yang merupakan salah satu amanat PP No 8 tahun 2016, serta Peraturan Menteri
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor 17 Tahun 2019 Tentang Pedoman Umum Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa.

Dalam penelitian ini akan dibahas berkaitan dengan program-program yang


telah berjalan pada 4 desa yang memiliki perbedaan status yakni Desa Betenung
sebagai Desa Mandiri, desa Cegolak sebagai Desa Maju, desa Kayong Tuhe sebagai desa
Berkembang dan desa Sebadak Raya sebagai Desa Tertinggal. Fokus bahasan adalah pada
16 indikator keberhasilan dalam pemberdayaan masyarakat yakni indikator menurut
(Purbantara A dan Mujianto, 2019) sebanyak 5 indikator yaitu 1) Kebebasan
mobilitas, 2)Kemampuan membeli komoditas kecil, 3) Kemampuan membeli komoditas
besar, 4) Kesadaran hukum dan politik, 5) Jaminan ekonomi dan kotribusi terhadap
keluarga. Tiga indikator menurut Wrihatnolo & Dwijowijoto yakni 1) akses
terhadap resources, 2)partisipasi, 3) kesetaraan. dan 8 dari indikator ekonomi
dalam IDM yakni 1)keberadaan pertokoan, 2) pasar, 3)toko & Warung Kelontong,
4) Bank/lembaga keuangan, 5 Fasilitas Kredit, 6) Lembaga Ekonomi, 7) Moda
Tranportasi Umum, dan 8) Kualitas Jalan.

8
BAB II
TELAAH PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pembangunan Desa

Pembangunan desa mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis


dalam rangka Pembangunan Nasional karena di dalamnya terkandung unsur
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya serta menyentuh secara langsung
kepentingan sebagian besar masyarakat yang bermukim di pedesaan. Menururt
Kartasasmita G. (1996) pembangunan pedesaan meliputi 3 upaya besar, yaitu:
1) Memberdayakan ekonomi masyarakat desa dalam rangka peningkatan
kapasitas masyarakat (capacilty bullding) dari struktur masyarakat pedesaan
tradisional ke masyarakat pedesaan yang maju dan mandiri.
2) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia pedesaan agar memiliki dasar
memadai untuk meningkatkan dan memperkuat produktivitas dan daya saing.
3) Pembangunan dan prasarana (terutama transportasi) agar sumberdaya yang
ada dipedesaan dapat didistribusi dan pembangunan pedesaan dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien.

Upaya yang dilaksanakan dalam pelaksanaan kebijakan untuk mengajak


masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan desa selalu terbentur pada
kurangnya dana yang membuat masyarakat terbebani karena bersarnya dana yang
dibutuhkan. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa : “…pembangunan di desa merupakan model pembangunan
partisipatif yaitu suatu sistem pengelolaan pembangunan bersama-sama secara
musyawarah, mufakat, dan gotong royong yang merupakan cara hidup masyarakat
yang telah lama berakar budaya wilayah Indonesia.” Karakteristik pembangunan
partisipatif diantaranya direncanakan dengan pemberdayaan dan partisipatif yakni
keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam proses
pembangunan. Dalam hal ini pemerintah berkewajiban menyediakan prasarana-
prasarana sedangkan selebihnya diberikan kepada masyarakat, selain itu

9
pemerintah berfungsi memberikan pengawasan, bimbingan, dan pembinaan
kepada masyarakat.

2.1.2. Pengalokasian Keuangan Desa

Dalam penentuan skala prioritas penggunaan dana sebagai acuan adalah


mengacu pada Permendes No 21 tahun 2015 dimana dalam Pasal 7 disebutkan
bahwa “…dalam perencanaan program/pengalokasian dana kegiatan
pembangunan desa serta pemberdayaan masyarakat desa mempertimbangkan
tipologi Desa berdasarkan tingkat perkembangan kemajuan desa, meliputi:

a) Desa tertinggal dan/atau sangat tertinggal, mengutamakan kegiatan


pembangunan melalui penyediaan sarana dan prasarana untuk pemenuhan
kebutuhan atau akses kehidupan masyarakat Desa;
b) Desa berkembang, memprioritaskan pembangunan sarana dan prasarana
pelayanan umum dan sosial dasar baik pendidikan dan kesehatan masyarakat
desa untuk mengembangkan potensi dan kapasitas masyarakat Desa; dan
c) Desa maju dan/atau mandiri memprioritaskan kegiatan pembangunan sarana
dan prasarana yang berdampak pada perluasan skala ekonomi dan investasi
desa, termasuk prakarsa Desa dalam membuka lapangan kerja, padat teknologi
tepat guna dan investasi melalui pengembangan BUM Desa.

Kemudian dalam pengalokasian keuangan desa mengikuti pola yang


ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 2016) yakni:
1. Penyelenggaraan Pemerintahan
2. Pelaksanaan Pembangunan
3. Pembinaan Kemasyarakatan
4. Pemberdayaan Masyarakat Desa
5. Penanggulangan Bencana, Darurat dan Mendesak

Pembangunan pemberdayaan masayarakat pada dasarnya adalah


pembangunan tingkat lanjut setelah pembangunan secara fisik atau sarana dan
prasarana terlaksana. Dengan demikian maka pembangunan mesti dilakukan
secara komprenensip dan terpadu.

10
2.1.3.Pemberdayaan Masyarakat Desa

a. Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan merupakan suatu upaya untuk menggali potensi lebih


dalam dengan memberikan peluang kepada masyarakat untuk berekpresi,
berinovasi dan berkarya sendiri dengan potensi yang dimilikinya. Pemberdayaan
masyarkat merupakan salah satu program pemerintah desa dalam memanfaatkan
semua sumber daya yang ada agar dapat berkembang serta dapat membantu
proses kemajuan desa.

Jim Ife dalam Miftahudin (2021), berpendapat bahwa: “…pemberdayaan


memiliki arti pemberkuasaan,40 maksudnya yaitu masyarakat yang lemah harus
meningkatkan kekuasaaan atau dalam arti lain yang kaya memberi kekuasaan
pada yang lemah. Rappaport dalam Wrihaatnolo dan Dwidjowijoto menyatakan
penerapan teori pemberdayaan dimaknai sebagai suatu cara, suatu tahapan dalam
hal pribadi, kelompok dan masyarakatnya menjadi mahirdengan masalah yang
mereka hadapi. Asumsi teori pemberdayaan sebagai berikut (Rahman M, 2016;
Miftahudin H, 2021).
a. Bentuk pemberdayaan tidak akan sama dengan dengan orang yang berbeda
b. Bentuk pemberdayaan tidak akan sama jika konsepnya sendiri berbeda.
c. Seiring berjalannya waktu pemberdayaan akan mengalami ketidakstabilan atau
perubahan. Suatu saat seseorang akan merasa terberdayakan dan pada kondisi
lain merasa tidak terberdayakan tergantung pada situasi yang mereka hadapi
suatu waktu

b. Tujuan Pemberdayaan

Pemberdayaan (ekonomi) bertujuan untuk mengembangkan ekonomi


sendiri ke arah yang lebih baik, menjadikan masyarakat mandiri, mampu
menciptakan inovasi baru, dan bebas dari ketergantungan. Pemberdayaan
masyarakat harus menempatkan masyarakat sebagai pusatnya, sehingga
masyarakat dapat berperan aktif dalam kegiatan pemberdayaan (Agus Arjianto,
2012; Miftahudin H, 2021 )

11
c. Sasaran Pemberdayaan

Dalam Pasal 1 Ayat (12) Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang


Desa menyebutkan bahwa “Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya
mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan
meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan,
kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan,
program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan
prioritas kebutuhan masyarakat Desa. Contoh program lembaga kemasyarakatan
desa seperti PKK, lembaga keagamaan, lembaga budaya, dan lembaga ekonomi.

Sasaran atau program kegiatan dalam pemberdayaan masyarakat


mencakup semua bidang, mulai dari pemerintahan, kelembagaan, kesehatan,
ekonomi masyarakat, teknologi, dan pendidikan. Sedangkan atau penerimaa
manfaat dari pemberdayaan yang utama adalah masyarakat miskin, dimana dalam
prosesnya perlu diperhatikan bahwa perempuan akan terlibat secara aktif. Proses
pemberdayaan masyarakat didampingi oleh suatu tim fasilitator yang bersifat
multidisiplin. Tim pemberdayaan masyarakat sebaiknya terdiri dari laki-laki dan
perempuan. Peran utama tim pemberdayaan masyarakat adalah mendampingi
masyarakat dalam melaksanakan proses pemberdayaan. Peran tim pemberdayaan
pada awal proses sangat aktif tetapi akan berkurang selama proses berjalan sampai
masyarakat sudah mampu melanjutkan kegiatannya secara mandiri.

d. Dimensi Pemberdayaan

Menurut Judith Lee (2001, Raditya D. (2022), memaparkan bahwa


dimensi pemberdayaan masyarakat meliputi: (1) pemberdayaan bidang ekonomi,
2) Pemberdayaa Sumber Daya Manusia dan Sosial, 3) Pemberdayaan bidang
politik, 4) pemberdayaan di bidang kebudayaan, pendidikan dan kesehatan dan
5)Program Padat Karya.

1. Pemberdayaan Ekonomi

Program pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi merupakan


program pemerintah untuk meningkatkan perekonomian desa. Proses ini bertujuan

12
untuk meningkatkan keahlian, kapasitas, dan sumber daya seseorang untuk
mendapatkan akses hak dasar ekonomi yang berkelanjutan. Oleh karena itu,
pendekatan yang digunakan adalah memperkuat akses terhadap aset dan sumber
daya.  Program ini mencakup pemberdayaan UKM, industri rumah tangga,
BUMDes, kelompok tani, pasar, serta penunjang ekonomi masyarakat lainnya.
Bentuk program pemberdayaan ini dapat berupa pelatihan, workshop,
pemodalan/permodalan, bantuan alat produksi, peningkatan sarana/prasarana dan
lain-lain. Dengan adanya pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi ini
diharapkan dapat meningkatkan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat.

2. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Sosial 

Proses Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Sosial merupakan proses


untuk mengembangkan kekuasaan yang membutuhkan kapasitas masyarakat.
Tujuannya adalah agar kelompok masyarakat mampu mengambil keputusan
terhadap berbagai hal penting yang mempengaruhi kehidupan mereka (Page &
Czuba, 1999). Pemberdayaan ini dapat dikatakan multidimensi karena menjadi
proses membantu sekelompok orang untuk mendapatkan kontrol terhadap
kehidupannya, termasuk pendidikan dan kesehatan (Raditya D., 2022).

Pemberdayaan di bidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas


hidup dan kesehatan masyarakat. Bentuk program pemberdayaan ini dapat berupa
peningkatan sarana dan prasarana kesehatan, promosi dan penyuluhan program
kesehatan, dan membangun desa siaga. Sedangkan pemberdayaan di bidang
pendidikan adalah program pemerintah desa dalam meningkatkan pendidikan
masyarakat agar lebih berkualitas dan kompeten. Sasaran dari pemberdayaan
pendidikan tidak hanya ditujukan kepada para pelajar saja, namun juga kepada
para pengajar maupun lembaga pendidikan lainnya, peningkatan sarana dan
prasarana, bantuan biaya pendidikan untuk yang kurang mampu yang berprestasi.
(Raditya D., 2022).

13
3. Pemberdayaan politik 

Pemberdayaan ini berkaitan dengan pengembangan kapasitas masyarakat


agar mampu melakukan analisis, mengorganisasi, dan memobilisasi diri dan
kelompoknya. Hasilnya adalah gerakan kolektif yang dibutuhkan untuk membuat
perubahan. Hal ini sering kali berkaitan dengan right-based approach atau
pendekatan berbasis hak dalam proses pemberdayaan karena masyarakat
memobilisasi diri untuk akses hak dasar mereka (Piron &Watkins, 2004) dalam
Raditya D. (2022).

4. Pemberdayaan Kebudayaan 

Dimensi pemberdaayaan bidang kebudayaan didefinisikan sebagai


redefinisi atau mendefinisikan ulang bagaimana aturan dan norma yang ada di
masyarakat termasuk kelembagaan diimplementasikan dalam kehidupan.
Maksudnya masyarakat terlibat aktif dalam kelembagaan yang ada di desa,
mmencakup semua lembaga kemasyarakat yang ada di desa misalnya PKK,
Karang Taruna, BUMDES. Program ini bertujuan untuk membangun lembaga
yang lebih terarah, produktif, dan terorganisir. Bentuk program dapat berupa 
pelatihan, penyelenggaraan kegiatan, dan peningkatan sarana/prasarana. Dengan
adanya program pemberdayaan di bidang kebudayaan ini diharapkannya yang
diimplementasikan dalam kelembagaan sehingga dapat membantu pemerintah
desa dalam menjalankan roda pembangunan.

7) Program Padat Karya

Program Padat Karya Desa adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat


Desa, khususnya yang miskin dan marginal, yang bersifat produktif dengan
mengutamakan pemanfaatan sumber daya, tenaga kerja, dan teknologi lokal untuk
memberikan tambahan upah/pendapatan, mengurangi kemiskinan, dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat. (Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesianomor 13 Tahun 2020).

Semua dimensi pemberdayaan tersebut pada dasarnya adalah


pengembangan aspek positif dan potensi yang dimiliki dengan membangun. Oleh

14
karena itu dalam pelaksanaan suatu program pemberdayaan mesti memahami
potensi, karakter, kemampuan, serta dipahami juga akan adanya peluang,
hambatan serta dampak yang mungkin akan terjadi baik terhadap kondisi sosial,
politik, ekonomi, dan lingkungan. Hal ini dilakukan dalam rangka pengembangan
sumber daya dan strategi serta kemampuan fungsional dari semua aspek untuk
mencapai tujuan kolektif. (Raditya D. (2022).

2.1.4. Indikator Keberhasilan Pemberdayaan

Keberhasilan pemberdayan masyarakat dapat dilihat dari keberdayaan


meraka yang menyangkut kemampuan ekonomi, kemampuan akses kesejahteraan,
dan kemampuan kultur serta politis. Ketiga aspek tersebut dikaitkan dengan empat
dimensi kekuasaan, yaitu: ‘kekuasaan di dalam’ (power within), ‘kekuasaan
untuk’ (power to), ‘kekuasaan atas’ (power over) dan ‘kekuasaan dengan (power
with). Dari beberapa dasar tersebut, berikut ini sejumlah indikator yang dapat
dikaitkan dengan keberhasilan dari pemberdayaan masyarakat menurut
Purbantara A dan Mujianto (2019) adalah:

1. Kebebasan mobilitas kemampuan individu untuk pergi ke luar rumah atau


wilayah tempat tinggalnya, seperti ke pasar, fasilitas medis, bioskop,
rumah ibadah, ke rumah tangga. Tingkat mobilitas ini dianggap tinggi
jika individu mampu pergi sendirian.
2. Kemampuan membeli komoditas kecil: kemampuan individu untuk membeli
barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari (beras, minyak goreng,
bumbu); kebutuhan dirinya (minyak rambut, shampo, rokok, bedak).
Individu dianggap mampu melakukan kegiatan ini terutama jika ia dapat
membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin orang lain termasuk
pasangannya, terlebih jika ia dapat membeli barang-barang dengan
menggunakan uangnya sendiri.
3. Kemampuan membeli komoditas besar: kemampuan individu untuk membeli
barang-barang sekunder atau tersier, seperti lemari pakaian, TV, radio,
koran, majalah, pakaian keluarga. Seperti halnya indikator diatas, point
tinggi diberikan terhadap individu yang dapat membuat keputusan sendiri

15
tanpa meminta ijin dari orang lain, terlebih jika ia dapat membeli dengan
uangnya sendiri.
4. Terlibat dalam membuat keputusan-keputusan rumah tangga: mampu
membuat keputusan secara sendiri maupun bersama (suami/istri)
mengenai keputusan keluarga, misalnya mengenai renovasi rumah,
pembelian kambing untuk ternak, memperoleh kredit usaha.
5. Kebebasan relatif dari dominasi keluarga responden ditanya mengenai apakah
dalam satu tahun terakhir ada seseorang (suami, istri, anak, mertua) yang
mengambil uang, tanah, perhiasan dari dia tanpa ijinnya, yang melarang
mempunyai anak, atau melarang bekerja di luar rumah.
6. Kesadaran hukum dan politik:. mengetahui nama salah seorang pegawai
pemerintah desa/kelurahan, seorang anggota DPRD setempat, nama
presiden, mengetahui pentingnya memiliki surat nikah dan hukum-
hukum waris.
7. Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes seseorang dianggap ‘berdaya’
jika ia pernah terlibat dalam kampanye atau bersama orang lain
melakukan protes, misalnya terhadap suami yang memukul isteri; isteri
yang mengabaikan suami dan keluarganya; gaji yang tidak adil;
penyalahgunaan bantuan sosial; atau penyalahgunaan kekuasaan polisi
dan pegawai pemerintah.
8. Jaminan ekonomi dan kotribusi terhadap keluarga: memiliki rumah,
tanah, aset produktif, tabungan. Seseorang dianggap memiliki poin tinggi
jika ia memiliki aspek-aspek tersebut secara sendiri atau terpisah dari
pasangannya.

Sedangkan indikator keberhasilan pemberdayaan menurut Wrihatnolo &


Dwijowijoto dalam Miftahudin H (2021, adalah:

a) Akses, yang berarti target yang diberdayakan pada akhirnya mempunyai akses
dan resourses yang diperlukannya untuk pengembangan diri.
b) Partisipasi, yang berarti target yang diberdayakan pada akhirnya dapat
berpartisipasi mendayagunakan risorsis yang diaksesnya

16
c) Control, dalam arti target yang diberdayakan pada akhirnya mempunyai
kemampuan mengontrol proses mendayagunakan risorsis tersebut
d) Kesetaraan, dalam arti pada tingkattertentu saat terjadi konflik, target
mempunyai kedudukan sama dengan yang lain dalam hal pemecahan
masalah.

2.1.5. Indeks Desa Membangun (IDM)

IDM merupakan Indeks Komposit yang dibentuk berdasarkan tiga indeks,


yaitu Indeks Ketahanan Sosial, Indeks Ketahanan Ekonomi dan Indeks Ketahanan
Ekologi/Lingkungan. Adapun komponen IDM terdiri atas 3 sub indeks dengan 54
indikator dalam Nasution, M. (2015) adalah sebagai berikut:

1. Indeks Ketahanan Sosial (IKS): kesehatan, pendidikan, modal sosial,


pemukiman 38 indikator, masing-masing dengan skor 0,87%.
2. Indeks Ketahanan Ekonomi (IKE): 12 indikator, masing-masing dengan skor
2,75%.
3. Indeks Ketahanan Lingkungan (IKL): 4 indikator, masing-masing dengan skor
8,25%.
Adapun Indeks Ketahanan Ekonomi yang menjadi bahasan dalam
penelitian ini dengan indikator-ndikator: Keragaman Produksi, Pertokoan, Pasar,
Toko & Warung Kelontong, Kedai & penginapan, Pos & Jasa Logistik, Bank &
BPR, Fasilitas Kredit, Lembaga Ekonomi, Moda Tranportasi Umum,
Keterbukaan Wilayah, dan Kualitas Jalan (Rachmawaty, R., 2019).

2.2. Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian terkait Alokasi Dana Desa dan Pembangunan Desa


sebagai rujukan diantaranya:

1. Suyanto dan Bambang Pudjianto (2015)

Penelitian Berjudul Pemberdayaan Masyarakat Menuju Desa Sejahtera


(Studi Kasus di Kabupaten Sragen), bertujuan mengevaluasi program
pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Sragen. Untuk menelaah permasalahan

17
kebijakan menggunakan pendekatan evaluatif, dengan teknik pengumpulan data
melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi dan FGD. Dari hasil penelitian,
diketahui bahwa pemberdayaan masyarakat berbasis paguyuban dengan pola
keterpaduan berhasil dengan baik. Hal ini terbukti, melalui pemberdayaan
mengelola tanaman sayuran dan perkebunan menunjukkan hasil yang memuaskan
yaitu masyarakat yang dibina kebutuhan pokoknya dapat terpenuhi semakin
sejahtera serta memiliki harapan ke depan. Bahkan mereka masih bisa menabung
untuk keperluan pendidikan dan kesehatan. Dengan demikian disarankan, untuk
memaksimalkan pemberdayaan keluarga miskin, sebaiknya bisa dilakukan secara
terpadu melalui pilar-pilar kesejahteraan sosial seperti pendamping lapangan dan
orsos/LSM yang ada di lokasi. Bagi pemerintah dalam penanganan semua
program yang menyangkut kemiskinan perlu menjaga sinergitas antar lembaga
dengan pendekatan terintegrasi.

2. Tulusan Femy M. G. dan Very Y. Londa (2014)

Penelitian berjudul Peningkatan Pendapatan Masyarakat Melalui Program


Pemberdayaan di Desa Lolah Ii Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa,
bertujuan menganalisis peningkatan pendapatan masyarakat melalui program
pemberdayaan guna memperkuat dan mengembangkan konsep dan teori yang berkaitan
dengan peningkatan pendapatan masyarakat melalui program pemberdayaan. Metode
penelitian kualitatif. Sampel diperoleh dari wawancara pada 10 orang informan yang
didukung dengan observasi serta studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa program pelatihan yang berhubungan dengan kegiatan peningkatan pengembangan
usaha telah dilakukan oleh pemerintah melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat desa.
Keikutsertaan masyarakat dalam program pelatihan dinilai oleh pemerintah dan lembaga
keswadayaan masyarakat berhasil karena diikuti oleh masyarakat yang diundang.

3. Kurniawati Dwi Pratiwi, Bambang Supriyono, Imam Hanafi (2013),

Penelitian berjudul “Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Usaha Ekonomi


(Studi pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Mojokerto). Hasil penelitian
(a) badan pemberdayaan kota mojokerto khususnya pada bidang usaha ekonomi
meliputi bantuan perorangan dan bantuan lembaga, (b) setiap pelaksanaan

18
program selalu diawali dengan tahap persiapan sebagai langkah awal pengenalan
program kepada masyarakat, (c) dampak dari program pemberdayaan yang telah
dilaksanakan dapat meningkatkankemandirian ekonomi terutama pada
produktivitas dan pendapatan masyarakat yang mendapat bantuan, tetapi ada juga
dampak buruk yang timbul dalam menjalankan usaha mereka.

4. Firdausi (2019)

Penelitian berjudul Pengaruh Program Pemberdayaan Ekonomi terhadap


Pendapatan Dhuafa (Studi pada LAZNAS Yatim Mandiri Kabupaten Malang dan
Kota Surabaya), bertujuan untuk mengetahui pengaruh program pemberdayaan
ekonomi terhadap pendapatan dhuafa. Penelitian ini menggunakan sampel 35
responden yang memiliki usaha setelah diberdayakan melalui program Bunda
Mandiri Sejahtera (BISA) Yatim Mandiri Kabupaten Malang dan Kota Surabaya.
Data dikumpulkan dengan cara menyebarkan kuesioner. Menggunakan metode
analisis regresi berganda dengan program SPSS. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa secara simultan, variabel pelatihan keterampilan, pendampingan dan
bantuan modal berpengaruh terhadap variabel pendapatan dhuafa. Variabel
pelatihan keterampilan dan bantuan modal berpengaruh terhadap pendapatan
dhuafa secara parsial. Sedangkan variabel pendampingan tidak berpengaruh
terhadap pendapatan dhuafa.

5. Miftahuddin Hidayat (2021)

Penelitian berjudul Strategi Pemberdayaan Masyarakat dan Dampaknya


Terhadap Peningkatan Ekonomi (Studi Kasus Kelompok Usaha Bersama Tunas
Cahaya Batik Tulis Rifaiyah) Desa Kalipucang Wetan Kecamatan Bhatang Jawa
Tengan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui sejauh mana strategi
pemberdayaan ekonomi masyarakat yang diterapkan oleh Kelompok Usaha
Bersama Tunas Cahaya Batik Tulis Rifaiyah. Kedua mengetahui dampak
pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan Kelompok Usaha Bersama
Tunas Cahaya Batik Tulis Rifaiyah. Metode penelitian deskriptif, menggunakan

19
data primer dengan 11 informan (pelaku usaha batik), metode observasi, dan
wawancara, metode analisis data kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan Kerajinan Batik Tulis


Rifaiyah belum sepenuhnya mampu memberdayakan potensi dari masyarakat
sekitar. Pemberdayaan ini memiliki dampak positif dan dampak negatif baik
dampak itu secara langsung, tidak langsung maupun lanjutan (induksi). Dalam
pemberdayaan ini antara masyarakat dan pihak yang memberdayakan juga
terdapat permasalahan, baik permasalahan permodalan, pemikiran, tempat
maupun dari intern masyarkat. Karna permasalahan-permasalahan tersebut
penerapan strategi pemberdayaan saat ini sulit untuk diterapkan.

6. Lalaun Albertus, Agus Siahaya (2015)

Penelitian berjudul “Dampak Program Pemberdayaan Terhadap


Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Yaru Kabupaten Maluku Tenggara
Barat”

2.3.Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual adalah gambaran bagaiana keterkaitan antara unsur-


unsur atau variabel dalam penelitian serta teori pendukung yang digunakan
sebagai pedoman dalam menyusun sistematika penelitian. Kerangka konseptual
menjadi pedoman peneliti untuk menjelaskan secara sistematis teori yang
digunakan dalam penelitian. Penelitian ini memiliki kerangka konseptual yang
akan dijelaskan pada gambar dibawah ini dan lebih jelasnya akan dijelaskan pada
pembahasan selanjutnya.

Konsep penelitian ini adalah bagaimana pengalokasian keuangan desa


(DD dan ADD) di Kec Nanga Tayap yang ditunjukkan dengan meningkatnya
IDM yang akan berimpilkasi pada status desa. Dalam pengelolaan keuangan desa
dengan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan negara serta keseuaian dengan
rencana pembangunan yang telah dituangkan dalam RPJMDesa, RKPDesa.

20
RPJMDes RKP/ DD, ADD
PENDAPATAN DESA LAINNYA PERENCANAAN
RAPBDes PROGRAM DAN
Penyelenggaraan PENGANGGARAN

Bencana, Darurat
Penanggulangan
Kemasyarakatan

Masyarakat Desa
PENGALOKASIAN
Pemerintahan

Pembangunan

dan Mendesak
Pemberdayaan
Pelaksanaan

Pembinaan
DANA

PELAKSANAAN
KONSEP/TEORI PROGRAM PROGRAM
PEMBANGUNA
N EKONOMI
PEMBERDAYAAN PEMBANGUNAN
MASYARAKAT
DAERAH

INDIKATOR EVALUASI HASIL


KEBERHASILAN
PEMBERDAYAAN PEMBANGUNAN

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Gambar 2.1 menjelaskan bahwa program pemberdayaan masyarakat


merupakan implementasi dari alokasi anggaran yang ditetapkan dalam RKP Desa,
dalam pelaksanaannya mengacu dan didukung teori pembangunan ekonomi
daerah. Hal ini perlu diawasi dan dievaluasi, maka penelitian ini merupakan salah
satu bagian dari upaya evaluasi atas keberhasilan program pembredayaan tersebut
yangtelah ditetapkan dalam RKP/RAPBDesa.

21
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang dilakukan ini adalah berbentuk penelitian


deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian
yang memecahkan masalah dengan cara melukiskan atau menggambarkan
keadaan suatu sampel penelitian baik berupa seseorang, masyarakat, ataupun
lainnya menggunakan kenyataan yang terjadai sebagaimana adanya (Nawawi
1998). Sedangkan pendekatan kualitatih dimaksudkan adalah “… suatu
pendekatan penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan
mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan
teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi
yang alamiah” Satori (2009).
Pendekatan kualitatif di sini digunakan untuk memperoleh data deskriptif
dari sampel atau dalam penelitian ini seorang responden. Perolehan data dilakukan
dengan observasi dan survei langsung tentang pengelolaan dana desa di lokasi
penelitian melalui beberapa responden (informan) penelitian.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat atau lokasi penelitian dilaksanakan di 4 desa di Kecamatan Nanga
Tayap Kabupaten Ketapang yang berbeda status menurut IDM yakni: desa
Betenung (desa Mandiri), desa Cegolak (desa Maju), desa Kayong Tuhe (desa
Berkembang), dan desa Sebadak Raya (desa Tertinggal). Adapun waktu penelitian
dilaksanakan selama 3 bulan yakni bulan April sampai dengan Juni 2023.

3.3. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Penelitian ini menggunakan data primer dan didukung dengan sekunder.


Data primer adalah data yang didapat melalui observasi langsung dan/atau
melalui wawancara dengan responden (informan). Sedangkan data skunder
adalah data yang diperoleh dari pihak lain yaitu data yang didapat tidak secara
langsung tetapi dari bantuan pihak ketiga, seperti:

22
a. Hasil studi kepustakaan yaitu diperoleh dengan pengumpulan data dari tulisan,
laporan, karangan ilmiah, dan buku yang berhubungan dengan penelitian.
b. Hasil studi dokumentasi adalah metode mengumpulkan data dari dokumen
laporan periodik ataupun sumber lain yang berhubungan dengan penelitian.
c. Laporan-laporan, publikasi baik dari desa, kecamatan, kabupaten

Data primer diperoleh dengan metode wawancara terstruktur menggunakan


kuesioner, observasi, serta pendokumentasian, untuk memperoleh data tersebut
peneliti turun ke lapangan.

3.3.1. Observasi/Pengamatan

Observasi untuk mengumpulkan data bersifat lebih fleksibel karena peneliti


secara langsung dapat melihat apa yang terjadi pada objek yang diteliti.
Pengamatan langsung dilakukan bersamaan dengan berjalannya penelitian di
lokasi penelitian, turunnya peneliti ke lapangan akan dapat melihat secara
langsung bagaimana kondisi, karakteristik, proses dan prosedur pembangunan dan
pemberdayaan di lokasi.

3.3.2. Kuesioner dengan Skala Likert

Metode kuesioner dilakukan dengan membuat pernyataan-pernyataan dan


kolom-kolom isian sebagai panduan yang sesuai dengan indikator atau sasaran
variabel penelitian, kemudian diserahkan kepada para informan yang terlibat
langsung dalam pengelolaan dana desa maupun yang tidak terlibat langsung dan
tokoh masyarakat yang dianggap mengetahui permasalahan yang diteliti. Untuk
mengetahui atau mengukur tingkat pengetahuan responden terhadap permasalahan
yang diteliti digunakan skala likert.

Skala likert adalah salah satu alat atau bentuk pengukuran skala sikap yang
sering dilakukan dalam penelitian kualitatif, menurut Riduwan (2010)
menyatakan “skala likert digunakan untuk untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang terkait kejadian atau gejala sosial
dimana dalam penelitian kejadian atau gejala sosial tersebut telah ditetapkan

23
secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut variabel penelitian”
(Riduwan, 2020).

3.3.3. Studi Dokumenter

Studi Dokumenter merupakan bagian dari analisis dalam penelitian ini


dengan mengacu pada tujuan penelitian. Analisis Dokumenter dilakukan terhadap
dokumen yang tersedia, yaitu dokumen-dokumen yang ada di lokasi penelitian,
diantaranya dokumen keuangan desa, foto-foto kegiatan yang kredibel, dokumen
laporan-laporan kegiatan yang ada di sekretariat kecamatan, desa dan dusun
maupun di tingkat RT.

3.4. Populasi

Menurut Satori J (2009) dalam Jamaludin (2023) “populasi adalah objek


atau subjek yang berada pada suatu wilayah topik penelitian dan memenuhi syarat
tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.” Sedangkan menurut Sugiyono
(2007) “...populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” Sedangkan sampel adalah
bagian dari populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat
mewakili (representasi) secara keseluruhan populasi. Adapun populasi dalam
penelitian ini adalah jumlah seluruh penduduk atau warga yang berada di empat
desa yakni:

Tabel 3.1 Jumlah Populasi


Jumlah
No Nama Desa Luas Wilayah Status Desa
Penduduk
1 Desa Betenung 1.464 99,11 Mandiri
2 Desa Cegolak 476 28,00 Maju
3 Desa Kayong Tuhe 739 64,29 Berkembang
4 Desa Sebadak Raya 2.095 137,30 Tertinggal
Jumlah 4.774 328,70
Sumber: Kantor Camat Nanga Tayap, 2023

24
3.5. Responden/Informan

Responden atau Informan yaitu narasumber yang dapat menjelaskan


kondisi dan situasi pada objek yang diteliti, Kedudukan seorang responden sangat
penting dalam penelitian kualitatif dikarenakan penelitian kualitatif sangat
dipengaruhi oleh pemahaman responden agar didapat arti yang sebenarnya.
Narasumber harus memiliki pengetahuan dan pengalaman atas untuk ini maka
penelitian menentuakn sendiri seseorang yang langsung berhubungan dengan
masalah yang diteliti (Sugiyono, 2008).

Teknik pengambilan sampel/informan dengan non probability sampling


yaitu dengan metode ‘purposive sampling’ yaitu teknik penentuan sample
(informan) dengan pertimbangan atau tujuan tertentu, artinya ditentukan secara
subjektif oleh peneliti dimana penulis menganggap bahwa informan yang diambil
memiliki pengetahuan atau dianggap paling tahu atas masalah atau variabel yang
diteliti (Sugiyono, 2006). Adapun jumlah informan yang akan diwawancara
sebanyak 100 orang yang diambil dari ke empat desa secara proporsional dan
purposife sebagai berikut.

Tabel 3.2 Jumlah Responden Menurut Desa dan Status

Kayong Sebadak
Responden Betenung Cegolak
No Tuhe Raya
(Informan)
mandiri maju berkembang tertinggal
1 Kepala RW 2 1 2 4
2 Kepala Dusun 3 2 2 4
3 Katua RT 8 4 4 9
4 Tokoh Agama 4 4 4 4
Tokoh
5 5 3 4 5
masyarakat
Masyarakat
6 5 6 5 6
umum
Jumlah 27 20 21 32
Sumber: Hasil Survey pendahuluan

25
3.6. Variabel (Fokus) Penelitian

Pada dasarnya variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi
obyek penelitian/pengamatan. Menurut Sugiyono (2008) “…variabel penelitian
dapat berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya.”
Adapun variabel atau fokus penelitian adalah adalah berbentuk variabel kualitatif
yang merupakan indikator dari keberhasilan dalam pemberdayaan masyarakat
yakni fokus pada 16 indikator sebagai berikut.

Tabel 3.3 Variabel Penelitian dan Indikator


No Variabel Dimensi Referensi
1 Kebebasan mobilitas sosial/politik
2 Kemampuan membeli komoditas kecil ekonomi
3 Kemampuan membeli komoditas besar ekonomi Purbantara A
4 politik dan Mujianto
Kesadaran hukum dan politik
(2019)
5 Jaminan ekonomi dan kotribusi terhadap ekonomi
keluarga
6 Akses terhadap resources budaya Wrihatnolo &
7 Partisipasi sosial/politik Dwijowijoto
8 Kesetaraan sosial/politik (2021)
9 Keberadaan pertokoan ekonomi
10 Keberadaan Pasar ekonomi
11 Keberadaan Toko & warung kelontong ekonomi
12 Keberadaan Bank & BPR/lembaga ekonomi (Rachm
awaty, R.,
keuangan lain
13 Fasilitas kredit ekonomi
2019).
14 Lembaga Ekonomi ekonomi
15 Moda Tranportasi Umum sosial
16 Kualitas Jalan sosial
Sumber: Analisa penulis

3.6. Teknik Pengukuran Variabel

Teknik pengukuran variabel yaitu menggunakan skala likert dengan skala


1 (satu) sampai dengan 5 (lima). Skala ini digunakan untuk mengukur tingkat
kesesuaian atau ketidaksesuaian antara variabel penelitian dengan kondisi di
lapangan yang diproksi dengan kesesuaian atau ketidaksesuaian antara pertanyaan
atas indikator-indikator variabel dimaksud dengan jawaban responden dimana

26
nilai paling sesuai diberi nilai skor 5 atau 100% dan paling tidak sesuai diberi skor
1 atau 20%, sebagai berikut.

Tabel 3.4 Nilai Jawaban Responden Berdasarkan Skala Likert


Nilai Jawaban
No Jawaban Artinya
skor (%)
(1) Sangat tidak setuju (sangat tidak sesuai) (1) 20
(2) Setuju (sesuai) (2) 40
(3) Tidak tahu/tidak menjawab (3) 60
(4) Setuju (sesuai) (4) 80
(5) Sangat setuju (sangat sesuai) (5) 100
Sumber: Analisa Penulis

Untuk mengetahui tingkat kesesuaian dan memberikan penilaian terhadap


kondisi lapangan maka dari hasil jawaban responden kemudian dikonversi ke
angka persentase (%) dimana angka jawaban tertinggi angka 5 atau 100%.

3.6. Metode dan Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum


memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.
Menurut Sugiono (2008) DALAM Jamaludin (2023) “… dalam penelitian
kualitatif analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah,
sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil
penelitian. Sugiyono (2008) juga menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif
analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan
pengumpulan data.

Jadi analisis dalam penelitian ini dilakukan sejak penelitian dimulai yakni
mulai dari penelitian pendahuluan, proses di lapangan dengan cara peneliti sendiri
turun langsung melakukan wawancara, kuesioner dan studi dokumenter, hasilnya
berupa data dan informasi kemudian disusun, dikolaborasi, datur dan ditata sesuai
tujuan penelitian, dituangkan dalam bentuk naratif, tabel dan grafik yang
selanjutnya mengkaji dan menganalisis ‘tingkat’ kesesuaian pelaksanaan
pembangunan pemberdayaan masyarakat dengan variabel dan fokus penelitian
yang telah ditetapkan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Agus Arjianto (2012), Etika Bisnis bagi Pelaku Bisnis, Jakarta: Rajawali Press
Albertus Lalaun, Agus Siahaya (2015) Dampak Program Pemberdayaan Terhadap
Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Yaru Kabupaten Maluku
Tenggara Barat, Jurnal Administrasi Publik, Volume 5 No. 2 Thn. 2015
Arsyad, L. (1999), Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah.
Yogyakarta: BPFE.
Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
(2019) Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengukuran Status
Perkembangan Desa Indeks Desa Membangun (IDM), Jakarta.
Firdausi Shofiya Nailul Muna (2019), Pengaruh Program Pemberdayaan Ekonomi
terhadap Pendapatan Dhuafa (Studi pada LAZNAS Yatim Mandiri
Kabupaten Malang dan Kota Surabaya). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB
Universitas Brawijaya, ol 7, No 2 Semester Genap 2018/2019
https://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/6057
Jamaludin (2023), Implementasi Pengelolaan Keuangan Desa Di Kabupaten
Ketapang (Studi pada Desa di Kecamatan Nanga Tayap). Tesis Magister
Ilmu Ekonomi FEB Untan (Tidak dipublikasikan).
Kartasamita, G (1996), Pembangunan untuk rakyat,memadukan pertumbuhan dan
pemerataan, Jakarta : CIDES.
Kartasasmita, G (1996), Pembangunan untuk rakyat,memadukan pertumbuhan
dan pemerataan, Jakarta : CIDES
Korten, D. (2004), Pembangunan yang Memihak Rakyat. Jakarta: Lembaga Studi
Pembangunan.
Kurniawati Dwi Pratiwi, Bambang Supriyono, Imam Hanafi (2013),
Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Usaha Ekonomi (Studi pada Badan
Pemberdayaan Masyarakat Kota Mojokerto). Jurnal Administrasi Publik
(JAP), Vol. I, No. 4, Hal 9-14 Vol. 1 No. 4 (2013).
Lee, Judith. 2001. The Empowerment Approach to Social Work Practice Building
the Beloved Community. New York: Columbia University Press. 
Mardiasmo (2002), Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Andi Offset,
Yogyakarta.

28
Miftahudin H (2021), Strategi Pemberdayaan Masyarakat Dan Dampaknya
Terhadap Peningkatan Ekonomi (Studi Kasus Kelompok Usaha Bersama
Tunas Cahaya Batik Tulis Rifaiyah, Tesis
Nasution, M. (2015), Referensi (Indeks untuk Menggambarkan Hasil
Pembangunan dari Pinggiran), Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian
DPR RI.
Nawawi, H. (1998) Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Nomor 17 Tahun 2019 tentang Pedoman Umum Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa. Jakarta.
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Republik Indonesianomor 13 Tahun 2020.
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Nomor 13 Tahun 2020 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun
2021.
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana
Desa yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 Tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014
tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara.
Peraturan Pemerintah Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
Pratiwi D, Kurniati, Dkk (2013), Dwi Pratiwi Kurniawati, Dkk. “Pemberdayaan
Masyarakat Di Bidang Usaha Ekonomi (Studi pada Badan Pemberdayaan
Masyarakat Kota Mojokerto)”, Jurnal Administrasi Publik, Vol 1 No 4,
2013
Purbantara A. dan Mujianto (2019), Modul KKN Tematik Desa Membangun
Pemberdayaan Masyarakat Desa, Cetakan Pertama. Jakarta :
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Republik Indonesia.

29
Rachmawaty, R. (2019), Standar Operasional Prosedur Pengukuran Indeks Desa
Membangun Tahun 2019, Derektprat Jenderal Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa. Jakarta.
Rahman M. (2016) Masyarakat, Wilayah, dan Pembangunan, Cetakan Pertama.
Bandung: Padjajaran - Unpad Press.
Riduwan (2010), Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Penerbit Alfabeta
Bandung.
Satori, Djam’an (2009), Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, Penerbit:
Alfabeta .
Sugiyono (2006), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono (2008), Metode Penelitian Bandung, Penerbit: Alfabeta.
Tulusan Femy M. G. dan Very Y. Londa (2014), Peningkatan Pendapatan
Masyarakat Melalui Program Pemberdayaan Di Desa Lolah Ii
Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa. Jurnal LPPM Bidang
EkoSosBudKum Volume 1 Nomor 1 Tahun 2014.
Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa, Jakarta
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
Internet:
Raditya D. (2022, Januari 21), Dimensi Pemberdayaan Masyarakat, posted on
https://chub.fisipol.ugm.ac.id/2022/01/21/dimensi-pemberdayaan-
masyarakat/

30
Lampiran 1 DAFTAR PERTANYAAN KEPADA RESPONDEN
(KUESIONER)

A. Identitas Responden
Nama : ..................................................................................
Jabatan : ..................................................................................
Usia : ..................................................................................
Jenis kelamin : ..................................................................................
Pendidikan terakhir : ..................................................................................
Alamat : ..................................................................................

B. Pertanyaan
Dengan hormat, dimohon kesediaan bapak/Ibu/Sdr untuk memberikan jawaban
atau penilaian atas pertanyaan-pertanyaan berikut ini sesuai dengan kondisi yang
bapak/ibu/sdr rasakan atau lihat dengan memberikan penilaian sebagai berikut:
(1) sangat tidak setuju/sangat tidak baik
(2) tidak setuju/tidak baik
(3) tidak tahu/ragu-ragu
(4) Setuju / baik
(5) Sangat setuju/sangat baik

Nilai (skor)
No Variabel
1 2 3 4 5
1 Kebebasan mobilitas, apakah bapak/ibu/sdr
merasakan adanya kebebasan dalam mobilitas
selama ini

2 Kemampuan membeli komoditas kecil,


Bagaimana, tidak kesulitan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari

3 Kemampuan membeli komoditas besar (barang


rumah tangga, kendaraan dll)

4 Kesadaran hukum dan politik, peka


terhadap kejadian sosial dan aktif di
masyarakat

5 Jaminan ekonomi dan kotribusi terhadap


keluarga, mempunyai pekerjaan dan
penghasilan yang relatif tetap dan bisa
diandalkan

31
Nilai (skor)
No Variabel
1 2 3 4 5
6 Akses terhadap resources (sumber-sumber
ekonomi)

7 Partisipasi dalam pembangunan dan


kegiatan produktif lainnya

8 Kesetaraan, tidak ada diskriminasi di


masyarakat, tidak membedakan status sosial

9 Keberadaan pertokoan, tidak kesulitan


untuk berbelanja kebutuhan

10 Keberadaan Pasar, ada di desa dan mudah


dijangkau

11 Keberadaan Toko & warung kelontong

12 Keberadaan Bank & BPR/lembaga


keuangan lain

13 Fasilitas kredit, ada lembaga keuangan,


koperasi

14 Lembaga Ekonomi, koperasi

15 Moda Tranportasi Umum

16 Kualitas Jalan

TERIMA KASIH

32
Lampiran 2 Penduduk, Distribusi Persentase Penduduk, Kepadatan
Penduduk, Rasio Jenis Kelamin Penduduk Menurut
Desa/Kelurahan di Kecamatan Nanga Tayap, 2021
Penduduk
L
ak
Desa/Kelurahan i-
L
ak Perempu Juml
i an ah
2. 2.428 5.08
Sungai Kelik 66 9
1
64 591 1.23
Lembah Hijau II
5 6
56 551 1.12
Lembah Hijau I
9 0
2. 2.408 5.01
Nanga Tayap 60 2
4
1. 1.154 2.36
Siantau Raya 21 7
3
74 680 1.42
Batumas
7 7
74 707 1.44
Betenung
2 9
75 697 1.45
Pangkalan Suka
5 2
1. 1.369 2.93
Pangkalan Telok 56 0
1
1. 1.006 2.10
Sebadak Raya 09 1
5
1. 1.209 2.46
Simpang Tiga
25 2
Sembelangaan
3
1. 871 1.90
Mensubang 03 3
2
60 561 1.16
Tajok Kayong
7 8
36 306 672
Kayong Utara
6
70 647 1.35
Kayong Hulu
7 4

33
1. 858 1.89
SepakatJaya 03 6
8
24 222 466
Cegolak
4
21 171 386
Pateh Benteng
5
53 528 1.06
Tanjung Medan
7 5
37 352 726
Kayong Tuhe
4
18 17.316 36.2
Nanga Tayap .9 81
65

34

Anda mungkin juga menyukai